• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA SISWA SMAN 3 CIMAHI TAHUN 2016 Susilowati), Ayu Laili Malik2 , Astrina Tarigan3 , Tya Nita Ariffah4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA SISWA SMAN 3 CIMAHI TAHUN 2016 Susilowati), Ayu Laili Malik2 , Astrina Tarigan3 , Tya Nita Ariffah4"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA SISWA SMAN 3 CIMAHI TAHUN 2016

Susilowati*), Ayu Laili Malik2 , Astrina Tarigan 3 , Tya Nita Ariffah4 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat (S-1) Stikes Jenderal Achmad Yani

Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Jawa Barat – 40533, Indonesia. 2 Program Studi Kesehatan Masyarakat (S-1) Stikes Jenderal Achmad Yani

Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Jawa Barat – 40533, Indonesia. 3

Program Studi Kesehatan Masyarakat (S-1) Stikes Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi, Jawa Barat – 40533, Indonesia

ABSTRAK

Kelebihan berat badan (overweight) di kalangan remaja adalah masalah yang meresahkan karena dapat menurunkan harga diri dan gangguan psikologis yang serius, serta meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit kronis. Studi pendahuluan menunjukkan bahwa 10,22% siswa kelas X-XI di SMAN 3 Cimahi mengalami overweight, angka ini lebih tinggi dari pada overweight di Provinsi Jawa Barat (9,3%). Studi pendahuluan juga menunjukkan bahwa 7 dari 10 siswa cenderung kurang mengkonsumsi serat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi serat dengan overweight pada siswa SMAN 3 Cimahi 2016. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Populasi adalah siswa kelas X dan XI SMAN 3 Cimahi. Jumlah total sampel 176 siswa, terdiri dari 88 kasus dan 88 kontrol. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengukuran overweight dilakukan dengan mengukur berat dan tinggi badan sampel, dilanjutkan dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). Konsumsi serat diukur melalui survei konsumsi makanan dengan metode Semi Quantitative Food Frequency (SQFFQ). Analisis data menggunakan univariat dan bivariat (Chi-Square). Hasil penelitian menunjukkan 30,1% siswa overweight, dan 19.9% obesitas. Sejumlah 57.4% kurang mengkonsumsi serat. Terdapat hubungan signifikan antara konsumsi serat dengan overweight (p value = 0,001 dan OR 4,082). Siswa yang tidak cukup mengkonsumsi serat berisiko 4.082 kali untuk mengalami overweight. SMAN 3 Cimahi diharapkan dapat memberikan bimbingan dan pengawasan para pedagang di kantin sekolah mengenai jajanan sehat berserat tinggi seperti buah potong, jus buah, dan salad; melakukan kampanye pentingnya konsumsi serat melalui media poster; melakukan skrining status gizi siswa secara rutin minimal setahun sekali.

(2)

ABSTRACT

Overweight among teenagers is a troubling issue because it can lower self-esteem and serious psychological disorders, and increase the risk of chronic disease. Preliminary study show that 10.22% of X-XI students in SMAN 3 Cimahi are overweight, this figure is higher than overweight in West Java Province (9.3%). The preliminary study also showed that 7 out of 10 students tended to consume less fiber. This study aims to determine the relationship of fiber consumption with overweight in students of SMAN 3 Cimahi 2016. This study used case control design. Population is the students of class X and XI SMAN 3 Cimahi. The total sample size was 176 students, consisting of 88 cases and 88 controls. Sampling using purposive sampling method. Measurement of overweight is done by measuring the weight and height of the sample, followed by calculating Body Mass Index (BMI). Fiber consumption was measured through a food consumption survey using the Semi Quantitative Food Frequency (SQFFQ) method. Data analysis using univariate and bivariate (Chi-Square). The results showed 30.1% of students were overweight, and 19.9% were obese. A total of 57.4% of samples consumed less fiber. There is a significant relationship between fiber consumption with overweight (p value = 0.001 and OR 4,082). Students who did not consume enough fiber at 4,082 times to experience overweight. SMAN 3 Cimahi is expected to provide guidance and supervision of traders in the school cafeteria about high-fiber healthy snacks such as fruit, fruit juice, and salad; To campaign the importance of fiber consumption through media poster; Perform routine nutritional status screening of students at least once a year.

(3)

A. PENDAHULUAN

Overweight dan obesitas dapat didefinisikan sebagai akumulasi lemak tubuh secara berlebihan. Overweight pada remaja sering menyebabkan remaja menjadi kurang percaya diri dan dapat menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Overweight pada remaja perlu mendapat perhatian karena cenderung berlanjut pada dewasa dan lansia (Khomsan, 2004).

Overweight biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat badan 120 % berat badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Menurut WHO (2007), overweight pada remaja jika IMT >25 kg/m2, dan obesitas jika IMT >30 kg/m2 (http://www.who.int/growthref/who2007_bm i_for_age/en/Growth reference 5-19 years).

Pada kelompok remaja, overweight dan obesitas akan mempengaruhi pula pada perkembangan psikososial termasuk kepercayaan diri yang rendah dan putus asa. Selanjutnya akan menimbulkan masalah dalam kemampuan mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Perasaan merasa dirinya berbeda atau dibedakan dari kelompoknya akan membuat individu dengan overweight rentan terhadap berbagai masalah psikologis (Misnadierly, 2007).

Selain permasalahan psikososial dan psikologis, remaja dengan overweight seringkali lebih berisiko terhadap permasalahan kesehatan, seperti hipertensi, dislipidemia, gangguan gastrointertestinal, diabetes melitus tipe 2 pada remaja, dan apnea tidur (gangguan pernafasan pada saat tidur). Penyakit degeneratif lainnya yang akan timbul jika overweight atau obesitas pada remaja tidak segera ditangani yaitu stroke, serangan jantung, kanker, ostreoartritis, dan hipertensi (Brown, 2005).

Menurut WHO (2012) prevalensi overweight dan obesitas telah meningkat selama tiga dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius sejak awal abad ke-21. Overweight telah menjadi masalah di seluruh dunia karena

prevalensinya yang meningkat di negara maju maupun negara sedang berkembang. Terdapat

1,6 miliar orang dengan overweight dan 400 juta diantaranya mengalami obesitas atau overweight.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi kegemukan di Indonesia pada kelompok umur 13-15 tahun mencapai 10,8% yang terdiri dari 8,3% overweight dan 2,5% obesitas. Sedangkan pada remaja dengan kelompok umur 16-18 tahun mengalami peningkatan signifikan dari hasil tahun 2007 sebesar 1,4% menjadi 7,3% di tahun 2013 (Balitbangkes, 2103). Menurut Depkes RI (2009) status gizi pada remaja yang mempunyai kelebihan berat badan pada usia ≥ 15 tahun menurut IMT/U di Provinsi Jawa Barat berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%) .

Faktor utama penyebab overweight dan obesitas adalah aktivitas fisik yang kurang, perubahan gaya hidup, serta pola makan yang salah diantaranya pola makan tinggi lemak dan rendah serat. Serat memiliki peranan terhadap overweight dalam menunda pengosongan lambung, mengurangi rasa lapar, memperlancar pencernaan dan dapat membantu menurunkan berat badan (Susilowati & Kuspriyanto, 2016).

Penelitian Larissa, Witmer et.all (2011) menunjukkan bahwa hanya 49,5%

anak perempuan mencapai tujuan

(4)

Penelitian Dewi (2000) menunjukan hal yang bahwa semakin rendah konsumsi serat maka semakin tinggi terjadinya overweight. Serat memiliki peranan terhadap overweight dalam menunda pengosongan lambung, mengurangi rasa lapar, memperlancar pencernaan dan dapat mengurangi terjadinya overweight. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi serat pangan yaitu tingkat pendapatan, genetik, umur, dan faktor lingkungan. Kurangnya konsumsi serat bukan satu-satunya faktor pencetus terjadinya overweight dan obesitas. Faktor lain penyebab overweight dan obesitas adalah aktivitas fisik yang kurang, faktor lingkungan, psikologis, genetik, perubahan gaya hidup diantaranya konsumsi tinggi lemak dan rendah serat (Soekirman, et.al, 2006).

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan jenis rancangan penelitian yang digunakan yaitu studi kasus kontrol (Case Control Study). Variabel independen dalam penelitian ini adalah konsumsi serat. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah berat badan berlebih (overweight).

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa-siswi kelas X-XI SMAN 3 Cimahi tahun 2016 berjumlah 861 siswa. Sampel kasus adalah seluruh penderita overweight di SMAN 3 Cimahi tahun 2016 sebanyak 88 orang. Dengan menggunakan perbandingan sampel kasus dan kontrol 1:1 maka jumlah sampel kontrol sebanyak 88 orang.

Data dari Dinas Kesehatan Kota Cimahi tahun 2015, dalam kegiatan penjaringan anak usia Sekolah Menengah Atas dari 47 Sekolah Menengah Atas di wilayah Kota Cimahi dengan melakukan penjaringan ke 8826 siswa-siswi ditemukan sebanyak 382 siswa (4,33%) yang termasuk dalam kategori berat badan berlebih (overweight). Data tersebut diperoleh dari hasil penjaringan dari tiap sekolah berdasarkan wilayah kerja Puskesmas. Berdasarkan hasil penjaringan di 10 Puskesmas, didapatkan hasil tertinggi sebanyak 15,02% siswa kelas X yang masuk dalam kategori status gizi gemuk di Puskesmas Cimahi Utara SMAN 3 Cimahi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan data primer dan sekunder, didapatkan hasil sebanyak 88 siswa 10,22% kelas X dan XI di SMAN 3 Cimahi yang mengalami berat badan berlebih (overweight). Hasil ini menunjukan angka di atas angka di Provinsi Jawa Barat (9,3%). Data studi pendahuluan juga menunjukkan bahwa 7 dari 10 siswa jarang mengkonsumsi serat.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada kelompok kasus menggunakan teknik total sampling, untuk sampel kontrol menggunakan teknik purposive sampling.

Kriteria Kasus dan Kontrol Penelitian Kelompok kasus dan kontrol atau kelompok sampel dalam penelitian ini diambil dengan berdasarkan kriteria :

1. Kriteria kasus : seluruh siswa kelas X – XI SMAN 3 Cimahi baik laki-laki atau perempuan di kelas IPA dan IPS, yang bersedia untuk menjadi responden, termasuk ke dalam kategori overweight berdasarkan hasil pengukuran, sedang dalam kondisi tidak sakit dan tidak melakukan diet apapun.

(5)

kasus dengan umur dan jenis kelamin, yang sama dengan kelompok kasus. Pengambilan kelompok kontrol dari teman sepermainan diambil 2 orang dari setiap

Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer, yaitu data yang diambil secara langsung dari responden. Data konsumsi serat dikumpulkan dengan metode wawancara menggunakan form Food Frequency Semi Quantitattive (FFSQ). Form FFSQ adalah instrumen survei konsumsi yang digunakan untuk menggali kebiasaan makan responden meliputi frekuensi makan dan porsi setiap kali makan (dalam hal ini serat) (Gibson, 2005).

2. Instrumen Penelitian

a. Timbangan untuk mengukur berat badan responden yang digunakan adalah timbangan digital dengan ketelitian sampai dengan 0.01 kilogram. b. Mikrotoa untuk mengukur tinggi badan

responden dengan ketelitian 0.1 cm. c. Form FFSQ, merupakan lembaran

ceklis mengenai konsumsi serat yang telah disiapkan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Hasil FFSQ dikonversikan ke dalam satuan g/ hari. d. Ukuran Rumah Tangga (URT),

merupakan ukuran yang lazim digunakan di rumah tangga sehari-hari untuk menaksir jumlah pangan yang dikonsumsi atau dimasak.

Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Pengolahan data meliputi editing (penyuntingan data), coding, memasukan data (data entry), pembersihan data (cleaning), dan Nutri survey yaitu suatu program untuk menganalisis kandungan zat gizi bahan makanan untuk menentukan kebutuhan zat gizi.

kelompok kasus dengan menggunakan undian/random, jika teman sepermainan yang berkarakteristik sama dengan kelompok kasus tersebut memiliki lebih dari 2 teman (Sugiyono, 2011)

Data overweight dikumpulkan dengan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan responden, dilanjutkan dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). Data sekunder meliputi data siswa kelas IX dan X, profil sekolah dan data jumlah siswa, diperoleh dari data hasil penjaringan UKS.

Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) diperoleh dari jenis peralatan makan yang biasa digunakan di dalam rumah tangga.

e. Alat tulis seperti pulpen dan buku untuk mencatat.

f. Program WHO Antropometri 2005 untuk menghitung IMT/U pada remaja. g. Nutri survey untuk menganalisis

kandungan zat gizi serat bahan makanan yang dikonsumsi responden

h. Perangkat komputer diperlukan untuk mengolah data yang diperoleh dan menyusun laporan hasil penelitian dengan memakai perangkat lunak. .

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan meliputi a. Analisis univariat

(6)

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji Chi-Square, untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variable dependen, apakah variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan. Penelitian ini menggunakan uji Chi-Square. Uji kemaknaan dilakukan dengan

menggunakan α = 0,05 dan Confidence

Interval 95%.

Desain case-control dapat menghitung besarnya risiko terkena penyakit yang mungkin terjadi karena adanya paparan. Untuk menilai besarnya risiko terkena penyakit digunakan Odds Ratio (OR). Interpretasi hasil OR adalah sebagai berikut (Sastroasmoro, 2014):

1) Jika nilai OR= 1, berarti variabel yang diteliti diduga sebagai faktor risiko tidak ada pengaruh dalam terjadinya efek

2) Jika nilai OR> 1, berarti faktor yang diteliti merupakan variabel sebagai faktor risiko terjadinya efek.

3) Jika nilai OR< 1, berarti faktor yang diteliti merupakan faktor protektif untuk terjadinya penyakit.

4) Jika nilai OR mencakup nilai 1, berarti belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang diteliti sebagai faktor risiko atau protektif.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Cimahi, pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada tanggal 23-27 bulan Mei tahun 2016.

Hasil Penelitian

Berikut ini disajikan hasil penelitian, meliputi hasil analisis univariat dan bivariat.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Serat dan Overweight pada Siswa SMAN 3 Cimahi Tahun 2016

Konsumsi Serat

Overweight

Kasus

Tidak

Overweight

Kontrol

Jumlah

n % N % N %

Kurang Cukup

65 23

73,9

26,1

36 52

40,9 59,1

101 75

57,4 42,6

Total 88 100 88 100 176 100

Tabel.2 di atas menunjukan bahwa pada kelompok kasus, terdapat 73,9%) kurang mengkonsumsi serat dan mengalami berat badan berlebih, sedangkan pada kelompok

(7)

Tabel 3. Hubungan Konsumsi Serat dengan Overweight pada Siswa SMAN 3 Cimahi statistik pvalue = 0,001 hal ini berarti Ho ditolak, sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi serat dengan overweight. Kelompok yang paling banyak kurang mengkonsumsi serat adalah kelompok kasus (73,9%).

C.PEMBAHASAN

1. Gambaran Responden

Berdasarkan Klasifikasi IMT/U dan Konsumsi Serat Dengan Overweight

Kelompok umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8% mengalami berat badan berlebih yang terdiri dari 8,3% gemuk (overweight) dan 2,5% sangat gemuk (obesitas) (Balitbangkes, 2013). Responden yang mempunyai berat badan berlebih di SMAN 3 Cimahi pada klasifikasi overweight sebanyak (30,1%) dan termasuk dalam klasifikasi obesitas sebanyak (19,9%).

Responden yang kurang mengkonsumsi serat (36,9%) pada kelompok kasus, sedangkan pada kelompok kontrol (17,3%), hal ini menunjukkan bahwa konsumsi serat yang kurang (< AKG atau <30 g per hari) dapat menjadi salah satu faktor risiko overweight, selain faktor risiko lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Pada penelitian ini rata-rata konsumsi serat pada kelompok kasus hanya mencapai 12g/hari.

Hasil analisis diperoleh nilai OR 4,082 (95% CI: 2,157-7,724) artinya responden yang kurang mengkonsumsi serat mempunyai risiko sebesar 4,082 kali untuk menjadi overweight dibandingkan dengan responden yang cukup mengkonsumsi serat.

Asupan serat yang rendah disebabkan karena siswa banyak menghabiskan waktu di luar rumah (dalam hal ini di sekolah), sementara di sekolah kantin kurang memfasilitasi jajanan yang merupakan makanan tinggi serat. Sebagian besar jajanan yang disediakan di kantin lebih banyak makanan tinggi karbohidrat dan tinggi lemak (biskuit, cake, soft drink, permen, seblak, gorengan, mie bakso). Faktor keluarga turut berperan, seperti tidak membiasakan mengkonsumsi buah dan sayur dalam jumlah banyak, sehingga sangat sulit didapatkan asupan serat yang memenuhi anjuran konsumsi per hari.

(8)

2. Hubungan Konsumsi Serat dengan Overweight

Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa konsumsi serat memiliki hubungan signifikan dengan overweight (pvalue = 0,001), didapatkan OR = 4,082 artinya responden yang kurang mengkonsumsi serat mempunyai resiko 4,082 kali untuk mengalami berat badan berlebih dibandingkan dengan responden yang cukup mengkonsumsi serat.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Risnaningsih (2008) yang menyatakan terdapat hubungan yang negative antara konsumsi serat dengan overweight (p.value = -0,0001). Konsumsi serat yang cukup dapat menurunkan risiko overweight. Serat yang dikonsumsi dalam jumlah cukup akan diretensi di dalam lambung dan usus dalam waktu relatif lama, mengisi saluran cerna, sehingga memberikan sensasi kenyang cukup lama. Hal ini menunjukkan asupan serat yang cukup memberikan kontribusi penting terhadap pengendalian sensasi lapar pada remaja kegemukan. Sebaliknya konsumsi serat yang rendah berhubungan dengan risiko obesitas pada remaja (Brauchla, et.al, 2012)

Kecukupan asupan serat kini dianjurkan semakin tinggi, mengingat banyak manfaat yang menguntungkan untuk kesehatan tubuh, adequate intake (AI) untuk serat makanan sebagai acuan untuk menjaga kesehatan seluruh pencernaan dan kesehatan bagi remaja adalah 30-35 g/hari (Hardinsyah, dkk, 2013).

Hal tersebut dapat dipenuhi apabila mengkonsumsi 2-3 porsi sayur dan 3-5 porsi buah sehari, atau berdasarkan piramida makanan (Direktorat Gizi Masyarakat,1993 dalam Susilowati dan Kuspriyanto, 2016) mengkonsumsi serat idealnya 2-3 porsi untuk mengkonsumsi sayuran dan 3-5 porsi mengkonsumsi buah-buahan.

Hasil FFSQ menunjukkan bahwa konsumsi responden setiap hari lebih banyak kelompok karbohidrat seperti nasi, roti, dan mie. Frekuensi konsumsi serat responden dari kelompok sayuran ( bayam, kangkung, toge, buncis, dan kacang panjang) dan buah (melon, semangka, jeruk, pisang, dan pepaya) sangat rendah (2 kali/minggu) dengan jumlah porsi <AKG. Frekuensi dan porsi konsumsi serat responden masih jauh dari yang direkomendasikan dalam piramida makanan oleh Direktorat Gizi Masyarakat.

Makanan yang tinggi serat umumnya memerlukan waktu lebih lama untuk mengunyah dan mencerna. Makanan yang mengandung serat tidak larut air, tidak dicerna dan menambah volume makanan, sehingga mengurangi risiko konsumsi yang berlebihan. Sedangkan serat larut air akan berubah menjadi subtansi menyerupai gel selama proses pencernaan dan memperlambat makanan melewati usus sehingga membuat tubuh kenyang lebih lama (Almatsier, 2004).

Asupan serat yang cukup dapat membantu mengontrol berat badan. Serat memiliki energi density yang rendah sehingga dapat meningkatkan rasa kenyang. Saat pencernaan serat akan menarik air dan membentuk gel yang memperlambat jalannya pencernaan sehingga membuat rasa kenyang yang lebih lama (Vahouny, 1999).

(9)

Rekomendasi

Bagi SMAN 3 Cimahi diharapkan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pedagang di kantin dengan menyediakan jajanan yang tinggi serat contoh, buah potong, jus buah, rujak, lotek dan gado-gado. Perlu dilakukan upaya meningkatkan pendidikan kesehatan

(10)

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita, 2004, Penuntun Diet, PT Gramedia pustaka Utama, Jakarta.

Balitbangkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Tersedia http://www.depkes.go.id/resources /download/general/Hasil%20Riske sdas%202013pdf

Brauchla M, Juan W, Story J, Kranz S, 2012, Sources of Dietary Fiber and The Association of Fiber and The Wadsworth. Belmont, CA.

Dewi Ei S. (2000). Hubungan Antara Konsumsi Lemak dan Serat dengan Status Gizi (skripsi). UNES. Semarang

Dinas Kesehatan Kota Cimahi, 2015, Laporan Kegiatan Penjaringan Anak Usia Sekolah Menengah Atas (47 Sekolah Menengah Atas) di Wilayah Kota Cimahi. Gibson, RS. 2005 Principles of

Nutritional Assessment, Second edition, Oxford, New York. Gropper SS, Smith JL, Groff JL, 2009,

Advanced Nutrition and Human Metabolism 5th ed, Wadsworth Cengange Learning,USA.

Hardinsyah, Hadi R, Victor N, 2013, Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat. [Series online] 2013 [cited 21 Nov 2015].

Available from:

Larissa, Witmer, Jason N. Bocarro, Karla Henderson, 2011, Disease control, Nutrition, Health behavior, Females Leisure, Journal of Leisure Research, Vol. 43, No. 3, publication date July 1, 2011

Misnadierly, 2007, Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit, Pustaka Obor Populer, Jakarta. Riskesdas, 2013, Laporan Nasional Riset

Kesehatan Dasar, Depkes RI, Jakarta.

Risnaningsih, dkk, 2008, Kebiasaan Makan Fast Food Konsumsi Serat dan Status Obesitas di SMP Negeri 1 Comal Pemalang, (Skripsi) Universitas Negeri Semarang.

Sastroasmoro, S, 2014, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi 5, Sagung Seto, Jakarta.

Soekirman et al., 2006, Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan Manusia, PT Primamedia Pustaka. Jakarta.

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Alfa Beta, Bandung.

Susilowati & Kuspriyanto, 2016, Gizi dalam Daur Kehidupan, Refika Aditama, Bandung.

(11)

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Serat dan Overweight pada Siswa SMAN 3 Cimahi Tahun 2016
Tabel 3. Hubungan Konsumsi Serat dengan Overweight pada Siswa SMAN 3 Cimahi  Tahun 2016

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Penyedia Barang/Jasa yang berkeberatan atas dikeluarkannya pengumuman ini, dapat mengajukan surat sanggahan kepada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa (ULP)

kandungan Fukosantin rumput laut cokelat dari.. perairan Madura dengan kromatografi

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh variasi penambahan panjang serat agave cantula roxb terhadap kekuatan impact, kekuatan bending serta densitas pada

Pertama, khzanah folklor daerah Sragen yang telah dapat didokumentasikan meliputi folklor lisan: (cerita Terjadinya Dukuh Butuh-Duren, Terjadinya Desa Kalioso , Asal Mula

perencanaan yang dilakukan guru PKn untuk mempersiapkan model pembelajaran portofolio dalam proses pembelajaran PKn, (2) pelaksanaan dan pemantapan yang dilakukan guru PKn dengan

We implement the classification method presented in Section 3.1 by means of Apache Spark (Zaharia et al., 2010) which currently is the most popular cluster computing engine

Dari pengamatan langsung dilapangan dan menganalisa sistem informasi Pemesanan dan Penjualan Sepeda Motor yang sedang berjalan bahwa sistem belum bisa di katakan

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,