• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIR JAYA KABUPATEN TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIR JAYA KABUPATEN TANGERANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266

DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIR JAYA

KABUPATEN TANGERANG

Febi Ratnasari* Maya Febriana **

Program StudiS1 keperawatan STIKes YATSI Tangerang, email : [email protected]

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menurunkan angka kematian bayi antara lain dengan meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada bayi. Pemberian makanan untuk bayi dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif. Ayah ASI merupakan salah satu dukungan dalam pemberian ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara dukungan sosial suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasir Jaya Kabupaten Tangerang Tahun 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan retrospective, yaitu penelitian yang berusaha melihat kebelakang (backward looking), artinya pengumpulan data dimulai dari efek yang telah terjadi. Teknik sampel yang digunakan peneliti adalah teknik non random sampling secara quota sampling dan accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 179 responden. Hasil penelitian didapat nilai uji chi square sebesar 1,000 > 0,05 maka Ha ditolak (p>0,05) artinya tidak ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasir Jaya Kabupaten Tangerang tahun 2017. Peneliti menyarankan kepada anggota keluarga terutama suami, agar ikut berpartisipasi dalam pemberian ASI eksklusif dengan cara memberikan dukungan sosial selama ibu menyusui eksklusif sampai usia bayi enam bulan dan menghilangkan budaya pemberian makanan tambahan selain ASI sebelum bayi berusia enam bulan.

Kata kunci: Dukungan sosial suami, keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

ABSTRACT

One of the government's efforts in reducing infant mortality rate is by increasing exclusive breastfeeding in infants. Feeding for babies can be achieved by creating understanding and support from the environment so that mothers can breastfeed exclusively. This study aims to determine whether there is a relationship between husband's social support with the success of exclusive breastfeeding in the work area of Pasir Jaya Puskesmas Distritc of Tangerang In 2017. The research method used is an analytical survey with retrospective approach, the research that seeks to look backward looking, data collection started from the effects that have occurred. The sample technique used by researchers is non-random sampling technique in quota and accidental sampling with the number of samples was 179 respondents. Data analysis techniques used univariate and bivariate analysis. The result of chi square test is 1,000> 0,05. Ha is rejected (p> 0,05) meaning that there is no relationship between husband's social support with exclusive breastfeeding success in work area of Pasir Jaya Puskesmas District of Tangerang in 2017. Researchers advise family members, especially husbands, to participate in exclusive breastfeeding by providing social support during exclusive breastfeeding mothers up to six months of age and eliminating a culture of supplementary feeding other than breastmilk before the infant is six months old.

(2)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266

Pendahuluan

Beberapa faktor dapat menyebabkan kematian bayi, seperti diare, penyakit infeksi, dan pneumonia. Pencegahan, deteksi dini, serta penanganan yang cepat dan tepat dapat menekan kematian yang disebabkan penyakit ini1. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) antara lain adalah dengan meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada bayi. Pemberian makanan untuk bayi yang ideal dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif”2.

Di Provinsi Banten, berdasarkan Susenas tahun 2009, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan adalah sebesar 58,6%. Angka tersebut cenderung lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional.

Sedangkan di wilayah Kabupaten Tangerang, cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi adalah sebesar 63,2% dari target 80%3. Saat ini, jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan masih rendah, yaitu kurang dari 2% dari jumlah total ibu melahirkan. Hal tersebut disebabkan karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tata laksana rumah sakit yang salah, dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan diluar maupun didalam rumah4.

Dukungan suami yang diberikan dalam bentuk apapun, dapat mempengaruhi kondisi emosional ibu yang berdampak terhadap produksi ASI5.

Berdasarkan data dan informasi yang ada di Puskesmas Pasir Jaya, diketahui cakupan ASI ekslusif tahun 2015 hanya sebesar 43,2%. Angka tersebut cenderung lebih rendah dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 80%6.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Pasir Jaya didapatkan data bahwa dari lima ibu menyusui, hanya dua dari lima ibu yang telah melewati masa enam bulan kelahiran anak pertamanya sukses memberikan ASI eksklusif, sedangkan tiga lainnya tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena berbagai faktor, seperti ibu mulai bekerja dan rasa tidak percaya diri dalam memberikan ASI. 1 dari 2 ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif mengaku suami selalu memberikan perhatian dan membantu ibu dalam merawat bayi.

(3)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266

Metode

(4)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266

Hasil

5.1 Analisa Univariat

5.2.1.Karakteristik Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Jaya Kab.Tangerang Tahun 2017

5.2.1.1. Tabel 5.1. Usia Ibu Menyusui

Mean Median Modus Min Max

Usia Ibu Menyusui 30,55 30,00 32 18 40

5.2.1.2. Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Suami

Tingkat Pendidikan Suami n f

Pendidikan Rendah 6 3,4%

Pendidikan Menengah 169 94,4%

Pendidikan Tinggi 4 2,2%

Total 179 100%

5.2.1.3. Tabel 5.3. Tingkat Pendidikan Ibu Menyusui

Tingkat Pendidikan Ibu Menyusui n f

Pendidikan Rendah 16 8,9%

Pendidikan Menengah 157 87,7%

Pendidikan Tinggi 6 3,4%

Total 179 100%

5.2.1.4. Tabel 5.4. Pekerjaan Suami

Pekerjaan Suami n f

Tidak Bekerja 2 1,1%

PNS 6 3,4%

Wiraswasta 65 36,3%

Pegawai Swasta 106 59,2%

Total 179 100%

5.2.1.5. Tabel 5.5. Pekerjaan Ibu Menyusui

Pekerjaan Ibu Menyusui n f

Tidak Bekerja 108 60,3%

PNS 3 1,7%

Wiraswasta 17 9,5%

Pegawai Swasta 51 28,6%

Total 179 100%

5.2.2. Tabel 5.6. Gambaran Dukungan Sosial Suami Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Jaya Kab.Tangerang Tahun 2017.

Dukungan Sosial Suami n f

Kurang Baik 12 6,7%

Baik 167 93,3%

Total 179 100%

(5)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266

Pemberian ASI Eksklusif n F

Berhasil 60 33,5%

Tidak Berhasil 119 66,5%

Total 179 100%

5.3. Analisa Bivariat

5.3.1 Tabel 5.8. Hubungan Dukungan Sosial Suami terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Jaya

Kabupaten Tangerang Tahun 2017.

Dukungan Sosial Suami

Keberhasilan Pemberian

ASI Eksklusif Total

Pvalue OR

(95% CI) Tdk Berhasil Berhasil

n F n f n f

Kurang Baik 8 4,5% 4 2,2% 12 6,7%

1,00

1,009

(6)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266 Berdasarkan hasil uji chi-square

menunjukkan bahwa p-value 1,00 > 0,05 maka dapat dinyatakan Ha ditolak (p>0,05) artinya tidak ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasir Jaya Kabupaten Tangerang tahun 2017. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=1,009, artinya ibu yang mendapatkan dukungan sosial suami yang kurang baik mempunyai peluang 1,009 kali tidak berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayi dibandingkan ibu yang mendapat dukungan sosial suami baik.

Pembahasan

6.1. Gambaran Karakteristik Ibu

Menyusui Diwilayah Kerja Puskesmas

Pasir Jaya Kabupaten Tangerang

a. Usia Ibu Menyusui

waktu reproduksi yang paling baik adalah umur 25-35 tahun8. Usia tersebut juga merupakan rentang usia aman untuk bereproduksi. Pada umumnya, ibu pada usia tersebut memiliki kemampuan laktasi yang lebih baik daripada yang berumur lebih dari 30 tahun sehingga ibu yang berusia 20-30 tahun memiliki peluang yang lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

b. Tingkat Pendidikan Suami

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang pendidikannya lebih rendah9. Pendidikan berdampak pada peningkatan wawasan atau pengetahuan seseorang. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan bagi keluarga akan berkurang sehingga suami akan kesulitan mengambil keputusan secara efektif.

c. Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan yang dimiliki oleh ibu berhubungan dengan pengetahuan yang dimilikinya, maka ibu akan berusaha untuk lebih mengetahui tentang pemberian ASI eksklusif. Pendidikan akan membuat sesorang ingin mengetahui lebih banyak hal yang diperlukan dan lebih tanggap tantang informasi serta peka melihat perubahan-perubahan yang terjadi10

(7)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266

d. Status Pekerjaan Suami

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa keadaan ekonomi atau penghasilan memegang peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan.

Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang tersebut tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Sebaliknya, semakin tinggi pendapatan dalam keluarga akan menyebabkan semakin rendahnya presentase dalam pemberian ASI sehingga daya beli terhadap susu formula semakin tinggi11 .

e. Status Pekerjaan Ibu

Kembalinya ibu bekerja dapat mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif. Ketika ibu kembali bekerja, tingkat stres akan meningkat sehingga akan berpengaruh pada prooduksi ASI (Hani, 2014).

Bagi ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI eksklusif sering kali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan. Sebelum pemberian ASI

eksklusif berakhir secara sempurna, ia harus kembali bekerja, inilah yang menjadikan bayi tidak memperoleh ASI eksklusif12 .

6.2. Gambaran Dukungan Sosial Suami di

Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Jaya

Kabupaten Tangerang Tahun 2017

Seorang ayah mempunyai peranan penting dalam keberhasilan ibu menyusui, peran ayah mempengaruhi perasaan dan semangat ibu untuk menyusui dan untuk terus memberikan yang terbaik bagi anaknya. Proses menyusui bisa terhambat apabila hubungan ayah dan ibu tidak harmonis dan ibu tidak mendapat dukungan suami13.

Faktor dukungan suami yang berhubungan dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif yaitu tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, pendapatan dan status pekerjaan suami14. Pengetahuan, informasi, dan budaya juga merupakan faktor-faktor yang dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif15.

6.3. Gambaran Keberhasilan Pemberian

ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Pasir Jaya Kabupaten

(8)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif lebih banyak dibanding dengan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian-penelitian lain, yang mengungkapkan bahwa jumlah ibu menyusui yang tidak memberikan ASI eksklusif lebih banyak daripada jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif. Rendahnya angka keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif ini diduga karena belum optimalnya pemahaman ibu mengenai ASI eksklusif, terdapatnya mitos-mitos yang beredar dimasyarakat, serta rasa takut ibu terhadap ASI yang dihasilkannya kurang. Adapun mitos atau anggapan keliru tentang pemberian ASI misalnya ibu yang menyusui anaknya dapat menurunkan kondisi fisik dirinya merupakan mitos yang sulit diterima oleh akal sehat, menyusui dapat mengubah bentuk payudara, menyusui membuat ibu sulit menurunkan berat badan, serta payudara kecil tidak menghasilkan ASI yang banyak16

Fenomena lain yang lebih tragis sebagai akibat iklan susu ialah banyaknya ibu yang beranggapan bahwa susu formula bukanlah sekedar makanan, tetapi juga sebagai obat bagi anak. Hal ini diyakini oleh para ibu yang kurang memiliki

pengetahuan tentang ASI. Boleh jadi, anggapan itu muncul setelah mencermati keterangan yang tertera pada pembungkus susu formula, atau yang dijelaskan dalam iklan susu tersebut. Iklan ini menerangkan bahwa susu formula diperkaya oleh berbagai vitamin dan zat-zat penting lainnya, yang konon sangat dibutuhkan anak untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Iklan itu seolah-olah menjelaskan bahwa kandungan gizi dalam susu formula lebih banyak daripada ASI, dan kualitasnya lebih baik ketimbang ASI. Iklan seperti inilah yang dinilai menyesatkan para ibu dan merugikan anak17.

6.4. Hubungan Dukungan Sosial Suami

Dengan Keberhasilan Pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Pasir Jaya Kabupaten

Tangerang

Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian lain, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI ekslusif18.

(9)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266 faktor-faktor yang berhubungan dengan

kelangsungan pemberian ASI eksklusif adalah waktu inisiasi menyusui dalam satu jam pertama setelah kelahiran, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan wilayah tempat tinggal ibu20.

Pekerjaan suami, dukungan petugas kesehatan, dan pekerjaan ibu merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif 21. Status ibu bekerja juga berhubungan dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif22.

Perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya dengan hasil yang dilakukan oleh peneliti dapat disebabkan oleh beberapa kendala yaitu masih kurangnya pemahaman ibu mengenai ASI eksklusif, adanya rasa takut ibu yang tidak berdasar bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup untuk bayinya dan kepercayaan yang keliru bahwa bayi mereka memerlukan cairan tambahan selain ASI23.

Pada umumnya ibu-ibu yang sedang menyusui tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif. Kebiasaan memberikan makanan kepada bayi baru lahir dilakukan oleh sebagian besar ibu. Jenis makanan yang diberikan kepada bayi baru lahir adalah madu, air, air dicampur dengan madu/gula merah dan kopi, dengan alas an ASI belum keluar,

supaya mulut bayi bersih maka diberi minum air. Madu, air dan gula merah dimaksudkan supaya lidah bayi terangsang rasa manis dan supaya bayi tidak step diberi kopi. Bayi usia 1 bulan diberi makanan tambahan seperti pisang, bubur, roti dan bsikuit karena supaya bayi tidak lapar sehingga mudah tidur, juga atas anjuran paraji dan orang tua24.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengenai beberapa faktor yang membuat sebagian ibu muda tidak menyusui anaknya adalah pertama, gencarnya kampanye produsen susu dan makanan pengganti ASI, serta berhasilya upaya para distributor dalam mendistribusikannya, sehingga para ibu tergerak untuk mempercayainya. Kedua, kurangnya kesadaran ataupun pengetahuan para ibu terhadap pemberian makanan kepada anak. Ketiga, ketiadaan perhatian yang sungguh-sungguh dari tenaga kesehatan untuk menggalakkan kebiasaan menyusui anak. Keempat, kurangnya program kesejahteraan sosial yang terarah, yang dijalankan oleh beberapa instansi pemerintahan di Negara-negara berkembang25.

(10)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266 yang terlampau gencar dan

muluk-muluk dari pihak produsen susu. Dalam promosi susu tersebut, ada sebuah kekeliruan konsep, yakni susu formula itu diperlukan oleh ibu yang persediaan air susunya tidak mencukupi kebutuhan anak, sehingga dibutuhkan susu tambahan yang diproduksi oleh perusahaan susu27. Promosi ini sangat mempengaruhi pemikiran pada ibu yang kurang memiliki pengetahuan yang luas tentang ASI. Dengan adanya promosi tersebut, para ibu dibujuk agar mempercayai propaganda mereka, dan mulai menggunakan susu formula sebagai pengganti ASI. Bagi para ibu, menggunakan susu formula dianggap lebih mendatangkan semacam kelonggaran, karena mereka tidak perlu selalu siap sedia memberikan ASI kepada anak. Lambat laun, kebiasaan ini akan memupuk sikap mental yang enggan repot dan bertindak seenaknya sendiri26.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif28.

Faktor yang diduga mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif yaitu tingkat pendidikan ibu yang mayoritas tinggi, tingkat pengetahuan ibu yang cukup tinggi, kondisi

kesehatan ibu yang baik, adanya dukungan suami, adanya peran kelompok potensial yang memberikan informasi, adanya penyuluhan, sikap petugas yang suportif dan mau menanggapi setiap persoalan yang sedang dihadapi29.

Kesimpulan

1. Usia termuda responden adalah 18 tahun dan usia tertua responden adalah 40 tahun dengan usia terbanyak adalah 32 tahun, tingkat pendidikan suami terbanyak adalah pendidikan menengah yaitu sebanyak 169 orang (94,4%), tingkat pendidikan ibu menyusui terbanyak adalah pendidikan menengah sebanyak 157 orang (87,7%), pekerjaan suami terbanyak adalah pegawai swasta sebanyak 106 orang (59,2%), serta pekerjaan ibu menyusui terbanyak adalah tidak bekerja sebanyak 108 orang (60,3%).

2. Dukungan sosial suami di wilayah kerja Puskesmas Pasir Jaya Kabupaten Tangerang menunjukkan dukungan baik sebesar 93,3%.

3. Keberhasilan ibu dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pasir Jaya Kabupaten Tangerang menunjukkan keberhasilan ASI eksklusif sebesar 33,5%.

(11)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266 orang, 56 (31,5%) diantaranya berhasil

memberikan ASI eksklusif, sedangkan 12 (6,7) orang ibu mendapatkan sosial suami kurang baik, 4 (2,0%) diantaranya berhasil memberikan ASI eksklusif.

5. Hasil uji statistik bivariat menunjukkan bahwa p-value 1,00 > 0,05 maka Ha ditolak (p>0,05) artinya tidak ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Pasir Jaya Kabupaten Tangerang tahun 2017.

Referensi

1. GIZIKIA. (2012). Materi Advokasi BBL

diakses dari

http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/Ma

teri-Advokasi-BBL.pdf diunduh pada

12 Desember 2016.

2. Roesli, Utami. (2007). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya.

3. DINKES Kabupaten Tangerang. (2013). 4. Yuliarti, Nurheti. (2010). Keajaiban ASI

– Makanan Terbaik Untuk Kesehatan , Kecerdasan, Dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta : ANDI.

5. Ramadani, Mery Dan Hadi, Ella Nurlaella. (2010). Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang, Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4 Nomor 6 Juni 2010 : 269-274.

6. Profil Puskesmas Pasir Jaya, 2015

7. Hani, Ratu Ummu. (2014). Hubungan Dukungan Suami Terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Primipara Di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. [Skripsi] Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

9. Hargi, Jayanta Permana. (2013). Hubungan Dukungan Suami Dengan Sikap Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Diwilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember.. [Skripsi]. Univeristas Jember : Program Studi Ilmu Keperawatan.

10. Siallagan, Yesica, Mutiara, Erna, dan Yusad, Yusniwarti. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi (0-6 Bulan) Dikelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

11. Rahayu, ID. (2010). Hubungan Pendidikan Ibu Dan Pendapatan Orang Tua Dengan Lama Pemberian ASI Eksklusif Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Pucangan Kecamatan Kartasura. Karya Tulis Ilmiah. [Skripsi]. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(12)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266 13. Sari, Reni Restu. (2011). Hubungan

Karakteristik, Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Ayah Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Takang Kabupaten Solok Tahun 2011 Diakses Dari

http://lib.ui.ac.id Pada 20 November

2016.

14. Sari, Ni Made Ayu Komala. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami Terhadap Pelaksanaan ASI Eksklusif Diwilayah Kerja Puskesmas Kediri I Tabanan. [Skripsi]. Universitas Udayana Denpasar : Fakultas Kedokteran.

15. Nurbaiti. (2014). Faktor-Faktor Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III Dirumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru 2014. [Skripsi].

16. Ida. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2011 [Skripsi] (Diakses Dari

http://lib.ui.ac.id Diunduh Pada 5

Februari 2017).

17. Pertiwi, Putri. (2012). Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang Diakses Dari http://lib.ui.ac.id Diunduh Pada 5 Desember 2016).

18. Wahyuningsih, Dyan Dan Machmudah. (2012). Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif. [Skripsi]. Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

19. Mitra. (2010). Faktor—Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelangsungan Pemberian ASI Ekslusif Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2010-September 2010, Vol.4, No.2. 20. Kusmaningrum, Tyas. 2016. Gambaran

Faktor-Faktor Ibu Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif Di Desa Cepokosawit Kabupaten Boyolali. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 21. Arifah I, Rahayuning D Dan Rahfiludin

MZ. (2014). Father’s Roles On The Exclusive Breastfeeding Practice. Jurnal Kesmas Vol 8 No 2 September 2014 : 83-92.

22. Aroh Isyti. (2012). Prediktor Pengambilan Keputusan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Pasca Persalinan Seksio Seksaria Di Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. [Thesis]. Fakultas Ilmu Keperawatan Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Maternitas Universitas Indonesia Depok.

23. Media, Yulfira, Rachmalina, dan Manalu Helper. (2007). Pengetahuan, Persepsi Dan Perilaku Ibu Tentang Pemberian ASI/ASI Eksklusif. Jurnal Media Litbang Kesehatan XVI Nomor 3 Tahun 2007.

24. Dewi, Vivian Nanny Lia. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika

(13)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. XII No. 12 Desember 2017. ISSN 2086-9266 26. Asih, Kartini. (2013). Hubungan

Dukungan Suami Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Karyawati Rumah Sakit Bakti Wira Tamtama Semarang. [Skripsi]. Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhamadiyah Semarang. 27. Asih, Yusari Dan Risneni. (2016). Buku

Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui, Dilengkapi Dengan Evidence Based Practice Dan Daftar Tilik Asuhan Nifas. Jakarta : TIM.

28. Purwiyanti, Evi. (2011). Studi Tentang Keberhasilan Pemberian ASI Pada Daerah Dengan Cakupan ASI Eksklusif > 80% (Studi Kasus Didesa Paulan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar). Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Gambar

Tabel 5.1. Usia Ibu Menyusui
Tabel 5.8. Hubungan Dukungan Sosial Suami terhadap Keberhasilan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Nilai tersebut lebih besar dari penjumlahan daya untuk memutar bilah penegak dan penjatah sehingga dengan ukuran diameter roda 26 cm dan lebar roda 10 cm mampu memutar kedua

Perbedaan penelitian oleh Lewy, Zulkardi dan Aisyah dengan penelitian ini adalah soal yang dikembangkan dalam penelitian ini tidak hanya soal untuk mengukur kemampuan

[r]

Secara berkelompok dan dengan bimbingan fasilitator berdiskusi terkait konsep dan prinsip komunikasi efektif dalam pembelajaran serta kegunaan pengetahuannya

Earth observation driven ecosystem modeling have played a major role in estimation of carbon budget components such as gross primary productivity (GPP) and net primary

Sedangkan menurut Hanson (dalam Masaong dan Tilomi, 2011) istilah kepemimpinan dapat dipahami sebagai konsep yang didalamnya mengandung makna bahwa ada suatu proses

We will be accessing spatial data in several formats—html, xml, shapefiles, and text—locally and over the web to produce a map of home foreclosure auc- tions and perform