• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISTEM KOORDINASI DAN ALAT INDRA PADA MANUSIA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISTEM KOORDINASI DAN ALAT INDRA PADA MANUSIA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISTEM KOORDINASI DAN ALAT INDRA PADA MANUSIA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN

STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

T R I W A H J U N I

SMP Negeri 2 Bangkalan Kabupaten Bangkalan

Abstrak: Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskanan permasalahan: “Apakah model pembelajaran Student Facilitator and Eksplaining dengan pende-katan CTL dapat meningkatkan penguasaan konsep siatem koordinasi dan alat in-dra pada manusia. Penelitian dilakukan di kelas IX C SMP Negeri 2 Bangkalan, dari 8 kelas paralel Kelas IX C dipilih karena menunjukkan tingkat kepasifan de-ngan tingkat disiplin rendah, rata-rata 65% siswa tuntas belajar dari ketrampilan sains 35%. Materi pokok yang dipelari Sistem Koordinasi dan Alat Indra pada manusia. Hasil belajar pada siklus III ada peningkatan yang cukup signifikan. Meskipun indikator keberhasilan siswa yang tuntas belajar sebesar 85% belum tercapai. Namun dari tabel tampak ada peningkatan nilai rata-rata dan persentase siswa yang tutas belajar. Dari segi guru, siklus IIII, terjadi peningkatan kualitas pembelajaran. Fungsi guru sebagai fasilitator dan dinamisator sangat terasa. Awalnya pembelajaran kooperatif terasa asing. Namun lambat laun kinerja guru semakin membaik, pemahaman sintaks pembelajaran kooperatif semakin mening-kat sehingga membantu proses pembelajaran menjadi pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning). Menurut Susilo(2000) Juga harapan Dharman (2005), bahwa guru harus mampu mengidentifdikasi dan mencari solusi terhadap permasalahan dalam proses belajar mengajar.

Kata Kunci: IPA, Pembelajaran Student Facilitator And Explaining

(2)

Pendahuluan

Dari pengalaman nyata guru da-lam proses kegiatan belajar mengajar IPA-Biologi. Pada kelas IX di SMP Negeri 2 Bangkalan, ketika membela-jarkan pokok bahasan system koordina-si manusia, menemukan berbagai per-masalahan, antara lain:

1. Aktivitas siswa dalam mengikuti ke-giatan belajar mengajar masih ren-dah, ini ditunjukkan dengan sedikit-nya jumlah siswa yang mengajukan pendapat dalam menyelesaikan ma-salah yang diajukan oleh guru, de-mikian juga pada saat kegiatan ke-lompok,

2. Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) yang diperoleh siswa dari test for-matif yaitu 65% jumlah siswa yang mendapatkan nilai tuntas, 35 % sis-wa belum tuntas untuk pokok baha-san tersebut, jika permasalahan ini tidak segera diatasi, maka KKM un-tuk pokok bahasan tersebut tidak tercapai dan akan berpengaruh ter-hadap ketidak tuntasan mata pelajar-an IPA-Biologi.

Guru mencoba melakukan pende-katan lebih intensif, untuk menyelesai-kan permasalahan-permasalahan terse-but, melalui kegiatan wawancara. Hasil wawancara terhadap beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar pada konsep sistem koordinasi dan alat indra pada manusia karena:

a. Motivasi belajar siswa dan rasa per-caya diri rendah,

b. Siswa belum diberi kesempatan un-tuk membuat dan menampilkan ha-sil karya didepan kelas dari pokok bahasan sistem koordinasi manusia,

c. Siswa belum diberi kesempatan me-nerapkan konsep untuk memecah-kan masalah yang berkaitan dengan pokok

bahasan system koordinasi manusia dalam kehidupan sehari-hari,

d. Kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada guru (techer concered ), siswa lebih banyak mendengar dan mencatat materi yang disampai-kan guru, e. Interaksi siswa dalam kelompok be-lajar

masih kurang, karena hanya terbatas pada pekerjaan mengisi LKS, dimana meteri kegiatan LKS masih berpusat pada buku (textbook oriented) dan didominasi dengan ha-falan bukan pada penerapan konsep, sehingga siswa tidak mengembang-kan kemampuan membangun penge-tahuan sendiri,

f. Soal tes pokok bahasan system ko-ordinasi pada manusia belum mem-pertanyakan soal-soal aplikasi kon-sep dalam berbagai bidang kehidu-pan, tapi masih berupa hafalan kon-sep, sehingga sislam proses pembe-lajara cenderung belajar dengan menghafal.

(3)

tahan lama dan menumbuhkan rasa percaya diri dan pandangan positif terhadap materi pem-belajaran. Adapun langkah-langkah un-tuk menyusun pembelajaran Student Facilitator and Eksplaning adalah:

a. Guru menyampaikan indikator hasil belajar yang akan dicapai,

b. Guru menjelaskan apa yang perlu dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan,

c. Guru membagi kelompok dan ke-mampuan akademik yang merata,

d. Siswa membuat karya tulis ilmah dengan topik yang menjadi tugas mereka,

e. Siswa mempresentasikan hasil dis-kusi pada siswa lain yang berbeda kelompok, f. Guru menyimpulkan pendapat sis-wa, g. Guru membuat peta konsep menge-nai

konsep yang telah ditentukan.

Jhonson Elaine, dalam Mohamad Nur

(2004) bahwa “Teaching should be offered

in context, Learning in order to know should not be separated from learning in order to

do”, pernyataan ini mengaplikasikan bahwa

pembelajaran yang dikembangkan disekolah seharus-nya mengacu 3 hal:

1. menghubungkan pengetahuan dan ketrampilan,

2. mempelajari konsep abstrak dengan melakukan aktifitas praktis,

3. menghubungkan pelajaran di seko-lah dengan dunia nyata.

Depdiknas (2006) menerapkan pendekatan yang memuat 4 pilar

pendi-dikan, yaitu “learningto do, learning to

know, learning to be and learning to live

together”, inquiry, konstrutivisme, SETS atau sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat, pemecahan masalah. Dalam pendekatanpendekatan tersebut, guru lebih banyak berperan sebagai fa-silitator dan

motivator. IPA-Biologi se-bagai ilmu yang mengkaji fenomena a-lam, tidak cukup dikuasai dengan cara membaca, menghafalkan, atau menger-jakan tes untuk mengukur penguasaan konsep siswa.

(4)

berlatih melakukan pengamatan atau melaku-kan percobaan sehingga siswa menda-patkan pengetahuan secara langsung dengan mengalaminya sendiri. Belajar dengan mengalami sendiri tentu akan memberikan kesan yang lebih menda-lam pada diri siswa. Konsep belajar berdasarkan pengalaman setidaknya bersandar pada dua anggapan dasar: 1) belajar yang paling baik adalah bila sis-wa secara pribadi terlibat dalam penga-laman belajar, dan 2) agar menjadi pe-ngetahuan yang bermakna, maka pe-ngetahuan harus ditemukan sendiri oleh siswa (Johnson and Johnson, 2002).

Kajian Teori

Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasa-an pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, la-zimnya yang ditunjukkan dengan nilai tes

atua angka nilai yang diberikan oleh guru”(

DEPDIKBUD Kamus Bahasa Indonesia 1994:787 ). “ Prestasi adalah penguasaan terhadap materi pendidikan yang sedang ditekuninya oleh indivi-du”. (Dewa ketut

sukardi 1987: 48 ).”

Belajar adalah proses yang mela-hirkan atau mengubah kegiatan melalui jalan latihan dalam laboratorium atau lingkungan alam yang dibedakan oleh

perubahn-perubahn”. (Nasution 1989:3 ).

Motivasi

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu atau u-saha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak

melakukan sesuatu karena ingin mencapai sesuatau yang dikehen-daki atau mendapatkan keleluasaan de-ngan

perbuatannya”. ( DEPDIK-BUD )

Sistem Koordinasi dan Indera pada Manusia Serta Hubungannya dengan Kesehatan

Dalam sistem Koordinasi diperlu-kan tiga komponen agar fungsi koordi-nasi dapat berlangsung yaitu reseptor, konduktor, dan efektor.

1. Reseptor, Reseptor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai pene-rima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.

2. Konduktor (Penghantar impuls) konduktor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penghantar rang-sangan. Bagian tersebut adalah sel-sel saraf (neuron) yang membentuk system saraf. Sel-sel ini ada yang berfungsi membawa rangsangan ke pusat saraf ada juga yang membawa pesan dari pusat saraf.

3. Efektor Efektor, ini adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar im-plus. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelen-jar system kerja ketiga komponen tersebut dapat digambarkan seperti berikut :

Sistem Saraf sebagai system ko-ordinasi, system mempunyai fungsi:

(5)

2. Memberikan respon terhadap Impuls 3. Mengatur kerja system organ

Bagian-Bagian Sel Saraf (Neuron) dan Fungsinya

Struktur Neuron memiliki berba-gai macam jenis bagian-bagian sel sa-raf yang berfungsi dalam hal tertentu. Neuron atau sel saraf adalah unik struk-tural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron mempunyai kemampuan dalam konduktivitas (penghantar) dan ke-mampuan eksistabilitas (dapat dirang-sang), serta kemampuan merespon ran-sangan dengan sangat baik. Neuron ter-diri atas beberapa bagian-bagian yang setiap jenisnya berbeda antara satu de-ngan yang lain. Di otak terdapat sekitar 100 milliar neuron dan sel glial. Neu-ron berkomunikasi melalui persim-pangan neuron yang disebut sinapsis.

Bagian-Bagian Sel Saraf (Neuron) adalah sebagai berikut.

Bagian-Bagian Neuron (Sel Saraf) dan Fungsinya

a. Badan Sel (Perikarion), Badan sel menyimpan inti sel (nukleus) dan a-nak dari inti sel (nukleolus), Badan sel berjumlah satu atau lebih yang dikelilingi

oleh sitoplasma granuler. Di dalam sitoplasma badan sel juga terdapat dalam badan Nissl yang merupakan modifikasi dari retiku-lum endoplasma kasar (REK). Ba-dan Nissl mengandung protein yang digunakan sebagai pengganti protein yang habis. Selama metabolisme, protein ini juga bermanfaat bagi per-tumbuhan neuron. Jika badan sel mengalami kerusakan maka serabut-serabut dari neuron akan mati. Fungsi Badan Sel adalah untuk me-nerima impuls (ransangan) dari den-drit dan meneruskan ke Akson (neu-rit).

b. Dendrit, Dendrit adalah tonjolan dari sitoplasma pada bagian dari ba-dan sel. Di bandingkan dengan ak-son, dendrit ini jauh lebih halus, le-bih pendek, dan juga memiliki per-cabangan yang lebih banyak. Fungsi dendrit adalah untuk meneruskan ransang dari organ penerima rang-sang (reseptor) menuju ke badan sel)

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam pene-litian model pembelajaran Stu-dent Facilitator and Eksplaning dapat me-ningkatkan penguasaan konsep sys-tem koordinasi manusia. Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah: 1) persentase sis-wa mengungkapkan ide atau pendapat didepan kelas untuk setiap pertemuan setidaknya 75%, 2) minimal 85%

siswa memperoleh nilai≥ 70 pada tes

ulangan harian pokok bahasan Sistem Koordi-nasi.

Metode Penelitian

(6)

tingkat disiplin rendah, rata-rata 65% siswa tuntas belajar dari ketrampilan sains 35%. Materi pokok yang di-pelari Sistem Koor-dinasi dan Alat Indra pada manusia.

Hasil Penelitiand Pembahasan A.Hasil Penelitian

1. Siklus I:

1) Pertemuan ke-1dengan kegiatan utama membuat peta pikiran. Tujuan: agar siswa cermat mem-baca materi dan membangun pe-ngetahuannya berdasarkan apa yang dibaca ke dalam bentuk peta pikiran. Peta pikiran yang baik ditandai adanya warna, bentuk dan garis yang bervariasi sehing-ga tidak membosankan. Setiap siswa menyelesaikan tugas se-cara individual, anggota kelom-pok menentukan peta pikiran yang disajikan di depan kelas dan menyalin pada OHP selan-jutnya memilih anggota kelom-pok yang menyajikan di depan kelas. Hasil peta menyajikan, dan penyajiannya masih terlalu tegang. Tanggap-an kelompok lain juga masih ren-dah meskipun guru sudah mem-beri motivasi untuk berlatih Ta-nya jawab.

2) Pertemuan ke-2, aktivitas siswa sudah mulai menunjukkan pe-ningkatan yang menggembira-kan. Apabila pada pertemuan-1, masih ada siswa yang menyon-tek pekerjaan teman, maka pa-da pertemuan ke-2 sudah se-makin berkurang karena peker-jaan mereka lebih membutuhkan aktivitas kelom-pok. Pembagian tugas pada awal

kegiatan dalam pertemuan ke-2, nampaknya memberikan penga-ruh yang po-sitif terhadap kegia-tan kelom-pok. Dalam pertemuan ini siswa melakukan percobaan sederha-na, berdiskusi dan mengisi LKS-2 dengan mengamati char-ta serta menjawab pertanyaan pa-da LKS.Kelompok Sumsum tu-lang belakang, Hidung, Kulit, Te-linga dan saraf pusat belum me-nunjukkan kinerja yang baik, kelompok ini terlambat menye-lesaikan tugas, baik percobaan maupun menjawab permasalahan, diskusi kelas, akibatnya waktu penyajian data kelompok dan dis-kusi kelas berkurang. Menurut Darsono 2001, lambatnya kerja kelompok tahap awal sudah u-mum, asalkan masih batas to-leran. Kegiatan ini hanya 2 ke-lompok menyajikan hasil, sudah ada peningkatan kualitas penya-jiannya, sebab pembelajaran koo-peratif mulai dipahami siswa. (Tabel 1)

Tabel 1.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran sebelum tindakan sampai siklus 1

(7)

bila harus berbicara di-depan kelas. Hal ini terlihat pada saat guru meminta siswa untuk menyajikanpeta pikiran, ti-dak ada satupun kelompok yang berani maju, namun setelah ada motivasi dari guru, satu demi satu kelompok siswa mulai be-rani mengajukan peta pikiran-nya. Selanjutnya guru meminta setiap kelompokmenentukan satu peta pikiran yang harus ditampil-kan dalam papan informasi ke-giatan siswa. Kemudian setiap kelompok memberikan penilai-an terhadap seluruh karya ke-lompok siswa dan tidak diper-bolehkan menilai peta pikiran kelompoknya sendiri. Siswa me-rasa senang dan mengetahui bah-wa melakukan penilaian tidaklah mudah. Adapun dalam pelaksa-naan percobaan, peran guru masih dominan, karena sering memberikan layanan kepada kelompok yang mengalami ham-batan. Hal ini membuat guru menjadi kurang sabar dalam membimbing siswa, karena ter-lalu sering bertanya, padahal me-reka diberi kesempatan untuk membaca langkah kerja. Hal ini menunjukkan bahwa siswa perlu ditingkatkan kemandirian-nya. Adapun hasil pengamatan kemampuan kerja ilmiah dalam pembuatan karya ilmiah, dipero-leh data seperti tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2.

Perkembangan ketrampilan ilmiah sebelum tindakan sampai siklus I.

Ketrampilan yang diamati da-lam membuat karya ilmiah ada-lah:

a. latar belakang masalah: diru-muskan dalam kalimat-kali-mat yang runtut, menunjuk-kan pentingnya masalah,

b. ketajaman pembahasan:isinya relevan dengan permasalahan yang ada, diambil dari sumber yang benar,

c. Pembahasan: menganalisis data yang ada, menghubung-kan antara data dengan pus-taka sebagai referensi,

d. rumusan simpulan: relevan de-ngan tujuan, relevan dengan data dan pembahasannya,

e. tatatulis dan bahasa: meng-gunakan bahasa yang baku, f. jumlah buku sumber pustaka:

buku refernsi, internet,

g. CD Power Point: hubungan antara judul dengan materi sesuai, variasi menarik mudah dipahami.

Pada akhir pertemuan ke-2 gu-ru memberikan tes hasil belajar, bentuk soal pilihan ganda yang harus dikerjakan dalam waktu lima belas

menit. Soal dibuat

berdasarkankegiatan yang sudah dilakukan dengan beberapa mo-difikasi. Hasil belajar, menun-jukkan kenaikan yang relatif sa-ngat kecil ( Tabel 3)

Tabel 3.

(8)

2. Siklus II :

a) Pertemuan ke-4, Siswa membu-at peta pikiran materi Indra pada manusia. Siswa sudah semakin terlatih dalam membuat peta piki-ran, sehingga sebagian besar sis-wa dapat menyalesaikan tugas-nya dengan cepat sesuai waktu yang ditetapkan, meskipun masih ada tujuh siswa yang terlambat. Hal yang penting dari kegiatan ini siswa mendapat gambaran se-cara menyeluruh apa yang sedang dan akan dipelajari. Pada saat pe-nyajianpun siswa sudah semakin berani. Tujuan penyajian ini ada-lah untuk melatih keberanian sis-wa untuk berbicara didepan ke-las. Secara ringkas, aktivitas sis-wa dalam pembelajaran dapat di-lihat pada tabel 4

Tabel4.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran sampai siklus II

Pada siklus II anggota ke-lompok semakin baik. Hal ini sesuai dengan teori Konstruktif dalam pembelajaran yaitu bela-jar pada hakekatnya memiliki aspek sosial dan budaya, se-hingga kerja kelompok dianggap

lebih berharga dari pada kerja in-dividu.

b) Pertemuan ke-5 siswa membuat karya ilmiah materi Indra pada Manusia sesuai dengan materi yang menjadi tugasnya dengan pentunjuk LKS. Dengan semakin seringnya siswa membuat karya ilmiah, maka secara otomatis me-reka menjadi terlatih. Hal ini menjadikan kerja siswa lebih ce-pat, kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada siklus I menjadi pelajaran berharga bagi siswa. Hasil pengamatan karya ilmiah siswa dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 5.

Perkembangan Ketrampilan Ilmiah Siswa Sebelum Tindakan Sampai siklus II

Siswa yang terampil mening-katan sebesar 15% dari siklus I. Ada 35% yang belum te-rampil dalam bekerja. Pada sik-lus II diberikan tes pilihan gan-da, 10 soal 15 menit. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6.

Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan sampai siklus II.

(9)

(1999) , bila kegiatan kerja ilmiah dirancang dengan baik maka sedikit demi sedikit akan memperoleh dan membentuk pe-ngetahuan secara mandiri. Nilai ratarata 64,06 dan ketuntasan 62,5% berarti masih jauh dari ba-tas tuntas kelas sebesar 85%.

3. Siklus III : waktu yang ditetapkan, ku-alitasnyapun menunjukkan pe-ningkatan, penyajian materi su-dah dan kekurang-an siswa.

2) Pertemuan ke-7 : hasil perbai-kan karya ilmiah di presentasi-kan kembali untuk melatih ke-cepatan tanggap. Siswa secara berkelompok berhasil menyeles-aikan permasalahan dan menja-wab permasalahan sesuai waktu yang ditentukan. Ada 3 kelompok yang menyajikan data (lidah, hi-dung dan otak).

Tabel 7

Aktivitas siswa dalam pembelajaran sampai siklus III

Aktivitas siswa dalam ke-lompok ada peningkatan sebe-sar 12% dan

7% siswa yang masuk kategori belum aktif, se-cara umum indikator keberhasi-lan keaktifan siswa telah terca-pai.Adapun ketrampilan siswa dapat dilihat pada tabel 8 di ba-wah ini!

Tabel 8.

Ketrampilan Siswa Sebelum Tindakan Sampai siklus III

Ketrampilan siswa dalm mem-buat karya 76%. Hal ini sesuai dengan teori pembelajaran Thorndike yang menyatakan bahwa belajar memerlukan ada-nya latihan (law of exercise). Ada 24% siswa yang belum te-rampil. Akhir pertemuan ke-8, dilakukan tes akhir siklus III. Hasilnya dapat dilihat tabel di bawah ini !

Tabel 12.

(10)

Dari segi guru , siklus III, terjadi peningka-tan kualitas pembelajaran. Fungsi guru sebagai fasilitator dan dina-misator sangat terasa.

Awalnya pembelajaran koope-ratif terasa asing. Namun lambat laun kinerja guru semakin mem-baik, pemahaman sintaks pembe-lajaran kooperatif semakin me-ningkat sehingga membantu proses pembelajaran menjadi pembelaja-ran berpusat pada siswa (student centered learning). Menurut Susilo (2000) Juga harapan Dharman (2005 ), bahwa guru harus mampu meng-identifdikasi dan mencari solusi ter-hadap permasalahan dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan Tim Pelatih Proyek PGSM (1999), disebutkan tujuan u-tama PTK adalah perbaikan dan pe-ningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembela-jaran. Berdasarkan pengalaman ke-lemahan dari kegiatan ini adalah:

1. Waktu untuk membelajarkan ma-teri terbatas,

2. Jumlah pengamat hanya 2 o-rang yang dirasakan berat ka-rena harus mengamati berbagai aspek sekaligus pada beberapa kelompok,

3. Soal tes akhir siklus tidak diuji cobakan terlebih dahulu

Kesimpulan dan Saran A.Kesimpulan

a. Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: b. Penerapan model pembelajaran

Student Facilitator and Eksplaning dapat meningkatkan penguasaan konsep system ko-ordinasi dan alat indra pada manusia.

c. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Eksplaning dapat meningkatkan motivasi belajar.

d. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Eksplaning dapat menumbuhkan sikap ilmiah dan meningkatkan hasil belajar siswa.

B.Saran

1. Penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Eksplaning lebih luas guna mendukung KTSP, 2. perlunya dicoba pada sekolah–

se-kolah agar meningkatkan kinerja sekolah dalam mewujudkan ke-lulusan yang kompeten.

Daftar Pustaka

Anonim ,2006. Panduan Pengembangan Silabus Sekolah Menengah Pertama ( SMP ), Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Menejemen Pendidikan Dasar dan Menengah Derektorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama

Anonim ,2006. Model Model Pembelajaran Inovatif ,Jakarta :Departemen Pendidikan Nasional

Anonim, 2006.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Satuan Pendidikan SMP, Jakarta: Badan Standar Nasional (BNSP)

Darsono, M. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press

(11)

Penerapan Pembelajaran Berbasis Riset: Tantangan dan Peluangi bagi Dosen dan Guru. Semarang 6 Agustus 2005. 10 hal

Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwi Press, Inc

Muhamnad Nur, dan Prima Retno.2004. Pengajaran Berpusat Kepada S iswa dan Pendekatan Konstruktive dalam Pengajaran. Surabaya : UNESA

Subiyanto. 1990. Strategi - strategi Belajar IPA. Malang : IKIP Malang.

Susilo, H. 2000.Beberapa pemikiran mengenai Guru MIPA Masa Depan

dan Cara-cara

Mempersiapkannya.Makalah

disajikan dalam Seminar Nasional. Permasalahan dari alternatif Pemecahan Masalah Pendidikan MIPA di Universitas Malang tanggal 23 Februari 2000. 10 halTim Pelatih Proyek PGSM, 1999.

Penelitian Tindakan

Kelas.Depdikbut,Ditjen Dikti. Proyek PGSM . BRD Loan No 3979-IND

Referensi

Dokumen terkait

[r]

berstatus sosial ekonomi rendah hampir sedang , dan (3) terdapat perbedaan tidak signifikan antara kemampuan siswa kelas X SMA Sang Timur Yogyakarta yang orang tuanya

yang tidak bagus, karena pada lucutan nyala seperti disebutkan di atas menjadi tidak stabil, karena pembentukan ion baru terlalu kecil untuk

Petugas adat tingkat bawahan (kebayan), menjatuhkan hukum­ an terhadap dua orang pemuda yang didakwa mencuri barang orang lain. Penetapan besarnya hukuman oleh

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa desain pembelajaran matematika dengan pendekatan Etnomatematik

Kesenjangan yang lebar antara si kaya dengan si miskin dapat menambah kesulitan saat keadaan orang kaya mempengaruhi struktur adminitrasi,Cita rasa dan

Hasil uji Duncan menunjukkan pada 8 MST dan 16 MST jumlah daun dari ketiga genotipe yang bertahan hidup adalah berbeda tidak nyata, namun pada 24 MST jumlah daun dari

KPPS boleh klik pada Nama SV yang dicadangkan untuk melihat maklumat SV Profile:.. • Klik