• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLURALITAS AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL QUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PLURALITAS AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL QUR"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Tafsir Tematik

Oleh:

Nurul Himatil ‘Ula (E93216080)

Dosen pembimbing:

Mahbub Ghazali, M.Ag

PRODI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)

PLURALITAS AGAMA DALAM PERSPEKTIF AL QURAN

A. Pluralitas Agama

Pluralitas dalam kehidupan ini bukanlah sesuatu yang baru. Perbedaan warna kulit, bahasa, suku bangsa, kebudayaan dan lainnya adalah bukti dari adanya pluralitas sosial. Dalam intern umat Islam sendiri juga terdapat pluralitas. Keberadaan organisasi-organisasi Islam, perbedaan madzab-madzab fiqih dan perbedaan aliran-aliran theologis merupakan contoh pluralitas internal umat Islam. Dalam konteks Indonesia, pluralitas dimaknai sebagai kemajemukan, keberagaman dan kebhinekaan.

Kata pluralitas berasal dari bahas Inggris, pluralism dan berasal dari bahasa Latin, plures yang berarti beberapa dengan implikasi perbedaan.1

Alquran sendiri telah menunjukkan kepada nilai-nilai pluralitas dalam kehidupan. Dalam Alquran surat al-Hujurat (49) ayat 13 Allah berfirman:

ًاببووععشششعْ موكعًاششننلوعنجنونْ َىثننوأعْ ونْ رركنذنْ نوممْ موكعًاننقولنخنْ ًاننامْ س

ع

ًاننلاْ ًاهنييَأين

اووفعرنًاعنتنلمْ لنئمًابنقنْ ون

ْ ج

ششموكعًاقنتوانْ همششلنلاْ دنششنوعمْ موششك

ع منرنكوأنْ ننام

ْ ج

هنششلنلاْ ن

ن اع

رريوبمخنْ مريوًامعن

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.2

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk-Nya, laki-laki dan perempuan, dan menciptakan berbangsa-bangsa untuk menjalin hubungan yang baik. Kata ta’arafa diatas maknanya bukan hanya pada

1 Abdul Moqsith Ghazali, Argumen pluralisme Agama: Membangun Toleransi Berbasis Al-Qur’an (Depok: Pesona Depok Estate AL-4, 2009), 66

(3)

berinteraksi tetapi berinteraksi positif. Jadi, dijadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan harapan bahwa satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi dengan baik dan positif.3 Sudah jelas bahwa Alquran memberikan

alasan yang rasional mengenai penciptaan manusia dengan beragam bangsa, bahasa, suku dan budaya.

Berbicara pluralis artinya bukan satu, tetapi plural atau banyak, dan banyak itu artinya berbeda, karena tidak ada yang sama.4 Pluralitas menjadi

persoalan tatkala disamakan dengan pluralisme. Pada dasarnya, pluralitas dan pluralisme merupakan dua hal yang berbeda. Pluralitas adalah mengakui keberadaan segala sesuatu yang berbeda, sementara pluralisme adalah mengakui kebenaran setiap yang berbeda. Harus ada pembedaan antara mengakui keberadaan dan mengakui kebenaran.5

Untuk lebih jelasnya, kita ambil contoh pluralitas yang paling sensitif dan paling menentukan dari semua pluralitas yang lain, yaitu agama. Islam mengakui keberadaan semua agama, bahkan yang anti agama dan anti Tuhan pun diakui keberadaanya. Tetapi Islam tidak mengakui bahwa seluruh agama itu benar dan hanya mengakui Islam sebagai satu-satunya agama yang benar. hal ini juga dijelaskan dalam Alquran surat Ali Imran (3): 19:

ب

ن ًاششتعك

م لواْ وتعووأ

ع ْ ننيوذملناْ ف

ن لنتنخوْ ًامنْ ونْ معل

ن س

و ل

م اْ هملنلاْ دننوعمْ ن

ن يوددلاْ ن

ن ام

ت

م ًاششينَأنبمْ ووششفعكوؤنْ ن

و ششمنْ ونْ مهعننيوبنْ ًابيغوبناْ م

ع لوهملواْ معهعئنًاجنْ ًامنْ دعوبنْ ن

و ماَّ ل

ن ام

ب

م ًاس

ن ح

م لاْ ععيورمس

ن ْ ن

ن ًامفنْ هنلللا

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah. Maka sesungguhya Allah sangat cepat hisabnya.6

3 Azyumardi Azra, et.al, Nilai-Nilai Pluralisme dalam Islam: Bingkai Gagasan yang Berserak, cet. I (Bandung: Penerbit Nuansa, 2005), 16.

4Ibid,. 17.

5 Pdf, Fathurrahman Kamal, Menyibak Tabir Kejahilan: Pluralisme Agama dalam Timbangan Alquran (Jogja: 2010), 9.

(4)

B. Pandangan Alquran tentang Pluralitas

Alquran sendiri secara berulang kali menegaskan isyarat tentang pluralitas. Tuhan menghendaki makhluk-Nya bukan hanya berbeda dalam realitas fisikal, melainkan juga berbeda-beda dalam ide, gagasan, keyakinan dan beragama, sebagaimana yang disebut dalam berbagai firman-Nya:7

ةةددححاود ةةممدأأ سدانمدلا لدعدجدلد كدبمأرد ءداشد ءولدود

ىلص

ندييفحلحتدخيمأ ندويلأازديد لدود

“Andaikata tuhanmu menghendaki, niscaya Dia menjadikan manusia yang satu umat. Dan tetapi mereka senantiasa berbeda”8

ن

ن ششممْ هميودنششينْ ن

ن ششيوبنْ ًاششمنلدْ ًاقبددششص

ن معْ ق

د ح

ن لوًاششبمْ ب

ن ًاششتنك

م لاْ ك

ن يولنامْ ًاننلوزننوأنْ ون

Dan kami telah menurunkan kitab (Alquran) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang ditrunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lomblah berbuat kebajikan, hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dulu kamu perselisihkan.9

روششفعكوينْ ن

و ششمنفنْ ي

د ششغنلواْ ن

ن ششممْ دعش

و ريلاْ ننينبنتنْ دوقنْ نميددلاْ يفمْ هنارنكوإمْ لن

7 Abdul Moqsith Ghazali, Argumen pluralisme…, xvi

(5)

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.10

Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa keberagaman yang ada dalam kehidupan ini sudah menjadi sunnatullah. Dalam ayat pertama dijelasakan bahwa, kalau Tuhan mau, niscaya Tuhan dapat menciptakan manusia ini satu bangsa atau satu umat saja. Hal ini diperjelas pada ayat kedua, QS. Al-Maidah (5):48. Tetapi, kenapa Allah tidak menciptakan manusia satu umat? Alasannya sebagaimana dijelaskan dalam lanjutan ayat

ًاشمنْ َىششفمْ موكعونلعبوينلد

م

و ك

ع ًاتنأن

, yaitu untuk menguji dengan apa yang manusia terima dari tuntunan Tuhan. Apakah manusia akan konsisten atau menyimpang. Oleh karena itu, Tuhan ingin melihat siapa yang konsisten dan siapa yang menyimpang, maka

ت

م ارنششيوخنلواْ اووقعبمتنششس

و ًافن

, berlomba-lombalah untuk menunaikan kebaikan. Janganlah menyalahkan orang lain dan merasa yang paling benar. Karena nanti Allah lah yang akan menyampaikan bahwa manusia itu benar atau salah.11

Jika Allah menghendaki bahwa manusia diciptakan berbeda-beda, maka sangat logis dan amat bijaksana bila Allah juga memberikan perlindungan kepada pemeluk agama yang berbeda-beda tersebut dan tempat-tempat menyembah, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al-Hajj (22): 40:

هعلنلاْ ًاننبيرنْ اولعوقعينْ نوأنْ لنإمْ ق

ق حنْ رميوغنبمْ موهمرمًايندمْ ن

و ممْ اوجعرمخوأ

ع ْ ننيذملنا

عرششينبمونْ ععمماونششص

ن ْ ت

و منددهعلنْ ض

ر

عوبنبمْ موهعض

ن عوبنْ س

ن

ًاننلاْ هملنلاْ ععفودنْ لنوولنون

ن

ن رنششص

ع نوينلنونْ اربششيثمك

ن ْ همششلنلاْ معششس

و اْ ًاششهنيفمْ رعكنذويعْ دعجمًاس

ن منونْ ت

ر اونلنص

ن ون

زريزمعنْ ي

ي ومقنلنْ هنلنلاْ ن

ن إمْ هعرعص

ع نوينْ ن

و منْ هعلنلا

“(yaitu) orang-orang yang diusir dari kampong halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, ‘Tuhan kami ialah Allah’. Seandainya Allah

10 Alquran (2): 256.

(6)

tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama-nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh Allah Maha kuat, maha perkasa.”12

Dan karena itu, dalam ayat lain Allah melarang umat islam mencaci sesembahan agama lain.13

اوبدوششعنْ هنششلنلاْ اوبيششس

ع ينفنْ هملنلاْ ن

م ودعْ ن

و ممْ ن

ن وع

ع دوينْ ن

ن يذملناْ اوبيس

ع تنْ لنون

م

و ششهمبدرنْ َىششلنإمْ منششثعْ موششهعلنمنعنْ ةرششمنأ

ع ْ لدششكعلمْ ًاششننينزنْ كنلمذنششكنْ مرششلوعمْ رمششيوغنبم

ن

ن ولعمنعوينْ اونعًاكنْ ًامنبمْ موهعئعبدننيعفنْ موهعععجمرومن

Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allag dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat mengangap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan14

12 Alquran (22): 40

13 Abdul Moqsith Ghazali, Argumen pluralisme…, xvii

(7)

C. Pandangan Alquran tentang Pluralitas

1. Alquran mengakui keberadaan agama lain

Alquran sendiri secara berulang kali menegaskan isyarat tentang pluralitas agama, seperti yang termuat dalam surat al-Maidah (5): 48:

ن

ن ششممْ هميودنششينْ ن

ن ششيوبنْ ًاششمنلدْ ًاقبددششص

ن معْ ق

د ح

ن لوًاششبمْ ب

ن ًاششتنك

م لاْ ك

ن يولنامْ ًاننلوزننوأنْ ون

“Dan kami telah menurunkan kitab (Alquran) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang ditrunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lomblah berbuat kebajikan, hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dulu kamu perselisihkan.”

(8)

berlomba-lombalah untuk menunaikan kebaikan. Janganlah menyalahkan orang lain dan merasa yang paling benar. Karena nanti Allah lah yang akan menyampaikan bahwa manusia itu benar atau salah.15

Setelah menerangkan bahwa kitab Taurat telah diturunkan kepada Nabi Musa dan kitab Injil telah diturunkan kepada Nabi Isa agar kedua kitab tersebut dipatuhi dan diamalkan oleh para penganutnya masing-masing. Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah menurunkan Alquran kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir, Nabi Muhammad SAW. Alquran adalah kitab samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan membenarkan kitab suci sebelumnya seperti Taurat dan Injil. Alquran adalah kitab yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan.16

ًاجبًاهننوممْ ونْ ةبعنروش

م ْ م

و ك

ع نوممْ ًاننلوعنجنْ لدكعلم

“Untuk setiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang”

Bahwa yang dimaksud dengan

ةبع

ن روش

م

adalah jalan, dan makna dari

ًاجبًاهننوممْ

adalah tuntunan. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh al-Aufi, dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud dengan syir’atan wa minhajan

ialah jalan dan tuntunan.17 Tiap-tiap umat diberi syariat (peraturan-peraturan

khusus), dan diwajibkan kepada mereka melaksanakannya, dan juga mereka telah diberi jalan dan petunjuk yang harus dilaksanakan untuk membersihkan diri dan menyucikan batin mereka. Syariat setiap umat dan jalan yang harus ditempuh boleh saja berubah-ubah dan bermacam-macam, tetapi dasar dan landasannya sama, yaitu tauhid.18 Kemudian konteks ini dalam kaitannya

dengan perihal umat-umat yang beraneka ragam agamanya dipandang dari aneka ragam syariat mereka yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang telah

15 Azyumardi Azra, et.al, Nilai-Nilai…, 18.

16 Kementerian Agama RI, AL-Quran dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan)

(Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 411.

17 Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir ad-dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: Sinar Baru Algelindo, 2003), 494-495

(9)

disampaikan Allah melalui Rasul-rasul-Nya yang mulia, tetapi sama dalam pokoknya, yaitu ajaran tauhid.19

Allah juga menjelaskan tentang syariat yang dimiliki setiap umat ini dalam surat al-Baqarah (2): 148

اوونعووكعتنْ ًامنْ ن

ن يوأ

ن ْ تمارنيوخنلاْ اووقعبمتنسوفنْ ًاهنيولدونمعْ ونهعٌىةرهنجوومْ لقكعلمون

رريدمقنْ ْئيوشنْ لدكعْ َىلنعنْ هنلنلاْ ننامْ ًابعنيوممجنْ هعلنلاْ معكعبمْ ت

م َأوين

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (wajhah) sendiri yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada, niscaya Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu.”20

Setiap umat mempunyai kiblatnya masing-masing. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke Ka’bah. Bani Israil menghadap ke baitul maqdis dan orang Nasrani menghadap ke timur.21

ةبدنحماونْ ةبمنأعْ موكعلنعنجنلمْ هعللاْ ءنًانشْ وولنون

“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu umat (saja).“ (Al-Maidah: 48)

Sekiranya Allah menghendaki, tentulah Dia dapat menjadikan semua manusia hanya dengan satu syariat dan satu macam jalan yang akan ditempuh dan diamalkan. Tetapi yang demikian itu tidak dikehendaki oleh Nya. Allah SWT menhendaki manusia itu sebagai makhluk yang dapat mempergunakan akal dan pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman.22

Demikianlah Allah menghendaki dan memberikan kepada tiap-tiap umat syariat tersendiri, untuk menguji sampai dimana manusia itu dapat

19 Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir ad-dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir…, 494-495

20 Alquran (2): 148.

21 Kementerian Agama RI, AL-Quran dan…, 228

(10)

melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya, untuk diberi pahala atau disiksa-Nya.23

م

و ك

ع ًاتنآْ ًامنيفمْ موكعونلعبوينلمْ نوكملنونْ ةبدنحماونْ ةبمنأعْ موكعلنعنجنلنْ هعلنلاْ ءنًاشنْ وولنون

“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu umat (saja),

tetapi Allah hendak menguji kalian terhadap pemberian-Nya kepada kalian.” (Al-Maidah: 48)

Demikianlah Allah menghendaki dan memberikan kepada tiap-tiap umat syarit tersendiri, untuk menguji sampai dimana manusia itu dapat fan mampu melaksanakan perintah-Nya dan larangan-Nya.24 Dengan kata lain, Allah Swt.

telah menetapkan berbagai macam syariat untuk menguji hamba-hamba-Nya terhadap apa yang telah disyariatkan untuk mereka dan memberi mereka pahala karena taat kepadanya, atau menyiksa mereka karena durhaka kepada-Nya melalui apa yang mereka perbuat atau yang mereka tekadkan dari kesemuanya itu.

Hal semisal juga dijelaskan dalam surat an-Nahl (16): 93:

ونْ ءعًاش

ن ينْ ن

و منْ ل

ي ض

م ييْ ن

و ك

م لنونْ ةبدنحماونْ ةبمناعْ موك

ع لنعنجنلنْ هعلنلاْ َأنشنْ وولنون

ْ ءعًاش

ن ينْ ن

و منْ ِىدمءهين

ْ لص

ن

ن وولعمنعوتنْ موتعنوكعْ ًامنعنْ ن

ن لعئنس

و تعلنو

“Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi ia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan member petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. Tetapi kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah

kamu kerjakan.” (an-Nahl (16): 93)25

Kemudian Allah SWT dalam ayat ini mengemukakan bahwa sekiranya Dia berkehendak, tentu Dia mampu mempersatukan manusia kedalam satu agama sesuai dengan tabiat manusia itu, dan meniadakan kemampuan ikhtiar dan

23Ibid,. 413

24Ibid,. 413

(11)

pertimbangan terhadap apa yang dia kerjakan. Dengan demikian manusia akan hidup seperti semut atu lebah atau juga malaikat yang diciptakan bagai robot yang penuh ketaatan kepada Allah.26

م

و ك

ع ًاتنآْ ًامنيفم

“Terhadap pemberian-Nya kepada kalian.”(Al-Maidah: 48)

Makna yang dimaksud ialah Al-Kitab.

Kemudian Allah Swt. menganjurkan kepada mereka untuk bersegera mengerjakan kebajikan dan berlomba-lomba mengerjakannya. Untuk itu disebutkan oleh firman-Nya:

ت

م ارنيوخنلواْ اوقعبمتنس

و ًافن

“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (Al-Maidah: 48)

Yaitu taat kepada Allah dan mengikuti syariat-Nya yang dijadikan-Nya

me-mansukh syariat pendahulunya serta membenarkan kitab Al-Qur'an yang merupakan akhir dari kitab yang diturunkan-Nya.27

Kemudian Allah berfirman :

ن

ن ووفعلمتنخوتنْ هميوفمْ موتعنوكعْ ًامنبمْ موك

ع ئعبدننيعفنْ ًاعبيوممجنْ موكعععجمرومنْ َى

ن لام

“Hanya kepada Allah lah kalian kembali, lalu diberitahukan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian perselisihkan itu.” (al-Maidah: 48)

Yakni tempat kembali manusia adalah Allah SWT. Kemudian, di hari kiamat kelak akan ditunjukkan kebenaran tantang apa yang selama ini diperselisihkan kebenarannya (agama). Maka Allah memberi pahala kepada orang-orang yang mengikuti syariatnya an member siksa terhadap orang yang ingkar kepada-Nya.

2. Kebebasan beragama dalam Islam

26 Kementerian Agama RI, AL-Quran dan…, 380

(12)

روفعكوينْ ن

و منفنْ ي

د غنلواْ ن

ن ممْ دعش

و ريلاْ ننينبنتنْ دوقنْ نميددلاْ يفمْ هنارنكوإمْ لن

لنْ َىقنثووعلواْ ةمونروععلوًابمْ ك

ن س

ن موتنس

و اْ دمقنفنْ هملنلًابمْ ن

و ممؤويعونْ ت

م وغعًاط

ن لًابم

ْ م

ر يلمع

ن ْ عريممس

ن ْ هعلنلاونْ ًاهنلنْ منًاص

ن فمنوا

)

256

)

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”28

a. Tafsir mufrodad.

هنارنششكوإمْ = ْ

paksaan,

ن

ن ششينبنتنْ = ْ

telah ْ jelas,

دعششش

و ريلاْ =

kebenaran, ْ

ي

د غنلواْ = ْ

jalan ْ yang ْ salah, ْ

روششفعكوينْ =

ْ ingkar,

نممؤويعْ =ْ

beriman,ْ

ك

ن س

ن موتنس

و اْ =ْ

berpegangْ teguh,ْ

ةمونروععلوا

َىقنثووعلواْ = ْ

tali ْ yang ْ kuat, ْ

منًاششص

ن فمنواْ = ْ

putus, ْ

عريممششس

ن ْ =

mahaْ mendengar,ْ

م

ر يلمع

ن ْ =ْ

mahaْ mengetahui.

b. Asbabun nuzul.

Ibnu abbas berkata, ada seorang sahabat anshor yang berasal dari bani salim bin auf yang bernama hushain. Ia mengajak dua anaknya yang beragama nasrani untuk masuk islam. Namun mereka menolak. Hushain pun mengadukan itu kepada rosulluah, apakah aku perlu memaksa kedua anakku untuk masuk islam?atas pertanyaan itu Allah menurunkan ayat ini.”(HR.ibnu jarir).29

28 Alquran (2): 256.

(13)

c. Tafsir ayat.

Firman Allah Swt.:

نيددلاْ يفمْ هنارنكوإمْ لن

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).” (Al-Baqarah: 256)30

Yakni janganlah kalian memaksa seseorang untuk masuk agama Islam, karena sesungguhnya agama Islam itu sudah jelas, terang, dan gamblang dalil-dalil dan bukti-buktinya. Untuk itu, tidak perlu memaksakan seseorang agar memeluknya. Bahkan Allah-lah yang memberinya hidayah untuk masuk Islam, melapangkan dadanya, dan menerangi hatinya hingga ia masuk Islam dengan suka rela dan penuh kesadaran. Barang siapa yang hatinya dibutakan oleh Allah, pendengaran dan pandangannya dikunci mati oleh-Nya, sesungguhnya tidak ada gunanya bila mendesaknya untuk masuk Islam secara paksa.31

Mereka menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan suatu kaum dari kalangan Ansar, sekalipun hukum yang terkandung di dalamnya bersifat umum.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Yasar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari Syu'bah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu ada seorang wanita yang selalu mengalami kematian anaknya, maka ia bersumpah kepada dirinya sendiri, "Jika anakku hidup kelak, aku akan menjadikannya seorang Yahudi". Ketika Bani Nadir diusir dari Madinah, di antara mereka ada anak-anak dari kalangan Ansar. Lalu mereka berkata, "Kami tidak akan menyeru anak-anak kami (untuk masuk Islam)." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:

ي

د غنلواْ ن

ن ممْ دعش

و ريلاْ ننينبنتنْ دوقنْ نميددلاْ يفمْ هنارنكوإمْ لن

30 Ibid, 256, 43.

(14)

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah.” (Al-Baqarah: 256)

Imam Abu Daud dan Imam Nasai meriwayatkan pula hadis ini, kedua-duanya meriwayatkannya dari Bandar dengan lafaz yang sama. Sedangkan dari jalur-jalur yang lain diriwayatkan hal yang semakna, dari Syu'bah.

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya melalui hadis Syu'bah dengan lafaz yang sama. Hal yang sama disebutkan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Asy-Sya'bi, dan Al-Hasan Al-Basri serta lain-lainnya, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa tersebut.

Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abu Muhammad Al-Jarasyi, dari Zaid ibnu Sabit, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:

ن

م يددلاْ يفمْ هنارنك

و إمْ لن

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).” (Al-Baqarah: 256).

Ibnu Abbas menceritakan: Ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang lelaki Ansar dari kalangan Bani Salim ibnu Auf yang dikenal dengan panggilan Al-Husaini. Dia mempunyai dua orang anak lelaki yang memeluk agama Nasrani, sedangkan dia sendiri adalah seorang muslim. Maka ia bertanya kepada Nabi Saw.,

"Bolehkah aku memaksa keduanya (untuk masuk Islam)? Karena sesungguhnya keduanya telah membangkang dan tidak mau kecuali hanya agama Nasrani."

(15)

Hadis diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. As-Saddi meriwayatkan pula hal yang semakna, tetapi di dalam riwayatnya ditambahkan seperti berikut: Keduanya telah masuk agama Nasrani di tangan para pedagang yang datang dari negeri Syam membawa zabib (anggur kering). Ketika keduanya bertekad untuk ikut bersama para pedagang Syam itu, maka ayah keduanya bermaksud memaksa keduanya (untuk masuk Islam) dan meminta kepada Rasulullah Saw. agar mengutus dirinya untuk menyusul keduanya agar pulang kembali. Maka turunlah ayat ini.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Auf, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Abu Hilal, dari Asbaq yang menceritakan, "Pada mulanya aku memeluk agama mereka sebagai seorang Nasrani yang menjadi budak Umar ibnulKhajtab, dan ia selalu menawarkan untuk masuk Islam kepadaku, tetapi aku menolak. Maka ia membacakan firman-Nya: 'Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).' (Al-Baqarah: 256). Ia mengatakan, 'Hai Asbaq, seandainya kamu masuk Islam, niscaya aku akan mengangkatmu sebagai pegawai untuk mengurusi sebagian urusan kaum muslim'."

Golongan yang cukup banyak dari kalangan ulama berpendapat bahwa ayat ini diinterpretasikan dengan pengertian tertuju kepada kaum Ahli Kitab dan orang-orang yang termasuk ke dalam kategori mereka sebelum (mengetahui adanya) pe-nasakh-an dan penggantian, tetapi dengan syarat bila mereka membayar jizyah.

(16)

ن

ن ومعلمس

و يعْ ووأ

ن ْ موهعننولعتمًاقتعْ دريدمشنْ س

ر

َأوبنْ يلموأعْ م

ر ووقنْ َىلإمْ ن

ن ووعندوتعس

ن

“Kalian akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kalian akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam).” (Al-Fath: 16)

Dalam ayat yang lain Allah Swt berfirman:

م

و هميولنعنْ ظ

و لعغواونْ ننيقمفمًانمعلواونْ رنًافنكعلواْ دمهمًاجْ ييبمننلاْ ًاهنييأنْ ًاين

“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka.” (At-Taubah: 73)

رمًاششفنكعلواْ ننششممْ موكعننوششلعينْ ننيذمششلناْ اولعتمًاششقْ اوششنعمنآْ ننيذمششلناْ ًاششهنييأنْ ًاششين

ن

ن يقمتنمعلواْ عنمنْ هنلنلاْ ن

ن أنْ اومعلنع

و اونْ ةبظ

ن لوغمْ موكعيفمْ اودعجمينلوون

ْ

ْ

“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitar kalian itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripada kalian; dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah: 123)

Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:

ل

م س

م لنس

ن لاْ يفمْ ةمننج

ن لواْ َىلنإمْ ن

ن ودعًاقنيعْ م

ر ووقنْ ن

و ممْ ك

ن بيرنْ ب

ن ج

م ع

ن

“Tuhanmu kagum kepada suatu kaum yang digiring masuk ke surga dalam keadaan dirantai.”

(17)

mereka masuk Islam dan memperbaiki amal perbuatan serta hati mereka. Maka mereka kelak termasuk ahli surga.

Firman Allah Swt.:

ةمونروععلوًابمْ ك

ن س

ن موتنس

و اْ دمقنفنْ هملنلًابمْ ن

و ممؤويعونْ ت

م وغعًاط

ن لًابمْ روفعكوينْ نومنفن

م

ر يلمع

ن ْ عريممس

ن ْ هعلنلاونْ ًاهنلنْ منًاص

ن فمنواْ لنْ َىقنثووعلوا

“Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 256)

Yakni barang siapa yang melepaskan semua tandingan dan berhala-berhala serta segala sesuatu yang diserukan oleh setan berupa penyembahan kepada selain Allah, lalu ia menauhidkan Allah dan menyembah-Nya semata serta bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, berarti ia seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:

“Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat”. (Al-Baqarah: 256)

Yaitu berarti perkaranya telah mapan dan berjalan lurus di atas tuntunan yang baik dan jalan yang lurus.

(18)

pemberani berperang membela orang yang tidak dikenalnya, sedangkan orang yang pengecut lari tidak dapat membela ibunya sendiri. Sesungguhnya kehormatan seorang lelaki itu terletak pada agamanya, sedangkan kedudukannya terletak pada akhlaknya, sekalipun ia seorang Persia atau seorang Nabat."

Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim melalui riwayat As-Sauri, dari Abu Ishaq, dari Hassan ibnu Qaid Al-Abdi, dari Umar.

Makna ucapan Umar tentang tagut bahwa tagut adalah setan sangat kuat, karena sesungguhnya pengertian tersebut mencakup semua bentuk kejahatan yang biasa dilakukan oleh ahli Jahiliah, seperti menyembah berhala dan meminta keputusan hukum kepadanya serta membelanya.

Firman Allah Swt.:

َىقنثووعلواْ ةمونروععلوًابمْ ك

ن س

ن موتنس

و اْ دمقنفن

“Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” (Al-Baqarah: 256)

Yakni sesungguhnya ia telah berpegang kepada agama dengan sarana yang sangat kuat. Hal itu diserupakan dengan buhul tali yang kuat lagi tak dapat putus. Pada kenyataannya tali tersebut dipintal dengan sangat rapi, kuat lagi halus, sedangkan ikatannya pun sangat kuat. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:

“Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang . amat kuat yang tidak akan putus.” (Al-Baqarah: 256)

(19)

Jubair dan Ad-Dahhak artinya ialah kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah." '

Menurut sahabat Anas ibnu Malik, al-'urwatulwusqaartinya Al-Qur'an. Menurut riwayat yang bersumber dari Salim ibnu Abul Ja'd, yang dimaksud adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.

Semua pendapat di atas benar, satu sama lainnya tidak bertentangan. Sahabat Mu'az ibnu Jabal mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang tidak akan putus. (Al-Baqarah: 256), Bahwa yang dimaksud dengan terputus ialah tidak dapat masuk surga.

Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan pengertian yang ada di dalam firman-Nya: maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. (Al-Baqarah: 256), Kemudian membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya:

م

و همس

م فعنوَأنبمْ ًامنْ اورعيدغنيعْ َىتنحنْ م

ر ووقنبمْ ًامنْ رعيدغنيعْ لنْ هنلنلاْ ن

ن إم

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra'd: 11)

(20)

ًاششينؤورعْ ت

ع ششيوأ

ن رنْ يششندإمْ ُ:منششلمْ كنثعددحنَأعسنونْ معلنعوينْ لنْ ًامنْ لنوقعينْ نوأنْ درحنلمن

ًاهنتعششص

و ص

ن قنفنْ ملششسوْ همششيولنع

ن ْ هعششلنلاْ َىلنص

ن ْ هملنلاْ ل

م وس

ع رنْ دمهوع

ن ْ َىلنع

ن

ُ:ن

ر ووششع

ن ْ ن

ع ششبواْ ل

ن ًاششقن-ْ ءنارنششض

و خنْ ةرششض

ن وورنْ يششفمْ يندَأ

ن ششكنْ تعيوأنرنْ ُ:هميولنعن

هعلعفنششس

و أ

ن ْ درشيدمحنْ دعوشمععنْ ًاهنط

ع شس

ن ون-ًاهنتمعنششس

م ونْ ًاهنتمرنض

و خعْ ن

و ممْ رنك

ن ذنفن

ل

ن ششيقمفنْ ٍ،ةرونروششععْ هعلنعوأنْ يششفمْ ءمًامنششس

ن لاْ يششفمْ هعلنع

و أنونْ ض

م

رولو

ن اْ يفم

ل

ن ًاششقن-ْ فص

ن نوممْ ينمءنًاج

ن فنْ .ععيط

م تنس

و أ

ن ْ لنْ ُ:تعلوقعفنْ هميولنعنْ دوعنصواْ ُ:ينلم

ُ:ل

ن ًاشقنفنْ ٍ،يشفملوخنْ ن

و ممْ يبمًاشينثمْ عنشفنرنفن-ْ ف

ع يص

م ونلواْ ونهعْ ُ:نرووعنْ ن

ع بوا

ك

و ششس

م موتنس

و اْ ُ:ل

ن ًاششقنفنْ ةمونروععلوًاششبمْ ت

ع ذوششخنأ

ن ْ َىششتنحنْ تعدوعمصنفنْ .دوعنصوا

همششلنلاْ ل

ن وششس

ع رنْ ت

ع يوتنَأ

ن ششفنْ يدمينْ يفملنْ ًاهنننإمونْ تعظوقنيوتنسوًافنْ .ةمونروععلوًابم

ًاششمنأن"ْ ُ:لنًاششقنفنْ .همششيولنعنْ ًاهنتعششص

و ص

ن قنفنْ م

ن لنششس

ن ونْ همششيولنع

ن ْ هعششلنلاْ َىلنششص

ن

ًامنأنونْ م

م لنس

و لو

م اْ دعومععنفنْ دعومععنلواْ ًامنأ

ن ونْ مملنسولوماْ ةعضنوورنفنْ ةعضنوورنلا

َىششتنحنْ م

م لنششس

و لو

م اْ َىششلنع

ن ْ ت

ن ششنوأ

ن ْ ٍ،َىقنثووعششلواْ ةعونروششععلواْ ينششهمفنْ ةعونروععلوا

ت

ن ومعتن

"

(21)

Aku melihat diriku berada di sebuah taman yang hijau .Ibnu Aun mengatakan bahwa lelaki itu menggambarkan suasana kesuburan taman dan luasnya. Di tengah-tengah kebun itu terdapat sebuah tiang besi yang bagian bawahnya berada di bumi, sedangkan bagian atasnya berada di langit, dan pada bagian atasnya ada buhul tali-nya. Kemudian dikatakan kepadaku, 'Naiklah ke tiang itu.' Aku menjawab, 'Aku tidak dapat.' Lalu datanglah seorang yang memberi nasihat kepadaku .Ibnu Aun mengatakan bahwa orang tersebut adalah penjaga taman tersebut. Orang itu mengangkat bajuku dari belakang seraya berkata, 'Naiklah!' Maka aku naik hingga dapat memegang tali tersebut. Orang tersebut berkata, 'Berpeganglah kepada tali ini.' Aku terbangun, dan sesungguhnya tali itu benar-benar masih berada dalam pegangan kedua tanganku. Aku datang kepada Rasulullah Saw., lalu kuceritakan kepadanya mimpi tersebut. Maka beliau bersabda: 'Adapun taman tersebut adalah. taman Islam, sedangkan tiang tersebut adalah tiang Islam; dan tali itu adalah tali yang kuat, artinya engkau tetap berada dalam agama Islam hingga mati'."

Perawi mengatakan bahwa lelaki tersebut adalah sahabat Abdullah ibnu Salam.

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini di dalam kitab Sahihain melalui riwayat Abdullah ibnu Aun, maka aku (perawi) berdiri menghormatinya.

Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya melalui hadis A'masy, dari Sulaiman ibnu Mishar, dari Kharsyahibnul Hur Al-Fazari dengan lafaz yang sama.32

3. Toleransi terhadap umat beragama

Sikap toleransi yang dimaksud disini bukanlah sikap toleransi dalam hal keimanan dan ibadah, namun yang dimaksud disini adalah toleransi yang mengakui tidak ada paksaan dalam bergama. seperti firman Allah swt dalam alQuran surah al-Kafirun:

(22)

)ْ ن

ن ورعفمًاك

ن لواْ ًاهنييأنْ ًاينْ لوقع

2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah 3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah

4). Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah

5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah 6). Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku

b. Munasabah

Pada akhir surat al Kautsar telah disebutkan bahwa orang yang membenci Nabi Muhammad akan terputus. Pada surat al Kafirun, rasulullah saw diperintahkan untuk bersikap tegas kepada orang yang bersikap ingkar kepada Allah.

c. Asbabun Nuzul

Telah diriwayatkan bahwa Al wali bin Mughiroh, Al’as bin wa’il as Sahmi, al Aswad bin Abdul Muthalib, dan Umayyah bin Khalaf bersama romobongan pembesar-pembesar Quraisy datang menemui Nabi saw dan menyatakan, “Hai Muhammad! Marilah engkau mengikuti agama kami dan kami mengikuti agama kamu dan engkau bersama kami dalam semua masalah yang kami hadapai, engkau menyembah tuhan kami setahun, dan kami menyembah tuhanmu setahun. Jika agama yang engkau bawa itu benar, maka kami berada bersamamu dan mendapat bagian darinya dan jika ajaran yang ada pada kami itu benar, maka engkau telah bersekutu pula dengan kami dan engkau akan mendapat bagian pula daripadanya.” Beliau menjawab: “Aku berlindung kepada Allah dari mempersekutukan-Nya.” Lalu turunlah surat al Kafirun sebagai jawaban terhadap ajakan mereka.

(23)

Kemudian Nabi saw pergi ke Masjdil Haram menemui orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul disana dan membaca surat al Kafirun ini, maka mereka berputus asa untuk dapat bekerjasama dengan Nabi saw. sejak itu mulailah mereka meningkatkan permusuhan mereka kepada Nabi dengan menyakiti beliau dan para sahabatnya, sehingga tiba masanya hijrah ke Madinah.

d. Tafsir

(1-2) dalam ayat- ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar menyatakan kepada orang-orang kafir bahwa “tuhan” yang mereka sembah bukanlah “tuhan” yang ia sembah, karena mereka menyembah “tuhan” yang memerlukan pembantu dan mempunyai anak atau menjelma dalam suatu bentuk atau dalam seuatu rupa atau bentuk-bentuk lain yang mereka dakwakan. Sedang Nabi saw menyembah Tuhan yang tidak ada tandingan-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya tidak mempunyai anak dan istri. Akal tidak sanggup menerka bagaiman Dia, tidak ditentukan oleh tempat dan tidak terikat oleh masa, tidak memerlukan perantaraan dan tidak pula memrlukan penghubung.

Maksud pernyataan yang dimaksud adalah terdapat berbedaan sangat besar antara “tuhan” yang disembah oleh orang-orang kafir dengan “Tuhan” yang disembah Nabi Muhammad. Mereka menyifati tuhannya dengan sifat-sifat yang tidak layak sama sekali bagi Tuhan yang disembah Nabi.

(3) selanjutnya Allah menumbuhkan lagi pernyataan yang diperintahkan untuk disampaikan kepada orang-orang kafir dengan menyatakan bahwa mereka tidak menyembah tuhan yang didakwakan oleh Nabi Muhammadkarena sifat-sifatNya berlainan dengan sifat-sifat “Tuhan” yang mereka sembah dan tidak mungin dipertemukan antara kedua macam sifat tersebut.

(24)

menjadi seseorang atau memihak kepada suatu bangsa atau orang tertentu. Sedangkan “Tuhan” yang mereka sembah itu berbeda dari tuhan yang tersebut diatas. Lagi pula ibadah Nabi hanya untuk Allah saja, sedang ibadah mereka bercampurdengan syirik dan dicampuri dengan kelalaian dari Allah, maka yang demikian itu tidak dinamakan ibadah.

Pengulangan pernyataan yang sama seperti yang terdapat pada ayat 3 dan 5 adalah ayat untuk memperkuat dan membjuat orang yang mengusulkan kepada Nabi saw berputus asa terhadap penolakan Nabi menyembah tuhan mereka selama setahun. Pengulangan seperti ini juga terdapat dalam surah ar-Rahman/55 dan al-Mursalat/77. Hal ini adalah biasa dalam bahasa Arab.

(6) kemudian dalam ayat ini, Allah mengancam orang-orang kafir demngan firman-Nya yaitu, “Bagi kamu balasan atas amal perbuatanmu dan bagiku balasan atas amal perbuatanku.” Dalam ayat lain Allah berfirman:

.

ميكألأامدعيأد ميكألدود اندلأ امدعيأد آندلدود

“Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu” (al-Baqarah/2: 139)34

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

pluralitas dan pluralisme merupakan dua hal yang berbeda. Pluralitas adalah mengakui keberadaan segala sesuatu yang berbeda, sementara pluralisme adalah mengakui kebenaran setiap yang berbeda. Islam mengakui keberadaan semua agama, bahkan yang anti agama dan anti Tuhan pun diakui keberadaanya. Tetapi Islam tidak mengakui bahwa seluruh agama itu benar dan hanya mengakui Islam sebagai satu-satunya agama yang benar (Ali Imran [3]: 19). Pandangan Alquran tentang Pluralitas:

(25)

1. Alquran mengakui keberadaan agama lain (al-Maidah [5]: 48)

dipandang dari aneka ragam syariat mereka yang berbeda-beda (al-Baqarah [2]: 148)

Allah Swt. telah menetapkan berbagai macam syariat untuk menguji hamba-hamba-Nya (an-Nahl [16]: 93)

2. Kebebasan beragama dalam Islam (al-Baqarah[2]: 256) 3. Toleransi terhadap umat beragama (al-Kafirun[109]: 1-6)

DAFTAR PUSTAKA

ad-dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir. 2003. Tafsir Ibnu Katsir. Bandung: Sinar Baru Algelindo.

Alquran Tafsir Perkata. Alquranul Karim,

(26)

Kamal, Fathurrahman. 2010. Menyibak Tabir Kejahilan: Pluralisme Agama dalam Timbangan Alquran. Jogja.

Referensi

Dokumen terkait

Insentif sebagai perangsang atau pendorong yang diberikan secara sengaja kepada para pekerja agar dalam diri pekerja timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi

Pengisian evaluasi dalam rekam medis adalah hasil dari evaluasi perencanaan dan implementasi yang sudah dilakukan oleh masing-masing profesi dan ditanyakan

■■ A static method parseClass (where Class is the name of the class, such as Byte or Integer ) that also accepts a string, and an optional radix to parse a string returns the

Pertanyan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Seberapa banyak perkara cerai gugat masyarakat muslim Kota Salatiga tahun 2014?, dan apa

Pada penelitian “ Hubungan antara Penyakit Jantung Bawaan dengan Bayi Berat Lahir Rendah Bayi di PKU Muhammadiyah Yogyakarta.” bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

Anak-anak, ayat al-Qur’±n di atas mengenalkan kepada kita bahwa Allah adalah Tuhan kita satu-satunya, Dialah yang menciptakan dan memelihara segala sesuatu yang ada

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dalam memberi kekuatan dan kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang