Presentation by :
Eneng Yuliani
1108008
Irma Cahya N. 1108018
Elis Supartini 1108047
Fina Arifna
1108049
Management of Finance
Institute Management Of
A. PEMBIAYAAN
MODAL
KERJA
SYARIAH
I.
Konsep Dasar Modal Kerja
II. Pembiayaan Modal Kerja Syariah
B. PEMBIAYAAN INVESTASI SYARIAH
C. PEMBIAYAAN KONSUMTIF SYARIAH
D. PEMBIAYAAN SINDIKASI
1. Konsep Modal Kerja
2. Penggolongan Modal Kerja
berdasarkan penggunaanya
A.PEMBIAYAAN MODAL KERJA
SYARIAH
I.
Konsep Dasar Modal Kerja
II. Pembiayaan Modal Kerja Syariah
3. Unsur-unsur Modal Kerja Permanen
4. Perputaran modal kerja
Modal Kerja (working capital assets)
Modal kerja adalah modal lancar yang dipergunakan untuk mendukung operasional perusahaan
sehari-hari sehingga perusahaan dapat beroperasi secara normal dan lancar. Beberapa pengguna
modal kerja; pembayaran persekot pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.
Modal Kerja Brutto (gross working capital)
Modal kerja brutto merupakan keseluruhan dari jumlah aktiva lancar
(current assets). Pengertian modal kerja
bruto didasarkan pada jumlah atau kuantitas dana yang terutama pada unsur-unsur aktiva lancar. Aktiva lancar
merupakan aktiva yang sekali berputar akan kembali dalam bentuk semula.
Modal Kerja Netto (net working capital)
Modal kerja netto merupakan kelebihan aktiva lancar atas hutang lancar.
1.Konsep Modal
Kerja,
2.Penggolongan
Modal
Kerja
berdasarkan
penggunaanya :
Modal kerja permanen
Modal kerja seasonal
Modal kerja permanen berasal dari modal sendiri atau dari pembiayaan jangka panjang.Sumber
pelunasan modal kerja permanen berasal dari laba bersih setelah pajak ditambah dengan penyusutan.
Modal kerja seasonal bersumber dari modal jangka pendek dengan sumber pelunasan dari hasil
penjualan barang dagangan, penerimaan hasil tagihan termin, atau dari penjualan hasil produksi.
3.Unsur-unsur Modal
Kerja Permanen
Kas
Piutang Dagang
4.Perputara
n
modal
kerja
Kas
Persediaan
barang jadi
Persediaan barang
dalam proses
Piutang
Persediaan
bahan baku
Pembelian
bahan baku
5.Alokasi Modal Kerja
Pengalokasian modal kerja diperuntukkan kepada unsur-unsur modal kerja,
yaitu:
1.Alokasi kepada piutang dagang
(account receivable financing)
II. Pembiayaan Modal Kerja Syariah
Pembiayaan modal kerja (PMK) syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang
diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya
berdasarkan prinsip-prinsip syariah
Fasilitas PMK dapat diberikan kepada seluruh sektor/subsektor ekonomi yang dinilai
prospek, tidak bertentangan dengan syariat islam dan tidak dilarang oleh ketentuan
perundang-undangan yang berlaku serta yang dilakukan jenuh oleh Bank Indonesia.
Pemberian fasilitas pembiayaan modal kerja kepada debitur/calon debitur dengan tujuan
untuk mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan Bank.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisa
pemberian pembiayaan antara lain:
Jenis usaha.
Skala usaha.
Tingkat kesulitan usaha yang dijalankan.
Karakter transaksi dalam sektor usaha yang dibiayai.
Dalam hal pemberian Pembiayaan Modal Kerja, bank
juga harus mempunyai daya analisi yang kuat tentang
sumber pembiayaan kembali, yakni sumber pendapatan
(income)
proyek yang akan dibiayai.
B. PEMBIAYAAN INVESTASI SYARIAH
Pembiayaan Investasi adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang
untuk pembelian barnag-barang modal yang diperlukan untuk:
1.Pendirian proyek baru,
2.Rehabilitasi,
3.Modernisasi
4.Ekspansi,
5.Relokasi proyek yang sudah ada,
B. PEMBIAYAAN INVESTASI SYARIAH
Penilaian Penanaman Modal dalam Proyek Investasi
1.
Analisis Break Even
Tujuan utama dari break even adalah untuk menentukan tingakat produksi dan harga yang terendah, pada tingkat
mana proyek dapat beroperasi tanpa memnbahayakan kelangsungan hidupnya (laba/rugi=0)
2.
Analisis perbandingan penanaman modal dalam berbagai alternative proyek (Capital Project Comparisons)
Membandingkan potensi penghasilan suatu proyek dengan proyek yang lain atas dasar ukuran total profit, average
profit, payback period
(total capital/total proceeds)
dan discounted cash flow
(Present Value Proceeds dan
Present Value Capital Outlay).
3.
Analisa Rasio
Financial Viability
Perusahaan
Profitabilitas Perusahaan
Proyeksi atau
performance
4.
Analisis Risiko
Analisis Sensitivitas
yaitu menilai risiko yang terjadi di luar perhitungan, misalnya terjadi
cost over run
sebagai akibat meningkatnya harga/inflasi atau tidak/belum diperhitungkannya komponen biaya tertentu
(biaya tidak resmi) dalam
capital cost.
B. PEMBIAYAAN INVESTASI SYARIAH
Secara finansial, penanaman modal untuk suatu proyek investasi dapat disetujui atas dasar pertimbangan sebagai
berikut:
1.Telah dilakukan perhitungan penilaian 2.Suatu proyek secara financial dapat dibiayai
3.Bank (tanpa menyebut calon investor) dapat meminta surat rekomendasi yang bersifat umum dari Jawatan/Dinas/Departemen mengenai suatu proyek secara keseluruhan
4.Apabila perlu, bank dapat mensyaratkan adanya konsultan pengawas khususnya untuk investasi pada aktiva tetap atau proyek
(project financing).
Bunga pembiayaan investasi yang timbul selama masa pembangunan (Interest During Construction) dapat dikategorikan sebagai biaya proyek (Project Cost) dan dapat dipertimbangkan pemberian pembiayaan investasinya.
Pembiayaan investasi diantaranya :
PI Murabahah
PI IMBT
PI Salam
C. PEMBIAYAAN KONSUMTIF SYARIAH
Pembiayaan konsumtif
adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tuujuan di luar usaha dan umumnya
bersifat perorangan.
Pembiayaan konsumtif dapat dibagi menjadi lima (5) bagian, yaitu :
1.Pembiayaan Konsumen Akad Murabahah
2.Pembiayaan Konsumen Akad IMBH 3.Pembiayaan Konsumen Akad Ijarah
4.Pembiayaan Konsumen Akad Istishna’
5.Pembiayaan Konsumen Akad Qard + Ijarah
Langkah-langkah dalam penetapan akad pembiayaan konsumtif yang perlu dilakukan bank :
1.Apabila kegunaan pembiayaan yang dibutuhkan nasabah adalah untuk kebutuhan konsumtif semata, harus dilihat dari sisi apakah pembiayaan tersebut berbentuk pembelian barang atau jasa.
2.Jika untuk pembelian barang, faktor selanjutnya yang harus dilihat adalah apakah barang tersebut berbentuk ready stock atau
goods in process. Jika ready stock, pembiayaan yang diberikan adalah pemberian murabahah. Namun jika berbebtuk goods in process, yang harus dilihat berikutnya adalah dari sisi apakah proses barang tersebut memerlukan waktu di bawah 6 bulan atau lebih. Jika di bawah 6 bulan, pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan salam.
3.Jika pembiayaan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nasabah di bidang jasa, pembiayaan yang diberikan adalah
ijarah.
Bank mengklasifikasikan pembiayaan dalam dua bentuk :
Pembiayaan Sindikasi
D. PEMBIAYAAN SINDIKASI
Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu.
Sindikasi ini mempunyai tiga (3) bentuk, yakni:
1.Lead Syndication, yakni sekelompok bank yangs ecar bersama-sama membiayaai suatu proyek dan dipimpin oleh satu bank yang bertindak sebagai leader.
2.Club Deal, yakni sekelompok bank yang secara bersama-sama membiayai suatu proyek, tapi antara bank yang satu dengan yang lain tidak mempunyai hubungan kerja sama bisnis dalam arti penyatuan modal.
3.Sub Sindication, yakni bentuk sindikasi yang terjadi antara suatu bank dengan salah satu bank peserta sindikasi lain dan kerja sama bisnis yang dilakukan keduanya tidak berhubungan secara langsung dengan peserta sindikasi lainnya.
Sindikasi
Go To investasi STOP
ya
Jika pembiayaan tersebut berbentuk two step, faktor berikutnya yang harus dilihat bank adalah apakah bentuk sindikasi tersebut lead syndication, club deal, atau sub syndication. Jika sindikasi tersebut berbentuk lead syndication, bank syariah melakukan desain akad musyarakah. Setelah itu, bank syariah mengidentifikasikan apakah pembiayaan tersebut digunakan untuk modal kerja, investasi, atau konsumtif.
Jika pembiayaan tesebut dilakukan secara langsung, maka faktor berikutnya yang harus dilihat bank adalah apakah bentuk sindikasi tersebut lead syndication, club deal, atau sub syndication. Jika sindikasi tersebut bebbentuk lead syndication, maka bank syariah melakukan desain akad musyarakah. Setelah itu, bank syariah mengidentifikasi apakah pembiayaan tersebut digunakan untuk modalkerja atau investasi (dalam hal pembiayaan yang dilakukan secara langsung ini, pembiayaan konsumtif tidak diperkenankan karena bentuk pembiayaan adalah pembiayaan korporasi). Namun, jika bentuk sindikasi tersebut adalah club deal atau sub syndication, langkah berikutnya yang dilakukan bank adalah langsung menidentifikasi apakah pembiayaan tersebut digunakan untuk modal kerja atau investasi.
E. PEMBIAYAAN BERDASARKAN TAKE OVER
Pembiayaan berdasarkan take over adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take over terhadap transaksi non syariah yang telah berjalan yang dilakukan oleh bank syariah atas
permintaan nasabah.
Bank syariah mengklasifikasikan hutang nasabah kepada bank konvensional menjadi dua macam, yakni :
Alur Penentuan Akad untuk Pembiayaan Take Over
1. Hutang pokok plus bunga, dan 2. Hutang pokok saja
Dalam menangani hutang nasabah yang berbentuk hutang pokok plus bunga, bank syariah memberikan jasa qardh. Sedangkan terhadap hutang nasabah yang berbentuk hutang pokok saja, bank syariah memberikan jasa hiwalah.
Dengan demikian, dalam memberikan pembiayaan, bank syariah dapat mengklasifikasikan pembiayaan yang diajukan nasabah ke dalam dua kategori, yakni pembiayaan take over atau pembiayaan notake over.
Dalam pembiayaan tersebut termasuk ke
dalam kategori
take over
ataupun
non take
over
, faktor pertama yang harus dicermati
bank syariah adalah apakah pembiayaan
tersebut
berbentuk
sindikasi
atau
Secara definitif, yang dimaksud dengan pembiayaan Leter of Credit (L/C) adalah pembiayaan yang diberikan
dalam rangka memfasilitasi transksi impor atau ekspor nasabah. Pada umumnya, pembiayaan L/C dapat
menggunakan beberapa akad, yaitu :
F. PEMBIAYAAN
LETTER OF CREDIT (L/C)
I. Pembiayaan L/C Impor
Berdasarkan
Fatwa
Dewan
Syariah
Nasional Nomor 34/DSN-MUI/IX/2002,
akad yang dapat digunakan untuk
pembiayaan L/C Impor adalah :
I. Wakalah bil Ujrah
II. Wakalah bil Ujrah dengan Qardh
III. Murabahah
IV. Salam atau Istishna dan Murabahah
V. Wakalah bil Ujrah dan Murabahah
VI. Musyarakah, dan
VII.Wakalah bil Ujrah dan Hawalah
II. Pembiayaan L/C Ekspor
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 35/
DSN-MUI/IX/2002, akad yang dapat digunakan
untuk pembiayaan L/C Ekspor adalah :
1. Wakalah bil Ujrah
2. Wakalah bil Ujrah dengan Qardh
3. Wakalah bil Ujrah dan Murabahah
4. Musyarakah, dan
TAKE OVER NONSINDIKASI
Principal Only
Al Bai’ wal IMBT
Qard Hiwalah
Alur Penentuan Akad untuk Pembiayaan Take Over Non-Sindikasi