• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kelengkapan Handrub Poster terhadap Kemauan Perawat untuk Berubah Terkait Hand Hygiene pada Rawat Inap RS Ananda Blitar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Kelengkapan Handrub Poster terhadap Kemauan Perawat untuk Berubah Terkait Hand Hygiene pada Rawat Inap RS Ananda Blitar"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Alamat Korespondensi: Bramantya Surya Pratama, Magister Manajemen Rumah Sakit FK Universitas Brawijaya, DOI: http://dx.doi.org/10. Jurnal Aplikasi Manajemen ( JAM) Vol 14 No 4, 20 16 Terindek s dalam Google Scholar

JAM

14, 4

Diterima, Agustus 2016 Direvisi, Oktober 20 16 Disetujui, Nopember 20 16

Pengaruh Kelengkapan

Handrub

& Poster terhadap

Kemauan Perawat untuk Berubah Terkait

Hand Hygiene

pada Rawat Inap RS Ananda Blitar

Bramantya Surya Pratama Mulyatim Koeswo

Tita Hariyanti

Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Abstract: Hospital-acquired infections (HAI) are infections that occur in healthcare while undergoing treatment procedures and medical treatment. HAI causes elongation of hospi-talization, do harm to the patient and increases maintenance costs. The most effective way to limit the spread of HAI is to implement hand hygiene by the rules. The results of preliminary study in Ananda Hospital Srengat Blitar found that nosocomial infection rates is high (infu-sion phlebitis incident is 12.4%) and nurses hand hygiene compliance is low (hand hygiene compliance is 26%). The purpose of this study was to find the relationship between the completeness of handrub and posters on the nurses’s intention to change to perform hand hygiene correctly. The research method is use the design explanatory research with cross sectional approach. The results showed that the completeness of handrub clinically signifi-cant influence intention to change to perform hand hygiene (P = 0.000), while between the poster and the intention to change had effect but not significant (P = 0.128) and complete-ness of handrub and posters simultaneously significant effect on the intention to change (P = 0.000). This study can be concluded that the completeness of handrub and posters are a combination that can help to increase the nurse’s intention to change to perform hand hygiene than partially effect.

Keywords: intention to change, hand hygiene, nosocomial infections

Abstrak: Hospital-acquired infections (HAI) adalah infeksi yang terjadi di pelayanan kesehatan selama menjalani prosedur perawatan dan tindakan medis. HAI menyebabkan pemanjangan lama rawat inap, sehingga merugikan pasien dan meningkatkan biaya perawatan. Cara paling efektif untuk membatasi penyebaran dari HAI adalah melaksanakan hand hygiene sesuai aturan. Hasil studi pendahuluan di RS Ananda Blitar ditemukan bahwa angka infeksi nosokomial tinggi (infusion phlebitis sebesar 12,4%) dan kepatuhan melaksanakan hand hygiene rendah (kepatuhan sebesar 26%). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari pengaruh antara kelengkapan handrub dan poster terhadap kemauan perawat untuk berubah melaksanakan

(2)

membantu untuk lebih meningkatkan kemauan perawat untuk berubah melaksanakan hand hygiene dibandingkan pengaruh secara parsial.

Kata Kunci:hand hygiene, infeksi nosokomial, kemauan untuk berubah

Hospital-acquired infections (HAI) atau infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di pelayanan kesehatan selama menjalani prosedur perawatan dan tindakan medis setelah

48 jam dan setelah

30 hari setelah keluar dari fasilitas kesehatan. Menurut Petersen, et al. (2010) HAI menyebabkan peman-jangan lama rawat inap, sehingga merugikan pasien dan meningkatkan biaya perawatan sehingga HAI menjadi permasalahan di seluruh dunia karena meru-gikan pasien dan rumah sakit. Gaynes (1997) menye-butkan bahwa di Amerika Serikat 2 juta orang per tahunnya menderita HAI, menyebabkan meningkatnya biaya hingga 4,5 milyar dolar.

Penyebab utama dari HAI adalah flora transien. Mikroorganisme yang tergolong flora transien diper-oleh petugas kesehatan saat kontak langsung dengan pasien atau dengan kontak langsung lingkungan yang sudah terkontaminasi. Sumber utama kontaminasi silang di rumah sakit adalah perpindahan mikroorga-nisme dari tangan petugas kesehatan yang melakukan kontak secara langsung dari satu pasien ke pasien lain. Salah satu komponen penting untuk membatasi penyebaran dari HAI adalah melaksanakan pengen-dalian infeksi dengan baik. Cara pengendalian infeksi yang terbukti paling efektif adalah memastikan staf rumah sakit melaksanakan hand hygiene sesuai aturan (Lankford, et al., 2003).

Untuk melaksanakan hand hygiene dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan mencuci tangan dan disinfeksi tangan. World Health Organi-zation (2014) menyebutkan bahwa ketika terjadi peningkatan kepatuhan cuci tangan dari buruk (<60%) menjadi sangat baik (90%) akan menurunkan angka HAI sebesar 24%. Jika dihitung secara cost benefit pada rumah sakit dengan 200 tempat tidur, setiap peningkatan kepatuhan cuci tangan sebesar 1% akan menghemat pengeluaran rumah sakit sebesar 39.650 dollar setiap tahunnya.

Penerapan hand hygiene yang sesuai prosedur oleh petugas kesehatan masih rendah. Secara umum, tingkat pemenuhan hand hygiene sesuai prosedur

oleh petugas kesehatan masih di bawah 50%. Pittet, et al. (2000) mengemukakan bahwa pelaksanaan cuci tangan hanya sekitar 40-50% pada petugas kese-hatan. Meskipun secara umum petugas kesehatan mengetahui tentang pentingnya hand hygiene dalam mencegah infeksi, tetapi pelaksanaan cuci tangan sesuai dengan prosedur masih rendah pada petugas kesehatan (Akyol, 2007). Rendahnya pelaksanaan cuci tangan petugas kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sofyani (2012) menyebutkan bahwa faktor ren-dahnya pelaksanaan cuci tangan petugas kesehatan salah satunya disebabkan oleh ketidaktahuan petugas kesehatan tentang penyebab tangan dapat terkonta-minasi dan pentingnya hand hygiene dalam mengu-rangi penyebaran infeksi. Faktor lain yang menjadi alas-an rendahnya pelaksalas-anaalas-an cuci talas-angalas-an yaitu kuralas-ang mengertinya petugas kesehatan tentang langkah-langkah mencuci tangan yang benar, beban kerja yang terlalu berat, ketersediaan fasilitas cuci tangan yang kurang, iritasi kulit karena pajanan sabun dan air dan rendahnya komitmen institusi untuk pelaksanaan hand hygiene. Penelitian yang lain mengungkapkan menge-nai faktor rendahnya pelaksanaan hand hygiene yaitu karena waktu yang terbatas, meningkatnya beban kerja, menurunnya jumlah tenaga, keyakinan bahwa menggunakan sarung tangan sudah tidak membutuh-kan hand hygiene, jauh untuk mencapai bak cuci, ketidakpedulian dan tidak setuju perawat terhadap aturan. (Sofyani 2012)

(3)

dan kepatuhan cuci tangan sebesar 26%. Dari indi-kator yang ada, dapat dihubungkan bahwa angka infeksi nosokomial yang tinggi dapat disebabkan oleh kepatuhan mencuci tangan yang rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pittet, Allegranzi dan Boyce (2009) yang menyebutkan bahwa rendah-nya kepatuhan mencuci tangan mempurendah-nyai hubungan yang signifikan dengan tingginya angka infeksi nosokomial.

Untuk membuktikan bahwa faktor pengetahuan yang kurang adalah faktor penyebab rendahnya kepa-tuhan hand hygiene, telah dilakukan studi pendahu-luan di RS Ananda untuk menilai tingkat pengetahuan perawat terkait hand hygiene. Hasil penelitian pen-dahuluan menunjukkan bahwa rata-rata tingkat penge-tahuan perawat RS Ananda sebesar 83% dengan nilai antara 77-100% sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perawat tentang hand hygiene baik. Pengetahuan tentang waktu mencuci tangan cukup, sehingga kesimpulan sementara adalah pengetahuan bukan merupakan faktor utama penyebab rendahnya kepatuhan hand hygiene. Studi pendahuluan berikut-nya dilakukan observasi untuk menilai jumlah handrub yang ada dan dibandingkan dengan standar dari WHO. Hasil observasi menunjukkan RS Ananda masih kekurangan jumlah handrub. Jumlah handrub yang ada masih 20-50% jumlah seharusnya. Dampak dari kurangnya jumlah handrub adalah rendahnya kepatuhan melaksanaan hand hygiene karena perawat kesulitan untuk mengakses handrub.

Dalam penelitian Bischoff, et al. (2000) keleng-kapan handrub akan berpengaruh pada kepatuhan perawat melaksanakan hand hygiene, jika jumlah handrub sesuai standar maka kepatuhan perawat melaksanakan hand hygiene akan meningkat. Solusi penambahan poster pengingat 5 (lima) waktu men-cuci tangan juga bertujuan untuk persepsi dan kemau-an berubah perawat melakskemau-anakkemau-an hand hygiene karena sesuai teori “S-O-R” atau Stimulus– Organisme– Respon yang menyebutkan bahwa perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, poster dalam penelitian ini digunakan sebagai stimulus untuk meningkatkan persepsi dan kemauan berubah pera-wat melaksanakan hand hygiene yang pada akhirnya akan meningkatkan kepatuhan hand hygiene. Oleh karena itu, pemasangan poster & kelengkapan

handrub merupakan solusi yang tepat untuk mening-katkan kepatuhan hand hygiene. Untuk membukti-kan pengaruh penambahan poster pengingat 5 (lima) waktu mencuci tangan & kelengkapan handrub di RS Ananda, maka dilakukan penelitian kemauan perawat untuk berubah melaksanakan hand hygiene setelah mendapatkan fasilitas berupa kelengkapan handrub dan pemasangan poster.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Kelengkapan handrub mempengaruhi ke-mauan perawat untuk berubah terkait hand hygiene

H2 : Pemasangan poster mempengaruhi kemauan perawat untuk berubah terkait hand hygiene H3 : Kombinasi antara jumlah handrub yang me-menuhi standar dan poster mempengaruhi kemauan perawat untuk berubah terkait hand hygiene.

METODE

(4)

analisis korelasi parsial (r), analisis korelasi ganda (R), analisis determinasi (R2), uji koefisien regresi secara

parsial (uji t) dan uji koefisien regresi secara bersama (uji F atau ANOVA).

HASIL

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah perawat rawat inap RS Ananda sebanyak 30 orang. Karakte-ristik responden sebanyak 30 orang perawat berdasar-kan kriteria usia, jenis kelamin, pendidiberdasar-kan terakhir dan lama kerja ditunjukkan Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Responden

Sumber: Hasil penelitian, 2015

No. Karakteristik Frekuensi Persentase 1. Usia :

a. 20 – 25 tahun b. 26 – 30 tahun c. 31 – 35 tahun d. Lebih dari 35 tahun

13 12 4 1

43,3 % 40,0 % 13,3 % 3,3% 2. Jenis Kelamin :

a. Laki-laki b. Wanita

7 23

23,3 % 76,7 % 3. Pendidikan terakhir

a. SMA sederajat b. D-3

c. D-4 d. S-1

2 22

3 3

6,7% 73,3 % 10,0 % 10,0 % 4. Masa Kerja

a. 1 – 2 tahun b. 3 – 4 tahun c. 5 – 6 tahun d. Lebih dari 6 tahun

15 6 4 5

50,0 % 20,0 % 13,3 % 16,7 %

1-2 tahun sebanyak 15 orang (50%). RS Ananda memiliki banyak perawat dengan masa kerja baru dan usia yang muda dikarenakan setahun terakhir jumlah pasien meningkat sehingga dilakukan rekrutmen perawat baru hingga dua kali lipat jumlah sebelumnya. Saat ini RS Ananda masih terus menambah jumlah perawat agar dapat memenuhi standar. Didapatkan data bahwa perawat wanita sebanyak 76,7% diban-dingkan perawat laki-laki. Pendidikan terakhir pera-wat yang terbanyak adalah D3 keperapera-watan sebanyak 22 orang (73,3%). Jumlah perawat D3 yang tinggi

Tabel 2. Analisis Usia responden dengan Kemauan Berubah

Sumber: Hasil penelitian, 2015

Umur Kemauan Berubah Total P Value

Rendah Sedang Tinggi

20 – 25 tahun 0 0% 4 30,8% 9 69,2% 13 43,3%

0,799 26 – 30 tahun 0 0% 2 16,7% 10 83,3% 12 40,0%

31 – 35 tahun 0 0% 1 25,0% 3 75,0% 4 13,3% Lebih dari 35 tahun 0 0% 0 0,0% 1 100,0% 1 3,3% Total 0 0% 7 23,3% 23 76,7% 30 100,0%

Data tentang karakteristik responden (Tabel 1) menunjukkan bahwa usia perawat terbanyak antara 20-25 tahun yaitu 13 orang (43,3%), dan menunjukkan jumlah terbanyak pada usia muda (20-30 tahun). Hal ini dikarenakan rata-rata perawat RS Ananda adalah fresh graduate. Masa kerja perawat terbanyak adalah

merupakan kebijakan manajemen RS untuk menem-patkan perawat lulusan D3 di rawat inap, sedangkan lulusan S1 lebih diarahkan untuk menempati posisi struktural.

(5)

dari 35 tahun yaitu 100%, sedangkan yang tertinggi kedua terdapat pada usia 26-30 tahun. Dari hasil analisis juga didapatkan nilai P Value sebesar 0,799 dan jika dibandingkan dengan Q <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa umur tidak memiliki hubungan dengan kemauan untuk berubah.

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa lulusan S1 memiliki kemauan berubah tertinggi yaitu 100% sedangkan pada lulusan D3 hanya 77,3%. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa pendidikan tidak memiliki hubungan dengan kemauan untuk berubah karena nilai P Value lebih besar dari Q (0,05) yaitu sebesar 0,598.

Tabel 3. Analisis Jenis Kelamin Responden dengan Kemauan Berubah

Sumber: Hasil penelitian, 2015

Jenis Kelamin Kemauan Berubah Total P Value

Rendah Sedang Tinggi

Laki - Laki 0 0% 2 28,6% 5 71,4% 7 23,3%

0,708 perempuan 0 0% 5 21,7% 18 78,3% 23 76,7%

Total 0 0% 7 23,3% 23 76,7% 30 100,0%

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa perempuan memiliki persentase kemauan berubah tertinggi yaitu 78,3% dan pada laki-laki hasilnya tidak terlalu berbeda yaitu sebesar 71,4%. Pada tabel didapatkan nilai P Value sebesar 0,708 yang lebih besar dari nilai maksi-mal Q (0,05) dan menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan kemauan untuk berubah.

Tabel 4. Analisis Masa Kerja responden dengan Kemauan Berubah

Sumber: Hasil penelitian, 2015

Masa Kerja Kemauan Berubah Total P Value Rendah Sedang Tinggi

1 – 2 tahun 0 0% 5 33,3 % 10 66,7% 15 50,0%

0,44 3 – 4 tahun 0 0% 0 0,0% 6 10 0,0% 6 20,0%

5 – 6 tahun 0 0% 1 25,0 % 3 75,0% 4 13,3% Lebih dari 6 tahun 0 0% 1 20,0 % 4 80,0% 5 16,7% Total 0 0% 7 23,3 % 23 76,7% 30 100,0%

Dari tabel 4 didapatkan masa kerja 3-4 tahun memiliki persentase kemauan berubah tertinggi yaitu 100%, sedangkan nilai P Value sebesar 0,44 sehingga disimpulkan bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan dengan kemauan untuk berubah.

Tabel 5. Analisis Pendidikan responden dengan Kemauan Berubah

Sumber: Hasil penelitian, 2015

Pendidikan Kemauan Berubah Total P Value Rendah Sedang Tinggi

SMA sederajat 0 0% 1 50,0% 1 50,0% 2 6,7%

0,598 D -3 0 0% 5 22,7% 17 77,3% 22 73,3%

D -4 0 0% 1 33,3% 2 66,7% 3 10,0% S-1 0 0% 0 0,0% 3 10 0,0% 3 10,0% Total 0 0% 7 23,3% 23 76,7% 30 100,0%

Dari hasil uji validitas didapatkan nilai korelasi untuk butir instrumen variabel kemauan untuk berubah (Y) no. 4 dan 5 kurang dari 0,632. Nilai korelasi untuk butir instrumen variabel kelengkapan handrub (X1) No. 7 dan 8 kurang dari 0,632. Butir instrumen variabel poster (X2) No. 2, 5, dan 9 kurang dari 0,632. Butir-butir instrumen variabel penelitian yang valid akan

digunakan pada proses analisis selanjutnya sedangkan yang tidak valid dikeluarkan.

(6)

mempunyai nilai koefisien Cronbach’s Q lebih dari 0,60 yang berarti reliable.

Hasil uji asumsi klasik menunjukkan hasil uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk Test bahwa besarnya nilai signifikansi uji Shapiro-Wilk ketiga variabel > 0,05 (nilai signifikansi) berarti data residual terdistribusi normal. Hasil uji linieritas menunjukkan kedua variabel independen memiliki hubungan linier secara signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji heteroskedastisitas diketahui bahwa nilai signifikansi variabel kelengkapan handrub (X1) sebesar 0,519 > 0,05 dan nilai signifikansi variabel poster (X2) sebesar 0,235 > 0,05. Jadi secara keseluruhan dapat disim-pulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas pada penelitian ini. Dari hasil output SPSS 21 diketa-hui nilai VIF variabel kelengkapan handrub (X1) adalah 1,213 dan variabel poster (X2) adalah 1,213 masing-masing kurang dari 10, sehingga bisa diduga bahwa antar variabel independen tidak terjadi masalah multikolinearitas.

Pada penelitian ini hasil output uji korelasi me-nunjukkan kedua variabel independen mempunyai nilai p value < 0,25 maka kedua variabel independen ter-sebut dapat lanjut ke model multivariat.Analisis kore-lasi parsial atau korekore-lasi Pearson Product Moment untuk mengetahui keeratan hubungan antara masing-masing variabel independen (X1 dan X2) dengan variabel dependen (Y). Berdasarkan outputPearson Correlation nilai koefisien korelasi parsial pada varia-bel kelengkapan handrub (X1) menunjukkan nilai 0,698 berarti tingkat hubungan dengan dengan variabel kemauan untuk berubah menurut interpretasi Sugiyono (2011) adalah kategori kuat. Pada variabel poster (X2) menunjukkan koefisien korelasinya 0,480 berarti ting-kat hubungan dengan variabel kemauan untuk berubah adalah kategori cukup kuat. Setelah tahap bivariat selesai, tahap berikutnya melakukan analisis multi-variat secara bersama-sama.

Uji hipotesis regresi linear berganda berdasarkan hasil uji t pada bagian coefficients B maka dapat dibuat persamaan model garis regresi linier berganda dengan persamaan: Y = 0,603 X1 + 0,228 X2 + E.

Hasil uji regresi parsial pada pengaruh handrub terhadap kemauan untuk berubah adalah nilai thitung (4,149) > ttabel (1,701) dan nilai signifikansi = 0,000 < 0,05 () yang berarti H0 ditolak artinya secara parsial mempunyai pengaruh signifikan. Jadi hipotesis pertama

(H1) bahwa kelengkapan handrub mempunyai pe-ngaruh signifikan terhadap kemauan perawat untuk berubah dapat diterima.

Pada pengaruh poster terhadap kemauan untuk berubah, dari hasil uji regresi parsial didapatkan nilai thitung (1,568) < ttabel (1,701) dan nilai signifikansi = 0,128 > 0,05 () yang berarti H0 diterima dan H2 ditolak, artinya secara parsial tidak berpengaruh signi-fikan. Jadi hipotesis kedua (H2) bahwa poster berpe-ngaruh signifikan terhadap kemauan perawat untuk berubah melaksanakan hand hygiene dengan baik ditolak.

Dari pengujian secara simultan (uji F) didapatkan nilai Fhitung (15,235) > Ftabel (3,37) dan nilai sig.= 0,000 < 0,05 () yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yaitu kelengkapan handrub dan poster secara simultan ber-pengaruh signifikan terhadap kemauan untuk berubah dapat diterima.

Hasil analisis korelasi ganda menunjukkan nilai R adalah 0,728 (interval 0,60-0,799) berarti kekuatan hubungan antara kelengkapan handrub (X1) dan poster (X2) dengan variabel kemauan untuk berubah (Y) adalah kuat (Sugiyono 2011). Hasil uji F menun-jukkan nilai p value (sig.) = 0,00 < 0.05 berarti penga-ruh 2 variabel independen terhadap variabel dependen adalah signifikan. Hasil analisis didapatkan nilai R Square sebesar 0,530 artinya kedua variabel indepen-den (kelengkapan handrub dan poster) dapat menje-laskan variabel dependen (kemauan untuk berubah) sebesar 53% sedangkan sisanya yaitu 47% dijelaskan oleh variabel independen lain diluar model.

PEMBAHASAN

Pengaruh Kelengkapan

Handrub

terhadap

Kemauan Perawat untuk Berubah

(7)

gel untuk 4 tempat tidur kemudian satu banding satu tempat tidur. Hasil penelitian ini menunjukkan perbe-daan yang signifikan dengan penggunaan alkohol gel. Sebelum menggunakan alkohol gel tingkat kepatuhan hanya 19%, setelah ditambah satu dispenser tiap 4 tempat tidur menjadi 23% dan ketika ditambah satu dispenser untuk tiap tempat tidur menjadi 48%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan alkohol gel berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan hand hygiene.

Darihasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden setuju kelengkapan handrub memiliki pengaruh terhadap kemauan perawat untuk berubah. Perawat berpendapat dengan bertambahnya jumlah handrub akan memberikan kemudahan akses kepada mereka untuk melaksanakan hand hygiene dengan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Bischoff, et al. (2000) yang menyebutkan bahwa kelengkapan handrub memberikan kemudahan bagi perawat untuk melaksanakan hand hygiene dan me-ningkatkan kepatuhan melaksanakan hand hygiene secara signifikan. Mayoritas responden setuju keleng-kapan handrub dapat mempersingkat waktu untuk melaksanakan hand hygiene. Hal ini menunjukkan bahwa kelengkapan handrub dapat mengurangi wak-tu unwak-tuk melaksanakan hand hygiene. Bischoff, et al. (2000) menyatakan bahwa kelengkapan handrub dapat mempersingkat waktu untuk melaksanakan hand hygiene hingga 50%.

Dalam penelitian ini, mayoritas responden juga setuju bahwa kelengkapan handrub memiliki penga-ruh terhadap peningkatan kepatuhan hand hygiene. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Hugonnet, Perneger dan Pittet (2002) yang menyebutkan bahwa kelengkapan handrub berpengaruh signifikan dalan meningkatkan kepatuhan hand hygiene. Hanya se-bagian responden saja yang setuju bahwa kelengkapan handrub memiliki fungsi sebagai pengingat. Picheansathian, Pearson dan Suchaxaya (2008) menyatakan bahwa kelengkapan handrub bersama dengan pemasangan poster, stiker maupun media lain dapat digunakan sebagai pengingat. Akan tetapi apabila kelengkapan handrub sendiri tanpa kombinasi dengan pengingat yang lain akan kurang efektif.

Penambahan dan kelengkapan jumlah handrub yang diselenggarakan oleh manajemen rumah sakit memang membutuhkan dana yang besar dan juga perlu

biaya untuk pembelian alkohol gel yang digunakan setiap bulannya, namun hasilnya diharapkan jauh lebih besar. Kelengkapan handrub yang diberikan akan meningkatnya kemauan perawat untuk berubah dan diharapkan akan meningkatkan kepatuhan perawat untuk melaksanakan hand hygiene. Apabila kepatuhan melaksanakan hand hygiene sudah baik maka diharapkan akan menurunkan biaya yang tidak perlu akibat infeksi nosokomial yang ditimbulkan petugas kesehatan di rumah sakit. Hal ini sudah dibuktikan oleh World Health Organization (2014) yang menye-butkan bahwa ketika terjadi peningkatan kepatuhan cuci tangan dari buruk (<60%) menjadi sangat baik (90%) akan menurunkan angka HAI sebesar 24% dan penelitian lain menyebutkan bahwa peningkatan kepatuhan cuci tangan menurunkan infeksi MRSA (Methicillin Resistant Staphyloccous aureus) sebesar 48,2–87%. Jika dihitung dengan cost benefit analysis pada rumah sakit dengan 200 tempat tidur, setiap peningkatan kepatuhan cuci tangan sebesar 1% akan menghemat pengeleluaran rumah sakit sebesar 39.650 dollar setiap tahunnya.

Penelitian lain dilakukan oleh Shoham, et al. (2010) yang melakukan penelitian tentang mencuci tangan dengan cara memberikan alkohol gel kepada 35 petugas rumah sakit di ICU, neonatal ICU dan UGD di suatu rumah sakit. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan alkohol portable pada setiap petugas. Setelah itu dilakukan pengambilan kuisioner kepada daftar setiap petugas. Hasil dari kuisioner menunjukkan bahwa 89% petugas menga-takan bahwa alkohol mudah untuk digunakan, 71% berpendapat bahwa menggunakan alkohol membuat mencuci tangan menjadi lebih mudah, 66% berpen-dapat bahwa mereka lebih sering mencuci tangan dengan menggunakan alkohol. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa alkohol gel diterima dengan baik oleh petugas rumah sakit di berbagai ruangan dan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan untuk mencuci tangan.

(8)

kepada seluruh perawat rawat inap RS Ananda. Kelengkapan handrub dapat membantu rumah sakit untuk melaksanakan program PPI dan akreditasi dengan baik dan menurunkan angka infeksi nosokomial.

Pengaruh Poster terhadap Kemauan perawat

untuk berubah

Dari hasil pengolahan data ditemukan bahwa ada hubungan antara poster dengan kemauan perawat untuk berubah, akan tetapi hubungannya tidak terlalu kuat. Hal ini menunjukkan bahwa poster kurang mam-pu meningkatkan kemauan perawat untuk berubah untuk melaksanakan hand hygiene dengan baik atau hanya sebagian perawat saja yang mempunyai ke-mauan untuk berubah tinggi dan sebagian yang lain masih rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa makin banyak poster yang dipasang, maka kemauan untuk berubahnya semakin meningkat meskipun tidak terlalu besar perubahannya. Poster saja belum mampu mempengaruhi kemauan berubah perawat untuk melaksanakan hand hygiene dengan baik.

Secara keseluruhan hanya sebagian perawat saja yang setuju bahwa poster dapat menjadi pusat perha-tian. Menurut perawat RS Ananda poster 5 momen membersihkan tangan yang diciptakan oleh WHO kurang menarik. Para perawat berpendapat bahwa poster kurang menarik perhatian mereka dan tulisan kurang mudah dibaca. Menurut Sherman (2010) pos-ter yang menarik harus memiliki ruang kosong yang cukup, kata-kata yang jelas, menggunakan gambar, mudah dibaca, jenis huruf yang jelas dan warna yang sesuai. Apabila poster menarik maka akan dapat me-narik perhatian individu yang melihatnya. Berdasarkan hasil penelitian, poster dianggap kurang memenuhi aspek-aspek tersebut atau kurang cocok dengan bu-daya perawat Indonesia karena poster dibuat secara global.

Para perawat RS Ananda juga berpendapat bah-wa poster kurang bisa memberikan informasi. Menu-rut Gosling (2012) peran poster dalam memberikan informasi adalah dapat “berbicara” dengan pembaca untuk menyampaikan informasi yang ada. Kombinasi dari gambar, tulisan dan desain yang ada dapat mem-perjelas informasi yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian, poster dianggap kurang memenuhi

aspek-aspek tersebut karena kemungkinan terjemahan bahasa yang kurang tepat atau dari kombinasi desain dan tulisan yang kurang tepat.

Perawat RS Ananda menyatakan bahwa poster dapat meningkatkan kepatuhan perawat untuk melaksanakan hand hygiene dengan baik. Pittet, et al. (2000) melakukan penelitian dengan memasang poster yang berkaitan dengan infeksi nosokomial, penyebaran infeksi, hand hygiene dan disinfeksi kuman. Poster dipasang di berbagai tempat strategis di rumah sakit. Setelah dilakukan penelitian ternyata poster dapat meningkatkan kepatuhan hand hygiene secara signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RS Ananda ini.

Peran poster sebagai pengingat belum begitu efektif pada perawat RS Ananda. Menurut Allegranzi et al. (2010) poster berperan efektif sebagai pengingat dalam penelitian tentang peningkatan kepatuhan hand hygiene. Dengan melihat poster secara teratur selama 8 bulan efektif meningkatkan kepatuhan mencuci tangan sebesar 21,8% dari sebelumnya hanya 8%. Poster belum efektif sebagai pengingat bisa disebab-kan oleh kurang lamanya paparan poster terhadap perawat yang hanya dalam jangka waktu 1 bulan.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan peng-ujian hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa poster berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kemauan perawat untuk berubah. Artinya, sesuai pendapat Hugonnet, et al. (2002) bahwa poster apabila dipasang tanpa intervensi yang lain hasilnya tidak memuaskan, poster sebagai sumber informasi dan pengingat akan berfungsi efektif apabila dikombi-nasikan dengan intervensi yang lain.

Pengaruh Kelengkapan

handrub

dan Poster

secara Simultan terhadap Kemauan perawat

untuk berubah

(9)

tetapi dominasi dari kelengkapan handrub dan poster menunjukkan bahwa kelengkapan dari keduanya sejak dipasang di rawat inap RS Ananda mempengaruhi kemauan perawat untuk berubah melaksanakan hand hygiene dengan baik dan benar.

Hampir dari semua penelitian terdahulu menun-jukkan hasil yang positif terhadap intervensi kombinasi untuk meningkatkan kemauan perawat untuk berubah. Seperti penelitian dari Allegranzi, et al. (2013) yang melakukan penelitian di 5 negara yaitu Kosta Rika, Mali, Arab Saudi, Pakistan dan Italia. Penelitian bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian intervensi kombinasi untuk meningkatkan kepatuhan hand hygiene. Kombinasi intervensi yang dilakukan adalah dengan pemasangan poster, kelengkapan handrub, pelatihan melalui film, lagu hand hygiene, leaflet, stiker, pin, t-shirt dan banner. Penelitian dilakukan sebelum dan sesudah intervensi selama 6 bulan. Hasilnya terjadi peningkatan kepatuhan hand hygiene secara signifikan. Hal ini menunjukkan bah-wa kombinasi intervensi berperan secara signifikan untuk meningkatkan kepatuhan hand hygiene. Dalam penelitian ini kelengkapan handrub berfungsi mem-permudah perawat untuk membersihkan tangan sedangkan poster berfungsi sebagai pengingat pera-wat untuk melaksanakan hand hygiene sesuai 5 momen membersihkan tangan.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini awalnya merupakan penelitian yang mengamati perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang diharapkan adalah meningkatnya kepatuhan untuk melaksanakan hand hygiene. Kepatuhan paling baik diukur dengan observasi langsung. Akan tetapi penelitian untuk merubah perilaku membutuhkan waktu yang lama. Norcross, Krebs dan Prochaska (2011) menyebutkan bahwa untuk berubah, individu memerlukan melalui 6 tahap dan waktu minimal 6 bulan. Oleh karena itu peneliti menggunakan kemauan untuk berubah sebagai indikator kepatuhan dan kuisioner untuk menilai kemauan untuk berubah. Peneliti mengharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan jangka waktu yang lebih lama (> 6 bulan) dan metode pengukuran yang akurat (dengan observasi langsung) agar hasil penelitian lebih baik dan akurat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kelengkapan handrub dan poster merupakan faktor pendorong agar kemauan perawat untuk beru-bah melaksanakan hand hygiene dengan benar meningkat. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kelengkapan handrub berpenga-ruh terhadap kemauan perawat untuk berubah. Na-mun poster saja, tidak berpengaruh terhadap kemauan perawat untuk berubah terkait dengan hand hygiene. Apabila kelengkapan handrub dikombinasikan dengan pemasangan poster, maka akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kemauan perawat untuk berubah terkait dengan hand hygiene. Keleng-kapan handrub dan poster ini terbukti memiliki penga-ruh terhadap kemauan perawat untuk berubah dan dapat dipergunakan untuk meningkatkan kepatuhan perawat untuk membersihkan tangan.

Saran

Kelengkapan handrub dan poster diharapkan dapat dilaksanakan oleh manajemen RS Ananda Blitar karena dapat meningkatkan kemauan perawat untuk berubah. Kelengkapan handrub dan poster yang ada diharapkan akan meningkatkan kepatuhan hand hygiene. Poster perlu dievaluasi kembali terkait pengaruhnya terhadap perawat sebagai pengingat dan sumber informasi untuk melaksanakan hand hygiene dengan baik. Perlu diperhatikan kombinasi dari gam-bar, tulisan dan desain yang ada agar dapat memper-jelas informasi yang diberikan sehingga dapat efektif untuk meningkatkan kemauan untuk berubah dan ke-patuhan perawat untuk melaksanakan hand hygie-ne dengan baik. Selain itu, untuk meningkatkan kepa-tuhan melaksanakan hand hygiene dapat ditambah-kan faktor pendorong lain seperti pelatihan, role mo-del, pemberian insentif dan melibatkan pasien sebagai pengingat agar peningkatan kepatuhan lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN

(10)

Allegranzi, B., Gayet-Ageron, A., Damani, N., Bengaly, L., McLaws, M.L., Moro, M.L., Memish, Z., Urroz, O., Richet, H., & Storr, J. 2013. ‘Global implementation of WHO’s multimodal strategy for improvement of hand hygiene: a quasi-experimental study’, The Lancet in-fectious diseases, vol. 13, no. 10, pp. 843-51. Allegranzi, B., Sax, H., Bengaly, L., Riebet, H., Minta, D.K.,

Chraiti, M.N., Sokona, F.M., Gayet-Ageron, A., Bonnabry, P., & Pittet, D. 2010. ‘Successful imple-mentation of the World Health Organization hand hy-giene improvement strategy in a referral hospital in Mali, Africa’, Infection Control, vol. 31, no. 02, pp. 133-41.

Arfianti, D.R. 2010. Faktor-faktor yang bErhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Cuci Tangan Perawat di RSI Sultan Agung Semarang, Undergraduate The-sis, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Bischoff, W.E., Reynolds, T.M., Sessler, C.N., Edmond, M.B., & Wenzel, R.P. 2000. ‘Handwashing compliance by health care workers: the impact of introducing an accessible, alcohol-based hand antiseptic’, Archives of internal medicine, vol. 160, no. 7, pp. 1017-21. Gaynes, R.P. 1997. ‘Surveillance of nosocomial infections:

a fundamental ingredient for quality’, Infection con-trol and hospital epidemiology, pp. 475-8.

Gosling, P.J. 2012. Scientist’s Guide To Poster Presenta-tions, Springer Science & Business Media.

Hugonnet, S., Perneger, T.V., & Pittet, D. 2002. ‘Alcohol-based handrub improves compliance with hand hy-giene in intensive care units’, Archives of internal medicine, vol. 162, no. 9, pp. 1037-43.

Lankford, M.G., Zembower, T.R., Trick, W.E., Hacek, D.M., Noskin, G.A., & Peterson, L.R. 2003. ‘Influence of role models and hospital design on the hand hygiene of health-care workers’, Emerging infectious diseases,

vol. 9, no. 2, p. 217.

Mahesa, D. 2010, Analisis Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan Lama Kerja sebagai Variabel Moderating (Studi pada PT. Coca Cola Amatil Indonesia (Cen-tral Java), Universitas Diponegoro.

Petersen, M.H., Holm, M.O., Pedersen, S.S., Lassen, A.T., & Pedersen, C. 2010. ‘Incidence and prevalence of hospital-acquired infections in a cohort of patients admitted to medical departments’, Danish medical bulletin, vol. 57, no. 11, pp. A4210-A.

Picheansathian, W., Pearson, A., & Suchaxaya, P. 2008. ‘The Effectiveness of a Promotion Programme on

Hand Hygiene Compliance and Nosocomial Infec-tions in a Neonatal Intensive Care Unit’, International Journal of Nursing Practice, vol. 14, no. 4, pp. 315-21.

Pittet, D., Allegranzi, B., & Boyce, J. 2009. ‘The World Health Organization Guidelines on Hand Hygiene in Health Care and Their Consensus Recommendations’,

World Health, vol. 30, no. 7, pp. 611-22.

Pittet, D., Hugonnet, S., Harbarth, S., Mourouga, P., Sauvan, V., Touveneau, S., & Perneger, T.V. 2000. ‘Effective-ness of a hospital-wide programme to improve com-pliance with hand hygiene’, The Lancet, vol. 356, no. 9238, pp. 1307-12.

Robbins, S.P. 2003. ‘Perilaku Organisasi. (judul asli: Orga-nizational Behavior Concept, Controversies, Appli-cations 8th edition) Jilid 1’, Penerjemah Hadyana Pujaatmaka. Jakarta: PT. Prenhallindo.

Setiawati. 2009. Analisis faktor-Faktor yang Mempe-ngaruhi Ketaatan Petugas Kesehatan Melakukan Hand Hygiene dalam Mencegah Infeksi Nosokomial, Universitas Indonesia.

Sherman, R.O. 2010. ‘How to create an effective poster presentation’, in American Nurse Today, vol. Volume 5, pp. 13-5.

Shoham, S., Donegan, N., & Shoham, G. 2010. ‘Personal Portable Alcohol Gel Dispensers: A Novel Approach for Improving Hand Hygiene Practices ‘, ed. WHC Department of Infection Control, Washington. Medonyx Incorporated, Toronto.

Sofyani, A. 2012. Persepsi Perawat Tentang Pemenuhan Pelaksanaan Hand Hygiene Perawat Di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit MH Thamrin Salemba Tahun 2012 Universitas Indonesia

Sukron 2013, Tingkat kepatuhan perawat dalam pelaksanaan five moment hand hygiene di instalasi ruang rawat inap C Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Undergraduate Thesis, Universitas Indonesia.

Van de Mortel, T., Bourke, R., McLoughlin, J., Nonu, M., & Reis, M. 2001. ‘Gender influences handwashing rates in the critical care unit’, American Journal of Infec-tion Control, vol. 29, no. 6, pp. 395-9.

Gambar

Tabel 2.  Analisis Usia responden dengan Kemauan Berubah
Tabel 3. Analisis Jenis Kelamin Responden dengan Kemauan Berubah

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data yang digunakan dalam menguji hubungan antara komunikasi interpersonal remaja dan orangtua dengan stres remaja dalam keluarga adalah dengan

a. Menyusun dan menetapkan kode etik dan kode perilaku profesi setelah mendapat persetujuan dari pimpinan instansi pembina. memeriksa dan memberikan rekomendasi

Metode studi lapangan dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak perusahaan untuk mendapatkan data, serta menganalisa data tersebut, sedangkan metode studi pustaka

Sekaligus beliau selaku dosen pembimbing Tugas Akhir penulis yang sudah meluangkan waktunya untuk senantiasa membantu dan membimbing penelitian laporan dari awal penelitian

Konsep kriteria efisiensi merupakan bagian dari kriteria didalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. Dalam hal ini diartikan sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan

Salah satu permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah jumlah penduduk yang semakin bertambah berbanding terbalik dengan luas wilayah yang cenderung tetap sehingga banyak

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis melakukan pengamatan secara langsung dan melakukan wawancara kepada beberapa karyawan yang bersangkutan sesuai dengan topik

Melalui Media Sosial Online kemudahan dalam menyampaikan informasi khususnya promosi tentang Kartu LOOP tanpa terikat waktu dan tempat, serta biaya promosi yang