• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengkajian agribisnis sapi perah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "pengkajian agribisnis sapi perah"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHI R TAHUN 2014

PENGKAJI AN SI STEM USAHA AGRI BI SNI S

SAPI PERAH PADA SENTRA PENGEMBANGAN

DI PROVI NSI BENGKULU

Zul Efendi, S.Pt

KEMENTERI AN PERTANI AN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan

Akhir Tahun 2014 Kegiatan Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah Pada

Sentra Pengembangan di Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat

sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai

bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2014. Kegiatan fisik yang

dilaksanakan meliputi: 1) Koordinasi dengan Dinas Peternakan Provinsi dan

kabupaten; 2) FGD dan Survei usahatani sapi perah dan usaha lain yang

mendukung pada dua kabupaten, 3) Sosialisasi pembuatan pakan tambahan di

Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong. Sampai bulan Desember 2014 realisasi

keuangan sebesar 91,54% (Rp. 59.506.300,-) dari target anggaran sebesar Rp.

65.000.000,-Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini

tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat

diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu

pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga laporan ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan pertanian kedepannya.

.

Bengkulu, Desember 2014

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP/ RDHP/ RKTM : Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah pada Sentra Pengembangan di Provinsi Bengkulu.

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : JL. I rian KM, 6,5 Bengkulu 38119

4. Sumber dana : DI PA Tahun 2014

5. Status Penelitian (L/ B) : Lanjutan

6. Penanggung Jawab

a. Nama : Zul Efendi, S.Pt

b. Pangkat/ Golongan : Penata Muda TK I / I I I b

c. Jabatan : Peneliti Pertama

7. Lokasi : Kabupaten Rejang Lebong dan

Kepahiang.

8. Agroekosistem : Lahan Kering

9. Tahun mulai : 2012

10. Tahun Selesai : 2014

11. Output Tahunan : 1. Didapatkan potensi dan peluang

pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

2. Kelayakan finasial ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

3. Dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan peternak sapi perah.

4. Rekomendasi pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu

12 Output Akhir : Diperolehnya data dan informasi

mengenai potensi serta rekomendasi pengembangan usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu

13. Biaya : Rp. 65.000.000,- (Enam Puluh Lima Juta

Rupiah)

(4)

Koordinator Program,

I r. Wahyu Wibaw a, MP, Ph.D NI P. 19690427 199803 1 001

Penanggung Jawab ROPP

Zul Efendi, S.Pt

NI P.19690227 200701 1 001

Mengetahui :

Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,

Dr. I r. Abdul Basit, MS NI P. 19610929 198603 1 003

Kepala BPTP Bengkulu,

(5)

DAFTAR I SI

DAFTAR LAMPI RAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

RI NGKASAN ... x

SUMMARY ... xii

I . PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Keluaran ... 3

I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 4

I I I . METODA ... 6

3.1 Lokasi dan Waktu ... 6

3.2 Metode pengkajian ... 6

3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 6

3.2 Metode Analisis Data ... 7

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 8

4.1. Karakteristik Wilayah ... 8

4.2. Karakteristik Peternak Sapi Perah ... 9

4.3. I dentifikasi Faktor Internal ... 10

4.4. I dentifikasi faktor Ekternal ... 10

4.5. Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis sapi Perah di Provinsi Bengkulu... 17

4.6. Kelayakan Finansial Usaha Ternak sapi Perah di Prov. Bengkulu ... 19

4.7. Analisis Dampak Ekonomi Usaha Sapi Perah ... 21

4.8. Sosialisasi I novasi Teknologi Dalam Meningkatkan Produktivitas Ternak Sapi Perah di Kabupaten Rejang Lebong ... 22

4.9. Sosialisasi Pembuatan Pakan Tambahan Untuk Ternak Sapi Perah ... 23

(6)

KENI RJA HASI L KEGI ATAN ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

ANALI SI S RESI KO ... 31

JADUAL KERJA ... 32

RENCANA ANGGARAN BELANJA ... 33

REALI SASI ANGGARAN ... 34

PERSONALI A ... 35

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik Peternak Sapi Perah di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang sebagai Daerah Sentra Pengembangan Sapi Perah di

Bengkulu ... 9 2. Kekuatan dan Kelemahan Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis Sapi

Perah di Provinsi Bengkulu ... 10 3. Peluang dan Ancaman Pengembangan Sistem Usaha Asaha Agrbisnis

Sapi Perah di Provinsi Bengkulu ... 11 4. Matrik Faktor internal dan Eksternal Strategi Pengembangan Usaha

Ternak sapi Perah di Bengkulu ... 12 5. Analisis QSPM Untuk Pemilihan Alternatif Strategi Peluang Pengembang

an Sapi Perah di Bengkulu ... 13 6. Kepemilikan Sapi Laktasi dan Non Laktasi di Kabupaten Rejang Lebong

Dan Kepahiang ... 20 7. Analisis Usaha Tani Sapi Perah ... 21 8. Dampak Ekonomi Usaha sapi Perah Terhadap Pendapatan Peternak ... 22 9. Daftar Resiko Dalam Pelaksanaan Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis

Sapi Perah Pada Sentra Pengembangan di Provinsi Bengkulu ... 31 10.Daftar Resiko dan Penanganannya dalam Pelaksanaan Pengkajian

Sistem Usaha Agribisnis sapi Perah Pada Sentra Pengembangan di

(8)

DAFTAR LAMPI RAN

Lampiran Halaman

1. Kuisioner Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah pada Sentra Pengembang

an di Provinsi Bengkulu ... 36 2. Kuisioner Survei Pakar Penilaian Faktor I nternal dan Faktor Ekternal ... 42 3. Kuisioner Analisis Dampak Ekonomi Usaha Ternak Sapi Perah Terhadap

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pelaksanaan FGD dengan Pemangku Kebijakan ... 56 2. Pelaksanaan FGD dengan Peternak Sapi Perah ... 56 3. Kondisi Kandang Sapi Perah Milik Kelompok Karya bakti di Kabupaten

Rejang Lebong ... 57 4. Kondisi Kandang Sapi Perah Milik Gapoktan Sumber Mulya di

Kabupaten Kepahiang ... 57 5. Alat Pengolah Susu Segar Milik Gapoktan Sumber Mulya Kabupaten

Kepahiang... 58 6. Alat Penyimpan Susu MI lik Gapoktan Sumber Mulya Kabupaten

Kepahiang... 58 7. Pelaksanaan Survei di kelompok Tani “tani mulya” Kabupaten

Rejang Lebong ... 59 8. Hijauan Pakan Ternak Untuk Sapi Perah ... 59 9. Pembuatan Pakan Tambahan untuk Sapi Perah di Kabupaten

Kepahiang... 60 10. Penyerahan Pakan tambahan Untuk Kelompok Tani ... 60 11. Pembuatan Pakan Tambahan di kelompok Tani Sepakat I I di

Kabupaten Rejang Lebong... 61 12. Tempat Pemasaran Hasil Olahan Susu di Kabupaten Rejang

(10)

RI NGKASAN

1 Judul : Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah pada Sentra Pengembangan di Provinsi Bengkulu.

2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

3 Tujuan : 1. Mengkaji potensi dan peluang pengembangan

usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu 2. Menganalisis kelayakan finansial usaha ternak sapi

perah di Provinsi Bengkulu.

3. Menganalisis dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan petani/ peternak sapi perah

4. Membuat rekomendasi pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

4 Keluaran : 1. Didapatkannya potensi dan peluang

pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

2. Kelayakan finasial usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

3. Dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan petani/ peternak sapi perah. 4. Rekomendasi pengembangan usaha ternak sapi

perah di Provinsi Bengkulu.

5 Prosedur : 1. Desk study

2. Pembuatan Kuisioner

3. Koordinasi dengan instansi terkait 4. Prasurvei

5. Survei

6. Tabulasi dan analisis data 7. Pelaporan

6 Capaian : 1. Fokus Group Diskusi untuk mengetahui potensi dan peluang pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

(11)

8 Dampak : 1. Kegiatan Agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu menjadi lebih berkembang.

2. Pendapatan peternak sapi perah akan semakin meningkat.

9 Jangka waktu : Januari – Desember 2014

10 Biaya : Rp. 65.000.000,- (Enam Puluh Lima Juta Rupiah)

(12)

SUMMARY

1 Title : Agribusiness System Assessment on Dairy Cattle

Development Center in Bengkulu Province

2 Work Unit : Assessment I nstitute for Agricultural Technology (BPTP) Bengkulu.

3 Destination : 1. Assessing potential business development

opportunities and dairy cattle in the province of Bengkulu

2. Analyze the financial feasibility of the dairy cattle business in the province of Bengkulu.

3. Analyze the economic impact of the dairy cattle business income of farmers / dairy farmers

4. Makes recommendations dairy cattle business development in the province of Bengkulu.

4 Output : 1. Obtainment of potential business development

opportunities and dairy cattle in the province of Bengkulu.

2. Eligibility financially dairy cattle business in the province of Bengkulu.

3. Economic impact of the dairy cattle business income of farmers / dairy farmers.

4. Recommendations business development dairy cattle in the province of Bengkulu.

5 Procedure : 1. Desk study

2. Creation Questionnaire

3. Coordination with relevant agencies 4. Prasurvei

5. Survey

6. Tabulation and analysis of data 7. Reporting

6 Achievement : 1. Focus Group discussions to identify potential business development opportunities and dairy cattle in the province of Bengkulu.

(13)

8 I mpact : 1. Activity Agribusiness dairy cows in the province of Bengkulu becomes more developed.

2. Revenue dairy farmers will increase.

9 Period : January-December 2014

(14)

I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sapi perah merupakan salah satu komoditas unggulan peternakan untuk

memenuhi kebutuhan protein hewani berupa susu. Menurut Direktorat Jenderal

Peternakan (2006) susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui

lainnya yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang

aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponen atau ditambah

bahan-bahan lain. Dalam peringatan Hari Susu Nasional tahun 2010 di Lembang,

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Zaenal Bachrudin

mengatakan bahwa produksi susu dalam negeri baru memenuhi 26% konsumsi

nasional. Sebanyak 74% masih dipenuhi oleh susu impor. Karena itu untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut maka produksi dalam negeri harus

ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

Erwidodo (1998); Swastika dkk (2005) menyatakan bahwa peternakan sapi

perah di I ndonesia umumnya merupakan usaha keluarga di pedesaan dalam

skala kecil, sedangkan usaha skala besar masih sangat terbatas dan umumnya

merupakan usaha sapi perah yang baru tumbuh. Komposisi peternak sapi perah

diperkirakan terdiri dari 80 persen peternak kecil dengan kepemilikan sapi perah

kurang dari empat ekor, 17 persen peternak dengan kepemilikan sapi perah

empat sampai tujuh ekor, dan tiga persen kepemilikan sapi perah lebih dari tujuh

ekor.

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang berpotensi

menghasilkan susu di I ndonesia selain Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan

Jawa Timur yang merupakan daerah konsentrasi penghasil susu (Direktorat

Jenderal I ndustri Agro dan Kimia, 2009). Jumlah populasi sapi perah di Provinsi

Bengkulu sebanyak 783 ekor yang tersebar di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten

Lebong sebanyak 9 ekor, Kabupaten Kepahiang 291 ekor serta Kabupaten

(15)

Kesehatan Hewan, 2010). Rendahnya produksi ini disebabkan karena peternak

sapi perah di daerah sentra pengembangan kebanyakan banyak memelihara sapi

perah non produktif dan tidak sebanding dengan jumlah pemeliharaan sapi perah

laktasi. Sapi perah non produktif ini terdiri dari pedet, dara muda ataupun dara

dewasa. Kemampuan sapi perah dalam menghasilkan susu ditentukan oleh faktor

genetik, lingkungan, dan pemberian pakan. Faktor lingkungan yang

mempengaruhi produksi susu antara lain umur, musim beranak, masa kering,

masa kosong, besar sapi, manajemen pemeliharaan dan pakan. Sapi perah umur

dua tahun akan menghasilkan susu sekitar 70 sampai 75 persen dari produksi

susu tertinggi sapi yang bersangkutan. Pada umur tiga tahun akan

menghasilkan susu 80 sampai 85 persen, sedangkan umur empat sampai lima

tahun menghasilkan susu 92 sampai 98 persen (Schmidt dan Hutjuers, 1998

dalam Pradana 2010).

Pemasaran produksi peternak sapi perah di daerah sentra pengembangan

di Provinsi Bengkulu baru meliputi wilayah setempat. Peternak menjual hasil

produksi mereka langsung ke industri rumah tangga dengan harga Rp

5.000,-per liter kemudian industri rumah tangga tersebut mengolah susu segar dari

peternak menjadi susu pasteurisasi, kemudian hasil susu pasteurisasi tersebut

langsung dijual kepada konsmen lokal dengan kemasan yang sangat sederhana

dengan harga jual Rp 8.000,- per liternya. Kondisi inilah yang mengakibatkan

pendapatan peternak menjadi rendah. Pendapatan yang mereka peroleh selama

ini hanya cukup dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan keluarga padahal biaya

produksi yang mereka keluarkan cukup tinggi dikarenakan peternak juga

memelihara sap perah yang sudah tidak produktif. Sapi perah non produktif

dipelihara untuk menggantikan sapi perah induk yang sudah tidak ekonomis lagi

kalau dipelihara. Dalam pengelolaan, biaya pemeliharaan sapi perah non

produktif tersebut menjadi beban dari sapi perah yang sedang produktif. Dengan

demikian dalam perhitungan agribisnis, sapi perah laktasi disamping harus

membiayai dirinya sendiri, harus pula menanggung biaya sapi-sapi perah non

produktif.

(16)

kelembagaan ini belum bisa memberikan banyak kontribusi kepada peternak.

Karena itu peningkatan produksi, pemasaran yang menguntungkan dan efisien

serta perbaikan manajemen serta pembinaan kelembagaan peternak secara

berkelanjutan menjadi suatu hal yang penting sehingga perlu dilakukan

pengkajian untuk mendapatkan suatu sistem yang dapat diaplikasikan oleh

peternak sapi perah untuk pengembangan agribisnis sapi perah mereka daerah

sentra pengembangan baru di Provinsi Bengkulu.

1.2. Tujuan

1. Mengkaji potensi dan peluang pengembangan usaha ternak sapi perah di

Provinsi Bengkulu.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha ternak sapi Perah di Provinsi

Bengkulu.

3. Menganalisis dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap

pendapatan petani/ peternak sapi perah.

4. Membuat rekomendasi pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi

Bengkulu.

1.3. Keluaran yang diharapkan

1. Didapatkannya potensi dan peluang pengembangan usaha ternak sapi

perah di Provinsi Bengkulu.

2. Kelayakan finansial usaha ternak sapi Perah di Provinsi Bengkulu.

3. Dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan

petani/ peternak sapi perah.

(17)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

Agribisnis sapi perah dengan susu sebagai produk utama adalah salah

satu usahatani di bidang peternakan, karena susu dikenal sebagai bahan pangan

bergizi tinggi yang sangat dibutuhkan oleh manusia terutama untuk

pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Namun produksi susu saat ini masih

jauh dibawah kebutuhan dan hanya mampu memenuhi kebutuhan susu nasional

berkisar pada angka 30% (Ditjennak, 2005). Persentase terbesar kapasitas

produksi susu sapi perah dalam negeri hanya menghasilkan susu sekitar 10

liter/ ekor/ hr dan umumnya pada peternakan rakyat masih jauh dibawahnya

(Talib dkk, 2001).

Produksi susu secara umum sampai saat ini belum dapat mencukupi

permintaan konsumen, hal ini disebabkan jumlah dan populasi ternak sapi perah

masih kurang, daya produksi susu/ ekor belum mencapai titik optimum serta

kualitas susu yang dihasilkan masih rendah dan penyebab utamanya adalah

pengelolaan pakan (kualitas dan kuantitas) yang belum optimum (Sudarwanto,

1999). Usaha peternakan sapi perah saat ini sebagian diarahkan untuk dikelola

dalam bentuk usaha skala kecil berupa peternakan rakyat dengan struktur

populasi masih tidak beraturan dan belum mempunyai sistem perbibitan yang

terarah (Deptan, 2006). Bila produktivitas sapi perah dalam negeri dapat

ditingkatkan hingga mapu berproduksi mencapai lebih dari 15 liter/ ekor/ hari

tentu akan dapat memenuhi kebutuhan susu secara nasional sampai 70% .

Sesuai dengan arahan Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan

untuk melakukan pengembangan usaha sapi perah di luar Pulau Jawa serta

untuk memenuhi kebutuhan susu di Provinsi Bengkulu, maka pada tahun 2002

usaha peternakan sapi perah telah dikembangkan di Kabupaten Rejang Lebong

dan tahun 2007 di Kabupaten Kepahiang dengan total populasi sapi perah

mencapai 688 ekor (Disnak Prov. Bengkulu, 2010).

Prospek pengembangan usaha sapi perah saat ini cukup besar mengingat

permintaan susu yang terus meningkat seirama dengan pertumbuhan ekonomi

(18)

produksi dan swasembada pangan termasuk susu sapi. Aviliani (2008)

menyampaikan bahwa usaha sapi perah merupakan kegiatan agribisnis yang

mempunyai peranan cukup strategis dalam penyerapan tenaga kerja dan

penyediaan pangan nasional serta pemerataan pembangunan dan hasil

pembangunan dibidang pertanian. Kondisi ini juga menuntut adanya

pengembangan inovasi teknologi secara terpadu dan terencana, guna

mendapatkan nilai tambah setiap produk/ komoditi pertanian yang belum

termanfaatkan.

Di I ndonesia sebagian besar susu dihasilkan oleh peternakan rakyat yang

tersebar di beberapa sentra produksi. Sebagian besar susu disetor ke industri

pengolahan susu yang akan mengolah menjadi susu bubuk, susu kental manis,

susu pasteurisasi, keju, mentega dan lain-lain. Hubungan kerjasama antara

peternak dengan industri pengolahan susu umumnya melalui koperasi.

Departemen Perindustrian (2009) menyatakan bahwa konsumsi produk susu

dominan dalam bentuk susu bubuk (43,3% ) yang diikuti oleh susu kental manis

(20,4% ). Penggunaan produk susu dalam produk lain seperti biskuit, ice cream,

permen, coklat dan lain-lain juga cukup tinggi mencapai 27,5 persen.

Peningkatan permintaan susu yang semakin terus bertambah dan

meningkatnya harga susu saat ini, merupakan peluang yang sangat baik untuk

memberdayakan usaha agribisnis sapi perah berbabasis sumberdaya bahan

pakan lokal, disamping itu juga diharapkan peranan peternak untuk dapat

mengaplikasikan manajemen yang baik terkait dalam pemberian pakan yang

dapat meningkatkan produksi susu secara optimal. Peluang meningkatkan

produksi dan konsumsi susu segar perlu diimbangi dengan kondisi harga susu

segar dalam negeri (SSDN) di tingkat peternak. Harga susu segar yang rendah

berpotensi menghancurkan agribisnis sapi perah. Peternak tidak lagi termotivasi

untuk mengusahakan sapi perah dan dapat mengalihkan usaha tersebut ke

(19)

I I I . METODA

3.1. Lokasi dan w aktu

Pengkajian sistem usaha agribisnis sapi perah di sentra pengembangan di

Provinsi Bengkulu dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Desember

2014 di daerah sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu. Lokasi pengkajian

direncanakan di Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong Provinsi Bengkulu

yang merupakan daerah sentra pengembangan sapi perah di Povinsi Bengkulu.

3.2. Metode Pengkajian

Metode pengkajian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu

tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada waktu sekarang dengan jalan

mengumpulkan data, menyusun, menganalisa dan kemudian menarik

kesimpulan. Untuk pengumpulan data digunakan metode survei yang dipandu

dengan kuisioner yang terstruktur dan Focus Group Discusion (FGD).

3.3. Jenis dan Teknik Pengumpulan data

Data yang digunakan dalam kajian ini terdiri dari data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung

dengan responden terkait informasi yang berhubungan dengan karakteristik

lokasi pengkajian, identitas peternak, jenis dan jumlah dan komposisi ternak sapi

perah, macam dan jumlah harga masukan yang digunakan serta macam, jumlah

dan harga produk yang dihasilkan. Teknik wawancara dilakukan dengan panduan

daftar pertanyaan/ kuesioner yang telah disiapkan. Responden yang

diwawancarai meliputi peternak sapi perah, pedagang pengumpul dan

dinas/ instansi terkait. Data sekunder diperoleh dari dinas/ instansi terkait

pengkajian ini berupa dokumen-dokumen kebijakan dan publikasi-publikasi hasil

penelitian sebagai referensi.

3.4. Metode analisis data

1. Untuk mendapatkan potensi dan peluang pengembangan usaha ternak sapi

perah di Provinsi Bengkulu dilakukan uji deskriptif.

2. Untuk menganalisis kelayakan finansial usaha ternak sapi Perah di Provinsi

(20)

3. Dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan peternak

sapi perah didapatkan dari : nilai pendapatan usaha sapi perah

total pendapatan.

4. Untuk membuat rekomendasi pengembangan usaha ternak sapi perah di

(21)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Wilayah

Provinsi Bengkulu secara geografis terletak antara 20 16’ LU dan 30 31’ Lintang Selatan dan antara 101001’ - 030 41’ Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Sumatera Barat, sebelah timur

berbatasan dengan Jambi dan Sumetera Selatan, sebelah barat berbatasan

dengan Samudera I ndonesia dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera

I ndonesia dan Lampung.

Jumlah penduduk Provinsi Bengkulu sebanyak 1,7 juta jiwa, yang terdiri

dari etnis Rejang (60,4% ), Jawa (22,3% ), Serawai (17,9% ), Lembak (4,9% ),

Pasemah (4,4% ), Minang Kabau (4,3% ), Melayu (3,6% ), Sunda ( 3% ) dan Batak

(2% ). Penduduk Provinsi Bengkulu mayoritas beragama I slam dan bahasa yang

digunakan adalah bahasa Rejang, Bengkulu dan I ndonesia.

Luas areal di Provinsi Bengkulu terbagi atas areal sawah, areal bukan

sawah dan areal non pertanian. Areal bukan sawah adalah lahan kering yang

difungsikan sebagai areal perkebunan, tanaman pangan, sayuran dan rumput

pakan terkan dan lain-lain. Sedangkan areal non pertanian adalah areal kawasan

hutan, pertambangan, perumahan dan lain-lain. Komoditi yang dihasilkan di

Provinsi Bengkulu antara lain kelapa sawit, karet, kopi, padi, jagung dan kedelai,

selain itu Provinsi juga menghasilkan berbagai jenis sayuran seperti bawang

merah, cabe, kentang, kubis, wortel, petsay, bawang daun, tomat, terung,

ketimun, kangkung dan bayam.

Hewan ternak yang ada di Provinsi Bengkulu ada tiga kelompok yaitu

ternak besar, ternak kecil dan unggas. Ternak yang masuk kategori besar adalah

sapi perah, sapi potong, kerbau dan kuda. Ternak kambing, domba, babi

merupakan ternak kecil, sedangkan ayam, itik angsa adalah golongan unggas.

Populasi sapi, kerbau dan kuda masing-masing sebanyak 98.948 ekor, 19.971

ekor dan 22 ekor. Sedangkan populasi unggas sebanyak 9.571.153 ekor (BPS

(22)

4.2. Karateristik peternak sapi perah

Karakteristik peternak sapi perah di lokasi pengkajian relatif beragam,

seirama dengan profil responden yang dicirikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik peternak sapi perah di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang sebagai daerah sentra pengembangan sapi perah di Bengkulu

No Uraian Keragaman Rerata

1 Umur (tahun) 23 - 63 43

2 Pendidikan (tingkat) 6 - 12 9

3 Tanggungan keluarga (orang) 2 - 6 4

4 Anggota keluarga terlibat usahatani (orang) 1 - 3 2

5 Pengalaman usaha sapi perah (tahun) 3 - 12 7

6 Penguasaan/ pemilikan sapi perah (ekor) 1 - 6 2 - 3

7 Penguasaan/ pemilikan lahan usahatani (ha) 0,5 – 3,5 1,43

Sumber : Data terolah 2014

Hasil pengkajian secara umum menggambarkan peternak sapi perah

responden tergolong dalam usia produktif dengan rerata umur 43 tahun dan

dapat diandalkan mengembangkan usaha dengan baik, usia produktif ini

mempunyai peluang untuk dapat meningkatkan pengembangan usahatani

dengan baik didukung latar belakang pendidikan formal mencapai rata-rata 9

tahun atau identik tamat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dengan usia

pendidikan 9 tahun.

Jumlah tanggungan keluarga peternak sapi perah di Kecamatan Selupu

Rejang berkisar 2 – 6 orang dan dominan berjumlah 4 orang, anggota keluarga

merupakan sumber utama tenaga kerja pada usaha sapi perah dan umumnya

tenaga kerja terlibat 2 orang dengan pengalaman dalam memelihara sapi perah

rata-rata 6 tahun atau diatas 3 tahun serta penguasaan atau jumlah ternak sapi

perah dipelihara hanya 2 – 3 ekor, masih jauh dari ketersediaan kapasitas

(23)

berbagai jenis sayuran, seperti wortel, kubis, cabai, tomat, buncis dan kol bunga

serta tanaman pangan dan palawija yang diusahakan adalah jagung, padi dan

ubi kayu.

4.3. I dentifikasi faktor I nternal

Berdasarkan hasil identifikasi faktor internal di peroleh kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki dalam pengembangan sistem usaha agribisnis sapi

perah di Provinsi Bengkulu. Kekuatan dan kelemahan tersebut dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Kekuatan dan Kelemahan Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah di Provinsi Bengkulu.

No Kekuatan No Kelemahan

1 Dukungan teknologi dan I PTEK 1 Rendahnya ketersediaan informasi pasar

2 Ketersediaan lahan peternakan sapi perah

2 Rendahnya produktivitas sapi perah.

3 Ketersediaan air yang cukup 3 Rendahnya posisi tawar peternak sapi perah

4 Pengalaman beternak sapi 4 Ketersediaan pakan konsentrat kurang.

5 I klim dan keadaan alam 5 Ketersediaan bibit berkualitas rendah.

Sumber : Data Primer 2014.

4.4. I dentifikasi Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal di perolah peluang dan ancaman

yang dihadapi dalam usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu. Peluang

dan ancaman yang di hadapi oleh peternak sapi perah di Provinsi Bengkulu dapat

(24)

Tabel 3. Peluang dan Ancaman Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah di Provinsi Bengkulu.

No Peluang No Ancaman

1 Perkembangan dan dukungan I PTEK

1 Rendahnya animo masyarakat pada usaha sapi perah

2 Stabilitas harga susu 2 Kurangnya perhatian pihak

perbankan

3 Tingginya daya beli masyarakat 3 Kurangnya minat investor terhadap produk susu 4 Daya tarik sektor lain diluar

peternak rendah

4 Perkembangan teknologi informasi belum mendukung pengembangan usaha sapi perah

5 Rendahnya persaingan antar daerah dalam menghasilkan produk susu.

5 Rendahnya inovasi produk olahan susu

Sumber : Data Primer 2014.

Untuk mengetahui strategi peluang pengembangan sapi perah

dirumuskan menggunakan analisis SWOT yang digambarkan dalam matrik (tabel

4.) bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sehingga menghasilkan empat

kemungkinan alternatif strategis. Selanjutnya untuk menentukan strategi

(25)

Tabel 4. Matrik faktor internal dan eksternal strategi pengembangan usaha ternak sapi perah di Bengkulu

FAKTOR

5.I klim dan keadaan alam

Kelemahan Weaknesses( W) :

1. Kurangnya akses dan informasi pasar 2. Rendahnya produktifitas sapi

perah.

3. Rendahnya posisi tawar peternak sapi perah

4. Pakan konsentrat kurang/ sulit.

5. Kesulitan bibit sapi yang berkualitas.

4.Daya tarik sektor lain diluar peternakan rendah

1.Meningkatkan populasi sapi perah melalui pola kemitraan dengan pihak lain (S2, S3, S4, S5, O1, O2) 2. Optimalisasi pemanfaatan kebun

rumput dan penanaman rumput unggul untuk menambah populasi sapi perah yang dipelihara (S3, O1, O2, O3) 3. memperluas pasar (S1, O2, O3)

Strategi W-O: 1. Memproduksi bibit yang

berkualitas baik (W2, W5, O1,) 2. Meningkatkan pengolahan produk

sapi perah (W3, O1, O2) 3. Melakukan pengolahan pakan

tambahan (W4, O1) 4. Melakukan promosi penjualan

produk susu (W1, O1, O2) 5. Menciptakan keutuhan dan wadah

kelompok tani (W1, W3, O5).

Ancaman

1. Peningkatan Adopsi inovasi teknologi (S1, T1, T4, T5)

2. Pemberdayaan kredit usaha tani oleh peternak (S5, T2)

3. Pemberdayaan masyarakat sekitar usaha peternakan (S1, T1).

4. Meningkatkan daya saing produk (S5, T5)

5. Penerapan jaminan mutu dan keamanan pengolahan hasil ternak

2. Mencari saluran distribusi produk susu (W1, T3).

Selanjutnya untuk menentukan prioritas pilihan strategi tersebut,

(26)

Tabel 5. Analisis QSPM Untuk Pemilihan Alternatif Strategi Peluang Pengembangan Sapi Perah di Bengkulu

Faktor Berpengaruh

Alternatif strategi

S – O W- O S – T W– T

Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor

Faktor I nternal ( SW) Kekuatan ( S) :

S1. Adanya dukungan teknologi 0,07 3 0,21 0,07 2 0,14 0,07 2 0,14 0,07 2 0,28 S2. Adanya lahan untuk peternakan 0,17 2 0,14 0,17 2 0,34 0,17 1 0,17 0,17 0 -S3. Ketersediaan sumber air yang cukup 0,12 2 0,24 0,12 1 0,12 0,12 1 0,12 0,12 2 0,24 S4. Pengalaman beternak 0,09 2 0,18 0,09 1 0,09 0,09 1 0,09 0,09 3 0,27 S5. Iklim dan keadaan alam 0,12 1 0,12 0,12 - - 0,12 - - 0,12 2 0,24

Kelemahan ( W) :

W1. Rendahnya akses pasar 0,03 2 0,06 0,03 3 0,09 0,03 2 0,06 0,03 3 0,09 W2. Rendahnya produktivitas ternak. 0,05 - - 0,05 2 0,10 0,05 2 0,10 0,05 - -W3. Rendahnya posisi tawar peternak. 0,07 2 0,14 0,07 2 0,14 0,07 - - 0,07 1 0,07 W4. Pakan konsentrat kurang 0,12 3 0,36 0,12 - - 0,12 2 0,24 0,12 1 0,12 W5. Ketersediaan bibit berkualitas kurang. 0,15 1 0,15 0,15 1 0,15 0,15 1 0,15 0,15 1 0,15

Jumlah Faktor Internal 1,00 1,60 1,00 1,17 1,00 1,07 1,00 1,46

Faktor Eksternal Peluang ( O) :

O1. Perkembangan dan dukungan IPTEK 0,16 3 0,48 0,16 4 0,64 0,16 3 0,48 0,16 1 0,16 O2.Stabilitas harga susu 0,17 2 0,34 0,17 2 0348 0,17 4 0,68 0,17 1 0,17 O3. Tingginya daya beli masyarakat 0,04 3 0,12 0,04 2 0,08 0,04 2 0,08 0,04 2 0,08 O4. Daya tarik sektor lain diluar peternakan

rendah

0,10 1 0,10 0,10 2 0,20 0,10 1 0,10 0,10 1 0,10

O5. Persaingan antar daerah dalam menghasilkan produk susu rendah.

0,02 2 0,04 0,02 3 0,06 0,02 3 0,06 0,02 3 0,06

Ancaman ( T) :

T1. Rendahnya animo masyarakatpada usaha sapi perah.

0,11 - - 0,11 1 0,11 0,11 - - 0,11 2 0,22

T2. Kurangnya perhatian perbankan. 0,15 1 0,15 0,15 - - 0,15 1 0,15 0,15 - -T3. Kurangnya minat investor 0,09 3 0,27 0,09 1 0,09 0,09 1 0,09 0,09 3 0,27 T4. Perkembangan teknologi belum mampu

mendukung usaha sapi perah.

0,07 - - 0,07 2 0,14 0,07 - - 0,07 1 0,07

T5. Rendahnya inovasi produk susu 0,07 1 0,07 0,07 2 0,14 0,07 2 0,14 0,07 2 0,14

Jumlah Faktor Eksternal 1,00 1,57 1,00 1,80 1,00 1,78 1,00 1,27

Jumlah Skor Total 3,17 2,97 2,85 2,73

Keterangan: Nilai rating 1= tidak menarik 2= kurang menarik 3= menarik 4= sangat menarik

Dari tabel 2 menunjukkan kekuatan yang dimiliki untuk pengembangan

sistem usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu adalah ketersediaan

dukungan teknis, pelatihan teknis dan manajemen. Program tersebut diperoleh

dari Pemerintah Pusat, provinsi dan kabupaten melalui Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu dan Dinas Peternakan kabupaten yang

(27)

pengembangan ternak sapi perah dengan mengintroduksi sapi perah ke

kelompok baru di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Pada Tahun 2012

ada dua kelompok yang mendapatkan bantuan ternak sapi perah sebanyak 14

ekor/ kelompok yaitu kelompok Karya Bakti di Desa Blitar Muka Kecamatan

Sindang Kelingi Kabupaten Rejang Lebong dan Gapoktan Sumber Mulya Desa

Sukasari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Dan pada tahun 2013

juga ada dua kelompok ternak yang mendapatkan bantuan sapi perah sebanyak

11 ekor/ kelompok yaitu kelompok Sepakat I I Desa Mojorejo Kecamatan Selupu

Rejang dan kelompok Tani Mulya Desa Kali Padang Kecamatan Selupu Rejang

Kabupaten Rejang Lebong.

Ketersediaan lahan yang mendukung, sehingga menghasilkan pakan

hijauan dan limbah pertanian pada basis peternakan sapi perah di Provinsi

Bengkulu yaitu Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Kedua kabupaten

tersebut merupakan daerah dataran tinggi dan memiliki sumber air yang

melimpah dan berkualitas baik yang dapat mendukung pengembangan ternak

sapi perah di kawasan tersebut.

Cakupan pemasaran produk susu yang luas sehingga dapat memasuki

beberapa segmen pasar, seperti: 1) segmentasi geografis (wilayah desa,

kecamatan, kabupaten bahkan provinsi Bengkulu), 2) segmen demografi (usia,

keluarga, penduduk, pekerjaan), 3) segmentasi psikografi (berdasarkan kelas

sosial, gaya hidup maupun pendidikan) dan 4) segmentasi behavioristik (perilaku

berdasarkan pengetahuan, sikap dan tanggapan terhadap produk susu sapi

perah. Produk susu apabila diolah dengan baik akan meningkatkan nilai tambah,

dapat meingkatkan insentif tataniaga usahaha agribisnis ternak sapi perah. Hal

ini dapat membuka atau menyerap tenaga kerja baik dalam kegiatan budidaya

maupun dalam pengolahan dan pemasaran hasil.

Kelemahan dalam usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu adalah

rendahnya ketersediaan akses informasi pasar. I nformasi pasar hanya diperoleh

melalui pertemuan kelompok, antar peternak di wilayah tersebut ataupun dari

masyarakat yang ingin mengkonsumsi susu. Seharusnya informasi pasar dapat

(28)

liter/ hari dan harga jual kepada pengolah susu Rp. 5.000,- per liter, maka

penerimaan peternak dengan skala usaha 1 – 2 ekor per anggota kelompok jelas

tidak mampu untuk membeli pakan tambahan.

Posisi tawar peternak sapi perah yang rendah merupakan kelemahan

dalam usaha sapi perah di Provinsi Bengkulu. Hal ini disebabkan lemahnya

tingkat promosi, lemahnya kepercayaan konsumen terhadap produk, ketertarikan

lembaga pemasaran untuk mendistribusikan produk akan berpengaruh terhadap

proses memperoleh produk olahan susu.

Ketersediaan bibit yang berkualitas merupakan kelemahan usaha sapi

perah di Provinsi Bengkulu. Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor

penghambat pengembangan usaha ternak sapi perah. Faktor bibit akan

berpengaruh positif terhadap kuantitas dan produktifitas ternak sapi perah.

Ketersediaan pakan konsentrat merupakan kelemahan usaha ternak sapi

perah. Pakan konsentrat tidak selalu diberikan kepada ternak. Pakan yang

diberikan hanya pakan hijauan seperti rumput liar, rumput gajah , limbah jagung,

wortel, kubis dan kacang-kacangan.

Tingkat pengolahan produk pada umumnya sudah mulai berkembang

terutama di Gapoktan Sumber Mulya Desa Sumber Sari Kecamatan Kabawetan

Kabupaten Kepahiang dan di Kelompok P4S Desa Kali Padang Kecamatan Selupu

Rejang Kabupaten Rejang Lebong, sedangkan di kelompok Sepakat I I Desa

Mojorejo Kecamatan Selupu Rejang dan di Kelompok Tani Karya Bakti belum

melakukan pengolahan susu.

Ketersediaan wadah kelompok tani untuk kuantitas termasuk banyak

tetapi dalam kualitas sangat rendah. Hal ini disebabkan pada saat pembentukan

kelompok tani tidak berdasarkan kriteria kelompoktani/ ternak yaitu berdasarkan

kesamaan kepentingan. Kelompok dibentuk disaat terdengarnya ada program

bantuan pemerintah, hal ini menyebabkan keutuhan dan dinamika kelompok

(29)

Terbatasnya pengolahan produk susu akan meningkatkan resiko dan

biaya pemasaran. Pengolahan produk didaerah pengkajian dan sekitarnya

terbatas pada pasteurisasi susu dengan kemasan yang sangat terbatas (agua

gelas dan kemasan plastik), hal ini terdapat di tempat pengolahan susu Bapak

Wondono di Kelompok P4S Desa Kali Padang Kecamatan Selupu Rejang

Kebupaten Rejang Lebong dan di Gapoktan Sumber Mulya Desa Sumber Sari

Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Susu Pateurisasi hanya mampu

bertahan 6 – 7 jam diluar lemari pendingin, hal ini membuktikan bahwa tingkat

resiko dan biaya pemasaran tinggi, merupakan kelemahan pengembangan

agribisnis peternakan sapi perah di Provinsi Bengkulu.

Dari tabel 3 dapat dilihat berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal di

peroleh peluang dan ancaman yang dihadapi usaha ternak sapi perah di Provinsi

Bengkulu.

Wilayah basis merupakan peluang untuk pengembangan agribisnis sapi

perah di Provinsi Bengkulu. Wilayah basis utama adalah Kabupaten Rejang

Lebong dan kedua adalah Kabupaten Kepahiang. Perkembangan dan dukungan

I lmu pengetahuan dan teknologi (I PTEK) merupakan peluang untuk

pengembangan sapi perah di Provinsi Bengkulu. I lmu pengetahuan dan

Teknologi (I PTEK) tersebut di peroleh melalui pelatihan-pelatihan teknis, peran

lembaga penelitian dan perguruan tinggi.

Stabilitas harga susu menjadi peluang usaha, dimana stabilitas harga

susu akan memperluas keterbukaan pasar produk susu, merupakan daya tarik

sektor lain diluar sektor peternakan. Tingginya daya beli masyarakat dan

rendahnya persaingan antar daerah dalam menghasilkan produk susu sapi

merupakan peluang untuk pengembangan sapi perah. Tingginya tingkat daya

beli dan jumlah penawaran akan berpengaruh posistif terhadap tingkat

permintaan, prospek pasar dan harga produk.

Rendahnya persaingan antar peternak merupakan peluang dalam

pengembangan sapi perah di Provinsi Bengkulu. Menurut Rangkuti (1999),

dalam persaingan bisnis ada beberapa taktik bersaing yaitu: 1) Waktu (bergerak

(30)

di semua segmen pasar pesaing, penyerangan bersifat memotong seperti

melayani yang tidak terlayani oleh pesaing dalam produk sejenis, menyerang

secara gerilya yaitu mencari titik kelemahan lawan/ pesaing). Hal ini tidak

ditemui dalam usaha sapi perah di Provinsi Bengkulu, baik persaingan waktu

maupun persaingan tempat tersebut.

Ancaman pengembangan agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu

adalah rendahnya animo masyarakat terhadap usaha sapi perah. Hal ini di

karenakan kesadaran masyarakatakan gizi masih rendah. Perhatian pihak

perbankan merupakan ancaman bagi penguatan modal peternak sapi perah.

Menurut Riyanto (1995) dalam dunia perbankan ada empat kriteria untuk

pembiayaan/ penyaluran kredit kepada nasabah, yaitu capacity (keahlian dalam

manajemen dan usaha), capital (kemampuan modal finansial, collateral

(jaminan), condition ( kondisi baik penghasilan, pengeluaran maupun domisili).

Kurangnya minat invenstor terhadap produk susu dan kurangnya

dukungan pemberlakuan era pasar bebas merupakan ancaman usaha. Hal ini

perlu peran dan dukungan otonomi daerah untuk menarik investor dan

peningkatan inovasi pengolahan produk berbasis susu untuk memanfaatkan

pemberlakuan era pasar bebas untuk pengembangan sapi perah di Provinsi

Bengkulu.

4.5. Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Sapi Perah di Provinsi

Bengkulu.

Alternatif strategi dirumuskan berdasarkan model analisis SWOT. Matrik

ini memiliki keuntungan yaitu dapat dengan mudah memformulasikan strategi

yang diperoleh berdasarkan gabungan faktor internal dan ekternal. Strategi yang

disarankan adalah strategi S – O (strength – Opportunity), S – T (Strenght –

Treaths), W – O (Weakness – Opportunity) dan W – T (Weakness – Treaths).

Berdasarkan matrik SWOT terbentuk empat strategi yaitu:

1. Strategi S – O (strength – opportunity) adalah strategi yang menggunakan

(31)

sumber air yang berkualitas dan tersedianya pakan hijauan yang dapat

mendukung pengembangan usaha sapi perah.

b. Optimalisasi pemanfaatan kebun rumput dan penanaman rumput unggul

untuk menambah populasi sapi perah yang dipelihara (S3, O1, O2 dan

O3). Strategi ini menekankan bahwa di Kabupaten Rejang Lebong dan

Kepahiang masih banyak sumber hijauan dan makanan lainnya untuk

ternak sapi tetapi belum dimanfaatkan secara baik, sehingga membuka

peluang untuk penambahan populasi sapi perah di kedua kabupaten

tersebut.

c. Memperluas pasar (S1, O2, O3). Strategi ini mendukung dikarenakan

cakupan pemasaran produk susu yang luas, sehingga dapat memasuki

beberapa segmentasi pasar, seperti: i) segmentasi geografis (wilayah, kota

dan desa), ii) demografi (usia, jumlah penduduk, jumlah keluarga,

pekerjaan dan pendapatan), iii) segmentasi psikografi (berdasarkan kelas

sosial, gaya hidup) dan iv) segmentasi behavioristik (perilaku berdasarkan

pengetahuan, sikap dan tanggapan terhadap produk).

2. Strategi W – O (weakness – opportunity) adalah strategi yang meminimal

kan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, strategi W – O yang diperoleh:

a. Memproduksi bibit yang berkualitas baik (W2, W5, O1,). Harga bibit sapi

perah sangat mahal merupakan kendala pengembangan sapi perah. Oleh

karena itu diperlukan strategi untuk memproduksi bibit yang berkualitas

di daerah basis sapi perah di Provinsi Bengkulu.

b. Meningkatkan pengolahan produk sapi perah (W3, O1, O2). Selain olahan

produk susu, limbah kotoran ternak sapi berupa feses dan urine dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk kompos dan biourine juga merupakan produk

tambahan bagi peternak sapi perah.

c. Melakukan pengolahan pakan tambahan (W4, O1). Pakan konsentrat

(tambahan) sangat penting bagi ternak sapi perah. Di Kabupaten Rejang

Lebong dan Kepahiang, pakan tambahan belum tersedia sehingga perlu

dilakukan pengolahan pakan tambahan dengan memanfaatkan bahan baku

(32)

e. Menciptakan keutuhan dan wadah kelompok tani (W1, W3, O5).

Kelompok tani dibentuk kadang-kadang hanya sebagai wadah untuk

mendapatkan bantuan pemerintah, mengakibatkan rendahnya tingkat

keutuhan kelompok. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan strategi

bagaimana menciptakan keutuhan kelompok.

3. Strategi S – T (strength – treaths) adalah strategi menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman, strategi yang diperoleh adalah:

a. Peningkatan Adopsi inovasi teknologi (S1, T1, T4, dan T5). Strategi

penerapan teknologi baru perlu dilakukan dengan tujuan untuk meyakini

peternak dan masyarakat sekitar tentang keberhasilan usaha ternak sapi

perah.

b. Pemberdayaan kredit usaha tani oleh peternak (S5, dan T2).

c. Pemberdayaan masyarakat sekitar usaha peternakan (S1, dan T1).

d. Meningkatkan daya saing produk (S5, dan T5).

e. Penerapan jaminan mutu dan keamanan pengolahan hasil ternak (S5, dan

T4 ).

4. Strategi W – T (weakness – treaths), adalah strategi meminimalkan kelemahan

dan menghindari ancaman. Strategi W – T yang diperoleh adalah:

a. Meningkatkan peran penyuluh peternakan (W5 dan T1). Jumlah penyuluh

peternakan dalam lima tahun terakhir berkurang, disebabkan oleh usia

pensiun dan beralih ke jabatan struktural serta minimnya spesifikasi di

bidang ilmu peternakan. Para penyuluh saat ini juga memiliki tugas

mencakup pertanian dalam arti luas, akhirnya memiliki kelemahan yaitu

tidak menekuni bidang ilmu yang spesifik.

b. Mencari saluran distribusi produk susu (W1 dan T3). Kesulitan konsumen

memperoleh produk susu sapi perah di Provinsi Bengkulu terkendala pada

saluran distribusi. Saluran distribusi terdiri dari gudang penyimpanan untuk

(33)

Tabel 6. Kepemilikan Sapi Laktasi dan Non Laktasi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang

No Uraian Jumlah

1 Jumlah ternak laktasi 25

2 Jumlah ternak non laktasi 74

Rasio sapi laktasi 25,25

Sumber : data primer yang diolah (2014)

Data di atas diketahui jumlah ternak laktasi sebanyak 25 ekor dan non

laktasi sebanyak 74 ekor. Berdasarkan jumlah total tersebut berarti rata-rata

kepemilikkan petani ternak perorang adalah sebanyak 5,69 ekor. Dimana 1,92

ekor (25,25% ) merupakan sapi laktasi. Kondisi semacam ini kurang

menguntungkan, karena usaha peternakan sapi perah dapat menghasilkan

keuntungan apabila jumlah sapi laktasi yang dimiliki lebih besar dari 60% .

Menurut Prasetyo, dkk, 2005 bahwa komposisi ekonomis untuk suatu usaha

peternakan adalah persentase sapi dalam kondisi laktasi perlu ditingkatkan

menjadi 60% .

Analisis Usaha Tani Sapi Perah

Biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak sapi perah meliputi biaya

tetap dan biaya variable. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak sapi

perah dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Analisis Usaha Tani Sapi Perah

No Jenis Biaya Nilai (Rp/ bulan)

I Biaya Tetap

I I I Penerimaan

1.505.769,-I V Pendapatan

610.706,-V B/ C 0,73

(34)

satu ekor ternak sebesar Rp. 838.331,-/ bulan. Biaya yang terbesar dalam biaya

produksi adalah rata-rata biaya tenaga kerja, konsentrat, I B, penyusutan

kandang dan rumput. Berdasarkan penelitian Prasetyo dkk (2005) dalam Haloho

Ruth Dameria dkk (2013) bahwa total biaya variable sebesar 77,94% dari total

biaya produksi. Sedangkan dalam pengkajian ini biaya varibel, biaya tenaga kerja

lebih besar dari biaya pakan. Hal ini mungkin disebabkan dari pakan konsentrat

yang digunakan peternak hanya terdiri dari tiga jenis bahan baku dan rumput

yang digunakan kebanyakan rumput alam.

B/ C diperoleh dari rata-rata total pendapatan dibagi rata-rata total biaya

perbulan. Dari analisis B/ C di atas terlihat bahwa peternak sapi perah

memperoleh B/ C kurang dari satu, yang artinya usaha tersebut belum

menguntungkan karena kurang dari 1. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah

produksi 9,37 liter/ ekor/ hari dimana jenis pakan dan masa laktasi dari responden

berbeda-beda dan manajemen pemeliharaan sapi perah yang diiterapkan

peternak dari hasil pengamatan masih belum begitu baik. Menurut

Tomaszewska, dkk (1993) dalam Sundari, dkk (2010) menyatakan bahwa

produksi dari suatu ternak adalah hasil interaksi antara genotipe dan faktor

lingkungan seperti iklim, nutrisi, penyakit dan praktek manajemen. Keterbatasan

produksi ditentukan oleh pakan yang buruk, ketidakseimbangan pakan dan

interaksi diantara faktor-faktor tersebut.

4.7. Analisis Dampak Ekonomi Usaha Sapi Perah

Usaha ternak sapi perah yang dilakukan oleh para petani di Kabupaten

Rejang Lebong dan Kepahiang menjadikan usaha tani sapi perah sebagai usaha

sampingan disamping usaha tani lainnya, seperti bercocok tanam kopi, sayuran,

dagang, ojek sayur dan lain-lain. Usaha tani sapi perah dilakukan belum

menghasilkan secara baik, hal ini disebabkan masih banyak petani yang baru

menjalankan usaha tani sapi perah dalam beberapa tahun terakhir. Dampak

(35)

Tabel 8. Dampak Ekonomi Usaha Sapi Perah terhadap pendapatan Peternak.

No Uraian Nilai

1 Rata-rata Pendapatan usaha sapi perah Rp.

610.706,-2 Rata-rata Total Pendapatan peternak Rp.

1.976.805,-Kontribusi pendapatan usaha sapi perah 30,89 %

Sumber : data primer yang diolah (2014).

Dampak usaha sapi perah memberikan kontribusi sebesar 30,89%

terhadap total pendapatan peternak, selebihnya pendapatan peternak berasal

dari penjualan pedet, penjualan dari olahan susu segar dan memiliki berbagai

macam usaha tani. Kecilnya kontribusi pendapatan usaha ternak sapi perah

terhadap total pendapatan dikarenakan hanya 30,77% yang menjadikan usaha

sapi perah merupakan usaha utama.

4.8. Sosialisasi I novasi Teknologi Dalam Meningkatkan Produktivitas Ternak Sapi Perah di Kabupaten Kepahiang

Kabupaten Kepahiang merupakan salah satu kabupaten sebagai daerah

sentra pengembangan ternak ternak terutama ternak sapi baik sapi potong

mapun sapi perah. Hal ini didukung oleh potensi daerah berupa iklim dan

temperatur serta potensi pakan yang tersedia di daerah ini cukup tersedia

sepanjang tahun. Kendala yang ada selama ini adalah peternak sapi baik sapi

potong maupun sapi perah belum memanfaatkan secara baik limbah pertanian

yang tersedia di lapangan sebagai pakan tambahan ternak sapi potong, padahal

pakan tambahan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh peternak

apabila ternak sedang berproduksi dan dalam usaha penggemukan.

Untuk itu, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu telah mengkaji

alternatif penggunaan limbah pertanian sebagai pakan tambahan untuk ternak

sapi potong maupun sapi perah, melalui pengkajian penggunaan kulit kopi yang

sudah difermentasi sebagai pakan penggemukan sapi potong maupun sebagai

pakan tambahan untuk ternak sapi perah yang sedang laktasi. Agar teknologi

yang dikaji oleh BPTP tersebut sampai kepada pengguna terutama peternak di

(36)

Kabawetan Kabupaten Kepahiang pada tanggal 18 September 2014 yang dihadiri

oleh 80 orang peserta.

Materi yang disampaikan dalam acara tersebut adalah:

1. Kebijakan Perencanaan pembangunan pertanian Kabupaten Kepahiang

(BAPPEDA) Kabupaten Kepahiang.

2. Kebijakan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang dalam

pengembangan peternakan di Kabupaten Kepahiang (Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Kepahiang).

3. Peran BP4K dalam menunjang pengembangan peternakan (BP4K Kabupaten

Kepahiang).

4. I novasi teknologi peternakan mendukung peningkatan produktivitas ternak

sapi di Kabupaten Kepahiang (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Bengkulu).

5. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (Bank Rakyat I ndonesia Cabang

Curup).

Pada acara ini juga dilakukan penyerahan secara simbolis pakan

tambahan ternak sapi berupa kulit kopi yang difermentasi dengan campuran

dedak padi 40% , kulit kopi 60% ditambahkan dengan garam dapur sebanyak

0,25 % , mollases 0,25% dan bioaktivator 0,2% dari berat bahan dasar. Pakan

tambahan ini adalah hasil kerjasama antara BPTP Bengkulu dengan Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang. Penyerahan secara simbolis

dilakukan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang

didampingi oleh Kepala BPTP Bengkulu yang diterima langsung oleh Ketua

Kelompok Tani Sido Mulyo sebanyak 1,2 ton pakan jadi. Hingga saat ini pakan

fermentasi yang telah dibuat adalah sebanyak 20 ton yang telah dibagikan

kepada 16 kelompok tani di Kabupaten Kepahiang.

4.9. Sosialisasi Pembuatan Pakan Tambahan Untuk Ternak Sapi Perah

(37)

Lebong adalah kesulitan dalam hal pengadaan pakan tambahan untuk ternaknya,

padahal ternak sapi perah sangat membutuhkan pakan tambahan untuk

memproduksi susu. didatarkan setinggi + 20 cm, selanjutnya diatasnya ditaburkan bahan

selanjutnya yaitu dedak padi.

• Selanjutnya biodecomposer (starbio/ urea) dilarutkan bersama gula merah/ mollases serta garam dapur dengan air yang bersih.

• Larutan Starbio, gula merah dan garam dapur disiramkan pada tumpukan bahan tersebut dengan menggunakan gembor. Selanjutnya aduk hingga rata

dan mencapai kelembaban sekitar 60% .

• Setelah selesai pengadukan, maka selanjutnya campuran tersebut dimasukkan kedalam plastik. Sebelum ditutup, bagian atasnya ditutup dengan koran

bekas.

• Selanjutnya karung plastik yang sudah diisi disimpan ditempat yang aman dan terhindar dari cahaya matahari langsung.

• Simpan campuran ini hingga 4 – 5 hari. Setelah itu campuran siap diberikan pada ternak sapi, tapi sebelum diberikan pada ternak kulit kopi fermentasi ini

harus diangin-anginkan terlebih dahulu.

• Pemberian untuk sapi perah yang sedang laktasi, sebaiknya dicampur dengan ampas tahu atau ubi kayu dengan perbandingan 2 : 1 atau 1: 1.

Setelah selesai pemaparan materi tentang pembuatan pakan tambahan

untuk sapi perah, dilakukan diskusi dengan peserta.

1. Bapak Syofyan (Kelompok tani Tani Mulya)

Apakah kulit kopi yang sudah difermentasi ini dapat disimpan lama ?

(38)

2. Bapak Mursalim (kelompok tani Sepakat I I )

Berapa banyak pakan ini diberikan pada ternak sapi dan kapan

(39)

V. KESI MPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Kabupaten Rejang Lebong merupakan wilayah utama pengembangan usaha

agibisnis pengembangan ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu dan

Kebupetan kepahiang merupakan daerah pengembangan kedua dilihat dari

potensi alam, jumlah kelompok tani sapi perah dan penguasaan lahan

pertanian serta dukungan pemerintah daerah.

2. Dari analisis B/ C yang dilakukan peternak sapi perah memperoleh B/ C kurang

dari satu, yang artinya usaha tersebut belum menguntungkan karena kurang

dari 1. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah produksi 9,37 liter/ ekor/ hari

dimana jenis pakan dan masa laktasi dari responden berbeda-beda dan

manajemen pemeliharaan sapi perah yang diiterapkan peternak dari hasil

pengamatan masih belum begitu baik.

3. Dampak usaha sapi perah memberikan kontribusi sebesar 30,89% terhadap

total pendapatan peternak, selebihnya pendapatan peternak berasal dari

penjualan pedet, penjualan dari olahan susu segar dan memiliki berbagai

macam usaha tani. Kecilnya kontribusi pendapatan usaha ternak sapi perah

terhadap total pendapatan dikarenakan hanya 30,77% yang menjadikan

usaha sapi perah merupakan usaha utama.

4. Strategi yang sesuai untuk pengembangan agribisnis peternakan sapi perah

disentra pengembangan (Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang) Provinsi

Bengkulu adalah: 1). meningkatkan populasi sapi perah melalui pola

kemitraan dengan pihak lain, 2). optimalisasi pemanfaatan kebun rumput dan

penanaman rumput unggul untuk menambah populasi sapi perah yang

dipelihara dan 3). memperluas pasar.

5.2. Saran

Untuk meningkatkan efektifitas strategi yang telah dirumuskan diperlukan

intervensi dari pemerintah daerah terhadap stategi yang diprioritaskan.

Disamping itu kelembagaan pengolahan untuk pengembangan sistem agribisnis

(40)

Pemberian pakan tambahan (konsentrat) sangat diperlukan dilakukan

untuk sapi perah yang sedang laktasi untuk meningkatkan produksi susu,

(41)

KI NERJA HASI L PENGKAJI AN

1. Koordinasi dilakukan dengan Dinas peternakan dan perikanan Kabupaten

Kepahiang, BP4K Kabupaten Kepahiang, Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Rejang Lebong, BP4K kabupaten Rejang Lebong untuk

mengetahui kondisi sapi perah di kedua kabupaten tersebut.

2. Fokus Group Diskusi dilakukan dengan mengundang Dinas Peternakan dan

Perikanan, BP4K, BP3K, I nseminator, Penyuluh, Kepala Desa dan Ketua

Gapoktan dan kelompok tani.

3. Survei dan wawancara langsung dilakukan pada anggota kelompok tani yang

memelihara sapi perah meliputi Kabupaten Kepahiang sebanyak satu

kelompok dan Kabupaten Rejang Lebong sebanyak tiga kelompok.

4. Dari analisis B/ C yang dilakukan peternak sapi perah memperoleh B/ C kurang

dari satu, yang artinya usaha tersebut belum menguntungkan karena kurang

dari 1. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah produksi 9,37 liter/ ekor/ hari

dimana jenis pakan dan masa laktasi dari responden berbeda-beda dan

manajemen pemeliharaan sapi perah yang diiterapkan peternak dari hasil

pengamatan masih belum begitu baik.

5. Dampak usaha sapi perah memberikan kontribusi sebesar 30,89%

terhadap total pendapatan peternak, selebihnya pendapatan peternak

berasal dari penjualan pedet, penjualan dari olahan susu segar dan memiliki

berbagai macam usaha tani. Kecilnya kontribusi pendapatan usaha ternak

sapi perah terhadap total pendapatan dikarenakan hanya 30,77% yang

menjadikan usaha sapi perah merupakan usaha utama.

6. Strategi yang sesuai untuk pengembangan agribisnis peternakan sapi perah

disentra pengembangan (Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang) Provinsi

Bengkulu adalah: 1). meningkatkan populasi sapi perah melalui pola

kemitraan dengan pihak lain, 2). optimalisasi pemanfaatan kebun rumput

dan penanaman rumput unggul untuk menambah populasi sapi perah yang

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Antara, M. 2004. Pendekatan Agribisnis dalam Pengembangan Pertanian Lahan Kering. Makalah Seminar pengembangan pertanian di wilayah lahan kering. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng. Buleleng.

Aviliani. 2008. Dukungan Perbankan Terhadap Agribisnis Sapi Perah Menyongsong Perdagangan Bebas 2020. Bank Rakyat I ndonesia. Prosiding Prospek I ndustri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020. Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan Sekolah Tinggi I lmu Ekonomi dan Perbankan I ndonesia. Jakarta.

BPS Bengkulu. 2010. Bengkulu Dalam Angka 2010. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Deptan. 2006. Pedoman Pembibitan SapiPerah yang Baik. Permentan Nomor 55

Tahun 2006. Departemen Pertanian. Jakarta.

Disnak Provinsi Bengkulu. 2010. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu. Pemerintah Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Dirjen I ndustri Agro dan Kimia. 2009. Roadmap I ndustri Susu. Departemen Perindustrian. Jakarta

Dirjennak. 2005. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dirjennak.2011. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Departemen Pertanian.Jakarta

Direktorat Jenderal P2HP. 2007. Program Aksi Bantuan Peralatan Gapoknak.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Haloho, R.D., S.I . Santoso., S.Marzuki. 2013. Analisis Profitabilitas Pada Usaha Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Semarang. Jurnal Pengembangan Humaniora Vol.13 No.1, April 2013

Harpini, B. 2008. Upaya Mendorong I ndustri Pengolahan dan Pemasaran susu Pada Peternakan Rakyat. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

(43)

Pradana,M.N. 2010. Agribisnis Sapi Perah di I ndonesia (Tinjauan Umum).http/ www.iasa-pusat.org. Diakses 20 Juni 2012.

Prasetyo, E.,T.E dan Mukson. 2005. Kondisi dan Potensi Pengembangan Usahatani Sapi Perah di Kabupaten Semarang. J. I ndonesia Trop. Anim.

Agric. Vol 30, No 2. 110-117

Rangkuti, F. 1999. Analisis SWOT Teknis Membedah Kasus Bisnis. PT SUN. Jakarta.

Riyanto. B, 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta. BPFE.

Sudarwanto, M. 1999. Usaha Peningkatan Produksi Susu Melalui Program Pengendalian Mastitis Subklinis. Orasi I lmiah Fakultas Kedokteran Hewan. I PB. Bogor.

Sundari dan Katamso. 2010. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Perah Lokal dan Eks-I mpor Anggota Koperasi Warga Mulya Di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Caraka Tani XXV No.1 Maret 2010

Talib, C., A. Anggraeni, K. Diwyanto dan E. Kurniatin. 2001. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Sapi Perah dibawah manajemen Perusahaan Komersial. Jurnal I lmiah Pertanian Volume I V(2). Jakarta.

Yusdja, Y. 2005. Kebijakan Ekonomi Agribisnis Sapi Perah di I ndonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 3, Nomor 3. Departemen Pertanian. Jakarta.

(44)

ANALI SI S RESI KO

Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang

mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal

resiko, penyebab dan dampaknya, maka akan dapat disusun strategi ataupun

cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun rensponsif. Daftar

Resiko dan Penanganan resiko dapat dilihat pada tabel 9 dan 10.

Tabel 9. Daftar resiko dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian sistem usaha agribisnis sapi perah pada sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu.

No Resiko Penyebab Dampak

(45)

JADWAL KERJA

No Uraian Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyusunan dan

Penyempurnaan proposal dan ROPP

2 Desk Study

3 Penyusunan Kuisioner

4 Coaching Kuisioner

5 Koordinasi

6 Persiapan dan pelaksanaan survey

7 Tabulasi dan analisis data

8 Penyusunan laporan tengah dan akhir tahun

(46)

PEMBI AYAAN

A. RENCANA ANGGARAN BI AYA ( RAB)

No Uraian Valume

• Bahan pengkajian dan pendukung lainnya 1 Tahun 8.532 8.532 • Penggandaan, penjilidan, laminasi, cetak,

bahan informasi

1 Tahun 900 900

• ATK dan Komputer suplies 1 Paket 3.968 3.968

• Konsumsi dalam rangka persiapan, pertemuan

75 OH 50 3.750

2 Honor Output Kegiatan 4.970

• UHL 142 OH 35 4.970

3 Belanja Jasa Profesi 6.000

• Narasumber, fasilitator, evaluator 4 OJ 500 2.000

• Entry data 160 OH 25 4.000

4 Belanja Perjalanan Biasa 20.000

• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/ d Rp. 5.000.000)

4 OP 5.000 5.000

5 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

16.880

• Akomodasi dalam rangka pertemuan dan FGD

66 OH 180 11.880

• Perjalanan keluar Provinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan

1 OH 5.000 5.000

(47)

B. REALI SASI ANGGARAN

• Bahan pengkajian dan pendukung lainnya

• UHL 1.050.000 21,12 25,00

3 Belanja Jasa Profesi

• Narasumber,

fasilitator, evaluator

2.000.000 100,00 100,00

• Entry data 4.000.000 100,00 100,00

4 Belanja Perjalanan

Biasa

• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/ d Rp. 5.000.000)

19.652.400 98,26 100,00

5 Belanja Perjalanan

Dinas Paket Meeting Luar Kota

• Akomodasi dalam

(48)

PERSONALI A

Anggota - Membantu Analisis dan interpretasi data

konsumsi pakan

Anggota - Membantu Analisis dan interpretasi data - Membantu

pelaksanaan kegiatan.

10

4 Sudarmansyah Adm Anggota - Membantu

Pelaksanaan Kegiatan - Membantu

Adminsitrasi Kegiatan

(49)

Lampiran 1. Kuisioner sistem usaha agribisnis sapi perah pada sentra pengembangan di provinsi Bengkulu.

PENGKAJI AN SI STEM USAHA AGRI BI SNI S SAPI PERAH PADA SENTRA PENGEMBANGAN PROVI NSI BENGKULU.

I . I DENTI FI KASI RESPONDEN

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) mohon diberikan tanda (X) pada kolom A, B, C, D dan E pada masing-masing pernyataan sesuai dengan pendapat Bapak/ I buk. Dan apabila Bapak/ I buk memiliki pendapat yang belum tertulis pada format ini, maka Bapak / I buk dapat menulis pada format yang telah tersedia dan sekaligus memberikan tanda (X) pada kolom A, B, C, D dan E, dimana :

A : Sangat setuju B : Setuju

C : Cukup setuju D : Kurang setuju E : Tidak setuju

1. FAKTOR I NTERNAL (kekuatan dan kelemahan)

ASPEK Faktor I nternal

Subsistem Agribisnis hulu

• Tingkat ketersediaan pakan ternak-konsentrat, pakan dan limbah pertanian.

• Tingkat ketersediaan suplay peralatan kandang

• Tingkat ketesediaan obat-obatan

• Ketersediaan bibit

• ………..

(50)

Subsistem Budidaya

• Kesesuaian agroklimat untuk budidaya ternak sapi perah

• Ketersediaan tenaga kerja

• Ketersediaan lahan untuk penanaman rumput pakan ternak

• Ketersediaan air secara kuantitas dan kualitas

• Pengalaman dan penguasaan teknis beternak

• Tingkat kemanpuan manajerial kelembagaan petani

• Tingkat kemampuan finasial petani peternak

• Ketersediaan usaha tani ternak dengan usaha tani lainnya

• Potensi peningkatan skala usaha

• Orientasi usaha menuju agribisnis

• Tingkat keuntungan usaha peternakan sapi perah

• Tingkat produktivitas ternak sapi perah

• ……….

• Pengolahan produk oleh peternak atau pihak lain

• Tingkat penguasaan teknis pengolahan produk oleh peternak

• Ketepatan penggunaan teknologi dalam proses pasca panen

• Kualitas dan kuantitas bahan baku

• Potensi nilai tambah dari pengolahan produk/ pasca panen

• ………

• ………

(51)

pemasaran dan informasi pasar bagi peternak

• Tingkat segmentasi konsumen produk ternak

• Tingkat harga produk

• Pendistribusian produk

• Tingkat kualitas produk yang dihasilkan

• Posisi tawar peternak yang dihasilkan

• Tingkat promosi penjualan produk

• ………

• ………

• ………

Subsistem penunjang

• Ketersediaan wadah kelompok tani sapi perah

• Ketersediaan dukungan program dari pemerintah

• Ketrsediaan dukungan teknis dari pemerintah/ tenaga ahli

• Ketersediaan dukungan finansial/ modal dari perbankan

• Ketersediaan akses finasial dari perbankan

• Ketersediaan dukungan teknis dari penyuluh

• Tingkat ketersediaan akses informasi pasar

• Ketersediaan koperasi yang melayani kebutuhan usaha ternak

• Ketersediaan pelatihan teknis dan manajemen bagi peternak

• Ketersediaan informasi teknologi terkini bagi peternak

• ………

• ………

(52)

2. FAKTOR PELUANG

ASPEK Faktor Peluang

Ekonomi • Daya beli masyarakat

• Masih tersedia sumberdaya untuk pengembangan sapi perah

• Masih terbuka pasar produk peternakan

• Prospek pasar dan harga produksi ternak relative meningkat

• Permintaan produk sapi perah yang terus meningkat

• Adanya era globalisasi memperluas pemasaran sapi perah

• Perhatian dari pihak perbankan

• Otonomi daerah

• I nfrastruktur menunjang pengembangan produk peternakan

• Adanya lembaga pendukung seperti Poskeswan, Koperasi

• Adanya pembinaan/ pelatihan/ penyuluha bagi pelaku usaha dari pemerintah

• ……….

• Wilayah basis sapi perah

• I klim dan kondisi alam yang mendukung

Gambar

Tabel 1.Karakteristik peternak sapi perah di Kabupaten Rejang Lebong dan
Tabel 2.Kekuatan dan Kelemahan Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis SapiPerah di Provinsi Bengkulu.
Tabel 3.Peluang dan Ancaman Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis SapiPerah di Provinsi Bengkulu.
Tabel 4.Matrik faktor internal dan eksternal strategi pengembangan usahaternak sapi perah di Bengkulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Marjin reaktivitas padam teras silisida ditentukan dengan perhitungan neutronik teras seperti dalam teori, pada konfigurasi teras silisida sebagai fungsi jenis bahan penyerap

Dari hasil perhitungan dengan Uji Tukey diperoleh perbedaan rerata hasil belajar matematika pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan numerik rendah antara

7) Apabila tidak ada peserta yang memenuhi persyaratan administrasi, maka seleksi dinyatakan gagal. Evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang memenuhi persyaratan

1) Desain dan implementasi services provider untuk mendukung layanan web services push PDPT pada sistem informasi akademik Politeknik Negeri Lampung dapat

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas remediasi bentuk umpan balik menggunakan brosur untuk mengatasi kesulitan belajar siswa tentang gerak lurus

duration , seperti pada Gambar 4.10 berikut ini :.. Setelah memasukkan jenis-jenis pekerjaan dan durasi pekerjaan maka langkah selanjutnya adalah membuat constraint yang

independen digunakan adalah profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan dan pertumbuhan penjualan hal ini dikarenakan pada pemetaan penelitian terdahulu diperoleh

Teman-teman seperjuangan penulis ; Desy, Steffie, Bunga, Evelyn, Sandy, Bima, Anda, Alya, Nora, Mitha, Robby, dan teman-teman penulis lainnya yang telah memberikan pendapat,