• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Dakwah Habib Mundzir Al Musawa Dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Jama’ah Remaja Di Majelis Rasulullah Saw

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Dakwah Habib Mundzir Al Musawa Dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Jama’ah Remaja Di Majelis Rasulullah Saw"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh :

HALOMOAN (108051000185)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVRSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DI MAJELIS RASULULLAH SAW

Skripsi

Diajukan kepada fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Halomoan NrM. r080s100018s

Pembimbing:

NIP: 19730822 99803 2001

JURUSAN

KOMUNIKASI

DAN PENYIARAN

ISLAM

FAKULTAS

ILMU

DAKWAH DAN

ILMU

KOMUNIKASI

UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

MUSAWADALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH REMAJA DI

MAJELIS RASULULLAH telah diuiikan dalam sidang munaqasyah Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Ulirl Syarif Hidayatuilah Jakarta pad a29 Mei 2013. Skripsi

ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilrnu Komunikasi Islam (s.Kom.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

J akarta, 22 J anuari 2073

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,

a"g.

Drs. Jumroni. MSI NIP: 19630515 1992031 006

Anggota,

Penguji I Penguji II

Pembimbing

MA

197108t6

052r 199903 2 002

(4)

i

Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa Dalam Membentuk Akhlaqul Karimah Remaja Di Majelis Rsulullah

Islam merupakan agama dakwah. Agama yang memerintahkan pemeluknya untuk menyebarkan dan mensyi’arkan ajaran islam kepada seluruh ummat manusia di muka bumi ini sebagai rahmat semesta alam. Habib Mundzir Al-Musawwa adalah seorang da’i yang menjalankan perintah Allah untuk mengajak ummat Nabi Muhammad SAW khususnya kaum remaja agar meningkatkan diri dalam memahami, mengamalkan ajaran Islam yang benar sehingga terbentuk Akhlakqul karimah dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW.

Keberhasilan seorang Da’i dalam berdakwah sangat ditentukan oleh

strategi yang digunakan. Oleh karena itu Habib Mundzir Al-Muasawwa menggunakan beberapa strategi dalam berdakwah kepada kaum remaja. Maka rumusan dari latar belakang masalah adalah : Bagaimana Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa Dalam Membentuk Akhlaqul Karimah Remaja Di Majelis Rasulullah?

Asmuni Syukir dalam bukunya Dasr-dasar Strategi Dakwah Islam

menyebukan bahwa strategi dakwah adalah metode, siasat, taktik yang harus digunakan dalam aktivitas dakwah. Dengan memperhatikan beberapa asas-asas strategi dakwah, yaitu asas filosofis, sosiologis, asas keahlian da’i, psikologis, efektifitas dan efisiensi dakwah.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis data bersifat deskriftif, yaitu metode yang berfungsi sebagai prosedur penelusuran masalah yang diteliti dengan menggambarkan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Habib Mundzir Al-Musawwa menggunakan strategi dakwah yakni pertama memfokuskan obyek dakwah kepada kaum remaja, kedua menyusun program-program dakwah, ketiga

(5)

ii

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur atasa seluruh kehendak Allah

S.W.T, sang pemilik kehendak. Atas izin-Nya lah akhirnya skripsi ini selesai

dalam proses pengerjaannya. Skripsi ini merupakan anugrah dan nikmat besar

yang Allah berikan kepada saya.

Atas terselesaikannya skripsi ini, tidak lupa saya haturkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief

Subhan, M.A, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin Saputra,

M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Mahmud Jalal,

M.A, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Drs. Study Rizal,

L.K, M.A.

2. Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Bapak Drs. Jumroni,MSI,

Skertaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Ibu Umi Musyarrofah, MA.

3. Dosen pembimbing skripsi, Ibu Rubiyanah MA yang telah menyediakan

waktu dan tenaganya, serta membagi ilmunya untuk membimbing saya.

4. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

dan bantuannya selama ini.

5. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

6. Pimpinan Majelis Rasulullah, Habib Mundzir Al-Musawwa yang sudah

(6)

iii

7. Orang tua tercinta, yaitu mamah dan ayah yang selalu menanyakan

perkembangan sekripsi ini serta doanya agar skripsi ini bejalan dengan baik.

8. Kakak dan adik kandung saya yang selalu membantu dalam suksesnya

pencarian informasi untuk skripsi ini.

9. Kawan-kawan KPI F angkatan 2008 yang selalu member semangat lebih

untuk mengerjakan semangat ini.

Jakarta, 09 September 2013

(7)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodelogi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Strategi Dakwah ... 13

1. Strategi ... 13

a. Pengertian Strategi ... 13

b. Tahapan-tahapan Strategi ... 15

2. Dakwah ... 16

a. Pengertian Dakwah ... 16

b. Unsur-unsur Dakwah... 18

c. Bentuk-bentuk Metodelogi Dakwah ... 20

a. Alhikmah ... 20

b. Al-Mauidzotul Hasanah ... 22

c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan ... 23

d. Qudwatul Hasanah ... 24

e. Ashlubul Quwwah ... 24

3. Strategi Dakwah ... 25

a. Pengertian Strategi Dakwah ... 25

(8)

v

1. Pengertian Remaja ...29

2. Batasan-batasan Remaja ...30

3. Tugas Perkembangan Remaja ...31

BAB III PROFIL HABIB MUNDZIR AL-MUSAWWA DAN GAMBARAN UMUM MAJELIS RASULULLAH A. Profil Habib Mundzir Al-Musawwa ...32

1. Riwayat Hidup Habib Mundzir Al-Musawwa ...32

2. Silsilah Keturunan Habib Mundzir Al-Musawwa ...44

3. Pendidikan Habib Mundzir Al-Musawwa ...44

4. Guru-guru Habib Mundzir Al-Musawwa ...45

5. Karya-karya Habib Mundzir Al-Musawwa ...48

6. Aktifitas-aktifitas Habib Mundzir Al-Musawwa ...48

B. Gambaran Umum Majelis Rasulullah ...51

1. Sejarah Bedirinya Majelis Rasulullah ...51

2. Struktur Pengurus Majelis Rasulullah ...53

C. Visi Misi Majelis Rasulullah ...55

D. Program-program Majelis Rasulullah ...55

1. Bimbingan Rohani di Instansi Pemerintahan dan Perkantoran Pada Jam Makan Siang ...55

2. Bimbingan Di Stasiun Televisi ...56

3. Hadroh Majelis Rasulullah ...56

E. Habib Mundzir Al-Musawwa dan Majelis Rasulullah ...57

BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa ...59

1. Memfokuskan Obyek Dakwah Pada Kaum Remaja ...60

2. Menyusun Program-program Dakwah ...66

(9)

vi

B. Saran ...77

(10)

1

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah. Agama dakwah yang dimaksud adalah

agama yang di dalamnya terdapat usaha menegakan yang hak dan yang bathil,

dengan menyebarluaskan kebenaran dan menutup pintu-pintu dari segala

perbuatan tercela, mengajak orang-orang yang belum mempercayainya bahwa

pekerjaan tersebut adalah tugas suci dari sang Khaliq. Semangat untuk

memperjuangkan tugas suci itulah yang kian hari semakin padam dari

jiwa-jiwa para penganutnya. Semangat yang mengegbu-gebu seharusnya tertanam

dalam diri semua manusia ketika mereka mengenal bahwa islam adalah agama

suci, yang diturunkan untuk semua ummat manusia. Sehingga dakwah

menjadi panggilan suci bagi mereka yang menjalankannya atas perintah Allah

SWT.

Sebagai agama yang universal, Islam yang dibawa Nabi Muhammad

SAW merupakan satu bentuk kehidupan yang benar dan senantiasa

memberikan pedoman kepada ummat-Nya dari mulai persoalan yang besar

sampai hal yang paling kecil. Islam bukanlah agama yang terbatas hanya

dalam kehidupan pribadi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya

semata, namun juga memberikan pedoman hidup yang utuh dan menyeluruh

secara jasmani, rohani, material, spiritual, sosial dan ukhrowi.1

Dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks ini, dakwah

Islam memerlukan sebuah setrategi baru yang mampu mengantisipasi

1

(11)

perubahan zaman yang semakin dinamis. Oleh sebab itu, dalam peradaban

Islam sekarang ini guna menyongsong kebangkitan ummat di zaman modern

saat ini diperlukan informasi pola strategi yang tepat.2 Untuk itu dakwah

haruslah dikemas dengan strategi dan metode yang tepat dan pas. Dakwah

harus tampil secara aktual, faktual, dan konstektual. Aktual dalam arti

memecahkan masalah terkini hangat di tengah masyarakat.3 Strategi dakwah

harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi yaitu dalam dakwah harus

ada usaha untuk mengembangkan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang

dikeluarkan dengan pencapaian hasil yang semaksimal mungkin.4

Dakwah yang merupakan panggilan suci, karena sisi dari panggilan itu

merupakan satu rangkaian pesan yang mengarahkan kepribadian manusia

dalam melakukan hubungan dengan Tuhan, alam dan lingkungan. Hubungan

tersebut menjadi sebuah realitas yang tak terelakan dalam kehidupan manusia

jamak, ketika rangkaian pesan yang dimaksud tersampaikan dengan jalan

hikmah (arif dan bijaksana), sebab merumuskan ketentuan penyampaian pesan

dakwah tentu tidak bisa ditempuh dengan satu arah. Berbagai dimensi, ruang

dan media dapat saja dijadikan komoditas dalam menyampaikan pesan

dakwah secara umum.5

Perbuatan-perbuatan baik, jalan-jalan kedamaian, serta meneyeru

dengan tutur kata yang baik merupakan ladang dakwah yang amat luas

pengertiannya. Manusia dalam berdakwah dapat melalui sisi manapun dalam

kehidupan, karena sesungguhnya manusia memiliki tugas dari Allah pencipta

alam semesta, yaitu menjalankan dakwah.

2

M. Bahri Ghazali, Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997) cet ke-1 h. 33.

3

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenda Media, 2006), h. IX.

4

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 33.

5

(12)

Hal tersebut tercantum dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125

Artinya : ”Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantulah mereka dengan cara baik, sesungguhnya

Tuhanmulah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dijalanNya dan Dialah

yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuknya. “ (An-Nahl:

125)

Ayat di atas menunjukan bahwa Allah mengajarkan manusia untuk

saling bertautan, saling menasehati satu dengan lainnya dengan cara yang

baik-baik dan menjauhkan perdebatan diantara manusia. Kalimat-kalimat suci

menjadi pegangan yang begitu dogmatis dan radikal.

Penggalan dari firman-firman Allah di atas khususnya dan di dalam

Al-Qur‟an umumnya itu sesungguhnya mewujudkan sesorang muslim dalam tutur

katanya, Islam dalam perbuatannya dan juga Islam dalam jiwanya. Allah

menganjurkan kepada manusia untuk mampu mendebat kepada sebuah

kezhaliman dengan strategi yang baik pula. Semua anjuran tersebut itu perlu

di interpretasikan lebih jauh dan mewujudkannya dengan teori-teori yang

mendukung proses dakwah. Sebagaimana dikatakan oleh Ahmad Muhammad

Jamal mengutip pendapat Sayyid Quthb bahwa “Sesungguhnya Islam selalu

menghindarkan diri dari peperangan, karena perang dapat menimbulkan

penjajahan, perbudakan, dan berbagai sikap dan ambisi buruk dari

Negara-negara penakluk.”6

Islam menyeru manusia kejalan Allah dengan jalan

bijaksana dan penuh kedamaian.

6

(13)

Begitu banyak atau menjamurnya kegiatan-kegiatan dakwah yang ada

di masyarakat serta lembaga-lembaga dakwah formal maupun non formal,

akan tetapi masih banyaknya para remaja yang melakukan penyimpangan

moral serta kurang optimalnya pengawasan orang tua dan pengawasan diri

seperti banyak ditemukan remaja yang menghabiskan waktunya untuk

melakukan hal yang tidak bermanfaat seperti, Narkoba, meminum-minuman

keras (khamar) dan berjudi, semua perbuatan tersebut dikarenakan kurangnya

pengawasan orang tua dan pengendalian diri terhadap remaja itu sendiri, serta

di dorong oleh pengaruh negatif dari perkembangan tekhnologi dan budaya

yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan mereka yang akan berdampak bagi

kelangsungan kehidupan beragama bagi remaja dan masyarakat sekitarnya.

Karena kita ketahui remaja adalah gambaran untuk hari esok dan remaja

sebagai generasi penerus yang merupakan asset bangsa ini dan harus

baerlandaskan iman, imu, dan akhlak yang baik.

Usaha untuk mewujudkan ajaran Islam yang kaffah dalam aspek

kehidupan, tentunya tidak hanya pada tanggung jawab orang tua saja, tetapi

unsur-unsur lain yang tidak dapat dikesampingkan dalam masalah ini, yaitu

keberadaan kaum remaja sebagai penerus agama dan bangsa yang memiliki

andil dalam penyampaian usaha dakwa. Untuk itulah remaja dituntut untuk

melakukan hal positif serta memiliki andil dan manfaat terhadap

lingkungannya.

Strategi merupakan suatu perencanaan atau keputusan manajerial yang

strategis untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapakan oleh suatu

(14)

terutama bagi seorang Habib Mundzir Al-Musawwa sebagai da‟i serta

organisasi yang dipimpinnya yaitu Majelis Rasulullah yang merupakan bagian

dari organisasi masyarakat.

Habib Munzdir Al-Musawwa merupakan da‟i yang menjalankan

dakwahnya di Jakarta. Habib Munzdir Al-Musawwa selain sebagai da‟i beliau

juga pimpinan dari majelis Rasulullah, yang merupakan majelis besar yang

ada d Jakarta. Majelis ini berdiri pada tahun 2000, majelis yang awalnya

hanya tujuh jama‟ah, kini jama‟ah majelis Rasulullah telah mencapai ratusan.

Majelis Rasulullah ini telah banyak diketahui umat islam di Jakarta

maupun di luar Jakarta. Hal ini menunjukan bahwa Habib Munzdir

Al-Musawwa berdakwah tidak hanya di Jakarta saja, akan tetapi dakwahnya telah

menyebar keluar daerah Jakarta. sudah tentu diperlukan strategi-strategi untuk

menjalankannya agar berhasil dalam menyebarluaskan dakwahnya.

Habib Mundzir Al-Musawwa melakukan kegiatan dakwahnya yaitu,

dari mesjid ke mesjid, mushola ke mushola, dan beberapa program televisi.

Salah satu ciri khas dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa adalah membuat

acara peringatan hari-hari besar Islam di pusat kota, seperti MONAS, Stadioan

sepak bola Gelora Bung Karno Senayan, masjid Istiqlal. Dakwah Habib

Mundzir Al-Musawwa sangat menekankan kepada pentingnya akhlak yang

baik secara sempurna melalui kecintaan kepada nabi Muhammad SAW

dengan cara selalu mengajak para jama‟ahnya untuk selalu bersholawat.

Majelis Rasulullah yang memiliki banyak jama‟ah baik dari kalangan

orang tua maupun remaja, namun lebih banyak didominasi oleh remaja.

(15)

penasaran mereka terhadap nilai-nilai islam yang luhur dan keinginan tahu

mereka terhadap Nabi Muhammad SAW, yang seringkali ditanamkan Habib

Mundzir Al-Musawwa dalam setiap cermahnya.

Hal inilah yang menyebabkan daya tarik remaja pada dakwah Habib

Mundzir Al-Musawwa dan majelis Rasulullah yakni adanya Ilmu yang

disampaikan untuk pembenahan Akhlaq disertai bershalawat kepada Nabi

dengan iringan hadroh yang menjadikan dasar sebagai lambang kecintaan dan

kerinduan umat kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang telah

dilakukan oleh umat terdahulu baik dari kalangan sahabat hingga kepada kita

umat muslim.

Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam pembentukan

akhlakul karimah pada remaja di majelis Rasulullah memiliki ciri khas

tersendiri jika dibandingkan dengan da‟i-da‟i yang lain, yang kebanyakan

lebih mengandalkan pada strategi dakwah pada ceramah saja.

Berdasarkan pemaparan disertai penjelasan diatas. Maka penulis

mengangkat kajian ini dalam bentuk skripsi yang berjudul “STRATEGI DAKWAH HABIB MUNDZIR AL MUSAWADALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH REMAJA DI MAJELIS RASULULLAH”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas dan agar penulisan ini terarah,

maka penulis membatasi hanya pada strategi dakwah Habib Mundzir

Al-Musawwa pada kalangan remaja di Majelis Rasulullah.

Berdasarkan pembatasan di atas, maka permasalah yang akan diteliti

adalah: Bagaimana Strategi Dakwah Habib Mundzir Al Musawwa Dalam

(16)

C. Tujuan dan Mnfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui strategi dakwah Habib Mundzir Al Musawwa dalam

membentuk akhlaqul karimah remaja di Majelis Rasulullah.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademik

1) Hasil dari penelitian ini bisa memberikan pengetahuan dan

wawasan dalam upaya mengembangkan studi komunikasi dan

dakwah.

2) Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna

bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM)

khususnya pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam

menyampaikan pesannya kepada penerima dakwah dengan

menggunakan metode yang ada.

b. Manfaat praktis

1) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi yang sesuai dalam peningkatan mutu dakwah para da‟i atau calon da‟i terhadap mad‟unya.

2) Sebagai masukan bagi masyarakat muslim bahwa pentingnya

shalawat kepada nabi Muhammada SAW

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah menggunakn pendekatan kualitatif

(17)

dengan interpretasi yang tepat. Metode ini mempeajari masalah-masalah

dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta

situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan serta pengaruh dari

suatu fenomena.7

Untuk mendukung faktanya penelitian ini, peneliti juga

mnambahkan metode triangulasi dalam mengumpulkan data-data sebagai

penunjang dalam penelitian yang dilakukan. Peneliti menggunakan metode

triangulasi yang dipakai sesuai dengan buku dari Burhan Bungin yang

mngungkapkan bahawa triangulasi merupakan cara penggabungan dua

metode dalam satu kajian dengan mengambil pendapat dari luar objek

penelitian untuk mendukung faktanya sebuah objek penelitian.8

Berdasrkan metode penelitian tersebut di atas peneliti berharap

mendapat data penelitian yang bersifat deskriptif interpretatifsehingga

peneliti dapat menganalisis dan menelaah lebih dekat, mendalam,

mengakar, menyeluruh untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas

menegenai Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam

membentuk Akhlaqul Kraimah Reamaja Di Majelis Rasulullah.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sekertariat majelis Rasulullah SAW di jalan

perdatam Cikokol Jakarta Barat dan melakukan pengamatan pula di

majelis rutin setiap hari senin jam 20.15-21.30 WIB di masjid

Al-Munawwar Perdatam Jakarta Barat selama tujuh bulan, mulai dari

November 2012 sampai Mei 2013.

7

Moh Nazir, Metode Penelitia, (Bogor: Ghalia Indonesia. 2015 h.55

8

(18)

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan.9 Dalam

masalah ini subjek penelitian adalah Habib Mundzir Al Musawwa, dan

objek penelitian adalah jama‟ah Remaja majelis Rasulullah Saw.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

a. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan sistematis

fenomena-fenomena yang diselidiki.10 Peneliti melakukan pengamatan atau terjun

langsung kelapangan (field reaserch) untuk melihat langsung

pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh Habib Mundzir

Musawwa, mulai dari kegiatan-kegiatan dakwah Habib Mundzir

Al-Musawwa, kemudian melihat langkah-langkah yang dilakukan Habib

Mundzir Al-Musawwa dalam membuat rancangan strategi dakwah

yang dilakukan dalam membina akhlaqul karimah remaja di Majelis

Rsulullah.

b. Wawancara, yaitu percakapan langsung dan tatap muka dengan

maksud tertentu yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh

informasi.11 Dalam hal ini penulis mewawancarai Habib Mundzir

Al-Musawwa sekaligus pimpinan majelis Rasulullah Saw dan dua

pengurus dari Majelis Rasulullah yaitu sekretaris dan wakil sekretaris serta jama‟ah beberapa Jama‟ah remaja.

9

Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), hal. 13.

10

Sutrisna Hadi, Metodelogi Reaserch, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989) cet ke-19, hal. 139

11

(19)

c. Dokumentasi, mengumpulkan data-data yang ada dari sekertariat

Majelis Rasulullah SAW dan data lainnya yang ada kaitannya dengan

masalah penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisa dan

diinterpretasikan. Sedangkan metode yang penulis pakai dalam

menganalisa data adalah dengan menggunakan metode deskriptif analisis,

yaitu melaporkan data dengan cara menerangkan, memberi gambaran dan

mengklasifikasikan data yang terkumpul apa adanya dan kemudian data

tersebut disimpulkan.

6. Pedoman Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan “Buku Pedoman akademik,

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, yang diterbitkan oleh UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2009 edisi ke-24. 12

E. Tinjauan Pustaka

Dari banyaknya skripsi yang membahas metode dakwah seorang tokoh,

penulis bermuajahah dan mengambil ta’bir dari berbagai penelitian yang

berkaitan dengan peran seorang da‟i untuk menunjang penelitian ini.

Karya-karya ilmiah yang peneliti baca beberapa dari UIN Syarf

Hidayatullah dan Jug dari Universitas lai, sebagai berikut:

1. “Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid Al-Hikmah (GEMA)

Dalam Meningkatkan Nilai-Nilai KeIslaman Para Pemuda Di

Kampung Areman Cimanggis Depok” mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta atas nama Indra Dita Puspito (107051002572)

12

(20)

tahun 2011, membahas mengenai bagaimana generasi muda masjid

Al-Hikmah meningkatkan nilai-nilai Islam kepada para pemuda

didaerah kampung Areman Cimanggis Depok.

2. “Pesan Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam Website

www.majelisrasulullah.org” mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

atas nama Iqbal Tawakal (4715087235) tahun 2012, membahas

pesan dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam website

www.majelisrasulullah.org.

3. “Peran K.H Muhtadi Alawy Dalam pengembangan Dakwah di

Kelurahan Jombang Ciputat” mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta atas nama Noviadi Firdausil Ula (104051001758) tahun

2010,membahas mengenai peran K.H dalam mengembankan

dakwahnya di Jombang Ciputat.

Sedangkan skripsi yang saya ajukan adalah “strategi dakwah Habib

Mundzir Al Musawwa dalam pembentukan akhlakul karimah remaja di

majelis Rasulullah Saw” membahas tentang strategi yang digunakan Habib

dalam menempuh dakwah di majelis Rasulullah Saw untuk membentuk

akhlaqul karimah pada pemuda. perbedaan yang paling mendasar dari skripsi

ini dengan yang lainnya adalah terdapat di objek penelitiannya yaitu Habib

Mundzir Al-Musawwa.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dan pada tiap bab terdapat

(21)

BAB I : Pendahuluan

Bab pendahuluan merupakan uraian landasan umum dari skripsi

ini. Isinya menjelaskan latar belakang masalah penulisan ini,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis

Dalam bab ini membahas secara detail tentang pengertian strategi,

tahapan-tahapan strategi, pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah

Metode Dakwah, pengertian strategi dakwah, asas-asas strategi

dakwah, akhlaqul karimah,dan pengertian remaja.

BAB III : Profil Habib Mundzir Al-Musawwa

Bab ini memaparkan riwayat hidup Habib Mundzir Al-Musawwa,

sejara berdirinya Majelis Rasulullah dan kegiatan dakwah Habib

Mundzir Al-Musawwa dan Majelis Rasulullah.

BAB IV : Hasil Penelitian

Bab ini merupakan pembahasan inti dari hasil penelitian, yang

berisi mengungkap secara detail tentang strategi dakwah Habib

Mundzir Al-Musawwa dalm membentuk akhlaqul kariah remaja di

Majelis Rasulullah.

BAB V : Penutup

Sebagaimana lazimnya dalam sebuah laporan hasil penelitian,

dalam bab ini berisikan mengenai kesimpulan yang merupakan

jawaban dari rumusan masalah yang diajukan pada bab pertama

(22)
(23)

14

A. Strategi Dakwah

Sebelum membahas mengenai strategi dakwah, penulis terlebih dahulu

menguraikan mengenai pengertian strategi dan dakwah secara umum, yaitu

sebagai berikut:

1. Strategi

a. Pengertian Strategi

Ditinjau dari segi etimologi, kata “strategi” berasal dari bahasa

Yunani yaitu “strategos” yang diambil dari kata “strator” yang berarti

militer.1Kata “strategi”dalam kamus bahasa Inggris adalah “strategy

yang berarti siasat.2 Sedangkan di dalam kamus besar bahasa Indonesia

dijelaskan bahwa strategi memiliki arti yaitu seni atau ilmu yang

menggunakan sumber daya manusia untuk melaksanakan kebijakan

tertentu.3

Pada awal-awalnya strategi itu dihubungkan dengan operasi

militer dalam skala besar-besaran. Maka strategi dapat diartikan

sebagai ilmu tentang perencanaan dan pengarahan operasi militer

secara besar-besaran. Disamping itu dapat juga berarti kemampuan

yangterampil dalam menangani dan merencanakan sesuatu.4

1

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi: sebuah konsep pengantar, (Jakarta: LPEE UI 1999, h. 8.

2

Kamiso, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Surabaya: PT. Karya Agung), h. 279

3

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199.

4

(24)

Sedangkan pengertian strategi ditinjau dari segi terminology,

adalah sebagai berikut:

Eko Endarmoko di dalam bukunya menjelaskan bahwa strategi

merupakan sebuah planning, program-program, skema, kebijakan garis

haluan, khittah, pendekatan politik atau prosedur. 5

Menurut Din Syamsudin di dalam bukunya menjelaskan bahwa

strategi itu adalah sebagai berikut:

1) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan

2) Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk

mencapai tujuan

3) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan

fugngsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.6

Menurut Onong Uchyana Effendi, strategi pada dasarnya adalah

perencanaan planning dan management untuk mencapai suatu tujuan.

Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi

sebagai peta jalan yang hanya menunjuk satu arah saja, melainkan

harus menunjukan bagaimana cara operasinalnya.7

Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

strategi merupakan sebuah rencana atau planning dan cara mensiasati

suatu program atau kegiatan yang dilaksanan agar tercapai dengan baik

sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

5

Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 613.

6

Din Syamsudin, Etika Agama Dalam membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Logos, 2000), Cet. I, h. 127.

7

(25)

b. Tahapan- tahapan Strategi

Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada

tahapan-tahapan yang harus ditempuh, yaitu:

1) Perumusan Strategi

Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi adalah

pengembangan tujuan,mengenai peluang dan ancaman eksternal,

penetapan kekuatan dan kelemahan secara internal, melahirkan

strategi alternatif, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada

tahap ini adalah proses merancang, dan menyeleksi berbagai

strategiyang yang akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan

tujuan organisasi

2) Implementasi Strategi

Implementai strategi disebut juga sebagai tindakan dalam

strategi, karena implementasi berarti mobilisasi untuk mengubah

strategi yang dirumuskan menjadi suatu tindakan. Kegiatan yang

termasuk dalam implementasi strategi adalah pengemabangan

budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur yang

efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan

dan memanfaatkan system informasi yang masuk. Agar tercapai

kesuksesan dalam implementasi startegi, maka dibutuhkan adanya

displin, motivasi kerja.

3) Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi adalah proses diamana majer

(26)

pencapaian tujuan. Tahap akhir dalam startegi adalah

mengevaluasi strategi yang telah dirumuskan sebelumnya.8

2. Dakwah

Ditinjau dari pengertian atau etimologi atau bahasa, kata dakwah

berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a- yad’u- da’watan, artinya mengajak,

menyeru, memanggil. Warson Munawir seperti yang dikutip oleh samsul

Munir Amin menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to

call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to

propose), mendorong (to urge) dan memohon. Sedangkan orang yang

melakukan seruan atau ajakan disebut da‟i (isim fa’il) artinya orang yang

menyeru. Tetapi karena perintah memanggil atau menyeru adalah proses

penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal

sebagai muballigh artinya penyampai atau proses. Secara etimologi

dakwah atau tabligh merupakan suatu proses penyampaian atas

pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang

lain memenuhi ajakan tersebut.9

a. Pengertian Dakwah

Secara “etimologis, kata “ dakwah” berasal dari Bahasa Arab da’a - yad’u da’watan, yang berarti : ajakan, seruan, panggilan, atau

undangan”10

. Dakwah menurut istilah dalam surat An-Nahl ayat 125

adalah mengajak umat manusia kejalan Allah dengan cara bijaksana,

nasehatyang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.

“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

8

Fred David, manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 5

9

Samsul Munir Amin, MA. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah,2009), h.1-2

10

(27)

Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”11

Namun, secara terminologis ada banyak definisi dakwah yang

dikemukakan oleh para ahli. Menurut Muhammad Khidir Husein

dalam bukunya ad-Dakwah ila al-Islah mengatakan dakwah adalah

upaya untuk memotivasi agar orang berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar ma‟ruf nahi munkar dengan tujuan

mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

QuraiSihab mendefinisikannya sebagai “seruan atau ajakan

kepada keinsyafan, atau usaha mengubah sesuatu yang tidak baik

kepada sesuatu yang lebih baik terhadap pribadi maupun

masyarakat”12 Dakwah adalah “suatu proses penyampaian atau

penyeruaninformasi Ilahiyah kepada para hamba manusia yang

merupakan bagian integral dari hidup dan kehidupan setiap individu

muslim”.13 Dakwah adalah “suatu gejala di mana terdapat dua orang

atau lebih yang salah satu atau sebagian diantaranya menyampaikan

amar ma‟ruf nahi munkar”14

. Jadi, dakwah adalah suatu aktifitas atau

kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain,

untuk mengamalkan ajaran Islam dengan tujuan mencari kebahagiaan

hidup dunia dan akhirat dengan dasar keridhaan Allah.

11

Depag RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya…. h. 421

12

(http://tri1405.blogsome.com/2007/05/07/apengertian-dakwah, diakses 09 November 2012)

13

Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 62

14

(28)

b. Unsur-unsur Dakwah

Dalam kegiatan dakwah, unsur-unsur dakwah harus selalu

berada di dalamnya guna dapat mencapai tujuan dakwah yang

diinginkan, karena pada hakekatnya unsur dakwah sendiri merupakan

sesuatu yang melekat dalam dakwah. Dan adapun unsur-unsur dakwah

adalah sebagai barikut:

1) Da'i (pelaku dakwah)

Yang dimaksud da'i atau biasa disebut dengan sebutan

mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam) adalah orang

yang melaksanakan atau menyampaikan dakwah secara lisan,

tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok ataupun

secaraorganisasi.

Sebagai pelaksana atau pelaku dakwah sebenarnya bisa

dibedakan antara yang wajib 'ain dan wajib kifayah. Wajib 'ain

adalah aktifitas dakwah yang tidak memerlukan persyaratan ilmu.

Karena dakwah dalam bentuk yang demikian dapat dilakukan oleh

setiap muslim, misalnya amar ma'ruf dan nahi mugkar. Wajib

kifayah adalah dakwah yang memenuhi syarat untuk dilaksanakan

secara profesional. Tugas dakwah seperti ini seyogyanya

memenuhi persyaratan, baik persyaratan ilmu maupun imani.

Jadi dakwah professional ini tidak wajib bagi muslim yang

belum memenuhi persyaratan dakwah seperti itu. Subyek dakwah

dalam taraf ini disebut Da'i. salah satu bentuk dari dakwah

(29)

dakwah dalam hal ini disebut dengan istilah muballigh”15. “Allah

SWT telah mewajibkan kepada Rasulnya dan orang-orang mu'min

untuk berdakwah kepada Allah, akan tetapi Allah mengikat

perintahnya tersebut dengan syarat harus dikerjakan atas dasar ilmu

pengetahuan yang mendalam (bashirah) dan kebijaksanaan (

al-hikmah)”16.

2) Mad'u (orang yang menerima dakwah)

Yang dimaksud dengan mad'u adalah manusia yang

menerima dakwah yang disampaikan oleh da'i atau dengan kata

lain disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, baik secara

individu, kelompok, orang Islam maupun tidak.

3) Maddah (materi dakwah)

Unsur dakwah yang ketiga adalah maddah atau pesan dakwah,

pesan dakwah ialah isi yang disampaikan oleh da'i sebagai orang

yang menyampaikan kepada mad'u. Dalam mengkaji tentang

materi dakwah, Sjahroni A. J berpendapat bahwa, ''Secara umum

sebenarnya materi dakwah tercakup dalam al-Qur'an dan al-Hadits.

Dengan demikian ajaran Islam yang termuat di dalam dua kitab

tersebut sebagai rumusan secara kaffah tentang materi dakwah''17.

Menurut Moh. Ali Aziz materi dakwah dari ajaran Islam dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a) aqidah

b) Syari'ah

15

Sjahroni A.J, Teknik Pidato Dalam Pendekatan Dakwah (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2008), hal. 3.

16

Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Methode Dan Strategi Da'wah Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996), hal.113.

17

(30)

c) Muamalah

d) Akhlaq

c. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah

Dalam al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125 disebutkan bahwa

dakwah adalah

يه يتَ ب د ج نسح ا ع ا

ح ب كب ي س ى دا

ع ه كَب َ سح

ي ت ب ع ه ه ي س ع َ ض ب

)

٥٢١

(

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah18 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya Dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Ayat al-Qur‟an yang tercantum diatas adalah menjadi sebuah

dilalah bagi Rasul dan muballighin tentang metode berdakwah. Syekh

Muhammad Abduh menyimpulkan dari ayat tersebut mengidentifikasi

metode dakwah kepada tiga golongan karena melihat karakter ummat

manusia yang beragam.19

1) Al-Hikmah

Ada golongan cendiki-cendikawan yang cinta kebenaran,

dan berfikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan.

Mereka ini harus dipanggil dengan “hikmah” yakni dengan alasan

-alasan, dengan dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan

akal mereka.

18

Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

19

(31)

Kata “hikmah” dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak 20

kali baik dalam bentuk isim nakiroh atau ma‟rifat. Bentuk

masdarnya adalah “hukman” yang diartikan secara makna aslinya

adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berati implikasinya

adalah mencegah dari kedzoliman dan apabila dikaitkan dengan

dakwah berati mencegah atau menghindari hal-hal yang kurang

relevan dalam melaksanakan tugas dakwah20.

Dalam kajian usul fikil istilah hikmah dibahas ketika

ulama‟ usul membicarakan sifat-sifat yang dijadikan ilat hukum.

Dan pada kalangan tarekat hikmah diartikan sebagai pengetahuan

tentang rahasia Allah SWT.21

M. Abduh berpendapat bahwa, Hikmah adalah mengetahui

rahasia dan faedah didalam tiap-tiap hal. Hikmah juga diartikan

sebagai ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi banyak maknanya22

Ataupun diartikan meletakan sesuatu pada tempat atau

semestinya.23

Dalam berdakwah, hikmah adalah penentu kesuksesan atau

tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad‟u yang beragam. Baik

dari jenjang pendidikan, strata sosial, usia, latar belakang budaya

seorang da‟i dengan ilmu hikmah akan mudah diterima sehingga

ajaran islam sebagai tujuan dakwah itu sendiri dapat memasuki

ruang hati padu‟ dengan tepat. Namun tidak semua orang mampu

meaih hikmah, sebab Allah hanya memberikan kepada orang-orang

20

Munzir Saputra, harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencanna, 2003), h, 8.

21

Munzir Saputra, harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencanna, 2003), h, 9.

22Lihat, Sa‟dy Abu Habib,

al-Qomusul Fiqhi, h, 97.

23

(32)

yang layak/pantas dalam mendapatkan hikmah. Sebagaimana

tercantum dalam Qur‟an surat Al-Baqoroh ayat 269 :

ا يثك ا يخ يت قف ح ا ي

ء شي ح ا ي

ا ك ي

أا

Artinya : Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

2) Al-Mauidzotul Hasanah

Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat

berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menagkap

pengertian yang tinggi-tinggi. Mereka ini adalah yang disebut

dengan “al-mauidzotul hasanah”, dengan anjuran dan didikan,

yang baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah difaham.

Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi memberikan definisi

tentang mauidzoh hasanah sebagai berikut:

ا ب م حصا ت كنا م يلع ىفخي ا يتلا يه ة سحلا ةظع لا

م عف ي ام دصقت

ارقلاب ا ا يف

Al-mauidzotul hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada merekaatau dengan al-Qur’an.24

Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mauizoh al-Hasanah

merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk menju

ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing

dengan lemah lembutagar mereka mau berbuat baik25.

24

Hasanudin, SH, Hukum Dakwah, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h, 37.

25

(33)

3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan

Dari segi etimologi (Bahasa) lafadz mujadalah terambil

dari kata “jadala” yang bermakna memintal, meliliti. Apabila

ditambah alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faa ala “jaa

dala” dapat bermakna berdebat dan “mujadalah” perdebatan.”26

Mujadalah Billati Hiya Ahsan Yakni mereka yang cara

penyampaian dakwahnya dengan diajak bertukar fikiran guna

mendorong supaya berfikir dengan secara sehat dengan cara yang

lebih baik.

Demikianlah Syekh Muhammad Abduh menyimpulkan dalam

sebuah kalimat.27

(ملسم ا ر ) م ل قع ردق يلع سا لاا بط اخ

berbicaralah kepada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing”.(HR.Muslim)

Menurut Ali al-Jarisyah dalam kitab Adab Hiwar wa

al-Munadzarah, mengaartikan bahwa “al-Jidal” secara bahasa dapat

bermakna “datang untuk memilih kebenarah” dan apabila

berbentuk kalimat isim “al-Jadlu” maka berarti pertentangan atau

perseteruan yang tajam”28

, bahkan al-Jarisyah menambahkan

bahwa, lafadz “al-Jadlu” mustaq dari lafadz “al-Qotlu” yang

berati sama-sama terjadi pertentangan, sepertilahnya yang terjadi

perseteruan yang terjai antara dua orang yang saling bertentangan

26

Ahmad Warson al-Munawwir, al-Munawwir, (Jakarta: Pustaka Progresif, 1997), cet ke-14, h, 175

27

Mohammad Natsir, fiqhud Da’wah, (Media Da‟wah, Jakarta 1427 H, 2006 M), h, 162.

28

(34)

sehinga saling melawan / menyerang dan salah satu menjadi kalah.

Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi

Mujadalah Billati Hiya Ahsan adalah suatu upaya yang bertujuan

untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan

argumentasi dan bukti yang kuat.29

4) Qudwatul Hasanah

Yakni mereka yang cara penyampaian dakwahnya dengan

memberikan teladan yang baik kepada mereka.30

نسح س ه ا س يف ك ق .ا يثك ه ا ك خ ا ي ا ه ا ج ي ك

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab : 21).

5) Aslubul Quwwah

Yakni mereka yang cara penyampaian dakwahnya dengan

pendekatan kekuatan. Dan hal ini juga tercantum dalam hadis

Bukhari Muslim yang artinya : “barangsiapa diantara kamu

melihat kemunkaran, maka hendaklah merubahnya dengan :

1) Tangannya (kekuasaannya) apabila ia tidak sanggup, dengan

2) Lidahnya (nasihat); apabila ia tidak kuasa, maka dengan

3) Hatinya; dan itulah selemah-lemahnya iman”.

3. Strategi Dakwah

Setelah membahas penegrtian strategi dan dakwah, maka langkah

selanjutnya yang perlu dibahas adalah strategi dakwah, yaitu

penggabungan dari strategi dan dakwah.

29

Sayyid. Muhammad Thantawi, Adab al-Khiwar Fil Islam, Mesir, Dar al-Nahdiyah, diterjemah oleh Zuhairi Misrawi dan Zamroni kamal, (Jakarta: Azan, 2001), Cet. Ke-1, pada kata pengantar.

30

(35)

a. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan managemen.

Karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama mengarah

kepada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh

individu maupun organisasi. Pengertian managemen srategi adalah

suatu proses managerial yang berdasar dan menyeluruh dalam

mendayagunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi sesuai dengan visi dan misi yang telah ditentukan.

Sedangkan pengertian dakwah sebagaimana telah dijelaskan

terdahulu secara singkat adalah upaya yang dilakukan individu ataupun

kelompok (kolektif, lembaga, organisasi). Dalam merealisasikan ajaran

Islam ditengah-tengah manusia melalui metode-metode tertentu

dengan tujuan agar terciptanya kepribadian dan masayarakat yang

menerapkan ajaran Islam secara utuh (kaffah) dalam mendapatkan

kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.

Oleh karena itu, dakwah sebagai proses kegiatan yang universal

dan tidak hanya sekedar bentuk kegiatan ritual keagamaan, tetapi

meliputi segala aktifitas hidup manusia, bahkan dakwah juga dituntut

untuk menjadi problem solving bagi persoalan-persoalan yang

berkembang dimasyarakat, juga mengadopsi istilah managemen dan

strategi untuk menjelaskan rangkaian kegiatan dakwah yang dapat

membantu pencapaian tujuan dakwah itu sendiri.

Strategi dakwah merupakan metode, siasat, taktik yang harus

digunakan dalam aktivitas dakwah.31 Menurut Abu Zahra mengatakan

bahwa strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan dan

31

(36)

operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapi

tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.32

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning)

dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Dalam

mencapai tujuan tersebut, maka strategi dakwah harus mendapat

menunujukan bagaimana operasionalnya yang harus dilakukan secara

tekhnik atau taktik, karena sewaktu-waktu dapat berubah tergantung

situasi dan kondisi.

Strategi dakwah tidak berbeda dengan strategi komunikasi. Jika

dalam dakwah menggunakan startegi komunikasi, maka dakwah yang

dilakukan akan berhasil karena sebelum memulai berkomunikasi

terlebih dahulu harus paham siapa yang menjadi audiens, media apa

yang digunakan sesuai keadaan, pesan yang disampaikan dapat

dipahami oleh audiens.

b. Asas-asas Strategi Dakwah

Dalam strategi dakwah, ada beberapa asas yang harus

diperhatikan agar dakwahnya berjalan efektif dan tepat sasaran.

Adapun asas-asasnya yaitu sebagai berikut :

1) Asas Fisiologis, yaitu azas ini erat hubungannya dengan

tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam aktifitas dakwah.

2) Asas Sosiologis, yaitu azas ini berbicara tentang masalah yang

berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah.

32

(37)

3) Asas kemampuan dan keahlian da‟i

4) Asas Psychologis, yaitu asas ini membahas tentang masalah yang

berhubungan dengan kejiwaan manusia.

5) Asas Efektifitas dan efisiensi, yaitu asas ini maksudnya adalah

dalam aktifitas dakwahnya harus dapat menyeimbangkan antara

waktu ataupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian

hasilnya.33

Berdasarkan asas-asas strategi dakwah di atas, maka seorang

da‟i perlu memiliki ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

asas-asas tersebut yaitu unsur-unsur dakwah seperti yang telah dibahas

pada bab ini bagian kedua. Unsur-unsur dakwah dapat membantu para

da‟i dalam menentukan strategi dakwah agar dakwahnya berjalan

secara efektif.

B. Akhlaqul Karimah

Pada umumnya akhlaq terbagi menjadi dua, yaitu akhlaq mahmudah dan

akhlaq madzmumah. Akhlaq mahmudah adalah akhlaq yang baik sedangkan

akhlaq mahmudah merupakan akhlaq yang buruk. Dua hal ini ada jati diri dari

seorang manusia, sebuah akhlaq tercermin pada keteguhan iman seseorang.

Menurut M. Ali Aziz mengutip pendapat Al-Ghozali memaknai akhlak

sebagai “suatu sifat yang tetap pada seseorangyang mendorong untuk

melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran”34

.

Menurut Abd Al-Karim Zaidan adalah Akhlak merupakan “kumpulan dari

nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan

33

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, op.cit h. 32

34

(38)

timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk untuk

kemudian harus melakukan atau meninggalkannya”35.

Menurut pendapat Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-dasar Strategi

Dakwah Islam, menyatakan bahwa masalah Ahklaq dalam aktivitas dakwah

(sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi

keimanan dan keislaman seseorang. Dalam kitabnya “tanzib al-akhlaq”, Ibnu

Maskaweh mengatakan bahwa, akhlak diartikan sebagai keadaan jiwa yang

mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa memerlukan

pemikiran.”36

Materi akhlak sangat luas sekali, bahkan tidak hanya bersifat lahiriyah

saja, akan tetapi materi akhlak juga melibatkan bentuk pemikiran yang sangat

mendalam. Secara garis besar materi akhlak meliputi tiga hal, yaitu:

1. Akhlaq terhadap Allah, akhlak ini tidak bertolak pada pengakuan dan

kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah

2. Akhlak terhadap manusia, yang meliputi :

a. Diri sendiri

b. Tetangga

c. Masyarakat lainya

3. Akhlaq terhadap lingkungan adalah :

a. Flora

b. Fauna.

Mengenai tiga hal di atas tersebut sangatlah saling berkaitan dan

35

Study Islam IAIN Supel Surabaya, Pengantar Study Islam, (Surabaya: IAIN Supel Surabaya, 2005).hal. 109.

36

(39)

sangat terikat satu sama lain, karena memang tidak dapat dipisahkan meski

bisa untuk dibedakan. Walaupun sebagai perumpamaan yang tepat, Islam

sebagai sebuah pohon yang amat rindang yang berada di perut bumi berupa

aqidah, bahan pohonnya adalah hukum-hukum dan buah serta dedaunan

adalah akhlaqul karimah (Budi pekerti).

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau

tumbuh menjadi dewasa.37 Istilah adolescence seperti yang digunakan saat

ini, mempunyai arti lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional,

social, dan fisisik.

Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja,

dalam definisi tersebut dikemukakan tiga criteria, yaitu biologis,

psikologis, dan sosial ekonomi.

Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika

a. Individu berkembang dari pertama kali ia menunjukan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkermbangan psikologis dan pola identivikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh

dengan keadaan relative yang lebih mandiri.38

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja

37

Elizabeth Hurlock, Piskologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980) h. 33

38

(40)

adalah masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang

ditandai oleh perubahan besar yang saling mempengaruhi antara satu

dengan lainnya.

2. Batasan Remaja

Dua periode masa remaja yaitu: masa remaja awal dan masa

remaja akhir yaitu dari usia 13-18 tahun.39

WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia

remaja, Who membagi kurun usia tersebut dalam dua bagia , yaitu remaja

awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Remaja yang hidup berkembang menuju jati diri yang

sesungguhnya tidak terlepas dalam pandangan tugas-tugasnya. Tanggung

jawab yang harus djalankan selama kehidupannya.

Pada usia remaja terdapat pula tugas-tugas perkembangan tertentu

yang harus dipenuhi oleh individu. Beberapa tugas perkembangan yang

penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja,40 yaitu:

a. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang

berkaitan dengan fisiknya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur

otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal,

belajar menerima relasi dengan teman sebaya, dan orang dewasa, baik

secara individu maupun kelompok.

39

Elizabeth Hurlock, Piskologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980) h. 45

40

(41)

d. Menemukan model untuk identifikasi.

e. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan

sumber-sumber yang ada didirinya.

f. Memperkuat control diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip

yang ada.

g. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan bentuk penyesuaian yang

kekanak-kanakan.

D. Akhlak Remaja

a. Pentingnya Ahlak Dalam Pergaulan remaja

Banyak defenisi yang dikemukan orang tentang masa remaja,

diantaranya adalah masa remaja merupakan masa perkembangan menuju

kematangan jasmani, sikap, pikiran dan emosional. Defenisi lain adalah

Masa terjadinya berbagai pembentukan pada anak, baik berupa perubahan

jasmani ,fikiran, kedewasaan maupun sosial.

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah,

sehingga masa remaja itu sangat sensitif, maksudnya ialah masa yang

penuh dengan dinamika, serba ingin tahu, ingin mencoba dan menyukai

tantangan, walaupun terkadang bertentangan dengan ajaran Islam,

misalnya pergaulan terlalu bebas, berpakaian.

Perubahan perilaku remaja dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana

tempat remaja itu bergaul, Lingkungan yang sangat mempengaruhi

(42)

teman yang baik (memiliki akhlak karimah), maka karakternya akan

menjadi baik begitu pula sebaliknya.

Dewasa ini banyak remaja yang terpengaruh oleh budaya barat yang

mereka anggap lebih maju dan modern sehingga para remaja tidak

mengindahkan lagi norma-norma agama dalam kehidupannya. Oleh

karena itu akhlak terpuji sangat perlu ditanamkan dalam pergaulan

remaja-remaja yang berkarakter sesuai dengan ajaran agama (akhlakul

karimah).41

b. Mendidik Remaja Agar Berakhlaqul Karimah

Pendidikan anak yang islami harus dibentuk dan dimulai sejak usia dini dan harus dijaga pada usia remaja. Pada masa remaja rentan sekali terjadi kerusakan akhlak yang berpengaruh terhadap akidah para remaja muslim. Jika pada masa ini akhlak dapat terjaga, insya Allah di masa dewasa akidahnya akan tetap benar dan baik. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar masa muda terlindungi dari kerusakan akhlak, yaitu :

1. Bicara Dengan Benar dan Baik

Seorang muslim harus berbicara dengan akal sehat, harus bicara

dengan benar dan bijaksana. Banyak berdzikir dan berdoa lebih

diutamakan daripada membicarakan keburukan orang lain. Allah

berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman,

bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,

41

http://pejuangperadaban.blogspot.com/2009/09/akhlak-remaja-muslim.html(jakarta:

(43)

semoga Allah memperbaiki amal perbuatan kamu dan mengampuni

dosa-dosa kamu. Barangsiapa yang menaati Allh dan Rasul-Nya

berarti ia mendapatkan kemenangan yang besar.” (Al-Ahdzaab: 70-71)

2. Pandai Menggunakan Waktu

Seorang muslim pantang membuang waktu untuk bermain dan

melakukan hal yang tak berguna. Seorang muslim lebih baik

menggunakan waktunya untuk beribadah, membaca Al-Qur‟an dan

mengaji daripada nongkrong, nonton film atau begadang. Allah

berfirman yang artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu

benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman

dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya menaati

kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al

-„Ashr: 1-5)

3. Memilih Teman Bergaul Yang Baik

Seorang muslim hendaknya memilih teman yang baik akhlaknya,

berbudi luhur, taat pada ajaran Islam, meskipun dari keluarga miskin dan

bukan atas dasar kekayaan. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:

“Perumpamaan teman baik itu ibarat tukang minyak wangi. Kita bisa

membeli dagangannya. Kalau tidak, paling sedikit kita mendapat

wanginya. Perumpamaan teman jelek itu seperti pandai besi. Pakaian kita

bisa terbakar, bisa terganggu, paling tidak terkena baunya.” (HR: Al

(44)

4. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah

Dalam menuntut ilmu hendaknya jangan bertujuan untuk mencari

uang atau kedudukan atau agar kelak di kemudian hari menjadi orang kaya

dan terkenal seperti mendapatkan pujian orang karena memilliki berbagai

titel. Pencari ilmu hendaknya menjadikan tujuan menuntut ilmu sebagai

ibadah. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang

mempelajari ilmu yang baik hanya untuk mendapatkan dunia, ia tidak akan

mencium baunya surga.” (HR: Ahmad)

5. Banyak membaca buku ilmu agama

Seorang muslim hendaknya memilih bacaan yang baik dan

bermanfaat. Jangan terlalu banya berkhayal dengan membaca komik,

novel percintaan yang tidak bermutu karena akan menyebabkan otak kita

akan penuh dengan angan-angan karena dijejali cerita bohongan dan

maksiat. Bacalah buku-buku Islam yang bermutu, majalah-majalah Islam,

dan biasakan juga membaca hadits-hadits Nabi Muhammad SAW dari

semenjak muda. Pandai dalam ilmu agama berarti merintis jalan terbaik

menuju surga. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang

Allah inginkan kebaikan baginya, akan Allah jadikan dirinya ahli dalam

soal agama” (HR: Al-Bukhori dan Muslim).42

42

http://pejuangperadaban.com/2009/09/akhlak-remaja-muslim.html(jakarta:Diunduh

(45)
(46)

37

MAJELIS RASULULLAH

A. Profil Habib Mundzir Al-Musawwa

1. Riwayat Hidup Habib Mundzir Al-Musawwa

Habib Mundzir Al-Musawwa, beliau adalah anak dari seoarang

yang bernama Habib Fuad bin Abdurrahman Al-Musawwa, ayah beliau

lahir di Palembang, Sumatera Selatan. Habib Fuad dibesarkan di Makkah

Al-Mukarramah dan beliau memiliki gelar sarjana dari New York

University, bidang Jurnalistik. Kemudian kembali ke Indonesia dan

berkecimpung dibidang jurnalis, sebagai wartawan luar negeri di harian

Berita Yudha sampai akhirnya pindah bermuara di harian Berita Buana.1

Beliau menjadi wartawan luar negeri selama empat puluh tahun,

pada tahun 1996 beliau wafat dan dimakamkan di Cipanas Cianjur Jawa

Barat. Habib Mundzir bin Fuad bin Abdurrahman Al Musawwa, dilahirkan

di Cipanas Cianjur Jawa Barat, pada hari jum‟at 23 Februari 1973

bertepatan dengan 19 Muharram 1393 H.

Habib Mundzir dididik dalam hidup dalam kesederhanaan oleh

ayahnya di Cipanas Jawa Barat. Ayah beliau lebih senang menyendiri jauh

dari ibukota dalam membesarkan anak-anaknya. Dengan jauh dari ibu kota

ayah beliau lebih mudah dalam mengajarkan anak-anaknya mengaji,

membaca ratib dan shalat berjama‟ah. 2

1

Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 5

2

(47)

Mundzir yang biasa disapa sangat manja oleh ayahnya. Ayahnya

yang selalu memanjakan Mundzir lebih dari anak-anaknya yang lain,

namun dimasa baligh justru dialah yang sekolah sampai menengah atas

saja sedangkan semua kakaknya menjadi sarjana. Ayah bundanya bangga

pada mereka, dan kecewa pada Mundzir saat itu karena malas melanjutkan

sekolah lagi kejenjang yang lebih tinggi.3 Dia lebih senang hadir di

Majelis maulid Al Arifbillah Al Habib Umar bin Hud Alattas dan Majelis

taklim kamis sore di Empang Bogor, Jawa Barat. Masa itu yang mengajar

adalah Almarhum Al-Allamah Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhsin

Alattas dengan kajian Fathul Baari.

Hari-hari beliau dihabiskan untuk bershalawat kepada nabi

Muhammad SAW sebanyak 1000 siang dan 1000 malam, serta ditambah

dengan zikir ribuan kali. Beliau juga isiqomah untuk berpuasa Nabi Daud

AS dan shalat malam sampai berjam-jam. Habib Mundzir saat itu

pengangguran yang sangat membuat ayah dan bundanya malu.

Ayahnya malu meliahat Habib Mundzir karena seperti tidak

memiliki arah tujuan hidup, sedangkan ayahnya saja dapat menguasai

dalam ilmu agama dan ilmu formal lainnya khussnya jurnalistik. Ayahnya

belajar agama selama sepuluh tahun di Makkah Al Mukarramah, guru

beliau adalah Almarhum Al-Allamah Al-Habib Alwi Al-Maliky, ayah dari

Almarhum Assayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliky. Setelah belajar

untuk ilmu agama ayahnya juga belajar ilmu Jurnalistik dengan bersekolah

di New York University, Amerika Serikat untuk mengambil gelar sarjana.

3

(48)

Kecintaan Habib Mundzir Al-Musawwa kepada Rasulullah SAW

sangat dalam, sering sekali Habib Mundzir menangis sebab merindukan

Rasulullah SAW. Dari dalamnya kecintaan dan kerinduannya ia sering

dikunjungi Rasulullah SAW dalam mimpi. Rasulullah SAW sering

menghiburnya dalam mimipi jika Habib Mundzir sedang sedih, suatu

waktu Habib Mundzir bermimpi bersimpuh dan memeluk lutut Rasulullah

SAW dan berkata wahai Rasulullah aku rindu padamu maka jangan

tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal aku bisa selalu berjumpa

denganmu, aku tersiksa di dunia ini. Rasulullah SAW menepuk bahunya

dan berkata Mundzir tenanglah sebelum usiamu mencapai empat puluh

tahun kau sudah jumpa denganku maka dirinya terbangun.

Akhirnya, karena ayahnya pensiun maka ibundanya membangun

losmen kecil di depan rumah dengan lima kamar saja. Disewakan pada

orang yang memiliki niat baik saja ,bukan untuk kemaksiatan karena untuk

biaya hidup sehari-hari keluarganya. Habib Mundzir sendirilah pelayan

losmen tersebut. Setiap malam dirinya jarang tidur, duduk termenung di

kursi penerimaan tamu. Hanya meja kecil saja dan kursi kecil mirip pos

satpam tempatnya berjaga sambil menannti tamu sambil bertafakkur,

merenung, melamun, berzikir, menangis dan shalat malam. Demikianlah

hari demi hari dan malam-malam dia lewati.4

Habib Mundzdir terus dilanda sakit asma yang parah, maka itu juga

semakin membuat ayah ibundanya kecewa. Hingga berkata ibundanya

“kata orang, apa bila banyak anak mesti ada satu yang gagal, ibu tidak mau

4

(49)

percaya pada ucapan itu tapi apakah ucapan itu kebenaran atau celatukan

masyarakat awam saja”, hal ini ditegaskan oleh kakak kandungnya.5

Habib Mundzir menjadi pelayan di losmen yang didirikan

ibundanya dalam waktu yang lama. Menerima tamu, memasang seprei,

menyapu kamar, membersikan toilet, membawakan makanan dan

minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng

buatan ibunda jika dipesan tamu.

Sampai kakanya lulus sarjana, ia kemudian tergugah untuk

pesantren, pesantren pertama yang dituju Habib Mundzir Al-Musawwa

untuk memperdalami Ilmu Syariah Islam adalah di Ma‟had Assaqofah Al

-Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan. Kemudian

mengambil kursus bahasa Arab di LPBA Assalafy Jakarta Timur. Habib

Mundir belajar di Ma‟had Assaqofah tidak lama hanya dua bulan, hal ini

disesabbkan bealiau sakit-sakitan.6

Habib Mundzir privat kursus bahasa Arab di Assalafi setelah

keluar dari Ma‟had Assaqofah, pimpinan Habib Bagir Alattas, ayahanda

dari Habib Hud Alattas yang selalu hadir di Majelis Raulullah Saw di Al

Munawwar. Mundzir saat itu harus pergi ke Jakrata lalu pulang kembali ke

Cipanas yang saat itu ditempuh dua sampai tiga jam dengan ongkos

sendiri. Demikina setiap dua kali seminggu ongkos tersebut didapat dari

hasil losmen tersebut.

Selain belajar ke Jakarta Habib Mundzir juga selalu hadir setiap

acara maulid di Almarhum Al-Arif Billah Al-Habib Umar bin Hud Alattas

5

Habib Nabil bin Fuad Al-Musawwa, Wawancara PribadiI,(Jakarta: 23 Mei 2013 Tebet Jakarta Selatan)

6

(50)

yang saat itu di Cipayung. Jika tidak memiliki ongkos ia sering sekali

menumpang truk dan sering pula kehujanan. Sering ia datang ke maulid

Habib Umar bin Hud Alattas setiap malam jum‟at dalam keadaan basah

kuyup karena kehujanan, dan ia diusir oleh pembantu dari Habib Umar

Alattas, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas ia yang

kotor menginjaknnya. Habib Mundzir terpksa berdiri saja berteduh

dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu berdatangan. Maka ia

duduk diluar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.

Habib Mundzir juga sering melakukan ziarah ke Luar Batang Pasar

Ikan Jakarta Utara, makam Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus.

Suatu kali ia datang lupa membawa peci dikarenakan datang langsung dari

Cipanas, maka ia berkata dalam hati. Wahai Allah aku datang sebagai

tamu seorang wali Mu, maka tak beradab jika aku berziarah tanpa peci,

tapi uangku pas-pasan, dan aku lapar, jika aku membeli peci maka aku tak

makan dan ongkos pulangku berkurang, seraya berkata di dalam hatinya

seperti itu.

Karena akhlak maka ia memutuskan untuk membeli peci berwarna

hijau, pada saat itu hanya peci tersebutlah yang paling murah diemparan

penjual peci, dia membelinya lalu masuk untuk be

Referensi

Dokumen terkait