• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI MAHASISWA PADA LAYANAN AMERICAN CORNER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI MAHASISWA PADA LAYANAN AMERICAN CORNER"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI MAHASISWA PADA LAYANAN AMERICAN CORNER DI UPT PERPUSTAKAAN IAIN WALISONGO SEMARANG

MENURUT ASSOCIATION OF COLLEGE AND RESEARCH LIBRARIES

Diajukan

Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Humaniora

Disusun Oleh:

Yusuf Dzul Ikram Al Hamidy A2D008062

PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Yusuf Dzul Ikram Al Hamidy

NIM : A2D008062

Jurusan : S1 Ilmu Perpustakaan

menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan ini adalah benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Selain itu, tidak terdapat karya serupa yang pernah diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan ataupun pada Program Studi lainnya kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini serta disebutkan dalam daftar pustaka. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 7 September 2012

Yang menyatakan,

Yusuf Dzul Ikram Al Hamidy

(3)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Pengalaman adalah guru terbaik

Kupersembahkan skripsi ini untuk:  Kedua orang tuaku

 UNDIP Almamaterku  Teman-temanku

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa pada Layanan American

Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang menurut Association of College and Research Libraries” telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia skripsi

pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 7 September 2012

Semarang, 7 September 2012 Dosen Pembimbing

Heriyanto, S.Sos, MIM NIP.197704082010121001

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah –Nya kepada penulis, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada program studi Sarjana Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.

Penulis menyadari bahwa hanya dengan bimbingan serta bantuan dari beberapa pihak, penulis dapat menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD, sebagai Rektor Universitas Diponegoro

Semarang yang telah memberikan kesempatan studi kepada penulis;

2. Bapak Dr. Agus Maladi Irianto, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang, yang telah memberikan berbagai kemudahan dan fasilitas dalam studi maupun penyusunan skripsi;

3. Ibu Dra. Sri ati, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan;

4. Bapak Heriyanto, S.Sos, MIM, selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi; 5. Seluruh dosen S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Univeritas Diponegoro

Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama mengikuti kuliah; 6. Ibu Dra. Sri ati, M.Si dan Ibu Endang Fatmawati, M.Si, M.A, selaku Dosen penguji yang

telah memberikan saran dan masukan demi sempurnanya skripsi ini;

7. Staf-staf administrasi Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah banyak membantu penulis selama ini;

8. Bapak Miswan, S.Ag, SIP, M.Hum, selaku Kepala UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan ijin studi kepada penulis untuk melakukan penelitian; 9. Bapak Bahrul Ulumi, S.Ag, M.Hum, selaku Pembimbing lapangan di American Corner

UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang;

10. Bapak dan Ibu tersayang yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini; 11. Teman-teman seperjuangan S1 Ilmu Perpustakaan angkatan 2008, terima kasih atas

kerjasamanya selama 4 tahun ini, kalian memang luar biasa;

12. Buat teman seperjuanganku, Supriyono, Swadia Gandi Mahardika, Anshor Uluum id Hudha, yang telah bersama-sama melewati hari hariku sejak awal kuliah sampai saat ini;

(7)

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Semarang, 7 September 2012

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERNYATAAN... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

DAFTAR SINGKATAN... xiii

ABSTRAK... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Waktu dan Tempat Penelitian... 5

1.4 Tujuan Penelitian...5

1.5 Manfaat Penelitian...5

1.6 Batasan Istilah... 6

1.7 Kerangka Pemikiran... 7

1.8 Sitematika Penulisan... 7

BAB II. TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengertian Literasi Informasi... 8

2.2 Tujuan Literasi Informasi... 11

2.3 Manfaat Literasi Informasi... 12

2.4 Kriteria Literasi Informasi ... 14

2.5 Keterampilan Literasi Informasi... 17

2.6 Manfaat Kompetensi Literasi Informasi pada Perguruan Tinggi. 24 2.7 Standar Literasi Informasi pada Perguruan Tinggi... 26

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 34

3.2 Objek dan Subjek Penelitian... 34

(9)

3.4 Informan... 35 3.5 Teknik Pengumpulan Data... 37 3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 38

BAB IV. GAMBARAN UMUM AMERICAN CORNER di UPT PERPUSTAKAAN IAIN WALISONGO SEMARANG

4.1 Sejarah Singkat UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang. 39

4.2 Struktur dan Tugas Pokok Organisasi UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang... 40

4.3 Sejarah American Corner... 41 4.4 Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

American Corner... 42

4.5 Jenis Layanan yang Tersedia di American Corner... 45

4.6 Kegiatan Umum American Corner 46

BAB V. PEMBAHASAN

5.1 Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa... 47 5.1.1 Kemampuan Mahasiswa Menentukan Jenis dan Batas

Informasi... 47 5.1.1.1 Mendefinisikan Informasi yang Ingin Diperoleh... 47 5.1.1.2 Menentukan Jenis Informasi... 48 5.1.2 Kemampuan Mengakses Informasi yang Diperlukan

dengan Efektif dan Efisien... 49 5.1.2.1 Strategi yang Digunakan dalam Mengakses

Informasi... 49 5.1.3 Kemampuan Mengevaluasi Informasi dan Sumbernya Secara

Kritis... 53 5.1.3.1 Menyaring Informasi dari Hasil Penelusuran...53 5.1.3.2 Mengolah Informasi yang Diperoleh... 54 5.1.4 Kemampuan Menggunakan dan Mengkomunikasikan Informasi

dengan Efektif dan Efisien... 55

5.1.5 Kemampuan Memahami Isu Hukum Seputar Penggunaan akses Informasi Secara Etis dan Legal... 56 5.2 Penggunaan Metode yang Efektif dalam Menelusur Informasi.. 57 5.3 Ringkasan Pembahasan... 57

BAB VI. PENUTUP

6.1 Simpulan... 62 6.2 Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Kerangka Pemikiran... 7

Gambar 2: Denah Lokasi UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang... 40

Gambar 3: Denah Lokasi American Corner... 42

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Konsultasi Skripsi... 67

Lampiran 2: Standar Literasi Informasi Menurut Association of College and Research Libraries (ACRL)... 68

Lampiran 3: Pedoman Wawancara... 87

Lampiran 4: Reduksi Data... 88

(12)

DAFTAR SINGKATAN

1. NCLIS : The National Commission on Libraries and Information Science.

2. UNESCO : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization.

3. OPAC : Online Public Access Catalog.

4. WEBPAC : Web Public Access Catalog.

5. ACRL : Association of College and Research Libraries.

6. UPT : Unit Pelaksana Teknis.

(13)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan literasi informasi mahasiswa pada layanan American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang dengan menggunakan standar yang dibuat oleh Association of College and Research (ACRL).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Peneliti menentukan jumlah informan sebanyak 8 mahasiswa yang dipilih menurut kriteria yang ditentukan oleh peneliti yaitu mahasiswa yang mengambil disiplin ilmu non eksak dan sering berkunjung ke American Corner serta mahasiswa yang benar-benar sedang melakukan pencarian informasi di American Corner. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juli 2012.

Hasil analisis menunjukkan literasi informasi yang dimiliki mahasiswa IAIN Walisongo Semarang dengan menggunakan standar penilaian yang dibuat oleh ACRL adalah sebagai berikut: kemampuan yang dimiliki separuh mahasiswa untuk menentukan jenis dan batas informasi dapat dikatakan masih kurang baik. Dalam hal kemampuan dalam mengakses informasi, dapat disimpulkan sebagian besar mahasiswa belum memiliki kemampuan yang baik. Dalam mengevaluasi informasi yang diperoleh secara kritis, mayoritas mahasiswa belum melakukannya dengan baik. Setelah itu, kemampuan sebagian besar mahasiswa dalam menggunakan dan mengkomunikasikan informasi secara efektif dan efisien sudah baik. Terakhir, pemahaman terhadap isu hukum seputar informasi secara etis dan legal dapat dikatakan sudah baik. Dari penjabaran kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa, maka dapat dikatakan literasi informasi mahasiswa IAIN Walisongo Semarang belum baik.

Kata Kunci: Literasi Informasi, Penelusuran Informasi, Association of College and Research,

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Informasi adalah kebutuhan yang harus dipenuhi setiap orang, karena informasi sudah

menjadi kebutuhan utama setiap individu terutama dalam dunia pendidikan. Salah satunya dalam dunia perguruan tinggi. Mahasiswa dituntut untuk memperoleh informasi berupa bahan-bahan yang berhubungan dengan perkuliahan untuk mendukung dan menunjang kegiatan perkuliahan mereka atau dengan kata lain mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri. Saat mencari informasi yang cepat, tepat dan relevan maka seorang mahasiswa harus memiliki kemampuan dalam memperoleh informasi tersebut.

Peserta didik dalam hal ini mahasiswa harus memiliki kemampuan untuk

mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, menyusun, menciptakan, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi kepada orang lain untuk menyelesaikan dan mencari jalan keluar dari suatu masalah. Bila telah memiliki kemampuan tersebut barulah seorang mahasiswa dapat dikatakan memiliki kemampuan literasi informasi.

Pertama kali konsep literasi informasi diperkenalkan oleh Zurkowski (President

Information Industries Association) pada tahun 1974, ketika ia mengajukan sebuah proposal

kepada The National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS), USA. Zurkowski (1974:6) menulis:

“People trained in the application of information resources to their work can be called information literate. They have learned techniques and skill for utilizing the wide range of information tools as well as primary sources in molding information solutions to their problems.”

Merujuk pada tulisannya dapat diartikan orang-orang yang dilatih dalam

mengaplikasikan sumber-sumber informasi untuk pekerjaan mereka dapat disebut dengan

(15)

Kemampuan meliterasi informasi sangat diperlukan karena merupakan bekal pembelajaran seumur hidup bagi mahasiswa karena dengan memiliki kemampuan tersebut dapat menyelesaikan masalah secara kritis, logis, dan tidak mudah percaya terhadap informasi yang diterima dan dapat berinteraksi terhadap informasi yang berbeda-beda. Literasi informasi juga merupakan kunci keberhasilan mahasiswa di era globalisasi informasi.

Semua orang dihadapkan dengan berbagai informasi yang dikemas dalam berbagai bentuk yang bisa diakses dengan mudah dan cepat di era globalisasi informasi. Hal ini menimbulkan ledakan informasi dan disinilah diperlukan kemampuan literasi informasi oleh mahasiswa agar mampu mengikuti perkembangan informasi.

Kemampuan untuk mendapatkan informasi dalam pemenuhan kebutuhan informasi tidak muncul dengan sendirinya, sehingga kemampuan untuk mendapatkan informasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Tingkat kemampuan yang berbeda inilah yang menentukan seberapa baik hasil dari analisis informasi yang ditemukan atau produk informasi yang dihasilkan.

Kemampuan untuk memperoleh, menganalisis, mengolah dan menyajikan informasi merupakan kemampuan yang dimiliki setiap orang tetapi belum tentu semua orang tersebut dikatakan literat terhadap informasi. Seseorang dikatakan mampu mencari informasi dengan baik apabila dia mampu menentukan topik dari kebutuhan informasinya dan mengetahui sumber-sumber informasi untuk memperoleh informasi seperti internet, jurnal, database, dan lain-lain. Sehingga tujuan dari literasi informasi itu adalah untuk mengetahui bagaimana menemukan informasi dan menggunakan informasi tersebut dalam memenuhi kebutuhan

informasinya. Mahasiswa membutuhkan informasi dalam mendukung kegiatan

perkuliahannya. Informasi yang dibutuhkanpun memiliki tingkat keakuratan dan kerelevanan yang lebih tinggi.

(16)

Untuk mengukur kemampuan literasi informasi tersebut dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lima standard literasi informasi dari Association Of College and Research

Libraries (ACRL). Alasan peneliti menggunakan standar ini karena standar ini dapat

digunakan oleh Perguruan Tinggi untuk mengukur kemampuan literasi informasi akademis seperti dosen, mahasiswa, pustakawan dan staf-staf lainnya

Layanan American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang menjadi lokasi penelitian ini. Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan perpustakaan yang bertujuan untuk memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, khususnya staf pengajar dan mahasiswa serta tenaga administrasi perguruan tinggi.

Layanan American Corner adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang bagi mahasiswa. Layanan American Corner khusus bertujuan menyediakan akses informasi berbasis elektronik seperti penelusuran sartikel ilmiah, e-journal dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang mahasiswa lebih merasa nyaman dalam melakukan pencarian informasi di American Corner. Pengguna juga dapat membawa laptop sendiri untuk mengakses internet di layanan American Corner karena tersedia hotspot area. Layanan digital juga menyediakan bantuan penelusuran kepada pengguna layanan digital.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kemampuan literasi informasi mahasiswa dalam memperoleh informasi dan memenuhi kebutuhan informasinya. Penulis ingin melihat bagaimana kemampuan mahasiswa dalam mencari, menganalisis informasi, teknik yang digunakan, dan sumber informasi apa saja yang dipilih dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Oleh sebab itu, penulis memilih judul “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa di Layanan pada American Corner di UPT

(17)

Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang menurut Association of College and Research

Libraries”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan diatas maka permasalahan yang akan penulis angkat dalam penelitian ini adalah:

“Kemampuan literasi informasi mahasiswa pada layanan American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang menurut Association of College and Research

Libraries”.

1.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu untuk penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2012 dan menggunakan layanan American Corner UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang sebagai tempat penelitian.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan literasi informasi mahasiswa pada layanan American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang menurut Association of College and Research Libraries.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Untuk mahasiswa yaitu sebagai bahan untuk lebih mendalami mengenai literasi informasi.

2. Sebagai bahan rujukan untuk pustakawan supaya lebih berperan aktif dalam memberikan arahan kepada pengguna tentang literasi informasi.

(18)

3. Untuk layanan American Corner UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang yaitu sebagai bahan masukan dan kebijakan dalam meningkatkan kemampuan literasi informasi mahasiswa.

1.6 Batasan Istilah

1. Literasi informasi adalah kemampuan yang diperlukan seseorang untuk mengenali kapan informasi diperlukan dan memiliki kemampuan menemukan,

menilai dan menggunakannya secara efektif informasi yang

diperlukan.(ALA,1989)

2. Mahasiswa adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan pada perguruan tinggi. Berdasarkan jenjang studi yang ditempuhnya mahasiswa dapat dikelompokan ke dalam kelompok mahasiswa program Diploma, mahasiswa Strata 1 (S1), Strata 2 (S2) dan mahasiswa Strata 3 (S3).

3. Layanan American Corner adalah program kemitraan antara Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta dengan universitas-universitas terkemuka di Indonesia berupa sebuah layanan yang menyediakan akses untuk mendapatkan informasi mengenai politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan dan kehidupan sosial di Amerika melalui koleksi buku-buku, internet, CD-ROM, DVD, database online dan kegiatan –kegiatan terbuka bagi masyarakat luas.

4. Standar penilaian literasi informasi, untuk menilai literasi informasi individu dalam penelitian ini menggunakan standar literasi yang dikeluarkan oleh

(19)

I.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Sumber: konsep dikembangkan oleh peneliti, 2012

I.8 Sistematika Penulisan

BAB I, Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, permasalahan, waktu dan tempat

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, kerangka pikir, sistematika penulisan. Literasi Informasi Kemampuan literasi informasi mahasiswa Untuk memenuhi kebutuhan informasi Menunjang kegiatan perkuliahan mahasiswa Ledakan informasi Assosiation of College and Research Libraries Peningkatan kebutuhan informasi - Observasi - Wawancara - Dokumentasi Mampu menentukan jenis dan sifat informasi

yang dibutuhkan. Mengakses informasi secara efektif dan efisien

Menggunakan dan mengkomunikasika n informasi dengan efektif dan efisien.

Memahami isu ekonomi, hukum dan sosial sekitar penggunaan dan pengaksesan informasi secara Mengevaluasi informasi dan sumber-sumber secara kritis dan menjadikan informasi yang dipilih sebagai dasar pengetahuan.

(20)

BAB II, Landasan Teori, berisi tentang pengertian literasi informasi, tujuan literasi

informasi, manfaat literasi informasi, kriteria literasi informasi, keterampilan literasi informasi, manfaat kompetensi literasi pada perguruan tinggi, standar literasi pada perguruan tinggi.

BAB III, Metode Penelitian, berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian deskriptif kualitatif studi kasus. Jenis dan sumber data yang dipakai, teknik pengumpulan data.

BAB IV, Gambaran Umum UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, berisi

tentang sejarah UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, sejarah berdirinya American

Corner, struktur organisasi UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, struktur

organisasi American Corner, dan jenis layanan American Corner.

BAB V, Hasil Laporan Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang hasil penelitian,

pembahasan dan analisis data.

(21)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Pengertian Literasi Informasi

Menurut Bundy dalam Hasugian (2009:200) “Literasi informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menganalisis dan memanfaatkan informasi”. Tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas dalam laporan penelitian America Library Association’s Presidental Commite on Information Literacy (1989:1) dikatakan bahwa “information literacy is a set of abilities requiring individuals

to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectivelly the needeed information”.

Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa literasi informasi adalah seperangkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui kapan informasi dibutuhkan, kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi dan menggunakan secara efektif kebutuhan informasinya.

Bila dikaitkan dengan perguruan tinggi, maka penerapan literasi informasi dapat diterapkan oleh mahasiswa, dosen, para peneliti dalam menentukan apa yang mereka butuhkan dan bekerjasama dengan pustakawan dalam menentukan strategi penelusuran informasi.

Berdasarkan perspektif pendidikan oleh Bruce (2003:3) dikatakan bahwa “Information Literacy defines as the ability to access, evaluate, organise and use

information in order to learn, problem-solve, make decisions in formal and informal learning contexts, at work, at home and in educational settings”.

(22)

Bruce (2003:3) menyatakan bahwa literasi informasi merupakan sebuah kemampuan dalam mengakses, mengevaluasi, mengorganisir dan menggunakan informasi dalam proses belajar, pemecahan masalah, membuat suatu keputusan formal dan informal dalam konteks belajar, pekerjaan, rumah maupun dalam pendidikan.

Pertemuan yang diadakan di Mesir pada tanggal 6-9 November 2005 dalam Alexandria Proclamation yang diedit oleh Garner (2006:3) dikatakan bahwa literasi merupakan inti pembelajaran seumur hidup dan merupakan dasar bagi manusia di era digital ini. Dalam laporan ini dikatakan bahwa literasi informasi adalah:

- Kemampuan dasar dalam menentukan kebutuhan informasi, menemukan,

mengevaluasi, membuat dan menerapkan informasi dalam konteks budaya dan sosial. - Sebagai kunci dan pedoman seseorang dalam mengakses informasi secara efektif serta

penggunaan dan pembuatan konten dalam mendukung pembangunan ekonomi, pendidikan, kesehatan, pelayanan manusia dan aspek lainnya.

- Kemampuan dasar dalam mempelajari teknologi informasi. Ini merupakan

kemampuan yang sangat penting karena dengan memahami teknologi informasi maka akan semakin mudah seseorang memenuhi kebutuhan informasinya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nasution (2010:57) sebelumnya mengenai literasi informasi di perguruan tinggi pada mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi USU menunjukkan bahwa program studi yang di dalam kurikulumnya mengandung literasi informasi akan menjadikan mahasiswa menjadi literat terhadap informasi. Ini dapat dilihat dari kemampuan mahasiswanya dalam mengidentifikasi, mengakses, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi.

(23)

Berdasarkan berbagai definisi literasi informasi yang diuraikan di atas maka defenisi literasi informasi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mencari, menemukan, menganalisis, mengevaluasi, mengkomunikasikan informasi yang berfungsi dalam pemenuhan kebutuhan informasi yang akan memecahkan berbagai masalah. Literasi informasi juga didukung oleh peranan perpustakaan dalam memperkenalkan istilah literasi informasi dan memperoleh kemampuan literasi informasi tersebut. Penguasaan teknologi informasi juga akan sangat memudahkan seseorang memiliki literasi informasi. Oleh karena itu, literasi informasi merupakan proses pembelajaran seumur hidup yang akan menjadi bekal seseorang dalam mencari informasi bukan hanya dalam pendidikan.

2.2 Tujuan Literasi Informasi

Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki seseorang terutama dalam dunia perguruan tinggi karena pada saat ini semua orang dihadapkan dengan berbagai jenis sumber informasi yang berkembang sangat pesat, namun belum tentu semua informasi yang ada dan diciptakan tersebut dapat dipercaya dan sesuai dengan kebutuhan informasi para pencari informasi. Literasi informasi akan memudahkan seseorang untuk belajar secara mandiri dimana pun berada dan berinteraksi dengan berbagai informasi.

Literasi informasi juga sangat berguna dalam dunia perguruan tinggi untuk mendukung pendidikan dan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan informasi bagi dirinya sendiri dan memanfaatkan berbagai sumber informasi. Selain itu dengan memiliki literasi informasi maka para peserta didik mampu berpikir secara kritis dan logis serta tidak mudah percaya

(24)

terhadap informasi yang diperoleh sehingga perlu mengevaluasi terlebih dahulu informasi yang diperoleh sebelum menggunakannya.

Menurut Doyle dalam Wijetunge (2005:33) dengan memiliki keterampilan literasi informasi maka seorang individu mampu:

a. Menentukan informasi yang akurat dan lengkap yang akan menjadi dasar dalam membuat keputusan.

b. Menentukan batasan informasi yang dibutuhkan. c. Memformulasikan kebutuhan informasi.

d. Mengidentifikasi sumber informasi potensial. e. Mengembangkan strategi penelusuran yang sukses.

f. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien. g. Mengevaluasi informasi.

h. Mengorganisasikan informasi.

i. Menggabungkan informasi yang dipilih menjadi dasar pengetahuan seseorang. j. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.

Literasi informasi dibutuhkan di era globalisasi informasi agar pengguna memiliki kemampuan untuk menggunakan informasi dan teknologi komunikasi dan aplikasinya untuk mengakses dan membuat informasi. Misalnya kemampuan dalam menggunakan alat penelusuran internet.

Berdasarkan tujuan yang diuraikan di atas, maka literasi informasi memiliki tujuan dalam membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasinya baik untuk kehidupan pribadi (pendidikan, kesehatan, pekerjaan) maupun lingkungan masyarakat.

(25)

2.3 Manfaat Literasi Informasi

Jelaslah bahwa dengan memiliki literasi informasi kita memiliki kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan penelusuran informasi. Menurut Gunawan (2008:3) literasi informasi bermanfaat dalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga pintar saja tidak cukup tetapi yang utama adalah kemampuan dalam belajar secara terus-menerus.

Menurut Adam (2009:1) bahwa terdapat beberapa manfaat literasi informasi yaitu:

1. Membantu mengambil keputusan.

Literasi informasi membantu kita dalam mengambil keputusan untuk memecahkan masalah. Ketika orang tersebut memiliki informasi yang cukup maka orang tersebut dapat mengambil keputusan dengan tepat.

2. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan.

Dengan memiliki kemampuan literasi informasi maka semakin terbuka kesempatan untuk selalu melakukan pembelajaran sehingga dapat belajar secara mandiri.

3. Menciptakan pengetahuan baru.

Seseorang yang memiliki kemampuan literasi informasi akan mampu memilih informasi mana yang benar dan yang salah. Sehingga tidak mudah percaya dengan informasi yang diperoleh dan dengan begitu akan muncul pengetahuan baru.

Menurut Hancock (2004:1) manfaat literasi informasi untuk pelajar adalah pelajar dan guru akan dapat menguasai pelajaran mereka dalam proses belajar mengajar dan

(26)

siswa tidak akan tergantung kepada guru karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan kegiatan mereka di lingkungan belajar. Mahasiswa yang literat juga akan berusaha belajar mengenai berbagai sumber daya informasi dan cara penggunaan sumber-sumber informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas maka dapat dikatakan bahwa literasi informasi bermanfaat di era globalisasi informasi bagi semua orang baik pelajar, pekerja, dan dalam lingkungan masyarakat. Setiap orang yang memiliki literasi informasi maka dapat menciptakan pengetahuan baru dengan menggabungkannya dengan pengetahuan yang sebelumnya ada dan memudahkan dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi berbagai masalah maupun ketika membuat suatu kebijakan.

2.4 Kriteria Literasi Informasi

Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut terdapat beberapa kriteria dalam literasi informasi. Menurut Shapiro dalam Pendit (2007:7) bahwa terdapat 7 (tujuh) keterampilan yang dibutuhkan dalam era digital yaitu:

a. Tool literacy: kemampuan memahami dan menggunakan teknologi informasi secara konseptual dan praktikal, termasuk di dalamnya kemampuan menggunakan perangkat lunak, keras, multimedia yang relevan dengan bidang kerja atau studi. b. Resources literacy: kemampuan memahami bentuk, format, lokasi, dan cara

mendapatkan sumber daya informasi terutama jaringan informasi yang terus berkembang.

c. Social structural literacy: pemahaman tentang bagaimana informasi dihasilkan oleh berbagai pihak di dalam sebuah masyarakat.

d. Research literacy: yaitu kemampuan menggunakan peralatan berbasis teknologi informasi sebagai alat riset.

(27)

e. Publishing literacy: kemampuan untuk menyusun dan menerbitkan publikasi dan ide ilmiah ke kalangan masyarakat dengan memanfaatkan komputer dan internet. f. Emerging technology literacy: kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk

terus menerus menyesuaikan diri dan mengikuti perkembangan tekhnologi dan bersama-sama dengan komunitasnya ikut menentukan arah pemanfaatan tekhnologi informasi untuk kepentingan pengembangan ilmu.

g. Critical literacy: kemampuan melakukan evaluasi secara kritis terhadap untung rugi menggunakan teknologi telematika dalam kegiatan ilmiah.

Sementara itu, menurut Breivik dalam Kuhlthau (1987:12), disebutkan bahwa kriteria literasi informasi yaitu:

a. Kemampuan dan pengetahuan (skill and knowledge)

Literasi informasi dimulai dengan sebuah pengetahuan mengenai sumber informasi dan peralatan dalam memperoleh informasi misal indeks untuk mengakses informasi. Kemampuan dibutuhkan untuk menentukan strategi dan teknik apa yang digunakan dalam mengakses informasi ketika informasi dibutuhkan.

b. Sikap (attitudes)

Karakteristik yang kedua adalah sikap. Sikap ini meliputi ketekunan, perhatian secara detail dan keragu-raguan (misalnya penyebab menerima informasi yang diperoleh).

c. Waktu dan intensitas penggunaan (time and labor intensive)

Salah satu karakteristik yang paling penting adalah waktu dan penggunaan informasi. Kegunaan dari kemampuan ini adalah untuk mengetahui apakah informasi digunakan secara efektif atau tidak.

(28)

d. Pengendali kebutuhan (need driven)

Maksudnya adalah bagaimana seseorang mengidentifikasi informasi yang akan dicari dan bagaimana memecahkan masalah dalam pencarian dan penggunaan informasi.

e. Literasi komputer (computer literacy)

Karakteristik yang dibutuhkan dalam mendukung kemampuan literasi yaitu bagaimana menggunakan teknologi komputer dalam mencari informasi.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat dikatakan bahwa apabila kriteria tersebut dapat terpenuhi oleh seseorang maupun suatu negara maka tingkat keterpakaian terhadap informasi akan tinggi dan tidak ada lagi yang buta terhadap informasi. Namun untuk memenuhi kriteria tersebut diperlukannya bantuan seperti pustakawan. Oleh karena itu, pustakawan juga harus mengerti kriteria tersebut dan menguasai literasi informasi.

2.5 Keterampilan Literasi Informasi

Literasi sangat diperlukan agar dapat hidup sukses dan berhasil dalam era masyarakat informasi dan dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi di dunia pendidikan. Dengan memiliki literasi informasi maka seseorang akan terus berusaha belajar untuk memperoleh informasi dan menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru. Untuk itu ada beberapa langkah-langkah dalam memperoleh kemampuan tersebut.

Menurut Gunawan (2008:9) ada 7 (tujuh) langkah dalam memperoleh kemampuan literasi informasi. Tujuh langkah keterampilan tersebut adalah:

(29)

1. Merumuskan masalah

Langkah awal dalam perumusan masalah adalah mengidentifikasi masalah. Langkah-langkah dalam perumusan masalah adalah:

- Melakukan analisis situasi

Analisis situasi adalah mencari informasi yang dapat diperoleh melalui perpustakaan, toko buku, internet dan pusat-pusat informasi lainnya.

- Brainstroming

Brainstroming adalah teknik yang digunakan dalam mengembangkan dan menciptakan

ide-ide baru untuk penyelesaian suatu masalah.

- Mengajukan pertanyaan

Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong berpikir secara kritis.

- Memvisualisasikan pemikiran (mind mapping)

Kegiatan memvisualisasikan pemikiran dilakukan dengan penggambaran hubungan diantara konsep-konsep.

2. Mengidentifikasi sumber informasi

Sumber-sumber informasi terdiri dari sumber informasi tercetak (buku, jurnal, majalah, laporan penelitian) dan sumber elektronik (melalui internet yaitu jurnal elektronik, buku elektronik, dan informasi-informasi elektronik lainnya). Ada beberapa kriteria penilaian sumber informasi:

(30)

a. Relevansi

Relevansi adalah menilai sejauh mana informasi yang dikandung sesuai dengan topik yang dibahas dan dapat dilihat dari kedalaman dan sumber referensi yang jelas.

b. Kredibilitas

Kredibilitas adalah menentukan sejauh mana sumber informasi dapat dipercaya. Kredibilitas dapat dilihat dari:

- Kredibilitas pencipta dan penanggung jawab

Dilihat dari sejauh mana suatu lembaga dan pencipta menghasilkan karya dan bagaimana latar belakang dari penanggung jawab dan pencipta bisa dilihat dari biografi penanggung jawab.

- Proses pembuatan

Proses pembuatan dapat dilihat dari proses penelaan. Suatu karya akan semakin berkualitas apabila melewati suatu proses penelaan dari para ilmuwan.

- Pemanfaatan

Pemanfaatan sumber informasi dapat dilihat dari seberapa sering orang menggunakan sumber informasi tersebut atau dengan kata lain tingkat pemanfaatannya.

c. Kemuktahiran

Kemutakhiran sumber informasi dapat dilihat dari tahun terbit, keterangan kapan revisi terakhir kali, keterangan kapan revisi secara berkala dan daftar pustaka. Sedangkan kalau

(31)

melalui sumber internet, kemutakhiran dapat dilihat kapan situs tersebut dibuat dan kapan terakhir kali di up date.

3. Mengakses informasi

Langkah langkah dalam mengakses informasi adalah:

a. Mengetahui kebutuhan informasi.

b. Mengidentifikasi alat penelusuran yang relevan seperti di perpustakaan OPAC, Katalog, WEBPAC dan di internet seperti search engine, meta search engine.

c. Menyusun strategi penelusuran misalnya dengan operator boolean.

4. Menggunakan informasi

Sumber informasi yang ditawarkan di era globalisasi informasi sangat banyak tetapi belum semua informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan informasi. Sehingga perlu melakukan seleksi terhadap informasi dengan kriteria sebagai berikut:

a. Relevan

Informasi dikatakan relevan jika sesuai dengan masalah yang dibahas.

b. Akurat

Informasi yang akurat adalah informasi yang tidak menyesatkan. Sehingga untuk membutikannya perlu diperiksa terlebih dahulu.

(32)

c. Objektif

Suatu karya dikatakan objektif apabila berdasarkan fakta dan fenomena yang dapat diamati.

d. Kemutakhiran

Kemutakhiran informasi dapat dilihat dari waktu pengumpulan informasi, waktu publikasi, waktu pemberian hak cipta atau paten, dan waktu publikasi sumber-sumber yang mendukung bila berbentuk tulisan.

e. Kelengkapan dan kedalaman suatu karya

Kelengkapan dan kedalaman suatu karya dapat dilihat dari sejauh mana kemampuan pencipta informasi menguasai bidang tersebut.

5. Menciptakan karya

Penciptaan suatu karya harus berdasarkan persyaratan COCTUC yaitu:

a. Kejelasan (Clarifity)

Suatu karya ditulis harus berdasarkan langkah-langkah, tidak berbelit-belit/langsung ke topik permasalahan, disusun secara logis dan menggunakan sudut pandang yang konsisten.

b. Organisasi (Organization)

Pengorganisasian suatu karya dilakukan dengan cara penyusunan ide-ide yang akan dibahas dalam karya tersebut.

(33)

c. Koherensi dan pertalian (Coherence)

Pertalian suatu karya dapat dilihat dari hubungan yang jelas antara ide-ide maupun gagasan-gagasan yang dibahas dalam topik tersebut.

d. Transisi (Transision)

Transisi diperlukan agar suatu informasi mudah dimengerti. Transisi disebut juga dengan penghubung. Transisi dibuat antara kalimat-kalimat, paragraf ke paragraf dan ide ke ide. Transisi juga bisa dilakukan dengan menggunakan kata ganti.

e. Kesatuan (Utility)

Suatu karya yang baik adalah apabila memiliki satu kesatuan misalnya kalimat demi kalimat dan paragraf demi paragraf.

f. Kepadatan (Conciseness)

Kepadatan suatu karya dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunan kata-kata atau frase-frase berlebihan dan berbelit-belit. Plagiarisme merupakan hal yang harus dihindari dalam menciptakan suatu karya. Hal ini dilakuka n dengan mencantumkan sumber informasi yang diambil setiap kali digunakan.

6. Mengevaluasi

Kegiatan mengevaluasi suatu karya dapat dilakukan dengan membaca karya yang akan dievaluasi. Kita harus membaca secara teliti agar dapat melihat kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul baik pada bagian pendahuluan, isi dan penutup.

(34)

7. Menarik pelajaran

Pelajaran dapat diperoleh berdasarkan kesalahan-kesalahan, kegagalan-kegagalan dan pengalaman baik pengalaman sendiri maupun orang lain. Pelajaran ini juga dilakukan dengan membuat sebuah catatan mengenai apa saja yang telah dilakukan dan dipelajari.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa untuk memperoleh literasi informasi seseorang harus menguasai dan mempelajari langkah-langkah dalam memperoleh kemampuan literasi informasi. Apabila langkah-langkah literasi informasi tersebut dikuasai maka kemampuan literasinya akan semakin meningkat.

2.6 Manfaat Kompetensi Literasi Informasi pada Perguruan Tinggi

Pendidikan berperan dalam menjadikan seseorang literat terhadap informasi sehingga semua orang dapat memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhannya. Saat ini literasi informasi merupakan menjadi komponen yang penting di perguruan tinggi. Breivik (1991:1) menyarankan agar literasi informasi menjadi bagian penting dalam pendidikan. Proses tersebut akan berjalan dengan baik bila didukung oleh kompetensi literasi informasi.

Seperti penelitian yang dilakukan Tarigan (2009:43) sebelumnya mengenai studi deskriptif tentang literasi informasi mahasiswa departemen studi psikologi Fakultas Kedokteran USU menunjukkan bahwa kemampuan literasi mahasiswa departemen studi psikologi Fakultas Kedokteran USU masih kurang sehingga harus ada kerjasama antara departemen studi psikologi USU dan Perpustakaan USU untuk mengadakan bimbingan literasi informasi atau orientasi perpustakaan guna menciptakan mahasiswa yang literat informasi.

(35)

Menurut Association of College and Research Libraries (ACRL) (2000:4), literasi informasi pada perguruan tinggi bermanfaat dalam pembelajaran sepanjang hayat yang akan menjadi dasar dalam pekerjaan dan karier di masa yang akan datang.

Menurut Gunawan (2008:3) literasi informasi dibutuhkan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi yang mengharuskan peserta didik untuk memanfaatkan sumber informasi dalam berbagai format.

Hal yang sama juga dikatakan oleh California State University dalam Hasugian (2009:204) bahwa manfaat kompetensi literasi informasi dalam dunia perguruan tinggi yaitu:

a. Menyediakan metode yang telah teruji untuk dapat memandu mahasiswa ke berbagai sumber informasi yang terus berkembang. Sekarang ini individu berhadapan dengan informasi yang beragam dan berlimpah. Informasi tersedia melalui perpustakaan, sumber-sumber komunitas, organisasi khusus, media dan internet.

b. Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Lingkungan belajar yang proaktif mensyaratkan setiap mahasiswa memiliki kompetensi literasi informasi. Dengan keahlian informasi tersebut maka mahasiswa akan selalu dapat mengikuti perkembangan bidang ilmu yang dipelajarinya.

c. Menyediakan perangkat tambahan untuk memperkuat isi perkuliahan. Dengan kompetensi literasi informasi yang dimilikinya maka mahasiswa dapat mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan perkuliahan sehingga dapat menunjang isi perkuliahan tersebut.

d. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup adalah misi utama dari institusi pendidikan tinggi. Dengan memastikan bahwa setiap individu memiliki kemampuan intelektual dalam berfikir secara kritis yang ditunjang dengan kompetensi informasi yang dimilikinya maka individu dapat melakukan pembelajaran seumur hidup secara mandiri.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka diketahui bahwa literasi informasi merupakan kunci utama di perguruan tinggi dalam meningkatkan pengetahuan peserta didik. Mahasiswa yang memahami literasi informasi akan mampu belajar secara mandiri,

(36)

berhadapan dengan berbagai sumber informasi dan menjadi bekal dalam pelaksanaan pembelajaran sepanjang hayat di era globalisasi informasi ini.

2.7 Standar Literasi Informasi pada Perguruan Tinggi

Standar ini dikaji oleh Komite Standar ACRL dan disetujui oleh Dewan Direksi

Association of College and Research Libraries (ACRL) pada 18 Januari 2000. ACRL

telah mengeluarkan lima standar literasi informasi dalam dunia perguruan tinggi dan kelima standar tersebut memiliki 20 indikator. Standar literasi ini berisi daftar sejumlah kemampuan yang digunakan dalam menentukan kemampuan seseorang dalam memahami informasi. Dalam standar ini terdapat cara bagaimana mahasiswa dapat berinteraksi dengan informasi. Standar ini juga digunakan oleh fakultas, pustakawan dan staff lainnya dalam mengembangkan metode untuk mengukur pembelajaran mahasiswa sesuai dengan misi institusi tersebut. Indikator tersebut dapat dilihat di lampiran 2 tentang standar literasi informasi menurut Association of College and Research Libraries (ACRL).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Siregar (2008:63) sebelumnya mengenai perbandingan model literasi informasi untuk pendidikan tinggi Standar ACRL layak dijadikan pustakawan sebagai acuan dalam pembuatan model literasi dan bisa diadaptasikan dengan situasi dan kondisi istitusi. Elemen dalam standar lebih baik dicocokkan dengan kebijakan institusi, anggaran dan pertanggungjawabannya serta prioritas kebutuhan.

Standar literasi informasi ACRL (2000:8) tersebut yaitu:

1. Mahasiswa yang literat informasi mampu menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan.

(37)

b. Mahasiswa mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk sumber informasi yang potensial.

c. Mahasiswa mempertimbangkan biaya dan keuntungan yang diperoleh dari informasi yang dibutuhkan.

d. Mahasiswa mengevaluasi kembali sifat dan batasan informasi yang dibutuhkan. 2. Mahasiswa yang literat informasi mengakses kebutuhan informasi secara efektif dan

efisien.

a. Mahasiswa memilih metode penelitian dan sistem temu kembali informasi yang paling tepat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.

b. Mahasiswa membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang efektif.

c. Mahasiswa melakukan sistem temu kembali secara online atau pribadi dengan menggunakan berbagai metode.

d. Mahasiswa memperbaiki strategi penelusuran jika diperlukan.

e. Mahasiswa mengutip, mencatat dan mengolah informasi dan sumber-sumbernya. 3. Mahasiswa yang literat mengevaluasi informasi dan sumber-sumber secara kritis dan

menjadikan informasi yang dipilih sebagai dasar pengetahuan.

a. Meringkas ide utama yang dikutip dari informasi yang dikumpulkan.

b. Mahasiswa menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.

c. Mahasiswa mampu mensintesis ide utama untuk membangun konsep baru.

d. Mahasiswa membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama untuk menentukan nilah tambah, kontradiksi, atau karakteristik informasi unik lainnya dari informasi.

e. Mahasiswa menentukan apakah pengetahuan baru memberi dampak terhadap sistem nilai individu dan mengambil langkah-langkah untuk menyatukan perbedaan. f. Mahasiswa menentukan bila query perlu direvisi.

4. Mahasiswa yang literat menggunakan dan mengkomunikasikan informasi dengan efektif dan efisien.

a. Mahasiswa menerapkan informasi baru dan yang lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil.

(38)

b. Mahasiswa merevisi proses pengembangan untuk hasil.

c. Mahasiswa mengkomunikasikan hasil secara efektif kepada orang lain.

5. Mahasiswa yang literat informasi memahami isu ekonomi, hukum dan sosial sekitar penggunaan dan pengaksesan informasi secara etis dan hukum.

a. Mahasiswa memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial mengenai informasi dan teknologi informasi.

b. Mahasiswa mematuhi hukum, peraturan, kebijakan intitusi, dan etika yang berhubungan dengan pengaksesan dan penggunaan sumber informasi.

c. Mahasiswa mengetahui penggunaan sumber-sumber informasi dalam

mengkomunikasikan informasi.

Hasil yang dicapai pada standar pertama dalam hal mendefinisikan dan menyampaikan kebutuhan informasinya adalah mahasiswa mampu berdiskusi dengan pengajar, mengikuti diskusi-diskusi termasuk diskusi kelas dan elektronik dalam merumuskan kebutuhan informasi; menjelajahi sumber informasi; mengidentifikasikan kebutuhan informasi dan mengidentifikasikan konsep dan kata kunci untuk menjelaskan informasi yang dibutuhkan.

Hasil yang dicapai dalam hal mengidentifikasi berbagai jenis bentuk sumber informasi adalah mahasiswa mengetahui bagaimana proses informasi dihasilkan, disusun dan disebarkan; mengidentifikasi nilai dan perbedaan setiap sumber informasi (misalnya buku, situs web); mengidentifikasi kemutakhiran informasi; dan dapat membedakan mana sumber informasi primer dan sumber informasi sekunder serta cara penggunaanya.

Hasil yang dicapai dalam hal mempertimbangkan biaya dan keuntungan diperoleh dari informasi yang dibutuhkan adalah mahasiswa mampu membuat keputusan dalam memperluas proses pencarian (misalnya meminjam ke perpustakaan lain, menggunakan

(39)

kata kunci lain); belajar sebuah bahasa baru dan kemampuan baru; dan membuat proses perencanaan dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Hasil yang dicapai dalam mengevaluasi dan menentukan jenis dan batasan sumber informasi adalah mampu memperjelas dan memperbaiki masalah.

Hasil yang dicapai pada standar kedua dalam memilih metode penelitian yang sesuai untuk mengakses informasi penelitian adalah mampu mengidentifikasi metode penelitian; meneliti ruang lingkup, isi dan sistem penelusuran.

Hasil yang dicapai dalam hal menerapkan dan memilih strategi penelusuran adalah mahasiswa mampu mengidentifikasi kata kunci, sinonim dan istilah lainnya; menyeleksi kosa kata terkendali dan menerapkan strategi penelusuran (misalnya menggunakan

operator boolean, truncation dan proximity).

Hasil yang dicapai dalam hal temu kembali secara pribadi maupun online adalah mahasiswa mampu menggunakan sistem temu kembali untuk mendapatkan sumber informasi; menggunakan layanan lain untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan; dan menggunakan surat, survei dan wawancara dalam mendapatkan informasi primer.

Hasil yang dicapai dalam hal memperbaiki strategi penelusuran jika diperlukan adalah mahasiswa mampu menilai kerelevansian informasi yang diperoleh dengan kebutuhan informasi, melakukan penelusuran ulang dan menggunakan strategi baru dalam penelusuran informasi.

Hasil yang dicapai dalam hal mengutip, mencatat dan mengolah informasi dan sumber-sumbernya adalah mahasiswa mampu mencatat kutipan informasi yang terkait

(40)

untuk dipakai sebagai rujukan dan menggunakan berbagai teknologi informasi untuk mengelola informasi yang diperoleh.

Hasil yang dicapai pada standar ketiga dalam meringkas ide utama yang dikutip dari informasi yang dikumpulkan adalah mahasiswa mampu menentukan ide utama dan mengenali materi dari informasi yang dibutuhkan.

Hasil yang dicapai dalam menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya adalah mahasiswa mampu mengevaluasi informasi dari segi reabilitas, validitas, ketepatan waktu; mengenali konteks budaya, konteks fisik dan konteks lainnya yang berkaitan dengan terciptanya informasi.

Hasil yang dicapai dalam mensintesis ide utama untuk membangun konsep baru adalah mahasiswa mampu mengenali hubungan antar konsep dan menggabungkannya serta kemampuan dalam memanfaatkan komputer dan teknologi lain (seperti multimedia, audio visual).

Hasil yang dicapai dalam membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama untuk menentukan nilah tambah, kontradiksi, atau karakteristik informasi unik lainnya dari informasi adalah mahasiswa mampu menarik kesimpulan dari informasi yang diperoleh serta melakukan pengujian terhadap teori yang diperoleh berdasarkan disiplin ilmunya dan memadukan antara pengetahuan yang sebelumnya dengan informasi yang diperoleh.

Hasil yang dicapai dalam menentukan apakah pengetahuan baru memberi dampak terhadap sistem nilai individu adalah mahasiswa mampu menentukan apakah informasi yang diperoleh bisa dimanfaatkan atau tidak.

(41)

Hasil yang dicapai dalam membuktikan kebenaran dari pemahaman dan interpretasi informasi melalui diskusi dengan individu lain, para ahli dan praktisi adalah mahasiswa mampu mengikuti diskusi-diskusi, komunikasi elektronik (misalnya: jejaringan sosial) dan mencari berbagai pendapat para ahli melalui berbagai mekanisme (misalnya wawancara dan email).

Hasil yang dicapai dalam menentukan apakah query adalah mahasiswa mampu meninjau ulang strategi penelusuran dan sarana pencari informasi jika diperlukan.

Hasil yang dicapai dalam menerapkan informasi baru dan yang lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil adalah mahasiswa mampu menciptakan pengetahuan baru dan mengintregasikan informasi yang baru dan yang sebelumnya sudah ada dalam mendukung tujuan penulisan karya

Hasil yang dicapai pada standar empat dalam mengkomunikasikan informasi kepada orang lain secara efektif adalah mahasiswa mampu memilih media dan bentuk komunikasi dalam menciptakan dan menampilkan suatu karya.

Hasil yang dicapai dalam mengkomunikasikan informasi kepada orang lain secara efektif adalah mahasiswa mampu memilih media dan bentuk komunikasi dalam menciptakan dan menampilkan suatu karya.

Hasil belajar yang dicapai pada standar lima dalam memahami isu-isu ekonomi, politik, sosial mengenai informasi dan teknologi informasi adalah mahasiswa mampu mendiskusikan isu-isu yang berkaitan dengan kerahasiaan dan keamanan pada media elektronik dan cetak dan memahami hak cipta.

(42)

Hasil belajar yang dicapai dalam mematuhi hukum, peraturan, kebijakan intitusi, dan etika yang berhubungan dengan pengaksesan dan penggunaan sumber informasi adalah mahasiswa mampu berpartisipasi dalam diskusi-diskusi elektronik; menggunakan kata sandi dan bentuk pengenalan lainnya yang resmi untuk mengakses sumber informasi; dan menunujukkan pemahaman mengenai plagiarisme.

Hasil belajar yang dicapai dalam mengetahui penggunaan sumber-sumber informasi dalam mengkomunikasikan informasi adalah mahasiswa mampu memilih gaya pencatatan dokumen dan menggunakan secara konsisten dan mendapatkan izin tertulis dalam hal hak cipta (ACRL, 2008:8).

Lima standar beserta indikator-indikator di atas berguna bagi akademis seperti mahasiswa, dosen pustakawan dan staff lainnya dalam menentukan dan mengetahui apakah seseorang dapat dianggap memiliki kemampuan literasi informasi. Dengan memiliki kompetensi standar literasi tersebut maka mahasiswa akan lebih peka terhadap kebutuhan informasi. Oleh karena itu, untuk memperoleh kompetensi tersebut sangatlah diperlukan peranan institusi dan perpustakaan dalam meningkatkan kemampuan pemahaman informasi untuk meningkatkan pembelajaran dan efektifitas institusi. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan lima standar literasi informasi tersebut sebagai indikator untuk mengukur kemampuan literasi informasi mahasiswa IAIN Walisongo Semarang.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai maksud, cara kerja sistematis untuk memudahkan pelaksanaan sebuah kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Dengan demikian metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode yang digunakan dalam penelitian (Sulistyo-Basuki, 2010: 22).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Sulistyo-Basuki (2010:110) mengatakan bahwa penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat yang cukup dari semua aktivitas, objek, proses, dan manusia. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan fakta dan data secara valid untuk memberikan gambaran mengenai permasalahan yang diteliti. Kategori bentuk yang digunakan dalam penelitian deskriptif ini adalah studi kasus. Sulistyo-Basuki (2006:113) menyatakan studi kasus merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu yang dimungkinkan untuk memahami hal tertentu.

3.2. Objek dan Subjek Penelitian

Yang dijadikan objek penelitian ini adalah kemampuan literasi informasi mahasiswa, sedangkan subjek penelitiannya adalah pegawai American Corner dan mahasiswa.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah: 1. Data Primer

Data yang didapat dari sumber informan pertama yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Ini diperoleh melalui

(44)

wawancara dengan pegawai yang ada dalam American Corner yang dianggap tahu mengenai masalah dalam penelitian. Data primer ini antara lain:

- Catatan hasil wawancara

- Hasil observasi ke lapangan secara langsung dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian

- Data-data mengenai informan 2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini digunakan untuk mendukung infomasi primer yang diperoleh baik dari dokumen, maupun dari observasi langsung ke lapangan. Data sekunder antara lain: sejarah berdirinya perpustakaan dan perkembangannya, fasilitas yang dimiliki, dan koleksi perpustakaannya.

3.4. Informan

Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan pada populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial dalam kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, partisipan atau informan.(Sugiyono, 2010:50).

Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan tersebut.

(45)

Metode penentuan informan yang penulis pakai adalah purposive sampling. Purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2009:218). Sampel diambil secara purposive dengan maksud tidak harus mewakili seluruh populasi, sample yang diambil memiliki pengetahuan yang cukup serta mampu

menjelaskan keadaan sebenarnya tentang obyek penelitian. Dengan menggunakan

purposive sampling, diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan

penelitian yang akan dilakukan.

Kriteria informannya adalah mahasiswa yang mengambil disiplin ilmu non eksak dan sering berkunjung ke American Corner serta mahasiswa yang benar-benar sedang melakukan pencarian informasi di American Corner UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang.

Peneliti menentukan informan berdasarkan arahan dari pustakawan American Corner, yaitu siapa saja yang sering berkunjung dan menggunakan layanan.

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah delapan mahasiswa IAIN Walisongo Semarang. Delapan mahasiswa tersebut diambil dari mahasiswa yang berkunjung dan menggunakan fasilitas American Corner.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Ketiga teknik tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Observasi

“Pada observasi ini, peneliti mengamati peristiwa, kejadian, pose, dan sejenisnya disertai dengan daftar yang perlu diobservasi” (Sulistyo-Basuki, 2010:149)

(46)

2. Wawancara

“Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada responden untuk mendapatkan informasi” (Musa dan Nurfitri, 1988:49)

3. Dokumentasi

“Pengumpulan data diperoleh dari buku-buku dan internet yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang” (Sugiyono, 2009:240)

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Untuk menganalisis penelitian ini, maka dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan informasi, melalui wawancara, maupun observasi

langsung.

2. Reduksi. Langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah penelitian.

3. Penyajian. Setelah informasi dipilih maka disajikan bisa dalam bentuk tabel, dan uraian penjelasan.

(47)

BAB IV

GAMBARAN UMUM AMERICAN CORNER di UPT PERPUSTAKAAN IAIN WALISONGO SEMARANG

4.1 Sejarah Singkat UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang

Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan IAIN Walisongo Semarang. Perpustakaan ini dibuka secara resmi pada tanggal 15 September 1973, tiga tahun setelah peresmian lembaga induknya (IAIN).

Pada awal berdirinya, perpustakaan menempati satu ruangan di gedung kampus IAIN, Jl. Ki Mangunsarkoro No. 17 Semarang. Tahun 1976 IAIN pindah ke kampus baru di Jrakah dan perpustakaan menempati dua ruangan di gedung C. Selanjutnya pada tahun 1979 perpustakaan menempati gedung tersendiri (yang saat ini menjadi gedung pascasarjana). Pada awal tahun 1994 perpustakaan pindah ke gedung baru berlantai 2 di kampus III, Jl. Prof. Dr. Hamka Km.2 Ngaliyan Semarang hingga sekarang.

Adapun denah lokasi UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang seperti terlihat pada gambar 2 berikut:

(48)

Gambar 2

Denah Lokasi UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang Sumber: diolah oleh peneliti, 2012

4.2 Struktur dan Tugas Pokok Organisasi UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang

Tugas pokok UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang adalah memberikan pelayanan koleksi untuk keperluan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, mengadakan kerjasama antar perpustakaan, membuat rencana pengembangan, mengendalikan, mengevalusai, dan menyusun laporan kepustakaan

Perpustakaan merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Rektor. Perpustakaan terdiri dari: Kepala dan lima Koordinator Bidang. Lima bidang tersebut adalah Bidang Tata Usaha, Layanan Teknis, Layanan Sirkulasi, Layanan Referensi, dan Bidang Otomasi dan Pengembangan.

(49)

UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang juga menyelenggarakan berbagai kegiatan yang bersifat edukatif, intelektual, rekreatif dan kultural seperti seminar, diskusi, bedah buku, talkshow, pemutaran film dan lain-lain yang dilaksanakan baik secara reguler maupun insidental.

4.3 Sejarah American Corner

American Corner merupakan pusat informasi yang dikembangkan atas kerjasama

IAIN Walisongo dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. American Corner mulai

beroperasi pada tanggal 25 Januari 2005 dan terbuka untuk masyarakat umum yang terletak

di lantai dua UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang. American Corner menyediakan

sumber-sumber informasi dalam bentuk buku, jurnal, CD-ROM, DVD dan jurnal elektronik. Jumlah koleksi buku yang ada di American Corner berjumlah 3000 eksemplar. Semua koleksi di American Corner hanya untuk dibaca di tempat atau difotokopi. Pemakai juga dapat mengakses informasi lewat internet yang telah disediakan dengan 4 buah workstation.

Adapun denah lokasi American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang seperti terlihat pada gambar 2 berikut:

(50)

Gambar 3

Denah Lokasi American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang Sumber: diolah oleh peneliti, 2012

4.4 Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi American Corner

Adapun struktur organisasi American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang seperti terlihat pada gambar 4 berikut:

(51)

Gambar 4

Struktur Organisasi American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang Sumber: diolah oleh peneliti dari buku panduan perpustakaan IAIN Walisongo, 2010

Berikut ini adalah tugas dari koordinator American Corner:

 Menyusun program kerja tahunan bidang layanan American Corner.  Mengajukan usulan pengadaan bahan koleksi.

 Mengadakan roundtable discussion sekali dalam satu minggu.

 Mengadakan seminar bekerjasama dengan IRC (Information Resource Center) kedutaan besar Amerika Serikat.

 Mengadakan presentasi beasiswa ke Amerika Serikat.

 Membuat laporan setiap kegiatan ke IRC (Information Resource Center) kedutaan besar Amerika Serikat.

Berikut ini adalah tugas dari staff American Corner:

 Melakukan inventarisasi bahan koleksi.  Mengkatalog bahan koleksi.

Kepala Perpustakaan

Miswan, S.Ag., SIP., M.Hum

Koordinator American Corner

Bahrul Ulumi S.Ag

Staff American Corner

(52)

 Melakukan klasifikasi.

 Melengkapi bahan koleksi dengan label dan barcode.  Melayani penelusuran jurnal ilmiah.

 Membuat laporan statistik kunjungan dan penggunaan fasilitas American Corner setiap bulan IRC (Information Resource Center) kedutaan besar Amerika Serikat.  Membuat laporan kegiatan tahunan.

American Corner melaksanakan tugas-tugas pokok sebagai berikut:

 Menyusun program kerja tahunan bidang layanan American Corner.  Mengajukan usulan pengadaan bahan koleksi.

 Melakukan inventarisasi bahan koleksi.  Mengkatalog bahan koleksi.

 Melakukan klasifikasi.

 Melengkapi bahan koleksi dengan label dan barcode.

 Mengadakan roundtable discussion sekali dalam satu minggu.

 Mengadakan seminar bekerjasama dengan IRC (Information Resource

Center) kedutaan besar Amerika Serikat.

 Melayani penelusuran jurnal ilmiah.

 Mengadakan presentasi beasiswa ke Amerika Serikat.

 Membuat laporan setiap kegiatan ke IRC (Information Resource Center) kedutaan besar Amerika Serikat.

 Membuat laporan statistik kunjungan dan penggunaan fasilitas American

Corner setiap bulan IRC (Information Resource Center) kedutaan besar

Amerika Serikat.

(53)

Adanya American Corner ini memiliki fungsi yaitu menjembatani perbedaan kebudayaan antara Amerika dan Indonesia.

4.5. Jenis Layanan yang Tersedia di American Corner

1. Layanan Internet

Layanan internet American corner merupakan salah satu jenis layanan yang tersedia di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo. Setiap pemustaka yang dating kesana dapat dengan mudah menggunakan fasilitas internet yang tersedia. Dengan adanya layanan internet ini dapat membantu pemustaka dalam penelusuran informasi yang mereka inginkan. Di American corner disediakan 4 buah workstation untuk layanan internet ini.

2. Layanan Baca di Tempat

Layanan baca di tempat ini berisi koleksi cetak berupa referensi dan buku-buku di bidang karya fiksi, bisnis, ilmu sosial dan/atau teknik, politik, pendidikan, dan kebudayaan amerika yang berjumlah 1300 koleksi buku. Akan tetapi, semua koleksi ini hanya untuk dibaca di tempat atau difotokopi.

3. Layanan Multimedia

Layanan ini menyediakan akses ke multimedia seperti produk-produk video dan audio seperti CD dan DVD koleksi musik dan film, dan CD-ROM untuk sumber referensi.

Pemustaka American Corner dapat mengakses jurnal elektronik EBSCO yang memuat lebih dari 7.900 jurnal ilmiah yang tersedia full text yang diterbitkan oleh Biro Informasi Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kandungan DHA dari berbagai sumber bahan pangan alami (diarsir hijau) maupun sumber pangan fortifikasi dapat di­ lihat dalam Tabel 1. Distrik Asologaima, kab Ja

sebesar US$ 37,09 juta sepanjang tahun lalu, atau berbanding terbalik dari posisi rugi bersih US$ 8,31 juta pada 2015. Perseroan menyiapkan belanja modal mencapa US$ 120 juta

Peneliti bertemu dengan pasien untuk melakukan wawancara dan pengisian kuesioner SF-36 RAND untuk mengetahui usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status ekonomi, status

• Sementara itu, untuk tahun fiskal yang di mulai April 2015, Bank Of Japan (BOJ) memangkas proyeksi inflasi menjadi 1% dari 1.7% dan menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi

Sistem pengendalian internal adalah suatu sistem yang terdiri dari kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memastikan bahwa tujuan tertentu suatu satuan usaha dapat

Setiap orang mungkin saja memiliki Whorl, Arch, atau Loop di setiap ujung jari (sidik jari) yang berbeda, mungkin sebuah Triradius pada gunung dari Luna dan di bawah setiap jari,

Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis learner autonomy yang dikembangkan dinyatakan layak untuk meningkatkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bencana longsor lahan di Kecamatan Cikoneng adalah: 1) Lereng yang curam dengan kemiringan lebih dari 25%, 2) Jenis batuan