• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Religiusitas Terhadap Kecemasan Pada Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Tingkat Religiusitas Terhadap Kecemasan Pada Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS TERHADAP KECEMASAN PADA MAHASISWA MUSLIM ANGKATAN 2011

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Sekar Ayu Larasati G.0009199

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN VALIDASI

Skripsi dengan judul: Hubungan Tingkat Religiusitas Terhadap Kecemasan Pada Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sekar Ayu Larasati, G 0009199, Tahun 2013

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari ..., Tanggal ... 2013

Tim Skripsi

Vicky Eko Nurcahyo H., dr, Sp. THT-KL NIP. 19770914 200501 1 001 Pembimbing Utama

Prof. Dr. dr. Much.Syamsulhadi, Sp.Kj(K) NIP. 19461102 197609 1 001

Penguji Utama

Prof. Dr. dr. Moh.Fanani, Sp.Kj(K) NIP. 19510711 198003 1 001

Pembimbing Pendamping

Novi Primadewi, dr., Sp. THT-KL, M.Kes NIP. 19751129 200812 2 002

Anggota Penguji

(3)

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Januari 2013

(4)

commit to user

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Religiusitas terhadap Kecemasan pada Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penulis di tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. dr. Much.Syamsulhadi, Sp.Kj(K), selaku Pembimbing Utama dalam

penelitian ini atas segala bimbingan, arahan, dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.

3. Novi Primadewi, dr., Sp. THT-KL, M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping

dalam penelitian ini yang memberikan pelajaran dan masukan dalam penyelesaian karya tulis ini.

4. Prof. Dr. dr. Moh.Fanani, Sp.Kj(K), selaku Penguji Utama atas segala kritik,

saran dan koreksi yang membangun.

5. Adji Suwandono, dr., SH, selaku Anggota Penguji atas segala kerendahan hati

dan kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh Staf beserta Jajaran SMF JIWA RSUD Dr. Moewardi Surakarta atas segala waktu dan bantuannya.

7. Seluruh Staf Bagian Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Seluruh Ketua tim skripsi Muthmainah, dr., M.Kes beserta Staf Bagian Skripsi mbak eni dan pak nardi.

9. Kedua orang tua Bapak Ir. Bassa Suseno dan Ibu Ir. Anna M.H, saudara Mas Yudha, dan Ajeng, dan seluruh keluarga yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan baik moral maupun material.

10.Keluarga besar pendidikan dokter 2009 Fakultas Kedokteran UNS . 11.Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Surakarta, Januari 2013

Sekar Ayu Larasati

(5)
(6)

commit to user

x

C. Subjek Penelitian ……… 15

D. Teknik Sampling ……… 15

E. Rancangan Penelitian ………...…………. 16

F. Identifikasi Variabel Penelitian ……….…………. 16

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……….. 17

H. Instrumen Penelitian ……….……….. 17

I. Alur Penelitian ……….……….. 19

J. Analisis Data ………..………….. 19

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 20

A. Hasil Penelitian……….. 20

B. Analisis Data………. 22

BAB V. PEMBAHASAN ……….. 24

BAB VI. PENUTUP……….………..………….. 27

A. Simpulan ………. 27

B. Saran ………... 27

DAFTAR PUSTAKA ……….. 28

(7)

commit to user

iv ABSTRAK

Sekar Ayu larasati, G0009199, 2013, Hubungan Tingkat Religiusitas terhadap Kecemasan pada Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi. Fakultas

Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Latar Belakang: Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan dan merupakan gejala yang normal apabila tidak mengganggu kegiatan pada manusia. Gangguan kecemasan pada

mahasiswa biasanya merupakan kecemasan karena frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu

kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan berbagai tanggungan.

Sedangkan Religiusitas meliputi pengetahuan agama, keyakinan agama, pengalaman ritual

agama, pengalaman agama, perilaku (moralitas) agama dan sikap sosial keagamaan. Dengan

adanya religiusitas yang tinggi, hidup akan terasa lebih tenang karena adanya penghayatan dan

perilaku yang berserah diri kepada Allah SWT. Orang yang memiliki religiusitas tinggi

kemungkinan tidak memiliki gangguan kecemasan.

Metode Penelitian: Jenis studi ini observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek dalam studi ini adalah mahasiswa muslim angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret

Surakarta sebanyak 150 mahasiswa. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner L-MMPI, Skala

Religiusitas, dan Skala T-MAS kemudian dilakukan analisis data dengan uji korelasi Spearman.

Hasil: Pada studi ini menunjukkan terdapat korelasi (hubungan) negatif (terbalik) dengan kekuatan yang lemah (r = -0,29) dan secara statistik signifikan (p = 0,040) antara tingkat

religiusitas terhadap kecemasan.

Simpulan: Berdasarkan studi ini, didapatkan adanya Korelasi (hubungan) negatif (terbalik) tingkat religiusitas terhadap kecemasan pada mahasiswa muslim angkatan 2011 Universitas

Sebelas Maret Surakarta dengan kekuatan lemah dan signifikan.

(8)

commit to user

v ABSTRACT

Sekar Ayu larasati, G0009199, 2013,The Relationship between The Religiosity Level towards Anxiety of Sebelas Maret University of Surakarta’s Moslem Students Class of 2011.

Thesis.Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: Anxiety is a part of life; it is a normal phenomenon as long as not disturbing the human activity. The anxiety disorder of the students usually is an anxiety due to a frustration, i.e.

everything which is disturbing individual’s ability to achieve their target with a lot of

dependants. Religiosity consist of knowledge of religion, religious believes, religious ritual

experience, religious experience, religious behavior (morality) and a religiosity social attitudes.

With a high religiosity, the life will become more relaxed and peaceful; this is due to the

appreciation and behavior that surrender to Allah SWT.

Methods:The method that used for the study is an Observational Analytic method with a cross sectional approach. The subject of the study is a Sebelas Maret University of Surakarta’s

Moslem student, class of 2011, which involved 150 students as participants. The instruments

that used for measurement were L-MMPI Questionnaire, Religiosity Scale and T-MAS Scale

which are finally analyzed using Spearman Correlation Test.

Result: This study found that there is a negative correlation (inverse relationship), between religiosity level and anxiety, with a weak strengthness (r=-0.29) and statistically significant

(p=0.040).

Conclusion: Based on the study, there is a negative correlation (inverse relationship), between The Religiosity Level towards Anxiety of Sebelas Maret University of Surakarta’s Moslem

Students Class of 2011.

(9)

commit to user

(10)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan dan merupakan

gejala yang normal apabila tidak mengganggu kegiatan pada manusia.

Kecemasan dibagi dua, kecemasan fisiologis seperti perasaan takut dan

berdebar saat akan menghadapi ujian, dan lain-lain. Keadaan seperti ini

termasuk gejala kecemasan yang normal. Sedangkan kecemasan

psikologis biasanya sudah termasuk suatu gangguan kecemasan. Orang

yang menderita gangguan kecemasan diperkirakan mencapai 5% dari

jumlah penduduk, dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan

1:2 (Hawari, 2008).

Gangguan kecemasan pada mahasiswa biasanya merupakan

kecemasan karena frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu

kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan

berbagai tanggungan, selain itu kecemasan juga mempengaruhi hasil

belajar mahasiswa, karena kecemasan cenderung menghasilkan distorsi

persepsi dan kebingungan. Distorsi tersebut dapat menggangu belajar

dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian, menurunkan

daya ingat, menggangu kemampuan menghubungkan satu hal dengan yang

(11)

commit to user

Religiusitas adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang komprehensif,

yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang beragama (being

religious) dan bukan sekedar mengaku mempunyai agama (having

religion). Religiusitas meliputi pengetahuan agama, keyakinan agama,

pengalaman ritual agama, pengalaman agama, perilaku (moralitas) agama

dan sikap sosial keagamaan. Dalam Islam, religiusitas pada garis besarnya

tercermin dalam pengalaman akidah, syariah dan akhlak, atau dengan

ungkapan lain : iman, Islam dan ihsan (Djarir, 2004).

Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan tunduk

kepada-Nya dengan taat dan berlepas diri dari perbuatan syirik dari

pelakunya (Tuwaijry, 2007). Iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan

hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan anggota tubuh, iman itu bertambah

dengan taat dan berkurang dengan maksiat. Ihsan adalah ajaran tentang

penghayatan pekat akan hadirnya Tuhan dalam hidup melalui penghayatan

diri sebagai sedang menghadap dan berada di depan hadirat-Nya ketika

beribadat. Makna ihsan lebih meliputi daripada iman, dan karena itu,

pelakunya adalah lebih khusus daripada pelaku iman, sebagaimana iman

lebih meliputi daripada Islam, sehingga pelaku iman lebih khusus

dibanding Islam. Sebab dalam ihsan sudah ada Islam dan iman,

sebagaimana dalam iman sudah terkandung Islam (Madjid, 2009).

Bila semua unsur itu telah dimiliki oleh seseorang, maka orang

(12)

commit to user

beragama di seluruh dunia, dari agama apa pun, kebanyakan belum

menerapkan unsur itu selengkapnya (Djarir, 2004).

Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

berinteraksi sosial yang paling menonjol adalah pada masa remaja, di

mana remaja berusaha untuk mencari teman yang sebanyak-banyaknya,

menarik perhatian orang lain dan kasih sayang dari orang lain. Hirarki

kebutuhan dasar Maslow terdiri dari 5 tingkatan, yaitu kebutuhan biologis

dan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk memiliki dan

dicintai (biasanya pada remaja), kebutuhan akan penghargaan, dan

kebutuhan aktualisasi diri (McLeod, 2007). Salah satu faktor yang

berpengaruh pada interaksi sosial adalah religiusitas, karena dengan

adanya pemahaman agama maka remaja dapat berinteraksi dengan baik

yang sesuai dengan norma-norma agama yang diyakininya dengan orang

lain maupun lingkungan sekitar (Hasanuddin, 2007).

Dengan adanya religiusitas, hidup akan terasa lebih tenang karena

adanya penghayatan dan perilaku yang berserah diri kepada Allah SWT.

Orang yang memiliki religiusitas tinggi kemungkinan tidak memiliki

gangguan kecemasan. Dengan asumsi yang tertulis di atas menunjukkan

bahwa kemungkinan terdapat keterkaitan antara religiusitas dengan

kecemasan. Penulis ingin membuktikan adanya keterkaitan antara

kecemasan Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret

(13)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Adakah hubungan tingkat religiusitas terhadap kecemasan pada

Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk ;

Mengetahui hubungan tingkat religiusitas terhadap kecemasan

Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Memberikan tambahan informasi intensitas hubungan antara

tingkat religiusitas terhadap kecemasan Mahasiswa Muslim Angkatan

2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Manfaat aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pada dunia

medis di Indonesia utamanya untuk religiusitas sebagai salah satu

(14)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Kecemasan

a. Pengertian kecemasan

Kata anxietas berasal dari bahasa latin angere, yang berarti

tercekik atau tercekat. Respon anxietas sering kali tidak berkaitan dengan

ancaman yang nyata, namun tetap dapat membuat seseorang tidak

mampu bertindak atau bahkan menarik diri (Maramis, 2009).

Kecemasan adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh

perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom

yang hiperaktif (Kaplan dan Saddock, 2010).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Stuart & Sundeen (dalam Pamungkas, 2011) menyatakan ada

beberapa teori yang telah dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan, yaitu :

1) Faktor predisposisi

a) Teori Psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara

dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan

(15)

commit to user

superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan

oleh norma-norma budaya seseorang.

b) Teori Interpersonal

Cemas timbul dari perasaan takut terhadap tidak ada

penerimaan dan penolakan interpersonal. Cemas, juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan

dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang

dengan harga diri yang rendah terutama mudah mengalami

perkembangan ansietas yang berat.

c) Teori Perilaku

Cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu

yang menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan

sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari

dalam untuk menghindari kepedihan.

2) Faktor Presipitasi

Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada

kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman

kecemasan seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan

hubungan interpersonal.

c. Tingkat kecemasan

Menurut Bucklew (1980), para ahli membagi bentuk kecemasan itu

(16)

commit to user

1) Tingkat psikologis. Kecemasan yang berwujud sebagai gejala

gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar

berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya.

2) Tingkat fisiologis. Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau

terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem

saraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar,

gemetar, perut mual, dan sebagainya.

Menurut Stuart & Sundeen (1998), ada empat tingkat kecemasan

yang dialami oleh individu yaitu, ringan, sedang, berat dan panik.

1) Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari.

Individu masih waspada serta lapang persepsinya luas,

menajamkan indra.

2) Kecemasan sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi

perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih

dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

3) Kecemasan berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya

pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang

(17)

commit to user

4) Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang.

d. Gejala kecemasan

Menurut Freud (dalam Ibrahim, 2003), kecemasan memiliki 4

gejala yang terdiri dari :

1) Gangguan Somatik

Tremor, panas – dingin, kejang, berkeringat, palpitasi, nausea,

diare, mulut kering, libido yang menurun, sesak nafas dan

kesukaran untuk menelan.

2) Gangguan Kognitif

Kesukaran untuk berkonsentrasi, kebingungan, kekuatan akan

lepas kendali atau akan menjadi gila dan kewaspadaan yang

berlebihan serta pikiran akan malapetaka yang besar.

3) Gangguan Perilaku

Ekspresi ketakutan, iritabilitas, imobilisasi, hipertensi dan

penarikan diri dari masyarakat.

4) Gangguan Persepsi

Depersonalisasi dan derealisasi.

Gejala-gejala somatis yang dapat menunjukkan ciri-ciri kecemasan

menurut Mcloone (dalam Atmaja, 2012) adalah keluar keringat dingin,

sulit bernafas, gangguan lambung, takikardi, dan terjadinya peningkatan

(18)

commit to user

e. Respon kecemasan

Kartono (1981) menyebutkan bahwa kecemasan ditandai dengan

emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah, sering

dalam keadaan excited atau gempar gelisah.

1) Respon fisiologis

a) Kardio vaskuler :

Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar,

denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syok, dan

lain-lain.

b) Respirasi :

Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa

tercekik.

c) Kulit :

Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat,

berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka,

telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.

d) Gastro intestinal :

Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di

(19)

commit to user

e) Neuromuskuler :

Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip,

insomnia, tremor, kejang, wajah tegang, gerakan lambat.

2) Respon Psikologis

a) Perilaku :

Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada

koordinasi, menarik diri, menghindar.

b) Kognitif :

Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa,

bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran

diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas

menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.

c) Afektif :

Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar

biasa, sangat gelisah dan lain-lain.

Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi, kecemasan merupakan

stresor yang bisa menurunkan imun tubuh, hal ini terjadi melalui

serangkaian aksi yang diperantarai oleh Hipotalamus-Pituatry-Adrenal

(HPA-Axis), kecemasan juga akan merangsang hipotalamus untuk

(20)

commit to user

sehingga merangsang hormon pituitary anterior untuk meningkatkan

produksi Adrenocorticotrofic hormone (ACTH). Hormon ini akan

merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol,

kortisol selanjutnya akan menekan sistem imun tubuh (Guyton & Hall,

2008)

2. Religiusitas

a. Pengertian Religiusitas

Religiusitas berasal dari kata religion (bahasa Inggris) dan religie

(bahasa belanda) adalah berasal dari bahasa induk kedua bahasa

tersebut, yaitu bahasa latin religio yang akar katanya adalah religure

yang berarti mengikat (Kahmad, 2002). Ini mengandung makna bahwa

dalam religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan

kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh

pemeluknya dan semua itu berfungsi untuk mengikat seseorang atau

sekelompok orang dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan

alam sekitarnya (Driyarkara, 1978). Mangunwijaya (1982)

membedakan antara istilah religi dengan religiusitas. Jika religi

menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan

kewajiban, maka religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah

dihayati seseorang dalam hati.

Religiusitas adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

(21)

commit to user

beberapa aspek penting, yaitu : aspek keyakinan terhadap ajaran agama

(akidah), aspek ketaatan terhadap ajaran agama (syari’ah atau ibadah),

aspek penghayatan terhadap ajaran agama (ihsan), aspek pengetahuan

terhadap ajaran agama (ilmu) dan aspek pelaksanaan ajaran agama

(amal atau akhlak) (Rosyidah, 2006).

b. Tujuan Religiusitas

Tujuan dari religiusitas adalah kesalehan, dan dampak temporal

dari kesalehan adalah peningkatan dari diri seseorang maupun

kelompok dalam mencapai nilai-nilai dan etika-etika universal (Khan,

2006). Kesalehan itu sendiri berarti perilaku seseorang yang berperilaku

islami dan menyeimbangkan kepentingan hablum minallah dan hablun

minannaas (Bisri, 2006).

Menurut Syamsulhadi (dalam Pasiak, 2012), religiusitas dan

spiritualitas adalah suatu konsep yang saling tumpang tindih.

Religiusitas dan spiritualitas adalah faktor kultural yang sangat penting

yang memberi struktur dan arti pada nilai manusia, perilaku dan

pengalaman-pengalamannya. Perhatian dokter meningkat pada

religiusitas dan spiritualitas pasien, oleh karena banyak studi yang

menunjukkan suatu hubungan di antara peningkatan keterlibatan

(22)

commit to user

c. Dimensi Religiusitas

Glock dan Stark (dalam Rakhmaditya, 2002) mengatakan bahwa

terdapat lima dimensi dalam religiusitas, yaitu:

1) Religious Belief (the ideological dimension)

Religious belief (the idiological dimension) atau disebut juga

dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seseorang

menerima hal-hal yang fundamental dan dogmatik dalam agamanya,

misalnya kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka,

dan lain-lain yang bersifat dogmatik.

Dimensi keyakinan dalam agama Islam diwujudkan dalam

pengakuan (syahadat) yang diwujudkan dengan membaca dua

kalimat syahadat, Bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan nabi

Muhammad itu utusan Allah. Dengan sendirinya dimensi keyakinan

ini menuntut dilakukannya praktek-praktek peribadatan yang sesuai

dengan nilai-nilai Islam.

Keyakinan atau akidah yang merupakan berbagai masalah

yang harus disampaikan secara rasional dan berdasarkan pondasi

logika yang kuat sehingga tidak lemah di saat berhadapan dengan

Positivisme dan Post Modernisme (Rahimpour, 2011).

2) Religious Practice (the ritual dimension)

Religious practice (the ritual dimension) yaitu tingkatan

(23)

commit to user

dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup

pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih menunjukkan komitmen

seseorang dalam agama yang dianutnya. Dimensi praktek dalam

agama Islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat,

puasa, zakat, haji ataupun praktek muamalah lainnya.

Scobie (dalam Mesra, 2007) mengatakan bahwa kadar

ketaatan seseorang dapat diukur dengan frekuensinya dalam

melakukan ritual keagamaan. Komitmen tinggi seseorang dapat

terlihat bila orang tersebut memiliki frekuensi yang tinggi dalam

melakukan ibadah yng merupakan ritual agamanya. Demikian pula

sebaliknya, apabila seseorang memiliki frekuensi yang jarang dalam

melakukan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya, maka orang

tersebut dapat digolongkan sebagai seseorang yang berkomitmen

rendah.

3) Religious Feeling (the experiental dimension)

Religious feeling (the experiental dimension) atau bisa

disebut dimensi pengalaman, adalah perasaan-perasaan atau

pengalaman yang pernah dialami dan dirasakan. Misalnya merasa

dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa, merasa doanya

dikabulkan, diselamatkan oleh Tuhan, dan sebagainya. Ancok (2001)

mengatakan kalau dalam Islam dimensi ini dapat terwujud dalam

perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan bertawakal (pasrah

(24)

commit to user

melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika

mendengar adzan atau ayat-ayat Al Qur’an, perasaan bersyukur

kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari

Allah.

4) Religious Knowledge (the intellectual dimension)

Religious knowledge (the intellectual dimension) atau

dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan

seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya,

terutama yang ada di dalam kitab sucinya atau dimensi pengetahuan

agama adalah dimensi yang menerangkan seberapa jauh seseorang

mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya, terutama yang ada di

dalam kitab suci manapun yang lainnya. paling tidak seseorang yang

beragama harus mengetahui hal-hal pokok mengenai dasar-dasar

keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi. Dimensi ini dalam Islam

menunjuk kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman

muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama mengenai ajaran

pokok agamanya, sebagaimana yang termuat di dalam kitab sucinya.

Menurut Robertson (dalam Kurniati, 2010) dikaitkan dengan

perkiraan, bahwa orang-orang yang bersikap religius akan memiliki

informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacara

(25)

commit to user

5) Religious Effect (the consequential dimension)

Religious effect (the consequential dimension) yaitu dimensi

yang mengukur sejauh mana prilaku seseorang dimotivasi oleh

ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, misalnya apakah orang

tersebut mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang yang

kesulitan, mendermakan hartanya, dan sebagainya.

d. Faktor Religiusitas

Thouless (2000), membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap keagamaan menjadi empat macam, yaitu :

1) Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial

Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial dalam

perkembangan keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua,

tradisi-tradisi sosial, tekanan dari lingkungan sosial untuk

menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang

disepakati oleh lingkungan itu.

2) Faktor pengalaman

Berkaitan dengan berbagai jenis pengalaman yang

membentuk sikap keagamaan. Terutama pengalaman mengenai

keindahan, konflik moral dan pengalaman emosional keagamaan.

Faktor ini umumnya berupa pengalaman spiritual yang secara cepat

(26)

commit to user

3) Faktor kehidupan

Kebutuhan-kebutuhan ini secara garis besar dapat menjadi

empat, yaitu : (a). kebutuhan akan keamanan atau keselamatan, (b).

kebutuhan akan cinta kasih, (c). kebutuhan untuk memperoleh

harga diri, dan (d). kebutuhan yang timbul karena adanya ancaman

kematian.

4) Faktor intelektual

Berkaitan dengan berbagai proses penalaran verbal atau

rasionalisasi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap

individu berbeda-beda tingkat religiusitasnya dan dipengaruhi oleh

dua macam faktor secara garis besarnya yaitu intrinsik dan ekstrinsik.

Faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi religiusitas seperti mampu

menciptakan lingkungan yang bersih dan penuh kasih sayang.

Sedangkan pengaruh ekstrinsiknya seperti menjadikan agama sebagai

alat politis dan ekonomis, yang memunculkan sikap kemunafikan

(27)

commit to user

B.Kerangka Pemikiran

C.Hipotesis

Ada hubungan antara tingkat religiusitas terhadap kecemasan pada

Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mahasiswa Muslim Angkatan 2011

Universitas Sebelas Maret

Religiusitas

cemas Tidak cemas

tinggi rendah

(28)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional yang

sering juga disebut penelitian transversal, dikarenakan variabel bebas (faktor

risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali

(Taufiqurrohman, 2008).

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

Universitas Sebelas Maret Surakarta dan dilaksanakan pada bulan

November 2012.

C.Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dipakai adalah mahasiswa dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

a. Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret

b. Sehat jasmani maupun rohani

c. Masih aktif dalam perkuliahan

d. Menandatangani informed consent

2. Kriteria eksklusi

a. Tidak bersedia menjadi responden

(29)

commit to user

D.Teknik Sampling

Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive

random sampling. Purposive random sampling dipilih karena metode ini

mencuplik subjek penelitian berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2005).

E.Rancangan Penelitian

Subyek

Skor skala L-MMPI “tidak” 10 Tidak memenuhi

syarat

gugur

Memenuhi syarat

Skala religiusitas

Skala T-MAS

Cemas Tidak cemas

(30)

commit to user

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : tingkat religiusitas.

2. Variabel terikat : kecemasan.

3. Variabel luar

a. Terkendali : usia (Mahasiswa Muslim Angkatan 2011)

b. Tidak terkendali : lingkungan, sosial ekonomi, kepribadian,

pendidikan dan kondisi fisik.

G.Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : tingkat religiusitas

Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret

Surakarta dengan tingkat religiusitas tinggi dan rendah.

Alat pengukuran : kuesioner

Skala pengukuran : ordinal

2. Variabel Terikat : Kecemasan

Kecemasan dalam penelitian ini adalah keadaan pada subjek

penelitian yang diukur dengan skala T-MAS. Cemas atau tidak cemas

diketahui dari tinggi rendahnya skor yang didapatkan. Makin besar skor

maka kecemasan makin tinggi, dan makin kecil skor maka kecemasan

makin rendah.

Alat pengukuran : kuesioner T-MAS

(31)

commit to user

H.Instrumen Penelitian

1. Formulir biodata responden dan informed consent.

2. Angket Lie Scale - Minnesota Multiphasic Personality Inventory

(L-MMPI).

L-MMPI adalah skala validitas yang befungsi untuk

mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau

ketidakjujuran subjek penelitian. Skala L-MMPI berisi 15 butir pertanyaan

untuk dijawab responden dengan “ya” bila butir pernyataan sesuai dengan

perasaan dan keadaan responden; dan “tidak” bila tidak sesuai dengan

perasaan dan keadaan responden. Nilai batas skala adalah 10, artinya

apabila jawaban “tidak” responden

responden dinyatakan invalid (Azwar, 2009).

3. Skala Religiusitas

Penelitian ini menggunakan angket/skala religiusitas yang disusun

oleh Jatiningsih (2007) berdasarkan teori religiusitas Glock dan Stark.

Angket tersebut meliputi keterlibatan ideological, keterlibatan ritual,

keterlibatan intelektual, keterlibatan konsekuensial serta keterlibatan

eksperensial.

Validitas angket tersebut sudah diukur dengan uji coba kuesioner

terhadap 10 siswa SMU. Validitas diuji dengan uji Pearson’s product

moment 0,05. Butir

(32)

commit to user

validitasnya antara 0,3-0,7 diperbaiki, sedangkan pertanyaan yang

validitasnya lebih dari 0,7 dapat dipakai.

Pemberian skor pada angket religiusitas menggunakan skala Likert

dengan pernyataan positif penentuan skor (SS: sangat sesuai, nilai 4; S:

sesuai, nilai 3; TS; tidak sesuai, nilai 2; STS: sangat tidak sesuai, nilai 1)

serta pernyataan negatif penentuan skor (SS: sangat sesuai, nilai 1; S:

sesuai, nilai 2; TS: tidak sesuai, nilai 3; STS: sangat tidak sesuai, nilai 4).

4. Skala Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

Kuesioner TMAS adalah instrumen pengukuran kecemasan.

TMAS berisi 50 butir pertanyaan, dimana responden menjawab ya atau

tidak sesuai keadaan dirinya dengan member tanda (V) pada kolom

jawaban ya atau tidak. Pada kuesioner ini terdapat dua sifat pernyataan

yang favourable dan unfavourable. Untuk pernyataan favourable, setiap

jawaban “ya” diberi nilai 1 dan jawaban “tidak” diberi nilai 0. Sedangkan

untuk pernyataan unfavourable berlaku sebaliknya. Jika jumlah skor

TMAS > 21 maka responden dinyatakan cemas dan jika skor TMAS

dinyatakan tidak cemas (Ikhwanudin, 2012).

I. Alur Penelitian

1. Informed consent dan responden mengisi biodata.

2. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka ketidak

jujuran subjek penelitian.

3. Bila didapatkan skor lebih besar atau sama dengan 10 maka responden

(33)

commit to user

4. Responden mengisi kuesioner skala religiusitas yang telah divalidasi.

5. Responden mengisi skala T-MAS untuk mengetahui kecemasan.

6. Data yang didapat dianalisis dengan statistik.

J. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji korelasi

(34)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Pada bulan November 2012 penyebaran kuesioner penelitian mulai

dilakukan kepada populasi penelitian yaitu kepada Mahasiswa Muslim

Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dari 150 kuesioner

yang disebar, didapatkan sebanyak 130 responden yang mengembalikan

kuesioner penelitian. Responden yang memenuhi kriteria sebanyak 115

mahasiswa, dan 15 responden lainnya tidak memenuhi kriteria penelitian

(L-MMPI . Dari 115 responden yang memenuhi kriteria penelitian

kemudian diambil secara acak dan didapatkan sebanyak 96 mahasiswa

yang akan digunakan sebagai subjek penelitian.

Tabel 4.1 Deskripsi Skor Religiusitas dan Subjek Penelitian

No Skor Religiusitas

Kelompok tingkat

religiusitas

jumlah

persent

ase

1 132 – 158 Rendah 22 22,9%

2 159 – 174 Sedang 28 29,2%

3 175 – 186 Cukup tinggi 20 20,8%

(35)

commit to user

Dari tabel 4.1 didapatkan hasil skor religiusitas, skor religiusitas

tersebut kemudian disusun dari skor religiusitas rendah sampai religiusitas

tinggi (lampiran 1). Dari skor ini kemudian dikelompokkan menjadi

kelompok dengan religiusitas tinggi dan religiusitas rendah, kelompok

religiusitas cukup tinggi dan religiusitas sedang dihilangkan guna

menghindari adanya risiko kesalahan yang cukup besar bagi skor – skor

yang teretak di sekitar mean kelompok. Maka skor hanya dibagi menjadi 2

kelompok, dengan menggunakan kategori jenjang (ordinal) (Azwar, 2009).

Dengan metode ini nilai skor religiusitas dibagi menjadi 4 kelompok yaitu

kelompok dengan religiusitas tinggi (27,1%), cukup tinggi (20,8%),

sedang (29,2%), dan rendah (22,9%). Dari 4 kelompok itu, kelompok

dengan religiusitas “cukup tinggi” dan “sedang” gugur.

Dari 2 kelompok religiusitas tinggi dan rendah kemudian dihitung

skor kecemasan (lampiran 2). Dari skor kecemasan tersebut kemudian

(36)

commit to user

Tabel 4.2 Kelompok Religiusitas dan Kelompok Kecemasan

No

Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta yang termasuk dalam

kategori kelompok religiusitas tinggi, diketahui 5 orang (19,23%) memiliki

kecemasan dan 21 orang (80,76%) tidak memiliki kecemasan. Dari tabel

4.2 juga terlihat bahwa dari 22 Mahasiswa Muslim Angkatan 2011

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang termasuk dalam kategori

kelompok religiusitas rendah, diketahui 15 orang (68,18%) memiliki

(37)

commit to user

B. Analisis Data

Tabel 4.3 Hasil Uji Korelasi Spearman antara Tingkat Religiusitas dan Kecemasan

Varabel Koefisien korelasi (r) Signifikansi (p)

Religiusitas dan kecemasan -0,29 0,040

Data hasil penelitian diuji secara statistik dengan uji Spearman.

Pada tabel 4.3 menunjukkan terdapat korelasi (hubungan) negatif (terbalik)

dengan kekuatan yang lemah (r = -0,29) dan secara statistik signifikan (p =

0,040) antara tingkat religiusitas terhadap kecemasan.

(38)

commit to user

Gambar 4.1 menunjukkan hubungan negatif dengan kekuatan yang

lemah antara tingkat religiusitas dan kecemasan Mahasiswa Muslim

Angkatan 2011. R2 = 0.059 = 5,9%, mengandung arti bahwa religiusitas

(39)

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

Telah dilakukan penyebaran kuesioner pada Mahasiswa Muslim Angkatan

2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta sebanyak 150 kuesioner. Dari hasil

penyebaran kuesioner didapatkan responden yang memenuhi kriteria L-MMPI

10 dan yang memenuhi kriteria inklusi eksklusi sebanyak 96 mahasiswa. Dari 96

mahasiswa tersebut kemudian dikelompokkan menjadi kelompok religiusitas

tinggi, kelompok religiusitas cukup tinggi, kelompok religiusitas sedang, dan

kelompok religiusitas rendah. Kelompok religiusitas cukup tinggi dan kelompok

religiusitas sedang dihilangkan guna menghindari adanya risiko kesalahan yang

cukup besar bagi skor – skor yang teretak di sekitar mean kelompok untuk

menghindari risiko kesalahan yang cukup besar bagi skor – skor yang terletak di

sekitar mean kelompok, maka skor di atas hanya dibagi menjadi 2 kelompok,

maka digunakan kategori jenjang (ordinal) (Azwar, 2009).

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji korelasi Spearman dari tabel

4.3 untuk menguji hipotesis dapat diketahui bahwa terdapat korelasi (hubungan)

negatif (terbalik) antara tingkat religiusitas terhadap kecemasan Mahasiswa

Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan kekuatan

korelasi yang lemah (r = -0,29) dan secara statistik signifikan (p = 0,040).

Masoomeh et al. (2007) menyebutkan bahwa, meskipun kebanyakan

penelitian mendukung adanya hubungan yang signifikan antara religiusitas dan

(40)

commit to user

yang ada tidaklah signifikan. Hubungan yang tidak signifikan ini bisa disebabkan

oleh berbagai macam hal, salah satunya bisa dikarenakan adanya faktor lain yang

mempengaruhi seperti, faktor biologis, lingkungan, dan faktor intrinsik lain yang

mempunyai pengaruh lebih kuat dibandingkan dengan tingkat religiusitas pada

kondisi kejiwaan responden. Dengan demikian hal ini mendukung pandangan

yang menyeluruh tentang manusia, bahwa seorang manusia tersusun dari dimensi

bio-psiko-sosio-spiritual dan tidak ada satu dimensi yang paling dominan yang

bisa prediksi perilaku manusia.

Faktor lain yang mempengaruhi religiusitas dan kecemasan adalah faktor

lingkungan, sosial ekonomi, kepribadian, pendidikan, dan kondisi fisik. Untuk

meningkatkan religiusitas jangan hanya mengamalkan faktor luar (ekstrinsik) nya

saja, tetapi faktor dari dalam (intrinsik) juga sangat penting untuk diamalkan.

Perbedaan hipotesis awal dengan hasil penelitian ini kemungkinan juga

disebabkan oleh beberapa hal yang memang kelemahan dari penelitian, antara

lain:

1. Tipe kepribadian subjek penelitian.

Pada saat pengambilan subjek penelitian penelitian, penulis tidak menilai tipe

kepribadian masing-masing mahasiswa yang menjadi subjek penelitian.

Padahal tipe-tipe kepribadian tertentu memiliki kecenderungan akan

kecemasan yang lebih tinggi (Kaplan & Saddock, 2008).

2. Pengambilan subjek penelitian dalam waktu yang tidak bersamaan.

Pengambilan subjek penelitian untuk penelitian ini tidak dapat dilakukan

(41)

commit to user

berbeda (historical effect). Padahal, metode penelitian ini menggunakan cross

sectional, dimana pengambilan subjek penelitian harus dilakukan pada waktu

yang sama (Murti, 2010).

3. Faktor – faktor lain yang mempengaruhi penelitian.

Pada penelitian ini, penulis tidak mengecek lingkungan, pendidikan, sosial

ekonomi, dan kondisi fisik dari tiap-tiap subjek penelitian. Padahal faktor –

faktor tersebut mempunyai pengaruh dalam menimbulkan gangguan

kecemasan pada suatu individu (Kaplan & Saddock, 2008).

4. Jumlah subjek penelitian dan waktu yang terbatas.

Pada penelitian ini jumlah subjek penelitian terbatas dikarenakan waktu yang

tidak mencukupi untuk pengambilan subjek penelitian yang lebih banyak.

5. Sehat jasmani dan rohani subjek penelitian.

Pada penelitian ini, dalam kriteria inklusi disebutkan bahwa subjek penelitian

memiliki sehat jasmani dan rohani, akan tetapi penulis tidak meneliti kriteria

tersebut yang sebenarnya berpengaruh dalam penelitian ini.

Selain hal tersebut, terdapat juga beberapa penelitian sebelumnya yang

menguatkan hubungan antara tingkat religiusitas terhadap kecemasan. Pada tahun

2010, Kirana Mustikasari melakukan penelitian “Hubungan Religiusitas Dengan

Kecemasan pada Siswa Kelas XII SMU Negeri 5 Surakarta yang Akan

Menghadapi Ujian Nasional”. Pada penelitian tersebut menggunakan 60 siswa

sebagai subjek penelitian. Peneliti menggunakan metode penelitian dengan

pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan data menggunakan purposive

(42)

commit to user

menggunakan uji korelasi product moment Pearson. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang bermakna antara tingkat

religiusitas dengan tingkat kecemasan siswa kelas XII SMU 5 Surakarta yang

akan menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) dengan kekuatan korelasi lemah.

Perbedaan yang terdapat pada penelitian di atas dengan yang penulis lakukan

adalah subjek penelitiannya. Pada penelitian ini penulis menggunakan subjek

penelitian mahasiswa, sementara penelitian yang dilakukan sebelumnya

menggunakan subjek penelitian siswa. Perbedaan sangat terlihat dari

kepribadiannya, seorang siswa yang biasanya belum matang tingkah laku dan pola

pikirnya, sementara mahasiswa sudah dianggap memiliki kematangan tingkah

laku dan pola pikirnya. Perbedaan lainnya adalah penulis menggunakan analisis

data Spearman dan penelitian sebelumnya menggunakan Pearson. Sedangkan

kesamaan yang terdapat pada penelitian di atas adalah metodelogi penelitian dan

(43)

commit to user

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa ada korelasi (hubungan) negatif (terbalik) antara tingkat religiusitas

terhadap kecemasan pada Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas

Sebelas Maret Surakarta dengan kekuatan yang lemah dan secara statistik

signifikan.

B. Saran

1. Walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi (hubungan)

negatif (terbalik) antara tingkat religiusitas terhadap kecemasan pada

Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret

Surakarta kekuatannya lemah, akan tetapi sebaiknya mahasiswa

diharuskan memiliki religiusitas yang tinggi untuk mengurangi

kecemasan.

2. Untuk menilai religiusitas, sebaiknya meneliti religiusitas jangan

hanya sampai faktor luar (ekstrinsik) saja, tetapi faktor dalam

(intrinsik) nya juga sangat penting untuk diteliti.

3. Untuk penelitian yang menggunakan pendekatan cross sectional,

sebaiknya untuk pengambilan subjek penelitian dilakukan pada waktu

(44)

commit to user

4. Sebaiknya dilakukan pengambilan subjek penelitian yang lebih besar

dan representatif untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan

terpercaya.

5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini dengan

mengendalikan faktor-faktor luar yang turut mempengaruhi, seperti

lingkungan, sosial ekonomi, kepribadian, pendidikan dan kondisi fisik

(45)

commit to user

Daftar Pustaka

Ancok, D (2001). Pendidikan untuk Masyarakat Global dan

Industrial. Bahan diskusi pada forum kajian yuniar PPSK.

Yogyakarta.

Arywibowo, M.L (2008). Hubungan Religiusitas dengan Ketahanan

Terhadap Stres pada Mahasiswa Muslim Tingkat Pertama

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta,

Universitas Sebelas Maret. Thesis

Atmaja, Dwi (2012). Kajian Psikologi.

http://kajianpsikologi.blogspot.com/2012/01/gejala-gejala-kecemasan.html - Diakses September 2012.

Azwar (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset, p: 60.

Basri, S (2012). Uji Korelasi Spearman dengan SPSS dan Manual.

http://setabasri01.blogspot.com/2012/04/uji-korelasi-spearman-dengan-spss-dan.html - Diakses Desember 2012.

Bisri, M (2006). Menimbang Arti Kesalehan dalam Islam. http://

http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/4/7396/Kolom/M

enimbang_Arti_Kesalehan_dalam_Islam.html - Diakses

(46)

commit to user

Bucklew (1980). Paradigma for Psychology: A Contribution To Case

History Analysis. New York: J. B Lippen Cott Company.

Dadang, K (2002). Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. p: 13.

Djarir, Ibnu (2004). Erosi Moral dan Pemahaman Kembali Agama.

http://www.suaramerdeka.com/harian/0406/18/x_epi.html

-Diakses Februari 2012.

Driyarkara N (1978). Percikan Filsafat. Jakarta: PT Pembangunan, p:

3.

Guyton & Hall (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:

EGC.

Hawari, D (2008). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta:

Balai Penerbit FK UI.

Ibrahim, Ayub S (2003). Panik Neurosis dan Gangguan Cemas.

Jakarta : PT. Dua As, p:31.

Ikhwanudin, N (2012). Perbedaan Derajat Kecemasan dan Depresi

antara Mahasiswa dengan Tingkat Religiusitas Tinggi dan

Rendah. Surakarta, Universitas Sebelas Maret. Dissertation.

Jatiningsih (2007). Hubungan Tingkat Religiusitas dan Kesehatan

(47)

commit to user

Surakarta, Fakultas Kedokteran UNS (tidak Diterbitkan).

Dissertation.

Kaplan dan Sadock (2010). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Kartono, K (1992). Psikologi Wanita Jilid 2: Mengenal Wanita

Sebagai Ibu Dan Nenek. Bandung: Mandar Maju.

Khan, Faiz (2006). Agama Sebagai Denominator Umum.

http://www.commongroundnews.org/article.php?id=20191

&lan=ba&sp=1 – Diakses Maret 2012

Kurniati, F (2010). Agama dan masyarakat.

http://furikurniati.webs.com/tugasisd9.htm - Diakses Maret

2012.

Madjid, N (2009). Islam yes, Partai Islam no. Jakarta: Daring press,

pp: 17-19.

Mangunwijaya Y.B (1982). Sastra dan Religiusitas. Jakarta: Sinar

Harapan, p: 3.

Maramis, W, F (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:

(48)

commit to user

McLeod, S. A. (2007). Maslow's Hierarchy of Needs.

http://www.simplypsychology.org/maslow.html - Diakses

September 2012.

Mesra, M (2007). Disonansi Kognitif pada Dewasa Muda dalam

Komitmen Beragama. Jakarta, Universitas Indonesia.

Thesis.

Murti, Bhisma (2010). Desain dan Ukuran Subjek penelitian untuk

Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pamungkas, G (2011). Konsep Kecemasan.

http://teorikecemasan.blogspot.com/2011/03/apa-itu-kecemasan.html - Diakses September 2012.

Pasiak, Taufiq (ed) (2012). Tuhan Empirik dan Kesehatan Spiritual.

Yogyakarta: C-NET UIN Sunan Kalijaga, pp: 23;112-113

Rahimpour, Azghadi (2011). Tujuh Dimensi Agama.

http://www.iqna.ir/ma/news_detail.php?ProdID=859186 –

Diakses Maret 2012.

Rakhmaditya, R (2006). Hubungan antara Emotional Quotient

dengan Religiusitas Mahasiswa Muslim Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta,

(49)

commit to user

Rosyidah, S (2006). Hubungan Religiusitas dengan Kebermaknaan

Hidup pada Anak Yatim Panti Asuhan Mardhotilah.

Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Thesis.

Sholeh, M (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Stuart GW dan Sundeen SJ.(1998). Principle and Practice of

Psychiatric Nursing. St. louis Missouri: Mosby Year Book

Inc.

Taufiqurrohman, M.A (2008). Metode Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan. Klaten: CSGF, pp: 71-76.

Thouless, R.H (2000). Pengantar Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, cet 3.

Tuwaijry, M (2007). Tauhid, Keutamaan dan Macam-macamnya.

http://www.islamhouse.com/p/53819 - Diakses Februari

Gambar

Tabel 4.1 Deskripsi Skor Religiusitas dan Subjek Penelitian
Tabel 4.2 Kelompok Religiusitas dan Kelompok Kecemasan
Gambar 4.1 Diagram Sebar tentang Hubungan antara Tingkat Religiusitas
Gambar 4.1 menunjukkan hubungan negatif dengan kekuatan yang

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN SOSIAL DAN EMOSIONAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK); TUNARUNGU DI SDLB-B KARYA MULIA I SURABAYA. Oleh: Karunia

Dari uraian di atas maka dapat difahami bahwa kegiatan kepariwisataan merupakan salah satu bidang usaha yang dipandang dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan

Kereta Api Indonesia (persero) sejak menggunakan aplikasi rail ticket system adalah ketika data penumpang akan ditransfer ke pihak PT.KAI aplikasi rail ticket system tersebut

Proposal Pengembangan Bursa Kerja Online Dan Pemberdayaan Pengelola Bursa Kerla Online.Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi..

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis membatasi masalah permasalahan yang akan dibahas, yaitu : perancangan sistem informasi guna mengelola data penjualan secara tunai

4 Saya berencana untuk menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia interaktif pada mata kuliah yang lain. 5 Saya berniat untuk terus menggunakan media

kemampuan bekerja.IQ anak tunagrahita ringan berkisar 50-70. Dalam penyesuaian sosial mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan. diri dalam lingkungan sosial yang lebih luas,

untuk pamanku dami dan almarhumah bu endang terimakasih atas semua bantuan yang telah kalian berikan kepadaku baik secara materil meupun non materiil dan selama di surabaya