• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor yang dipertimbangkan konsumen restoran Daiji Raamen Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor yang dipertimbangkan konsumen restoran Daiji Raamen Bogor"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

ii

ANALISIS FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN

KONSUMEN RESTORAN DAIJI RAAMEN BOGOR

SKRIPSI

MAIKA FITRIANA H34063423

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

RINGKASAN

MAIKA FITRIANA. Analisis Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen

Restoran Daiji Raamen Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HARIANTO)

Jumlah penduduk Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia adalah 206.264.595 jiwa. Jumlah ini terus meningkat, data terakhir dari sensus penduduk BPS menyebutkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 237.556.363 jiwa. Jumlah ini meningkat 31.291.768 jiwa, dari jumlah awal pada tahun 2000.

Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk cukup besar. Pertumbuhan penduduk di wilayah ini dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPS Kota Bogor jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2010 adalah 949.066 jiwa, dengan luas wilayah 111,73 Km2 maka kepadatan penduduk Kota Bogor adalah 8.494 jiwa/Km2. Peningkatan jumlah penduduk tersebut mengakibatkan jumlah permintaan masyarakat terhadap makanan dan minuman akan terus meningkat karena menurut teori Maslow makanan merupakan kebutuhan fisiologis yang akan selalu dibutuhkan selama manusia hidup

Proses globalisasi saat ini telah menyebabkan perubahan hampir di setiap aspek kehidupan. Era globalisasi yang dicirikan dengan pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa, dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makanan masyarakat. Perubahan gaya hidup masyarakat di atas menimbulkan suatu peluang bisnis di industri jasaboga, termasuk restoran. Berkembangnya jumlah restoran di Bogor menciptakan kondisi persaingan yang mendorong pengusaha untuk membangun dan memperkuat usahanya agar tetap dipilih oleh konsumen. Oleh sebab itu, studi mengenai perilaku konsumen dibutuhkan agar dapat digunakan dalam penyusunan alternatif strategi bauran pemasaran yang tepat sesuai harapan konsumen. Sehingga restoran dapat bertahan dalam persaingan dan mampu mencapai target penjualan yang diharapkan.

Daiji Raamen merupakan specialty restauran dalam makanan khas Jepang. Daiji Raamen yang berada di Kota Bogor merupakan salah satu restoran yang berada dalam persaingan. Penelitian dilakukan di Restoran Daiji Raamen yang berlokasi di Jalan Pajajaran Indah No.7.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik umum konsumen Daiji Raamen, 2) Mengidentifikasi dan menganalisiss keputusan pembelian oleh konsumen Daiji Raamen, 3) Menganalisis faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen restoran Daiji Raamen. Karakteristik dan proses keputusan pembelian dianalisis secara kualitatif dan deskriptif. Pengolahan secara kualitatif menggunakan Analisis Faktor untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen restoran Daiji Raamen.

(3)

iii

awal yang berusia 19-24 tahun. Mayoritas konsumen tersebut berjenis kelamin perempuan. Status pernikahan mayoritas konsumen adalah belum menikah. Tingkat pendidikan mayoritas konsumen adalah SMA. Mayoritas jenis pekerjaan responden adalah pelajar atau mahasiswa. Sedangkan tingkat pendapatan rata-rata konsumen adalah RP 500.000 sampai Rp 1.500.000 per bulan.

Proses keputusan pembelian konsumen Daiji Raamen mengacu pada teori Engel, et. al. Pada tahap pengenalan kebutuhan, sebagian besar konsumen memiliki motivasi pembelian karena menu yang khas dan alasan ingin mencoba-coba, dan manfaat yang diperoleh adalah makanan selingan dan keakraban. Pada tahap pencarian informasi 83,75 persen responden mendapatkan informasi dari teman, fokus utama perhatian mereka terhadap informasi adalah rasa makanan, dan alat promosi yang mempengaruhi mereka adalah papan nama restoran. Proses pembelian, niat konsumen membeli di Daiji Raamen adalah hampir sama besarnya antara mendadak, terencana, dan tergantung situasi. Pada proses pasca pembelian apabila harga makanan mengalami kenaikan maka konsumen mayoritas akan mengurangi frekuensi pembelian di Daiji Raamen. Umumnya konsumen sudah merasa puas setelah melakukan konsumsi di restoran di Daiji Raamen.

Hasil dari Analisis Faktor menunjukkan bahwa ada enam faktor yang menjadi pertimbangan konsumen restoran Daiji Raamen. Faktor pertama adalah Pelayanan dan Harga yang terdiri dari kemudahan pembayaran, perhatian pramusaji, bentuk penyajian, harga, keramahan dan kesopanan pramusaji, penataan ruangan restoran, dan alunan musik. Faktor kedua adalah Proses dan Keragaman menu yang terdiri dari kebersihan, kecepatan penyajian, keamanan pangan, dan keragaman menu. Faktor ketiga adalah Akses dan Fasilitas Restoran yang terdiri dari pendingin ruangan, akses lokasi restoran, dan areal parkir. Faktor keempat adalah Atribut Ramen yang terdiri dari rasa, aroma, dan porsi ramen. Faktor kelima adalah Promosi yang terdiri dari variabel promosi dan iklan. Faktor keenam adalah Pengaruh Eksternal yang terdiri dari keluarga dan teman. Keenam faktor tersebut dapat menjelaskan keragaman sebesar 68.675 persen.

(4)

iv

ANALISIS FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN

KONSUMEN RESTORAN DAIJI RAAMEN BOGOR

MAIKA FITRIANA H34063423

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

v

Judul Skripsi : Analisis Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Restoran Daiji Raamen Bogor

Nama : Maika Fitriana

NRP : H34063423

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Harianto, MS

NIP. 19581021 198501 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini, menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Faktor

Yang Dipertimbangkan Konsumen Restoran Daiji Raamen Bogor” adalah karya

sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Maika Fitriana

(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 27 Mei 1988. Penulis

adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Saeran dan Ibu Siti

Julaikah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Yosomulyo V pada

tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di

SLTPN 1 Genteng. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 1 Genteng

diselesaikan pada tahun 2006.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor

Yang Dipertimbangkan Konsumen Restoran Daiji Raamen Bogor”. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis karakteristik konsumen, tahapan proses keputusan

pembelian konsumen, dan faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen restoran

Daiji Raamen Bogor. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2011

(9)

ix

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dai bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Harianto, MS selaku pembimbing skripsi atas bimbingan, waktu, dan

kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir Nunung Kusnadi, MS selaku dosen penguji utama yang berkenan

memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan

yeng berkenan memberikan saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS yang telah menjadi pembimbing akademik dan

seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

5. Ibu Siti Julaikah dan Bapak Saeran tercinta, dan Dicky Febriansyah, serta

keluarga besar di Banyuwangi, untuk setiap dukungan cinta kasih dan do’a

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Departemen Agribisnis IPB.

6. Alexander Richard, Indra Chendrawijaya, dan Krisnadi Setiawan, Manager

dan karyawan Daiji Raamen, serta konsumen Daiji Raamen yang telah

membantu penulis dalam pengambilan data dan penyusunan skripsi ini.

7. Dina Mas Eirene Waruwu selaku pembahas seminar, yang memberikan

masukan saran maupun kritik untuk memperbaiki skripsi ini.

8. Sherly Andika Sari (sheloy) dan Widyastuti Utami (Windi), yang membantu

banyak dalam pencarian responden, terimakasih banyak teman.

9. Sahabatku (Rieska, Niecan, Ine, Dewi, Fat, Emi, Mb Jo, Rina T, Rina K,

Gista, Tiwi), WA Crew, Irwansyah, Nymph House, Pandawa, Lare

Blambangan, terima kasih atas bantuan, dukungan serta doanya.

10. Rekan - rekan Agribisnis Angkatan 43, 42, dan 44 serta semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga tali persaudaraan dan persahabatan kita tetap terjalin dan hanya

Allah SWT yang dapat membalas amal kebaikan, Amin.

Bogor, Maret 2011

(10)

x

3.1.2 Karakteristik Konsumen ... 17

3.1.3 Proses Pembelian... 19

3.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan ... 22

3.1.5 Pemasaran dan Bauran Pemasaran ... 27

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 30

IV METODE PENELITIAN ... 32

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 38

5.2 Komitmen, Motto, dan Nilai Dasar Daiji Raamen ... 39

5.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 39

5.4 Personalia Perusahaan ... ... 42

5.5 Pengadaan Bahan Baku ... ... 43

5.6 Suasana Restoran ... 43

5.7 Menu Restoran Daiji Raamen ... 45

VI KERAGAAN KONSUMEN RESTORAN DAIJI RAAMEN .... 49

(11)

xi

6.2 Keragaan Perilaku Pembelian ... 53

VII FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DAIJI RAAMEN ... 61

7.1 Analisis Faktor yang Dipertimbangkan Konsumen Daiji Raamen... ... 61

7.2 Faktor (Komponen) Utama pada Keputusan Pembelian oleh Konsumen Daiji Raamen... ... 65

7.3 Implikasi Bauran Pemasaran Restoran Daiji Raamen ... 71

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

8.1 Kesimpulan ... 76

8.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Daftar Restoran Jepang di Kota Bogor Tahun 2011 ... 5

2. Sebaran Responden Berdasarkan Usia ... 49

3. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

4. Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 50

5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 51

6. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 51

7. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 52

8. Sebaran Motivasi Responden Memilih Makan Di Daiji Raamen ... 54

9. Sebaran Manfaat Yang Diperoleh Responden Memilih Berkunjung Ke Daiji Raamen ... 54

10. Sebaran Jumlah Responden Berdasarkan Media Yang Mempengaruhi Keputusan Dalam Memilih Daiji Raamen .... 55

11. Fokus Utama Yang Menjadi Perhatian Konsumen Dari Sumber Informasi ... 56

12. Sebaran Responden Berdasarkan Alat Promosi Yang Paling Mempengaruhi Keputusan ... 56

13. Sebaran Responden Berdasarkan Pertimbangan Awal Pemilihan Daiji Raamen... 57

14. Sebaran Responden Berdasarkan Cara Memutuskan Pembelian ... 58

15. Sebaran Responden Berdasarkan Kepuasan Pasca Pembelian Konsumen Daiji Raamen ... 59

16. Perilaku Konsumen Pasca Pembelian Apabila Harga Jual Yang Ditawarkan Daiji Raamen Mengalami Kenaikan... 59

17. Tes KMO dan Barlett Pada Analisis Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Restoran Daiji Raamen ... 61

18. Nilai Rata-Rata Dan Standar Deviasi Tiap Variabel Yang Dipertimbangkan Konsumen Restoran Daiji Raamen ... 63

(13)
(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 1961-2010 ... 2

2. Perspektif Pemecahan Masalah Mengenai Lima Langkah Dalam Pengambilan Keputusan Konsumen ... 19

3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen ... 27

4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 31

5. Struktur Organisasi Restoran Daiji Raamen ... 41

6. Dapur yang Langsung Menghadap ke Meja Konsumen ... 43

7. Contoh Susunan Meja dan Kursi di Ruangan Kedai Ramen 44 8. Suasana Restoran saat Malam Natal ... 44

9. Ramen dengan Tambahan Ebikatsu ... 45

10. Donburi Menggunakan Lauk Katsudon ... 46

11. Nasi Kare Menggunakan Lauk Katsudon ... 47

12. Matcha-green tea ... 47

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Nilai Communalities Berdasarkan Hasil Output SPSS Analisis Faktor yang Dipertimbangkan Konsumen

Restoran Daiji Raamen ... 81

2. Nilai Anti Image Matriks Berdasarkan Hasil output SPSS Analisis Faktor yang Dipertimbangkan Konsumen Restoran Daiji Raamen ... 82

3. Nilai Total Expalined Berdasarkan Hasil output SPSS Analisis Faktor yang Dipertimbangkan Konsumen Restoran Daiji Raamen ... 84

4. Scree Plot Berdasarkan Hasil Output SPSS Analisis Faktor yang Dipertimbangkan Konsumen Restoran Daiji Raamen ... 85

5. Component Matrix Hasil dari proses Rotasi ... 86

6. Foto-foto Restoran Daiji Raamen ... 87

(16)

80

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Menurut

data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia

adalah 206.264.595 jiwa. Jumlah ini terus meningkat, data terakhir dari sensus

penduduk BPS menyebutkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah

237.556.363 jiwa. Jumlah ini meningkat 31.291.768 jiwa, dari jumlah awal pada

tahun 2000.

Penyebaran penduduk Indonesia tidak merata. Pulau Jawa merupakan

pulau terpadat di Indonesia karena Pulau Jawa memiliki beberapa perkotaan besar

yang menjadi sasaran urbanisasi tiap tahunnya. Provinsi Jawa Barat merupakan

provinsi dengan penduduk terbanyak di Pulau Jawa, bahkan di Indonesia. Pada

tahun 2000 jumlah penduduk Jawa Barat mencapai 35.729.537 jiwa dan terus

meningkat menjadi 39 juta jiwa di tahun 2005, 40 juta jiwa di tahun 2008, 41 juta

jiwa di tahun 2009, hingga 43.021.826 jiwa pada tahun 2010. Wilayah Jawa Barat

memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.236 jiwa/Km2 (BPS 2010a).

Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki jumlah

penduduk cukup besar. Pertumbuhan penduduk di wilayah ini dari tahun ke tahun

juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPS Kota Bogor jumlah

penduduk Kota Bogor pada tahun 2010 adalah 949.066 jiwa, dengan luas wilayah

111,73 Km2 maka kepadatan penduduk Kota Bogor adalah 8.494 jiwa/Km2. Berikut akan ditampilkan grafik pertambahan jumlah penduduk Kota Bogor dari

tahun 1961 ketika pertama kali dilakukan sensus penduduk (Gambar 1.)

Pada tahun 1961, ketika sensus penduduk pertama setelah Indonesia

merdeka, jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 154,1 ribu jiwa. Pada tahun

1971 penduduk Kota Bogor sebanyak 195,9 ribu jiwa, tahun 1980 sebanyak 246,9

ribu jiwa, tahun 1990 sebanyak 271,7 ribu jiwa, tahun 2000 sebanyak 750,8 ribu

jiwa, dan pada tahun 2010 sebanyak 949,1 ribu jiwa. Kenaikan yang cukup tinggi

dalam kurun waktu 1990 – 2000 disebabkan wilayah Kota Bogor bertambah 46

(17)

81

Gambar 1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 1961- 2010

Sumber : BPS (2010)

Peningkatan jumlah penduduk tersebut mengakibatkan jumlah permintaan

masyarakat terhadap makanan dan minuman akan terus meningkat karena

menurut teori Maslow makanan merupakan kebutuhan fisiologis yang akan selalu

dibutuhkan selama manusia hidup (Engel et al. 1994).

Proses globalisasi saat ini telah menyebabkan perubahan hampir di setiap

aspek kehidupan. Era globalisasi yang dicirikan dengan pesatnya perdagangan,

industri pengolahan pangan, jasa, dan informasi akan mengubah gaya hidup dan

pola konsumsi makanan masyarakat. Pemikiran tersebut memperlihatkan bahwa

tingginya konsumsi makanan saat ini juga dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup

dan pola konsumsi makan. Seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat

maka semakin banyak orang yang berorientasi pada kesenangan dan rekreasi,

tidak hanya sekedar memenuhi rasa lapar. Kesibukan masyarakat menyebabkan

mereka tidak lagi memiliki waktu cukup untuk menyiapkan makanan di rumah,

sehingga muncul kebiasaan baru yaitu makan di luar rumah. Hal ini menyebabkan

tingginya permintaan masyarakat terhadap jasa penyedia makanan termasuk

restoran. Masyarakat juga menjadikan kebiasaan makan di restoran sebagai ajang

berkumpul dan bersosialisasi.

Perubahan gaya hidup masyarakat di atas menimbulkan suatu peluang

bisnis di industri jasaboga, termasuk restoran. Bisnis restoran kini berkembang

(18)

82

makanan. Pada tahun 2005, jumlah restoran di Kota Bogor hanya sekitar 178 unit.

Namun pada tahun berikutnya jumlah restoran terus meningkat sebesar 14,05

persen menjadi 203 unit di tahun 2006 dan 11,82 persen menjadi 227 unit di tahun

2007. Hingga tahun 2009 tercatat sekitar 240 unit restoran yang yang meningkat

cukup jauh dari tahun 2005 yaitu sebesar 34,83 persen (Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Bogor 2010).

Berkembangnya jumlah restoran di Bogor menciptakan kondisi persaingan

yang mendorong pengusaha untuk membangun dan memperkuat usahanya agar

tetap dipilih oleh konsumen. Masyarakat sebagai konsumen yang cerdas semakin

menuntut adanya pemenuhan pangan yang berkualitas, terjangkau, cepat, dan

praktis. Hal ini menjadi tantangan dan daya tarik bagi restoran untuk terus

mengembangkan pelayanan demi memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin

dinamis. Agar dapat bertahan dalam lingkungan persaingan, pihak restoran

memerlukan strategi bersaing yang tidak hanya berasal dari strategi manajemen

internal saja, tetapi juga harus memperhatikan kinerja berorientasi konsumen

sehingga dapat memenuhi harapan konsumen. Apabila harapan konsumen

terpenuhi maka konsumen akan merasa puas dan diharapkan kepuasan tersebut

dapat mendorong mereka melakukan pembelian ulang terhadap produk dan jasa

yang ditawarkan. Dengan demikian, restoran dapat menarik pelanggan baru atau

paling tidak mempertahankan pelanggan yang telah ada.

Oleh sebab itu, studi mengenai perilaku konsumen dibutuhkan agar dapat

digunakan dalam penyusunan alternatif strategi bauran pemasaran yang tepat

sesuai harapan konsumen. Sehingga restoran dapat bertahan dalam persaingan dan

mampu mencapai target penjualan yang diharapkan.

1.2 Perumusan Masalah

Restoran yang berada di Bogor beraneka ragam jenisnya, mulai dari

restoran tradisional yang menyajikan masakan khas Indonesia hingga restoran

bercita rasa internasional. Ada beragam restoran yang memiliki menu

internasional, antara lain Restoran Jepang, Restoran China, Restoran Timur

Tengah, Restoran Eropa, dan lain-lain.

Daiji Raamen merupakan salah satu restoran yang bercitarasa

(19)

83

salah satu jenis masakan yang memilki keunikan tersendiri baik dalam proses

pembuatannya maupun penyajiannya. Selain keunikannya, makanan Jepang

merupakan jenis makanan yang diminati oleh masyarakat karena faktor

kesehatannya. Masakan Jepang terkenal dengan kandungan gizinya yang tinggi

dan menyehatkan, terutama kandungan seratnya. Hal ini sesuai dengan minat dan

fokus konsumen dewasa ini terhadap gaya hidup dan konsumsi makanan yang

lebih menyehatkan.

Restoran ini tidak hanya menyajikan ramen atau mi jepang namun juga

berbagai menu lain seperti menu nasi jepang (bowl rice/donburi), onigiri, dan

berbagai makanan dan minuman khas jepang. Restoran Daiji Raamen berada di

Jalan Pajajaran Indah No. 7 yang merupakan jalan yang dekat pusat Kota Bogor

yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan, pendidikan, perkantoran, dan

perumahan sehingga merupakan lokasi yang strategis. Lokasi yang strategis

tersebut mengakibatkan persaingan yang dihadapi Daiji Raamen semakin besar

terlebih dengan perkembangan jumlah restoran yang terus meningkat.

Banyaknya jumlah restoran Jepang di Bogor juga menandakan bahwa

adanya persaingan yang tinggi dalam usaha penyedia masakan Jepang. Saat ini

terdapat sepuluh pesaing Daiji Raamen yang merupakan restoran bergaya Jepang

dan menyediakan makanan dan minuman khas Jepang yang berada di Kota Bogor.

Berikut pada Tabel 1 ditampilkan daftar restoran Jepang di Bogor pada tahun

2011.

Banyak dan beragamnya restoran membuat konsumen bebas memilih

makanan dan minuman yang akan dikonsumsinya dengan selektif. Karena Daiji

Raamen merupakan restoran yang masih terus berkembang dan merupakan

restoran yang mengorganisasiannya masih sederhana (lihat gambar struktur

organisasi di halaman 38), sehingga saat ini belum dilakukan riset mengenai

(20)

84

Tabel 1. Daftar Restoran Jepang di Kota Bogor Tahun 2011

Nama Restoran Alamat

Daiji Raamen Jl. Pajajaran Indah No. 7

Jl. Sudirman No. 11-13 lt.2

Chidori Japanese Botani Square samping XX1

Takoyaku Lapangan Sempur

Midori Japanese Jl. Pajajaran No. 53

Oto Bento Jl. Pajajaran (Saras)

Jl. Jenderal Ahmad Yani (Air Mancur)

Jl. Pajajaran depan B’Bos

Hanamasa Jl. Pajajaran No. 32

D’oishi Jl. Pajajaran No.21

Shierary Jl. Pajajaran samping Hanamasa

Hoka Hoka Bento Jl. Pajajaran No. 25

Bogor Trade Mall

Botani Square

Ekalokasari Plaza

Daiji Raamen perlu mengetahui secara mendalam mengenai perilaku konsumen

yang akan menjadi sasarannya. Termasuk didalamnya karakteristik konsumen,

tahapan pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen, dan faktor-faktor

yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian di restoran Daiji Raamen.

Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana karakteristik konsumen Daiji Raamen?

2. Bagaimana keputusan pembelian di restoran Daiji Raamen oleh

konsumen?

3. Faktor-faktor apa yang dipertimbangkan konsumen restoran Daiji

(21)

85

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik umum konsumen

Daiji Raamen

2) Mengidentifikasi dan menganalisis keputusan pembelian di restoran

Daiji Raamen oleh konsumen

3) Menganalisis faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen restoran

Daiji Raamen.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

yang berkepentingan:

1. Pengusaha: Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan

informasi sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam merumuskan

kebijakan apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan mutu produk serta

layanan.

2. Peneliti: Penelitian ini diharapkan menjadi kesempatan dalam mengamalkan

ilmu yang diperolehnya di kuliah dan belajar menganalisis permasalahan

yang terjadi pada dunia bisnis sesungguhnya.

3. Kalangan akademis: hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan untuk

penelitian selanjutnya.

(22)

86

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Restoran

2.1.1.Definisi Restoran

Pengertian restoran menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 304 Tahun

1989 tentang : Persyaratan Kesehatan Rumah Makan Dan Restoran pada Bab 1

Ketentuan Umum, restoran adalah salah satu usaha jasa pangan yang bertempat di

sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan peralatan dan

perlengakapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan

makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya.

Menurut Atmodjo 2005, restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang

diorganisasi secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik

kepada semua tamunya baik berupa makan maupun minum. Restoran ada yang

berada dalam suatu hotel, kantor maupun pabrik, dan banyak juga yang berdiri

sendiri di luar bangunan itu.

Sebuah restoran mempersiapkan dan menyajikan makanan, minuman dan

makanan pencuci mulut untuk pelanggan dengan imbalan uang. Makanan

umumnya dilayani dan dimakan di tempat, tapi banyak restoran juga menawarkan

take-out (dibawa pulang) dan jasa pengiriman makanan. Restoran sangat

bervariasi dalam penampilan dan penawaran, termasuk berbagai masakan utama

dan model layanan1.

Restoran tidak hanya memproduksi dan menjual menu makanan dan

minuman namun juga menawarkan jasa kepada konsumen. Hal inilah yang

menyebabkan bisnis restoran adalah bisnis yang unik karena menggabungkan

antara penjualan produk berupa makanan dan minuman dengan usaha yang

memberikan pelayanan jasa kepada konsumennya.

1

(23)

87

2.1.2.Sejarah Perkembangan Restoran2

Perusahaan katering yang dapat digambarkan sebagai restoran dikenal sejak

abad ke-11 di Kaifeng, ibukota utara China selama paruh pertama Dinasti Song

(960-1279). Dengan populasi lebih dari 1.000.000 orang, budaya keramahan dan

mata uang kertas, Kaifeng sudah matang untuk pengembangan restoran. Mulai

tumbuh dari rumah teh dan bar yang melayani wisatawan, restoran Kaifeng

berkembang menjadi sebuah industri katering untuk penduduk setempat serta

orang-orang dari daerah lain di China.

Menurut Guinness Book of Records, Sobrino de Botin di Madrid, Spanyol,

adalah restoran tertua di Eropa dibuka pada tahun 1725. Restoran yang pertama di

Amerika Serikat (Jullien's Restarator) dibuka di Boston pada tahun 1794.

Restoran kemudian menyebar dengan cepat di seluruh dunia.

2.1.3. Jenis Restoran

Menurut Atmodjo (2007), terdapat 22 macam-macam tipe restoran, yaitu:

1) A’la Carte Restaurant : terdapat berbagai macam makanan, dan tamu bebas

memilih sendiri makanan yang akan dimakan. Tiap-tiap makanan di dalam

restoran ini mempunyai harga sendiri-sendiri.

2) Coffee Shop atau Brasserie : suatu restoran yang pada umumnya

berhubungan dengan hotel, suatu tempat di mana tamu bisa mendapatkan

makan pagi, makan siang dan makan malam secara cepat dengan harga yang

terjangkau. Dengan penyajian yang diutamakan adalah kecepatannya,

makanan-makanan sudah diatur pada piring penyajian masing-masing

terkadang juga dalam bentuk prasmanan.

3) Table D’hite Restaurant : restoran ini menjual menu lengkap mulai dari

makanan pembuka hingga makanan penutup, dengan harga yang telah

ditetapkan pula.

4) Cafetaria atau Café : restoran ini mengutamakan penjualan kue-kue,

makanan kecil, dan minuman kopi dan teh, pilihan makanan yang ditawarkan

sangat terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.

2

(24)

88

5) Canteen : restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik, atau sekolah,

tempat di mana para pekerja dan para pelajar bisa mendapatkan makan siang

dan disertai makanan kecil untuk selingan jam kerja, jam belajar ataupun

dalam rapat-rapat dan seminar.

6) Continental Restaurant : suatu restoran yang menitikberatkan hidangan dan

dengan pelayanan yang megah. Suasananya santai, susunannya agak rumit

dengan berbagai peraturan, disediakan bagi tamu yang ingin makan secara

santai atau rileks.

7) Carvery : suatu restoran yang sering berhubungan dengan hotel. Makanan

yang disediakan adalah berbagai hidangan panggang, dan konsumen dapat

mengiris atau mengambil hidangannya sendiri.

8) Dining Room : terdapat di hotel kecil, motel atau Inn, merupakan tempat

makan yang sangat ekonomis. Dining Room pada dasarnya disediakan untuk

para tamu yang tinggal di hotel itu, namun juga terbuka bagi konsumen dari

luar.

9) Discotheque : suatu restoran yang pada dasarnya berarti juga tempat dansa

sambil menikmati alunan musik. Bar adalah salah satu fasilitas utama untuk

sebuah diskotik sehingga menyediakan minuman beralkohol. Hidangan yang

tersedia pada umumnya berupa makanan ringan.

10) Fish and Chip Shop : suatu restoran yang banyak terdapat di Inggris, di mana

dapat dibeli macam-macam kripik dan ikan goreng. Biasanya makanan

langsung dibawa pulang, sehingga makanannya tidak dinikmati di tempat itu.

11) Grill Room (Rotisserie) : suatu restoran yang menyediakan

bermacam-macam daging panggang. Pada umumnya antara restoran dengan dapur

dibatasi oleh sekat dinding kaca sehingga para tamu dapat memilih sendiri

potongan daging yang diinginkan dan melihat sendiri bagaimana

memasaknya. Restoran ini juga disebut sebagai Steak House.

12) Inn Tavern : suatu restoran dengan harga terjangkau dan suasananya dibuat

(25)

89

13) Night Club/Super Club : suatu restoran yang pada umumnya mulai dibuka

menjelang larut malam, menyediakan makan malam bagi tamu-tamu yang

ingin santai. Dekorasi mewah, pelayanan megah, band merupakan

kelengkapan yang diperlukan. Para tamu dituntut berpakaian resmi dan rapi

sehingga menaikkan gengsi.

14) Pizzeria : suatu restoran yang khusus menjual pizza. Kadang-kadang juga

berupa spaghetti serta makanan khas Italia yang lain.

15) Pan Cake House/Creperie : suatu restoran yang khusus menjual Pan Cake

serta Crepe yang diisi dengan berbagai macam manisan di dalamnya.

16) Pub : merupakan restoran yang menyediakan minuman beralkohol dan baru

buka pada tengah malam. Konsumen dapat menikmati sambil berdiri atau

sambil duduk di meja makan. Hidangan yang tersedia berupa makanan

ringan.

17) Snack Bar/Café/Milk Bar : semacam restoran yang sifatnya tidak resmi

dengan pelayanan cepat, di mana konsumen mengambil makanan mereka di

atas baki yang diambil dari atas counter dan kemudian membawanya ke meja

makan. Para tamu bebas memilih makanan yang disukainya. Makanan yang

disediakan pada umumnya adalah hamburger, sausages, dan sandwich.

18) Specialty Restaurant : restoran yang suasana dan dekorasi seluruhnya

disesuaikan dengan tipe khas makanan yang disajikan atau temanya.

Restoran-restoran semacam ini menyediakan masakan Cina, Jepang, India,

Italia dan sebagainya. Pelayanan biasanya berdasarkan tata cara negara

tempat asal makanan yang disajikan itu.

19) Terrace Restaurant : suatu restoran yang terletak di luar bangunan, namun

pada umumnya masih berhubungan dengan hotel maupun restoran induk. Di

negara-negara barat pada umumnya restoran tersebut hanya buka pada waktu

musim panas saja. Restoran ini berada pada teras sebuah hotel atau restoran,

dengan menambahkan tenda-tenda.

20) Gourmet Restaurant : suatu restoran yang menyediakan pelayanan makan

dan minum untuk orang-orang yang berpengalaman luas dalam bidang rasa

makanan dan minuman. Keistimewaan restoran ini ialah makanan dan

(26)

90

21) Family Type Restaurant : suatu restoran sederhana yang menghidangkan

makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Konsumen dari restoran

terutama adalah tamu-tamu keluarga maupun rombongan.

22) Main Dining Room : suatu restoran atau ruang makan utama yang pada

umumnya terdapat di hotel-hotel besar, di mana penyajian makanannya

secara resmi, dengan berbagai peraturan yang ketat. Konsumen diharuskan

berbakaian formal untuk mengunjungi restoran ini.

Restoran Daiji Raamen termasuk ke dalam jenis Specialty Restaurant yang

menyediakan menu khas dari jepang dan disain dekorasi seluruhnya disesuaikan

dengan tipe khas makanan yang disajikan. Restoran ini menyediakan menu

andalan berupa berbagai macam ramen atau Mi Jepang. Kelengkapan komponen

ramen dan bahan-bahan yang berasal dari Jepang serta modifikasi ramen oleh

koki Daiji merupakan pembeda restoran ini dengan restoran ramen lainnya.

2.2. Masakan Jepang3

Masakan dan makanan Jepang tidak selalu harus berupa "makanan yang

sudah dimakan orang Jepang secara turun temurun." Makanan orang Jepang

berbeda-beda menurut zaman, tingkat sosial, dan daerah tempat tinggal. Cara

memasak masakan Jepang banyak meminjam cara memasak dari

negara-negara Asia Timur dan negara-negara-negara-negara Barat. Di zaman sekarang, definisi makanan

Jepang adalah semua makanan yang dimakan orang Jepang dan makanan tersebut

bukan merupakan masakan asal negara lain.

Dalam arti sempit, masakan Jepang mengacu pada berbagai jenis makanan

yang khas Jepang. Makanan yang sudah sejak lama dan secara turun temurun

dimakan orang Jepang, tapi tidak khas Jepang tidak bisa disebut makanan Jepang.

Makanan seperti gyudon atau nikujaga merupakan contoh makanan Jepang karena

menggunakan bumbu khas Jepang seperti shōyu, dashidan mirin. Makanan yang

dijual rumah makan Jepang seperti penjual soba dan warung makan kappō juga

disebut makanan Jepang. Makanan yang mengandung daging sapi sering dianggap

bukan masakan Jepang karena kebiasaan makan daging baru dimulai

sejak Restorasi Meiji sekitar 130 tahun lalu. Menurut orang di luar Jepang,

(27)

91

makanan Jepang. Dalam arti luas, bila masakan yang dibuat dari bahan makanan

yang baru dikenal orang Jepang ikut digolongkan sebagai makanan Jepang, maka

definisi masakan Jepang adalah makanan yang dimasak dengan bumbu khas

Jepang.

Ciri khas Masakan Jepang terdapat pada bahan makan dan bumbunya.

Pada umumnya, bahan-bahan masakan Jepang berupa: beras, hasil pertanian

(sayuran dan kacang-kacangan), dan makanan laut. Bumbu berupa dashi yang

dibuat dari konbu, ikan dan shiitake, ditambah miso dan shōyu. Berbeda dengan

masakan negara-negara lain, makanan Jepang sama sekali tidak menggunakan

bumbu berupa rempah-rempah dari biji-bijian (merica) atau penyedap yanng

mengandung biji (seperti cabai) yang harus ditumbuk atau dihaluskan. Masakan

Jepang juga tidak menggunakan bumbu yang berbau tajam seperti bawang putih.

Kacang kedelai merupakan bahan utama makanan olahan. Penyedap biasanya

berupa sayur-sayuran beraroma harum yang dipotong-potong halus atau diparut.

Masakan Jepang umumnya rendah lemak, tapi mengandung kadar garam yang

tinggi. Masakan Jepang mengenal 5 bumbu utama yang harus dimasukkan secara

berturutan sesuai urutan sa-shi-su-se-so yang merupakan singkatan dari:

 gula pasir (sa)  garam (shio)  cuka (su)

 shōyu (seuyu: kecap asin)

 miso (miso: fermentasi rebusan kedelai, beras, atau campuran keduanya dengan garam).

2.2.1. Ramen4

Ramen adalah sup mie yang awalnya diimpor ke Jepang dari China pada

Periode Meiji. Dekade belakangan telah menjadi hidangan yang sangat populer di

Jepang, dan disesuaikan dengan selera Jepang. Restoran ramen, dan ramen instan

(diciptakan tahun 1958) sangat populer baik dalam dan luar Jepang.

Mie Ramen setipis spaghetti dan disajikan dalam sup yang bervariasi

berdasarkan wilayah, kota dan bahkan kios tertentu. Popularitas ramen semakin

(28)

92

pilihan yang ideal bagi wisatawan yang dibatasi anggaran sehingga semakin

mempercepat kepopuleran ramen di luar Jepang.

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai perilaku konsumen khususnya kepuasan dan loyalitas

konsumen pada sebuah restoran sudah pernah dilakukan. Salah satunya Tity (200)

yang melakukan penelitian mengenai analisis kepuasan konsumen pada sebuah

restoran yaitu di Restoran Macaroni Panggang Bogor. Tujuan dari penelitian ini

adalah mengidentifikasi karakteristik konsumen, menganalisis proses

pengambilan keputusan terhadap pembelian produk, dan menganalisis sejauh

mana kepuasan konsumen terhadap atribut produk dan atribut restoran. Hasil

penelitian tersebut adalah atribut yang perlu dipertahankan adalah rasa,

kebersihan, dan kehalalan. Kepuasan konsumen terhadap atribut restoran

diketahui bahwa konsumen merasa puas terhadap kecepatan penyajian, kesesuaian

menu dengan pesanan, penanganan keluhan pengunjung, keramahan, perhatian

dan kesopanan pramusaji, keamanan dan kenyamanan pengunjung, serta

kebersihan dan kerapihan restoran.

Sudarsono (2009), melakukan kajian mengenai tingkat kepuasan dan

loyalitas konsumen di restoran De”leuit di Kota Bogor. Dalam penelitian ini

atribut yang digunakan antara lain untuk pengukuran tingkat kepentingan dan

kinerja adalah tempat parkir, pelayanan, kesigapan dalam menangani konsumen,

kualitas keramahtamahan karyawan restoran, kemampuan karyawan

berkomunikasi dengan konsumen dan pengetahuan karyawan terhadap produk.

3

http://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Jepang 4

(29)

93

Penelitian mengenai kepuasan dan loyalitas konsumen juga dilakukan

Ginting (2009), dengan mengambil tempat di Rumah Makan Dinar, Kota Bogor.

Dalam penelitian ini atribut yang digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan

dan kinerja adalah atribut kesigapan pramusaji, keramahan dan kesopanan

pramusaji, kecepatan penyajian, citarasa, aroma, kehigienisan makanan dan

perlengkapannya, kenyamanan restoran, kebersihan ruang makan, lokasi, porsi

makanan, sarana parkir, dekorasi restoran, penampilan pramusaji, penggunaan

iklan dan harga.

Rahmatillah (2009) juga melakukan penelitian yang sama mengenai

tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen dengan mengambil tempat di Rumah

Makan Sop Buah Pak Ewok di Jalan Bukit Tunggul, Bogor. Atribut yang

digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan dan kinerja dalam penelitian ini

lebih kompleks antara lain perlengkapan makan, toilet, sarana parkir, dan

kecepatan hidangan, citarasa makanan, kehigienisan makanan, harga, kenyamanan

ruang makan, kebersihan ruangan, wastafel, kesigapan pramusaji, keramahan dan

kesopanan pramusaji, porsi makanan, promosi, pemutaran musik, pencahayaan

ruangan, lokasi, aroma masakan, kerapihan pakaian pramusaji, kemudahan dan

kecepatan transaksi pembayaran serta dekorasi.

Penelitian lain mengenai mengenai perilaku konsumen yaitu analisis

persepsi konsumen tentang mutu pelayanan dan produk dalam pengambilan

keputusan konsumsi di sebuah restoran dilakukan oleh Latriani (2007). Penelitian

ini mengambil tempat di restoran Obonk Steak dan Ribs Bogor. hasil penelitian

menunjukkan bahwa lasan konsumen mengkonsumsi steak di Obonk Steak dan

Ribs Bogor adalah karena restoran tersebut memiliki tempat yang nyaman,

harganya murah, rasa yang enak, dan ada juga yang memiliki alasan hanya ingin

mencoba. Sedangkan sumber informasi yang mempengaruhi konsumen untuk

mengkonsumsi steak di Obonk Steak dan Ribs Bogor sebagian besar dari teman.

Penelitian mengenai persepsi konsumen juga dilakukan Septiana (2010).

Penelitian ini berjudul “ Analisis Persepsi konsumen Cokelat Stick pada

Perusahaan Alia Chocolate Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Hasil dari penelitian

tersebut adalah: karakteristik konsumen cokelat stick “Alia Chocolate” dapat

(30)

94

dan jenis pekerjaan. Dihasilkan tiga komponen utama yang mempengaruhi

keputusan pembelian cokelat stick “Alia Chocolate”. Ketiga komponen utama

didapat dari hasil Faktor Analisis dengan metode ekstraksi Principal Component.

Ketiga faktor (komponen utama) tersebut adalah:faktor promosi dan harga

produk, faktor atribut dan kemasan produk, dan faktor distribusi produk.

Konsumen yang melakukan pembelian produk cokelat di bazar memiliki

penilaian yang lebih baik terhadap faktor atribut dan kemasan produk, harga, dan

promosi produk dibandingkan konsumen yang membeli produk di outlet.

Sementara itu, konsumen yang melakukan pembelian di outlet memiliki penilaian

yang lebih baik terhadap faktor distribusi produk dibandingkan konsumen yang

membeli di bazar.

Hamid (2010) dengan judul skripsi “Analisis Faktor yang

Dipertimbangkan dalam Pembelian Steak (kasus pada Waroeng Steak and Shake,

Bogor)”. Penelitian ini mengkaji tentang karakteristik umum konsumen, dengan

hasil konsumen adalah pria dan wanita dengan rentang usia 25-34 tahun dengan

tingkat pendidikan sarjana, pekerjaan adalah pegawai swasta dan mahasiswa

dengan tingkat pendapatan antara Rp 1.500.000 sampai Rp 2.500.000 perbulan.

Dan umumnya responden berstatus belum menikah. Hasil dari analisis faktor

(Analisis komponen Utama) menunjukkan bahwa ada tujuh faktor yang

dipertimbangkan dalam pembelian steak. Faktor pertama adalah rasa steak yang

terdiri dari rasa dan aroma. Faktor kedua adalah kemudahan akses dan

transportasi, faktor ketiga adalah faktor eksternal yang terdiri dari keluarga dan

teman. Faktor yang keempat adalah tampilan steak yang terdiri dari ukuran dan

keragaman menu steak. Faktor kelima adalah atribut restoran yang terdiri dari

penataan dan kebersihan ruangan. Faktor keenam adalah faktor tata cara penyajian

yang terdiri dari bentuk dan kecepatan penyajian, dan faktor ketujuh adalah faktor

promosi yang terdiri dari iklan dan promosi.

Friza (2007) dengan judul skripsi “Analisis Sikap dan Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Memilih Restoran fastfood (kasus

pada restoran KFC Padjajaran dan A&W Botani Square, Bogor)”. Penelitian ini

mengkaji tentang preferensi konsumen terhadap atribut produk dan restoran serta

(31)

95

restoran fastfood dengan menggunakan analisis fishbein. Berdasarkan analisis

Fishbein pada atribut restoran, maka dapat diketahui sikap responden restoran

KFC secara keseluruhan terhadap atribut restoran KFC adalah baik dengan total

skor 232,62, dan pada restoran A&W interpretasi penilaian responden juga baik

dengan total skor 223,93, nilai ini menunjukkan bahwa responden KFC dan A&W

telah merasa puas terhadap atribut restoran yang diberikan oleh pihak restoran

KFC dan A&W.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan responden dalam pemilihan

restoran fastfood digunakan uji diskriminan. Uji diskriminan ini dilakukan pada

semua atribut produk dan atribut restoran. Dengan melakukan uji diskriminan,

didapatkan hasil tiga variabel yang berpengaruh terhadap keputusan konsumen

dalam memilih restoran fastfood yaitu variabel harga makanan, areal parkir dan

rasa makanan yang dihidangkan, ketiga variabel ini kemudian digunakan untuk

membentuk fungsi diskriminan.

Penelitian terdahulu tersebut diatas terkait dengan sikap, preferensi dan

persepsi konsumen, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian

suatu produk oleh konsumen. Hal ini disebabkan akan selalu terjadi perubahan

selera konsumen dari waktu ke waktu, yang memungkinkan perlunya dilakukan

riset pasar secara kontinyu agar menghasilkan produk yang berkualitas sesuai

(32)

96

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsumen

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun

mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan (Undang-Undang No 8 Tahun

1999 tentang perlindungan konsumen). Menurut Sumarwan (2004), konsumen

terdiri dari dua jenis yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi.

Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Konsumen

organisasi terdiri dari organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor

pemerintah dan lembaga lainnya. Semua jenis organisasi ini harus membeli

produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan

organisasinya.

Engel et al. (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan

yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, menghabiskan

produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli

tindakan ini. Menurut Sumarwan (2004), perilaku konsumen adalah semua

kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut

pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan,

produk dan jasa setelah melakukan hal-hal atau kegitan mengevaluasi.

Nicholson (1995) mendefinisikan individu sebagai konsumen adalah para

individu meminta berbagai barang konsumsi dan jasa yang menghasilkan

kesejahteraan. Para ekonom memperlakukan semua barang sebagai suatu yang

memberikan kepuasan kepada konsumen. Konsumen mengkonsumsi barang atau

jasa untuk mendapatkan kepuasan yang optimal.

3.1.2. Karakteristik Konsumen

Beberapa karakteristik demografi yang sangat penting untuk memahami

konsumen menurut Sumarwan (2004) adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan, pendapatan, status pernikahan. Konsumen yang memiliki

(33)

97

yang berbeda. Para pemasar harus memahami karakteristik konsumennya agar

produknya dapat diterima dengan baik oleh konsumen.

1. Usia

Memahami usia konsumen merupakan hal penting karena konsumen yang

memiliki usia yang berbeda dalam mengonsumsi barang atau jasa. Perbedaan usia

ini juga akan menyebabkan perbedaan selera dan kesukaan pada merek tertentu.

Dari sisi pemasaran, semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen.

Namun, pemasar perlu mengtahui dengan pasti apakah usia dijadikan dasar untuk

segmentasi produknya. Jika ya, maka pemasar perlu mengetahui pasar potensial

dari produk atau jasa yang dipasarkannya. Pemasar perlu mengetahui komposisi

dan distribusi usia penduduk dari suatu wilayah atau daerah yang menjadi target

pasarnya.

1. Pendidikan dan Pekerjaan

Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling

berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan apa yang dilakukan

oleh seorang konsumen. Beberapa profesi membutuhkan syarat pendidikan formal

untuk dipilih. Dan selanjutnya, pekerjaan atau profesi yang dipilih konsumen akan

mempengaruhi tingkat pendapatan dari seorang konsumen. Pendapatan dan

pendidikan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi proses keputusan dan pola

konsumsi seseorang.

Tingkat pendidikan seseorang juga mempengaruhi nilai-nilai yang

dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu

masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat

responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam

memilih produk ataupun merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan

selera dari konsumen berbeda. Dari segi pemasaran, semua konsumen dari tingkat

pendidikan yang berbeda adalah konsumen yang potensial. Pemasar harus

memahami kebutuhan konsumen dengan tingkat pendidikan yang berbeda, dan

produk apa yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.

2. Pendapatan

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang konsumen

(34)

98

sumber daya material yang sangat penting bagi konsumen. Karena dengan

pendapatan itulah, konsumen bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah

pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli konsumen. Daya beli ini

akan menggambarkan banyaknya produk atau jasa yang mampu dibeli dan

dikonsumsi oleh konsumen. Karena alasan inilah pemasar perlu mengetahui

pendapatan konsumen yang menjadi sasaran pasarnya, karena pendapatan

konsumen akan menjadi indikator penting besarnya jumlah produk yang bisa

dibeli konsumen

3.1.3. Proses Pembelian

Perilaku manusia dalam melakukan proses pembelian tidak mudah untuk

didefinisikan. Hal ini disebabkan karena terlalu kompleksnya hal-hal yang

mempengaruhi manusia untuk mengkonsumsi atau membeli suatu produk.

Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak

muncul begitu saja, tetapi melalui berbagai tahapan. Menurut Engel, et al. (1994),

terdapat lima tahapan proses keputusan konsumen yaitu pengenalan kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi hasil.

Tahap-tahap keputusan pembelian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber : Engel et al. (1994)

Gambar 2. Perspektif Pemecahan Masalah Mengenai Lima Langkah Dalam

Pengambilan Keputusan Konsumen

1) Pengenalan Kebutuhan

Kebutuhan muncul karena adanya perbedaan antara kondisi atau keadaan

aktual konsumen pada saat sekarang dengan kondisi yang diinginkan. Kebutuhan

ini dipacu oleh adanya rangsangan dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri

Pengenalan Kebutuhan

Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif

Pembelian

(35)

99

(eksternal). Rangsangan internal yaitu kebutuhan dasar yang timbul dari dalam

diri seseorang yang mencapai titik tertentu sehingga menjadi suatu pendorong

untuk memenuhi keinginan tersebut. Rangsangan eksternal yaitu kebutuhan yang

ditimbulkan oleh pihak luar diri sendiri seperti adanya rangsangan pemasaran.

Adanya kebutuhan ini menyebabkan konsumen memulai suatu proses pembelian.

Menurut Engel et al. (1994), pengenalan kebutuhan pada dasarnya

bergantung pada seberapa banyak ketidaksesuaian yang ada diantara keadaan

aktual (situasi konsumen sekarang) dan keadaan yang diinginkan. Ketidak

sesuaian ini melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan dikenali, namun

ketika ketidaksesuaian itu berada dibawah ambang, maka pengenalan kebutuhan

tidak terjadi.

2) Pencarian Informasi

Pada tahapan ini individu berusaha mencari informasi mengenai

produk maupun jasa yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah yang

ada atau untuk memenuhi kebutuhan yang telah disadari. Pencarian ini bisa

terjadi secara aktif maupun terbatas. Hal ini tergantung pada keterlibatan dari

masing-masing konsumen. Pada tahapan ini dimungkinkan terjadi dua macam

pencarian dari individu, yaitu:

1. Internal search

Pencarian eksternal mengacu pada pencarian informasi yang dilakukan

individu mengenai produk atau jasa yang dapat memecahkan

permasalahannya yang berasal dari luar individu. Contohnya adalah melalui

peran teman, iklan, kemasan, laporan konsumen lainnya, personil pemasaran,

dan lain sebagainya.

Menurut Engel et al. (1994), pencarian informasi didefinisikan sebagai

aktifitas termotifasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan atau

(36)

100

melakukan pencarian terhadap pemuas kebutuhan yang potensial. Pencarian

informasi ini dapat bersifat internal ataupun eksternal.

Penacarian dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu situasi, ciri

produk, lingkungan eceran, dan konsumen (Engel et al. 1994). Menurut Kotler

dan Keller (2007) sumber informasi terdiri dari: sumber pribadi, sumber komersil,

sumber umum, dan sumber pengalaman.

3) Evaluasi Alternatif

Tahap ini menggambarkan tahap pengambilan keputusan, dimana

konsumen mengevaluasi berbagai alternatif, dan membuat pertimbangan nilai

yang terbaik, untuk membuat pilihannya. Pada tahap ini konsumen harus; a)

menentukan kriteria evaluasi berbagai alternatif yang akan digunakan untuk

menilai alternatif, b) memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan, c)

menilai kinerja dari alternatif yang dipertimbangkan, dan d) memilih dan

menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir (Engel et al. 1994).

Dalam menentukan evaluasi, konsumen menentukan kriteria. Kriteria

evaluasi merupakan dimensi atau atribut yang dipergunakan dalam menilai

alternatif-alternatif pilihan akhir. Kriteria alternatif yang sering digunakan

konsumen, yaitu: harga, kepercayaan konsumen akan merek, negara asal, dan

kriteria evaluasi yang bersifat hedonik (bersifat kesenangan). Penentuan kriteria

evaluasi tertentu yang akan digunakan oleh konsumen selama pengambilan

keputusan, akan bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah pengaruh

situasi, kesamaan alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan, dan pengetahuan.

Pada tahap pembelian konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau

mengganti yang dapat diterima bila diperlukan. Pada tahap ini, konsumen harus

mengambil tiga keputusan, yaitu kapan membeli, di mana membeli, dan

bagaimana cara membayarnya. Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan

yaitu: niat membeli dan pengaruh lingkungan dan perbedaan individu. Niat

pembelian dibedakan menjadi pembelian terencana dan mendadak (Engel et al.

1994).

Setelah melakukan pembelian, konsumen mengevaluasi apakah alternatif

(37)

101

apabila hasil yang diperoleh sesuai harapan. Sebaliknya konsumen tidak akan

merasa puas bila hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan.

3.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan

Proses keputusan pembelian konsumen tidak terjadi begitu saja, tetapi

dipengaruhi oleh banyak faktor. Engel, et al. (1994) mengungkapkan ada tiga

faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu: 1) faktor

lingkungan meliputi budaya, kelas sosial, pengaruh keluarga, dan situasi, 2) faktor

perbedaan individu meliputi sumberdaya konsumen, motivasi, pengetahuan,

sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi, dan 3) faktor psikologis meliputi

pengolahan informasi, pembelajaran, dan perubahan sikap atau perilaku.

1) Pengaruh Lingkungan

Pengaruh lingkungan memainkan peranan yang cukup besar terhadap

perilaku konsumen. Informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor lingkungan

yang mempengaruhi perilaku konsumen memberikan masukan yang sangat berarti

bagi strategi dan taktik pemasaran sebuah perusahaan. Faktor lingkungan ini

terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi.

a) Budaya

Budaya adalah kumpulan nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi

perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya

bukan hanya yang bersifat abstrak, seperti nilai, pemikiran dan kepercayaan;

budaya bisa berbentuk objek material. Objek material dari budaya disebut sebagai

artifak budaya (cultural artifacts) atau manifestasi material dari sebuah budaya

(Sumarwan 2004). Menurut Engel et al. (1995) beberapa sikap dan perilaku yang

lebih penting yang dipengaruhi oleh budaya yaitu: rasa diri dan ruang, komunikasi

dan bahasa, pakaian dan penampilan, makanan dan kebiasaan makan, waktu dan

kesadaran akan waktu, hubungan (keluarga, organisasi, pemerintah, dan

sebagainya), nilai dan norma, kepercayaan dan sikap, proses mental dan

pembelajaran, dan kebiasaan kerja dan praktek.

b) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri atas

individu dan berbagai nilai, minat dan perilaku yang sama, atau

(38)

102

secara hierarki (Kotler dan Keller 2007). Kelas sosial yang berbeda cenderung

memunculkan perilaku konsumen yang berbeda. Kelas sosial mengacu pada

pengelompokan orang yang sama dalam perilaku mereka berdasarkan posisi

ekonomi dalam pasar. Kelompok status mencerminkan suatu harapan komunitas

akan gaya hidup di kalangan masing-masing kelas dan juga estimasi sosial yang

positif atau negatif mengenai kehormatan yang diberikan pada masing-masing

kelas. Kotler dan Keller (2007) mengemukakan bahwa kelas sosial memilki

beberapa ciri. Pertama, orang-orang di dalam kelas yang sama cenderung

bertingkah laku seragam dibanding dengan kelas sosial yang berbeda. Kedua,

orang-orang merasa menempati posisi yang inferior atau superior di kelas sosial

mereka. Ketiga, kelas sosial seseorang lebih ditandai oleh sekumpulan variabel

bukan satu variabel, seperti pekerjaan, penghasilan, kesejahteraan, pendidikan,

dan pandangan terhadap nilai. Keempat, individu dapat berpindah dari satu kelas

sosial ke kelas sosial lain sepanjang hidupnya.

c) Pengaruh Pribadi

Pengaruh pribadi sangat menentukan keputusan pembelian terhadap

suatu merek produk tertentu. Konsumen yang selektif akan melibatkan diri

mereka dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Pengaruh pribadi

diekspresikan melalui kelompok acuan maupun melalui komunikasi lisan.

Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh

langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang

tersebut. Kelompok yang memilki pengaruh langsung terhadap seseorang

dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan merupakan

kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja, yang

berinteraksi secara terus-menerus dan informal. Kelompok sekunder, seperti

kelompok keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan, yang cenderung lebih

formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin.

Pengaruh pribadi juga diekspresikan melalui pemimpin opini (opinion

leader), yang merupakan orang yang komunikasi informalnya atas produk dapat

memberikan saran atau informasi tentang produk atau jenis produk tertentu,

seperti merek apa yang terbaik atau apa manfaat produk tertentu. Para pemasar

(39)

ciri-103

ciri demografis dan psikografis yang berkaitan dengan kepemimpinan opini,

mengidentifikasi media yang dibaca oleh pemimpin opini, dan mengarahkan

pesan iklan kepada pemimpin opini (Kotler dan Keller 2007).

d) Keluarga

Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting

dalam masyarakat. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang

paling berpengaruh (Kotler dan Keller 2007). Keluarga adalah unit pemakaian

dan pembelian untuk banyak konsumen. Menurut Engel, et. al (1994) keluarga

adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang dihubungkan melalui

darah, perkawinan, atau adopsi, dan yang tinggal bersama.

e) Situasi

Situasi dapat memberikan pengaruh yang kuat dalam perilaku konsumen.

Pengaruh situasi ini dapat timbul dari pengaruh fisik (lokasi, tata ruang, suara,

warna), lingkungan sosial (orang lain), waktu atau momen, tugas (tujuan dan

sasaran), serta keadaan dan suasana hati (kondisi sementara konsumen).

2) Perbedaan Individu

Perbedaan indivudi adalah faktor internal yang menggerakkan dan

mempengaruhi perilaku. Menurut Engel, et. al (1994) terdapat lima cara dimana

konsumen akan berbeda dalam mengambil keputusan belanja sehingga

berpengaruh terhadap perilaku konsumen, yaitu sumberdaya, pengetahuan, sikap,

motivasi, serta kepribadian, gaya hidup, dan demografi.

a) Sumberdaya

Sumberdaya konsumen terdiri atas sumber daya ekonomi, temporal

(waktu) dan kognitif (perhatian). Umumnya terdapat keterbatasan yang jelas pada

ketersediaan setiap sumber daya tersebut, sehingga memerlukan alokasi yang

tepat.

b) Pengetahuan

Secara sederhana, pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang

tersimpan dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan

dengan fungsi konsumen di dalam pasar disebut pengetahuan konsumen (Engel,

et. al 1994). Berdasarkan manfaat yang akan dirasakan oleh pemasar, pengetahuan

(40)

104

atribut produk dan kepercayaan merek), pengetahuan pembelian (dimana membeli

dan kapan membeli) dan pengetahuan pemakaian.

c) Sikap

Sikap konsumen didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh yang

memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan secara konsisten

berkenan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap merupakan

keseluruhan evaluasi yang dilakukan konsumen (Engel, et. al 1994). Sedangkan

Kotler dan Keller (2007) mendefinisikan sikap sebagai evaluasi perasaan

emosional dan kecenderungan tindakan menguntungkan atau tidak

menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa objek atau

gagasan.

d) Motivasi

Motivasi adalah dorongan yang kuat untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu, dalam hal ini untuk melakukan kegiatan pembelian dan

konsumsi. Perilaku yang termotivasi dimulai dari pengaktifan, atau pengenalan

kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang

diinginkan dengan kondisi aktual.

e) Kepribadian, Gaya Hidup, dan Demografi

Menurut Kotler dan Keller (2007) gaya hidup adalah pola seseorang di

dunia yang di ekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan

lingkungannya sebagai konsepsi yang mencerminkan nilai konsumen dan

pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi, dan variabel lainnya.

3) Proses Psikologis

Kotler (2007) menyebutkan bahwa pembelian yang dilakukan dipengaruhi

oleh empat faktor psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan dan

keyakinan, serta pendirian. Sedangkan proses psikologis sendiri meliputi tiga

proses, yaitu pemrosesan informasi, pembelajaran, dan perubahan sikap dan

perilaku.

(41)

105

Pemrosesan informasi menurut Engel, et. al (1994) adalah suatu proses

yang mengacu pada bagaimana stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan dalam

ingatan dan kemudian diambil kembali.

b) Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses dimana pengalaman menyebabkan

perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku. Pembelajaran merupakan

proses memahami bagaimana konsumen belajar. Menurut Kotler dan Keller

(2007) pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari

pengalaman. Sebagian besar perilaku adalah hasil dari belajar.

c) Perubahan Sikap dan Perilaku

Menurut Engel, et. al (1994), perubahan dalam sikap dan perilaku adalah

sasaran pemasaran yang lazim. Proses ini mencerminkan pengaruh psikologis

dasar yang menjadi subyek dari beberapa dasawarsa penelitian yang intensif.

Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dapat digambarkan pada

Gambar 3.

3.1.5. Pemasaran dan Bauran Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu-individu

dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan

melalui penciptaan penawaran dan pertukaran produk-produk yang bernilai.

Definisi pemasaran ini berpijak pada konsep-konsep inti sebagai berikut:

kebutuhan, keinginan, dan permintaan; produk; nilai, biaya dan kepuasan;

pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar; dan pemasaran dan pemasar (Kotler

(42)

106 Sumber : Engel et al. (1994)

Gambar 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen

The American Marketing Association mendefinisikan pemasaran sebagai

satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola

hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para

pemilik sahamnya.

Pemasaran bukan sekedar perluasan dari penjualan, pemasaran sama sekali

bukan aktivitas khusus, tetapi merupakan keseluruhan bisnis yang dilihat dari

sudut pandang hasil akhir yang dicapai, yaitu dari sudut pelanggan. Dalam setiap

bisnis hanya pemasaran dan inovasi yang menciptakan pendapatan yang lain

hanya menciptakan biaya (Ducker 1954, diacu dalam Kartajaya 2002).

Gambar

Gambar 2. Perspektif Pemecahan Masalah Mengenai Lima Langkah Dalam
Gambar 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 5. Struktur Organisasi Restoran Daiji Raamen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang dicapai dalam hal temu kembali secara pribadi maupun online adalah mahasiswa mampu menggunakan sistem temu kembali untuk mendapatkan sumber informasi;

(3) Hasil penyempurnaan Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Sekretaris Daerah setelah dilakukan paraf koordinasi oleh Kepala

Pada hasil analisis regresi berganda yang telah dilakukan, secara parsial 1 variabel independen telah terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen

A to z drug fact EfekSamping Mual; muntah (terutama dalam dosis oral yang besar). selama kehamilan

Sekresi saliva hanya didapat melalui sistem saraf simpatis yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan menurunkan aliran darah ke kelenjar saliva, sehingga sel-sel asini

Berbagai rangkaian sepanjang tahun telah terjadi konflik dualisme antara gerakan pro integerasi dengan pro kemerdekaan yang didasari karena adanya berbeda kepentingan dari

Seluruh dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan bekal pendidikan serta masukan

Di Indonesia, standar untuk perpustakaan adalah merujuk pada Standar Nasional Perpustakaan (Peraturan pemerintah) dan juga Undang-Undang no 43 tahun 2007 tentang