• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipologi Seorang Guru berdasarkan Asmâ-ul Husna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tipologi Seorang Guru berdasarkan Asmâ-ul Husna"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Tipologi Seorang Guru

berdasarkan Asmâ-ul Husna

Saktiyono B. Purwoko, S.Psi

(3)

Bandung 40123

saktiyono.wordpress.com

Purwoko, Saktiyono B., pengarang.

Tipologi Seorang Guru berdasarkan Asmâ-ul Husna

(4)

Pendahuluan …... 1

Dalil-dalil al-Quran dan al-Hadits …... 3

Perspektif psikologis …... 16

Alat ukur …... 18

Biografi penulis …... 23

(5)

Pendahuluan

“Hanya milik Allah asmâ-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya

dengan menyebut asmâ-ul husna itu dan tinggalkanlah

orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)

nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa

yang telah mereka kerjakan.” (QS. 7: 180)

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah memiliki sembilan

puluh sembilan nama dan barangsiapa yang menjaganya, maka

dia akan masuk surga." (HR. Muttafaq Alaih).

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (2000) ayat dan hadits tersebut

memiliki makna, hapalkanlah dan jagalah, berdoalah dan

ulangilah bacaannya yang disertai pengetahuan akan maknanya.

Lebih lanjut, Mujib (2006) menjelaskan bahwasanya manusia

hanya dapat mengenal (ma'rifah) pada-Nya melalui asmâ’

(nama-nama) dan sifat-sifat-Nya yang tertuang di dalam Al Quran.

Tauhid asmâ' wa shifât adalah mengesakan Allah Swt. dengan

mempercayai sifat-sifat dan nama-nama-Nya yang telah dijelaskan

dalam Al Quran. Seseorang tidak lagi mengubah (tahrîf),

menafikan (ta'thîl), menyerupakan (tamtsîl), dan menanyakan

yang detail (takyîf). Lebih dari itu, tauhid ini mengisyaratkan

kepada manusia agar mengikuti-Nya sebatas pada batas

kemanusiaan (Mujib, 2006). Upaya transformasi itu bukan pada

zat-Nya melainkan pada asmâ' dan sifat-sifat-Nya. Apabila Allah

Ar-Rahmân dan Ar-Rahîm maka mengisyaratkan kepada manusia

untuk memiliki jiwa cinta kasih, jika Allah Al-Khâliq maka

mengisyaratkan kepada manusia untuk kreatif dan produktif, dan

(6)

Tipologi (teori tipe) merupakan satu sistem yang digunakan untuk

mengklasifikasikan individu sesuai dengan kriteria tertentu

(Chaplin, 2006). Tipologi menyatakan bahwa individu dapat

dikategorikan menjadi tipe-tipe tersendiri yang secara kualitatif

berbeda satu sama lainnya (Atkinson, Atkinson, Smith & Bem,

2001).

Dalam hal ini, penulis mencoba mentransformasikan asmâ-ul

husna ke dalam tipologi manusia yang disusun oleh Laleh

Bakhtiar, berdasarkan kategori sosio-etika “Mengabdi sebagai

penunjuk atau guru bagi sesama” seperti; An-Nûr, Hâdî,

Al-Badî’, Al-Bâqî, Al-Wârits, Ar-Rasyîd, Ash-Shabûr. (Mujib, 2006). Bisa

dikatakan usaha penulis merupakan “downgrade” dari asmâ-ul

husna agar bisa diterapkan dan dilakukan pengukuran di dalam

(7)

Dalil-Dalil Al-Quran dan Al-Hadits

Tipologi Asmâ' wa Shifât

“Mengabdi Sebagai Penunjuk atau Guru Bagi Sesama”

Berdasarkan kategori sosio-etika menurut Laleh Bakhtiar, asmâ-ul

husna memuat 10 bagian, salah satunya adalah “Mengabdi

sebagai penunjuk atau guru bagi sesama” seperti; An-Nûr,

Al-Hâdî, Al-Badî’, Al-Bâqî, Al-Wârits, Ar-Rasyîd, Ash-Shabûr. (Mujib,

2006). Berikut ini adalah makna dari tiap asmâ' Allah, berdasarkan

pendapat ulama Islam beserta dalil-dalil al-Quran dan al-Hadits :

a. An-Nûr

Makna An-Nûr adalah Maha Bercahaya yakni menonjolkan

Dzat-Nya sendiri dan menampakkan untuk yang selain-Dzat-Nya dengan

menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya (Sabiq, 2002).

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan

cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang

di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca

itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang

(8)

pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan

tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja)

Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas

cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya

siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat

perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala

sesuatu.” (QS. 24: 35)

“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh

ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan;

gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila Dia mengeluarkan

tangannya, Tiadalah Dia dapat melihatnya, (dan) Barangsiapa

yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tiadalah Dia

mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS. 24: 40)

“Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,

menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu

sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya.

Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan

(9)

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah

dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak

menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun

orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS. 9: 32)

“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan

mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan

orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan,

yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan

(kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya.” (QS. 2: 257)

“Maka Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk

(menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya

(sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan

yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk

mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS.

(10)

b. Al-Hâdî

Makna Al-Hâdî adalah Maha Pemberi petunjuk, yaitu memberikan

jalan yang benar kepada segala sesuatu agar langsung adanya dan

terjaga kehidupannya (Sabiq, 2002).

“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini

bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka

beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya

Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman

kepada jalan yang lurus.” (QS. 22: 54)

“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan),

Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan

Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk

memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang

mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu

(11)

Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang

nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi

petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang

hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. dan

Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya

kepada jalan yang lurus. (QS. 2: 213)

“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh

dari orang-orang yang berdosa. dan cukuplah Tuhanmu menjadi

pemberi petunjuk dan penolong.” (QS. 25: 31)

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada

orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada

orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui

(12)

“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang

telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami

wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada

Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah

kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang

musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik

kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi

petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).”

(QS. 42: 13)

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum,

sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka sehingga

dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. 9:

115)

“Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah,

sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada

kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita

(13)

memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah

disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam

Keadaan bingung, Dia mempunyai kawan-kawan yang

memanggilnya kepada jalan yang Lurus (dengan mengatakan):

"Marilah ikuti kami". Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah

Itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar

menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.” (QS. 6: 71)

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk,

akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq)

siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang

kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu

sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan

karena mencari keridhaan Allah. dan apa saja harta yang baik yang

kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan

cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).”

(QS. 2: 272)

“Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan

(14)

kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat

kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat;

Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke

jalan yang lurus".” (QS. 2: 142)

c. Al-Badî’

Makna Al-Badî’ adalah Maha Pencipta yang baru, sehingga tidak

ada contoh dan yang menyamai sebelum keluarnya ciptaan-Nya

itu (Sabiq, 2002).

“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk

menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan

kepadanya: "Jadilah!" lalu jadilah ia.” (QS. 2: 117)

“Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak

Padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala

sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. 6: 101)

d. Al-Bâqî

Makna Al-Bâqî adalah Maha Kekal, yakni kekal hidup-Nya untuk

(15)

“Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan

kemuliaan.” (QS. 55: 27)

e. Al-Wârits

Makna Al-Wârits adalah Maha Pewaris, yakni kekal setelah

musnahnya seluruh makhluk (Sabiq, 2002).

“Dan Sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan

dan mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi.” (QS. 15: 23)

“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya

Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri

dan Engkaulah waris yang paling Baik.” (QS. 21: 89)

f. Ar-Rasyîd

Makna Ar-Rasyîd adalah Maha Cendekiawan, yaitu memberi

penerangan dan tuntunan pada seluruh hamba-Nya dan yang

segala peraturan-Nya itu berjalan menurut ketentuan yang

digariskan oleh kebijaksanaan dan kecendikiawanan-Nya (Sabiq,

(16)

“Ingatlah tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke

dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah

rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami

petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini)." (QS. 18: 10)

“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua

mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi

mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang

Luas dalam gua itu. itu adalah sebagian dari tanda-tanda

(kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah,

Maka Dialah yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang

disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang

pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (QS. 18:

(17)

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah.

kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan

benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan

kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah

di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,

kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang

mengikuti jalan yang lurus.” (QS. 49: 7)

“Dan Sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim

hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami

mengetahui (keadaan)nya.” (QS. 21: 51)

“Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". dan ingatlah kepada

Tuhanmu jika kamu lupa dan Katakanlah: "Mudah-mudahan

Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat

kebenarannya dari pada ini". (QS. 18: 24)

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,

Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan

permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,

(18)

hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada

dalam kebenaran.” (QS. 2: 186)

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang

sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan

beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang

kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan

Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. 2: 256)

g. Ash-Shabûr

Makna Ash-Shabûr adalah Maha Penyabar yang tidak

tergesa-gesa memberikan siksaan dan tidak pula cepat-cepat

melaksanakan sesuatu sebelum waktunya (Sabiq, 2002).

Makna sabar adalah, menahan amarah terhadap apa yang dibenci.

Sedangkan kebalikan dari sabar adalah jaza' (risau, cemas).

Kesabaran Allah adalah kesabaran atas musuh-musuh-Nya saat

mereka melakukan dosa-dosa yang membangkitkan

kemarahan-Nya. Seperti hinaan, pendustaan atas-Nya dan atas

Rasul-rasul-Nya, pembangkangan atas ayat-ayat-Rasul-rasul-Nya, serta pernyataan

perang kepada agama dan syariah-Nya. Walaupun tindakan

mereka adalah sedemikian kejinya, namun Allah tetap

menurunkan rahmat-Nya dan mengaruniakan rizki-Nya (Jauziyah,

(19)

Dari Al-A’masy, dari Said bin Jubair, dari Abdur Rahman As-Sulami,

dari Abu Musa, Rasulullah bersabda, “Tak ada seorang pun yang

lebih sabar dari Allah atas cemoohan yang didengarnya. Mereka

mengatakan bahwa Allah memiliki anak, namun Allah tetap

memberi kesehatan dan rizki kepada mereka.”

(HR. Bukhari, no. 7378, dalam Tauhid, Bab Firman Allah,

‘Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki Yang Mempunyai

kekuatan lagi Maha Kokoh.’ (Adz-Dzariyyât: 58). HR. Muslim, no.

2804. dalam ‘Sifat orang-orang munafik dan hukumnya’. Bab ‘Tak

(20)

Perspektif Psikologis Tipologi Asmâ' wa Shifât

“Mengabdi Sebagai Penunjuk atau Guru Bagi Sesama”

Berdasarkan keterangan ulama Islam beserta dalil-dalil al-Quran

dan al-Hadits yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis

penunjuk atau guru bagi sesama”, maka diperoleh hasil (kriteria)

sebagai berikut :

a. Aspek Nûr

• Menunjukkan jalan keluar (solusi) yang tepat bagi permasalahan orang lain (QS. 24: 40), (QS. 2: 257)

• Membimbing orang lain ke arah yang lebih baik (QS. 24: 35), (QS. 5: 15), (QS. 39: 22) permasalahan orang lain (QS. 2: 213)

Membimbing orang lain ke arah yang lebih baik (QS. 22: 54), (QS. 25: 31), (QS. 42: 13), (QS. 9: 115), (QS. 6: 71), (QS.

(21)

c. Aspek Badî

• Menciptakan sesuatu yang baru (penemu) (QS. 2: 117), (QS. 6: 101)

d. Aspek Bâqî

• Mampu menanggulangi berbagai macam stressor dalam rentang kehidupannya (QS. 55: 27)

e. Aspek Wârits

• Mewariskan keterampilan dan pengetahuannya pada orang lain (QS. 15: 23), (QS. 21: 89)

f. Aspek Rasyîd

• Menunjukkan jalan keluar (solusi) yang tepat bagi permasalahan orang lain (QS. 18: 10)

• Membimbing orang lain ke arah yang lebih baik (QS. 18: 17), (QS. 49: 7), (QS. 21: 51), (QS. 18: 24)

• Senantiasa berada di sisi orang yang mengalami kesulitan, untuk membantunya (QS. 2: 186)

• Tidak memaksakan pendapatnya pada orang lain (QS. 2: 256)

g. Aspek Shabûr

• Menahan marah dan tetap berbuat baik pada orang lain yang mencemoohnya, tidak tergesa-gesa memberikan

hukuman dan tidak pula cepat-cepat melaksanakan

sesuatu sebelum waktunya (HR. Bukhari & Muslim),

(22)

Alat Ukur Tipologi Asmâ' wa Shifât

“Mengabdi Sebagai Penunjuk atau Guru Bagi Sesama”

Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah disebutkan sebelumnya,

maka penulis menarik kesimpulan bahwa tipologi asmâ' wa shifât

“Mengabdi sebagai penunjuk atau guru bagi sesama” merupakan

mentor bagi orang lain, ia mampu mengatasi permasalahannya

sendiri dan menuntun orang lain dalam memecahkan masalah

hidupnya secara tepat. Ia selalu ada bagi orang yang memerlukan

pemecahan masalah. Gagasan dalam pemecahan masalahnya

bersifat argumentatif (rasional) dan seringkali berbeda dengan

pemecahan kebanyakan orang lain. Ia juga memiliki kepedulian

dalam mewariskan keterampilan dan pengetahuannya pada orang

lain. Ia tidak otoriter, tidak lekas marah dan menunda dalam

memberikan hukuman.

Dengan demikian, tipologi asmâ' wa shifât “Mengabdi sebagai

penunjuk atau guru bagi sesama” memiliki karakteristik sebagai

berikut :

1) Menunjukkan jalan keluar (solusi) yang tepat bagi

muridnya.

2) Membimbing muridnya ke arah yang lebih baik.

3) Memiliki argumentasi yang kuat dalam menyampaikan

pendapat, sehingga tidak mudah dibantah muridnya.

(23)

8) Tidak memaksakan pendapat pada muridnya.

9) Menahan marah dan tetap berbuat baik pada muridnya,

tidak tergesa-gesa memberikan hukuman, dan tidak pula

cepat-cepat melaksanakan sesuatu sebelum waktunya.

Dalam hal ini, penulis membuat sendiri alat ukurnya, yang

dibentuk berdasarkan operasionalisasi varibel pada tipologi asmâ'

wa shifât “Mengabdi sebagai penunjuk atau guru bagi sesama”.

Alat ukur ini disusun berdasarkan skala Likert.

Tipologi Indikator Jenis Item No.item

dalam menyampaikan pendapat, sehingga tidak mudah dibantah Mampu menanggulangi berbagai

macam stressor yang menimpa dirinya.

(+) 13 (-) 5

Mewariskan keterampilan dan pengetahuan pada muridnya.

(+) 18 (-) 16 Senantiasa berada di sisi muridnya

yang mengalami kesulitan, untuk

berbuat baik pada muridnya, tidak tergesa-gesa memberikan hukuman, dan tidak pula cepat-cepat melaksanakan sesuatu sebelum waktunya.

(24)

Subjek diminta untuk memberi jawaban dengan memilih salah

satu dari 5 jawaban yang tersedia.

Alternatif Jawaban Item positif Item negatif Sangat Sesuai

Sesuai

Ragu-ragu

Tidak Sesuai

Sangat Tidak Sesuai

4

3

2

1

0

0

1

2

3

4

Bila skor total yang diperoleh antara 43 - 72, maka subjek

memiliki tipologi asmâ' wa shifât “Mengabdi sebagai penunjuk

(25)

PETUNJUK PENGISIAN

Pada halaman-halaman berikut ini terdapat beberapa pernyataan

untuk mengetahui diri saudara. Jawaban yang diberikan harus

sesuai dengan keadaan saudara selama 1 bulan terakhir.

Bacalah tiap pernyataan dengan seksama kemudian berikan

pendapat saudara pada lembar jawaban, bagi setiap pernyataan

tersebut berikan tanda silang (X) pada kolom yang tersedia.

Adapun 5 (lima) alternatif jawaban tersebut adalah sebagai

berikut :

SS (Sangat Sesuai) : Apabila pernyataan tersebut Sangat Sesuai

dengan keadaan yang saudara rasakan.

S (Sesuai) : Apabila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan

yang saudara rasakan.

R (Ragu-ragu) : Apabila saudara Ragu-ragu karena saudara berada

diantara sesuai dengan tidak sesuai.

TS (Tidak Sesuai) : Apabila pernyataan tersebut Tidak Sesuai

dengan keadaan yang saudara rasakan.

STS (Sangat Tidak Sesuai) : Apabila pernyataan tersebut Sangat

(26)

No PERNYATAAN SS S R TS STS

1 Saya konsisten merubah perilaku murid ke arah yang lebih baik 2 Saya senantiasa menemukan ide

yang berbeda dengan kebanyakan orang lain ketika memecahkan persoalan murid

3 Seringkali argumentasi saya tidak mudah dibantah oleh murid 4 Seringkali saya kesulitan

memahami permasalahan murid dan gagal memberikan jalan keluar yang tepat bagi mereka

5 Seringkali saya tidak berdaya menghadapi tekanan hidup 6 Semua ide saya dalam

memecahkan persoalan murid seperti orang lain pada umumnya 7 Seringkali memaklumi bila

pendapat saya tidak diterima murid

8 Seringkali saya langsung memarahi murid yang berperilaku negatif 12 Seringkali saya mengabaikan

perilaku negatif murid

15 Saya selalu siap menerima keluhan murid di luar waktu belajarnya 16 Murid tidak mampu mengikuti apa

yang telah saya ajarkan

17 Saya mampu menjaga emosi ketika menghadapi perilaku negatif murid 18 Saya mampu menurunkan

keterampilan dan pengetahuan pada murid

(27)

Biografi Penulis

Saktiyono B. Purwoko, merupakan anak pertama dari dua

bersaudara yang lahir tanggal 1 Oktober 1981 di Bandung. Ia

pernah kuliah di Fakultas Kedokteran UNJANI selama 6 semester.

Kemudian memutuskan pindah ke Fakultas Psikologi UNISBA

tahun 2002 dan meraih gelar “S.Psi” tahun 2007 dengan skripsi

yang bertemakan “Rumusan Teori Psikologi Islami”.

Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Pasca Sarjana UNISBA

dengan Program Studi Profesi Psikologi tahun 2007. Saat ini, ia

sedang menyusun tesis yang bertemakan “Terapi Al-Fatihah”.

Ia merupakan salah satu pendiri Indonesian Health Community

(IHC) tahun 2005, bersama rekan-rekan dokternya di UNJANI. Ia

pernah mengisi seminar psikologi di IHC maupun di berbagai

instansi, antara lain : ASKES Cianjur, PWRI Cianjur, Fakultas

Psikologi Universitas Bina Darma, Mahasiswa Psikologi Pasca

Sarjana UNISBA angkatan 2009, Korps Sukarela UNJANI,

IMAMUPSI UNISBA, MAN 1 Bandung, SMAN 1 Cianjur, SMAN 2

Cianjur, SMAN 1 Mande, SMAN 1 Sukaresmi, SMAN 1 Cibeber,

SMKN 1 Cianjur, SMKN 1 Pacet, SMK Bela Nusantara. Anda dapat

menghubungi penulis melalui :

Facebook : Saktiyono Budi Purwoko

Email : saktiyono@ymail.com

(28)

Daftar Pustaka

Al Quran Digital v2.1. (http://www.alquran-digital.com )

Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C., Smith, Edward E & Bem,

Daryl J. (2001). Pengantar Psikologi (edisi kesebelas).

Interaksara.

Chaplin, J P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. PT RajaGrafindo

Persada.

Jauziyah, Ibnu Qayyim. (2000). Asma-ul Husna. Pustaka Al-Kautsar.

Mujib, Abdul. (2006). Kepribadian dalam Psikologi Islam. PT

RajaGrafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior lumbal 4 sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi pada setiap bagian nervus

Ekspresi osteocalcin pada daerah tarikan lebih besar daripada daerah tekanan ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa pemberian kopi robusta juga

Microsoft Visual Basic (sering disingkat sebagai VB saja) merupakan sebuah bahasa pemrograman yang menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual untuk membuat

 Sel mikroba secara kontinyu berpropagasi menggunakan media segar yang masuk, dan pada saat yang bersamaan produk, produk samping metabolisme dan sel dikeluarkan dari

Adanya luka terbuka pada kulit yang dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar  Adanya luka terbuka pada kulit yang dapat berupa tusukan tulang yang tajam

Pada penelitian ini transformasi yang dilakukan bukan pada model kaki/roda akan tetapi sebuah mobile robot yang memiliki kaki dan roda sebenarnya yang dapat berubah

Bila ditinjau dari kandungan nutrisinya, jerami memiliki kandungan protein dan daya cerna yang rendah, namun di dalamnya memiliki sekitar 80% zat-zat potensial yang dapat

Penelitian ini menguji reaksi pasar saham terhadap peristiwa pengumuman paket kebijakan ekonomi pemerintah yang terdiri dari paket kebijakan ekonomi jilid I, jilid II, jilid III