• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Manajemen Pembiayaan Pendidikan. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Manajemen Pembiayaan Pendidikan. pdf"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

L I T E R A T

MAJALAH ILMIAH KEPENDIDIKAN

NOMOR : 39 - IV / Desem ber 201 2

ISSN : 1411-2566

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

PENTINGNYA KEGIATAN PENELITIAN BAGI EKSISTENSI PROFESIONALISME SEORANG TENAGA EDUKATIF

oleh Teti Ratnawulan S

PENGARUH MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA SUKABUMI

oleh M uhammad Andriana Gaffar

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA PADA SISWA KELAS VIII DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL

oleh Deti Rostini

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA SMA MELALUI BIMBINGAN DAN KONSELING KOLABORATIF

oleh Ayi Najmul Hidayat

MENCIPTA SEKOLAH BERBASIS KOOPERATIF DAN MENTAL JUARA olehOpi M . Adiwijaya

MODEL KOMPETENSI PENDIDIK (Guru dan Dosen) DALAM MEMBENTUK CHA RA CTER

BUILD ING MAHASISWA

oleh Ade Tutty Rosa

LISTENING SKILL ANALYSIS BY USING TESTING SOUND AUDITORY BASED ON WORDS IN ISOLATION AND CONTEXT

(2)

LITERAT Majalah Ilmiah Kependidikan

Nomor 39 Tahun 2012, ISSN: 1411–2566

Diterbitkan oleh,

Literat Press

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara

Penanggung Jawab

H. Hendi Suhendraya Muchtar

Ketua Penyunting

Moh. Rakhmat

Wakil Ketua Penyunting

M. Andriana Gaffar

Anggota

H. Didin Wahidin Suhendra Yusuf Agus Mulyanto H. A. Saefurridjal

Hanafiah Deden Fathudin

Agus Mulyanto Abdorrakhman Gintings

Dedi Mulyasana Heru Sujiarto Maman Sulaeman

N. Dede Khoeriah

Mitra Bestari (Penyunting Ahli)

Achmad Sanusi (Univ. Islam Nusantara) Yus Rusyana (Univ. Pendidikan Indonesia) H. Achmad Slamet (Univ. Pendidikan Indonesia)

Djudju Sudjana (Univ. Pendidikan Indonesia) Tb. Abin S. Makmun (Univ. Pendidikan Indonesia)

Ishak Abdulhak (Univ. Pendidikan Indonesia) Sofyan Anshori (Univ. Pendidikan Indonesia)

Momon Sudarma (STIKOM Bandung) Eko Widodo Suparno (Univ Negeri Jakarta)

Harjono (Univ. Negeri Semarang) Saliman (Univ. Negeri Yogyakarta) Agus Suyatna (Universitas Lampung)

La Maronta (Universitas Haluoleo) Mafud Junaedi (IAIN Walisongo)

Setting Layout & Sirkulasi

Hamdan Hidayat Hamdani Yayu Laila Sulastri

Djudju Djuhana

Daftar Isi

PENTINGNYA KEGIATAN PENELITIAN BAGI EKSISTENSI PROFESIONALITAS SEORANG DOSEN

oleh

Teti Ratnawulan S … 3

PENGARUH MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA

SUKABUMI oleh

Muhammad Andriana Gaffar … 9

PENINGKATAN KETERAMPILAN

MENYIMAK BERITA PADA SISWA KELAS VIII DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL

Oleh

Deti Rostini … 19

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN PENDIDIKAN BAGI SISWA SMA MELALUI BIMBINGAN DAN KONSELING

KOLABORATIF oleh

Ayi Najmul Hidayat ... 29

MENCIPTA SEKOLAH BERBASIS KOOPERATIF DAN MENTAL JUARA oleh

Opi M. Adiwijaya … 35

MODEL KOMPETENSI PENDIDIK (Guru dan Dosen) DALAM MEMBENTUK CHARACTER BUILDING MAHASISWA

oleh

Ade Tutty Rosa … 42

LISTENING SKILL ANALYSIS BY USING TESTING SOUND AUDITORY BASED ON WORDS IN ISOLATION AND CONTEXT Oleh

(3)

PENGARUH MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

TERHADAP MUTU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA SUKABUMI

oleh

Muhammad Andriana Gaffar

ABSTRACT

This study focused on the influence of education financial management which includes planning (budgeting), implementation of financial budgeting and supervision of educational financing toward the quality of school. This problem is based on the assumption, that is, in organizing and improving the quality of educational system, cost is a very important component. So it can be said that the educational process will not take place effectively and efficiently when there is no budget allocation for the implementation of the educational process itself. In context of this research, the quality of schools covered by five components, such as curriculum, facilities and infrastructure, teaching and learning activities, educators and educational administrator and graduates (output). After the tabulation of data and statistical analysis conducted, it is known that there is a significant and tangible influence by education financial management for the quality of school management, amounting to 71.4%. In addition, the obtained research findings are: 1) APBS was designed to follow PP No.19 Tahun 2005 and in accordance with UU No.20 Tahun 2003; 2) The implementation of financial budgeting of vocational schools in Sukabumi has been adjusted to APBS that has previously set, and 3) controlling activities of educational finance of the SMK has technically implemented, either through internal (accountability financial report) or external auditing (by the Accreditation Board Schools).

Keywords: education financial management, vocational secondary schools and school quality

I. PENDAHULUAN

Kualitas sumber daya manusia (human resources) merupakan salah satu komponen vital dalam pembangunan nasional. Hal tersebut dapat menjadi tenaga pendorong (driving force) dan dapat pula menjadi penghambat (impedance) pelaksanaan pembangunan. Kualitas sumber daya manusia yang dimaksud bukan sekedar menguasai sejumlah ilmu pengetahuan dan teknologi untuk berkompetisi, melainkan juga memiliki daya adaptabilitas yang tinggi terhadap perubahan (adaptability of changes) dan perkembangan kehidupan yang terus menerus terjadi. Dalam konteks peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendidikan merupakan suatu strategi dan faktor utama yang sangat krusial adanya.

Sejalan dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, Satori (1993: 3) mengemukakan bahwa, “… pendidikan merupakan upaya peningkatan kemampuan,

kecakapan, dan kualitas pribadi yang diyakini sebagai faktor yang mendukung kadar upaya manusia dalam kehidupannya.” Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan kunci utama bagi suatu bangsa untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik.

Dunia pendidikan dituntut untuk memberikan respon yang lebih cermat terhadap perubahan-perubahan yang tengah berlangsung di lingkungan masyarakat, di mana masyarakat era globalisasi saat ini menghendaki adanya perkembangan total, baik dalam visi, pengetahuan, proses pendidikan, maupun nilai-nilai yang perlu dikembangkan bagi peserta didik untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks di masa datang.

(4)

sama, hanya 4% dari tenaga kerja yang berpendidikan tinggi. Prospek peningkatan kualitas SDM di masa yang akan datang pun terlihat masih belum optimal. Rata-rata angka partisipasi pendidikan lanjutan dan pendidikan tinggi masih relatif rendah (56% untuk SLTP, 32% untuk SLTA dan 12% untuk perguruan tinggi).

Untuk menghadapi permasalahan dan kondisi pendidikan seperti yang dinyatakan di atas, diperlukan suatu perubahan dalam sistem pendidikan, seperti manajemen, kurikulum maupun perubahan teknis lainnya yang diharapkan dapat memecahkan berbagai permasalahan pendidikan, baik masalah-masalah konvensional maupun masalah-masalah yang muncul bersamaan dengan hadirnya ide kreatif dan inovasi yang brilian. Selain itu, melalui perubahan tersebut diharapkan tercipta iklim yang kondusif bagi peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah yang mendasar dan dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas, baik pada jalur pendidikan formal, non-formal maupun informal, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan. Meskipun kondisi yang ada sekarang bukanlah sepenuhnya di tangan dunia pendidikan.

Dalam upaya menyelenggarakan dan meningkatkan sistem pendidikan yang berkualitas tersebut, biaya merupakan komponen yang amat penting. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak akan berlangsung efektif dan efisien tatkala tidak terdapat alokasi anggaran untuk penyelenggaraan proses pendidikan itu sendiri. Hal ini sejalan dengan

pendapat Supriadi (2003: 3) yang menyatakan bahwa:

Dalam konteks perencanaan pendidikan, pemahaman tentang anatomi dan problematik pembiayaan pendidikan, baik pada tingkat makro, messo, maupun mikro, sangatlah diperlukan. Berdasarkan pemahaman tersebut, dapatlah dikembangkan kebijakan pembiayaan pendidikan yang lebih tepat dan adil serta mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

Dengan mengacu pada pernyataan di atas, pembiayaan pendidikan menjadi masalah yang sangat penting dalam keseluruhan pembangunan sistem pendidikan. Uang memang bukan segalanya dalam menentukan kualitas pendidikan, tetapi segala kegiatan kependidikan memerlukan uang. Oleh karena itu, jika

performance sistem pendidikan diperbaiki, manajemen pembiayaannya juga tidak mungkin dibiarkan, mengingat bahwa anggaran seyogianya mendukung kegiatan. Tidak semua masyarakat Indonesia sepenuhnya menyadari bahwa biaya pendidikan yang mencukupi akan dapat mengatasi berbagai masalah pendidikan, meskipun tidak semua masalah akan dapat dipecahkan secara tuntas.

(5)

Kantor Kementerian Pendidikan Nasional (di tingkat kabupaten/kota).

Setelah diberlakukannya otonomi daerah, sebagaimana disinggung di atas, seluruh pengelolaan sekolah dari SD hingga SLTA menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. Konsekuensinya, tidak ada lagi Kanwil dan Kandepdiknas, yang ada hanyalah Dinas Pendidikan di tingkat kabupaten/kota yang berada di bawah kendali Pemda, dan Dinas Pendidikan Propinsi yang berada di bawah kendali Pemprop. Antara Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan Dinas Pendidikan Propinsi tidak ada hubungan hierarkhis, sedangkan propinsi masih tetap mengemban amanat sebagai perwakilan Pemerintah Pusat. Implikasinya, setiap program di tingkat sekolah harus dilakukan melalui koordinasi dengan Pemda, atau khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Tantangan pertama yang harus dihadapi oleh para pengelola pendidikan adalah masalah pendanaan. Sebagai ilustrasi, rendahnya kualitas gedung sekolah, terutama SD, merupakan salah satu dampak keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memobilisasi dana untuk sektor pendidikan. Di sisi lain, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) memberi beban yang sangat berat bagi pemerintah. Pasal 49 menyatakan bahwa pemerintah (pusat maupun daerah) harus mengalokasikan minimal 20% anggarannya untuk keperluan sektor pendidikan di luar gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan.

Di atas kertas, Pemda memang memiliki beberapa sumber keuangan daerah, seperti dana perimbangan (DAU, DAK dan Dana Bagi Hasil), pendapatan asli daerah (PAD) dan pinjaman. Tapi pada kenyataannya, rata-rata peranan PAD dalam APBD hanya sekitar 7%. Sementara itu, rata-rata tertimbang rasio dana perimbangan terhadap pengeluaran rutin adalah 1,4 yang menunjukkan bahwa tidak banyak dana perimbangan yang bisa digunakan untuk keperluan di luar anggaran rutin.

Pembahasan tentang pembiayaan pendidikan mengacu pada kegiatan penerimaan (revenue) dan alokasi/penggunaan (expenditure). Dimensi pendapatan yang terkait dengan

penerimaan dari berbagai sumber dana, yaitu yang berasal dari pemerintah, bantuan asing/luar negeri, orang tua dan masyarakat. Sedangkan dimensi alokasi merupakan pendistribusian dana ataupun anggaran untuk menunjang program dan kegiatan pendidikan.

Pada dasarnya, biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Lebih lanjut lagi, Fattah (2000: 23) mengemukakan bahwa:

Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa, berupa pembelian alat-alat pembelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning for gone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.

Mengacu pada pernyataan di atas, dana pendidikan sebenarnya tidak selalu identik dengan uang (real cost), akan tetapi segala sesuatu/pengorbanan yang diberikan untuk setiap aktivitas dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian, dana yang dikeluarkan sangat berhubungan dengan mutu pendidikan yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam pembiayaan pendidikan, di mana dana sebagai penunjang peningkatan mutu diperlukan pengelolaan yang terencana agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan baik.

Pemanfaatan biaya yang tersedia, baik yang bersumber dari biaya pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun dari biaya masyarakat telah dialokasikan dalam RAPBS, yaitu Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah yang dialokasikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, tata usaha sekolah, pemeliharaan sekolah, kesejahteraan pegawai, pembinaan pegawai dan sarana prasarana sekolah.

(6)

pendidikan. Sekolah menengah kejuruan (SMK) sebagai salah satu jenis pendidikan pada jenjang pendidikan menengah, tidak terlepas dari keharusan untuk mengelola keuangan dengan baik dan benar. Diharapkan ketersediaan dana yang mencukupi serta pengelolaan yang efektif pada sekolah menengah kejuruan mampu mendorong terciptanya mutu sekolah yang baik. Mutu sekolah yang baik sangat dituntut dari sekolah menengah kejuruan, karena jenis pendidikan ini berperan untuk menyediakan tenaga kerja yang berkualitas.

Kota Sukabumi sebagai kota jasa dan pariwisata di Propinsi Jawa Barat, pada saat ini memiliki 21 buah sekolah menengah kejuruan, yang terdiri dari 4 SMK negeri dan 17 SMK swasta. Jumlah SMK swasta yang lebih banyak dari SMK negeri dapat menjadi satu indikator ketertarikan masyarakat akan sekolah menengah kejuruan.

II. PEMBAHASAN

Gambaran Pendidikan Sekolah Menengah Kota Sukabumi

Kota Sukabumi sebagai kota jasa dan pariwisata di Propinsi Jawa Barat, pada saat ini memiliki 21 buah sekolah menengah kejuruan, yang terdiri dari 4 SMK negeri dan 17 SMK swasta. Jumlah SMK swasta yang lebih banyak dari SMK negeri dapat menjadi satu indikator ketertarikan masyarakat akan sekolah menengah kejuruan.

Dari hasil pengumpulan data dan informasi di lapangan, 21 buah SMK di Kota Sukabumi berdasarkan akreditasi terbagi kedalam 4 kategori yang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Jumlah Sekolah berdasarkan Akreditasi Tahun Pelajaran 2009/2010

No Kategori Akreditasi Jumlah Sekolah

1 A 9 Sekolah

2 B 7 Sekolah

3 C 1 Sekolah

4 Belum diakreditasi 4 Sekolah

Jumlah 21 Sekolah

Sumber: Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah, Propinsi Jawa Barat (2010)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar SMK di Kota Sukabumi berada dalam kategori akreditasi A yang dapat dikategorikan ke dalam sekolah yang dinilai sangat baik. Data ini menunjukan bahwa sebagian besar (76,19%) SMK di Kota Sukabumi memiliki mutu sekolah yang baik dalam hal komponen kurikulum dan proses pembelajaran, administrasi dan manajemen sekolah, organisasi dan kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran serta masyarakat serta lingkungan dan budaya sekolah.

Sementara itu berdasarkan tingkat kelulusan siswa, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2.2

Tingkat Kelulusan SMK/ MAK di Kota Sukabumi

No Tahun

Pelajaran

Prosentase

1 2006/2007 99,67 %

2 2007/2008 99,54 %

3 2008/2009 98,13 %

4 2009/2010 97,75 %

Sumber : Data Pokok Pendidikan Wilayah (DAPODIK),

Dinas Pendidikan Kota Sukabumi (2009/2010)

Data kelulusan tersebut menunjukan bahwa meskipun terjadi penurunan pada tahun pelajaran 2009/2010, namun secara keseluruhan jumlah lulusan ini hampir mencapai 98% setiap tahunnya. Ini mengidentifikasikan bahwa SMK di Kota Sukabumi setiap tahun pelajarannya berhasil meluluskan hampir seluruh siswanya. Kelulusan siswa ini tentunya berkaitan langsung dengan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan.

(7)

Meningkatnya pencapaian Rata-Rata Lama Sekolah baik langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh tingkat patisipasi masyarakat terhadap pendidikan atau Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan komponen yang dijadikan indikator makro Kota Sukabumi dalam mengukur keberhasilan pembangunan. Data pencapaian APM pada Tahun 2006 untuk tingkat SMK/SMA/MA adalah sebesar 58.46%. Sedangkan untuk Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan perbandingan penduduk seluruh umur yang bersekolah pada tingkat pendidikan tertentu terhadap kelompok umur tertentu pada tingkat pendidikan tertentu. Data indikator pencapaian APK pada jenjang SMK/SMA/MA yang ada di Kota Sukabumi pada Tahun 2009, yaitu sebesar 97.51 %.

Kebijakan Pemerintah Kota Sukabumi yang berpihak kepada pembangunan pendidikan sebagaimana telah dicerminkan dari visi dan misi yang hendak diwujudkan tentunya mengandung konsekuensi logis untuk diikuti dengan keberpihakan dalam anggaran. Pengalokasian anggaran pembangunan pendidikan di Kota Sukabumi cenderung naik dari tahun ke tahun sebagaimana diilustrasikan dalam Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 2.3

Alokasi Anggaran Pendidikan Kota Sukabumi Tahun 2006-2009 APBD Kota 221,766,260,000 232,550,415,000 346,198,165,000 457,857,848,000

Angg. Pendidikan

57,584,377,280 63,168,100,583 74,859,608,787 124,632,966,000

Prosentase 25,97% 27,16% 21,62% 27,22%

Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi, 2009

Sebagai penunjang keberhasilan pelaksanaan dari kebijakan, strategi maupun program kegiatan akan sangat tergantung kepada kuantitas maupun kualitas sumberdaya manusia, dukungan pembiayaan dan ketersediaan sarana prasarana yang memadai. Penataan sumber daya manusia (tenaga kependidikan) khususnya tenaga guru meliputi 2 (dua) aspek, yaitu dari aspek mutu yang menyangkut kualifikasi dan kompetensi serta aspek jumlah seiring dengan

kebutuhan di lapangan yang diarahkan kepada terpenuhinya rasio seimbang dengan jumlah siswa. Adapun jumlah Perkembangan Jumlah Tenaga Guru di Kota Sukabumi Tahun 2006-2009 dapat dilihat Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 2.4

Perkembangan Jumlah Tenaga Guru di Kota Sukabumi Tahun 2006-2009

Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi, 2009

Dalam pengembangan sarana dan prasarana, kebijakan yang ditempuh antara lain melanjutkan program regrouping sekolah dasar kompleks yang telah dirintis sejak tahun 1997, rehabilitasi gedung sekolah, pembangunan ruang kelas baru, pembangunan unit sekolah baru, dan pemenuhan secara bertahap sarana pendidikan seperti buku, mebeuler, perlengkapan olahraga, perlengkapan kesenian, laboratorium komputer, laboratorium IPA dan laboratorium bahasa.

Pembangunan pendidikan dilakukan dengan melalui peningkatan aksesibiltas, kualitas sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kualitas tenaga pengajar dengan memberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan, memberikan beasiswa pada pelajar yang kurang mampu, penambahan sekolah kejuruan (SMK) dengan kompetensi tertentu yang diperlukan oleh pasar kerja baik dalam negeri maupun luar negeri, peningkatan kualitas kurikulum yang berbasis kompetensi dan IPTEK serta menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal.

Profil Responden

(8)

Tabel 2.5

Distribusi Responden menurut Kelompok Umur

N Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2010

Berdasarkan data distribusi responden di atas, diketahui bahwa responden yang berumur antara 27 – 50 tahun berjumlah 34 orang (85%). Responden dengan kelompok umur ini sebagian besar merupakan anggota Komite/ Dewan Sekolah, artinya tingkat partisipasi aktif dalam usia produktif masih besar. Dalam hal ini, upaya perencanaan penganggaran biaya sekolah hingga pengawasan pembiayaan pendidikan masih memungkinkan dilakukan secara efektif dan efisien guna mendukung serta meningkatkan mutu sekolah.

Selanjutnya, profil responden berdasarkan kualifikasi akademiknya (Tabel 4.6), diketahui bahwa sebanyak 30 orang responden (75%) memiliki kualifikasi akademik D-III dan S-1. Hal ini berarti kemampuan intelektual dan logika berpikir para pelaku akademik SMK di Kota Sukabumi dapat diasumsikan sudah tinggi, sehingga kemungkinan aktivitas perencanaan penganggaran biaya sekolah hingga pengawasan pembiayaan pendidikan masih dilakukan secara efektif dan efisien guna mendukung serta meningkatkan mutu sekolah.

Tabel 4.6

Distribusi Responden menurut Kualifikasi Akademik Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2010

Pembahasan

Pembiayaan adalah menyangkut ketersediaan dana yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan pendidikan sekolah menengah kejuruan di Kota Sukabumi. Berdasarkan hasil tabulasi data untuk Uji F (telah dipaparkan dalam pembahasan Uji Signifikansi Koefisien Jalur), diperoleh nilai F hitung = 125.457 dan F

tabel = 34.12 pada taraf kesalahan 0.05 atau 5%. Dengan demikian, dapat diputuskan bahwa H0

ditolak dan H1 diterima. Sehingga peneliti dapat

menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel manajemen pembiayaan pendidikan (X) secara simultan terhadap variabel

mutu sekolah (Y).

Selanjutnya, berdasarkan hasil penghitungan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dengan menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis), diketahui bahwa variabel

manajemen pembiayaan pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel mutu sekolah, yaitu sebesar 0.71388 atau dengan kata lain sebesar 71,4%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sub variabel perencanaan penganggaran (X1), pelaksanaan pembiayaan

(X2), dan pengawasan pembiayaan pendidikan

(X3) memberikan pengaruh yang nyata terhadap

variabel mutu sekolah (Y).

(9)

Identifikasi pembiayaan yang termasuk dalam penelitian ini adalah berdasar kepada standar pembiayaan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yakni terbagi atas biaya investasi, biaya personal dan biaya operasi satuan pendidikan. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana prasarana, pengembangan sumberdaya manusia dan modal kerja tetap. Biaya personal adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran misalnya uang sekolah atau uang komite sekolah. Biaya operasi meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, pemeliharaan sarana prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan lain sebagainya.

Di era otonomi daerah, urusan pendidikan dari pendidikan dasar hingga tingkat menengah menjadi tanggung jawab daerah. Hal ini menyiratkan bahwa dana pendidikan sangat tergantung pada kemampuan finansial daerah dalam mengelola sektor pendidikan, artinya pembiayaan pendidikan sangat tergantung kepada besaran APBD yang dialokasikan untuk membiayai sektor pendidikan. Sesuai amanat Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus mengalokasikan minimal 20% anggaran bagi pemenuhan kebutuhan sektor pendidikan, di Kota Sukabumi ketersediaan dana pendidikan telah memenuhi amanat UU tersebut sejak tahun 2007. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, subsidi pemerintah Kota Sukabumi dalam hal keuangan pada sekolah menengah kejuruan lebih kecil dari subsidi pemerintah terhadap sekolah menengah atas. Padahal dana yang dibutuhkan oleh sekolah menengah kejuruan lebih besar karena dalam kegiatan proses belajar mengajar ada kegiatan yang membutuhkan dana cukup besar bagi setiap siswa yang akhirnya dibebankan pada orang tua siswa.

Permasalahan pembiayaan pendidikan tidak hanya terkait kepada besaran/jumlah dana yang tersedia, namun yang terpenting adalah bagaimana perencanaan pembiayaan dibuat agar tercapai tujuan yang diharapkan; penggalian sumber dana yang terkait kepada upaya

menggali dana dari berbagai sumber selain dari pemerintah pusat bagi kesinambungan program pendidikan; pengelolaan yakni efisiensi dan efektivitas penggunaan dana serta evaluasi dan fungsi akuntabilitas. Pada SMK swasta sumber biaya pendidikan lebih banyak berasal dari orang tua siswa, unit produksi dan sumber lain. Sedangkan khusus bagi SMK negeri sumber biaya pendidikan terbesar berasal dari APBD dan orangtua siswa.

1. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan

Perencanaan dalam pengelolaan keuangan (financial planning) ialah kegiatan merencanakan sumber dana yang perlu diadakan untuk menunjang tercapainya tujuan organisasi. Berdasarkan hasil tabulasi data sub hipotesis perencanaan pembiayaan pendidikan (budgeting) di atas, diperoleh nilai K-S untuk sub variabel

perencanaan penganggaran (X1) sebesar 1.028

pada taraf kesalahan 0.05 (5%). Setelah dikonsultasikan dengan nilai Asymptonic Significance untuk nilai K-S sub variabel X1,

dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak dan

H1 diterima. Sehingga peneliti dapat menyatakan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari sub variabel perencanaan penganggaran (X1)

terhadap variabel mutu sekolah (Y). Selanjutnya, berdasarkan hasil penghitungan pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y dengan

menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis), diketahui bahwa variabel sub variabel

perencanaan penganggaran (X1) memberikan

pengaruh terhadap variabel mutu sekolah, sebesar 0.23 atau sebesar 23%. Meskipun besaran pengaruh sub variabel ini tidak termasuk dalam kategori besar (50 – 70%), namun sub variabel ini tetap memberikan pengaruh positif terhadap mutu sekolah.

(10)

mempengaruhi perencanaan keuangan sekolah antara lain: laju pertumbuhan peserta didik, inflasi, pengembangan program dan perbaikan serta peningkatan pendekatan belajar mengajar (Mulyasa, 2005: 199).

Lebih lanjut lagi, format dari Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), yaitu:(1) Sumber pendapatan terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, siswa dan masyarakat; dan lain-lain; (2) pengeluaran untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana (Sobandi, 2001:30). Dalam pelaksanaan penyusunan pendapatan dan pengeluaran anggaran belanja sekolah, SMK di Kota Sukabumi menganut pola paduan antara pengaturan pemerintah daerah dan sekolah. Artinya, ada berapa anggaran yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah daerah, yang intinya pihak sekolah tidak dapat mengubah dari petunjuk penggunaan atau mengeluarkannya.

Tabel 4.19

Rekapitulasi Perencanaan RAPBS SMK TA 2009-2010

NO INDIKATOR KODE SEKOLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 RAPBS merencanakan penganggaran biaya

untuk pengembangan KTSP sesuai dengan PP No.19 Tahun 2005

5 4 4 4 4 5 4 4 5 5

2 RAPBS merencanakan penganggaran biaya

untuk peningkatan kualitas PBM 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 3 RAPBS merencanakan penganggaran biaya

untuk pengembangan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana sekolah

4 5 3 4 4 5 3 5 4 5

4 RAPBS merencanakan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidik dan tenaga kependidikan

5 4 3 4 5 4 5 4 5 4

5 RAPBS merencanakan peningkatan kualitas

dan kuantitas input dan output sekolah 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 JUMLAH 23 22 18 21 22 23 21 22 22 22

PERSENTASE (%) 92 88 72 84 88 92 84 88 88 88

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2010

Berdasarkan Tabel 4.19 di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 9 SMK telah menyusun RAPBS untuk TA 2009-2010 dengan baik (80 – 95%), dimana indikator penyusunan RAPBS tersebut disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan 1 SMK

masih belum dapat dikatakan telah merancang anggaran dengan baik, karena jumlah anggaran yang dialokasikan masih belum sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut lebih didasarkan pada keterbatasan anggaran penerimaan, sehingga harus menentukan prioritas terhadap pos-pos alokasi dana yang telah ditetapkan.

Hasil wawancara dan observasi yang dilaksanakan oleh peneliti di 10 buah SMK di Kota Sukabumi menyimpulkan bahwa, prosedur perencanaan pembiayaan pendidikan (budgeting) yang dilakukan oleh pihak sekolah meliputi dua kegiatan inti: 1) perencanaan penerimaan, dan 2) perencanaan pengeluaran. Perencanaan penerimaan dan pengeluaran ini dituangkan dalam Rencana Pendapatan dan Belanja Sekolah untuk satu tahun pelajaran. Pada pelaksanaannya, kepala sekolah beserta para wakil kepala sekolah (bidang kurikulum, bidang personalia dan sarana prasarana, serta bidang kesiswaan) menyusun draft awal RAPBS yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, serta Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005 – 2009 (dimana kesemua peraturan tersebut telah dijabarkan dan dituangkan ke dalam Rencana Strategis dan Operasi Sekolah).

(11)

pada awal tahun pelajaran dalam rapat Komite Sekolah.

2. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan

Pembiayaan pendidikan merupakan proses dimana pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah. Berdasarkan hasil tabulasi data sub hipotesis pelaksanaan pembiayaan pendidikan (implementing) di atas, diperoleh nilai K-S untuk sub variabel

pelaksanaan pembiayaan (X2) sebesar 1.038

pada taraf kesalahan 0.05 (5%). Setelah dikonsultasikan dengan nilai Asymptonic Significance untuk nilai K-S sub variabel X2,

dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak dan

H1 diterima. Sehingga peneliti dapat menyatakan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari sub variabel pelaksanaan pembiayaan (X2)

terhadap variabel mutu sekolah (Y). Selanjutnya, berdasarkan hasil penghitungan pengaruh variabel X2 terhadap variabel Y dengan

menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis), diketahui bahwa variabel sub variabel

pelaksanaan pembia yaan (X2) memberikan

pengaruh terhadap variabel mutu sekolah, sebesar 0.24 atau sebesar 24%. Meskipun besaran pengaruh sub variabel ini tidak termasuk dalam kategori besar (50 – 70%), namun sub variabel ini tetap memberikan pengaruh positif terhadap mutu sekolah.

Manajemen keuangan sekolah merupakan bagian dari pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menurut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawab-kannya secara efektif dan transparan. Fattah (2002: 21) mengemukakan bahwa, “… dalam manajemen keuangan sekolah terdiri dari tiga tahapan, yaitu a) perencanaan penganggaran atau

budgeting, b) pelaksanaan atau implementasi keuangan disebut accounting, dan c) evaluasi keuangan disebut auditing.”

Sejalan dengan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan, implementasi merupakan salah satu fungsi manajemen pembiayaan pendidikan. Pembukuan (accounting) merupakan pola

kegiatan yang sangat pokok dalam sistem administrasi keuangan yang tertib. Pembukuan di SMK Kota Sukabumi bertujuan agar dana yang dipakai dapat mencapai hasil yang maksimal, efisien dan efektif guna membiayai kegiatan yang telah ditetapkan pada APBS. Pembukuan yang dilakukan oleh SMK di Kota Sukabumi ini bertujuan untuk: mencegah penyalahgunaan uang yang menyimpang dari prosedur anggaran yang telah ditentukan, mencegah adanya pemborosan dalam pembiayaan, mencegah defisit anggaran dan melakukan verifkasi (pembuktian) bahwa anggaran yang ada telah digunakan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan. Dalam melakukan pembukuan ini, SMK di Kota Sukabumi menggunakan tata buku, struktur organisasi yang bertugas menyelenggarakan pembukuan dan sistem transaksi. Pelaporan setiap akhir bulan oleh pemegang kas berupa Surat Pertanggungjawaban (SPJ) kepada instansi yang terkait dan diketahui oleh atasan pemegang kas atau kepala sekolah.

(12)

unsur biaya (ingredient approach), pengeluaran sekolah dapat dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran yang berupa (a) pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran, (b) pengeluaran untuk tata usaha sekolah, (c) pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, (d) kesejahteraan pegawai, (e) administrasi, (f) pembinaan teknis edukatif, dan (g) pendataan.

3. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan

Berdasarkan hasil tabulasi data sub hipotesis pengawasan pembiayaan pendidikan (controlling) di atas, diperoleh nilai K-S untuk sub variabel pengawasan pembiayaan (X3)

sebesar 0.939 pada taraf kesalahan 0.05 (5%). Setelah dikonsultasikan dengan nilai Asymptonic Significance untuk nilai K-S sub variabel X3,

dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak dan

H1 diterima. Sehingga peneliti dapat menyatakan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari sub variabel pengawasan pembiayaan (X3)

terhadap variabel mutu sekolah (Y). Selanjutnya, berdasarkan hasil penghitungan pengaruh variabel X2 terhadap variabel Y dengan

menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis), diketahui bahwa variabel sub variabel

pengawasan pembiayaan (X3) memberikan

pengaruh terhadap variabel mutu sekolah, sebesar 0.24 atau sebesar 24%. Meskipun besaran pengaruh sub variabel ini tidak termasuk dalam kategori besar (50 – 70%), namun sub variabel ini tetap memberikan pengaruh positif terhadap mutu sekolah.

Pelaksanaan kegiatan menuju arah tujuan dengan menggunakan sumber daya yang relatif terbatas, memerlukan adanya pengawasan dan pengendalian yang bertujuan antara lain agar semua komponen sistem bergerak secara koordinatif, integratif dan sinerjik menuju ke satu arah pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Dalam konteks pembiayaan, pengawasan dan pengendalian penting dilakukan dengan tujuan agar sumber daya finansial yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan peruntukkannya.

Pengawasan keuangan di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah dan instansi vertikal di atasnya, serta aparat pemeriksa

keuangan pemerintah. Terkait dengan pengawasan dari luar sekolah, kepala sekolah bertugas menggerakkan semua unsur yang terkait dengan materi pengawasan agar menyediakan data yang dibutuhkan oleh pengawas. Dalam hal ini kepala sekolah mengkoordinasikan semua kegiatan pengawasan sehingga kegiatan pengawasan berjalan lancar.

Kegiatan pengawasan pelaksanaan anggaran dilakukan dengan maksud untuk mengetahui: (a) kesesuaian pelaksanaan anggaran dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan dengan prosedur yang berlaku, (b) kesesuaian hasil yang dicapai baik di bidang teknis administratif maupun teknis operasional dengan peraturan yang ditetapkan, (c) kemanfaatan sarana yang ada (manusia, biaya, perlengkapan dan organisasi) secara efesien dan efektif, dan (d) sistem yang lain atau perubahan sistem guna mencapai hasil yang lebih sempurna. Tujuan pengawasan keuangan ialah untuk menjaga dan mendorong agar: (a) pelaksanaan anggaran dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah digariskan, (b) pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan instruksi serta asas-asas yang telah ditentukan, (c) kesulitan dan kelemahan bekerja dapat dicegah dan ditanggulangi atau setidak-tidaknya dapat dikurangi, dan (d) pelaksanaan tugas berjalan efesien, efektif dan tepat pada waktunya.

4. Mutu Sekolah

(13)

tolok ukur untuk meningkatkan mutu pendidikan itu sangat beragam, selaras dengan banyak individu yang mempunyai kepentingan sendiri.

Dalam prinsip-prinsip peningkatan mutu pendidikan, Syaodih, et.al (2002: 12)

mengemukakan bahwa, “uang bukan kunci

utama peningkatan mutu.” Mutu pendidikan dapat diperbaiki bila administrator, guru, staf administrasi, pengawas, pimpinan sekolah mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan, kerjasama, akuntabilitas dan

recognition. Kunci utama peningkatan mutu adalah komitmen pada perubahan, bila semua guru dan staf administrasi sekolah telah memiliki komitmen pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, efektivitas, dan kualitas layanan pendidikan. Guru akan menggunakan pendekatan atau model-model mengajar, membimbing dan melatih yang baru dalam membantu perkembangan siswa. Demikian juga staf administrasi akan menggunakan proses baru dalam menyusun biaya, memecahkan masalah dan mengembangkan program baru (Syaodih, et.al, 2002: 13-14).

Mutu pendidikan perlu diukur dalam rangka evaluasi setiap program pendidikan yang dilaksanakan dan hal ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan pendidikan. Mutu pendidikan dapat diukur tingkat keberhasilannya salah satunya dilihat dari mutu lulusan selain mutu proses. Penilaian mutu lulusan dapat dilihat dari perolehan nilai ujian nasional (UN), nilai evaluasi belajar siswa, angka mengulang dan angka putus sekolah (Kardoyo, 2006:171).

Menurut Fattah (2000: 14), mutu hasil belajar siswa adalah “... prestasi akademik yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan masa studinya atau lulus yang dinyatakan dalam bentuk nilai ujian atau nilai evaluasi belajar.” Nilai evaluasi belajar dipandang sebagai kemampuan murid setelah melakukan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan Syaodih, et.al (2002:8) mengemukakan bahwa, “Mutu pendidikan atau mutu sekolah seringkali tertuju pada mutu lulusan, tetapi merupakan kemustahilan pendidikan atau sekolah

menghasilkan lulusan yang bermutu, kalau tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula.” Lebih lanjut lagi, merupakan kemustahilan terjadi proses pendidikan yang bermutu kalau tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula.

Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian di lapangan, hasil pengujian hipotesis, serta pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab IV sebelumnya, maka peneliti dapat menemukan benang merah sekaligus menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Adapun kesimpulan yang diperoleh peneliti ialah, bahwa manajemen pembiayaan pendidikan yang dilaksanakan di SMK Kota Sukabumi memberikan pengaruh yang signifikan dan nyata (yaitu sebesar 71,4%) terhadap mutu sekolah yang bersangkutan.

Sekolah dapat merupakan bagian daripada suatu sistem baik secara nasional maupun pada tingkat yang lebih sempit, maka setiap kebendaharaan sekolah dalam masyarakat bangsa akan bertumpu dan terikat oleh tatanan kehidupan sosial, atau tata kehidupan sistem nilai yang berlaku. Oleh karenanya, ciri-ciri umum yang menandai organisasi, pengaruh dan penerapannya ke dalam kehidupan sekolah, akan disesuaikan dengan norma atau nilai yang menjadi pegangan kehidupan bangsa dan negara yang bersangkutan, termasuk filsafat pendidikan dan sumber-sumber hukum yang mengaturnya.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. Idochi. (1991). Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan; dalam Mimbar Pendidikan No.1 Tahun X – April 1991. Jurnal Pendidikan. Bandung: University Press UPI.

--- (2003). Administrasi

Pendidikan dan Manajemen Biaya

Pendidikan: Teori, Konsep dan Isu. Bandung: Alphabeta.

Bowen, H.R. (1981). The Cost of Higher

Education. London: Jossey Bass

Publisher.

Cohn, E. (1979). The Economics of Education. Cambridge, Massachussets, USA: Ballinger Publishing Company.

Fattah, Nanang. (2000a). Ekonomi dan

Pembiayaan Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosda Karya.

--- (2000b). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

(15)

Standar Prosedur Operasional Publikasi Karya Tulis dan Artikel Ilmiah Majalah Ilmiah Kependidikan LITERAT

FKIP Uninus

Ketentuan Umum

1. Topik dan tema karya tulis atau artikel (selanjutnya disebut naskah) memiliki keterkaitan dengan dunia pendidikan; 2. Karya tulis ataupun artikel merupakan

hasil penelitian lapangan (work-field study), penelitian pustaka (literature study) atau asah gagasan (proposition);

3. Karya tulis ataupun artikel ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia maupun English yang baik dan benar serta mengikuti aturan tata bahasa yang baku; 4. Setiap naskah yang masuk akan ditinjau

ulang oleh Mitra Bestari yang memiliki kepakaran di bidangnya, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar institusi Uninus;

5. Penyerahan naskah dikirim selambat-lambatnya dua bulan sebelum penerbitan reguler (bulan Februari dan Oktober) kepada redaksi LITERAT;

6. Kepastian pemuatan atau tidaknya sebuah naskah akan diberitahukan secara tertulis, baik melalui surat ataupun email;

7. Naskah yang tidak dimuat dapat dikembalikan dengan sepengetahuan penulis naskah.

Ketentuan Khusus

1. Naskah ditulis dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office Word (baik itu XP, 2003 atau 2007);

2. Naskah ditulis menggunakan font Times New Roman atau Arial dengan ukuran font 12 (tanpa page number ataupun keterangan header/footer);

3. Panjang naskah maksimal 10 halaman dengan ukuran kertas A4 serta ukuran margin (kiri: 4, kanan: 3, atas: 3 dan bawah: 3).

Sistematika Penulisan

 Judul (informatif, lugas, singkat dan jelas),

 Nama penulis (tanpa gelar),

 Abstrak/ Rangkuman eksekutif (ditulis dalam bentuk narasi dan terdiri atas 100-150 kata),

 Kata kunci (istilah teknis/ operasional yang digunakan dalam artikel),

 Pendahuluan (deskripsi sekilas mengenai topik yang dibahas, status topik saat ini, perubahan yang terjadi berkaitan dengan

topik, dan kontribusi naskah dalam topik yang dibahas; akhir pendahuluan memuat tujuan, metode, manfaat pembahasan topik, dan harapan yang dapat diambil dari topik yang dibahas),

 Isi/ Pembahasan (uraian, pemaparan ataupun penjabaran yang berkaitan dengan hasil temuan penelitian atau asah gagasan untuk naskah non-penelitian; isi/ pembahasan dapat terdiri atas beberapa sub-bahasan, tergantung pada topik/masalah yang dibahas serta penjelasan yang mendalam dari topik/ tema yang dibahas),

 Simpulan dan Saran,

 Daftar pustaka atau Pustaka Rujukan, dan

 Riwayat penulis (ditulis secara singkat).

Sistematika Penulisan Resensi Buku

 Buku yang diresensi harus aktual (up to date); buku berbahasa Indonesia terbitan satu tahun terakhir sedangkan buku berbahasa asing terbitan tiga tahun terakhir,

 Isi (content) buku yang diresensi berkontribusi signifikan bagi perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan,

 Susunan resensi terdiri atas deskripsi formal buku, ringkasan (summary), evaluasi/kritik/komentar, dan simpulan.

Penyerahan Naskah (karya tulis ataupun artikel ilmiah)

Penyerahan naskah dapat dilakukan melalui,

Email; naskah tidak ditulis dalam kotak ditulis LITERAT FKIP Uninus, kemudian dikirimkan ke alamat Jalan Soekarno-Hatta Nomor 530 Bandung 40286.

Alamat Redaksi dan Tata Usaha

Gambar

Tabel 2.2 Tingkat Kelulusan SMK/ MAK di Kota
Tabel 2.4 Perkembangan Jumlah Tenaga Guru di Kota
Tabel 2.5 Distribusi Responden menurut Kelompok Umur

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan pelatih dengan

Dahlan Sitompul, M.Eng, selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan, bimbingan, saran dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

All data were analyzed together using factor analysis and then analyzed using discriminant analysis to seek any determining variables are able differ relationship quality and

berpikir, cara kerja, dan cara hidup yang membangun ETOS KERJA Aparat Negara.

Tutup pelindung APP tipe Khusus I terbuat dar bahan metal yang tahan benturan dan tahan karat yang dilengkapi jendela transparan untuk membaca alat ukur yang terpasang,

Meskipun pada bagian yang sakit bukanlah letak dari cakro mayor, akan tetapi disana ada cakra mini yang bisa menyerap energi prana yang Anda salurkan.. Jika

Peran masyarakat dalam melindungi hak-hak anak secara jelas pada pasal 72 ayat 2 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

Data yang akan digunakan untuk mengukurnya yaitu perbandingan tanggal release PR dengan tanggal release PO, jika tanggal release PO dibandingkan dengan tanggal release PR