Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana S. Sos
Oleh: Alvita Kusdiarta
B74212064
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Alvita Kusdiarta. 2017. Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Menurut Cohen Pada Proses Perancangan Desain Produk Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service Surabaya.
Fokus masalah yang diteliti adalah bagaimana penerapan metode quality function deployment (QFD) pada proses perancangan desain produk Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service Surabaya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan proses perancangan desain produk Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service Surabaya dengan metode quality function deployment menurut Cohen.
Dalam menjawab fokus masalah tersebut digunakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus di Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service Surabaya. Metode yang digunakan dalam penggalian data antara lain wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara dengan kepala produksi Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service
Surabaya yaitu Sukinem. Data-data tersebut kemudian dianalisa dengan mereduksi data yang telah terkumpul dan disajikan dengan menggunakan teori
quality function deployment.
Hasil dari analisa tersebut antara lain faktor keutamaan konsumen terhadap produk perancangan Laksmi adalah keanggunan dan ala princess produk kebaya Laksmi. Pada proses penerapan metode quality function deployment
diketahui bahwa sistem perancangan Laksmi yang perlu mendapatkan evaluasi. Faktor teknis yang perlu mendapatkan evaluasi dalam pemenuhan kepuasan konsumen pada Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service Surabaya adalah peningkatan pelayanan terhadap proses perancangan produk kebaya Laksmi.
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I : PENDAHULUAN ... .. 1
A. Latar Belakang Masalah ... . 1
B. Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Konsep ... ... 8
F. Sistematika Pembahasan ... 14
BAB II : KAJIAN TEORETIK ... ... 16
A. Penelitian Terdahulu ... 16
B. Kerangka Teori ... 18
C. Perspektif Islam ... 31
BAB III : METODE PENELITIAN ... ... 36
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36
B. Lokasi Penelitian ... 36
C. Jenis dan Sumber Data ... 38
D. Tahap-Tahap Penelitian ... 42
E. Teknik Pengumpulan Data ... 44
F. Teknik Validasi Data ... 46
G. Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 50
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... . 50
1. Sejarah Obyek Penelitian ... 50
2. Visi dan Misi Obyek Penelitian ... 52
3. Profil Obyek Penelitian ... 53
1. Gagasan dalam Perancangan Desain Produk ... 63
2. Model Perancangan Desain ... 65
3. Proses Perancangan Desain Produk ... 66
4. Standar dalam Perancangan Desain Produk ... 70
5. Keunggulan dalam Perancangan Desain Produk ... .. 74
C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data) ... 78
BAB V : PENUTUP ... .. 93
A. Kesimpulan ... ... 93
B. Saran dan Rekomendasi ... 95
C. Keterbatasan Penelitian ... 96
Tabel 2.1. Langkah Quality Function Deployment... 18
Tabel 2.2. House of Quality ... 19
Tabel 2.3. Identifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen ... 21
Tabel 2.4. Weight factors untuk keinginan dan kebutuhan konsumen ... 22
Tabel 2.5. Proses Benchmarking... 23
Tabel 2.6. Perhitungan Modifikasi Rancangan Produk ... 25
Tabel 2.7. Parameter Teknis ... 26
Tabel 2.8. Matriks Interaksi ... 27
Tabel 2.9 Interaksi dengan Parameter Teknis ... 28
Tabel 2.10. Penetapan Target Values... 30
Tabel 3.1. Data Teori QFD ... 38
Tabel 4.1. Identifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen ... 79
Tabel 4.2. Weight factors untuk keinginan dan kebutuhan konsume... 79
Tabel 4.3. Proses Benchmarking... 81
Tabel 4.4. Perhitungan Modifikasi Rancangan Produk ... 82
Tabel 4.5. Keterangan Respon Teknis ... 85
Tabel 4.6. Parameter Teknis ... 85
Tabel 4.7. Matriks Interaksi ... 86
Tabel 4.8. Matriks Interaksi Kedua ... 88
Tabel 4.9. Interaksi dengan Parameter Teknis ... 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Peta Google Laksmi ... 37
Gambar 4.1. Model Produk Kebaya di Katalog Laksmi ... 73
Gambar 4.2. Produk Kebaya pada Katalog Laksmi ... 74
Gambar 4.3. Payet Jepang ... 77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jasa atau service didefinisikan sebagai aktifitas ekonomi yang memproduksi waktu, form, atau kegunaan psikologis. Menurut Kotler dikutip oleh Syukron, jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak yang lain. Jasa pada dasarnya
tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.1 Jasa merupakan suatu kegiatan yang tidak bisa dilihat. Tetapi, jasa dapat
dirasakan dan diambil manfaatnya bagi individu maupun organisasi.
Jasa berhubungan dengan kualitas. Apabila jasa yang diterima atau
dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa
dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui
harapan konsumen, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai ideal.
Namun, jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan,
maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Kualitas jasa dipersepsikan baik
dan tidaknya tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi
harapan konsumen secara konsisten.2
Kepuasan konsumen ditentukan oleh persepsi konsumen atas
kualitas produk atau jasa dalam memenuhi harapannya. Kepuasan
konsumen akan tercapai apabila setelah konsumen menggunakan suatu
1
Amin Syukron, Pengantar Manajemen Industri, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014, hal. 179
2
produk/jasa, keinginan dan kebutuhan konsumen dapat terpenuhi bahkan
melebihi harapannya. Irawan mengatakan, dikutip oleh Permana, bahwa
“ada lima hal utama yang mempengaruhi kepuasan konsumen, yaitu:
kualitas produk, kualitas pelayanan, harga, faktor emosional, dan
kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa tersebut.”3
Konsumen yang puas adalah konsumen yang merasa mendapatkan
value dari pemasok, produsen atau penyedia jasa. Irawan mengatakan, dikutip oleh Permana,
“Value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, atau sesuatu yang bersifat emosional. Jika konsumen mengatakan bahwa value adalah produk yang berkualitas, , maka kepuasan terjadi jika konsumen mendapatkan produk yang berkualitas. Jika value bagi konsumen adalah kenyamanan, , maka kepuasan akan datang jika pelayanan yang diperoleh benar-benar nyaman.”4
Dalam organisasi bisnis yang menggunakan jasa produksi, terdapat
metode-metode yang harus dilakukan. Metode-metode tersebut digunakan
dalam proses perancangan produk. Metode ini digunakan agar produk
tersebut dibuat dengan memerhatikan aspek kebutuhan serta keinginan
konsumen. Metode yang biasanya digunakan dikenal dengan quality function deployment. Quality function deployment merupakan suatu perangkat manajemen yang berfokus pada keinginan konsumen. Quality function deployment digunakan sebagai alat untuk pengembangan suatu produk.5
3
Made Virma Permana, "Peningkatan Kepuasan Pelanggan Melalui Kualitas Produk Dan Kualitas Layanan", JurnalDinamika Manajemen Vol. 4 No. 2, (Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, 2013), hal. 116
4
Ibid,.
5
Ginting mengatakan,
“Quality function deployment dikembangkan pertama kali di Jepang pada tahun 1972. Quality function deployment digunakan oleh Mitsubishi di galangan kapalnya di Kobe. Pada tahun 1978, Yoji Akao dan Shigeru Mizuno menyusun konsep ini dan memplubikasikannya. Sejak saat itu, proses dikembangkan oleh Toyota dan pemasoknya yang telah menggunakannya dalam rancangan mobil. Sekarang teknik quality function deployment
digunakan secara luas di Jepang dan telah mulai digunakan di Amerika dan Eropa oleh perusahaan-perusahaan seperti DEC, Hewlett Packard, AT&T, Texas Instrument, ITT, Ford, Chrysler, General Motors, Procter & Gamble, Polaroid, dan Deere & Company. Di Jepang, metode ini telah digunakan dan telah berhasil mengendalikan rancangan dan pembuatan suatu jajaran produk yang luas. Produk-produk tersebut yaitu barang-barang elektronik, mobil, barang-barang rumah tangga, rangkaian elektronik terpadu (IC), pakaian, dan rancangan untuk kenyamanan
setempat, penjualan eceran, dan perumahan.”6
Quality function deployment digunakan dalam membantu bisnis untuk memusatkan perhatian pada kebutuhan para konsumen ketika
menyusun spesifikasi desain produk. Quality function deployment juga digunakan untuk meningkatkan daya saingnya melalui perbaikan kualitas
dan produktivitasnya secara berkesinambungan. Quality function deployment menerjemahkan apa yang dibutuhkan konsumen menjadi apa yang dihasilkan oleh perusahaan. Fokus quality function deployment
adalah kepentingan dan harapan konsumen yang mengacu pada suara
konsumen dan melibatkan konsumen pada proses pengembangan produk
sedini mungkin. Metode quality function deployment merupakan suatu alat
6
bantu dalam perancangan produk yang dapat menerjemahkan keinginan
dan kebutuhan konsumen.7
Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service Surabaya berdiri pada tahun 2008. Rumah mode ini mengusung tema modis,
berkualitas, dan elegan. Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service Surabaya hanya menerima konsumen muslimah. Laksmi sendiri merupakan suatu usaha dalam bidang jasa yang didirikan untuk
menyalurkan bakat dan minat yang dimiliki oleh designer. Laksmi Kebaya
Muslimah dan Islamic Wedding Service Surabaya memiliki visi: mewujudkan spriritual company yang menjadi trade center kebaya dan fashion muslimah di Indonesia. Nama Laksmi berasal dari bahasa India,
yang memiliki arti cantik. Laksmi berusaha menghadirkan berbagai
konsep/tema pernikahan yang unik, elegan, dan cantik di hari pernikahan.
Laksmi melayani sewa kebaya muslimah, pembuatan kebaya muslimah,
make-up, dan dekorasi. Laksmi Islamic Wedding Service Surabaya juga melayani paket wedding lengkap mulai dari busana, dekorasi, dan make-up. Kelebihan menggunakan jasa wedding service by Laksmi, yaitu:8
1. Sewa Perdana. Pembuatan desain sewa ini disiapkan sesuai ukuran,
desain dan size calon pengantin dengan status sewa.
2. Hak milik. Pembuatan kebaya/dress ini disiapkan sesuai ukuran,
warna dan desain keinginan calon pengantin.
7
Agus Dudung, Merancang Produk, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, hal. 139
8
3. Sewa ready. Kebaya atau dress ini disiapkan dengan ukuran dan
desain sesuai produk yang disediakan.
Pada tahun 2015, Laksmi mengubah tema serta konsep bisnis
menjadi syariah. Dalam hal ini, perancangan produknya hanya
memproduksi busana muslimah terutama kebaya untuk pernikahan. Di
Surabaya masih jarang butik kebaya yang mengusung konsep kebaya
muslimah, sehingga Laksmi berusaha memenuhi kebutuhan konsumen
yang ingin menggunakan kebaya muslimah. Selain itu, Laksmi juga
menerima wedding service yaitu dekorasi pernikahan dengan tema Islami. Seiring semakin banyaknya perempuan yang mengenakan jilbab atau
kerudung, maka semakin banyak pula perempuan yang menikah dan
mengenakan kebaya muslimah serta pernikahan dengan konsep Islami.
Dengan demikian, Laksmi ingin memenuhi kebutuhan dan konsumen
muslimah yang ada di Indonesia terutama Surabaya yang ingin
mengadakan pernikahan dengan konsep syari’ah dan kebaya muslimah.
Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service Surabaya hadir untuk para konsumen yang ingin mengadakan pernikahan
menggunakan konsep Islami yang syari’ah. Laksmi Kebaya Muslimah dan
Islamic Wedding Service Surabaya memberikan kesan unik dalam konsep busana yang syari’ah, serta tema pernikahan yang sesuai dengan tuntunan
Rasulullah SAW. Dari pemaparan tersebut, sisi dakwah yang tergambar
yang ingin mengadakan pernikahan dengan konsep muslimah dan
menggunakan kebaya muslimah. Meskipun konsumen dalam kehidupan
kesehariannya tidak mengenakan jilbab, tetapi Laksmi tetap membuatkan
rancangan kebaya berjilbab. Menurut pihak Laksmi, pernikahan adalah hal
yang sakral dan disaksikan oleh Allah beserta malaikatNya. Oleh karena
itu, Laksmi lebih memilih membuat rancangan yang baik dan benar secara
agama.
Selain itu, Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service
Surabaya juga ingin menyampaikan pesan bahwa kebaya juga dapat
digunakan oleh muslimah tanpa harus mengesankan lekuk tubuh si
pemakai kebaya tersebut. Dalam hal ini, Laksmi menggunakan metode
quality function deployment untuk memberikan kenyamanan dan kepuasan dalam penggunaan perancangan desain produk kebaya Laksmi. Metode
quality function deployment yang dilakukan oleh Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service Surabaya menggunakan suara konsumen sebagai standart kepuasan konsumen.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang penerapan
metode quality function deployment menurut Cohen pada proses perancangan desain produk Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service Surabaya. Peneliti ingin memahami perancangan desain produk yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen Laksmi Kebaya
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana penerapan
metode quality function deployment (QFD) menurut Cohen pada proses perancangan desain produk Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service Surabaya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan metode
quality function deployment (QFD) menurut Cohen pada proses perancangan desain produk Laksmi Islamic Wedding Service Surabaya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
teoritis mata kuliah kewirausahaan yang dipelajari di jurusan Manajemen
Dakwah. Teori-teori tersebut berkenaan dengan kepuasan konsumen.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Laksmi
Kebaya Muslimah & Islamic Wedding Service Surabaya dijadikan
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan yang menyangkut
perancangan desain produk.
E. Definisi Konseptual
1. Metode Quality Function Deployment
Quality function deployment merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses perancangan produk. Quality function deployment mengerahkan keterlibatan antar bagian dalam organisasi untuk bekerjasama. Quality function deployment digunakan pada perancangan desain produk agar menghasilkan kualitas produk atau jasa
yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Quality function deployment dikembangkan untuk menjamin bahwa produk yang memasuki tahap produksi benar-benar akan dapat memuaskan
kebutuhan para konsumen. Quality function deployment dalam perancangan desain produk membentuk tingkat kualitas yang
diperlukan dan kesesuaian maksimum pada setiap tahap pengembangan
konsumen tidak akan puas dengan suatu produk, meskipun suatu
produk yang telah dihasilkan dengan sempurna bila tidak diinginkan
atau dibutuhkan.9
Fandy Tjiptono sebagaimana yang dikutip oleh Dudung
mengatakan, “Metode quality function deployment adalah praktik untuk
merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan
konsumen.”10
Dapat dikatakan bahwa, metode quality function deployment merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk menerjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen menjadi sebuah
spesifikasi desain produk.
2. Proses Perancangan
Rancangan merupakan faktor yang akan sering menjadi
keunggulan suatu perusahaan. Rancangan produk yang berkualitas
adalah rancangan yang dibuat berdasarkan fungsi dasar produk yang
disesuaikan dengan kualitas, kapasitas dan penampilan yang
memuaskan konsumen, serta nilai tambahan yang dapat menunjang dan
menarik keinginan konsumen. Rancangan produk dipengaruhi oleh
gaya dan variansi warna pada produk. Menurut Kotler, dikutip oleh
Dudung, “rancangan adalah totalitas fitur yang memengaruhi
9
Agus Dudung, Merancang Produk, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, hal. 139
10
penampilan dan fungsi produk tertentu menurut yang diisyaratkan oleh
konsumen.”11
Rancangan sangat penting dalam membuat dan memasarkan jasa
eceran, pakaian, barang-barang kemasan, dan peralatan tahan lama.
Adapun tolok ukur dalam rancangan, Menurut Kotler, dikutip oleh
Dudung, antara lain:12
a. “Gaya, menggambarkan penampilan dan perasaan yang ditimbulkan
oleh produk itu bagi pembeli.
b. Daya tahan, ukuran usia yang diharapkan atas beroperasinya produk dalam kondisi normal atau berat, merupakan atribut yang berharga untuk produk-produk tertentu.
c. Keandalan, ukuran probabilitas bahwa produk tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu.
d. Mudah diperbaiki, ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk ketika produk itu rusak atau gagal.”
Bagi perusahaan, produk yang dirancang dengan baik adalah
produk yang akan dengan mudah diproduksi dan didistribusikan. Bagi
konsumen atau konsumen, produk yang dirancang dengan baik adalah
produk yang menyenangkan untuk dilihat dan mudah dibuka, dipasang,
digunakan, diperbaiki, serta dibuang. Perancangan atau pengembangan
produk dibutuhkan oleh produsen dalam rangka mempertahankan atau
meningkatkan pangsa pasar. 13
3. Desain
Kotler dan Keller sebagaimana yang dikutip oleh Permana
mengatakan, “desain adalah sejumlah fitur-fitur yang berdampak pada
11
Agus Dudung, Merancang Produk, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, hal. 112-113
12
Ibid, hal. 112
13
bagaimana suatu produk terlihat, dirasakan, dan befungsi pada
konsumen.”14
Desain merupakan hasil kreativitas pemikiran manusia
yang diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Desain diawali
dari tahap menggali ide atau gagasan, kemudian dilanjutkan dengan
tahapan pengembangan rancangan, konsep perancangan produk, sistem
dan detail, proses produksi, evaluasi, dan berakhir dengan tahap
pendistribusian. Jadi, desain selalu berkaitan dengan pengembangan ide
dan gagasan, pengembangan teknik, proses produksi serta peningkatan
pasar.15
4. Produk
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar
untuk dimiliki atau dikonsumsi sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan.16 Bentuk-bentuk produk dalam arti luas mencakup benda-benda fisik, jasa, tempat, dan organisasi. Pada hakikatnya, setiap
produk yang ditawarkan bukan hanya untuk menjual fisiknya saja,
tetapi produk ditawarkan untuk menjual kebutuhan dan manfaat yang
terkandung di dalam produk tersebut. Keberadaan suatu produk
bergantung pada dinamika pasar, tingkat kompetisi, dan preferensi
konsumen.
14Rian Permana, “Desain Produk
Holder Connector VGA Dengan Quality Function Deployment
(QFD)”, Skripsi, (Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama, 2013), hal. 5
15
Ibid, hal. 5
16
Produk yang ditawarkan ke pasar akan melalui berbagai
tahapan. Tahapan yang harus dilalui suatu produk dikenal sebagai
siklus daur hidup. Daur hidup suatu produk memiliki empat tahapan
utama, yaitu pengenalan, pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan.
5. Desain Produk
Desain produk adalah sebuah bidang keilmuan atau profesi yang
menentukan bentuk atau form dari sebuah produk manufaktur, mengolah bentuk tersebut, agar sesuai dengan pemakainya dan sesuai
dengan kemampuan proses produksinya pada industri yang
memproduksinya. Sebagai contoh, desainer produk mendesain kursi
tidak hanya agar kursi tersebut tampak bagus, tetapi juga agar nyaman
diduduki dan mudah untuk diproduksi.
Desain produk menetapkan jenis bahan yang lebih baik. Hal ini
digunakan untuk membuat suatu produk, menentukan standar dan batas
toleransi serta dimensinya, menggambarkan penampilan dari produk,
sekaligus menetapkan standar kinerja produk yang bersangkutan.
Desain produk mempelajari bagian-bagian produk yang langsung
berinteraksi dengan manusia sebagai pemakai produk tersebut. Interaksi
yang dilakukan dengan manusia diharapkan dapat menghasilkan suatu
lingkungan. Suatu proses desain akan efektif jika memenuhi empat
hal:17
1. Karakteristik produk atau jasa selaras dengan persyaratan kebutuhan
konsumen,
2. Persyaratan kebutuhan konsumen dipenuhi secara paling sederhana dan
paling murah,
3. Waktu yang diperlukan untuk mendesain suatu produk atau jasa baru
dikurangi,
4. Revisi yang diperlukan untuk membuat suatu desain diperkecil.
6. Wedding Service
Wedding Service merupakan suatu bentuk pelayanan pernikahan seperti dekorasi gedung, dekorasi kamar pengantin, dekorasi kuade
pengantin, dekorasi tempat untuk berfoto bagi kedua pengantin.
Wedding service oleh Laksmi adalah pelayanan tambahan jika konsumen berkehendak menggunakan jasa pelayanan tambahan
tersebut. Jasa pelayanan ini sesuai dengan keinginan konsumen serta
bugdet yang dimiliki oleh konsumen. Jadi, pihak Laksmi tidak serta merta memaksa konsumen untuk menggunakan jasa wedding service.18
Islamic wedding service yang dimiliki oleh Laksmi adalah jasa pelayanan dekorasi yang bertema Islami. Laksmi bekerja sama dengan
17
Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin, Manajemen Produksi Modern Operasi
Manufaktur dan Jasa Buku 1, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, hal. 182
18
vendor-vendor profesional dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen dalam bentuk dekorasi dan sebagainya.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka
berfikir dalam penulisan skripsi. Dalam sistematika pembahasan dibagi
menjadi lima bab. Setiap bab akan diuraikan sesuai dengan sub-sub bab
untuk mempermudah penyusunan penelitian agar lebih mudah dipahami.
Fokus penelitian ini adalah penerapan metode quality function deployment. Dari fokus penelitian, , maka tersusun rumusan masalah penelitian.
Dari rumusan masalah yang sudah ada, dapat dibentuk metode
penelitian dan jenis data penelitian. Metode dan jenis data penelitian dapat
menentukan langkah awal untuk menentukan pendekatan dan jenis
penelitian yang akan digunakan. Data-data dan informasi yang didapat
merupakan bahan utuk menjabarkan metode quality function deployment,
sehingga menghasilkan beberapa jenis data yang akan dibahas pada bab
selanjutnya.
Dalam fokus penelitian, pendalaman teori dibahas pada bab kedua.
Teori tersebut mengenai metode quality function deployment dan proses implementasinya, yaitu praktek house of quality dalam menerjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Teori-teori tersebut dianggap sebagai
data dan perlu diolah kembali dengan melakukan penajaman akurasi data
Dalam bab ketiga, dari rumusan masalah, dapat dikemukakan
metode penelitian. Dalam membahas metode penelitian, jenis data
penelitian menjadi langkah awal dalam menentukan pendekatan dan jenis
penelitian. Data-data penelitian yang digali merupakan penjabaran house of quality dalam metode quality function deployment. Data yang akan digali di lapangan tidak terlepas dari data-data yang telah
diidentifikasikan. Berdasarkan data ini, informan, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisa data dapat ditentukan.
Dalam bab keempat, pembahasan data yang sudah diperoleh
dijabarkan sesuai dengan hasil teori quality function deployment yang telah dianalisa. Bab keempat ini sesuai dengan rumusan masalah dan
penjabaran dari fokus penelitian, yaitu data mengenai metode quality function deployment. Hasil data ini memungkinkan untuk dapat menghasilkan teori yang saling memperkuat, memperkaya teori, dan teori
yang saling berlawanan.
Hasil data merupakan jawaban atas rumusan masalah yang dibahas
secara singkat dalam bab keempat. Dalam penelitian ini, hanya terdapat
satu kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan ini, saran-saran diajukan sesuai
dengan kegunaan penelitian, yakni kegunaan teoritis dan praktis.
BAB II
KAJIAN TEORETIK A. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang quality function deployment terbagi menjadi dua, yaitu
quality function deployment terhadap pelayanan dan quality function deployment
terhadap produk. Quality function deployment terhadap pelayanan dikemukakan oleh Halim, Setyanto, Yuniarti1, Arfianto, Ciptomulyono2, Adriantantri3, Magdalena, Arto, Ginting4, Fauzi5, Ramadhani6, dan Zakaria7. Quality function deployment terhadap produk dikemukakan oleh Anggraeni, Desrianty, Yuniar8,
1
Allan Hardhika Halim, dkk., ”Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Pelanggan Dengan Integrasi Service Quality(Servqual) Dan Quality Function Deployment (QFD), Jurnal Rekayasa
dan Manajemen Sistem Industri No. 2, Vol. 1, (Prodi Teknik Industri, Universitas Brawijaya,
2013)
2
Zulvino Arfianto dan Udisubakti Ciptomulyono, “Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Kepada Pelanggan Dengan Menggunakan Integrasi Metode ServqualDan QFD (Studi Kasus : Hotel Elmi
Surabaya)”, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI, (Magister Manajemen Teknik, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, 2007)
3 Emmalia Adriantantri, “Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) Dalam Usaha
Memenuhi Kepuasan Pelanggan Terhadap Produk Aqua Gelas 240 Ml Pada Pt. Tirta Investama
Pandaan”, Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Industri, (Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang, 2008)
4
Marito Magdalena, dkk., “Peningkatan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) Di Rumah Sakit XYZ”, e-Jurnal Teknik Industri FT USU
No. 2 Vol. 3, (Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, 2013)
5Rahmat Fauzi, “Analisis Kualitas Pelayanan Di Baitul Maal Wa Tanwi
l (BMT) Dengan Quality
Function Deployment (QFD) (Studi Kasus Pada BMT Arafah)”, Skripsi, (Jurusan Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009)
6Yuliastuti Ramadhani, ”Peningkatan Kualitas Layanan Menggunakan Metode
Quality Function
Deployment Dan Service Blueprint”, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi
(SNAST) Periode III, (Prodi Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta,
2012)
7 Yogha Zakaria, “Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya
Peningkatan Kualitas Layanan Jasa Sewa Bis Pariwisata Po. Qitarabu Bandung”, Tugas Akhir,
(Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika), Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Telkom, 2013)
Luthfianto, Siswiyanti9, Saraswati, Oesman, Sodikin10, Azhari, Caecilia, Irianti11, Fanani, Nurkertamanda, Ola12, Ardani, Ginting, Ishak13, Rangkuti, Rambe, Ginting14, Maretty, Ginting, Siregar15, Anson, Tjitro, Ongkodjojo16, Permana17, Prasetyo18, Yudianto, Purnomo19, Sutanto, Indra, Yuliandra20. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian Perancangan Desain Produk Spring Bed
Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment oleh Febi Ardani; Rosnani Ginting; Aulia Ishak, yaitu menggunakan metode quality function
9 Saufik Luthfianto dan Siswiyanti, “Perancangan Tas Punggung Laptop Menggunakan Metode
Quality Function Deployment Pada Home Industri Langon Kota Tegal”, e-Journal Upstegal No. 2
Vol. 7, (Prodi Teknik Industri, Universitas Pancasakti Tegal, 2013)
10Ayu Wulandari Saraswati, dkk., “
Desain Ulang Mesin Pemotong Tempe Menggunakan Metode
Service Quality (Servqual) Dan Quality Function Deployment (QFD) Melalui Pendekatan
Antropometri”, Jurnal Rekavasi No. 1 Vol. 3, (Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, 2015)
11 Mohammad Aldy Awaludin Azhari, dkk., “Rancangan Produk
Sepatu Olahraga Multifungsi Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD)”, Jurnal Reka Integra No. 4 Vol. 3, (Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung, 2015)
12 Zainal Fanani, dkk., “Perancangan
Casing Dan Tata Letak Komponen Ozonizer Pengawet
Makanan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD)”, Jurnal Jati No. 3 Vol. 3, (Prodi Teknik Industri, Universitas Diponegoro Semarang, 2008)
13 Febi Ardani, dkk., “Perancangan Desain Produk
Spring Bed Dengan Menggunakan Metode
Quality Function Deployment”, e-Jurnal Teknik Industri FT USU No. 1 Vol. 5, (Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, 2014)
14 Laulia Ariyani Rangkuti, dkk., “Peningkatan Kualitas Produk
Crumb Rubber Dengan
Menggunakan Metode Quality Function Deployment”, e-Jurnal Teknik Industri FT USU No. 1
Vol. 5, (Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, 2014)
15Lia Maretty P, dkk., “Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed Dengan Mengg
unakan Metode
Quality Function Deployment”, e-Jurnal Teknik Industri FT USU No. 1 Vol. 5, (Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, 2014)
16Charles Anson, dkk., “Desain Dan Pembuatan Alat Penggiling Daging Dengan
Quality Function
Deployment”, Jurnal Teknik Industri No. 2 Vol. 8, (Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2006)
17Rian Permana, “Desain Produk
Holder Connector VGA Dengan Quality Function Deployment
(QFD)”, Skripsi, (Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama, 2013)
18 Dony Tugas Prasetyo, “
Penerapan Metode QFD (Quality Function Deployment) Terhadap
Produk Fish Nugget”, Skripsi, (Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, 2005)
19Tri Apri Yudianto dan Hari Purnomo, “Desain Tas Satchel Berbahan Lembaran Sabut Kelapa
Menggunakan Metode Quality Function Deployment”, Prosiding Seminar Nasional IENACO, (Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, 2013)
20Agus Sutanto, dkk., “
Pengembangan Desain Produk dengan Metoda QFD: Studi Kasus Desain
Peralatan Pembuat Adonan Roti untuk Usaha Skala Kecil”, Prosiding Seminar Nasional Tahunan
Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV), (Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Andalas,
deployment dalam perancangan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Perbedaan penelitian ini terletak pada produk yang diteliti.
Penelitian Perancangan Desain Produk Spring Bed Dengan Menggunakan Metode
Quality Function Deployment meneliti produk spring bed yang dibutuhkan oleh pasar. Sementara itu, penelitian ini adalah produk kebaya muslimah untuk pesta
pernikahan bertema Islami dan kebaya wisuda.
B. Kerangka Teori
Laksmi Islamic Wedding Service mengutamakan unsur kenyamanan dan kepuasan konsumen. Laksmi Islamic Wedding Service menggunakan perancangan
desain produk yang sesuai dengan syari’at Islam. Dalam perancangan desain
produk, Laksmi Islamic Wedding Service terfokus pada keinginan serta kebutuhan konsumen. Pada umumnya, sebelum konsumen mengenakan produk Laksmi,
konsumen akan mengadakan pertemuan untuk memilih desain dan perancangan
produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Langkah-langkah
yang dibutuhkan Laksmi Islamic Wedding Service tercantum dalam metode
quality function deployment. Secara umum, proses quality function deployment
adalah pada tabel di bawah ini.21
Tahap Aktivitas
1 Identifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen
2 Hubungan antara kebutuhan konsumen dan karakteristik perancangan
3 Evaluasi kompetitif terhadap produk pesaing
4 Menghubungkan setiap karakteristik teknis dan karakteristik
21
komponen
5 Menghubungkan proses operasi dengan parameter kontrol
6 Implementasi dan perbaikan secara terus menerus
Tabel 2.1. Langkah Quality Function Deployment
Sebelum merumuskan sebuah rumah mutu, perlu diketahui dua hal.
Pertama, apa yang diinginkan oleh konsumen (customer requirements). Kedua, apa yang disyaratkan oleh produsen (engineering characteristics). Apa yang diinginkan oleh konsumen diperoleh dari riset pasar, baik yang dilakukan oleh
pihak sales ataupun yang dilakukan oleh divisi riset dan pengembangan. Setelah itu, uji house of quality dapat dilakukan. Setelah dilakukan uji house of quality,
quality function deployment dapat diterapkan. Langkah-langkah implementasi proses quality function deployment terdapat dalam tabel house of quality di bawah ini.22
Tabel 2.2. House of Quality
22
Agus Dudung, Merancang Produk, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, hal. 142
1
Persyaratan pelanggan
4 matriks hubungan spesifikasi keinginan pelanggan dan persyaratan
industri
2
perbandingan dengan pesaing 3
rancangan karakteristik menurut persepsi industri
6
penilaian antara capaian nilai dan target, baik aspek
teknik maupun nilai 5
House of Quality adalah inti dari quality function deployment. House of Quality ini berisi peta atau diagram yang berisikan konsep serta ide dari konsumen yang diterjemahkan menjadi suatu produk, namun perancangan produk
yang dilakukan tetap menggunakan ketentuan-ketentuan dari perusahaan. Rumah
kualitas atau biasa disebut juga House of Quality (HOQ) merupakan tahap pertama dalam penerapan metodologi Quality Function Deployment. Secara garis besar, matriks atau diagram ini adalah upaya untuk menerjemahkan voice of costumer secara langsung terhadap karakteristik-katakteristik atau spesifikasi dari sebuah produk (barang atau jasa) yang dihasilkan. Perusahaan akan berusaha
untuk mencapai karakteristik yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Sebelumnya, perusahaan telah melakukan benchmarking terhadap produk pesaing. Benchmarking dilakukan untuk mengetahui posisi-posisi dari kompetitor relatif produk yang ada di pasaran.23
Pada tahap pertama, kisi-kisi yang ada pada sisi kiri rumah mutu berguna
untuk menjelaskan spesifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen. Pernyataan
tersebut dijawab dengan rumusan desain. Tahap kedua, kisi-kisi pada sisi kanan
rumah mutu berguna untuk menjelaskan hasil penilaian daya saing produk
perusahaan. Hal ini dilakukan dengan membandingkan produk sendiri dengan
produk pesaing. Tahap ketiga, kisi-kisi yang terletak di langit-langit rumah mutu
berguna untuk menjelaskan spesifikasi produk menurut standar mutu yang
ditetapkan oleh produsen atau penyedia jasa. Tahap keempat, kisi-kisi di bagian
tengah rumah mutu berguna untuk menjelaskan korelasi antara keinginan
23
konsumen dengan persyaratan standar mutu yang ditentukan perusahaan. Tahap
kelima, kisi-kisi di bagian atap rumah mutu berguna yang berguna untuk
menjelaskan korelasi antar faktor-faktor yang menjadi indikator persyaratan
standar mutu yang diinginkan oleh perusahaan. Tahap keenam, kisi-kisi di bagian
dasar rumah mutu berguna untuk menjelaskan hasil evaluasi teknis produksi dan
target nilai atas spesifikasi yang ditetapkan oleh perusahaan.24
Langkah-langkah dalam menyelesaikan quality function deployment, adalah sebagai berikut:25
1. Menyusun Nilai Prioritas Produk
a. Penyusunan nilai prioritas produk dilakukan berdasarkan prioritas
(diukur dengan bobot kepentingan). Penyusunan nilai-nilai
berdasarkan prioritas produk ini mencerminkan hal-hal yang
diharapkan oleh konsumen atau pemakai produk. Namun, dalam batas
syar’iat Islam yang telah digunakan sebagai standar perusahaan.
No.
Harapan konsumen
Atribut Keterangan
1. Mudah dibawa Terdapat pegangan tangan yang membantu akses pada saat membawa produk
2. Mudah dibuka Model yang sederhana sehingga memudahkan untuk akses membuka produk
3. Kapasitas Dapat membawa barang-barang penting yang jumlahnya tidak sedikit
4 Tahan lama Bahan-bahan yang tidak mudah rusak apabila terkena panas maupun air hujan
24
Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin, Manajemen Produksi Modern Operasi
Manufaktur dan Jasa Buku 2, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, hal. 200
25
5. Akses rahasia Tempat penyimpanan barang-barang penting, yang hanya diketahui oleh pengguna produk Tabel 2.3. Identifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen
b. Dalam menyusun nilai prioritas produk, konsumen akan memberikan
hal-hal yang perlu dijadikan dasar pertimbangan dalam perancangan
produk dengan memperhatikan nilai-nilai terpentingnya (the voice of customer). Hal ini akan ditunjukkan dengan pemberian faktor pembobotan dari setiap nilai-nilai yang diberikan (weight factors atau
relative importance of product atributes). Untuk perancangan tas, nilai prioritas produk dapat diklasifikasikan sebagai berikut:26
Nilai Prioritas Produk Relative Importance Index (Weight Factors)
1) Mudah dibawa 2
2) Mudah dibuka 4
3) Kapasitas 1
4) Tahan lama 5
[image:32.595.139.516.224.537.2]5) Akses rahasia 3
Tabel 2.4. Weight factors untuk keinginan dan kebutuhan konsumen
2. Melakukan Evaluasi Produk27
a. Tahap kedua, setelah melakukan penyusunan nilai prioritas produk,
melakukan evaluasi produk yang akan digunakan sebagai pembanding
dengan produk kompetitor (proses benchmarking).
26
Amin Syukron, Pengantar Manajemen Industri, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014, hal. 205
27
b. Pada tahap pertama, prioritas yang telah ditetapkan dipakai sebagai
dasar acuan untuk melakukan evaluasi. Penilaian tersebut disesuaikan
dengan kriteria-kriteria yang disusun. Dari penyusunan kriteria-kriteria
tersebut, dapat diketahui produk tersebut lebih baik, sama, atau lebih
jelek dari produk pesaing.
c. Pada tahap evaluasi, produk akan menunjukkan potensi-potensi
perbaikan yang bisa dilakukan. Kelebihan dan kekurangan produk
yang ada dibandingkan dengan produk pesaingnya. Setelah dinilai dan
diketahui kelemahan produk tersebut, kemudian produk tersebut akan
diidentifikasi untuk dilakukan perbaikan pada perancangan berikutnya.
Penjelasan tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini.28 1 2 3 4 5
= Lemah = Kuat
[image:33.595.134.506.209.693.2]Produk pesaing Produk sendiri
Tabel 2.5. Proses Benchmarking
28
Ibid, hal. 205-206
Nilai Prioritas Produk
1) Mudah dibawa
2) Mudah dibuka
3) Kapasitas
4) Tahan lama
3. Proyek Modifikasi Rancangan Produk29
a. Langkah evaluasi dapat digunakan sebagai acuan dalam menetapkan
nilai-nilai yang diinginkan. Langkah evaluasi produk akan terlihat
setelah produk sendiri dibandingkan dengan produk kompetitor. Hasil
evaluasi produk memberikan gambaran jelas mengenai masalah yang
dihadapi oleh produk yang ada. Hasil evaluasi tersebut yang dijadikan
sebagai acuan pembanding (benchmarking).
b. Dengan melihat data perbandingan dan relative importance index
(weight factor) dari atribut produk, maka dapat dilihat peluang perbaikan. Data perbandingan digunakan sebagai dasar dalam
perancangan produk untuk perbaikan rancangan selanjutnya
c. Masing-masing nilai prioritas produk memiliki target yang harus
dicapai dan diberi penilaian dengan skala 1-5 (lihat pada nomer 1,
pada tabel nilai prioritas produk). Produk yang sudah lebih unggul
tidak memerlukan modifikasi.
d. Rumus dalam menentukan nilai produk yang akan dimodifikasi:
Improvement rate = target value/evaluation score; improvement rate
untuk atribut produk 2 (mudah dibuka) = 5/3 = 1,7; atribut produk 5
(akses rahasia) = 3/3 = 1. Rumus ini digunakan apabila modifikasi
produk diperlukan sebagai nilai lebih dari produk kompetitor.30
e. Perhitungan bobot (weight factor) untuk nilai prioritas dihitung dengan rumus sebagai berikut: bobot = relative importance index x
29
Ibid, hal. 206
30
improvement rate. Untuk nilai prioritas produk nomer 2, bobot: 4 x 1,7 = 6,8 ( atau 6,8/16,8 x 100% = 40%). Untuk nilai prioritas nomer 5: 3
x 1 = 3 (atau 3/16,8 x 100% = 17%).31
Atribut Produk
1 2 3 4 5
T
arget value
Im
prov. Rate
Re
l. Im
p.
Inde
x
W
eight
W
eight %)
1) Mudah dibawa 4 1 2 2 11
2) Mudah dibuka 5 1,7 4 6,8 38
3) Kapasitas 4 1 1 1 6
4) Tahan lama 4 1 5 5 28
[image:35.595.99.559.177.589.2]5) Akses rahasia 5 1 3 3 17
Tabel 2.6. Perhitungan Modifikasi Rancangan Produk 17,8 100
4. Karakteristik/Parameter Teknis32
a. Rancangan produk baru dijabarkan dalam pengertian karakteristik atau
parameter teknis.
b. Parameter teknis adalah ukuran yang ditentukan dalam perancangan
produk didasarkan pada spesifikasi dari produk, atau unit-unit yang
diuraikan menurut operasionalisasi dari nilai-nilai produk yang sudah
ada.
c. Parameter teknis tersebut diletakkan dalam kolom matriks the House of Quality, dijabarkan (deploy) seluas-luasnya, detail dan lengkap. Jika
31
Ibid,.
32
diperlukan dapat disusun secara terstruktur dengan jelas. Seperti tabel
[image:36.595.128.563.170.546.2]2.7. di bawah ini.33
Tabel 2.7. Parameter Teknis
5. Matriks Interaksi34
a. Matriks interaksi merupakan inti dari metode quality function deployment.
b. Matriks interaksi memiliki unsur hubungan antara nilai-nilai prioritas
produk (what) dan parameter-parameter teknis (how).
c. Dengan menggunakan matriks interaksi, setiap sel matriks dilakukan
evaluasi. Sel matriks digunakan sebagai interaksi dalam menganalisa
hubungan, seperti apa yang terjadi: kuat/erat (strong), lemah (weak), atau tidak ada hubungannya.
33
Ibid, hal. 208
34
Ibid, hal. 208-209
Atribut Produk Volume Ke aman an C ara
Membuka Segmen Baha
n B era t B ersih Le tak Resle ti ng Ke nya man an Re lative Import an ce
1) Mudah dibawa 2
2) Mudah dibuka 4
3) Kapasitas 1
4) Tahan lama 5
d. Jumlah skor untuk tiap-tiap parameter teknis (per kolom matriks) akan
menunjukkan prioritas yang harus diambil dari proyek perbaikan
rancangan. Rumusnya adalah antara lain: nilai kekuatan dari simbol x
perhitungan bobot. Misalnya, untuk weight factor nomer 2 (mudah
dibuka=38) dan respon teknis “Cara Membuka” lingkaran (9) sehingga
38x9=342.35
[image:37.595.109.540.240.643.2]= kuat (9) = sedang (3) = lemah (1)
Tabel 2.8. Matriks Interaksi
35
Ibid, hal. 209
Atribut Produk Volume Ke aman an C ara
Membuka Segmen Baha
n B era t B ersih Le tak Resle ti ng Ke nya man an Re lative Import an ce 1) Mudah dibawa
99 11 2
2) Mudah dibuka
114 342 38 114 342 114 4
3) Kapasitas 54 18 18 1
4) Tahan lama 252 252 252 5
5) Akses rahasia
153 51 17 153 3
Sum scores 153 267 645 73 263 132 495 366 2.394
6. Hubungan antara Interaksi dengan Parameter Teknis36
a. Langkah perancangan dalam langit dari house of quality
menggambarkan interaksi yang ada di antara parameter-parameter
teknis. Sebagai contoh: suatu “keamanan” akan mempengaruhi “cara
membuka” dari rancangan yang dibuat.
b. Perubahan pada sebuah parameter akan mempengaruhi hubungan
dengan parameter yang lain. Hal yang penting dalam menetapkan
parameter teknis adalah derajat hubungan antara parameter-parameter
yang ada “positive >< negative” atau “erat/kuat >< lemah,”. Hal
tersebut mengembangkan sebuah solusi alternatif untuk perbaikan satu
atau lebih dari parameter-parameter teknis dari produk secara spesifik.
Tabel 2.9. menunjukkan hubungan antara parameter satu dengan
parameter yang lainnya.
Tabel 2.9 Interaksi dengan
Parameter Teknis
Keterangan:
++ : hubungan kuat positif
36
Ibid, hal. 210
Volume
Ke
aman
an
C
ara
membuka Segmen B
aha
n
B
era
t ber
sih
Le
tak
re
sletin
g
Ke
nya
man
[image:38.595.136.515.213.681.2]+ : hubungan positif
- : hubungan negatif
__ : hubungan kuat negatif
7. Analisa Teknis dan Target Values37
a. Rancangan produk yang ada dan produk kompetitor-nya dijadikan
sebagai sebuah acuan untuk langkah “benchmarking”. Benchmarking
dianalisa, diperbandingkan dan dievaluasi untuk menetapkan
nilai-nilai parameter teknis yang perlu memperoleh perhatian. Nilai-nilai-nilai
parameter teknis digunakan sebagai prioritas utama dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen.
b. Tujuannya adalah untuk mengetahui atribut yang memberikan
prioritas tertinggi sehingga menjadi prioritas utama dalam
memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Hal ini juga menetapkan “target values” yang harus bisa
dipenuhi oleh rancangan produk yang akan dikembangkan.
c. Penetapan langkah perbaikan didasarkan pada data teknis yang ada
dan prioritas dari parameter-parameter teknis yang telah dievaluasi
sesuai yang terdapat pada langkah nomer 5.
37
= kuat (9) = sedang (3) = lemah (1)
Tabel 2.10. Penetapan Target Values
8. Feasibility38
a. Perbaikan (improvements) yang akan dilakukan tergantung pada pengetahuan dan skill dari pekerja/karyawan baik yang dari bagan perancangan (design) maupun produksi, tersedia atau tidaknya
38 Ibid,. Atribut Produk Volume Ke aman an C ara
Membuka Segmen Baha
n B era t B ersih Le tak Resle ti ng Ke nya man an Rela tiv e Imp o rt a nce In dex
1) Mudah dibawa 99 11 2
2) Mudah dibuka 114 342 38 114 342 114 4
3) Kapasitas 54 18 18 1
4) Tahan lama 252 252 252 5
5) Akses rahasia 153 51 17 153 3
Sum scores 153 267 645 73 263 132 495 366 2.394
kapasitas untuk pengembangan, tersedia atau tidaknya kapasitas
produksi.39
b. Feasibility merupakan langkah untuk mengestimasi derajat kompleksitas dan biaya (costs) perbaikan.
c. Penetapan prameter-parameter dari target values harus mendapatkan perhatian utama untuk perbaikan rancangan dengan berdasarkan
prioritas, kelayakan dan hubungan timbal balik di antara
parameter-parameter yang ada.
9. Development
a. Hasil akhir dari quality function deployment (Development Plan). b. Memutuskan target values (requirements) untuk parameter-parameter
teknis dan menyesuaikan dengan kapasitas pengembangan yang
tersedia.40
C. Kajian Teori berdasarkan Perspektif Islam.
Ayat di atas memiliki arti antara lain “Wahai Nabi! Katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin,
39
Ibid,.
40
“Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya41 ke seluruh tubuh mereka.” Yang
demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”42
Secara bahasa, kata al-jilbab sama dengan kata al-qamish atau baju kurung
yang bermakna baju yang menutupi seluruh tubuh. Al-jilbab juga sama
dengan al-khimar atau tudung kepala yang bisa dimaknai dengan apa yang
dipakai di atas baju seperti selimut dan kain yang menutupi seluruh tubuh
wanita. Ibnu Manzur dalam Lisanul Arab mengatakan bahwa jilbab berarti selendang, atau pakaian lebar yang dipakai wanita untuk menutupi kepada,
dada, dan bagian belakang tubuhnya.
Dalam masyarakat Islam selanjutnya, jilbab diartikan sebagai pakaian
yang menutupi tubuh seseorang. Bukan hanya kulit tubuhnya tertutup,
melainkan juga lekuk dan bentuk tubuhnya tidak kelihatan. Di dalam
kehidupan manusia, pakaian adalah kebutuhan pokok manusia yang tidak
hanya berkaitan dengan kesehatan, etika, estetika, tetapi juga berhubungan
dengan kondisi sosial budaya, bahkan juga ekspresi ideologi. Bagi manusia
pakaian tidak hanya berdimensi keindahan, tetapi juga kehormatan bahkan
keyakinan. Itulah sebabnya, aturan pakaian termasuk yang dipandang penting
oleh Allah SWT, sehingga tercantum dalam beberapa ayat Al-Quran dan
Hadits.
Berpakaian atau berbusana secara Islam, terutama bagi muslimah adalah
bagian dakwah yang penting dalam syi’ar Islam di seluruh dunia, karena
41
Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, wajah, dan dada.
42
terdapat muhkamat (petunjuk jelas) dalam Quran. Dalam dalil-dalil
Al-Quran dan Hadits busana muslimah merupakan ketentuan tata busana bagi
kaum muslimah untuk menutup auratnya berdasarkan syari’at Islam.
Sebelum diturunkannya ayat di atas, cara berpakaian perempuan satu
dengan lainnya adalah sama. Hal ini mengakibatkan perempuan-perempuan
tersebut sering diganggu oleh lelaki usil. Bagi perempuan, sejak dimulainya
masa dewasa wajib menutup seluruh anggota badannya kecuali apa yang
terbiasa nampak dari badan perempuan tersebut yaitu wajah dan telapak
tangan. Perempuan yang telah menutup seluruh anggota badannya lebih
mudah untuk dikenali sebagai perempuan muslimah sehingga mereka tidak
akan diganggu.43
Pada ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa jilbab memiliki banyak arti,
antara lain:
1. Ibnu Abbas menafsirkan jilbab sebagai ar-rida’ yang berarti mantel,
yang menutup seluruh tubuh bagian atas hingga bawah;
2. Al-Qasimi menggambarkan ar-rida’ seperti as-sirdab, yaitu
terowongan;
3. Menurut Al-Qurthubi, Ibnu Al-„Arabi, dan An-Nasafi jilbab adalah
pakaian yang menutupi seluruh tubuh;
4. Ada yang mengartikan jilbab sebagai milhafah, yaitu baju kurung
yang longgar dan tidak tipis, dan semua yang menutupi baik berupa
pakaian maupun yang lainnya;
43
5. Sebagian lainnya memahaminya sebagai mula’ah yaitu baju kurung
yang menutupi wanita;
6. Yang terakhir mengartikannya sebagai al-qamish.
Menurut pengertian jilbab yang disebutkan di atas, jilbab adalah setiap
pakaian longgar yang menutupi pakaian yang biasa dikenakan dalam
keseharian. Hal ini seperti diungkapkan Ummu „Athiyyah ra dalam hadits di
bawah ini.
Rasulullah saw memerintahkan kami untuk keluar pada hari Fitri dan
Adha, baik gadis yang menginjak akil balig, wanita-wanita yang sedang haid,
maupun wanita-wanita pingitan. Wanita yang sedang haid tetap meninggalkan
shalat, namun mereka dapat menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum
Muslim. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami ada
yang tidak memiliki jilbab?” Rasulullah saw menjawab, “Hendaklah
saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya.” (HR. Muslim)
Hadits di atas menunjukkan kewajiban wanita untuk mengenakan jilbab
ketika hendak keluar rumah, juga memberikan pengertian bahwa yang
dimaksud dengan jilbab bukanlah pakaian sehari-hari yang biasa dikenakan
dalam rumah. Dalam hal ini, jika ada seorang wanita yang tidak memiliki
jilbab, tidak mungkin wanita tersebut tidak memiliki pakaian yang biasa
dikenakan di dalam rumah. Tentunya, wanita tersebut memiliki pakaian, tetapi
pakaiannya tidak termasuk dalam katagori jilbab.44
44
Batasan-batasan hijab Islami yang sesuai dengan perintah Allah dalam
kitabNya dan perintah RasulNya, antara lain:45
1. Ukuran atau standarisasi hijab yang harus dipergunakan oleh kaum
perempuan pada dasarnya sama dengan ciri-ciri busana yang harus
dipergunakan oleh kaum perempuan sesuai dengan firman Allah dalam
Al-Quran surat An-Nur ayat 31.
2. Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh kaum perempuan muslim
dalam menggunakan pakaian adalah jangan sampai pakaian tersebut
dijadikan sebagai hiasan.
3. Pakaian yang dipergunakan harus tebal dan tidak tipis.
4. Jangan sampai pakaian yang dipergunakannya ketat sehingga
menampakkan bentuk tubuh.
5. Jangan menaruh wangi-wangian atau sejenis parfum pada pakaian
tersebut.
6. Pakaian yang dipergunakan oleh perempuan muslimah tidak
diperbolehkan menyamai bentuk pakaian laki-laki.
7. Jangan sampai pakaian yang dipergunakan perempuan muslimah serupa
atau meniru pakaian yang digunakan oleh perempuan-perempuan kafir.
Hal ini jelas pada sebagian ayat Al-Quran yang memerintahkan agar
kaum muslimin tidak mengikuti keinginan orang kafir. Terutama
kepada kaum yang telah mendapatkan petunjuk dan ajaran dari Allah.
8. Jangan mempergunakan pakaian terlalu mewah.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif studi kasus. Peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif studi kasus ini untuk menyelidiki secara cermat, suatu program,
peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu.1 Inti dari studi kasus adalah meneliti kehidupan satu atau beberapa komunitas, organisasi,
atau perorangan yang dijadikan unit analisis dengan menggunakan
pendekatan kualitatif.2 Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus observasi. Studi kasus observasi ini mengutamakan teknik pengumpulan
data melalui observasi peran-serta (participant observation). Penelitian jenis studi kasus hanya dapat memberikan hasil penelitian pada organisasi
yang dijadikan objek penelitian.
B. Lokasi Penelitian
Laksmi Kebaya Muslimah & Islamic Wedding Service Surabaya
merupakan rumah mode yang mengusung tema modis, berkualitas, dan
elegan. Laksmi Kebaya Muslimah & Islamic Wedding Service Surabaya
berdiri pada tahun 2008. Laksmi Kebaya Muslimah & Islamic Wedding
Service Surabaya memiliki kantor yang beralamat di Jalan Gunung Anyar
1
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Edisi Ketiga,
Bandung: Pustaka Belajar, 2008, hal. 19
2
Harapan blok ZE-11 Surabaya. Laksmi Kebaya Muslimah & Islamic
Wedding Service dapat dihubungi di no.telp 031-8783511, 081703707670.
Laksmi juga aktif di media sosial seperti BBM. BBM Laksmi Kebaya
Muslimah & Islamic Wedding Service adalah 7C793E55. Katalog Laksmi
juga dapat dilihat di website Laksmi, yaitu laksmi.co.id. Bagi yang
membutuhkan informasi lebih lanjut juga bisa lewat email Laksmi, yaitu
[image:47.595.139.495.270.554.2]Gambar 3.1. Peta Google Laksmi
Laksmi sebelah utara berbatasan dengan Jalan Gunung Anyar
Harapan. Di sebelah selatan, Laksmi berbatasan dengan Jalan Rungkut
Barata VI. Di sebelah barat, batas Laksmi dengan Jalan Gunung Anyar
Lor. Laksmi di sebelah timur berbatasan dengan Jalan Rungkut Menanggal
Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan atas pertimbangan baik dari
jurusan maupun dari peneliti. Hal ini dikarenakan lokasi penelitian tersebut
mudah dalam birokrasinya dengan harapan pelaksanaan penelitian berjalan
dengan lancar tanpa halangan sesuatu apapun.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Peneliti melakukan pencarian data pada buku manajemen produksi,
manajemen manufaktur, jurnal dan skripsi yang membahas tentang quality function deployment. Peneliti juga melakukan observasi lapangan. Data-data yang didapatkan oleh peneliti, adalah sebagai berikut:
a) Data teori
Data ini berasal dari buku-buku tentang produksi dan manufaktur.
Data teori tentang quality function deployment adalah sebagai berikut:
house of quality
parts deployment
[image:48.595.116.511.214.774.2]process planning
Tabel 3.1. Data Teori QFD
production planing
Part Characteristics
3 Key Process Characteristic
Production Requirements
Key Process Characteristic
4 Engineering
Requirements
Part Characteristics
2 1
Customer Specs
Teori quality funnction deployment yang digunakan peneliti adalah teori quality funtion deployment menurut Cohen. Cohen menjelaskan bahwa quality function deployment diawali dengan pengajuan pertanyaan apa (whats) dijawab dengan spesifikasi keinginan konsumen (Customer Specs) dengan rumusan desain. Tahap kedua, perusahaan sebagai pihak pembuat desain pada rumah mutu diubah posisinya
menjadi konsumen. Hal ini menjadikan perusahaan menjadi konsumen
dan ingin dipenuhi persyaratannya dari direktur produksi. Jawaban
direktur produksi adalah bagaimana (hows) mewujudkannya, agar keinginan perusahaan (Engineering Requirements) terpenuhi.3
Pada Engineering Requirements, standar perusahaan sudah harus ditetapkan. Kegiatan apa saja yang harus dikerjakan didefinisikan
sebagai Parts Characteristic. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan nilai keistimewaan produk dan mengurangi kelemahan produk pada
setiap proses perancangan produk. Tahapan ketiga, Parts Characteristic
(karakteristik-karakteristik) tersebut ingin dijawab oleh manajer pabrik
dalam bentuk proses yang harus dilakukan. Jawaban manajer pabrik
dirumuskan dalam bentuk Key Processes Operations dan diterjemahkan dalam wujud perencanaan proses (Process Planning).4
Pada tahap keempat, keinginan manajer pabrik dalam wujud Key Processes Operations menjadi keinginan konsumen yang harus dijawab
3
Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin, Manajemen Produksi Modern Operasi
Manufaktur dan Jasa Buku Kesatu, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, hal. 280
4
oleh tenaga kerja pabrik dalam bentuk: apa yang harus diakukan oleh
tenaga kerja pabrik agar operasi pengolahan utama yang disyaratkan
oleh manajer pabrik terpenuhi. Apa yang harus dilakukan oleh tenaga
kerja pabrik dirumuskan dalam bentuk persyaratan produksi
(Production Requirements) dan melahirkan perencanaan produksi (Production Planning). Pada Production planning, keinginan konsumen akan dikombinasikan dengan persyaratan standar mutu perusahaan.
Jawaban kombinasi kedua hal tersebut dijawab dengan perancangan
produk. 5
b) Data lapangan
Data-data ini mengenai peristiwa yang terjadi di lapangan yang
berhubungan dengan data teori. Segala peristiwa diamati dan dicatat
oleh peneliti. Data-data tersebut adalah sebagai berikut:6
Konsumen yang datang akan dilayani oleh sales offline sebelum bertemu dengan owner sebagai desainer Laksmi Kebaya Muslimah dan Islamic Wedding Service. Kemudian, konsumen akan mengatakan
keinginan dan kebutuhannya mengenai kebaya yang nantinya
dikenakan kepada owner. Owner akan menerjemahkan kebutuhan dan keinginan kosnumen dengan sketsa desain. Setelah itu, sketsa desain
diberikan kepada kepala produksi.
Owner menginformasikan kepada kepala produksi mengenai ukuran dan bahan melalui media telekomunikasi. Tahap selanjutnya,
5
Ibid, 282
6
kepala produksi akan memeriksa stok bahan yang tersedia. Jika stok
bahan yang akan digunakan tersedia, maka kepala produksi akan
menginstruksikan kepada setiap bagian produksi untuk mengerjakan
rancangan produk tersebut. Bahan akan dibentuk polanya oleh tim pola.
Setelah itu, bahan yang telah dipola akan dijahit oleh tim jahit.
Setelah kebaya selesai dijahit, kebaya akan diberikan kepada tim payet.
Sebelum pemasangan payet, bahan yang setengah jadi itu akan difitting
ukuran oleh sales offline dengan konsumen. Pemilihan warna payet juga dilakukan pada saat fitting pertama. Sales offline akan menginformasikan hal-hal mengenai perancangan produk yang perlu
diperbaiki. Setelah itu, bahan setengah jadi tersebut akan diperbaiki
oleh tim jahit. Setelah diperbaiki, bahan setengah jadi tersebut dipasang
payet oleh tim payet. Setelah pemasangan payet selesai, fitting kedua dilakukan oleh sales offline di kantor utama.
Setelah itu, sales offline menginformasikan segala macam informasi mengenai produk tersebut. Jika masih perlu perbaikan, sales offline juga menginformasikan kepada kepala produksi. Perbaikan dilakukan oleh tim finishing detail. Hal ini untuk memastikan apakah ada payet yang terlepas, jahitan yang masih belum rapi, dan sebagainya.
Setelah selesai pemeriksaan hasil akhir, produk tersebut dapat dibawa
2. Sumber Data
Sumber data merupakan subyek yang dapat memberikan suatu informasi
mengenai hal-hal tentang quality function deployment.7 Sumber data yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah :
a. Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi atau keterangan
tentang segala sesuatu yang terkait dengan penelitian. Informan kunci
dalam penelitian ini adalah Sukinem selaku Kepala Bagian Produksi
Laksmi Kebaya Muslimah & Islamic Wedding Service Surabaya.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental mengenai Laksmi. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan katalog atau kumpulan foto-foto produk kebaya
Laksmi.
c. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan observasi yang
dilakukan secara terus terang. Peneliti mengamati kegiatan yang