ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KUERSETIN PADA KULIT BUAH PIR KUNING
(Pyrus communis L)
Mindawarnis
ABSTRAK
Buah Pir kuning (Pyrus communis L.) merupakan buah yang sering dikonsumsi masyarakat dengan membuang kulitnya, padahal banyak manfaat dari kulit buah pir, antara lain mengandung senyawa kuersetin yang berkhasiat sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa kuersetin dari kulit buah pir. Dari 450 g kulit buah pir kuning kering di maserasi dengan pelarut etil asetat dan di destilasi vakum, diperoleh sekitar 17 g ekstrak kasar. Hasil fitokimia dengan pereaksi Wilstater menujukan bahwa ekstrak mengandung flavonoid yaitu flavonolol. Pemurnian dan pemisahan terhadap ekstrak dilakukuan dengan kromatografi kolom dan kromotografi lapis tipis dengan eluen etil asetat : petroleum benzene (1:1). Hasil menujukan harga Rf fraksi B yaitu 0,91 sama dengan harga Rf baku pembanding kuersetin 0,91. Identifikasi terhadap fraksi B dengan spektrofometri UV-Vis terdapat 1 pita serapan yaitu pada panjang gelombang 387,5 nm. Hasil pereaksi geser natrium hidroksida menunjukan bahwa pada fraksi B setelah 5 menit, menunjukan penurunan spektum -0,5 nm yang mengarah pada gugus fungsi 3,4’ OH, merupakan gugus kuersetin.
Kata kunci : Ekstrak kulit buah pir, isolasi dan identifikasi kuersetin
PENDAHULUAN
Buah pir (Pyrus communis L) merupakan buah yang banyak di konsumsi masyarakat dari berbagai kalangan, namun banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat dan nilai gizi yang tinggi dalam buah pir. Pir atau Pear dalam bahasa Inggris adalah sebutan untuk pohon dan buah genus Pyrus. Pir berasal dari daerah tropis beriklim sedang di Eropa barat, Asia dan Afrika Utara. Pohon berketinggian sedang, bisa mencapai 10-17 meter tapi sebagian spesies tanaman memiliki daun rimbun (Ensiklopedia, 2009).
Menurut Adi (2009), pir memiliki efek farmakologis seperti antidiabetes, antidemam, mengatasi gangguan saluran cerna dan antimual, buah pir juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit radang tenggorokan, panas dalam, stroke, meringankan rasa nyeri,
mencegah penyakit jantung, paru-paru, kanker dan sebagainya. Efek farmakologis dari buah ini disebabkan karena adanya senyawa zat besi, kalsium, fosfor, vitamin C dan K, potasium dan magnesium (Adi, 2009), vitamin A dan E, asam folat dan pektin (Herlinawati, 2008). Selain itu buah pir juga mempunyai kandungan serat yang baik, konsumsi satu buah pir telah memenuhi 19,8 persen kebutuhan akan serat setiap hari (Khairuzzaman, 2009).
ekonomi bawah, menengah, dan atas dapat mengkonsumsinya dan mudah didapatkan karena dapat dibeli dimana-mana baik swalayan maupun pasar tradisional.
Sering kali masyarakat memakan buah pir (Pyrus communis L) dan membuang kulitnya, padahal banyak manfaat yang diperoleh dari kulit buah pir (Pyrus communis L). Seperti adaya senyawa kuersetin yaitu sebagai zat antioksidan dan flavonoid yang mempunyai efek antiradang tenggorokan, karena itu sebaiknya tidak mengupas kulit buah pir jika mengkonsumsinya (Leonhart, 2009).
Kuersetin (Quersetin) adalah salah satu zat aktif kelas flavanoid yang secara biologis amat kuat. Bila vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan 1, maka kuersetin memiliki aktivitas antioksidan 4,7. Flavanoid merupakan kelompok terbesar antioksidan golongan polifenol yang terdiri atas antosianidin, biflavon, katekin, flavanon, flavon dan kuersetin termasuk ke dalam kelompok flavonol (Waji, 2009). Murtihapsari (2008) telah melakukan penelitian isolasi kuersetin dari bawang bombay mengunakan campuran etil asetat dengan petrolem benzene (1:1), dihasilkan redemen 2,49% b/b. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian tentang isolasi dan identifikasi kuersetin dari kulit buah pir kuning (Pyrus commonis L).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik yang mengisolasi dan mengidentifikasi kuersetin dalam
kulit buah pir kuning (Pyrus communis L).
1. Uji pendahuluan fitokimia
Terhadap kulit buah pir kuning (Pyrus communis L) dilakukan uji fitokimia dengan melakukan uji Wilstater untuk melihat apakah ada flavonoid yang terdektesi pada ekstrak pekat, caranya : ekstrak kulit buah pir kuning (Pyrus communis L) dilarutkan dengan etil asetat kemudian ditambah dengan beberapa butir serbuk Mg, HCl pekat, dan amil alkohol. Bila timbul warna kemerahan menandakan flavonol, sedangkan warna kekuningan menandakan flavon.
2. Ekstraksi kulit buah pir (Pyrus communis L)
Kulit buah pir kuning (Pyrus communis L) diekstraksi dengan cara maserasi dalam etil asetat, filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan menguapkan pelarutnya menggunakan alat vakum bertekanan rendah.
3. Pemilihan Eluen Terbaik dengan KLT
eluen kemudian dilihat dengan lampu UV pada panjang gelombang 254 nm dengan warna spot yang muncul gelap.
Pada penelitian sebelumnya didapatkan hasil analisis KLT dengan variasi perbandingan eluen etil asetat : petroleum benzene adalah 1:1, dimana dalam proses pemisahannya diperoleh spot yang paling banyak yaitu 5 spot dan masing-masing spot dapat terpisah dengan baik. Setelah mengetahui eluen terbaik dilanjutkan dengan menggunakan kromtografi kolom (Murtihapsari, 2008).
4. Pemisahan Fraksi Flavonol dengan Kromatografi Kolom
Pemisahan dengan
kromatografi kolom mengunakan eluen etil asetat : petroleum benzene dengan perbandingan 1:1, karena dari hasil KLT diketahui merupakan eluen terbaik dalam proses pemisahan.
Penyiapan kolom kromatografi: a. Bersihkan kolom kromatografi
dan dikeringkan di oven
b. Pasangkan vertikal, lapisi bagian bawah kolom kromotografi dengan kapas
c. Buat suspensi silika gel 60 kromatografi dengan cairan pengelusi
d. Kemudian tuangkan ke dalam kolom kromatografi, ketok-ketok
kolom dengan batang karet sampai suspensi di
kolom kromatografi padat secara merata.
Penyiapan sampel
a. Sampel dicampurkan dengan sedikit silika gel
b. Tuangkan dengan hati-hati ke dalam kolom kromogtografi
c. Tambahkan fase diam diatasnya d. Lalu tuangkan cairan pengelusi
kedalam kolom kromatografi e. Buka kran kolom kromatografi,
tampung fraksi tetes demi tetes dengan vial atau tabung bersih dan kering
f. Penentuan tabung reaksi yang mengandung fraksi kuersetin dilakukan dengan metode KLT. g. Setiap tabung reaksi diuji dengan
plat KLT untuk melihat pola pemisahannya.
h. Pengujian setiap fraksi dilakukan dengan membandingkan pola pemisahan atau jumlah spot antara fraksi-fraksi yang dihasilkan dengan standar kuersetin.
i. Fraksi yang mengandung kuersetin dianalisis menggunakan Spektrofotometer.
5. Spektrofotometri UV- Vis
Pengukuran spektrum UV-Vis dilakukan pada panjang gelombang 250-500 nm. Sebanyak 3 ml sampel dimasukan dalam kuvet, kemudian diukur panjang gelombangnya. Selanjutnya untuk mengetahui kedudukan gugus hidroksi pada inti kuersetin dilakukan dengan menambahkan pereaksi geser ke dalam larutkan cuplikan. Pereaksi geser yang digunakan antara lain natrium hidroksida :
Cara Pengolahan dan Analisa Data
Data yang didapat merupakan data primer dari hasil isolasi dan identifikasi senyawa kuersetin. Data tersebut disajikan dalam bentuk table dan grafik.
HASIL
Sebanyak 1,2 kg kulit buah pir kuning ( Pyrus communis L) basah dikeringanginkan tanpa terkena cahaya matahari langsung
sehingga didapatkan bahan kering sekitar 450 g, bahan ini diekstraksi dengan pelarut etil asetat 4,5 liter, lalu dipekatkan dengan destilasi vakum. Didapatkan ekstrak seberat 17 g, ekstrak kemudian dilakukan uji fitokimia menggunakan Uji Wilstater dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Table. Uji Fitokimia dengan pereaksi Wilstater
Senyawa Warna ekstrak
Warna yang dihasilkan dengan pereaksi Wilstater
Kandungan flavonoid
Ekstrak etil
asetat Kuning Kemerahan Positif
Dari hasil uji fitokimia ekstrak menunjukan warna kemerahan sehingga dapat disimpulkan ekstrak menggandung flavonolol.
Setelah uji fitokimia, kemudian dilanjutkan proses pemisahan dengan kromotografi kolom menggunakan eluen etil asetat : petroleum benzene dengan perbandingan 1:1. Dari hasil
kromotografi kolom didapatkan 24 fraksi (dalam vial 10 ml). Penentuan vial yang mengandung kuersetin dilakukan dengan KLT.
Tabel. Jumlah komponen dari setiap fraksi hasil kromatografi kolom yang dimonitor dengan KLT :
Fraksi Banyaknya komponen Warna larutan
Fraksi 1 - Jernih
Fraksi 2 - Kekuningan
Fraksi 3 1 Kuning
Fraksi 4 1 Kuning
Fraksi 5 1 Kuning
Fraksi 6 1 Kuning
Fraksi 7 2 Kuning tua
Fraksi 8 2 Kuning
Fraksi 9 3 Kuning muda
Fraksi 10 3 Kuning muda
Fraksi 12 3 Kuning muda
Fraksi 13 3 Kuning
Fraksi 14 3 Kuning
Fraksi 15 4 Kuning
Fraksi 16 4 Kekuningan
Fraksi 17 2 Kekuningan
Fraksi 18 2 Kekuningan
Fraksi 20 2 Jernih
Fraksi 21 2 Jernih
Fraksi 22 2 Jernih
Fraksi 23 2 Jernih
Fraksi 24 2 Jernih
Setiap fraksi yang memiliki jumlah spot dan pola yang sama digabung sehingga diperoleh 4 fraksi. Pengujian setiap fraksi tersebut dilakukan dengan membandingkan dengan standar kuersetin.
Tabel. Harga Rf setelah diisolasi dengan KLT
Harga Rf 0,91 pada fraksi B bercak ke-5 sama dengan harga Rf baku pembanding (kuersetin) yaitu
0,91. Diduga terdapat golongan senyawa kuersetin pada fraksi B.
Hasil spectrum pelarut etil asetat : petroleum benzene (1:1) dihasilkan pita serapan panjang gelombang 272,0 nm.
Kemudian fraksi B5 pada spektrofometri UV-Vis dihasilkan 1 pita serapan panjang gelombang
387,5 nm.
Setelah dilakukan pengukuran panjang gelombang dari fraksi B5 dengan spektrofotometri UV-Vis, kemudian dilakukan penambahan pereaksi geser dan diukur lagi pola spektrum absorbansinya. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : Senyawa
Harga Rf
Bercak ke-1
Bercak ke-2
Bercak ke-3
Bercak ke-4
Bercak ke-5
Bercak ke-6
Baku pembanding (kuersetin) 0,91 - - - - -
Fraksi A (gabungan 7 dan 8) 0,70 0,86 - - - -
PEMBAHASAN
Buah pir kuning (Pyrus communis L) segar sebanyak 15 kg dikupas kulitnya, kemudian dirajang dan didapatkan berat basah kulit sebanyak 1,2 kg. Potongan-potongan kulit ini kemudian dikering anginkan tanpa terkena cahaya matahari secara langsung 3x24 jam sehingga didapatkan bahan kering sebanyak 450 gram.
Bahan kemudian dimaserasi selama 10 hari (2 X 5 hari), dengan menggunakan pelarut etil asetat yang telah didestilasi. Maserasi ini dilakukan untuk mengekstraksi seyawa flavonolol dalam sampel khususnya senyawa kuersetin. Hasil maserasi ini kemudian dipekatkan dengan menggunakan vakum untuk mendapatkan ekstrak kasar. Ekstrak kasar diperoleh sebanyak 17 g.
Untuk memastikan bahwa senyawa flavanoid telah terekstraksi, maka dilakukan uji fitokimia untuk melihat apakah ada flavanoid yang terekstraksi dalam ekstrak pekat. Uji fitokimia dilakukan dengan menggunakan Uji Wilstater yaitu dengan melarutkan sejumlah tertentu ekstrak ke dalam etil asetat dan kemudian ditambahkan dengan beberapa butir Mg, HCl pekat, dan amil alcohol. Setelah reaksi maka akan didapat warna positif yaitu kemerahan untuk flavonolol, atau
warna kekuningan untuk flavon (Murtihapsari, 2008). Hasil uji fitokimia menunjukan warna kemerahan sehingga dapat diambil kesimpulan ekstrak mengandung flavonolol yang didalamnya terdapat senyawa kuersetin.
Pemisahan dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom menggunakan eluen elil asetat : petroleum benzene dengan perbandingan 1:1, karena dari hasil analisis dengan KLT pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa eluen ini merupakan terbaik dalam proses pemisahan. Untuk pengisian kolom, pada bagian bawah kolom dimasukan sedikit kapas, kemudian masukan bubur silica gel 70-230 mesh 60 gr, sambil diketok-ketok dengan batang karet agar tidak terdapat rongga udara ditengah-tengah kolom sampai kolom kromatografi padat merata.
Untuk pemisahan komponen dengan menggunakan kromatografi kolom, mula-mula ke dalam kromatografi kolom dialirkan ekstrak kulit buah pir, kemudian kran kromatografi kolom dibuka, ekstrak akan meresap pada silica gel dalam kolom sampai batas atas kolom. Setelah itu dimasukan eluen secara terus-menerus sambil kran kolom dibuka. Hasil yang didapat ada 24
Setiap fraksi yang memiliki jumlah spot dan pola yang sama setelah dimonitor dengan KLT digabung sehingga diperoleh 4 fraksi. Pengujian setiap fraksi dengan KLT dilakukan dengan membandingkan harga Rf dengan standar kuersetin. Hasil harga Rf fraksi B bercak ke-5 sama dengan baku pembanding, sehingga diduga terdapat senyawa kuersetin pada fraksi B.
Berdasarkan spectrum UV-Vis dari fraksi B dihasilkan 1 pita serapan yaitu terletak pada panjang gelombang 387,5 nm. Setelah
penambahan pereaksi geser Natrium Hidroksida pada fraksi B dan didiamkan selama 5 menit, menujukan penurunan spektrum pada pita I yaitu -0,5 nm. Hal ini menunjukan adanya gugus yang peka terhadap basa, seperti gugus OH
pada posisi 3,4’-OH (Markham,
1988), yang merupakan gugus kuersetin.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian isolasi kuersetin dari kulit buah pir kuning (Pyrus communis L) dengan metode kromatografi kolom, Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan identifikasi dilakukan menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan pereaksi geser, maka dapat diambil kesimpulan :
1. Pada Fraksi B5 mempunyai harga Rf 0,91 sama dengan harga Rf baku pembanding kuersetin 0,91 2. Identifikasi fraksi B dengan
spektrofotometri UV-Vis didapatkan 1 pita serapan pada panjang gelombang 387,5 nm, 3. Penambahan pereaksi geser
Natrium Hidroksida pada fraksi B
setelah 5 menit, menujukan penurunan spectrum -0,5 nm, yang mengarah pada gugus posisi 3,4-OH yang merupakan gugus kuersetin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman, 2008. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Adi, L.T. 2007. Terapi Herbal Berdasarkan Golongan Darah. Agro Media Pustaka.
Jakarta Selatan, Indonesia Adnan, M. 1997. Teknik
Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan. Adi, Yogyakarta.
Cody, V., 1985, Flavonoid in Biology and Medicine II, Biochemical Celluler And Medicinal Properties, Alam, R., Liss Inc., New York. Collegate, S.M., R.J. Molyneux(ed.),
1994, Bioactive Natural Products, Detection, Isolation
and Structural
Determination, CRC Press, Boca Raton, Ann Arbor, London, Tokyo.
Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1, Trubus Agriwidya, Jakarta.Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta. Dharma, A., 2001, Uji Bioaktifitas
Metabolit Sekunder,
Giorgiopietta, P., 2000, Flavonoids as Antioxidants(Reviews), J. Nat.Prod. 63: 1035-1042. J. B. Harbone. 1987. Metode
Fitokimia “Penuntun Cara
Modern Menganalisis Senyawa
Kimia’’. Penerbit ITB,
Bandung,Indonesia
K. Hostettmann, M.Hostettmann, A.
Marston. 1995.
CaraKromatografi Preparatif. Penerbit ITB, Bandung, Indonesia.
Kisman. Sastro, dkk. 1994. Analisis Farmasi Cet. 2, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Indonesia.
Khairuzzaman. Annisa. 2009. Menangkap Rahasia 63 Buah Berkhasiat Istimewa, Aksara Indah Adil Takbir. Jakarta, Indonesia
Markham. K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavanoid, Penerbit ITB, Bandung, Indonesia.
Mc Laughlin, Rogers L, 1998, The use of biological assays to evaluate botanicals, Drug Information Journal.
Murtihapsari. 2008. Analisis Senyawa kuersetin Bawang Bombay (Alium cepa) melalui Uji Multifragremen dan S pektrofometris.
Nilawati. Sri, Krinatuti. Dia, B. Mahendra. 2008. Care Your
Self : “Kolestrol”. Penebar
Swadya. Jakarta, Indonesia. Roy J. Gritter, James M. Bobbit,
Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB, Bandung, Indonesia.
Sjahid, L.R. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavanoid dari Daun Dewandaru (Eugenia
Uniflora L.).
(hhtp://etd.eprints.ums.ac.id/99 4/1/K100040231.pdf, diakses 23 januari 2014)