• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAI bersertifikasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran MTsN di kabupaten Jombang: study multikasus di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAI bersertifikasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran MTsN di kabupaten Jombang: study multikasus di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KEBERLANGSUNGAN

PROFESIONALITAS GURU RUMPUN PAI

BERSERTIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN MUTU

PEMBELAJARAN MTsN DI KABUPATEN JOMBANG

(Study Multikasus di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar,

MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

OLEH

IMA RAKHMAHWATI

(NIM: F020315059)

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN KEBERLANGSUNGAN PROFESIONALITAS GURU RUMPUN PAI BERSERTIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN

MUTU PEMBELAJARAN MTsN DI KABUPATEN JOMBANG (Study Multikasus di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang

Jombang) Tahun 2017

Oleh: Ima Rakhmahwati

Kata Kunci : Profesionalitas Guru, Sertifikasi Guru, Mutu Pembelajaran Keberadaan, peran dan fungsi guru dalam dunia pendidikan merupakan salah satu faktor yang urgen. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. Sertifikasi guru menjadikan guru menjadi profesional dengan mengikuti pelatihan- pelatihan. Profesionallisme guru menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan.

Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mendeskripsikan mutu pembelajaran PAI di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang sebelum ada guru bersertifikasi. 2. Untuk mendeskripsikan pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAIbersertifikasi di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang. 3. Untuk mendeskripsikan pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAIbersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data memakai Reduksi Data (Data Reduction), Penyajian Data (Data Display),dan Conclusion Drawing/ Verification.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………...………..……….i

PERNYATAAN KEASLIAN ……..……….………ii

PERSETUJUAN ……….……….………iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ………...……….iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ………..v

MOTTO ………vi

ABSTRAK ………..……….vii KATA PENGANTAR………viii

DAFTAR ISI ………...…..ix

BAB I PENDAHULUAN ……….……….1

A. Latar Belakang Masalah……….……..….……….. 1

B. Batasan Masalah….………...7

C. Rumusan Masalah…………..…………...………..………. 7

D. Tujuan Penelitian……..……….8

E. Manfaat Penelitian………..…………..……….9

1. Manfaat teoritis………..………. 9

2. Manfaat Praktis………..……….…….9

F. Penelitian Terdahulu……..…...………...……..………….……10

G. Sistematika Pembahasan……..………...……...……….14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………...……15

(9)

B. Guru Bersertifikasi………...…..……….. 21

C. Mutu Pembelajaran……..………26

BAB III METODE PENELITIAN …………..…..………33

A. Jenis Penelitian……….……….………. 33

B. Kehadiran Peneliti……….……….…... 34

C. Lokasi Penelitian……….……….….. 34

D. Sumber Data……….…. 35

E. Metode Pengumpulan Data ……….. 36

F. Teknik Analisis Data ……….…….39

G. Pengecekan Keabsahan Data ……….…….…...41

BAB IV REDUKSI DAN PENYAJIAN DATA………..….…..44

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………..………..….44

1. Gambaran Umum MTsN Plandi Jombang……...………44

2. Gambaran Umum MTsN Tambakberas Jombang………..……47

3. Gambaran Umum MTsN Denanyar Jombang……….50

4. Gambaran Umum MTsN Bakalan Rayung Jombang…...……...53

5. Gambaran Umum MTsN Megaluh Jombang……..……….57

6. Gambaran Umum MTsN Tembelang Jombang………...………60

B. Mutu Pembelajaran PAI Di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang Sebelum Ada Guru Bersertifikasi……….63

(10)

2. Mutu pembelajaran PAI di MTsN Tambakberas Jombang

sebelum ada guru bersertifikasi………...………66

3. Mutu pembelajaran PAI di MTsN Denanyar Jombang sebelum

ada guru bersertifikasi………..………70

4. Mutu pembelajaran PAI di MTsN Bakalan Rayung Jombang

sebelum ada guru bersertifikasi…………...………73

5. Mutu pembelajaran PAI di MTsN Megaluh Jombang sebelum

ada guru bersertifikasi……….………….76

6. Mutu pembelajaran PAI di MTsN Tembelang Jombang sebelum

ada guru bersertifikasi………..………79

Tabel 4.1 Triangulasi Mutu Pembelajaran PAI sebelum ada Guru

Bersertifikasi………..………83

C. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

PAIbersertifikasi di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN

Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN

Tembelang Jombang………..………….87

1. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

PAIdi MTsN Plandi Jombang…….……….………87

2. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

PAIdi MTsN Tambakberas Jombang………….……..………..…90

3. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

(11)

4. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

PAIdi MTsN Bakalan Rayung Jombang………….….……….…92

5. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

PAI di MTsN Megaluh Jombang

……….………93

6. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

PAIdi MTsN Tembelang Jombang………..………...94

Tabel 4.2 Triangulasi Pengembangan Keberlangsungan

Profesionalitas Guru rumpun PAI

Bersertifikasi…..………....96

D. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAI

bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di MTsN

Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan

Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang...101

1. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

PAI bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di

MTsN Plandi Jombang……….………..102

2. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

PAI bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di

MTsN Tambakberas Jombang…….……….104

3. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

PAI bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di

(12)

4. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

PAI bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di

MTsN BakalanRayung Jombang………….………...……110

5. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

PAI bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di

MTsN Megaluh Jombang………..………..…...114

6. Pengembangan keberlangsungan profesionalitasguru rumpun

PAI bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di

MTsN Tembelang Jombang……….………..………117

Tabel 4.3 Triangulasi Pengembangan keberlangsungan

profesionalitas guru rumpun PAI bersertifikasi dalam

meningkatkan mutu pembelajaran……….……120

BAB V TEORI DAN PAPARAN DATA ………124

A. Mutu Pembelajaran PAI Di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas,

MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN

Tembelang Jombang Sebelum Ada Guru Bersertifikasi…...…….124

B. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAI

bersertifikasi di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN

Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN

Tembelang Jombang ……….127

C. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAI

bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di MTsN

(13)

Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang

………..…130

BAB VI PENUTUP ………..136

A. KESIMPULAN………..……….………136

B. SARAN ………..……….……….138

DAFTAR PUSTAKA ………...………139

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan, peran dan fungsi guru dalam dunia pendidikan merupakan salah satu faktor yang urgen. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 2 yang menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional.1 Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip profesionalisme untuk memenuhi hak sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Jabatan guru merupakan pekerjaan profesi, oleh karena itu kompetensi guru sangatlah dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan penjelasan Arifin yang mengartikan profesi adalah seperangkat fungsi dan tugas dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan keahlian khusus di bidang pekerjaan yang mampu mengembangkan kekaryaannya itu secara ilmiah disamping mampu menekuni bidang profesinya selama hidupnya.

1

(15)

2

Mereka itu adalah para guru yang profesional yang memiliki kompetensi keguruan berkat pendidikan atau latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka tertentu.2

Guru profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu pengetahuan, bahan ajar, dan metode yang tepat, akan tetapi mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan. Profesionalisme guru menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan. Guru yang profesional mampu mendidik anak didiknya secara efektif sesuai dengan permasalahan, sumberdaya, dan lingkungannya. Namun, untuk menghasilkan guru yang profesional bukanlah hal yang mudah.

Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda- tunda lagi, seiring dengan semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi seperti sekarang ini. diperlukan orang- orang yang memang benar- benar ahli di bidangnya, sesuai dengan kapasitas keilmuan yang dimilikinya agar setiap orang dapat berperan secara maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi yang menuntut kecakapan dan keahlian tersendiri. Sebenarnya profesionalisme bukan hanya karena faktor tuntutan dari perkembangan zaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia. Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas. Ada beberapa langkah

2

(16)

3

strategis yang harus dilakukan dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru, salah satunya adalah melalui sertifikasi guru sebagai sebuah proses ilmiah yang memerlukan pertanggungjawaban moral dan akademis.

(17)

4

melalui undang- undang tersebut juga sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di dunia ”saat ini mutu pendidikan di Indonesia masih kurang dan kalah bersaing, salah satunya disebabkan kualitas pendidiknya yang masih rendah, karena faktor kesejahteraan guru dan yang belum mendapat perhatian secara jernih dari pemerintah”, kata beliau.3

Dalam rangka meningkatkan kualitas guru dan dosen pemerintah menyusun undang- undang yang khusus ditunjukkan untuk mendongkrak kinerja dan profesionalitas guru sesuai dengan tugasnya. Undang- undang no.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disahkan pada Desember 2005 memuat berbagai aspek yang berkenaan dengan guru, mulai dari syarat yang harus dipenuhi untuk menunjang profesi guru, meliputi kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi sampai pada kesejahteraan yang berhak diterima. Selanjutnya pada pasal 2 disebutkan bahwa guru sebagai tenaga profesional wajib memiliki kualifikasi akademik , kompetensi, sertifikasi pendidik, sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.4

Dan mulai saat itu, sertifikasi menjadi istilah yang sangat popular dan menjadi topik pembicaraan yang hangat di dalam masyarakat, terutama di dunia pendidikan. Sertifikasi guru merupakan program yang menjanjikan bagi guru. Selain pemerintah ingin meningkatkan profesionalisme guru, juga ingin meningkatkan taraf hidup guru. Maka tidak bisa dipungkiri bahwa program sertifikasi guru mendapat sambutan hangat di kalangan pendidikan.

3

H.A.R.Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional. Kajian Pendidikan Masa Depan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), 42.

4

(18)

5

Tingginya angka ketidaklulusan uji sertifikasi, setidaknya disebabkan dua faktor, yaitu: masalah administrasi. Sudah menjadi masalah klasik bahwa persoalan administrasi guru memang lemah (diremehkan). Banyak kegiatan yang tidak dapat dibuktikan melalui bukti otentik kepesertaan di dalam kegiatan dimaksud. Kedua, problem sosialisasi format pengisian portofolio. Pengisian portofolio yang lengkap dan bukti- buktinya adalah alat ukur utama di dalam proses pelulusan di dalam uji sertifikasi. Minimalnya sosialisasi terhadap para guru tentang pengisian portofolio kiranya menjadi varibel penting lainnya yang menyebabkan banyaknya kegagalan di dalam uji sertifikasi.5

Adapun pelaksanaan sertifikasi guru didasarkan pada 6 prinsip, yaitu sebagai berikut.

1) Dilaksanakan secara objektif, transparan dan akuntabel.

Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat pendidik yang tidak diskriminatif dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses informasi tentang pengelolaan pendidikan, yang sebagai suatu sistem meliputi masukan , proses, dan hasil sertifikasi. Akuntabel merupakan proses sertifikasi yang dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administrasi, finansial, dan akademik.

5

Nur Syam, “Masalah Program Sertifikasi Guru”, Duta Masyarakat (Surabaya: Seminar Nasional

(19)

6

2) Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan mutu guru dan kesejahteraan guru.

Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifikasi guru akan diberikan tunjangan sebesar satu kali gaji pokok sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru.

3) Dengan dilaksanakan sesuai peraturan dan perundang- undangan.

Program sertifikasi guru dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

4) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis

Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan dengan efektif, harus direncanakan secara matang dan sistematis.

5) Menghargai pengalaman kinerja guru

(20)

7

6) Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah

Untuk efektifitas dan efisien pelaksanaan sertifikasi guru serta penjaminan kualitas hasil sertifikasi, jumlah peserta pendidikan profesi dan uji kompetensi setiap tahunnya ditetapkan oleh pemerintah.6

Berdasarkan uraian diatas disebutkan bahwa salah satu prinsip sertifikasi adalah meningkatkan mutu pendidikan, maka peneliti ingin mengetahui sekaligus mendeskripsikan “Pengembangan Keberlangsungan Profesionalitas Guru Bersertifikasi Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran MTsN di Kabupaten Jombang (Study Multikasus di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang)”.

B. Batasan Masalah

Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Guru bersertifikasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah guru mata pelajaran PAI di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang. 2. Hal-hal yang berkaitan dengan mutu pembelajaran agama Islam di MTsN

Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang di kabupaten Jombang.

6

(21)

8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti menentukan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana mutu pembelajaran PAI di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang sebelum ada guru bersertifikasi?

2. Bagaimana pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAIbersertifikasi di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang? 3. Bagaimana pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun

PAIbersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan mutu pembelajaran PAI di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang sebelum ada guru bersertifikasi.

(22)

9

MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang.

3. Untuk mendeskripsikan pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAIbersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi konstribusi dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia pendidikan agama.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru

Sebagai motivasi agar guru bisa memperbaiki kualitasnya sebagai pentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik sehingga mutu pembelajaran dapat semakin meningkat.

b. Bagi Sekolah

(23)

10

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji ulang hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian terdahulu (the prior research), peneliti menemukan beberapa karya ilmiah yang relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Halimatus Sa’diyah tahun 2008 dengan judul “Sertifikasi Guru (Studi Deskriptif Problematika Sertifikasi Guru rumpun PAIdi Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan / LPTK IAIN Sunan Ampel Surabaya)

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui problematika pelaksanaan sertifikasi guru di LPTK IAIN Sunan Ampel Surabaya serta problematika profesionalisme guru dalam pelaksanaan program sertifikasi guru di LPTK IAIN Sunan Ampel Surabaya dan mengetahui solusi alternatif yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada proses pelaksanaan sertifikasi guru di LPTK IAIN Sunan Ampel Surabaya. Hasil penelitian Halimatus Sa’diyah adalah sebagai berikut.

(24)

11

diberi kesempatan untuk mengikuti sertifikasi. Ketiga, fenomena LPTK sebagai lembaga penyelenggara sertifikasi guru.

2) Selain itu juga ada beberapa persoalan terkait dengan profesionalisme guru agama di LPTK IAIN Surabaya, seperti : kurangnya keikutsertaan dalam forum ilmiah, pendidikan dan pelatihan, prestasi akademik dan pengembangan profesi di kalangan guru.

3) Adapun upaya- upaya yang dilakukan sebagai solusi alternatif dalam mengatasi persoalan- persoalan yang ada dalam sertifikasi guru antara lain: perlu adanya strategi menciptakan guru profesional dengan menempuh beberapa cara seperti sistem penjaminan mutu, pembenahan manajemen guru, pola pendidikan profesi guru perlu dikembangkan, mengembangkan organisasi profesi guru, penyusunan kode etik guru, menyelenggarakan sertifikasi guru secara objektif dengan menunjung tinggi asas fairness, independent dan transparan. Selain itu juga harus mengetahui kiat- kiat sukses dalam mengikuti sertifikasi guru agar dapat lulus sesuai dengan apa yang diharapkan.7 2. Umi Nur Afiya tahun 2014, dengan judul “Pengaruh Program Sertifikasi

Guru Terhadap Hasil Belajar PAI Di SMPN 1 Soko Tuban”.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menjelaskan: (1) kualitas guru rumpun PAIyang telah tersertifikasi di SMP Negeri 1 Soko Tuban, (2) hasil belajar PAI siswa di SMP Negeri 1 Soko Tuban, dan (3) pengaruh program sertifikasi guru terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam di

7 Halimatus Sa’diyah, “Sertifikasi Guru (Studi Deskriptif Problematika Sertifikasi Guru rumpun PAIdi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan / LPTK IAIN Sunan Ampel Surabaya)”

(25)

12

SMP Negeri 1 Soko Tuban. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar ada pengajar PAI siswa yang signifikan antara sebelum guru tersertifikasi dan sesudah tersertifikasi, oleh karena itu adanya perbedaan hasil belajar tersebut maka diartikan bahwa ada pengaruh program sertifikasi terhadap peningkatan hasil belajar di SMP Negeri 1 Soko Tuban.8

3. Siswandari, Giyarni, dan Susilaningsih, dengan judul “Dampak Sertifikasi

Guru Terhadap Peningkatan Kualitas pembelajaran Peserta Didik”.

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dampak sertifikasi guru terhadap peningkatan kualitas pembelajaran peserta didik. Secara lebih rinci tujuan tersebut diuraikan sebagai berikut : (1) mengkaji kondisi akademik guru yang telah mendapatkan sertifikat pendidik khususnya implementasi kompetensi pedagogik dan profesional mereka dalam kaitannya dengan proses pembelajaran. (2) upaya guru untuk mempertahankan sertifikat pendidik yang telah dimiliki khususnya dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional serta, (3) dampak sertifikasi guru terhadap peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. Penelitian yang mengambil lokasi di eks Karesiden Surakarta ini menggunakan pendekatan mixed

method dengan memanfaatkan hasil penelitian kualitatif untuk mendesain

pendekatan kuantitatifnya. Informan dan sample yang terlibat dalam penelitian ini adalah 91 orang guru bersertifikasi, 74 guru yang belum

8

(26)

13

bersertifikasi dan 17 kepala sekolah serta 424 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth

interview) dan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis

interaktif dan analisis statistik diskriptif. Hasil penelitian ini yang perlu digarisbawahi antara lain adalah (1) hanya 37% dari guru bersertifikasi yang dapat menyampaikan materi dengan jelas, kemampuan pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran, kemampuan mengikuti perkembangan IPTEKS dan inovasi pembelajaran serta pengembangan keprofesian berkelanjutan masih perlu ditingkatkan, (2) diskusi antar sejawat yang mengampu mata pelajaran sama merupakan upaya yang paling diminati untuk mempertahankan profesionalitasnya, (3) guru bersertifikasi belum menunjukkan peningkatan kualitas pembelajaran di kelas secara signifikan. Hal ini antara lain diindikasikan oleh kemampuan menjelaskan materi yang masih kurang, masih kurangnya kemampuan memanfaatkan teknologi pembelajaran (sekitar 25% dinyatakan kurang cukup) dan 20% guru berindikasi kurang memperhatikan keadaan siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah dalam mengembangkan keprofesian berkelanjutan (continuing profesional

development) bagi para guru pasca sertifikasi dan bahan pertimbangan

bagi pemerintah pusat dalam mengembangkan kebijakan yang terkait dengan kesejahteraan guru Indonesia.9

9

(27)

14

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Agar pembahasan dalam penelitian (Tesis) ini mengarah kepada maksud yang sesuai dengan judul, maka pembahasan ini peneliti susun menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut:

Bab pertama, Pendahuluan, yang terdiri dari tujuh sub bab, yaitu: latar

belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, Kajian pustaka, yang terdiri dari empat sub bab, yaitu:

Bab ketiga, Metode penelitian, yang terdiri dari lima sub bab, yaitu:

pendekatan dan jenis penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

Bab keempat, Reduksi dan Penyajian data, yang terdiri dari dua sub bab,

yaitu: setting lokasi penelitian, dan penyajian data.

Bab kelima, Teori dan Paparan data. Dan Bab keenam, Penutup, yang

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Profesionalitas Guru

Profesionalitas berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga dapat diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.1

Secara etimologis, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris, yaitu

profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya

pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti sutau pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoretis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual.2

Menurut Martinis Yamin, profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik dan prosedur berlandaskan intelektualitas.3 Sedangkan menurut Jasin Muhammad, profesi adalah suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya

1

Roger Webster, Studying Literary, An Introduction (London: Edward Arnold, 1989), 233.

2

Sudarman Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Cetakan I (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), 6.

3

(29)

16

memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan yang ahli. 4

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.5 H.A.R. Tilaar menjelaskan bahwa seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Profesionalisme bertentangan dengan amatirisme. Seorang profesional akan terus menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan.6 Sedangkan menurut Kunandar, profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.7

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang

4

Yunus Namsah, Profesionalisme Guru (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 7.

5

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Depdiknas, 2011).

6

H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 86.

7

(30)

17

mensyaratkan kompetensi intelektualitas, sikap, dan keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis yang intensif.

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang luas di bidangnya.8 Guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah Negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas- kelas besar.

Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar kondusif, yaitu suasana belajar menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberi ruang pada siswa untuk berfikir aktif, kreatif dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya.

8

(31)

18

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sendiri sesuai dengan kemampuan dan kaidah- kaidah guru yang profesional. Mengomentari mengenai rendahnya kualitas pendidikan saat ini, merupakan indikasi perlunya keberadaan guru profesional. Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki interest yang kuat untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan kaidah- kaidah profesionalisme guru yang dipersyaratkan.

Guru dalam era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini bukan hanya sekedar mengajar (transfer of knowledge) melainkan harus menjadi manager belajar. Hal tersebut mengandung arti, setiap guru diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang kreatifitas dan aktifitas siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multimetode dan multisumber agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Berkenaan dengan pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan, ada 6 asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan, yaitu.

(32)

19

b) Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar bertujuan, maka pendidikan menjadi normatif yang diikat oleh norma- norma dan nilai- nilai yang baik secara universal, nasional, maupun lokal yang merupakan acuan para pendidik, peserta didik dan pengelola pendidikan. c) Teori- teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam

menjawab permasalahan pendidikan

d) Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan itu adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul tersebut.

e) Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik dengan pendidik yang memungkinkan peserta didik tumbuh ke arah yang dikehendaki oleh pendidik agar selaras dengan nilai- nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.

f) Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yaitu menjadikan manusia sebagai manusia yang baik (dimensi intrinsik) dengan misi instrumental, yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau mencapai sesuatu.9

Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional meliputi:

9

(33)

20

1) Kompetensi pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a). Artinya guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai manajemen kurikulum, mulai dari merencanakan perangkat kurikulum, melaksanakan kurikulum dan mengevaluasi kurikulum, serta memiliki pemahaman tentang psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan perkembangan peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berhasil guna.

2) Kompetensi personal, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir b). Artinya guru memiliki sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu manjadi sumber inspirasi bagi siswa. Dengan kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani, sehingga mampu melaksanakan tri- pusat yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri

Handayani. (Di depan guru memberi teladan/ contoh, di tengah

(34)

21

3) Kompetensi profesional, adalah kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c). artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi atau subjek matter yang akan diajarkan serta penguasaan didaktik metodik dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoretis, mampu memilih model, strategi dan metode yang tepat serta mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran. Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang kurikulum, dan landasan kependidikan.

4) Kompetensi sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir d). Artinya ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid- muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah bahkan masyarakat luas.10

B. Guru Bersertifikasi

Undang- undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menguraikan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian

10

(35)

22

sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Maka berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.11

Menurut Kunandar, sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikasi kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi. Sertifikasi dilakukan oleh perguruan tinggi penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Kegiatan sertifikasi profesi guru meliputi peningkatan kualifikasi dan uji kompetensi. Uji kompetensi dilakukan melalui tes tertulis untuk menguji kompetensi profesional dan pedagogik dan penilaian kinerja untuk menguji kompetensi sosial dan kepribadian. Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Karakteristik sistem sertifikasi adalah mendorong guru untuk berkembang, bercorak akademik, dan menantang, menuntut inisiatif/ prakarsa guru sendiri, dan berorientasi pada mutu atau profesional guru.12Bentuk peningkatan

11

E.Mulyasa, Standart Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 33.

12

Sukamto, Pengembangan Sistem Penilaian untuk Sertifikasi Guru,”Makalah Seminar Nasional

(36)

23

kesejahteraan guru berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikasi pendidik.13 Menurut pasal 11 UU GD tersebut tentang sertifikasi.

1) Sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.

3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.14

Serta dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan, pemerintah (Mendiknas) telah mengeluarkan Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan. Butir- butir penting pada peraturan tersebut adalah sebagai berikut.

Pasal 1

1) Sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikasi pendidik untuk guru dalam jabatan.

2) Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh guru dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV)

13

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), 79.

14

(37)

24

3) Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.

Pasal 2

1) Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikasi pendidik

2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio

3) Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan.

a) Kualifikasi akademik b) Pendidikan dan pelatihan c) Pengalaman mengajar

d) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran e) Penilaian dari atasan dan pengawas

f) Prestasi akademik

g) Karya pengembangan profesi h) Keikutsertaan dalam forum ilmiah

(38)

25

4) Guru dalam jabatan yang lulus penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mendapat sertifikasi pendidik

5) Guru dalam jabatan yang tidak lulus penilaian portofolio dapat:

a. Melakukan kegiatan- kegiatan untuk melengkapi dokumen portofolio agar mencapai nilai lulus, atau

b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang diakhiri dengan ujian

Sesuai persyaratan yang ditentukan oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi.

6) Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional

7) Guru dalam jabatan yang lulus pendidikan dan pelatihan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b mendapat sertifikasi pendidik.

8) Guru dalam jabatan yang belum lulus pendidikan dan pelatihan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b diberi kesempatan untuk mengulang ujian materi pendidikan dan pelatihan yang belum lulus. Tujuan sertifikasi guru menurut Kunandar yaitu:

a) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional

(39)

26

Adapun tujuan sertifikasi guru menurut Wibowo adalah sebagai berikut:

a. Melindungi profesi pendidik dan tenaga pendidik

b. Melindungi masyarakat dari praktek- praktek yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.

c. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan meyediakan rambu- rambu dan instrument untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.

d. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

e. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan.15

C. Mutu Pembelajaran

Mutu adalah perubahan. Maksudnya konsep mutu tetap berlaku untuk seumur hidup. Tetapi konsep mutu akan selalu dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Mutu pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran di sekolah dan hasil belajar yang mengikuti kebutuhan dan harapan

stakeholder pendidikan. Pendapat lain mengatakan bahwa mutu sebagai

“tempat untuk pakai” dan menegaskan bahwa dasar misi mutu sebuah sekolah

adalah mengembangkan program dan layanan yang memenuhi kebutuhan

15

(40)

27

pengguna seperti siswa dan masyarakat.16 Sedangkan menurut Suhana, mutu adalah totalitas karakteristik suatu produk (barang dan jasa) yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikkan atau ditetapkan.17

Mutu berkenaan dengan penilaian bagaimana suatu produk memenuhi kriteria, standar atau rujukan tertentu. Dalam dunia pendidikan, standar ini menurut Depdiknas dapat dirumuskan melalui hasil belajar mata pelajaran skolastik yang dapat diukur secara kuantitatif dan pengamatan secara kualitatif, khususnya bidang- bidang pengetahuan sosial.18

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa mutu adalah sesuatu kesempatan untuk menempatkan pada posisi kompetitif. Mutu pada dasarnya merupakan penyesuaian manfaat atau kegunaan. Artinya harapan sesuai dengan kepuasan pemakai.

Berdasarkan kerangka umum, mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja atau upaya) baik berupa barang maupun jasa. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam “proses

pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input seperti: bahan ajar (kognitif,

afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru),

16

Jerry H.Mawakimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), 42.

17

Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (Jakarta: Refika Aditama, 2014), 77.

18

(41)

28

sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana kondusif.19

Sedangkan pembelajaran itu sendiri menurut Zafar Iqbal adalah

Teaching is an arrangement and manipulation of a situation in which there

are gaps or obstructions which an individual will seek to overcome and from

which he will learn in the course of doing so. Teaching is an intimate contact

between a more mature personality and a less mature one which is designed

to further the education of the latter”.20

Dalam mengimplementasikan mutu pembelajaran, sekolah memiliki tanggungjawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi personal sekolah di dalam kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Bersama- sama dengan orangtua dan masyarakat, sekolah harus membuat keputusan, mengatur skala prioritas, disamping harus menyediakan lingkungan kerja yang lebih profesional bagi guru, dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta keyakinan masyarakat tentang sekolah atau pendidikan. Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang yang mewakili berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat sekolah dan secara profesional harus terlibat dalam setiap proses perubahan di sekolah melalui penerapan prinsip- prinsip pengelolaan kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan di dalam sekolah itu sendiri maupun sekolah lain. Ada empat hal yang terkait dengan prinsip- prinsip pengelolaan kualitas total, yaitu.

19

Edward Sallis, Tota Quality In Education (London: Kogan Page Ltd, 1993), 10.

20

(42)

29

1) Perhatian harus ditekankan kepada proses dengan terus menerus mengumandangkan peningkatan mutu.

2) Kualitas atau mutu harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah

3) Prestasi harus diperoleh melalui pemahaman visi bukan dengan pemaksaan aturan.

4) Sekolah harus menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap arif bijaksana, karakter, dan memiliki kematangan emosional.21

Adapun komponen- komponen yang membentuk sistem pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu komponen input, komponen proses dan komponen output. Komponen input diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:

1. Raw input, yaitu siswa yang meliputi intelek, fisik- kesehatan, sosial-

afektif dan peer group.

2. Instrumental input meliputi kebijakan pendidikan program pendidikan

(kurikulum), personil (Kepala sekolah, guru, staf TU), sarana, fasilitas, media dan biaya.

3. Environmental input, meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga,

masyarakat, lembaga sosial dan unit kerja.22

Komponen proses yaitu meliputi pengajaran, pelatihan, pembimbingan, evaluasi, ekstrakurikuler, dan pengelolaan. Selanjutnya output meliputi pengetahuan, kepribadian, dan performasi. Berdasarkan pendapat

21

Dena Hubbard, Continuons Quality Improvement (Amerika: Presscott Publishing, 1993), 5.

22

(43)

30

diatas, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pendidikan yang dapat menentukan keberhasilan pembelajaran dan mutu pendidikan. Oleh karena itu untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik, diperlukan proses pembelajaran yang berkualitas pula.

Mewujudkan mutu pembelajaran yang berkualitas, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai penjabaran lebih lanjut dari Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang didalamnya memuat standar proses. Dalam Bab I Ketentuan Umum SNP, yang dimaksud dengan standar proses adalah standar nasional pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Bab IV Pasal 19 ayat 1 SNP lebih jelas menerangkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemampuan sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

(44)

31

Mutu pembelajaran merupakan hal pokok yang harus dibenahi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini guru menjadi titik fokusnya. Pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi antara pendidik dan peserta didik, proses ini merupakan sebuah tindakan profesional yang bertumpu pada kaidah- kaidah ilmiah. Aktifitas ini merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai metode belajar.23

Menurut Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu Mulyono menyebutkan bahwa konsep mutu pembelajaran mengandung lima rujukan yaitu: 1. Kesesuaian, 2. Pembelajaran, 3. Efektifitas, 4. Efisiensi, 5. Produktifitas. Pembelajaran yang bermutu akan bermuara pada kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Secara sederhana kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yaitu merencanakan pembelajaran, proses pembelajaran serta evaluasi pembelajaran.24

Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dalam suasana tertentu dengan dukungan sarana dan prasarana pembelajaran tertentu pula. Oleh karena itu, keberhasilan mutu pembelajaran sangat tergantung pada guru, siswa, sarana pembelajaran, lingkungan kelas dan budaya kelas. Semua indikator tersebut

23

Dadang Suhardan, Supervisi Profesional (Bandung: Alfabeta, 2010), 67.

24

(45)

32

harus saling mendukung dalam sebuah sistem kegiatan pembelajaran yang bermutu.

Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang efektif yang pada intinya adalah menyangkut kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas.25 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mutu pembelajaran adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan sangat menentukan mutu pembelajaran yang akan diperoleh siswa.

25

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif deskriptif karena dalam penelitian ini data primernya menggunakan data yang bersifat data verbal yaitu berupa deskriptif yang diperoleh dari pengamatan peneliti.

Menurut Denzin dan Lincoln dalam buku Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan Konseling, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.1 Sedangkan menurut Masyhuri dan Zainuddin, penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris. Baik pada penelitian kuantitatif maupun kualitatif desainnya sama, yang membedakan adalah kemauan dan kepentingan peneliti itu sendiri.2

Penelitian deskriptif menurut Moh Nazir adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.3

1

Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan Konseling (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012), cet. Ke-1, jilid 1, 2.

2

Masyhuri dan Zainuddin, Metode Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: Refika Aditama, 2009), cet. Ke-2, jilid 1, 13.

3

(47)

34

Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa adanya suatu variabel, gejala, atau keadaan, bukan untuk menguji hipotesis.4

Adapun jenis penelitian kualitatif deskriptif peneliti gunakan dalam penelitian ini antara lain untuk mendeskripsikan secara sistematik mengenai bidang tertentu yang berkaitan dengan pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAI bersertifikasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran MTsN di kabupaten Jombang (Study Multikasus di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang).

B. Kehadiran Peneliti

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, maka untuk memperoleh hasil yang maksimal, kehadiran peneliti pada lokasi penelitian merupakan suatu keharusan, sehingga peneliti benar-benar mendapat informasi dan dapat melakukan pengamatan terhadap berbagai fenomena yang terkait dengan fokus tujuan penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Jumlah MTsN di kabupaten Jombang ada 17 yang disajikan pada Tabel 3.1 berikut.

4

(48)

35

Tabel 3.1. Daftar nama MTsN di Kabupaten Jombang

No Nama- nama MTsN di Kabupaten Jombang

1 MTsN Plandi Jombang 2 MTsN Rejoso Peterongan I 3 MTsN Tambakberas 4 MTsN Denanyar 5 MTsN Bakalan Rayung 6 MTsN Jogoroto

7 MTsN Panglungan 8 MTsN Kesamben 9 MTsN Diwek 10 MTsN Mojoagung 11 MTsN Bareng 12 MTsN Sumobito 13 MTsN Perak 14 MTsN Megaluh 15 MTsN Keras Diwek 16 MTsN Tembelang

17 MTsN Ngrembang Ngoro

Dari 17 jumlah MTsN di kabupaten Jombang, peneliti memilih tempat penelitian ini dilakukan di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh dan MTsN Tembelang dengan pertimbangan urutan peringkat sekolah terbaik, sedang, dan rendah.

D. Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.5 Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.6

5

Lexy J. Moleong, Methodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 4.

6

(49)

36

Sumber data adalah obyek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Sumber Data Primer

Data Primer adalah data yang berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.7

Dalam penelitian ini yang termasuk sebagai sumber data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil observasi, dokumentasi, dan hasil wawancara dengan pihak pembimbing atau guru maupun kepala sekolah mengenai usaha yang dilakukan untuk mengembangkan guru bersertifikasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran tingkat MTsN di kabupaten Jombang.

2) Sumber Data Sekunder

Data Sekunder adalah data atau informasi yang tidak didapat secara langsung dari sumber pertama (responden) baik yang didapat melalui wawancara ataupun dengan menggunakan kuesioner secara tertulis.8

Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan- laporan penelitian terdahulu.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut.

7

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2006), cet. ke-1, jilid 1, 209.

8

(50)

37

1. Observasi

Metode Observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data dengan observasi.9 Alat pengumpulan datanya adalah panduan observasi, sedangkan sumber data bisa berupa benda tertentu, atau kondisi tertentu, atau situasi tertentu, atau proses tertentu, atau perilaku orang tertentu. Adapun observasi yang dilakukan peneliti termasuk dalam jenis observasi, yaitu peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Metode observasi ini dimaksudkan untuk mengamati proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru bersertifikasi.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih yang bertatap muka dengan mendengarkan secara langsung informasi- informasi atau keterangan-keterangan.10 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan pihak- pihak terkait. Metode ini peneliti gunakan untuk meneliti data yang lebih dalam kepada narasumber yaitu Bapak Kepala sekolah dan guru mata pelajaran PAI yang bersertifikasi di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang sebagai sumber

9

Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), cet. Ke-1, jilid 1, 157.

10

(51)

38

data untuk mendapatkan data tentang pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAIbersertifikasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran MTsN di kabupaten Jombang.

Jenis wawancara dalam penelitian ini bersifat semi terstruktur atau terbuka atau tidak baku. Artinya dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat wawancara. Hal ini menyebabkan bahwa pedoman wawancara tidak perlu divalidasi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bungin dan Sutopo bahwa jika posisi pedoman wawancara sebagai pemandu awal dan bersifat terbuka serta lentur maka tidak memerlukan uji validasi. Agar terjamin keabsahan dan informasi tidak ada yang terlewatkan, maka peneliti menggunakan

tape recorder dan catatan lapangan. Sementara itu, pengujian validitas

terhadap butir- butir pertanyaan pada pedoman wawancara dilakukan melalui uji ahli dengan mengkonsultasikan butir- butir pertanyaan tersebut dengan pembimbing. Hal ini dilakukan karena pertanyaan- pertanyaan yang disusun pada pedoman wawancara hanya merupakan pertanyaan- pertanyaan pokok yang bisa berkembang pada saat wawancara berlangsung. Pertanyaan- pertanyaan akan berkembang tergantung pada persamaan yang dibuat subjek dan jawaban- jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan peneliti.11

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mencari data atau informasi dari

(52)

39

buku, catatan-catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan yang lainnya.12 Pengertian lain mengatakan, dokumentasi merupakan rekaman yang bersifat tertulis atau film dan isinya merupakan peristiwa yang telah berlalu.13 Foto termasuk salah satu jenis dokumentasi, foto dapat menangkap atau membekukan suatu situasi pada detik tertentu dan dengan demikian memberikan bahan deskriptif yang berlaku bagi saat itu.14

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles and Humberman yang meliputi Reduksi Data (Data Reduction), Penyajian Data (Data Display), dan

Conclusion Drawing/ Verification.15

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, semakin lama peneliti terjun ke lapangan maka semakin banyak dan kompleks data yang didapat. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan pola nya. Dengan demikian data

12

Ibid., 160.

13

Andi Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), cet. Ke-1, jilid 1, 192.

14

Ibid., 202.

15

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif, dan R&D,

(53)

40

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori,

flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan

yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing/ Verification

(54)

41

setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.

Dalam hal triangulasi, bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman penelitian terhadap apa yang telah ditemukan.16

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan sumber lainnya, adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi sumber, yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.17

Triangulasi meliputi empat hal, yaitu: 1. Triangulasi metode

Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan wawancara, observasi, survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara dan observasi atau pengamatan

16

Ibid., 330.

17

(55)

42

untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berebda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.

2. Triangulasi antar- peneliti

Dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan, justru agar tidak merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.

3. Triangulasi sumber data

Adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant

observation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi,

catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Masing- masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti.

4. Triangulasi teori

Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau

(56)

43

perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.18

Tapi disini dibatasi oleh peneliti, bahwasannya penelitian ini menggunakan 2 triangulasi yaitu triangulasi metode dan triangulasi sumber data.

18

(57)

BAB IV

REDUKSI DAN PENYAJIAN DATA

A. Gambaran Umum Lokasi- Lokasi Penelitian

Sebelum menganalisis data hasil penelitian, terlebih dulu peneliti menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian. Adapun lokasi-lokasi penelitian ini adalah MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, dan MTsN Tembelang.

1. Gambaran Umum MTsN Plandi Jombang

a. Lokasi

1. Nama Madrasah : MTsN Plandi Jombang 2. Madrasah dibuka tahun : 1978

3. Alamat

a. Desa : Pandanwangi

b. Kecamatan : Diwek

c. Kabupaten : Jombang

d. Provinsi : Jawa Timur

e. Telpon : 0321-863289

f. Alamat email : mtsn_plandi@yahoo.co.id

b. Sejarah MTsN Plandi Jombang

(58)

45

semula PGAN 6 tahun, Kelas I, II, III menjadi MTsN dan kelas IV, V, VI tetap PGAN.

Muatan materi materi di MTsN Plandi, 70 % umum dan 30 % agama. Dalam perkembangannya MTsN Plandi dituntut untuk masuk pagi, karena untuk waktu sore, pencapaian target kurikulum tidak maksimal, maka pada tanggal 16 Maret 1978 MTsN Plandi mulai masuk pagi dan memiliki gedung sendiri.

c. Struktur Organisasi

Struktur organisasi MTsN Plandi disajikan pada Gambar 4.1 berikut.

Kepala Kemenag Kab. Jombang

Kepala Madrasah

Dra. Umi Khoiriyah, M.Pd.I

Komite Madrasah

Deny Sri Widiawati Kepala Tata

Usaha

Gambar

Tabel 4.1 Triangulasi Mutu Pembelajaran PAI sebelum ada Guru
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 3.1. Daftar nama MTsN di Kabupaten Jombang
+7

Referensi

Dokumen terkait

As each sensor operating frequency is not the same, a synchronous controller is designed to issue a syn- chronous trigger signal to the host computer, so that the host can collect

Berbeda dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan yang menggunakan istilah tenaga kerja asing terhadap warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Negara

[B mengerjakan soal nomor 3, yaitu pandangan B sebentar tertuju pada soal, dan kembali beralih pada lembar jawaban, B mulai menuliskan angka (-21), menuliskan angka

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan proses sains (kognitif, afektif, psikomotorik) siswa kelas V melalui metode inkuiri terbimbing

Parachurch , kelompok kecil pemuridan, dan Misi Integral. Melalui delapan pola dan cara hidup ini penulis menginterpretasi ada tiga nilai penting yang terkandung dalam

Hal ini berarti bahwa pada darah wanita usia subur yang mengalami BV yang diberi Glucomannan Hydrolysates (GMH) + Antibiotik menunjukkan kadar IL-23 yang tinggi pada

Kalbos reikšmių aiškinimas pragmatiškai tikslingoje komunikacijoje is esmės yra gramatikos plačiąja prasme ir logikos kompetencijoje, to- · dėl tokios

Polimer lateks merupakan material yang agar ukuran partikel yang dihasilkan mempunyai menjanjikan untuk kreasi efek wama opal distribusi seragam atau sempi (Ruhl, 2005) sebagai