• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCATATAN DAN PERDAGANGAN OBLIGASI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENCATATAN DAN PERDAGANGAN OBLIGASI DAERAH"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENCATATAN DAN PERDAGANGAN

PENCATATAN DAN PERDAGANGAN

OBLIGASI DAERAH

OBLIGASI DAERAH

T. GUNTUR PASARIBU

(2)

LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah mempunyai hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya, namun menemui keterbatasan dalam sumber pendanaan.

Sebagian besar daerah kabupaten dan kota sangat bergantung pada dana perimbangan yang diberikan Pemerintah Pusat. Sumber pemasukan lainnya berasal dari Pendapatan Asli Daerah yang juga terbatas.

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah telah memungkinkan Pemerintah Daerah untuk melakukan pinjaman.

Alternatif pembiayaan Pemerintah Daerah melalui pasar modal:

(3)

SUMBER PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH

SUMBER PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH

Pendapatan Asli Daerah

Sumber: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

Dana Perimbangan: dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah, terdiri dari:

Dana Bagi Hasil: dana yang dibagihasilkan kepada Daerah berdasarkan angka presentase tertentu;

Dana Alokasi Umum: bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah;

Dana Alokasi Khusus: bertujuan untuk membantu kegiatan-kegiatan khusus di Daerah tertentu sesuai prioritas nasional.

(4)

OBLIGASI

OBLIGASI

Obligasi adalah efek bersifat utang yang diterbitkan oleh suatu pihak dengan jangka waktu pelunasan tertentu (diatas 1 tahun), disertai janji bahwa pada periode atau interval waktu tertentu akan

dibayarkan bunga (coupon) kepada pemegang obligasi, dan pada saat jatuh tempo akan dibayarkan pula pokok pinjaman (principal) kepada pemegang obligasi bersangkutan.

Obligasi adalah bagian dari Efek,

UU No. 8 1995 tentang Pasar Modal:

(5)

DASAR HUKUM PENERBITAN OBLIGASI DAERAH (1)

DASAR HUKUM PENERBITAN OBLIGASI DAERAH (1)

UNDANG-UNDANG

UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 169 ayat (2) :

Pemerintah daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi daerah untuk membiayai investasi yang menghasilkan penerimaan daerah

UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah

(6)

DASAR HUKUM PENERBITAN OBLIGASI DAERAH (2)

DASAR HUKUM PENERBITAN OBLIGASI DAERAH (2)

PERATURAN PEMERINTAH:

PP No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah

PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

PERATURAN MENTERI KEUANGAN:

PMK No. 45 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan dan

Mekanisme Pemantauan Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Pinjaman Daerah

PMK No. 72 Tahun 2006 tentang Batas Maksimal Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Batas Maksimal Defisit APBD Masing-Masing Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah untuk Tahun Anggaran 2007

PMK No. 147 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penerbitan,

(7)

DASAR HUKUM PENERBITAN OBLIGASI DAERAH (3)

DASAR HUKUM PENERBITAN OBLIGASI DAERAH (3)

PERATURAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN:

Peraturan No. VIII.G.14 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan Daerah;

Peraturan No. VIII.G.15 tentang Pedoman Penyusunan Comfort Letter Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi Daerah;

Peraturan No. VIII.G.16 tentang Pedoman Penyusunan Surat Pernyataan Kepala Daerah di Bidang Akuntansi Dalam Rangka Penawaran Umum Obligasi Daerah;

Peraturan No. IX.C.12 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi

(8)

PINJAMAN DAERAH

PINJAMAN DAERAH

Pinjaman Daerah: semua transaksi yang mengakibatkan

Daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat

yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah

tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

Pemerintah Daerah dilarang melakukan pinjaman

(9)

JAMINAN ATAS PINJAMAN DAERAH

JAMINAN ATAS PINJAMAN DAERAH

Pemda dilarang memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain;

Pendapatan Daerah dan/atau barang milik Daerah tidak boleh dijadikan jaminan Pinjaman Daerah;

Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik

(10)

PINJAMAN DAERAH JANGKA PANJANG

PINJAMAN DAERAH JANGKA PANJANG

Jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran;

Pinjaman harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman;

Digunakan untuk membiayai Proyek Investasi yang menghasilkan penerimaan;

Sumber:

APBN dan/atau pinjaman Pemerintah dari dalam/luar negeri; Pemerintah Daerah lain;

Lembaga Keuangan Bank dan bukan Bank; Masyarakat.

Persyaratan:

Jumlah Pinjaman Daerah tidak melebihi 75% dari APBD tahun sebelumnya;

Rasio proyeksi kemampuan pengembalian pinjaman paling sedikit 2,5; Tidak ada tunggakan pengembalian pinjaman yang berasal dari

pemerintah;

(11)

OBLIGASI DAERAH (1)

OBLIGASI DAERAH (1)

Pinjaman Daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal.

Hanya dapat dilakukan di pasar domestik dan dalam mata uang Rupiah.

Tidak dijamin oleh Pemerintah (Pusat).

Hanya dapat dilakukan untuk membiayai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi

(12)

OBLIGASI DAERAH (2)

OBLIGASI DAERAH (2)

Penerimaan hasil penjualan Obligasi Daerah dianggarkan pada

penerimaan pembiayaan, sedangkan pembayaran pokok, bunga, dan denda atas Obligasi Daerah dianggarkan pada belanja bunga di

APBD sampai dengan Obligasi Daerah dinyatakan lunas.

Rencana penerbitan Obligasi Daerah disampaikan kepada Menteri Keuangan dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan DPRD.

Persetujuan Menteri Keuangan dilakukan setelah memperoleh pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri.

(13)

PENGELOLAAN OBLIGASI DAERAH

PENGELOLAAN OBLIGASI DAERAH

Diselenggarakan oleh Kepala Daerah yang dapat menunjuk satuan kerja untuk mengelola Obligasi Daerah;

Pengelolaan meliputi:

Penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan Obligasi Daerah, termasuk kebijakan pengendalian resiko;

Perencanaan dan penetapan struktur portofolio Pinjaman Daerah; Penerbitan Obligasi Daerah;

Penjualan Obligasi Daerah melalui lelang;

(14)

PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

PERTANGGUNGJAWABAN OBLIGASI DAERAH

Kepala Daerah wajib membuat pertanggungjawaban atas: Pengelolaan Obligasi Daerah:

n Keterangan tentang portofolio Obligasi Daerah; n Laporan transaksi Obligasi Daerah di pasar modal; n Posisi Obligasi Daerah;

n Realisasi strategi dan kebijakan pengelolaan Obligasi Daerah

termasuk pengendalian resiko;

n Alokasi anggaran dan realisasinya. Dana Obligasi Daerah:

n Perkembangan pelaksanaan Kegiatan;

n Laporan keuangan Kegiatan, yang meliputi penggunaan dana dari

Obligasi Daerah, dan dana hasil penerimaan Kegiatan;

n Laporan alokasi Dana Cadangan (Pemerintah Daerah wajib

mengalokasikan Dana Cadangan atau sinking fund).

Pertanggungjawaban tersebut merupakan bagian dari

(15)

PELAPORAN DAN PUBLIKASI INFORMASI

PELAPORAN DAN PUBLIKASI INFORMASI

Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk wajib

menyampaikan laporan penerbitan, penggunaan dana

dan pembayaran kupon dan/atau pokok Obligasi Daerah

kepada Menteri Keuangan secara berkala setiap triwulan.

Kepala Daerah wajib mempublikasikan secara berkala

mengenai data Obligasi Daerah dan/atau informasi

(16)

BEBERAPA PEMBATASAN

BEBERAPA PEMBATASAN

Batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemerintah Daerah adalah 60% dari proyeksi PDB tahun yang bersangkutan (UU No. 33 Tahun 2004, PP No. 54 Tahun 2005, PMK No. 45 Tahun 2006);

Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya (UU No. 33 Tahun 2004 & PP No. 54 Tahun 2005);

Rasio proyeksi kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan

pinjaman (Debt Service Coverage Ratio atau DSCR) paling sedikit 2,5 (PP No. 54 Tahun 2005);

Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD tidak melebihi 3% dari proyeksi PDB tahun yang bersangkutan (PMK No. 45 & 72 Tahun 2006);

Untuk tahun 2007 (PMK No. 72 Tahun 2006):

Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD tidak melebihi 1,5% dari

proyeksi PDB, jumlah kumulatif defisit APBD diperkirakan tidak melebihi 0,5% dari proyeksi PDB;

Batas maksimal defisit APBD masing-masing Daerah ditetapkan sebesar 5% dari perkiraan Pendapatan Daerah;

(17)

JENIS OBLIGASI DAERAH

JENIS OBLIGASI DAERAH

Tax-Backed Debt:

General Obligation Debt

Appropriation-Backed Obligations

Debt Obligation Supported by Public Credit Enhancement Programs

Revenue Bonds

Hybrid & Special Bond Structures Insured Bonds

(18)

MANFAAT PENERBITAN OBLIGASI DAERAH

MANFAAT PENERBITAN OBLIGASI DAERAH

Pemerintah Daerah:

Menghimpun dana guna mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerahnya.

Masyarakat di daerah:

Dapat memanfaatkan fasilitas yang dibangun dari dana Obligasi. Investor:

Pilihan investasi yang menarik selain Obligasi Pemerintah dan Obligasi Korporasi.

Pasar Modal:

Diversifikasi instrumen yang diperdagangkan di pasar modal. Lembaga dan Profesi Penunjang:

(19)

OBLIGASI DAERAH DI AS

(20)

PENERBITAN GO & REVENUE BONDS DI AS

(21)

PENGGUNAAN DANA GO & REVENUE BONDS DI AS

(22)

PENETAPAN HARGA (

PENETAPAN HARGA (

PRICING

PRICING

) OBLIGASI DAERAH

) OBLIGASI DAERAH

Struktur kupon bunga Obligasi:

Fixed

(tetap)

Variable

(mengambang)

Dasar perhitungan:

Ditentukan dari

risk-free rate

Premium, tergantung dari:

Rating Obligasi

(23)

RATING OBLIGASI DAERAH

RATING OBLIGASI DAERAH

Pemeringkatan dilakukan oleh Lembaga Pemeringkat (di Indonesia: Pefindo, Moody’s Indonesia, Fitch Rating);

Rating menunjukkan resiko kemungkinan tidak dipenuhinya kewajiban pembayaran bunga dan pokok obligasi oleh Daerah kepada pemegang obligasi (credit risk);

Rating antara lain dihasilkan dari analisis terhadap: Proyek yang didanai Obligasi Daerah;

Prospek perekonomian Daerah dan Pendapatan Asli Daerah; RAPBD;

Kinerja keuangan Daerah;

(24)

RATING OBLIGASI DAERAH (GO) DI AS

(25)

PENERBITAN OBLIGASI DAERAH DAN PIHAK TERKAIT

PENERBITAN OBLIGASI DAERAH DAN PIHAK TERKAIT

Daerah dibantu oleh:

•Penjamin Emisi atau Financial Advisor

•Akuntan Publik

•Konsultan Hukum

•Pemeringkat Efek

Pernyataan Pendaftaran dinyatakan Efektif oleh Bapepam-LK Persetujuan DPRD & penyampaian rencana ke Menkeu Penunjukan Lembaga & Profesi Penunjang Pasar Modal Pengajuan Pernyataan Pendaftaran ke Bapepam-LK & Pencatatan ke Bursa Efek

(26)

PERSYARATAN PENCATATAN OBLIGASI DAERAH DI BES

PERSYARATAN PENCATATAN OBLIGASI DAERAH DI BES

Daerah yang melakukan Penawaran Umum Obligasi

Daerah wajib memenuhi ketentuan penerbitan

Obligasi Daerah sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang terkait.

(27)

BIAYA PENCATATAN

BIAYA PENCATATAN

Biaya pencatatan awal dan tahunan: mulai Rp10 juta sampai maksimum Rp150 juta, dengan ketentuan:

0,023% x nominal > Rp400 milyar s.d Rp600 milyar

0,024% x nominal > Rp200 milyar s.d Rp400 milyar

0,025% x nominal = Rp200 milyar

(28)

KEWAJIBAN PELAPORAN

KEWAJIBAN PELAPORAN

Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Berkala Informasi tentang:

Perubahan Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Pimpinan unit pengelolaan Obligasi Daerah, Pimpinan Proyek dan Bendaharawan Proyek;

Perubahan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh signifikan terhadap Daerah dan dampaknya terhadap laporan keuangan;

Perubahan batas wilayah Daerah serta perubahan nama Daerah;

Informasi material yang berkaitan dengan Proyek yang dibiayai dari penerbitan Obligasi Daerah;

Hasil pemeringkatan Obligasi Daerah (jika ada); Perubahan unit pengelolaan Obligasi Daerah;

Perubahan atas besaran rasio proyeksi kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman atau Debt Service Coverage Ratio (DSCR);

Tingkat bunga (bagi Obligasi dengan tingkat bunga mengambang);

Laporan pelaksanaan hak opsi put/call, pelaksanaan konversi obligasi (untuk convertible bond), pelaksanaan penukaran obligasi (untuk exchangable bond); Perubahan Wali Amanat;

Perubahan Perjanjian Perwaliamanatan (PWA); Rencana dan hasil pelaksanaan RUPO;

(29)

INFRASTRUKTUR PASAR SURAT UTANG DI BES

INFRASTRUKTUR PASAR SURAT UTANG DI BES

Anggota Bursa Anggota

Bursa

Investor Jual Investor Beli

Transaksi Bursa di BES Pelaporan Transaksi Obligasi

Bank Perusahaan Efek Custodian

Bapepam-LK

Konsolidasi Input Pelaporan

PARTISIPAN

Informasi: Media Massa

(30)

INFORMASI PASAR OBLIGASI DI BES (

INFORMASI PASAR OBLIGASI DI BES (

www.bes.co.id

www.bes.co.id

)

)

Price Information
(31)

INDONESIA GOVERNMENT SECURITIES YIELD CURVE (IGSYC)

(32)

OBLIGASI KORPORASI TERCATAT DI BES

OBLIGASI KORPORASI TERCATAT DI BES

54 55 92 107 105 101 101 45.39 21.74 18.87

58.79 57.76 61.51

62.68 0 20 40 60 80 100 120

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 (Q1)

Total Companies

(33)

SURAT UTANG NEGARA (SUN) TERCATAT DI BES

SURAT UTANG NEGARA (SUN) TERCATAT DI BES

25

52 52 48 49 56 58

232.78

404.03

389.91 397.16 399.86

418.75 438.82 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Total Series

(34)

AKTIVITAS PERDAGANGAN OBLIGASI KORPORASI

AKTIVITAS PERDAGANGAN OBLIGASI KORPORASI

8,512 403 23,947 17,347 14,244 6,092 1,115 14,484 33,162 3,747 8,851 5,023 4,987 2,796 2,077 2,400 -5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Q1 2007

(35)

AKTIVITAS PERDAGANGAN SUN

AKTIVITAS PERDAGANGAN SUN

64,694 250,971 130,954 337,664 512,989 521,005 715,896

1,193 12,339 26,958 24,405

32,667 11,352 4,038 -100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000

(36)

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH

BURSA EFEK SURABAYA

Referensi

Dokumen terkait

penerapan teknik pembelajaran Round Table dalam meningkatkan keaktifan peserta didik kelas XI pada mata pelajaran Fiqih materi. jinayah (Hukuman) di MA Matholi’ul

Demikian rekomendasi ini diberikan sebagai pelengkap data dari mahasiswa untuk mengajukan permohonan beasiswa Mustika Ratu Plus sepanjang tidak

Jadi sesuai dengan apa yang ada dalam UU No.12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan Indonesia dan penjelasan sesuai dengan pasal-pasal yang mengatur tentang warga negara

Sehingga model tersebut tidak dapat digunakan untuk menganalisis dampak kebijakan energi di sisi penawaran terhadap harga maupun perekonomian secara nasional.. Untuk

yang geweldig (Soekarno dalam Yatim, 2001:155). Dalam artikel itu, dia juga menjelaskan bahwa Islam telah menebalkan rasa dan haluan nasionalisme. Cita-cita Islam untuk

The catch composition of target species (in number) was lower compared to that in Pacific Island Countries’ Tuna Fishery Area (PICTFA) (Chapman, 2001) but higher than in Eastern

Pada akhir minggu yang lalu (hari sabtu dan minggu) seberapa sering melakukan olahraga (sepak bola, kejar-kejaran sesama teman, atau menari yang

Cookies juga dapat bersifat fungsional bila di dalam proses pembuatanya ditambahkan bahan yang mempunyai aktifitas fisiologis dengan memberikan efek positif bagi