HABIB MUNZIR AL MUSAWA PENDIRI MAJELIS RASULULLAH SAW
(1972-2013 M)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam (SPI)
OLEH :
TITIN HUSNUL HIDAYAH NIM: A0.22.13.093
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Habib Munzir Al Musawa Pendiri Majelis Rasulullah 1972-2013”. Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang 1). Bagaimana biografi Habib Munzir Al Musawa? 2). Bagaimana sejarah Perkembangan Majelis Rasulullah SAW? 3). Apa hal-hal yang menjadi Hambatan dan Dukungan luntuk Habib Munzir Al Musawa dalam mengembangkan Majelis Rasulullah?.
Penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan metode penelitian sejarah, adapun metode penulisan sejarah yang digunakan penulis dengan menggunakan beberapa langkah, yaitu heuristik (pengumpulan data), verifikasi, (kritik terhadap data), interpretasi (penasfisran) dan historiografi (penulisan
sejarah). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis
(mendeskripsikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau). Sedangkan teori yang digunakan yaitu teori peranan menurut Levinson dan teori kepemimpinan menurut M.Karjadi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan, 1). Habib Munzir Al Musawa adalah pendiri Majelis Rasulullah SAW 1972-2013. Habib Munzir Al
Musawa dilahirkan di Cipanas Cianjur Jawa Barat pada hari Jum’at 23 Februari
ABSTRACT
This thesis entitled "Habib Munzir Al Musawa, Founder of the Majelis RasulullahSAW Religious Organization 1972-2013". The problems of this study are 1). How is Biography of Habib Munzir Al Musawa? 2). How is the history of Majelis RasulullahSAW Organization’s development? 3). What are the obstacles and support for Habib Munzir Al Musawa in “Majelis Rasulullah SAW”?.
This thesis is written by using historical research method, the method in writing history is usedseveral steps, namely heuristics (data collection), verification, (criticism of the data), interpretation (understanding and explanation) and historiography (historical writing). The approach that used in this study is historical approach (describing events that occurred in the past). While the theory used is the Role theory based on Levinson and Leadership theory by M.Karjadi.
DAFTAR ISI
halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITRASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRAC ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Penelitian ... 9
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 9
F. Penelitian Terdahulu ... 13
H. Sistematika Bahasan ... 20
BAB II : BIOGRAFI HABIB MUNZIR AL MUSAWA A. Silsilah Keturunan Habib Munzir Al Musawa... 21
B. Pendidikan Habib Munzir Al Musawa... 24
C. Guru-guru Habib Munzir Al Musawa... 27
D. Aktifitas Dakwah Habib Munzir Al Musawa... 29
E. Wafat Habib Munzir Al Musawa ... 32
F. Karya-karya Habib Munzir Al Musawa... 33
G. Komentar Para Tokoh terhadap Habib Munzir Al Musawa... 36
BAB III : SEJARAH PERKEMBANGAN MAJELIS RASULULLAH SAW A. Periode Kepemimpinan Habib MunzirAl Musawa... 41
1. Latar Belakang Berdirinya Majelis Rasulullah...41
2. Visi, Misi, Tujuan dan Kepengurusan Majelis Rasulullah... 43
3. Perkembangan Majelis Rasulullah... 46
a. Jamaah... 47
b. Sarana... 49
c. Aktifitas Dakwah Majelis Rasulullah... 51
d. Program Dakwah... 56
e. Cabang-Cabang Majelis Rasulullah... 58
B. Periode Kepemimpinan PascaHabib Munzir Al Musawa... 60
1. Kegiatan Majelis Rasulullah... 60
2. Sarana Dakwah... 61
BAB IV : HAL-HAL YANG MENJADI HAMBATAN DAN DUKUNGAN HABIB MUNZIR DALAM MAJELIS RASULULLAH SAW
A. Hambatan dalam Majelis Rasulullah... 69
1. Saat Berdirinya Majelis Rasulullah... 69
2. Saat Perkembanganya Majelis Rasulullah... 70
B. Dukungan dalam Majelis Rasulullah... 72
1. Saat Berdirinya Majelis Rasulullah... 72
2. Saat Perkembanganya Majelis Rasulullah... 72
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Islam adalah agama dakwah yang terus berkembang sesuai dengan
dinamika dan perkembangan zaman. Dalam ajaran Islam dakwah merupakan
suatu kewajiban yang dibebankan agama kepada pemeluknya. Dengan
demikian, dakwah bukanlah semat-mata timbul dari pribumi atau golongan,
walaupun aktifitas ini dikhususkan pada satu golongan atau individu yang
melaksanaknnya.1
Ketika kita menghadapkan wajah untuk melihat realita perkembangan
Islam di Indonesia dewasa ini telah menunjukkan peningkatan kemajuan yang
cukup menggembirakan. Banyak dari umat Islam ini memberikan andil dalam
kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya atau mengambil peran dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, sepanjang sejarah umat Islam,
setiap perkembangan yang dicapai selalu saja dicurigai secara negatif akan
membawa dampak bagi umat lain, meskipun tanpa bukti yang kuat maupun
bagi umat Islam itu sendiri yang kurang memahami konsep kehidupan
beragama menurut ajaran Islam yang benar. Hal ini ditandai oleh sikap
sementara umat Islam yang cenderung ingin memaksakan kehendak dengan
dalih memperjuangkan Islam dan jihad. Sikap seperti inilah yang
1
2
mengakibatkan munculnya opini/tanggapan yang salah di luar Islam, sehingga
mencemarkan Islam itu sendiri.
Islam merupakan agama yang harus disebarluaskan ke seluruh penjuru
dunia, namun dalam upaya tersebut Islam memiliki konsep yang arif dan
bijaksana serta harus dimengerti dan dipatuhi.2
“Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS.An-Nahl:125)
Hikmah dan pelajaran yang baik tersebut tidaklah dapat terwujud tanpa
mengagungkan syiar-syiar Allah SWT, dan syiar-syiar tersebut ada dalam
setiap perintah-perintah Allah SWT.
“Demikianlah (perintah-perintah Allah SWT) dan barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah SWT, maka sesungguhnya hal itu merupakan ketakwaan dalam hati ” (QS.Al-Hajj:32).
Dakwah adalah salah satu dari perintah-perintah Allah SWT, sementara
dakwah tersebut haruslah memiliki wadah untuk menyebarluaskan hikmah dan
pelajaran yang baik dari ajaran-ajaran dalam agama Islam, maka Al-Habib
Munzir bin Fuad Al Musawa melakukan dakwah dengan mendirikan
“MAJELIS RASULULLAH SAW“ .3
Munzir bin Fuad Al-Musawa, beliau dilahirkan di Cipanas-Cianjur,
Jawa Barat pada hari Jum'at 23 februari 1972 M, bertepatan 19 Muharram 1392
H. Beliau adalah pengasuh majelis ta’lim, dzikir, dan sholawat Majelis Rasulullah SAW yang berpusat di Jakarta. Ayah beliau bernama Fuad
2
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat (Yogyakarta: Gading Publising, 2012), 86.
3
3
Abdurrahman Al Musawa, yang lahir di Palembang Sumatera Selatan,
dibesarkan di Makkah Al-Mukarramah dan kemudian mengambil gelar sarjana
di Newyork University bidang Jurnalistik, yang kemudian kembali ke
Indonesia dan berkecimpung di bidang jurnalis, sebagai wartawan luar negeri,
di harian Berita Yudha dan kemudian di harian Berita Buana, beliau menjadi
wartawan luar negeri selama kurang lebih empat puluh tahun. Pada tahun 1996
beliau wafat dan dimakamkan di Cipanas-Cianjur, Jawa Barat. Ibu Al Musawa
bernama Syarifah Rahmah binti Hasyim bin Ali.Istri Al Musawa bernama
Syarifah Khadijah Al Juneid. Mereka memiliki dua putra dan satu putri yaitu,
Fathimah Zahra Al Musawa, Muhammad Al Musawa, dan Hasan Al Musawa.
Setelah Habib Munzir menyelesaikan sekolah menengah atas, beliau
mulai mendalami Ilmu Syariah Islam di Ma'had Assaqafah Al Habib
Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri-Jakarta Selatan, lalu mengambil kursus
bahasa Arab di LPBA Assalafy Jakarta timur. Pada tahun 1412 H/ 1992 M
beliau memperdalam lagi Ilmu Syari’ah Islamiyah di Ma’had Al Khairat, Bekasi Timur yang diasuh oleh Al Habib Muhammad Naqib bin Syaikh Abi
Bakar bin Salim dan tinggal disana kurang dari satu tahun. Kunjungan pertama
Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz bin Syekh Abi Bakar bin Salim ke
Indonesia pada tahun 1994. Saat itu kedatangan beliau dibawah kordinasi Al
Habib Muhammad Anis bin Alawy bin Ali Al Habsyi (Solo) dan Al Habib
Umar bin Muhammad Maulachela (Jakarta).4 Ketika itu beliau berdua meminta
Al Habib Umar Bin Hafidz untuk menyaring beberapa pemuda dari Indonesia
4
4
untuk berangkat bersama beliau dan menuntut ilmu di Tarim Hadramaut, demi
memahami ajaran agama yang benar sehingga kelak ketika kembali ke tanah
air mereka dapat mengajarkan dan mengajak penduduk tanah air kepada
ajaran-ajaran yang sesuai dengan syariat Islam. akhirnya, beliau yang dipilih
dan berangkat menuju Darul Mustafa, Tarim, Hadraumut, Yaman atas
permintaan Al Habib Umar bin Hafidz. Di bawah irsyad sang maha guru
beliau mendalami beberapa studi keilmuan seperti fiqh, tafsir, hadits, Tasawuf,
metodologi dakwah dan lainnya selama lebih kurang empat tahun.
Beliau sangat mengidolakan Rasulullah, hari- hari beliau dihabiskan
untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebanyak 1000 kali di siang
dan 1000 di malam hari, serta ditambah dzikir ribuan kali. Beliau juga
istiqomah berpuasa Nabi Daud as dan shalat malam sampai berjam-jam.5
Empat tahun berlalu, di tahun 1998 beliau kembali ke Indonesia sebagai
lulusan Darul Musthafa Tarim, Yaman. Mulai menebar dakwah di Jakarta, dari
rumah ke rumah. Mengajak umat untuk kembali dalam jalan yang lurus,
mengajak mereka untuk mengenal dan mencintai Rasulullah saw. Menjadikan
Rasulullah sebagai idola dan uswah ditiap kehidupan. Siang dan malam beliau
gigih berdakwah. Tak jarang tertidur diluar rumah karna merasa sungkan untuk
membangunkan pemilik rumah yang telah terlelap tidur bahkan beliau pernah
tidur di emperan toko ketika mencari murid dan berdakwah. Belum lagi
cemohan-cemohan yang menerpa wajah beliau, namun semua itu beliau
tanggapi dengan kesabaran dan ketulusan. Setelah berjalan kurang lebih enam
5
5
bulan, beliau mulai membuka majelis setiap malam selasa. Hal itu beliau
lakukan untuk mengikuti jejak Al Habib Umar bin Hafidz yang telah membuka
Majelis mingguan setiap malam Selasa. Disamping itu, beliau juga memimpin
Ma'had Assa'adah, yang telah diwakafkan oleh Al Habib Umar bin Hud Alattas
di Cipayung selama setahun. Selebihnya, beliau tidak lagi meneruskan untuk
memimpin ma'had tersebut dan lebih memilih untuk fokus berdakwah melalui
majelis-majelis disekitar kota Jakarta.6
Habib Munzir membuka majelis malam selasa dari rumah kerumah,
mengajarkan Fiqh dasar, namun tampak ummat kurang bersemangat menerima
bimbingannya. Habib Munzir terus mencari sebab agar masyarakat ini asyik
kepada kedamaian, meninggalkan kemungkaran dan mencintai sunnah sang
Nabi Saw. Pada tahun 1999 Habib Munzir merubah penyampaiannya, ia tidak
lagi membahas permasalahan Fiqih dan kerumitannya, melainkan mewarnai
bimbingannya dengan nasehat-nasehat mulia dari Hadits-hadits Rasul saw dan
ayat Alqur'an. Beliau memperlengkap penyampaiannya dengan bahasa Sastra
yang dipadu dengan kelembutan ilahi dan tafakkur penciptaan alam semesta,
yang kesemuanya di arahkan agar masyarakat menjadikan Rasul saw sebagai
idola. Jamaah semakin padat hingga ia memindahkan Majelis dari Musholla ke
musholla, lalu Musholla pun tak mampu menampung hadirin yang semakin
padat, maka Munzir memindahkan Majelisnya dari Masjid ke Masjid secara
bergantian.7
6
Habib Muhammad bin Alkaf, Wawancara, Jakarta, 16 Januari 2017.
7
6
Pada tahun 2000 semakin banyak jamaah dan majelis ini memerlukan
nama untuk kepentingan surat menyurat, izin serta undangan dan lain
sebagainya. Mulailah timbul permintaan agar Majelis ini diberi nama, Jama’ah
menyarankan bahwa nama Majelis ini adalah “Majelis Habib Munzir Al
Musawwa”, namun Habib Munzir menolak dan menjawabnya dengan polos nama majelis adalah “Majelis Rasulullah”. Karena memang tidak ada yang dibicarakan selain ajaran Rasul SAW dan membimbing mereka untuk
mencintai Allah dan Rasul Nya, dan pada dasarnya semua Majelis taklim
adalah Majelis Rasulullah SAW. 8
Majelis Rasulullah merupakan majelis besar yang ada di Jakarta, yang
berdiri pada tahun 2000. Salah satu pengajian beliau di Masjid Al Munawar
Pancoran Jakarta Selatan.
Habib Munzir Al Musawa melakukan kegiatan dakwahnya yaitu dari
masjid ke masjid, mushola ke mushola dan beberapa program televisi. Salah
satu ciri khas dakwah Habib Munzir Al Musawa adalah membuat acra
peringatan hari besar Islam di pusat kota, seperti MONAS, Stadion sepak bola
Gelora Bung Karno Senayan, masjid Istiqlal. Habib Munzir dalam dakwahnya
selalu menekankan kepada pentingnya akhlak yang baik secara sempurna
melalui kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dengan selalu mengajak para
jama’ahnya untuk selalu bersholawat.
8Majelis Rasulullah SAW Jawa Timur, “Sejarah Berdirinya Majelis Rasulullah SAW”, At Tanwir
7
Majelis Rasulullah yang memiliki banyak jama’ah baik dari kalangan
orang tua maupun remaja, namun lebih banyak didominasi para remaja.
Dominasi ini dikarenakan remaja yang haus akan nilai-nilai Islami, rasa
penasaran mereka terhadap nilai-nilai Islam yang luhur dan keinginan tahu
mereka terhadap Nabi Muhammad SAW, yang seringkali ditanamkan Habib
Munzir Al Musawa dalam setiap ceramahnya.
Dakwah Habib Munzir Al Musawa dalam Majelis Rasulullah SAW
yakni adanya ilmu yang disampaikan untuk pembenahan akhlak disertai
bershalawat kepada Nabi dengan iringan hadroh yang menjadikan dasar
sebagai lambang kecintaan dan kerinduan umat kepada Nabi Muhammad
SAW. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh umat terdahulu baik dari
kalangan sahabat hingga kepada kita umat muslim. Dakwahnya memiliki ciri
yang khas dibandingkan dengan da’i- da’i yang lain, kebanyakan hanya mengandalkan ceramah saja.9
Habib Munzir ialah seorang Dai yang hidup dengan sederhana dalam
keduniawian. Sebagian usaha yang beliau lakukan adalah menghilangkan cinta
pada semua hal yang bersifat duniawi, berupa harta dan lain lain yang tidak
ada sangkut pautnya dengan aksesoris dakwah. Habib Munzir membutuhkan
mobil dalam dakwahnya ke setiap tempat, untuk mencapai banyaknya majelis
dan ketepatan waktu untuk tiba di lokasi yang sudah ditunggu puluhan ribu
orang hampir setiap malamnya.10
9
Habib Muhammad bin Alkaf, Wawancara, Jakarta, 16 Januari 2017.
10
8
Di sisi lain beliau tidak mencampuri urusan politik, dan selalu
mengajarkan di majelisnya bahwa tujuan utama kita diciptakan adalah untuk
beribadah kepada Allah swt, bukan berarti harus duduk berdzikir sehari penuh
tanpa bekerja dan lain lain, tapi justru mewarnai semua gerak gerik kita dengan
kehidupan yang Nabawiy, kalau dia ahli politik, maka ia ahli politik yang
Nabawiy, kalau konglomerat, maka dia konglomerat yang Nabawiy, pejabat
yang Nabawiy, pedagang yang Nabawiy, petani yang Nabawiy.
Habib Munzir meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada hari
Minggu 15 September 2013 pukul 15.30 WIB. Sebelum dikebumikan, jenazah Habib
Munzir disemayamkan di Masjid Al-Munawar untuk dishalatkan secara berjamaah
oleh ribuan jamaah Majelis Rasulullah yang dipimpin Al-Habib Nagib bin Syekh Abu
Bakar sebelum dibawa ke TPU Habib Kuncung, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan.
Habib Munzir dimakamkan di pemakaman umum Habib Kuncung di Kalibata, Jakarta
pada hari Senin 16 September 2013 sekitar jam 13:00 WIB. 11
Oleh karena itulah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
biografi seorang ulama keturunan Hadramaut yang disebut Habib, yang
mengembangkan suatu majelis melalui studi kasus: biografi Habib Munzir Al
Musawa pendiri Majelis Rasulullah SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Al Habib Munzir Al Musawa?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Majelis Rasulullah SAW?
11
9
3. Apa Hal-hal yang menjadi Hambatan dan Dukungan untuk Habib Munzir
Al Musawa dalam mengembangkan Majelis Rasulullah?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Biografi Al Habib Munzir Al Musawa
2. Mengetahui Sejarah Perkembangan Majelis Rasulullah SAW
3. Mengetahui Hal-hal yang menjadi Hambatan dan Dukungan untuk Al Habib
Munzir Al Musawa dalam mengembangkan Majelis Rasulullah
D. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif
bagi semua orang, baik dari sisi keilmuan akademik maupun dari sisi praktis.
1. Kegunaan Akademik
Hasil penelitian ini, diharapkan dijadikan bahan informasi. Dapat
menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti khusunya da bagi para
pembaca pada umumnya, serta untuk menambah khasanah keilmuan
dibidang sejarah Islam dan sejarah tokoh, khususnya tentang Biografi Habib
Munzir Al Musawa beserta Majelis Rasulullah SAW dalam bentuk karya
ilmiah di Fakultas ADAB DAN HUMANIORA UIN Sunan Ampel
Surabaya.
2. Kegunanan Praktis
Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Strata
Satu (S1) di bidang sejarah pada Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan
10
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Untuk mempermudah membantu ilmu sejarah dalam memecahkan
masalah, maka diperlukan ilmu-ilmu sosial yang lainnya. Sebagaimana yang
digambarkan oleh Sartono Kartodirjo, bahwa penggambaran kita mengenai
suatu peristiwa sangat bergantung pada pendekatan yang kita gunakan,
maksudnya yaitu dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang
diperhatikan, dan unsur-unsur mana yang diungkapkan.12 Dengan pendekatan
tersebut maka akan memudahkan penulis untuk merealisasikan antara ilmu
sosial sebagai ilmu bantu dalam penelitian sejarah.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
historis. Di mana pendekatan tersebut digunakan untuk mendeskripsikan
peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan pendekatan historis maka
penulis bisa menjelaskan latar belakang sejarah kehidupan Al Habib Munzir Al
Musawa pendiri Majelis Rasulullah Saw.
Sedangkan teori itu sendiri dipandang sebagai bagian pokok ilmu
sejarah yaitu apabila penulisan suatu peristiwa sampai kepada upaya
melakukan analisis dari proses sejarah yang akan diteliti. Teori sering juga
dinamakan kerangka referensi atau skema pemikiran, pengertian lebih luasnya
adalah teori merupakan suatu perangkat kaidah yang memandu sejarawan
12
11
dalam melakukan penelitiannya, menyusun data dan juga dalam mengevaluasi
penemuannya.13
Teori merupakan pedoman guna mempermudah jalannya penelitian dan
sebagai pegangan pokok bagi peneliti. Di samping sebagai pedoman, teori
adalah salah satu sumber bagi peneliti dalam memecahkan masalah
penelitian.14 Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan.
Peranan merupakan proses dinamis dari status. Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, berarti dia
menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan
adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan
karena antar keduanya memiliki ketergantungan satu sama lain.15
Menurut Levinson, dalam bukunya Soerjono Soekanto peranan
mencakup tiga hal antara lain:16
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan masyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
13
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 7.
14
Djarwanto, Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penelitian Skripsi (Jakarta: Liberty, 1990), 11.
15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: CV. Rajawali Press, 2009), 239-244.
16
12
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Dalam hal ini Al Habib Munzir Al Musawa memiliki peranan yang
sangat penting dalam mengembangkan Majelis Rasulullah SAW karena beliau
sebagai guru atau pemimpin di Majelis Rasulullah SAW. Bahkan pada saat Al
Habib Munzir Al Musawa memimpin Majelis Rasulullah SAW, Majelis ini
mulai tersebar luas di Indonesia, Singapura, Malaysia dan sampai ke Jepang.
Selain teori peranan, teori yang selanjutnya berkaitan dengan pembahasan ini
adalah teori kepemimpinan menurut M. Karjadi. Secara umum teori
kepemimpinan terdiri dari tiga jenis, yaitu:17
1. Kelompok teori genetis/keturunan yaitu seorang pemimpin akan menjadi
pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan.
2. Kelompok teori pengaruh lingkungan yaitu setiap orang bisa menjadi
seorang pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang
cukup.
3. Kelompok teori campuran antara teori keturunan dan teori pengaruh
lingkungan yaitu dasar kepemimpinan itu bukan hanya sifat-sifat keturunan
sejak orang dilahirkan dan bukan hanya karena pengaruh lingkungan hidup
saja, akan tetapi berdasarkan sifat-sifat campuran dari kedua-duanya.
Seseorang hanya akan menjadi pemimpin, apabila ia pada waktu dilahirkan
telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan memperoleh pendidikan dan
pengalaman yang cukup dikemudian hari.
17
13
Berdasarkan dua tipe kepemimpinan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Al Habib Munzir Al Musawa termasuk ke dalam kategori pemimpin dalam
teori Kelompok teori pengaruh lingkungan yaitu setiap orang bisa menjadi
seorang pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
Sebagaimana yang beliau lakukan dalam mendirikan Majelis Rasulullah SAW.
Kemudian menurut Max Weber dia mengklasifisikan tipe
kepemimpinan ke dalam tiga jenis kepemimpinan, adalah sebagai berikut:18
1. Pemimpin kharismatik ialah seseorang yang seolah-olah diberi tugas khusus
dan karena itu dikaruniai bakat-bakat khusus oleh Tuhan untuk memimpin
sekelompok manusia mengarungi tangan-tangan sejarah hidupnya.
2. Pemimpin tradisional ialah pemimpin yang mendapat kekuasaan
berdasarkan warisan dari leluhurnya.
3. Pemimpin legal ialah pemimpin yang mendapat pelimpahan wewenang
berdasarkan prosedur pemilihan atau pengangkatan atau pelantikan dan
pengukuhan yang diatur dengan hukum positif yang berlaku dalam
masyarakat.
Berdasarkan tipe kepemimpinan di atas, maka Al Habib Munzir Al
Musawa dapat dikategorikan ke dalam tipe kepemimpinan berdasarkan
pemimpin kharismatik, karena beliau menjadi pemimpin dalam suatu
kelompok majelis Rasulllah SAW yang didirikannya setelah pulang menimba
ilmu di Tarim Hadramaut.
18
14
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Habib Munzir Al Musawa dan Majelis Rasulullah
pernah dilakukan sebelumnya antara lain:
1. Halomoan tahun 2013 yang berjudul “Strategi dakwah Habib Munzir Al Musawa dalam pembentukan Akhlakul Karimah jamaah remaja di Majelis
Rasulullah SAW” dalam skripsi ini sedikit menjelaskan tentang sejarah dan
kegiatan-kegiatan Majelis Rasulullah SAW, tetapi skripsi ini lebih
memfokuskan kepada strategi dakwah yang digunakan Habib Munzir Al
Musawa dalam pendakwahan yang ada di Majelis Rasulullah SAW. Banyak
adanya strategi-strategi dakwah yang digunakan Habib Munzir untuk
menarik para remaja-remaja untuk mengikuti majelisnya.
2. Eva Eko Mardianto tahun 2014 yang berjudul “Konsep pendidikan akhlak
prespektif Habib Munzir Al Musawa” dalam skripsi ini menjelaskan tentang
konsep pendidikan akhlak prespektif Habib Munzir Al Musawa sebagai
kontribusi ilmiah dalam perbaikan moral ditengah dunia pendidikan dan
masyarakat pada umumnya dan juga menjelaskan pemikiran Habib Munzir
Al Musawa tentang pendidikan akhlak terhadap sesama manusia yang telah
diberikan suri tauladan oleh Rasulullah SAW.
3. Fahrurrozi tahun 2013 yang berjudul “Peranan majelis dzikir dan shalawat
dalam pembentukan akhlak remaja” dalam skripsi ini menjelaskan tentang
peranan majelis dzikir dan shalawat yang dipimpin oleh Habib Munzir,
15
Dzikir dan peranan majelis dzikir dan shalawat berpengaruh terhadap
pembentukan akhlak remaja/jama’ah, tingkah laku, perbuatan dan ucapan.
4. Muhammad Ardiansyah tahun 2016 yang berjudul “Transformasi Sistem
Dakwah Majelis Rasulullah SAW di Jakarta” dalam skripsi ini menjelaskan tentang sebuah sistem majelis taklim yang terus bertransformasi dalam
segala kondisi dan situasi, baik sosial ekonomi dan teknologi. Majelis
Rasulullah bertransformasi dari majelis taklim tradisional ke modern.
Perbedaan penelitian terdahulu yang ada pada dua judul skripsi dengan
judul saya “Biografi Habib Munzir Al Musawa pendiri Majelis Rasulullah
SAW (1972-2013). Menjelaskan tentang biografi Habib Munzir Al Musawa
pada masa beliau masih menjadi anak yang biasa hanya penjaga losmen sampai
menuntut ilmu ke Tarim Hadramaut, kepulangan menuntut ilmu dari Tarim ke
Indonesia hingga menjadi seorang pendakwah dan mendirikan majelis
Rasulullah SAW di Jakarta.
G. Metode Penelitian
Dalam melakukan penulisan skripsi ini, metode yang digunakan adalah
metode sejarah/historis, yaitu suatu penulisan yang berdasar pada data-data
kejadian masa lampau yang sudah menjadi fakta. Menurut Dudung
Abdurrahman langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut19:
1. Heuristik (Pengumpulan data)
19
16
Heuristik yaitu teknik pengumpulan sumber baik lisan maupun tulisan.
Sumber sejarah disebut juga data sejarah. Sumber sejarah menurut bahannya
dapat dibagi dua yaitu tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan artefak.20
Pada penelitian skripsi ini penulis mengumpulkan sumber-sumber serta
data-data yang berhubungan dengan “Biografi Habib Munzir Al Musawa Pendiri Majelis Rasulullah SAW (1972-2013)” yang pertama penulis lakukan untuk emngumpulkan sumber serta data baik itu sumber primer
atau sekunder yaitu penulis mendatangi kesekertariatan Majelis Rasulullah
SAW yang terletak di Cikoko Barat, Pancoran, Jakarta Selatan.
Dalam penelitian yang berjudul “Biografi Habib Munzir Al Musawa Pendiri Majelis Rasulullah SAW (1972-2013)”, peneliti menggunakan metode heuristik, yaitu pengumpulan data dari sumbernya,
maksudnya ialah usaha pengumpulan sumber-sumber yang bisa dipakai
bahan rujukan dan yang sesuai dengan pembahasan dalam skripsi ini.
a. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber yang dihasilkan atau ditulis
pihak-pihak yang secara langsung terlibat dan atau menjadi saksi mata dalam
peristiwa sejarah. Sumber primer yang digunakan penulis antara lain:
1) Karya-karya beliau yang berjudul
a. Kenalilah Akidahmu 2.21
20
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2001), 96.
21
17
b. Meniti Kesempurnaan Iman.
c. 77 Tausiyah Habib Munzir Al Musawa.
2) Kartu Tanda Penduduk (KTP) Habib Munzir Al Musawa.
3) Wawancara terhadap para informan yang terkait atau sezaman dengan
Habib Munzir Al Musawa, antara lain:
a) Muhammad Syukron Makmun, sebagai Sekertaris Majelis
Rasulullah SAW.
b) Habib Muhammad bin Alkaf selaku sahabata Habib Munzir Al
Musawa.
d. Sumber Sekunder
Selain sumber primer penelitian ini penulis menggunakan sumber
sekunder. Sumber sekunder adalah sumber yang digunakan sebagai
pendukung dalam penelitian. Sumber-sumber tersebut didapatkan dari
beberapa buku maupun literatur yang berkaitan dengan tema yang penulis
bahas, misalnya: buku Manaqib Al Habib Munzir Al Musawa, mengenal
lebih dekat Habib Munzir Al Musawa.
2. Verifikasi (Kritik Sumber)
Setelah melakukan pengumpulan data tahap berikutnya adalah
verifikasi atau kritik untuk memperoleh keabsahan sumber. Kritik sumber
adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh agar
memperoleh kejelasan apakah sumber tersebut kredibel atau tidak dan
18
adalah keabsahan dan keaslian sumber yang dilakukan melalui kritik ekstern
dan kredibilitas sumber ditelusuri dengan kritik intern.
a. Kritik ekstern adalah proses untuk melihat apakah sumber yang didapat
otentik atau tidak. Sumber yang diperoleh penulis merupakan relevan,
karena penulis mendapatkan sumber tersebut langsung dari tokoh yang
sedang diteliti melalui wawancara.
b. Kritik intern adalah upaya yang dilakukan untuk melihat apakah isi
sumber tersebut cukup layak untuk dipercaya kebenarannya.22
Dari sumber yang didapat yaitu buku karya beliau, peneliti
melakukan pengujian atas asli dengan menyeleksi segi-segi fisik dari
sumber yang ditemukan. Karena sumber itu berupa dokumen tertulis, maka
diteliti kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya,
ungkapannya, kata-katanya, hurufnya dan segi penampilan luarnya yang
lain.
3. Interpretasi(Penafsiran)
Suatu upaya sejarawan untuk melihat kembali apakah
sumber-sumber yang didapatkan dan yang telah diuji autentitasnya terdapat saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Demikian sejarawan memberikan
penafsiran terhadap sumber yang telah didapatkan.
Analisis sejarah itu sendiri bertujuan melakukan sintesis atau
sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah. Interpretasi
dapat dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh guna
22
19
menyingkap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu yang sama.
Setelah data terkumpul lalu data disimpulkan untuk kemudian dibuat
penafsiran keterkaitan antar sumber yang diperoleh. Dalam hal ini
menggunakan pendekatan historis yaitu kesesuaian permasalahan dari sudut
Biografi Habib Munzir Al Musawa Pendiri Majelis Rasulullah SAW
(1972-2013) dengan cara berpikir yang induktif yaitu pengambilan kesimpulan
berdasarkan fakta yang selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan.
Dengan adanya karya beliau yang masih ada hingga saat ini dan
dengan terbentuknya majelis ini sebagai rujukan dalam menjalankan
dakwahanya di Majelis Rasulullah yang telah berkembang dan tersebar luas
di indonesia yang telah dipimpin dan didirikan oleh Habib Munzir Al
Musawa ini membuktikan bahwa Habib Munzir Al Musawa memang
mempunyai peran yang besar.
4. Historiografi
Menyusun atau merekonstruksi fakta-fakta yang telah tersusun dan
didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah
dalam bentuk tertulis. Dalam langkah ini penulis dituntut untuk menyajikan
dengan bahasa yang baik, yang dapat dipahami oleh orang lain dan dituntut
untuk menguasai teknik penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu harus
dibarengi oleh latihan-latihan yang intensif. Dalam penyusunan sejarah yang
bersifat ilmiah, penulis menyusun laporan penelitian ini dengan
memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah, yang mengacu pada
20
Adab, UIN Sunan Ampel Surabaya. Berdasarkan penulisan sejarah itu pula
akan dapat dinilai apakah penelitiannya berlangsung sesuai dengan prosedur
yang peneliti gunakan.23
H. Sistematika Bahasan
Secara umum sistematika pembahasan disusun untuk mempermudah
pemahaman terhadap penulisan ini, di mana akan dipaparkan tentang hubungan
antara bab demi bab. Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan dijelaskan
beberapa bab yang akan dibahas:
Bab pertama menjelaskan pendahuluan yang berisi tentang: latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua menjelaskan tentang biografi Habib Munzir Al Musawa,
silsilah Habib Munzir Al Musawa, pendidikan Habib Munzir Al Musawa,
guru-guru Habib Munzir Al Musawa, aktifitas dakwah Habib Munzir Al
Musawa, karya-karya Habib Munzir Al Musawa, komentar para tokoh
terhadap Habib Munzir Al Musawa.
Bab ketiga menjelaskan tentang sejarah perkembangan majelis
Rasululllah SAW yang meliputi perkembangan jumlah jamaah, sarana, materi
dakwah, aktifitas-aktifitas Majelis Rasulullah, dan perkembangan majelis
Rasulullah SAW pasca wafat Habib Munzir Al Musawa.
23
21
Bab keempat menjelaskan tentang hal-hal yang menjadi hambatan dan
dukungan Habib Munzir dalam Majelis Rasulullah SAW.
Bab kelima berisi tentang Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan
BAB II
BIOGRAFI HABIB MUNZIR AL MUSAWA A. Silsilah Habib Munzir Al Musawa
Munzir bin Fuad Al-Musawa lebih dikenal dengan sebutan Habib
Munzir Al Musawa sebagai pemimpin Majelis Rasulullah. Ia dilahirkan di
Cipanas-Cianjur, Jawa Barat pada hari Jum'at 23 februari 1972, bertepatan 19
Muharram 1392H. Di dalam keluarganya, ia merupakan anak yang ke empat
dari lima bersaudara, pasangan Habib Fuad bin Abdurrahman Al Musawa dan
Rahmah binti Hasyim Al Musawa.24 Lima bersaudara adalah Nabiel Al
Musawa, Ramzy Fuad Al Musawa, Lulu Fuad Al Musawa, Munzir Fuad Al
Musawa dan Aliyah Fuad Al Musawa. Masa kecilnya dihabiskan di daerah
Cipanas, Jawa Barat. Karena daerah Cipanas jauh dari Ibu Kota dan udara yang
bersih serta keindahan alamnya, dengan niat menjaga anak dan keturunannya
kelak agar jauh dari pergaulan-pergaulan yang kurang baik. Ayah Habib
Munzir lebih mudah mengajarkan anak-anaknya mengaji, membaca ratib dan
solat berjamaah.
Istri Al Musawa bernama Syarifah Khadijah Al Juneid. Mereka memiliki
dua putra dan satu putri yaitu, Fathimah Zahra Al Musawa, Muhammad Al
Musawa, dan Hasan Al Musawa.
Ibu Al Musawa bernama Syarifah Rahmah binti Hasyim bin Ali.
Ayahnya bernama Fuad Abdurrahman Almusawa, yang lahir di Palembang,
24
22
Sumatera selatan, dibesarkan di Makkah Al Mukarramah, dan kemudian
mengambil gelar sarjana di Newyork University, di bidang Jurnalistik, yang
kemudian kembali ke Indonesia dan berkecimpung di bidang jurnalis, sebagai
wartawan luar negeri, di harian Berita Yudha, yang kemudian di harian Berita
Buana, beliau menjadi wartawan luar negeri selama kurang lebih empat puluh
tahun. Pada tanggal 21 Sya’ban 1417 H/31 Desember 1996 ayah Al Musawa wafat pada saat Habib Munzir sedang menuntut ilmu di Hadramaut, Yaman
bersama gurunya Habib Umar bin Hafidh. Ayahnya dimakamkan di Cipanas,
Jawa Barat. 25
Secara lengkap sililah Habib Munzir Al Musawa adalah sebagai berikut:
Munzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin Ali
bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Sulaiman bin Yasin bin Ahmad Al
Musawa bin Muhammad Al Muqallab bin Ahmad bin Abu Bakar As Sakran
bin Abdurrahman As Saqqaf bin Muhammad Mawladdawilah bin Ali bin
Alawy Al Ghayyur bin Muhammad Al Faqih Al Muqaddam bin Ali bin
Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasyam bin Alawy bin Muhammad
bin Alawy bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa Ar Rumy bin
Muhammad An Naqib bin Ali Al „Uraidhy bin Ja’far As Shadiq bin
Muhammad Al Baqir bin Ali Zain Al Abidin bin Al Husain bin alli bin Abi
Thalib dan putra Sayyidah Fatimah Az Zahra’ binti Muhammad Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.26
25
Munzir Al Musawa, Kenalillah Aqidahmu 2 ( Jakarta: Majelis Rasulullah, 2009), 5.
26
23
Nabi Muhammad SAW
Fatimah dan Ali
Husein Ali Zainal Abidin
Muhammad Al-Baqir Ja’far As-Shadiq
Ali Al-Uraidhi Musa Al-Kadzim Ismail Muhammad Ad-Dibi
Muhammad an An-Nagib Isa Ar-Rumi
Amhad Al-Muhajir Ubaidillah
Alwi Muhammad
Alwi
Ali Khali Al-Qasam Muhammad Sahib
Mirbath Ali
Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam
Ali Alwi Al-Faqih Al Ghayyur
Muhammad Mawladdawilah Abdurrahman As-Saqqaf
Abu Bakar As-Sakran Ahmad Muhammad Al-Muqallab
Ahmad Al-Musawa Yasin
Sulaiman
Umar Abdurrahman Ahmad Ali
Abdurrahman Ali
Abdurrahman Fuad
24
B. Pendidikan Habib Munzir Al Musawa
Habib Munzir memulai pendidikan dari sekolah tingkat dasar hingga
sekolah menengah atas. Sekolah tingkat dasar dimulai dari sekolah TK, Al
Musawa bersekolah di Taman Kanak-kanak Bustanul Athfal Aisyiyah Cipanas
pada tahun 1977. Sekolah Dasar atau SD di SD Cipanas 1 tahun 1979. Sekolah
menengah pertama atau SMP di SMPN 1 Cipanas tahun 1985. Sekolah
menengah atas atau SMA di SMAN Cipanas Jalan Mariwati pada tahun 1985.
Setelah Habib Munzir Al Musawa menyelesaikan sekolah menengah atas, ia
mulai mendalami Ilmu Syariah Islam di Ma'had Assaqafah Al Habib
Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri-Jakarta Selatan. Al Musawa disana tidak
lama, karena penyakit asma yang di derita sehingga Al Musawa merasa sulit
untuk tetap berada disana. Lalu sang ayah membawa Al Musawa kepada al
Habib Muhammad Baqir bin Abdillah Baqir bin Abdillah Al Atthas untuk
belajar bahasa Arab di LPBA Assalafy Jakarta timur. 27
Pada tahun 1412 H/ 1992 M Al Musawa melanjutkan belajar di Ma’had Al Khairat Bekasi Timur, yang diasuh oleh Al Habib Muhammad Naqib bin
Syaikh Abi Bakar bin Salim, sampai tibalah kunjungan pertama Al Habib
Umar bin Muhammad bin Hafidz bin Syekh Abi Bakar bin Salim dari Yaman
ke Indonesia pada saat tahun 1994. Saat itu kedatangan Habib Umar dibawah
kordinasi Al Habib Muhammad Anis bin Alawy bin Ali Al Habsyi (Solo) dan
Al Habib Umar bin Muhammad Maulachela (Jakarta). Ketika itu Al Habib
Muhammad Anis bin Alawy bin Ali Al Habsyi dan Al Habib Umar bin
27
25
Muhammad Maulachela meminta Al Habib Umar Bin Hafidz untuk menyaring
beberapa pemuda dari Indonesia untuk berangkat bersama Habib Umar dan
menuntut ilmu di Tarim Hadramaut, demi memahami ajaran agama yang benar
sehingga kelak ketika kembali ke tanah air mereka dapat mengajarkan dan
mengajak penduduk tanah air kepada ajaran-ajaran yang sesuai dengan syariat
Islam. Al Habib Umar bin Hafidz akan mengunjungi beberapa pesantren untuk
mencari beberapa pelajar Indonesia untuk dibawa dan belajar di Tarim
Hadramaut, dan pesantren Al Khairat termasuk pesantren terakhir yang beliau
kunjungi. Selepas Habib Umar menyampaikan ceramah di Ma’had Al Khairat itu, Habib Umar melirik Habib Munzir dengan tajam. Saat Habib Umar naik ke
mobil bersama AlHabib Umar Maulakhela, maka Habib Umar memanggil
Habib Nagib dan memerintahkan bahwa Habib Umar ingin Habib Munzir
dikirim ke Tarim, Hadramaut, Yaman. Habib Munzir termasuk salah satu dari
kelompok pelajar yang dipilih oleh Al Habib Umar bin Hafidz untuk menuntut
ilmu di Ma’had Darul Musthafa Tarim Hadramaut.28 Pada tahun 1994 beliau
mendalami Syari’ah di Ma’had Darul Musthafa Tarim-Hadhramaut, Yaman selama empat tahun, yaitu tahun 1994 sampai 1998. Adapun ilmu-ilmu yang di
dalamnya antara lain :
1. Ilmu Fiqh (Hukum ibadah) :
a. Hukum shalat; b. Hukum zakat; c. Hukum puasa; d. Hukum haji; e.
Hukum waris; f. Hukum dagang; g. Hukum nikah; h. Hukum pidana
2. Ilmu Tafsir Al Qur’an :
28
26
a. Asbab al-nuzul; b. Tarikh al-nuzul; c. Ma’ani al-ayat 3. Ilmu Hadits :
a. Musthalah hadits; b. Asbabul wurud; c. Ma’ani hadits; d. Tafsir hadits; e. Istinbath hadits
4. Ilmu Nahwu
5. Ilmu Sejarah :
a. Sejarah Rasulullah SAW; b. Sejarah para sahabat Nabi SAW; c. Sejarah
para tabi’in; d. Sejarah Islam 6. Ilmu Sastra arab (balaghah)
7. Ilmu Tauhid :
a. Mengenal Allah dari sifat-sifat Allah; b. Mengenal Allah dari
ciptaan-Nya; c. Mengenal Allah dari perbuatan-Nya terhadap mahluk; d.
Mengenal Allah dari perbuatan makhluk pada Nya
8. Ilmu Tasawuf :
a. Ma’rifatullah; b. Tashfiyatul qulub; c. Mahabbaturrasul SAW 9. Ilmu Da’wah :
a. Da’wah dengan mengenalkan kasih sayang Allah; b. Pengenalan budi pekerti Rasul SAW; c. Pengenalan kelembutan Rasul SAW; d.
Pengenalan kecintaan para sahabat Rasul SAW; e. Pemilihan
kalimat-kalimat indah dalam berda’wah.29
29
27
C. Guru-guru Habib Munzir Al Musawa
Habib Munzir Al Musawa menimba ilmu kepada beberapa habaib di
antaranya, yaitu: Habib Umar bin Hud Alattas (Cipayung, Bogor), Habib Aqil
bin Ahmad Alaydrus, Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf, Habib Hud
Baqir Alatas, Al Ustadz Al Habib Nagib bin Syekh Abubakar bin Salim
(Pesantren Al-Khairat), Al Imam Al Allamah Al Arifbillah Sayyidi Syarif Al
Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syekh Abu Bakar bin Salim
(Rubath Darul Mustafa, Hadramaut, Yaman), juga sering menghadiri
majelisnya Al Allamah Al Arifbillah Al Habib Salim Asy Syatiri (Rubath
Tarim).30
Guru yang sangat berpengaruh terhadap ilmu, serta kepribadian Al
Musawa adalah guru mulia Al Habib Al Allamah Al Hafizh Al Arifbillah
Sayyidi Syarif Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syekh Abubakar
bin Salim, salah satu sanad keguruan beliau yaitu: Al Habib Munzir bin Fuad
Al Musawa berguru kepada guru mulia Al Imam Al Allamah Al Hafizh Al
Musnid Al Arifbillah Sayyidi Syarif Al Habib Umar bin Muhammad bin
Hafidh bin Syekh Abubakar bin Salim, dan beliau berguru kepada Al Allamah
Al Musnid Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf, beliau berguru kepada
Al Allamah Al Musnid Al Habib Abdullah Assyatiri, beliau berguru kepada Al
Allamah Al Hafizh Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsy (shohibul
simtudduror), beliau berguru kepada Al Allamah Al Musnid Al Habib
Abdurrahman Al Masyhur (shohibul fatawa), beliau berguru kepada Al
30
28
Allamah Al Hafizh Al Habib Abdullah bin Husein bin Tohir, beliau berguru
kepada Al Allamah Al Hafizh Al Habib Umar bin Segah Assegaf, beliau
berguru kepada Al Allamah Al Musnid Al Habib Hamid bin Umar Ba’alawiy,
beliau berguru kepada Al Allamah Al Hafizh Al Habib Ahmad bin Zein Al
Habsyi, beliau berguru kepada Al Allamah Al Hafizh Al Habib Abdullah bin
Alawi Al Haddad (shohiburrotib), beliau berguru kepada Al Allamah Al
Musnid Al Habib Husein bin Abu Bakar bin Salim (fakhrul wujud), beliau
berguru kepada ayahnya Al Allamah Al Hafizh Al Habib Ahmad bin
Abdurrahman Syahabuddin, dan beliau berguru kepada Al Allamah Al Hafizh
Al Habib Abdurrahman bin Ali (Ainulmukasyifin), beliau berguru kepada
ayahnya Al Allamah Al Musnid Al Habib Ali bin Abubakar bin Abdurrahman
Assegaf, beliau berguru kepada ayahnya Al Allamah Al Hafizh Al Habib
Abdurrahman, beliau berguru kepada ayahnya Al Allamah Al Musnid Al
Habib Muhammad Muladdawilah, beliau berguru kepada ayahnya Al Allamah
Al Musnid Al Habib Ali bin Alwi Al Ghayur, beliau berguru kepada ayahnya
Al Allamah Al Hafizh Al Imam Faqihilmuqaddam Muhammad bin Ali
Ba’alawiy, beliau berguru kepada ayahnya Al Allamah Al Imam Ali bin
Muhammad Shahib Marbath bin Ali, beliau berguru kepada ayahnya Al
Allamah Al Imam Ali Khali’ Qasam, beliau berguru kepada ayahnya Al Allamah Al Imam Alwi bin Muhammad, beliau berguru kepada ayahnya Al
Allamah Al Imam Muhammad bin Alwi,31 beliau berguru kepada ayahnya Al
Allamah Al Imam Alqi bin Ubaidillah, beliau berguru kepada ayahnya Al
31
29
Allamah Al Imam Ubaidillah bin Muhammad Muhajir, beliau berguru kepada
ayahnya Al Allamah Al Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa Arrumiy, beliau
berguru kepada ayahnya Al Allamah Al Imam Isa Arrumiy bin Muhammad
Annaqib, beliau berguru kepada ayahnya Al Allamah Al Imam Muhammad
Annaqib bin Ali Al Uraidhiy, beliau berguru kepada ayahnya Al Allamah Al
Imam Ali Uraidhiy bin J’far Asshadiq, beliau berguru kepada ayahnya Al
Allamah Al Imam Ja’far Asshadiq bin Muhammad Al Baqir, beliau berguru
kepada ayahnya Al Allamah Al Imam Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal
Abidin Assajjad, beliau berguru kepada ayahnya Al Allamah Al Imam ali
Zainal Abidin Assajjad, beliau berguru kepada ayahnya Al Allamah Al Imam
Husein ra, beliau berguru kepada ayahnya Al Allamah Al Imam Ali bin Abi
Thalib ra, beliau berguru kepada semulia-mulia guru, Sayyidina Muhammad
Saw, maka sebaik-baik bimbingan guru adalah bimbingan Rasulullah Saw.
Sanad guru Habib Munzir Al Musawa jelas kepada Rasulullah Saw, begitu
pula dengan nasabnya.32
D. Aktifitas Dakwah Habib Munzir Al Musawa
Pada tahun 1998 awal kedatangan Al Musawa dari Tarim, Yaman ke
Indonesia. Al Musawa mengikuti jejak sang guru Habib Umar bin Hafidz
langsung mengadakan sebuah majelis pada hari Jum’at di waktu sa’ah
Fathimiyah (waktu Asar) di rumah As Sayyid Ali Habsyi di Condet. Al
Musawa juga mengadakan majelis hari Senin malam sebagaimana Jalsah
itsnain guru Al Musawa ( Habib Umar bin Hafidz), majelis ini pada mulanya
32
30
berpindah-pindah dari rumah ke rumah, yang hadir pun tidak lebih dari 10
orang. Dengan berjalannya waktu maka bertambah banyak orang-orang yang
hadir ke majelis hingga rumah-rumah mulai tidak dapat menampung
banyaknya jama’ah. Majelis Senin malam mulai berpindah-pindah dari satu masjid ke masjid lainnya. Al Musawa memiliki semangat juang yang tinggi,
hingga Al Musawa keluar berdakwah dan menyusun perjalanan dakwahnya
dari penjuru Banten sampai ke Banyuwangi dan Bali. Lalu pada bulan Rabi’ At Tsani tahun 1420 H/ 1999 M Al Musawa diangkat menjadi Pemimpin Umum
di Pesantren As Sa’adah milik Al Habib Umar bin Huda Al Atthas, maka Al
Musawa mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pesantren dan ia mengajar di
pesantren As Sa’adah. Disamping itu Al Musawa juga keluar untuk perjalanan dakwah di beberapa daerah. Aktifitas tersebut berlangsung hingga akhir tahun
2000, ketika itu Al Musawa mulai merasakan beratnya memikul tanggung
jawab di pesantren dan dimasa itu Al Musawa selalu keluar ke daerah-daerah
lainnya. Al Musawa memilih untuk berdakwah keluar daerah-daerah. Al
Musawa berpindah dari Cipayung ke Jakarta dan tinggal di Jati Bening,
Pondok Gede. 33
Kegiatan Dakwah Habib Munzir Al Musawa di Majelis Rasulullah
biasanya dilakukan pada hari Senin malam di Masjid Al Munawwar Pancoran,
Jakarta Selatan dan Kamis malam di gedung Dalalail Khairat Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan. Waktu pengajiannya dimulai jam 20.15 WIB dan selesai jam
22.00 WIB. Selain itu juga ada pengajian keliling yang disesuaikan dengan
33
31
jadwal. Jadwal tersebut biasa dibagikan saat pengajian di Masjid
Al-Munawwar.34
a. Memperingati Hari-hari Besar Islam dan Nasional
Pada peringatan hari-hari besar Islam dan Nasional biasanya Habib
Munzir Al Musawa membuat peringatan untuk hari-hari tersebut,
menyerahkan kepada pengurus Majelis Rasulullah untuk
mengaplikasikannya. Disela-sela acara pengurus atas perintah Habib Munzir
Al Musawa menyambungkan video lewat internet ke Yaman (Hadramaut),
Ma’had Darul Musatafa bertemu melalui video streaming dengan guru besar dari Habib Munzir Al Musawa yaitu Habib Umar bin Hafidh bin Syekh
Abubakar bin Salim. Menghadirkan Habib Umar bin Hafidh melalui video
lewat internet ini biasanya memberikan tausiyah singkat kepada jama’ah yang hadir melalui layar proyektor yang telah di pasang oleh pengurus
Majelis Rasulullah. Habib Umar bin Hafidh saat tausiyah dengan bahasa
Arab dan diterjemahkan oleh Habib Munzir Al Musawa per kalimat.35
b. Bimbingan Rohani di Instansi Pemerintahan dan Perkantoran pada jam makan siang.
Kegiatan dakwah dimaksudkan agar perkantoran mendapat
bimbingan dari Habib Munzir Al Musawa sehingga Instansi Pemrintahan
dan Perkantoran menjadi pemerintahan yang nabawi dan perkantoran yang
nabawi. Telah diadakan di banyak Instansi pemerintahan dan perkantoran,
diantaranya Khutbah Jum’at dan siraman Rohani di Departemen Keuangan,
34
Habib Muhammad bin Alkaf, Wawancara, Jakarta, 16 Januari 2017.
35
32
Gedung GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) Jakarta, Bank
Danamon, BI (Bank Indonesia) dan lainnya.
c. Bimbingan Rohani di Statiun Televisi
Beberapa program televisi bekerja sama dengan Majelis Rasulullah
yang menjadi tempat untuk Habib Munzir Al Musawa menyiarkan
dakwahnya, beberapa statiun televisi tersebut adalah
1) Metro TV dengan program acara OASIS
2) ANTV dengan program acara Mutiara Subuh
3) Indosiar dengan program acara Embun Pagi36
E. Wafat Habib Munzir Al Musawa
Pada hari Minggu 15 September 2013 sebelum meninggalnya Habib
Munzir, dirumah ia sedang ramai dikarenakan ada pengajian Majelis An-Nisa
Rasulullah SAW. Beberapa saat keluarga sempat mencari-cari Habib Munzir
karena tidak diketahui sedang dimana, sementara sandal dan mobilnya masih
ada dirumah. Habib Munzir masuk kamar mandi sejak siang namun sampai
sore hari beliau tak kunjung keluar. Ketika pintu kamar mandi diketuk dan
tidak ada sahutan, akhirnya pintu di dobrak dan ditemui Habib Munzir sudah
tergeletak di lantai tidak sadarkan diri. Habib Munzir pun dilarikan ke Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, berselang dua jam kemudian dan setelah
menjalani pemeriksaan medis kata dokter ia telah tiada. Menurut penuturan
kerabatnya, Habib Munzir meninggal karena serangan jantung.
36
Halomoan, “Strategi Dakwah Habib Munzir A Musawa dalam Pembentukan Akhlakul Karimah
Jama’ah Remaja di Majelis Rasulullah”, (Skripsi, UIN Syarif Hidayaatullah Fakutas Ilmu Dakwah
33
Habib Munzir meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada
hari Minggu 15 September 2013 pukul 15.30 WIB. Sebelum dikebumikan,
jenazah Habib Munzir disemayamkan di Masjid Al-Munawar untuk
dishalatkan secara berjamaah oleh ribuan jamaah Majelis Rasulullah yang
dipimpin Al-Habib Nagib bin Syekh Abu Bakar sebelum dibawa ke TPU
Habib Kuncung, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan. Habib Munzir
dimakamkan di pemakaman umum Habib Kuncung di Kalibata, Jakarta pada
hari Senin 16 September 2013 sekitar jam 13:00 WIB. Puluhan ribu umat
muslim berbondong-bondong mengantarkan jenazah beliau dan menyaksikan
prosesi pemakaman dengan takdim tak terkecuali guru beliau Al Habib Umar
bin Hafidz beserta rombongan yang hadir saat itu. 37
F. Karya-karya Habib Munzir Al Musawa
Selain berdakwah, Habib Munzir juga memiliki beberapa karya yang dikarangnya untuk pelajaran umat muslim. Adapun karya-karya Habib Munzir
Al Musawa adalah:
1. Kenalilah Aqidah
Buku ini ditulis oleh Habib Munzir Al Musawa sebanyak 2 jilid.
Jilid pertama diterbitkan pada tahun 2009 dengan tebal 105 halaman dan
penerbit Majelis Rasulullah SAW, Jakarta. Kedua diterbitkan pada tahun
2009 dengan tebal 313 halaman dan penerbit Majelis Rasulullah SAW,
Jakarta. 2 jilid ini yang isinya membahas tentang nasihat-nasihat penting
bagi kaum muslimin sebagai bekal dalam menyikapi berbagai fenomena
37
al Bashiroh Channel, “Habib Mundzir Al Musawa, Perjalanan Hidup guru Majelis Rasulullah”,
34
dalam permasalahan aqidah, juga diuraikan dalil-dalil untuk menjadi
benteng aqidah umat Islam dalam menjalankan amaliyah sehingga tidak ada
keraguan bagi kaum muslimin dalam menjalankan aktifitas ibadah ataupun
lainnya.
Buku Kenalilah Aqidah jilid 1 terdapat sebuah bahasan tentang
bid’ah, hadits dhoif, peringatan maulid Nabi SAW, ayat tasbih, tabarruk,
tahlilan, tawassul, ziarah kubur, bermain rebana di masjid, wajibkah
bermadzhab, jawaban atas pertanyaan yang menyudutkan Ahlussunnah
Waljamaah, hukum majelis dzikir bersama, terjemahan sanad hadits
bimbingan akhlak, sanad mahabbah, kelembutan Allah dalam musibah,
kemuliaan makam Rasulullah SAW, ketika belahan hatiku wafat, meredam
kemurkaan ilahi, merindukan Allah, munajat dalam kegelapan, oh bayiku,
ringkasan sejarah para Imam dan Muhaditsin, samudra ilahiyah, saudara dan
saudariku terperangkap digereja, ceramah, Al Habib Umar bin Hafidh, di
Masjid Raya Al Munawar Pancoran 20 Februari 2006, wahai dunia, wahai
idolaku Muhammad SAW, tanggapan Habib Munzir tentang karikatur dari
Denmark.
Buku Kenalilah Aqidah jilid 2 terdiri dari tiga bab. Bab pertama,
buku ini membahas definisi bid’ah, hadits dhoif dan sejarah ringkas para
Imam dan Muhadditsin. Bab dua, membahas masalah khilafiyah dan seputar
35
membahas masalah pertanyaan-pertaanyaan yang dijawab seputar Fiqih,
Aqidah, Tauhid, dan lainnya.38
2. Meniti Kesempurnaan Iman
Buku Meniti Kesempurnaan Iman yang ditulis Habib Munzir
al-Musawa yang di terbitkan tahun 2009 dengan 130 halaman adalah tulisan
yang berisi sanggahan terhadap karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz berjudul
„Benteng Tauhid’.39
Buku Meniti Kesempurnaan Iman tersebut membahas tentang
istighatsah, peringatan malam nishfu Sya’ban, membuat bangunan atau
membangun masjid diatas kuburan, peringatan maulid Nabi Muhammad
Saw, tabarruk, memohon pertolongan kepada orang yang telah mati,
ibadah dalam Isra Mi’raj, keutamaan tauhid dan lain sebagainya. 3. 77 Tausiyah Habib Munzir Al Musawa
Buku 77 Tausiyah Habib Munzir Al Musawa yang ditulis sendiri
oleh Habib Mundzir di terbitkan pada tahun 2011 dan berisi 105 halaman
yang berisikan 77 kumpulan Tausyiyah Habib Mundzir selama berdakwah
di Majelis Rasulullah yang juga didirikan atas dasar kecintaan terhadap
para pecinta Rasulullah SAW.
Buku 77 Tausiyah Habib Mundzir ini menjelaskan Tausiahnya di
tahun 2009 sampai 2011. Di dalam buku ini banyak membahas
fadhilah-fadhilah, kesunnahan, keimanan, akhlak, dan segala macam perihal
38
Munzir Al Musawa, Kenalillah Akidahmu 2, Cet.2009. 39
36
tentang panutan umat Islam seluruh dunia yakni baginda Rasulullah
SAW.40
4. DVD atau VCD Perjalanan Dakwah di Irian Jaya (terbitan Majelis
Rasulullah, 2008, Jakarta)
DVD atau VCD Perjalanan Dakwah di Irian Jaya menceritakan
perjalanan dakwah pada tanggal 9 Oktober 2008 di Bintuni, Irian Jaya.
Habib Munzir disambut ramai dengan acara halal bihalal dan hadroh khas
Papua. Pertama kali Papua didatangi Habib setelah ratusan tahun tidak ada
kunjungan ke Papua.41
F. Komentar Para Tokoh Terhadap Habib Munzir Al Musawa
Beberapa komentar para tokoh terhadap Habib Munzir Al Musawa :
1. Susilo Bambang Yudhoyono (Mantan Presiden RI 2004-2014)
Mantan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) yang turut hadir melayat ke kediaman almarhum Habib Munzir ikut
menyampaikan rasa duka yang mendalam dan memberi komentar terhadap
Habib Munzir:
"Ketika beberapa kali memperingati Maulid Nabi saya bersama ia. Dia seorang ulama muda, arif, bijaksana sesuai dengan Indonesia religius, juga menginginkan Islam yang islami, membawa keteduhan tutur katanya, mencintai keadilan, serta kaum duafa, menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar, dan Islam untuk semesta alam."42
Hampir setiap tahun, mantan Presiden SBY selalu datang ke
peringatan Maulid Nabi yang digelar Majelis Rasulullah. Terakhir SBY
40
Munzir Al Musawa, 77 Kumpulan Tausiyah (Jakarta: Majelis Rasulullah, 2011).
41
Muhammad Syukron Makmun, Wawancara, Jakarta, 16 Januari 2017.
42
37
datang ke acara doa dan dzikir yang dipimpin Habib Munzir di Monas pada
tanggal 24 Januari 2013.43
2. Fadel Muhammad ( Mantan Mentri Kelautan dan Perikanan 2009-2011)
Fadel Muhammad memberi komentar terhadap Habib Munzir ketika
Fadel diberikan kesempatan menyampaikan amanatnya di malam tahlil
pertama untuk mendoakan Habib Munzir pada hari Senin, 16 September
2013 di Masjid Al Munawar, Pancoran, Jakarta selatan.
Fadel Muhammad mengakui dirinya sangat kagum dengan sosok
Habib Munzir bin Fuad Al Musawwa, pimpinan Majelis Dzikir Rasulullah,
yang wafat diusia 40 tahun, bahkan Fadel kerap bertemu dengan Habib
Munzir baik diacara keagamaan maupun pribadi. Demikian sambutan Fadel
Muhammad:
“Saya orang yang bisa cinta terhadap Habib Munzir. Saya kagum oleh beliau, saya tidak mampu melakukan apa yang beliau lakukan untuk anak muda, karena itu saya sering ke acara beliau dan beliau juga
sering hadir di acara keluarga saya”.
"Berkali-kali dia sering bertemu dengan saya. Ia mengatakan bahwa saya ini dipanggil oleh Allah SWT pada umur 40 tahun, saya bilang jangan bilang seperti itu habib, umat ini masih banyak, antum masih diperlukan oleh jutaan umat, di luar dugaan saya, kemarin diberitahukan ia meninggalkan kita semua. Tapi spirit ia harus kita jaga bersama. Dan semangat ia harus kita teruskan, kita harus jaga terus agar majelis ini betul-betul menerusakan semangatnya "44
43
Mad, “Momen Habib Munzir dan Tokoh Terkenal: Dari SBY hingga Jokowi” dalam
http:/m.detik.com (16 September 2013)
44Rizki Adam, “Fadel Muhammad: H
38
3. Marzuki Alie (Ketua DPR RI 2009-2014)
Marzuki Alie pada hari Senin, 16 September 2013 memberi komentar
terhadap Habib Munzir ketika melayat ke rumah duka, rumah tempat
disemayamkannya Habib Munzir bin Fuad Al Musawa dikawasan komplek
Liga Mas, Pancoran, Jakarta Selatan . Marzuki Alie mengatakan, dirinya
mengenal Majeli Rasulullah yang identik dengan dzikirnya. Komentar
Marzuki Alie terhadap Almusawa sebagai berikut:
“Saya kenal Habib Munzir dengan majelis dzikirnya. Saya tahu dzikir mendekatkan diri kita kepada Tuhan dan tausiyahnya menyejukan.
Saya harap banyak ulama yang melakukan itu.”
“Sosok Habib Munzir merupakan seorang ulama muda yang harus
dicontoh ustaz-ustaz muda saat ini. Selain mampu berdakwah, jelas dia, tausiah Habib Munzir juga menyejukkan, sehingga banyak yang jadi pengikutnya di saat usianya yang masih dikatakan muda. Dakwah yang seperti inilah yang diperlukan, yakni mampu menggerakkan masyarakat ke arah kebaikan secara masif. Habib Munzir semasa
hidupnya dapat mengayomi semua suku yang ada di Indonesia.”
Sehingga, perbaikan persoalan bangsa ini semakin cepat terselesaikan.
Politikus Partai Demokrat ini juga mengaku menjadi pengikut Majelis
Rasulullah yang didirikan Habib Munzir.45
4. Nasir Djamil (Ketua DPP PKS 2004-2014)
Nasir Djamil memberikan komentar terhadap Habib Muzir ketika
melayat Habib Munzir di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Habib
Kuncung, Kalibata, Jakarta Selatan. Demikian komentar Nasir Djamil:
45
39
“Kiprah dan peranan pemimpin Majelis Rasulullah itu sangat penting dalam membimbing umat menuju masyarakat yang beriman. Almarhum juga sangat berkomitmen untuk mengajak umat agar memiliki sikap anti-kekerasan dan menjauhi hal-hal yang bisa menyebabkan perpecahan umat."
Nasir mengingat, setiap Senin malam, Habib Munzir memberikan
ceramah di Masjid Al Munawwarah, yang terletak dekat kompleks
perumahan anggota DPR RI, di Kalibata, Jakarta Selatan. "Almarhum Habib
Munzir, ibarat oase di padang pasir yang selalu dibutuhkan umat," ujarnya.
Nasir menambahkan, “Habib Munzir merupakan sosok yang amat
konsisten membimbing umat Islam ke arah yang baik. Bahkan ketika
sakitnya semakin parah, dia tetap mengunjungi jamaahnya”. 46
5. Ustadz Yusuf Mansur
Ustadz Yusuf Mansur memberi komentar pada hari Senin, 16
September 2013 terhadap Habib Munzir ketika melayat Habib Munzir di
Tempat Pemakaman Umum (TPU) Habib Kuncung, Kalibata, Jakarta
Selatan.
Majelis ini, kata Yusuf Mansur bernama Majelis Rasulullah, bukan
Majelis Habib Munzir. “Spirit beliau, semangat beliau, senyumannya, ajarannya, akan menjadi obor yang terus menyala. Insya Allah, Majelis Rasulullah tidak akan mati seiring wafatnya Habib Munzir.”
“Yaa Habibi, Habib Munzir, wafatmu sudah membuktikan hadits
Qudsi. Bahwa Allah menyuruh Jibril dan semua malaikatnya, juga
46Ferdinand Waskita, “ Habib
40
seluruh penghuni langit dan bumi, untuk mencintai yang
mencintai-Nya dan banyak amalan tambahannya.” 47
6. Aboebakar Al Habsy (DPR RI dari fraksi PKS 2009-2014)
Aboebakar Al Habsy memberi komentar terhadap Habib Munzir
ketika di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta. Menurut Aboebakar Al
Habsy adalah sosok ulama yang benar-benar melayani ummat sehingga
banyak mendapat simpati dari masyarakat. Demikian komentar Aboebakar
Al Habsy pada hari Senin, 16 September 2013 :
“Kemanapun Habib Munzir diundang oleh jamaahnya, bahkan sampai
pelosok daerah, beliau selalu hadir dengan tulus.”
Aboebakar Al Habsy ini juga melihat, “Habib Munzir adalah sosok
yang sabar dalam menghadapi cobaan berupa penyakit yang telah
lama menggerogoti tubuhnya.”
“Akhlak beliau yang santun membuat Majelis Rasulullah banyak
mendapat simpati masyrakat, sehingga setiap pengajian Majelis Rasulullah selalu diramaikan oleh jamaahnya. Dakwah yang disampaikan Habib Munzir selalu membawa kesejukan bagi jamaah
yang mendengarkannya.”
“Kepergian Habib Munzir membawa duka yang mendalam bagi
masyarakat, khususnya para jamaah Majelis Rasulullah.”48
47
Damanhuri Zuhri, “Ustadz Yusuf Mansur: Hilang Lagi Paku Bumi, Cahaya Bumi”, dalam http:/www.replubika.co.id (16 September 2013)
48Agung Supriyanto, “Habib Munzir Murid Kesayangan Hbib Umar bin Hafis Hadramaut”, dalam
BAB III
SEJARAH PERKEMBANGAN MAJELIS RASULULLAH SAW
A. Periode Kepemimpinan Habib Munzir
1. Latar Belakang Berdirinya Majelis Rasulullah
Nama “Majelis Rasulullah SAW” dalam aktifitas dakwah ini
berawal ketika Habib Munzir Al musawa lulus dari Belajarnya di Darul
Mushtofa pimpinan Al Allamah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim
bin Hafidz Tarim Hadramaut, Yaman. Al Musawa kembali ke Jakarta dan
memulai berdakwah pada tahun 1998 dengan mengajak orang bertobat dan
mencintai Nabi Muhammad SAW. Dengan itu umat akan mencintai
sunnahnya, dan menjadikan Rasul SAW sebagai Idola.
Habib Munzir mulai berdakwah siang dan malam dari rumah ke
rumah di Jakarta, ia tidur di mana saja di rumah-rumah masyarakat, bahkan
pernah ia tertidur di teras rumah orang karena penghuni rumah sudah tidur
dan ia tak mau membangunkan mereka di larut malam. Setelah berjalan
kurang lebih enam bulan, Habib Munzir memulai membuka Majelis setiap
malam selasa sebagai bentuk peneladanan dan mengikuti jejak gurunya Al
Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz yang membuka Majelis
setiap malam selasa.49 Habib Munzir juga memimpin Ma’had Assa’adah yang diwaqafkan oleh Habib Umar bin Hud di Cipayung, Bogor. Setelah
setahun, Habib Munzir tidak lagi meneruskan memimpin Ma’had tersebut
dan melanjutkan dakwahnya dengan merangkul majelis-majelis di Jakarta.
49
42
Sebagai langkah awal Habib Munzir melakukan dakwah, dengan ini secara
perlahan beliau bisa dikenal dengan baik.
Habib Munzir membuka majelis malam selasa dari rumah ke rumah,
mengajarkan Fiqh dasar, namun tampak umat kurang bersemangat
menerima bimbingannya, dan Habib Munzir terus mencari sebab agar
masyarakat ini asyik kepada kedamaian, meninggalkan kemungkaran dan
mencintai sunnah sang Nabi SAW,