• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGKAJI BEBERAPA HIKMAH IBADAH HAJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENGKAJI BEBERAPA HIKMAH IBADAH HAJI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Modul 3

Pelaksanaan Ibadah Haji

Ditulis dalam rangka meningkatkan

penghayatan ibadah haji

Oleh

Khoiril Arief Saleh

(2)

MENGKAJI BEBERAPA HIKMAH IBADAH HAJI

BAGIAN PERTAMA

Oleh : Khoiril Arief Saleh

Jalan Bolavoli 18 Arcamanik, Bandung. Telp. (022)7102411

Telah banyak kita ketahui bahwa hal-hal ritual ibadah haji mempunyai makna tersendiri. Semua orang harus berpakaian ihram, hal tersebut menyatakan bahwa semua orang sama dihadirat Allah. Semua orang harus thawaf, menyatakan bahwa semua umat Islam di dunia ini hanya mempunyai satu kiblat, yaitu menuju Ka’bah. Melempar jumrah, melambangkan usaha mengusir syetan-syetan yang mengganggu ibadah kita. Selain itu, terpikir beberapa pertanyaan usil yang mengganggu, antara lain tentang Makkah, waktu haji ditetapkan dalam penanggalan bulan, talbiyah, sa’i antara Shafa dan Marwah, wukuf di Arafah, bilangan tujuh, mabit di Muzdalifah, dan adanya larangan berbantah-bantahan pada saat menjalankan haji. Selain itu masih ada lagi beberapa pertanyaan yang menarik untuk dikaji.

Penulis mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diluar sudut pandang ritual ibadah, dilihat dari sudut pandang pendalaman suatu peristiwa ataupun dari sudut pandang pengetahuan lain. Bila jawaban penulis benar, mudah-mudahan dapat menambah keimanan kita, bila salah buanglah jawaban penulis dari pikiran anda. Jawaban-jawaban tersebut penulis jelaskan dalam uraian berikut.

1. Makkah

MAKKAH, MUZDALIFAH,

MAKKAH, MUZDALIFAH,

ARAFAH, WAKTU HAJI, SA’I,

ARAFAH, WAKTU HAJI, SA’I,

BILANGAN TUJUH,

BILANGAN TUJUH,

URUTAN RITUAL,

URUTAN RITUAL,

PUTARAN TAWAF

PUTARAN TAWAF

LARANGAN BERBANTAHAN

LARANGAN BERBANTAHAN

?

(3)

Pertama kali timbul pertanyaan ketika akan berangkat haji adalah “mengapa ibadah haji harus dilaksanakan di Makkah dan sekitarnya ?, mengapa tidak di Amerika, Jakarta atau Eropa ? Terlepas dari sejarah Islam, sebagai geophisicist yang selalu berorientasi pada peta atau lokasi strategis, penulis berpikir jauh. Penulis buka peta situasi dunia, peta jalur gempa bumi dunia, peta plat tektonik dan peta-peta yang bersangkutan dengan sejarah geologi.

Dari peta-peta tersebut penulis mencoba membuat suatu kriteria general dari tempat ideal untuk berkumpulnya orang-orang di seluruh bumi ini. Kriteria generalnya adalah :

a. Optimal dijangkau dari semua posisi tempat tinggal diseluruh bumi melalui jalan darat, laut atau udara.

b. Stabil dari pergerakan kulit bumi, sehingga tidak mengakibatkan adanya gempa-gempa besar serta gunung api aktif. Hal ini penting untuk menghindari bencana alam besar yang dapat mengubah permukaan bumi secara ekstrim.

c. Mempunyai dua musim ekstrim, yaitu panas dan dingin. Hal ini penting agar tidak mengakibatkan perbedaan yang mencolok bagi pendatang-pendatang baik dari daerah berlintang kecil (khatulistiwa, sekitar 0 derajat) ataupun daerah berlintang tinggi (kutub, mendekati 90 derajat). Daerah yang cocok adalah daerah berlintang sekita duapuluhan derajat (daerah sub tropis).

d. Tidak terletak pada habitat binatang buas atau jalur migrasi dari binatang buas yang berbahaya pada kehidupan manusia.

Untuk menentukan lokasi yang tepat, penulis sengaja meminta beberapa usulan tempat dari beberapa ahli planologi, geologi dan teknik sipil. Terdapatlah beberapa usulan antara lain di

LAUTAN HINDIA

LAUTAN HINDIA

ARAB

(4)

daerah Thailand, Mexico dan Arab. Thailand merupakan tempat staregis antara benua besar Asia dan benua kecil Australia, Mexico terletak di tengah-tengah benua besar Amerika, sedang semenanjung Arab terletak antara benua besar Asia dan benua besar Afrika. Masing-masing lokasi dinilai berdasarkan kriteria general a, b dan c yang telah penulis jelaskan. Ternyata jazirah Arab menjadi alternatif terbaik. Selain jazirah Arab terletak antara benua sangat besar, yaitu Afrika dan Asia, jazirah Arab juga sangat dekat dengan Eropa. Jazirah Arab relatif jauh dari jalur gempa atau jalur gunung api aktif, dan bukan habitat binatang buas berbahaya; sedang Mexico dilewati jalur gempa Pasific dan Thailand tidak jauh dari jalur gempa Mediteranian.

Selain kriteria general yang telah dievaluasi, diperlukan juga kriteria detil yang harus dipenuhi oleh tempat tersebut, antara lain :

a) Tidak terlalu jauh dengan laut atau air.

b) Tidak pada daerah bertopografi curam, berhutan lebat, berawa-rawa ataupun daerah yang tidak stabil (pantai atau sungai yang mudah bergeser).

c) Mempunyai lapangan terbuka yang sangat luas atau tidak jauh dari tempat tersebut terdapat lapangan terbuka yang sangat luas. Lapangan tersebut harus dapat dijadikan sarana untuk menempa ujian.

d) Berkelembaban relatif rendah sehingga binatang-binatang pembawa bibit penyakit (lalat, nyamuk, dsb.) relatif sulit berkembang.

e) Aman dari ancaman pergolakan politik dunia.

Bila kriteria detil dijadikan sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut, maka Makkah merupakan tempat yang paling cocok. Selain tidak terlalu jauh dari laut dan curah hujan tahunannya 10 sampai 40 inch, di Makkah terdapat struktur atau batuan sangat fracture yang mudah diresapi air. Batuan fracture tersebut berupa batuan metamorf atau beku terpecah-pecah membentuk cekungan diatas lapisan kedap, membuat daerah Makkah menjadi reservoar air yang cukup besar. Air hujan yang turun dikejauhan dapat mengalir melalui struktur atau batuan fracture bawah tanah dan berkumpul di Makkah. Tidak jauh dari Makkah (di Arafah, Mina, Muzdalifah) terdapat padang luas, bukan daerah berawa-rawa, bertopografi tidak terlalu curam dan merupakan daerah relatif sabil. Daerah Mina, Muzdalifah dan Arafah yang letaknya tidak terlalu jauh dari Makkah, kondisinya tidak senyaman Makkah. Tempat tersebut cocok dijadikan tempat pertemuan sekaligus sebagai tempat untuk menempa cobaan. Ditinjau dari pergolakan politik dunia, Makkah dan sekitarnya merupakan daerah yang aman, tidak seperti di Palestina.

Maha benar Allah yang telah menempatkan Makkah dan sekitarnya sebagai tempat berkiblat semua orang Islam di bumi ini dan tempat berkumpul untuk menunaikan ibadah haji. Makkah dan sekitarnya adalah tempat tercocok dibandingkan dengan tempat-tampat lain di dunia ini. Tidak mungkin tempat tersebut akan menyengsarakan orang.

2. Waktu Haji Ditetapkan Dan Dalam Penanggalan Bulan

Waktu pelaksanaan ibadah haji ditetapkan mulai tanggal 9 Dzulhijjah. Mengapa waktu haji ditetapkan sama untuk semua orang Islam dibumi ini ?. Mengapa waktu haji menggunakan penanggalan bulan ?. Terlepas dari kewajiban menerima perintah tersebut, tentunya ada hikmah dibalik itu. Penulis mencoba mencari jawabannya.

(5)

melaksanakan ibadah haji itu sendiri. Dengan waktu yang tidak bersamaan, tentunya pertemuan akbar umat Islam sedunia tidak akan tercapai. Dengan sendirinya sebagian tujuan untuk tetap menyatukan, merukunkan, mengkalibrasi atau mensinkronisasi umat Islam sedunia kurang dapat terwujud dengan baik. Terjadinya pertemuan akbar umat Islam sejagat raya ini merupakan wujud silahturahmi untuk saling mempererat persaudaraan global, saling memberi informasi atau ilmu, dan saling dapat menjalin kerja sama global. Hal tersebut harus benar-benar terwujud. Rasanya harus malu dan prihatin sebagai seorang Islam apabila kerja sama antar umat Islam sedunia masih tersendat-sendat meskipun telah memiliki sarana pertemuan akbar.

Telah kita ketahui bersama bahwa perubahan iklim di suatu tempat di bumi ini ditentukan oleh pergeseran posisi matahari. Musim panas sangat ekstrim di belahan bumi utara dan musim dingin sangat ekstrim di belahan bumi selatan bertepatan dengan posisi peredaran matahari disekitar 22 derajat 30 menit lintang utara. Hal itu terjadi pada bulan Juni, sedang kondisi musim sebaliknya terjadi karena matahari beredar disekitar 22 derajat 30 menit lintang selatan, pada bulan Desember. Tepatnya pada tanggal 22 Juni matahari pada posisi ekstrim utara, sedang pada tanggal 22 Desember matahari pada posisi ekstrim selatan. Bila pelaksanaan ibadah haji ditentukan berdasarkan penanggalan matahari, akan selalu terjadi pada musim yang sama. Hal ini tidak menguntungkan bagi umat Islam yang bertempat tinggal pada tempat yang bermusim hampir sama sepanjang tahun (di khatulistiwa atau di kutub). Ditetapkannya waktu haji dengan penanggalan bulan akan selalu menggeser tanggal pelaksanaannya pada penanggalan matahari. Hal ini memberi kesempatan pada umat Islam yang bertempat tinggal pada tempat yang hampir sama musimnya sepanjang tahun (terutama pada mereka yang tinggal disekitar kutub), untuk memilih waktu yang sesuai.

Tanggal 9 Dzulhijjah tidak terlalu jauh waktunya kalau dihitung dari Bulan Ramadhan, tidak lebih dari 67 hari. Pelaksanaan ibadah haji Tamattu sudah dapat dimulai dengan melaksanakan Umrah pada bulan Syawal. Telah diketahui bersama bahwa pada bulan Ramadhan semua umat Islam sedang dilatih kembali atau ditingkatkan kembali kadar ketakwaannya. Dalam waktu tidak lebih dari 67 hari, semangat Ramadhan belum jauh meluntur pada calon-calon jemaah haji. Dengan bekal semangat tersebut diharapkan akan lebih mudah meningkatkan ketakwaannya lagi. Tentunya dengan bekal tersebut akan lebih mudah melakukan tukar pikiran dengan sesama saudaranya umat Islam dari segala penjuru jagat raya. Kemungkinan saling memberi nilai tambah antar bangsa lebih besar dibanding saling menimbulkan perselisihan atau salah pengertian.

Selain itu, pelaksanaan rangkaian ritual ibadah haji dilakukan pada tanggal 9 sampai dengan 13 Dzulhijjah atau 9 sampai dengan 13 penanggalan bulan mempunyai dampak positif pada suasana malam hari. Pada malam hari akan ditemui kenampakan bulan sebesar tiga perempat hingga hampir penuh tetapi tidak akan bertepatan dengan gerhana. Suasana tersebut memberi keindahan dimalam hari dan akan lebih menunjukkan kebesaran Allah bagi orang-orang yang mau merenungkannya.

Maha benar Allah yang telah menetapkan tanggal 9 Dzulhijjah dimulainya ibadah haji dengan miqat zamani pada bulan Syawal dan menggunakan penanggalan bulan.

3. Talbiyah

(6)

Secara cepat dapat kita jawab bahwa talbiyah adalah wujud suatu pekerjaan untuk memenuhi panggilan Allah dan berserah diri secara utuh kepada Nya. Terus menerus artinya kecuali diucapkan dimulut juga dihayati dalam hati. Sangat sedarhana untuk diucapkan tetapi tidak mudah untuk dihayati secara maksimal. Mungkin bisa terjadi dimana talbiyah hanya berlaku dimulut saja. Dalam hal ini penulis menyarankan untuk melatih hati bertalbiyah melalui penghayatan berikut.

Kalimat talbiyah diterjemahkan sebagai berikut : “Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, ni’mat, dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu”. Dari rangkaian kalimat tersebut terdapat lima pernyataan penting yang harus benar-benar dipahami, yaitu “datang kepada Allah”, “tidak ada sekutu Allah”, “semua puji milik Allah”, “semua nikmat milik Allah” dan

“semua kekuasaan milik Allah”. Agar dapat melakukan talbiyah hati dengan benar, kita kaji pernyataan-pernyataan tersebut satu-persatu.

Menyatakan datang kepada Allah dan tidak ada sekutu-Nya, bermakna bahwa kita tidak lagi bertujuan lain, selain Allah. Tidak mementingkan yang lain, selain hanya mementingkan Allah. Hanya menuju Allah atau hanya mementingkan Allah. Tidak lagi memikirkan harta, pangkat, pekerjaan, dan sebagainya.

Menyatakan semua puji milik Allah, bermakna bahwa kita tidak lagi mengharapkan penghargaan, sanjungan, pujian dan sejenisnya. Kedudukan dan harga diri tidak dipikirkan lagi. Menyatakan semua nikmat milik Allah, bermakna bahwa kita tidak lagi berhak menikmati kemegahan, kenyamanan, dan sejenisnya. Semua nikmat yang diberikan Allah berupa istri, suami, anak, saudara maupun teman, bukan menjadi hak kita; bahkan panca indera berupa penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman maupun perabaan, bukan menjadi hak kita. Kita hanya sekedar dititipi dan harus merawatnya, kita harus siap dengan kondisi apapun sekiranya Allah menghendakinya. Mau dicabut, dikurangi atau ditambah, kita harus siap menerimanya. Mau dicabut nyawanyapun harus sudah siap. Hal itu dinyatakan Allah secara simbolis berupa larangan pada saat ihram. Hal-hal yang semestinya halal dilarang dalam masa ihram, misalnya tidak boleh memakai wangi-wangian, memotong tumbuh-tumbuhan, membunuh hewan buruan, memotong rambut serta kuku, berkumpul suami-istri.

Menyatakan semua kekuasaan milik Allah, bermakna bahwa kita harus siap melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Nya, tanpa sanggahan maupun usulan, tanpa imbalan maupun keluhan. Semua dilakukan semata-mata hanya ingin mencari ridha Allah.

Secara lahiriah kita nyatakan hal-hal tersebut diatas dengan mengucapkan kalimah talbiyah, dengan berpakaian ihram dan tidak melanggar larangan-larangan dalam berihram. Sesuatu yang jauh lebih penting adalah bertalbiyah dalam hati dengan kepasrahan. Datang untuk menyerahkan jiwa dan raga, siap diperlakukan apa saja oleh Allah, tanpa keluhan.

4. Sa’i Antara Shafa Dan Marwah

(7)

Allah memilih skenario pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya. Pada hal sebagian orang masih menganggap bahwa pekerjaan ibu tersebut merupakan pekerjaan yang sepele. Mengapa Allah memilih sosok wanita berkulit hitam, bekas budak dijadikan tauladan ?. Semua orang di dunia yang melakukan ibadah haji harus menirukan kejadian tersebut ? Penulis mencoba mencari jawabannya.

Sejarah Islam menerangkan bahwa awal rangkaian kejadian membangun kembali Ka’bah (rumah Allah) yang dilakukan nabi Ismail dan Ibrahim, diawali dari lahirnya nabi Ismail dari buah perkawinan nabi Ibrahim dengan Siti Hajar. Pada awal perjalanan bayi Ismail, skenario Allah menetapkan Siti Hajar bersamanya ditinggal berdua disuatu padang pasir yang kering kerontang. Untuk melindungi anaknya dari rasa haus dan lapar Siti Hajar mencari air dengan segala usaha dan pengorbanannya, berlari-lari bolak-balik tujuh kali antara Shafa dan Marwah. Kejadian tersebut benar-benar merupakan manifestasi dari suatu usaha lahiriah, bukan semata-mata hanya memohon kepada Allah. Setelah kejadian tersebut, semua umat Islam mestinya telah mengerti rangkaian kejadian selanjutnya. Rangkaian kejadian tersebut antara lain keluarnya air Zamzam, dipertemukannya kembali nabi Ibrahim dengan anaknya Ismail, diterimanya perintah penyembelihan pada Ismail yang diabadikan menjadi ibadah kurban, dan akhirnya diperintahkannya nabi Ibrahim dan Ismail membangun kembali Ka’bah (rumah Allah). Rumah Allah bukan dibangun kembali oleh sembarang orang tetapi oleh orang yang benar-benar telah lulus dari ujian berat-Nya. Orang yang dapat mencapai kelulusan tersebut sebagai hasil lindungan serta didikan Siti Hajar dengan segala usaha keras dan pengorbanannya.

Terbukalah jawaban Skenario Siti Hajar di Shafa dan Marwah. Kejadian tersebut menunjukkan kepada kita bahwa fondasi jiwa seseorang, rumah/keluarga, kampung, kota atau negara harus diawali kerja keras, melindungi, membimbing dan mendidik anak. Pekerjaan itu dilakukan sendiri oleh seorang ibu. Tidak diwakilkan kepada orang lain dan tidak dilakukan oleh bapak. Di sini benar-benar tidak dibenarkan konsep adanya “baby sister”. Ibu atau istri adalah benar-benar merupakan pilar atau fondasi suatu rumah/keluarga. Dengan demikian tidak bisa ditawar-tawar lagi bagi mereka yang telah melakukan sa’i, harus benar-benar melindungi dan mendidik anak dengan sungguh-sungguh.

Selain itu, dapat ditarik kesimpulan juga bahwa Allah tidak memandang jenis kulit, golongan ataupun derajat tetapi hanya memandang dari sudut ketakwaannya. Sekalipun bekas budak dan berkulit hitam, tetapi Siti Hajar dijadikan monumen bersejarah dan tauladan seluruh umat Islam di dunia.

Maha benar Allah yang telah menetapkan Sa’i antara Shafa dan Marwah sebagai kewajiban dalam ibadah haji.

5. Wukuf Dilakukan Di Arafah Dan Pada Siang Hari

Wukuf di Arafah adalah suatu ibadah yang bertitik-berat pada pertaubatan dan pemurnian hati. Hampir sepanjang wukuf hanya dipenuhi dengan pekerjaan menyerap pengetahuan dan berdoa (berkomunikasi langsung kepada Allah). Timbul pertanyaan, mengapa harus dilakukan di Arafah?, mengapa harus dilakukan sesudah dzuhur hingga terbenam matahari ?, mengapa tidak dilakukan pada malam hari ?. Penulis mencoba mengkaji hikmah pelaksanaan wukuf di Arafah dan dilakukan pada siang hari, yang hasilnya dijelaskan sebagai berikut.

(8)

kelayakan Arafah sebagai tempat untuk berwukuf berjuta orang, sedang dimensi waktu menyangkut masalah keoptimalan pelaksanaannya pada siang hari.

Telah diterangkan bahwa Arafah (Arafat) mempunyai arti pengetahuan. Perbuatan wukuf di Arafah adalah suatu perbuatan penyerapan pengetahuan dari apa saja yang bisa ditangkap dari panca indra kita, dilihat, didengar, diraba, dirasa dan dicium. Khutbah wukuf, situasi dan kondisi wukuf adalah suatu yang bisa diserap sebagai pengetahuan. Pengetahuan ini sangat penting sebagai landasan suatu proses pengakuan yang hakiki pada kebesaran Allah, pada ketidak-berartian diri, pada kelemahan diri, dan pada kesalahan diri. Pengakuan-pengakuan tersebut akan bermuara pada suatu doa pengagungan Allah dan permohonan taubat dengan cara yang sekhusuk-khusuknya. Akhirnya tertumpahlah air mata dibumi Arafah. Proses tersebut tidak akan terwujud secara optimal bila tidak didukung dengan suasana dan kondisi lingkungan yang memadai. Sekarang pertanyaannya, benarkah suasana dan kondisi di Arafah sengaja diciptakan Allah demikian optimal ?. Marilah kita lanjutkan kajian kita dalam uraian berikut.

Dapat kita pahami bahwa hanya dua dari lima panca indera kita yang langsung berhubungan dengan hati secara dominan. Panca indra tersebut berupa mata dan telinga. Dari penglihatan dan pendengarannya manusia dapat mengubah isi hatinya. Mata dan telinga sangat optimal digunakan pada siang hari, bisa melihat hingga jarak yang sangat jauh dan bisa mendengar dengan baik. Pada malam hari, hanya telingalah yang berfungsi secara optimal karena jarak pandang mata sudah tidak sejauh pada siang hari. Pada siang hari penyerapan pengetahuan akan jauh lebih banyak dibanding pada malam hari. Pertanyaannya sekarang pengetahuan apa yang dapat diserap ketika berlangsungnya wukuf di Arafah ?. Mari kita ikuti jawaban berikut.

Menurut skenario Allah, di Arafah dikumpulkan berjuta orang yang memenuhi panggilan Nya dengan seragam pakaian yang sama. Orang-orang tersebut berkumpul tanpa imbalan gaji tetapi mau berkoban sampai badannya lusuh. Pada Hadis Qudsi Allah membanggakannya pada malaikat-malaikat “lihatlah hamba-hambaku yang memenuhi panggilanku hingga badannya lusuh……….Aku ampuni dosa-dosanya”. Tidak salahlah kiranya bila penulis menterjemahkan semua kejadian ini sebagai suatu makna tersembunyi untuk :

Melihat kebesaran kekuasaan Allah. Adakah manusia yang sanggup mengumpulkan orang

sebanyak itu dengan keseragaman dan ketulusan hati yang sama untuk mencari ridhanya ?. Sejauh mata memandang hanya tenda dan manusia berpakaian ihram yang terlihat. Tidak ada seorangpun yang menyamainya.

 Kejadian itu tidak mungkin terjadi dilain tempat dibumi ini dan selain pada tanggal 9

Dzulhijjah. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat mengalaminya; mengalami sebagai orang tersanjung dihadapan Allah. ………Malu dihadapan Allah karena orang sekecil dan sehina ini dibanggakan Allah pada malaikat-malaikat. Maka, tidak ada jalan lain kita harus menebusnya dengan memenuhi segala perintah dan menjauhi segala larangan Nya secara sungguh-sungguh baik pada saat wukuf maupun setelahnya.

Menyadari benar akan kebesaran ilmu Allah yang telah menjadikan Arafah sebagai tempat

(9)

Sangat tepat Arafah digunakan sebagai tempat berwukuf berjuta orang dan sangat optimal pelaksanaannya dilakukan pada siang hari. Dimensi ruang (tempat) dan waktu benar-benar mendukung dimensi perbuatan.

Maha benar Allah yang telah menetapkan Arafah sebagai tempat wukuf dan dilakukan pada siang hari. Maha benar Allah dengan segala ketetapannya.

6. Mabit Di Muzdalifah

Di Muzdalifah atau di Masy’aril Haram (suatu tempat di daerah Muzdalifah) diperintahkan untuk mabit. Apa yang harus disimak dari mabit tersebut ?. Adakah pesan tersembunyi dari tempat tersebut ?. Penulis mencoba membuka sejarah keberadaan tempat tersebut dengan harapan dapat mengungkapkan pesan yang terkandung di dalamnya.

Skenario Allah yang pertama menjelaskan bahwa Muzdalifah adalah tempat dimana nabi Adam dan Ibu Hawa mulai bertemu (ada yang berpendapat bahwa bertemunya di Arafah). Nabi Adam diturunkan di bumi disuatu daerah didekat India, sedang Ibu Hawa diturunkan dekat pantai laut Merah jazirah Arab. Jarak kedua tempat tersebut beribu kilometer, lebih dari empat kali panjang pulau Jawa. Untuk mencapai Muzdalifah ibu Hawa berjalan hanya beberapa puluh kilometer sedang nabi Adam harus menempuh perjalanan beribu kilometer tanpa menggunakan peta, kompas ataupun radar. Rasanya tidaklah mungkin dapat bertemu dengan jarak yang sedemikian jauh. Adalah suatu keajaiban, mereka dapat bertemu, hanya dengan takdir Allah mereka bertemu. Berapapun jaraknya bila Allah telah mentakdirkan mereka bertemu, maka bertemulah mereka.

Maha besar Allah dengan segala macam kekuasaannya. Janganlah takut bagi mereka yang belum memperoleh jodoh, apapun halangannya bila Allah telah mempertemukan dan mentakdirkan, maka jadilah. Jodoh ada pada takdir Allah, manusia hanya dapat merencana tapi Allahlah yang menentukannya.

Penglihatan mata

Pendengaran telinga

Pengetahuan

Penglihatan

hati

Pendengaran

hati

Pengakuan kebesaran Allah, pengakuan kelemahan diri,

pengakuan kesalahan, malu dibanggakan Allah

(10)

Skenario Allah kedua menunjukkan bahwa semua jemaah haji pada tanggal 10 Dzulhijjah harus mabit dan diperintahkan mengambil kerikil di Muzdalifah (Masy‘ar). Kerikil tersebut nantinya akan digunakan untuk melempar jumrah Aqabah. Hal ini menjelaskan bahwa ditempat tersebut diwujudkan suatu kesadaran untuk bersiap-siap diri mengantisipasi syetan-syetan yang akan mengganggu kebaikan hati. Makna skenario ini dijelaskan lebih rinci di sub-bagian tersendiri (pada modul 4) karena berkaitan dengan ritual di Arafah dan Mina.

7. Bilangan tujuh

Telah kita ketahui bahwa ada tiga ritual ibadah haji menggunakan bilangan 7 (tujuh), yaitu thawaf sebanyak tujuh kali, sa’i sebanyak tujuh kali, dan melempar jumrah sebanyak tujuh kali ditiap tempat. Adakah makna angka tujuh dalam ritual tersebut ?. Apakah Allah menyimpan pesan dalam ulangan perbuatan tujuh kali ?.Terlepas dari ritual yang harus dikerjakan, penulis mencoba memahaminya lebih dari sekedar menerima perintah. Hal itu penulis terangkan dalam uraian berikut.

Thawaf sebanyak tujuh kali merupakan suatu usaha untuk mendekatkan diri pada Allah dari segala arah. Selain itu kita berusaha menghayati bahwa kiblat kita hanya satu meskipun dari arah manapun juga, yaitu Ka’bah. Sa’i, berlari-lari dari Shafa menuju Marwah, dari Marwah menuju Shafa, sebanyak tujuh kali, merupakan usaha Siti Hajar melindungi anaknya dari rasa haus dan lapar. Melempar jumrah masing-masing tempat sebanyak tujuh kali merupakan usaha untuk mengusir syetan agar tidak mengganggu ibadah kita. Semua ritual ibadah itu merupakan manifestasi dari suatu usaha.

Dapatlah ditarik kesimpulan bahwa setiap usaha untuk mencapai sesuatu selalu dilakukan sebanyak tujuh kali. Mula-mula penulis ragu dalam memahami makna ini. Setelah penulis ketahui dari suatu hasil penelitian usaha pemasaran, maka bulatlah hati penulis akan kebenaran

Mengapa tawaf dilakukah 7 kali,

melempar jumrah dilakukan 7 kali,

(11)

makna tadi. Penelitian menyimpulkan bahwa pemasaran berhasil setelah pengulangan keenam. Hasil penelitian diketahui bahwa biasanya orang akan berhenti pada pengulangan ketiga, padahal suatu hasil akan dapat dicapai setelah pengulangan keenam. Hanya mereka-mereka yang tekun mengulangi lebih dari enam kalilah yang akan berhasil dengan baik.

Maha benar Allah yang telah memerintahkan suatu usaha diulang-ulang tujuh kali. Ketekunan terhadap pengulangan suatu usaha sebanyak tujuh kali tersebut Insya Allah akan membuahkan hasil yang sangat gemilang. Setelah melaksanakan ibadah haji harus lebih gigih menjalankan usahanya. Bila belum berhasil, ulang lagi, ulang lagi, ulang lagi sampai tujuh kali, Insya Allah berhasil.

Daftar Pustaka

1. Abdurrahman E., Petunjuk Praktis Ibadah Haji, Penerbit Sinar Baru, Bandung, 1991. 2. Agus Syihabudin Drs. MA., Panduan Manasik Haji, KBIH YPM Salman ITB, 2000. 3. Ali Shariati DR., Haji, Penerbit Pustaka, Bandung, 1997.

4. Al-Quran, software Al-Quran versi 6.

5. At Tirmidzi, Hadis mengenai pribadi dan budi pekerti Rasulullah SAW., alih bahasa oleh M. Tarsyi Hawi, CV Diponegoro, Bandung, 1990.

6. Choiruddin Hadhiri SP., Klasifikasi kandungan Al-Quran, Gema Insani Press, Jakarta, 1994. 7. Departemen Agama RI, Deretorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Urusan Haji,

Bimbingan Ibadah Haji, Umrah Dan Ziarah, Jakarta,1998

8. Fachrudin HS., Terjemah hadis shohih Muslim, Bulan bintang, Jakarta, 1980. 9. Hussein Bahreisj, Himpunan hadis shohih Bukhari, Al Ikhlas, Surabaya, 1980.

10. Khafid DR., Mawaaqit++32 Versi 97.09 Software Al-Quran, Hadis, perhitungan waktu Islam, Bogor, 1997.

11. Mustofa W Hasyim dan Ahmad Munif, Haji Sebuah Perjalanan Air Mata, Pengalaman Beribadah Haji 30 Tokoh, Yayasan Bentang Budaya,Yogyakarta, 1997.

12. Perry H. Rahn, Engeneering Geology An Environmental Approach, Prentice Hall PTR, Upper Saddle, New Jersey, 1996.

13. Shaleh K.H.Q., Dahlan H.A.A. dan Dahlan H.M.D., Asbagianun Nuzul, latar belakang historis turunnya ayat-ayat Al Qur,an, CV. Diponegoro, Bandung, 1994.

14. Sukmadjaja Asyarie, Rosy Yusuf, Indeks Al-Quran, Pustaka, Bandung, 1984.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kerangka konsep dapat dijelaskan bahwa penyuluhan gizi yang dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi dengan metode ceramah disertai dengan media poster dan leaflet

Tujuan antar muka pemakai adalah agar sistem komputer dapat digunakan oleh pemakai (user interface), istilah tersebut digunakan untuk menunjuk kepada kemampuan

Ketika dioda berada dalam kondisi “on” atau short circuit seperti ditunjukkan pada gambar 5, tegangan output vo  dapat dihitung dengan menggunakan hukum Kirchoff

12.Bagi pelamar dengan ijazah dari perguruan tinggi luar negeri, perguruan tingginya harus yang diakui oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi,

Populasi responden dalam penelitian ini ialah seluruh pejalan kaki yang berada di jalur pedestrian kawasan perdagangan dan jasa Zona PKL Kota Bandung...

Tujuannya adalah: (1) Untuk mengetahui bentuk instrumen penilaian sikap yang digunakan oleh guru mata pelajaran Akidah Akhlak di MTsN 1 MODEL, (2) Untuk mendeskripsikan

krematorium santhayana memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi hingga mampu menyelesaikan masalah umat yang terbilang rumit dan sering terjadi pada dewasa

19 Dengan kontinum kerja sama internasional ini, Penulis akan menjelaskan Indonesia melakukan upaya kerja sama internasional yang disebut dengan MALSINDO