SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh :
HALOMOAN (108051000185)
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVRSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
DI MAJELIS RASULULLAH SAW
Skripsi
Diajukan kepada fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Halomoan NrM. r080s100018s
Pembimbing:
NIP: 19730822 99803 2001
JURUSAN
KOMUNIKASI
DAN PENYIARAN
ISLAM
FAKULTAS
ILMU
DAKWAH DAN
ILMU
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
MUSAWADALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH REMAJA DI
MAJELIS RASULULLAH telah diuiikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Ulirl Syarif Hidayatuilah Jakarta pad a29 Mei 2013. Skripsi
ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilrnu Komunikasi Islam (s.Kom.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.J akarta, 22 J anuari 2073
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,
a"g.
Drs. Jumroni. MSI NIP: 19630515 1992031 006Anggota,
Penguji I Penguji II
Pembimbing
MA
197108t6
052r 199903 2 002
i
Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa Dalam Membentuk Akhlaqul Karimah Remaja Di Majelis Rsulullah
Islam merupakan agama dakwah. Agama yang memerintahkan pemeluknya untuk menyebarkan dan mensyi’arkan ajaran islam kepada seluruh ummat manusia di muka bumi ini sebagai rahmat semesta alam. Habib Mundzir Al-Musawwa adalah seorang da’i yang menjalankan perintah Allah untuk mengajak ummat Nabi Muhammad SAW khususnya kaum remaja agar meningkatkan diri dalam memahami, mengamalkan ajaran Islam yang benar sehingga terbentuk Akhlakqul karimah dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW.
Keberhasilan seorang Da’i dalam berdakwah sangat ditentukan oleh
strategi yang digunakan. Oleh karena itu Habib Mundzir Al-Muasawwa menggunakan beberapa strategi dalam berdakwah kepada kaum remaja. Maka rumusan dari latar belakang masalah adalah : Bagaimana Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa Dalam Membentuk Akhlaqul Karimah Remaja Di Majelis Rasulullah?
Asmuni Syukir dalam bukunya Dasr-dasar Strategi Dakwah Islam
menyebukan bahwa strategi dakwah adalah metode, siasat, taktik yang harus digunakan dalam aktivitas dakwah. Dengan memperhatikan beberapa asas-asas strategi dakwah, yaitu asas filosofis, sosiologis, asas keahlian da’i, psikologis, efektifitas dan efisiensi dakwah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis data bersifat deskriftif, yaitu metode yang berfungsi sebagai prosedur penelusuran masalah yang diteliti dengan menggambarkan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Habib Mundzir Al-Musawwa menggunakan strategi dakwah yakni pertama memfokuskan obyek dakwah kepada kaum remaja, kedua menyusun program-program dakwah, ketiga
ii
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur atasa seluruh kehendak Allah
S.W.T, sang pemilik kehendak. Atas izin-Nya lah akhirnya skripsi ini selesai
dalam proses pengerjaannya. Skripsi ini merupakan anugrah dan nikmat besar
yang Allah berikan kepada saya.
Atas terselesaikannya skripsi ini, tidak lupa saya haturkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief
Subhan, M.A, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Drs. Wahidin Saputra,
M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Mahmud Jalal,
M.A, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Drs. Study Rizal,
L.K, M.A.
2. Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Bapak Drs. Jumroni,MSI,
Skertaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Ibu Umi Musyarrofah, MA.
3. Dosen pembimbing skripsi, Ibu Rubiyanah MA yang telah menyediakan
waktu dan tenaganya, serta membagi ilmunya untuk membimbing saya.
4. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dan bantuannya selama ini.
5. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
6. Pimpinan Majelis Rasulullah, Habib Mundzir Al-Musawwa yang sudah
iii
7. Orang tua tercinta, yaitu mamah dan ayah yang selalu menanyakan
perkembangan sekripsi ini serta doanya agar skripsi ini bejalan dengan baik.
8. Kakak dan adik kandung saya yang selalu membantu dalam suksesnya
pencarian informasi untuk skripsi ini.
9. Kawan-kawan KPI F angkatan 2008 yang selalu member semangat lebih
untuk mengerjakan semangat ini.
Jakarta, 09 September 2013
iv
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Metodelogi Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 10
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Strategi Dakwah ... 13
1. Strategi ... 13
a. Pengertian Strategi ... 13
b. Tahapan-tahapan Strategi ... 15
2. Dakwah ... 16
a. Pengertian Dakwah ... 16
b. Unsur-unsur Dakwah... 18
c. Bentuk-bentuk Metodelogi Dakwah ... 20
a. Alhikmah ... 20
b. Al-Mauidzotul Hasanah ... 22
c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan ... 23
d. Qudwatul Hasanah ... 24
e. Ashlubul Quwwah ... 24
3. Strategi Dakwah ... 25
a. Pengertian Strategi Dakwah ... 25
v
1. Pengertian Remaja ...29
2. Batasan-batasan Remaja ...30
3. Tugas Perkembangan Remaja ...31
BAB III PROFIL HABIB MUNDZIR AL-MUSAWWA DAN GAMBARAN UMUM MAJELIS RASULULLAH A. Profil Habib Mundzir Al-Musawwa ...32
1. Riwayat Hidup Habib Mundzir Al-Musawwa ...32
2. Silsilah Keturunan Habib Mundzir Al-Musawwa ...44
3. Pendidikan Habib Mundzir Al-Musawwa ...44
4. Guru-guru Habib Mundzir Al-Musawwa ...45
5. Karya-karya Habib Mundzir Al-Musawwa ...48
6. Aktifitas-aktifitas Habib Mundzir Al-Musawwa ...48
B. Gambaran Umum Majelis Rasulullah ...51
1. Sejarah Bedirinya Majelis Rasulullah ...51
2. Struktur Pengurus Majelis Rasulullah ...53
C. Visi Misi Majelis Rasulullah ...55
D. Program-program Majelis Rasulullah ...55
1. Bimbingan Rohani di Instansi Pemerintahan dan Perkantoran Pada Jam Makan Siang ...55
2. Bimbingan Di Stasiun Televisi ...56
3. Hadroh Majelis Rasulullah ...56
E. Habib Mundzir Al-Musawwa dan Majelis Rasulullah ...57
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa ...59
1. Memfokuskan Obyek Dakwah Pada Kaum Remaja ...60
2. Menyusun Program-program Dakwah ...66
vi
B. Saran ...77
1
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah. Agama dakwah yang dimaksud adalah
agama yang di dalamnya terdapat usaha menegakan yang hak dan yang bathil,
dengan menyebarluaskan kebenaran dan menutup pintu-pintu dari segala
perbuatan tercela, mengajak orang-orang yang belum mempercayainya bahwa
pekerjaan tersebut adalah tugas suci dari sang Khaliq. Semangat untuk
memperjuangkan tugas suci itulah yang kian hari semakin padam dari
jiwa-jiwa para penganutnya. Semangat yang mengegbu-gebu seharusnya tertanam
dalam diri semua manusia ketika mereka mengenal bahwa islam adalah agama
suci, yang diturunkan untuk semua ummat manusia. Sehingga dakwah
menjadi panggilan suci bagi mereka yang menjalankannya atas perintah Allah
SWT.
Sebagai agama yang universal, Islam yang dibawa Nabi Muhammad
SAW merupakan satu bentuk kehidupan yang benar dan senantiasa
memberikan pedoman kepada ummat-Nya dari mulai persoalan yang besar
sampai hal yang paling kecil. Islam bukanlah agama yang terbatas hanya
dalam kehidupan pribadi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya
semata, namun juga memberikan pedoman hidup yang utuh dan menyeluruh
secara jasmani, rohani, material, spiritual, sosial dan ukhrowi.1
Dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks ini, dakwah
Islam memerlukan sebuah setrategi baru yang mampu mengantisipasi
1
perubahan zaman yang semakin dinamis. Oleh sebab itu, dalam peradaban
Islam sekarang ini guna menyongsong kebangkitan ummat di zaman modern
saat ini diperlukan informasi pola strategi yang tepat.2 Untuk itu dakwah
haruslah dikemas dengan strategi dan metode yang tepat dan pas. Dakwah
harus tampil secara aktual, faktual, dan konstektual. Aktual dalam arti
memecahkan masalah terkini hangat di tengah masyarakat.3 Strategi dakwah
harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi yaitu dalam dakwah harus
ada usaha untuk mengembangkan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang
dikeluarkan dengan pencapaian hasil yang semaksimal mungkin.4
Dakwah yang merupakan panggilan suci, karena sisi dari panggilan itu
merupakan satu rangkaian pesan yang mengarahkan kepribadian manusia
dalam melakukan hubungan dengan Tuhan, alam dan lingkungan. Hubungan
tersebut menjadi sebuah realitas yang tak terelakan dalam kehidupan manusia
jamak, ketika rangkaian pesan yang dimaksud tersampaikan dengan jalan
hikmah (arif dan bijaksana), sebab merumuskan ketentuan penyampaian pesan
dakwah tentu tidak bisa ditempuh dengan satu arah. Berbagai dimensi, ruang
dan media dapat saja dijadikan komoditas dalam menyampaikan pesan
dakwah secara umum.5
Perbuatan-perbuatan baik, jalan-jalan kedamaian, serta meneyeru
dengan tutur kata yang baik merupakan ladang dakwah yang amat luas
pengertiannya. Manusia dalam berdakwah dapat melalui sisi manapun dalam
kehidupan, karena sesungguhnya manusia memiliki tugas dari Allah pencipta
alam semesta, yaitu menjalankan dakwah.
2
M. Bahri Ghazali, Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997) cet ke-1 h. 33.
3
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenda Media, 2006), h. IX.
4
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 33.
5
Hal tersebut tercantum dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125
Artinya : ”Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantulah mereka dengan cara baik, sesungguhnya
Tuhanmulah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dijalanNya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuknya. “ (An-Nahl:
125)
Ayat di atas menunjukan bahwa Allah mengajarkan manusia untuk
saling bertautan, saling menasehati satu dengan lainnya dengan cara yang
baik-baik dan menjauhkan perdebatan diantara manusia. Kalimat-kalimat suci
menjadi pegangan yang begitu dogmatis dan radikal.
Penggalan dari firman-firman Allah di atas khususnya dan di dalam
Al-Qur‟an umumnya itu sesungguhnya mewujudkan sesorang muslim dalam tutur
katanya, Islam dalam perbuatannya dan juga Islam dalam jiwanya. Allah
menganjurkan kepada manusia untuk mampu mendebat kepada sebuah
kezhaliman dengan strategi yang baik pula. Semua anjuran tersebut itu perlu
di interpretasikan lebih jauh dan mewujudkannya dengan teori-teori yang
mendukung proses dakwah. Sebagaimana dikatakan oleh Ahmad Muhammad
Jamal mengutip pendapat Sayyid Quthb bahwa “Sesungguhnya Islam selalu
menghindarkan diri dari peperangan, karena perang dapat menimbulkan
penjajahan, perbudakan, dan berbagai sikap dan ambisi buruk dari
Negara-negara penakluk.”6
Islam menyeru manusia kejalan Allah dengan jalan
bijaksana dan penuh kedamaian.
6
Begitu banyak atau menjamurnya kegiatan-kegiatan dakwah yang ada
di masyarakat serta lembaga-lembaga dakwah formal maupun non formal,
akan tetapi masih banyaknya para remaja yang melakukan penyimpangan
moral serta kurang optimalnya pengawasan orang tua dan pengawasan diri
seperti banyak ditemukan remaja yang menghabiskan waktunya untuk
melakukan hal yang tidak bermanfaat seperti, Narkoba, meminum-minuman
keras (khamar) dan berjudi, semua perbuatan tersebut dikarenakan kurangnya
pengawasan orang tua dan pengendalian diri terhadap remaja itu sendiri, serta
di dorong oleh pengaruh negatif dari perkembangan tekhnologi dan budaya
yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan mereka yang akan berdampak bagi
kelangsungan kehidupan beragama bagi remaja dan masyarakat sekitarnya.
Karena kita ketahui remaja adalah gambaran untuk hari esok dan remaja
sebagai generasi penerus yang merupakan asset bangsa ini dan harus
baerlandaskan iman, imu, dan akhlak yang baik.
Usaha untuk mewujudkan ajaran Islam yang kaffah dalam aspek
kehidupan, tentunya tidak hanya pada tanggung jawab orang tua saja, tetapi
unsur-unsur lain yang tidak dapat dikesampingkan dalam masalah ini, yaitu
keberadaan kaum remaja sebagai penerus agama dan bangsa yang memiliki
andil dalam penyampaian usaha dakwa. Untuk itulah remaja dituntut untuk
melakukan hal positif serta memiliki andil dan manfaat terhadap
lingkungannya.
Strategi merupakan suatu perencanaan atau keputusan manajerial yang
strategis untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapakan oleh suatu
terutama bagi seorang Habib Mundzir Al-Musawwa sebagai da‟i serta
organisasi yang dipimpinnya yaitu Majelis Rasulullah yang merupakan bagian
dari organisasi masyarakat.
Habib Munzdir Al-Musawwa merupakan da‟i yang menjalankan
dakwahnya di Jakarta. Habib Munzdir Al-Musawwa selain sebagai da‟i beliau
juga pimpinan dari majelis Rasulullah, yang merupakan majelis besar yang
ada d Jakarta. Majelis ini berdiri pada tahun 2000, majelis yang awalnya
hanya tujuh jama‟ah, kini jama‟ah majelis Rasulullah telah mencapai ratusan.
Majelis Rasulullah ini telah banyak diketahui umat islam di Jakarta
maupun di luar Jakarta. Hal ini menunjukan bahwa Habib Munzdir
Al-Musawwa berdakwah tidak hanya di Jakarta saja, akan tetapi dakwahnya telah
menyebar keluar daerah Jakarta. sudah tentu diperlukan strategi-strategi untuk
menjalankannya agar berhasil dalam menyebarluaskan dakwahnya.
Habib Mundzir Al-Musawwa melakukan kegiatan dakwahnya yaitu,
dari mesjid ke mesjid, mushola ke mushola, dan beberapa program televisi.
Salah satu ciri khas dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa adalah membuat
acara peringatan hari-hari besar Islam di pusat kota, seperti MONAS, Stadioan
sepak bola Gelora Bung Karno Senayan, masjid Istiqlal. Dakwah Habib
Mundzir Al-Musawwa sangat menekankan kepada pentingnya akhlak yang
baik secara sempurna melalui kecintaan kepada nabi Muhammad SAW
dengan cara selalu mengajak para jama‟ahnya untuk selalu bersholawat.
Majelis Rasulullah yang memiliki banyak jama‟ah baik dari kalangan
orang tua maupun remaja, namun lebih banyak didominasi oleh remaja.
penasaran mereka terhadap nilai-nilai islam yang luhur dan keinginan tahu
mereka terhadap Nabi Muhammad SAW, yang seringkali ditanamkan Habib
Mundzir Al-Musawwa dalam setiap cermahnya.
Hal inilah yang menyebabkan daya tarik remaja pada dakwah Habib
Mundzir Al-Musawwa dan majelis Rasulullah yakni adanya Ilmu yang
disampaikan untuk pembenahan Akhlaq disertai bershalawat kepada Nabi
dengan iringan hadroh yang menjadikan dasar sebagai lambang kecintaan dan
kerinduan umat kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang telah
dilakukan oleh umat terdahulu baik dari kalangan sahabat hingga kepada kita
umat muslim.
Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam pembentukan
akhlakul karimah pada remaja di majelis Rasulullah memiliki ciri khas
tersendiri jika dibandingkan dengan da‟i-da‟i yang lain, yang kebanyakan
lebih mengandalkan pada strategi dakwah pada ceramah saja.
Berdasarkan pemaparan disertai penjelasan diatas. Maka penulis
mengangkat kajian ini dalam bentuk skripsi yang berjudul “STRATEGI DAKWAH HABIB MUNDZIR AL MUSAWADALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH REMAJA DI MAJELIS RASULULLAH”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas dan agar penulisan ini terarah,
maka penulis membatasi hanya pada strategi dakwah Habib Mundzir
Al-Musawwa pada kalangan remaja di Majelis Rasulullah.
Berdasarkan pembatasan di atas, maka permasalah yang akan diteliti
adalah: Bagaimana Strategi Dakwah Habib Mundzir Al Musawwa Dalam
C. Tujuan dan Mnfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui strategi dakwah Habib Mundzir Al Musawwa dalam
membentuk akhlaqul karimah remaja di Majelis Rasulullah.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
1) Hasil dari penelitian ini bisa memberikan pengetahuan dan
wawasan dalam upaya mengembangkan studi komunikasi dan
dakwah.
2) Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna
bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM)
khususnya pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam
menyampaikan pesannya kepada penerima dakwah dengan
menggunakan metode yang ada.
b. Manfaat praktis
1) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang sesuai dalam peningkatan mutu dakwah para da‟i atau calon da‟i terhadap mad‟unya.
2) Sebagai masukan bagi masyarakat muslim bahwa pentingnya
shalawat kepada nabi Muhammada SAW
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah menggunakn pendekatan kualitatif
dengan interpretasi yang tepat. Metode ini mempeajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan serta pengaruh dari
suatu fenomena.7
Untuk mendukung faktanya penelitian ini, peneliti juga
mnambahkan metode triangulasi dalam mengumpulkan data-data sebagai
penunjang dalam penelitian yang dilakukan. Peneliti menggunakan metode
triangulasi yang dipakai sesuai dengan buku dari Burhan Bungin yang
mngungkapkan bahawa triangulasi merupakan cara penggabungan dua
metode dalam satu kajian dengan mengambil pendapat dari luar objek
penelitian untuk mendukung faktanya sebuah objek penelitian.8
Berdasrkan metode penelitian tersebut di atas peneliti berharap
mendapat data penelitian yang bersifat deskriptif interpretatifsehingga
peneliti dapat menganalisis dan menelaah lebih dekat, mendalam,
mengakar, menyeluruh untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
menegenai Strategi Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam
membentuk Akhlaqul Kraimah Reamaja Di Majelis Rasulullah.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di sekertariat majelis Rasulullah SAW di jalan
perdatam Cikokol Jakarta Barat dan melakukan pengamatan pula di
majelis rutin setiap hari senin jam 20.15-21.30 WIB di masjid
Al-Munawwar Perdatam Jakarta Barat selama tujuh bulan, mulai dari
November 2012 sampai Mei 2013.
7
Moh Nazir, Metode Penelitia, (Bogor: Ghalia Indonesia. 2015 h.55
8
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan.9 Dalam
masalah ini subjek penelitian adalah Habib Mundzir Al Musawwa, dan
objek penelitian adalah jama‟ah Remaja majelis Rasulullah Saw.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan sistematis
fenomena-fenomena yang diselidiki.10 Peneliti melakukan pengamatan atau terjun
langsung kelapangan (field reaserch) untuk melihat langsung
pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh Habib Mundzir
Musawwa, mulai dari kegiatan-kegiatan dakwah Habib Mundzir
Al-Musawwa, kemudian melihat langkah-langkah yang dilakukan Habib
Mundzir Al-Musawwa dalam membuat rancangan strategi dakwah
yang dilakukan dalam membina akhlaqul karimah remaja di Majelis
Rsulullah.
b. Wawancara, yaitu percakapan langsung dan tatap muka dengan
maksud tertentu yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh
informasi.11 Dalam hal ini penulis mewawancarai Habib Mundzir
Al-Musawwa sekaligus pimpinan majelis Rasulullah Saw dan dua
pengurus dari Majelis Rasulullah yaitu sekretaris dan wakil sekretaris serta jama‟ah beberapa Jama‟ah remaja.
9
Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1989), hal. 13.
10
Sutrisna Hadi, Metodelogi Reaserch, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989) cet ke-19, hal. 139
11
c. Dokumentasi, mengumpulkan data-data yang ada dari sekertariat
Majelis Rasulullah SAW dan data lainnya yang ada kaitannya dengan
masalah penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisa dan
diinterpretasikan. Sedangkan metode yang penulis pakai dalam
menganalisa data adalah dengan menggunakan metode deskriptif analisis,
yaitu melaporkan data dengan cara menerangkan, memberi gambaran dan
mengklasifikasikan data yang terkumpul apa adanya dan kemudian data
tersebut disimpulkan.
6. Pedoman Penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan “Buku Pedoman akademik,
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, yang diterbitkan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2009 edisi ke-24. 12
E. Tinjauan Pustaka
Dari banyaknya skripsi yang membahas metode dakwah seorang tokoh,
penulis bermuajahah dan mengambil ta’bir dari berbagai penelitian yang
berkaitan dengan peran seorang da‟i untuk menunjang penelitian ini.
Karya-karya ilmiah yang peneliti baca beberapa dari UIN Syarf
Hidayatullah dan Jug dari Universitas lai, sebagai berikut:
1. “Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid Al-Hikmah (GEMA)
Dalam Meningkatkan Nilai-Nilai KeIslaman Para Pemuda Di
Kampung Areman Cimanggis Depok” mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas nama Indra Dita Puspito (107051002572)
12
tahun 2011, membahas mengenai bagaimana generasi muda masjid
Al-Hikmah meningkatkan nilai-nilai Islam kepada para pemuda
didaerah kampung Areman Cimanggis Depok.
2. “Pesan Dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam Website
www.majelisrasulullah.org” mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
atas nama Iqbal Tawakal (4715087235) tahun 2012, membahas
pesan dakwah Habib Mundzir Al-Musawwa dalam website
www.majelisrasulullah.org.
3. “Peran K.H Muhtadi Alawy Dalam pengembangan Dakwah di
Kelurahan Jombang Ciputat” mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atas nama Noviadi Firdausil Ula (104051001758) tahun
2010,membahas mengenai peran K.H dalam mengembankan
dakwahnya di Jombang Ciputat.
Sedangkan skripsi yang saya ajukan adalah “strategi dakwah Habib
Mundzir Al Musawwa dalam pembentukan akhlakul karimah remaja di
majelis Rasulullah Saw” membahas tentang strategi yang digunakan Habib
dalam menempuh dakwah di majelis Rasulullah Saw untuk membentuk
akhlaqul karimah pada pemuda. perbedaan yang paling mendasar dari skripsi
ini dengan yang lainnya adalah terdapat di objek penelitiannya yaitu Habib
Mundzir Al-Musawwa.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dan pada tiap bab terdapat
BAB I : Pendahuluan
Bab pendahuluan merupakan uraian landasan umum dari skripsi
ini. Isinya menjelaskan latar belakang masalah penulisan ini,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
Dalam bab ini membahas secara detail tentang pengertian strategi,
tahapan-tahapan strategi, pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah
Metode Dakwah, pengertian strategi dakwah, asas-asas strategi
dakwah, akhlaqul karimah,dan pengertian remaja.
BAB III : Profil Habib Mundzir Al-Musawwa
Bab ini memaparkan riwayat hidup Habib Mundzir Al-Musawwa,
sejara berdirinya Majelis Rasulullah dan kegiatan dakwah Habib
Mundzir Al-Musawwa dan Majelis Rasulullah.
BAB IV : Hasil Penelitian
Bab ini merupakan pembahasan inti dari hasil penelitian, yang
berisi mengungkap secara detail tentang strategi dakwah Habib
Mundzir Al-Musawwa dalm membentuk akhlaqul kariah remaja di
Majelis Rasulullah.
BAB V : Penutup
Sebagaimana lazimnya dalam sebuah laporan hasil penelitian,
dalam bab ini berisikan mengenai kesimpulan yang merupakan
jawaban dari rumusan masalah yang diajukan pada bab pertama
14
A. Strategi Dakwah
Sebelum membahas mengenai strategi dakwah, penulis terlebih dahulu
menguraikan mengenai pengertian strategi dan dakwah secara umum, yaitu
sebagai berikut:
1. Strategi
a. Pengertian Strategi
Ditinjau dari segi etimologi, kata “strategi” berasal dari bahasa
Yunani yaitu “strategos” yang diambil dari kata “strator” yang berarti
militer.1Kata “strategi”dalam kamus bahasa Inggris adalah “strategy”
yang berarti siasat.2 Sedangkan di dalam kamus besar bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa strategi memiliki arti yaitu seni atau ilmu yang
menggunakan sumber daya manusia untuk melaksanakan kebijakan
tertentu.3
Pada awal-awalnya strategi itu dihubungkan dengan operasi
militer dalam skala besar-besaran. Maka strategi dapat diartikan
sebagai ilmu tentang perencanaan dan pengarahan operasi militer
secara besar-besaran. Disamping itu dapat juga berarti kemampuan
yangterampil dalam menangani dan merencanakan sesuatu.4
1
Setiawan Hari Purnomo dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi: sebuah konsep pengantar, (Jakarta: LPEE UI 1999, h. 8.
2
Kamiso, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Surabaya: PT. Karya Agung), h. 279
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199.
4
Sedangkan pengertian strategi ditinjau dari segi terminology,
adalah sebagai berikut:
Eko Endarmoko di dalam bukunya menjelaskan bahwa strategi
merupakan sebuah planning, program-program, skema, kebijakan garis
haluan, khittah, pendekatan politik atau prosedur. 5
Menurut Din Syamsudin di dalam bukunya menjelaskan bahwa
strategi itu adalah sebagai berikut:
1) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan
2) Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk
mencapai tujuan
3) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan
fugngsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.6
Menurut Onong Uchyana Effendi, strategi pada dasarnya adalah
perencanaan planning dan management untuk mencapai suatu tujuan.
Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya menunjuk satu arah saja, melainkan
harus menunjukan bagaimana cara operasinalnya.7
Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
strategi merupakan sebuah rencana atau planning dan cara mensiasati
suatu program atau kegiatan yang dilaksanan agar tercapai dengan baik
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
5
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 613.
6
Din Syamsudin, Etika Agama Dalam membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Logos, 2000), Cet. I, h. 127.
7
b. Tahapan- tahapan Strategi
Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada
tahapan-tahapan yang harus ditempuh, yaitu:
1) Perumusan Strategi
Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi adalah
pengembangan tujuan,mengenai peluang dan ancaman eksternal,
penetapan kekuatan dan kelemahan secara internal, melahirkan
strategi alternatif, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada
tahap ini adalah proses merancang, dan menyeleksi berbagai
strategiyang yang akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan
tujuan organisasi
2) Implementasi Strategi
Implementai strategi disebut juga sebagai tindakan dalam
strategi, karena implementasi berarti mobilisasi untuk mengubah
strategi yang dirumuskan menjadi suatu tindakan. Kegiatan yang
termasuk dalam implementasi strategi adalah pengemabangan
budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur yang
efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan
dan memanfaatkan system informasi yang masuk. Agar tercapai
kesuksesan dalam implementasi startegi, maka dibutuhkan adanya
displin, motivasi kerja.
3) Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah proses diamana majer
pencapaian tujuan. Tahap akhir dalam startegi adalah
mengevaluasi strategi yang telah dirumuskan sebelumnya.8
2. Dakwah
Ditinjau dari pengertian atau etimologi atau bahasa, kata dakwah
berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a- yad’u- da’watan, artinya mengajak,
menyeru, memanggil. Warson Munawir seperti yang dikutip oleh samsul
Munir Amin menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to
call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to
propose), mendorong (to urge) dan memohon. Sedangkan orang yang
melakukan seruan atau ajakan disebut da‟i (isim fa’il) artinya orang yang
menyeru. Tetapi karena perintah memanggil atau menyeru adalah proses
penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal
sebagai muballigh artinya penyampai atau proses. Secara etimologi
dakwah atau tabligh merupakan suatu proses penyampaian atas
pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang
lain memenuhi ajakan tersebut.9
a. Pengertian Dakwah
Secara “etimologis, kata “ dakwah” berasal dari Bahasa Arab da’a - yad’u –da’watan, yang berarti : ajakan, seruan, panggilan, atau
undangan”10
. Dakwah menurut istilah dalam surat An-Nahl ayat 125
adalah mengajak umat manusia kejalan Allah dengan cara bijaksana,
nasehatyang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
8
Fred David, manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 5
9
Samsul Munir Amin, MA. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah,2009), h.1-2
10
Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”11
Namun, secara terminologis ada banyak definisi dakwah yang
dikemukakan oleh para ahli. Menurut Muhammad Khidir Husein
dalam bukunya ad-Dakwah ila al-Islah mengatakan dakwah adalah
upaya untuk memotivasi agar orang berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar ma‟ruf nahi munkar dengan tujuan
mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
QuraiSihab mendefinisikannya sebagai “seruan atau ajakan
kepada keinsyafan, atau usaha mengubah sesuatu yang tidak baik
kepada sesuatu yang lebih baik terhadap pribadi maupun
masyarakat”12 Dakwah adalah “suatu proses penyampaian atau
penyeruaninformasi Ilahiyah kepada para hamba manusia yang
merupakan bagian integral dari hidup dan kehidupan setiap individu
muslim”.13 Dakwah adalah “suatu gejala di mana terdapat dua orang
atau lebih yang salah satu atau sebagian diantaranya menyampaikan
amar ma‟ruf nahi munkar”14
. Jadi, dakwah adalah suatu aktifitas atau
kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain,
untuk mengamalkan ajaran Islam dengan tujuan mencari kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat dengan dasar keridhaan Allah.
11
Depag RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya…. h. 421
12
(http://tri1405.blogsome.com/2007/05/07/apengertian-dakwah, diakses 09 November 2012)
13
Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 62
14
b. Unsur-unsur Dakwah
Dalam kegiatan dakwah, unsur-unsur dakwah harus selalu
berada di dalamnya guna dapat mencapai tujuan dakwah yang
diinginkan, karena pada hakekatnya unsur dakwah sendiri merupakan
sesuatu yang melekat dalam dakwah. Dan adapun unsur-unsur dakwah
adalah sebagai barikut:
1) Da'i (pelaku dakwah)
Yang dimaksud da'i atau biasa disebut dengan sebutan
mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam) adalah orang
yang melaksanakan atau menyampaikan dakwah secara lisan,
tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok ataupun
secaraorganisasi.
Sebagai pelaksana atau pelaku dakwah sebenarnya bisa
dibedakan antara yang wajib 'ain dan wajib kifayah. Wajib 'ain
adalah aktifitas dakwah yang tidak memerlukan persyaratan ilmu.
Karena dakwah dalam bentuk yang demikian dapat dilakukan oleh
setiap muslim, misalnya amar ma'ruf dan nahi mugkar. Wajib
kifayah adalah dakwah yang memenuhi syarat untuk dilaksanakan
secara profesional. Tugas dakwah seperti ini seyogyanya
memenuhi persyaratan, baik persyaratan ilmu maupun imani.
Jadi dakwah professional ini tidak wajib bagi muslim yang
belum memenuhi persyaratan dakwah seperti itu. Subyek dakwah
dalam taraf ini disebut Da'i. salah satu bentuk dari dakwah
dakwah dalam hal ini disebut dengan istilah muballigh”15. “Allah
SWT telah mewajibkan kepada Rasulnya dan orang-orang mu'min
untuk berdakwah kepada Allah, akan tetapi Allah mengikat
perintahnya tersebut dengan syarat harus dikerjakan atas dasar ilmu
pengetahuan yang mendalam (bashirah) dan kebijaksanaan (
al-hikmah)”16.
2) Mad'u (orang yang menerima dakwah)
Yang dimaksud dengan mad'u adalah manusia yang
menerima dakwah yang disampaikan oleh da'i atau dengan kata
lain disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, baik secara
individu, kelompok, orang Islam maupun tidak.
3) Maddah (materi dakwah)
Unsur dakwah yang ketiga adalah maddah atau pesan dakwah,
pesan dakwah ialah isi yang disampaikan oleh da'i sebagai orang
yang menyampaikan kepada mad'u. Dalam mengkaji tentang
materi dakwah, Sjahroni A. J berpendapat bahwa, ''Secara umum
sebenarnya materi dakwah tercakup dalam al-Qur'an dan al-Hadits.
Dengan demikian ajaran Islam yang termuat di dalam dua kitab
tersebut sebagai rumusan secara kaffah tentang materi dakwah''17.
Menurut Moh. Ali Aziz materi dakwah dari ajaran Islam dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a) aqidah
b) Syari'ah
15
Sjahroni A.J, Teknik Pidato Dalam Pendekatan Dakwah (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2008), hal. 3.
16
Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Methode Dan Strategi Da'wah Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996), hal.113.
17
c) Muamalah
d) Akhlaq
c. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah
Dalam al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125 disebutkan bahwa
dakwah adalah
يه يتَ ب د ج نسح ا ع ا
ح ب كب ي س ى دا
ع ه كَب َ سح
ي ت ب ع ه ه ي س ع َ ض ب
)
٥٢١
(
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah18 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya Dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ayat al-Qur‟an yang tercantum diatas adalah menjadi sebuah
dilalah bagi Rasul dan muballighin tentang metode berdakwah. Syekh
Muhammad Abduh menyimpulkan dari ayat tersebut mengidentifikasi
metode dakwah kepada tiga golongan karena melihat karakter ummat
manusia yang beragam.19
1) Al-Hikmah
Ada golongan cendiki-cendikawan yang cinta kebenaran,
dan berfikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan.
Mereka ini harus dipanggil dengan “hikmah” yakni dengan alasan
-alasan, dengan dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan
akal mereka.
18
Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
19
Kata “hikmah” dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak 20
kali baik dalam bentuk isim nakiroh atau ma‟rifat. Bentuk
masdarnya adalah “hukman” yang diartikan secara makna aslinya
adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berati implikasinya
adalah mencegah dari kedzoliman dan apabila dikaitkan dengan
dakwah berati mencegah atau menghindari hal-hal yang kurang
relevan dalam melaksanakan tugas dakwah20.
Dalam kajian usul fikil istilah hikmah dibahas ketika
ulama‟ usul membicarakan sifat-sifat yang dijadikan ilat hukum.
Dan pada kalangan tarekat hikmah diartikan sebagai pengetahuan
tentang rahasia Allah SWT.21
M. Abduh berpendapat bahwa, Hikmah adalah mengetahui
rahasia dan faedah didalam tiap-tiap hal. Hikmah juga diartikan
sebagai ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi banyak maknanya22
Ataupun diartikan meletakan sesuatu pada tempat atau
semestinya.23
Dalam berdakwah, hikmah adalah penentu kesuksesan atau
tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad‟u yang beragam. Baik
dari jenjang pendidikan, strata sosial, usia, latar belakang budaya
seorang da‟i dengan ilmu hikmah akan mudah diterima sehingga
ajaran islam sebagai tujuan dakwah itu sendiri dapat memasuki
ruang hati padu‟ dengan tepat. Namun tidak semua orang mampu
meaih hikmah, sebab Allah hanya memberikan kepada orang-orang
20
Munzir Saputra, harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencanna, 2003), h, 8.
21
Munzir Saputra, harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencanna, 2003), h, 9.
22Lihat, Sa‟dy Abu Habib,
al-Qomusul Fiqhi, h, 97.
23
yang layak/pantas dalam mendapatkan hikmah. Sebagaimana
tercantum dalam Qur‟an surat Al-Baqoroh ayat 269 :
ا يثك ا يخ يت قف ح ا ي
ء شي ح ا ي
ا ك ي
أا
Artinya : Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
2) Al-Mauidzotul Hasanah
Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat
berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menagkap
pengertian yang tinggi-tinggi. Mereka ini adalah yang disebut
dengan “al-mauidzotul hasanah”, dengan anjuran dan didikan,
yang baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah difaham.
Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi memberikan definisi
tentang mauidzoh hasanah sebagai berikut:
ا ب م حصا ت كنا م يلع ىفخي ا يتلا يه ة سحلا ةظع لا
م عف ي ام دصقت
ارقلاب ا ا يف
Al-mauidzotul hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada merekaatau dengan al-Qur’an.24
Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mauizoh al-Hasanah
merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk menju
ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing
dengan lemah lembutagar mereka mau berbuat baik25.
24
Hasanudin, SH, Hukum Dakwah, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h, 37.
25
3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan
Dari segi etimologi (Bahasa) lafadz mujadalah terambil
dari kata “jadala” yang bermakna memintal, meliliti. Apabila
ditambah alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faa ala “jaa
dala” dapat bermakna berdebat dan “mujadalah” perdebatan.”26
Mujadalah Billati Hiya Ahsan Yakni mereka yang cara
penyampaian dakwahnya dengan diajak bertukar fikiran guna
mendorong supaya berfikir dengan secara sehat dengan cara yang
lebih baik.
Demikianlah Syekh Muhammad Abduh menyimpulkan dalam
sebuah kalimat.27
(ملسم ا ر ) م ل قع ردق يلع سا لاا بط اخ
“ berbicaralah kepada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing”.(HR.Muslim)
Menurut Ali al-Jarisyah dalam kitab Adab Hiwar wa
al-Munadzarah, mengaartikan bahwa “al-Jidal” secara bahasa dapat
bermakna “datang untuk memilih kebenarah” dan apabila
berbentuk kalimat isim “al-Jadlu” maka berarti pertentangan atau
perseteruan yang tajam”28
, bahkan al-Jarisyah menambahkan
bahwa, lafadz “al-Jadlu” mustaq dari lafadz “al-Qotlu” yang
berati sama-sama terjadi pertentangan, sepertilahnya yang terjadi
perseteruan yang terjai antara dua orang yang saling bertentangan
26
Ahmad Warson al-Munawwir, al-Munawwir, (Jakarta: Pustaka Progresif, 1997), cet ke-14, h, 175
27
Mohammad Natsir, fiqhud Da’wah, (Media Da‟wah, Jakarta 1427 H, 2006 M), h, 162.
28
sehinga saling melawan / menyerang dan salah satu menjadi kalah.
Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi
Mujadalah Billati Hiya Ahsan adalah suatu upaya yang bertujuan
untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan
argumentasi dan bukti yang kuat.29
4) Qudwatul Hasanah
Yakni mereka yang cara penyampaian dakwahnya dengan
memberikan teladan yang baik kepada mereka.30
نسح س ه ا س يف ك ق .ا يثك ه ا ك خ ا ي ا ه ا ج ي ك
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab : 21).
5) Aslubul Quwwah
Yakni mereka yang cara penyampaian dakwahnya dengan
pendekatan kekuatan. Dan hal ini juga tercantum dalam hadis
Bukhari Muslim yang artinya : “barangsiapa diantara kamu
melihat kemunkaran, maka hendaklah merubahnya dengan :
1) Tangannya (kekuasaannya) apabila ia tidak sanggup, dengan
2) Lidahnya (nasihat); apabila ia tidak kuasa, maka dengan
3) Hatinya; dan itulah selemah-lemahnya iman”.
3. Strategi Dakwah
Setelah membahas penegrtian strategi dan dakwah, maka langkah
selanjutnya yang perlu dibahas adalah strategi dakwah, yaitu
penggabungan dari strategi dan dakwah.
29
Sayyid. Muhammad Thantawi, Adab al-Khiwar Fil Islam, Mesir, Dar al-Nahdiyah, diterjemah oleh Zuhairi Misrawi dan Zamroni kamal, (Jakarta: Azan, 2001), Cet. Ke-1, pada kata pengantar.
30
a. Pengertian Strategi Dakwah
Strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan managemen.
Karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama mengarah
kepada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh
individu maupun organisasi. Pengertian managemen srategi adalah
suatu proses managerial yang berdasar dan menyeluruh dalam
mendayagunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi sesuai dengan visi dan misi yang telah ditentukan.
Sedangkan pengertian dakwah sebagaimana telah dijelaskan
terdahulu secara singkat adalah upaya yang dilakukan individu ataupun
kelompok (kolektif, lembaga, organisasi). Dalam merealisasikan ajaran
Islam ditengah-tengah manusia melalui metode-metode tertentu
dengan tujuan agar terciptanya kepribadian dan masayarakat yang
menerapkan ajaran Islam secara utuh (kaffah) dalam mendapatkan
kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.
Oleh karena itu, dakwah sebagai proses kegiatan yang universal
dan tidak hanya sekedar bentuk kegiatan ritual keagamaan, tetapi
meliputi segala aktifitas hidup manusia, bahkan dakwah juga dituntut
untuk menjadi problem solving bagi persoalan-persoalan yang
berkembang dimasyarakat, juga mengadopsi istilah managemen dan
strategi untuk menjelaskan rangkaian kegiatan dakwah yang dapat
membantu pencapaian tujuan dakwah itu sendiri.
Strategi dakwah merupakan metode, siasat, taktik yang harus
digunakan dalam aktivitas dakwah.31 Menurut Abu Zahra mengatakan
bahwa strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan dan
31
operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapi
tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.32
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning)
dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Dalam
mencapai tujuan tersebut, maka strategi dakwah harus mendapat
menunujukan bagaimana operasionalnya yang harus dilakukan secara
tekhnik atau taktik, karena sewaktu-waktu dapat berubah tergantung
situasi dan kondisi.
Strategi dakwah tidak berbeda dengan strategi komunikasi. Jika
dalam dakwah menggunakan startegi komunikasi, maka dakwah yang
dilakukan akan berhasil karena sebelum memulai berkomunikasi
terlebih dahulu harus paham siapa yang menjadi audiens, media apa
yang digunakan sesuai keadaan, pesan yang disampaikan dapat
dipahami oleh audiens.
b. Asas-asas Strategi Dakwah
Dalam strategi dakwah, ada beberapa asas yang harus
diperhatikan agar dakwahnya berjalan efektif dan tepat sasaran.
Adapun asas-asasnya yaitu sebagai berikut :
1) Asas Fisiologis, yaitu azas ini erat hubungannya dengan
tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam aktifitas dakwah.
2) Asas Sosiologis, yaitu azas ini berbicara tentang masalah yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah.
32
3) Asas kemampuan dan keahlian da‟i
4) Asas Psychologis, yaitu asas ini membahas tentang masalah yang
berhubungan dengan kejiwaan manusia.
5) Asas Efektifitas dan efisiensi, yaitu asas ini maksudnya adalah
dalam aktifitas dakwahnya harus dapat menyeimbangkan antara
waktu ataupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian
hasilnya.33
Berdasarkan asas-asas strategi dakwah di atas, maka seorang
da‟i perlu memiliki ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
asas-asas tersebut yaitu unsur-unsur dakwah seperti yang telah dibahas
pada bab ini bagian kedua. Unsur-unsur dakwah dapat membantu para
da‟i dalam menentukan strategi dakwah agar dakwahnya berjalan
secara efektif.
B. Akhlaqul Karimah
Pada umumnya akhlaq terbagi menjadi dua, yaitu akhlaq mahmudah dan
akhlaq madzmumah. Akhlaq mahmudah adalah akhlaq yang baik sedangkan
akhlaq mahmudah merupakan akhlaq yang buruk. Dua hal ini ada jati diri dari
seorang manusia, sebuah akhlaq tercermin pada keteguhan iman seseorang.
Menurut M. Ali Aziz mengutip pendapat Al-Ghozali memaknai akhlak
sebagai “suatu sifat yang tetap pada seseorangyang mendorong untuk
melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran”34
.
Menurut Abd Al-Karim Zaidan adalah Akhlak merupakan “kumpulan dari
nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan
33
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, op.cit h. 32
34
timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk untuk
kemudian harus melakukan atau meninggalkannya”35.
Menurut pendapat Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-dasar Strategi
Dakwah Islam, menyatakan bahwa masalah Ahklaq dalam aktivitas dakwah
(sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi
keimanan dan keislaman seseorang. Dalam kitabnya “tanzib al-akhlaq”, Ibnu
Maskaweh mengatakan bahwa, akhlak diartikan sebagai keadaan jiwa yang
mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran.”36
Materi akhlak sangat luas sekali, bahkan tidak hanya bersifat lahiriyah
saja, akan tetapi materi akhlak juga melibatkan bentuk pemikiran yang sangat
mendalam. Secara garis besar materi akhlak meliputi tiga hal, yaitu:
1. Akhlaq terhadap Allah, akhlak ini tidak bertolak pada pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah
2. Akhlak terhadap manusia, yang meliputi :
a. Diri sendiri
b. Tetangga
c. Masyarakat lainya
3. Akhlaq terhadap lingkungan adalah :
a. Flora
b. Fauna.
Mengenai tiga hal di atas tersebut sangatlah saling berkaitan dan
35
Study Islam IAIN Supel Surabaya, Pengantar Study Islam, (Surabaya: IAIN Supel Surabaya, 2005).hal. 109.
36
sangat terikat satu sama lain, karena memang tidak dapat dipisahkan meski
bisa untuk dibedakan. Walaupun sebagai perumpamaan yang tepat, Islam
sebagai sebuah pohon yang amat rindang yang berada di perut bumi berupa
aqidah, bahan pohonnya adalah hukum-hukum dan buah serta dedaunan
adalah akhlaqul karimah (Budi pekerti).
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau
tumbuh menjadi dewasa.37 Istilah adolescence seperti yang digunakan saat
ini, mempunyai arti lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional,
social, dan fisisik.
Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja,
dalam definisi tersebut dikemukakan tiga criteria, yaitu biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi.
Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika
a. Individu berkembang dari pertama kali ia menunjukan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkermbangan psikologis dan pola identivikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh
dengan keadaan relative yang lebih mandiri.38
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja
37
Elizabeth Hurlock, Piskologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980) h. 33
38
adalah masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
ditandai oleh perubahan besar yang saling mempengaruhi antara satu
dengan lainnya.
2. Batasan Remaja
Dua periode masa remaja yaitu: masa remaja awal dan masa
remaja akhir yaitu dari usia 13-18 tahun.39
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia
remaja, Who membagi kurun usia tersebut dalam dua bagia , yaitu remaja
awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Remaja yang hidup berkembang menuju jati diri yang
sesungguhnya tidak terlepas dalam pandangan tugas-tugasnya. Tanggung
jawab yang harus djalankan selama kehidupannya.
Pada usia remaja terdapat pula tugas-tugas perkembangan tertentu
yang harus dipenuhi oleh individu. Beberapa tugas perkembangan yang
penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja,40 yaitu:
a. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang
berkaitan dengan fisiknya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur
otoritas.
c. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal,
belajar menerima relasi dengan teman sebaya, dan orang dewasa, baik
secara individu maupun kelompok.
39
Elizabeth Hurlock, Piskologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980) h. 45
40
d. Menemukan model untuk identifikasi.
e. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan
sumber-sumber yang ada didirinya.
f. Memperkuat control diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
yang ada.
g. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan bentuk penyesuaian yang
kekanak-kanakan.
D. Akhlak Remaja
a. Pentingnya Ahlak Dalam Pergaulan remaja
Banyak defenisi yang dikemukan orang tentang masa remaja,
diantaranya adalah masa remaja merupakan masa perkembangan menuju
kematangan jasmani, sikap, pikiran dan emosional. Defenisi lain adalah
Masa terjadinya berbagai pembentukan pada anak, baik berupa perubahan
jasmani ,fikiran, kedewasaan maupun sosial.
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah,
sehingga masa remaja itu sangat sensitif, maksudnya ialah masa yang
penuh dengan dinamika, serba ingin tahu, ingin mencoba dan menyukai
tantangan, walaupun terkadang bertentangan dengan ajaran Islam,
misalnya pergaulan terlalu bebas, berpakaian.
Perubahan perilaku remaja dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana
tempat remaja itu bergaul, Lingkungan yang sangat mempengaruhi
teman yang baik (memiliki akhlak karimah), maka karakternya akan
menjadi baik begitu pula sebaliknya.
Dewasa ini banyak remaja yang terpengaruh oleh budaya barat yang
mereka anggap lebih maju dan modern sehingga para remaja tidak
mengindahkan lagi norma-norma agama dalam kehidupannya. Oleh
karena itu akhlak terpuji sangat perlu ditanamkan dalam pergaulan
remaja-remaja yang berkarakter sesuai dengan ajaran agama (akhlakul
karimah).41
b. Mendidik Remaja Agar Berakhlaqul Karimah
Pendidikan anak yang islami harus dibentuk dan dimulai sejak usia dini dan harus dijaga pada usia remaja. Pada masa remaja rentan sekali terjadi kerusakan akhlak yang berpengaruh terhadap akidah para remaja muslim. Jika pada masa ini akhlak dapat terjaga, insya Allah di masa dewasa akidahnya akan tetap benar dan baik. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar masa muda terlindungi dari kerusakan akhlak, yaitu :
1. Bicara Dengan Benar dan Baik
Seorang muslim harus berbicara dengan akal sehat, harus bicara
dengan benar dan bijaksana. Banyak berdzikir dan berdoa lebih
diutamakan daripada membicarakan keburukan orang lain. Allah
berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,
41
http://pejuangperadaban.blogspot.com/2009/09/akhlak-remaja-muslim.html(jakarta:
semoga Allah memperbaiki amal perbuatan kamu dan mengampuni
dosa-dosa kamu. Barangsiapa yang menaati Allh dan Rasul-Nya
berarti ia mendapatkan kemenangan yang besar.” (Al-Ahdzaab: 70-71)
2. Pandai Menggunakan Waktu
Seorang muslim pantang membuang waktu untuk bermain dan
melakukan hal yang tak berguna. Seorang muslim lebih baik
menggunakan waktunya untuk beribadah, membaca Al-Qur‟an dan
mengaji daripada nongkrong, nonton film atau begadang. Allah
berfirman yang artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya menaati
kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al
-„Ashr: 1-5)
3. Memilih Teman Bergaul Yang Baik
Seorang muslim hendaknya memilih teman yang baik akhlaknya,
berbudi luhur, taat pada ajaran Islam, meskipun dari keluarga miskin dan
bukan atas dasar kekayaan. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:
“Perumpamaan teman baik itu ibarat tukang minyak wangi. Kita bisa
membeli dagangannya. Kalau tidak, paling sedikit kita mendapat
wanginya. Perumpamaan teman jelek itu seperti pandai besi. Pakaian kita
bisa terbakar, bisa terganggu, paling tidak terkena baunya.” (HR: Al
4. Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah
Dalam menuntut ilmu hendaknya jangan bertujuan untuk mencari
uang atau kedudukan atau agar kelak di kemudian hari menjadi orang kaya
dan terkenal seperti mendapatkan pujian orang karena memilliki berbagai
titel. Pencari ilmu hendaknya menjadikan tujuan menuntut ilmu sebagai
ibadah. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang
mempelajari ilmu yang baik hanya untuk mendapatkan dunia, ia tidak akan
mencium baunya surga.” (HR: Ahmad)
5. Banyak membaca buku ilmu agama
Seorang muslim hendaknya memilih bacaan yang baik dan
bermanfaat. Jangan terlalu banya berkhayal dengan membaca komik,
novel percintaan yang tidak bermutu karena akan menyebabkan otak kita
akan penuh dengan angan-angan karena dijejali cerita bohongan dan
maksiat. Bacalah buku-buku Islam yang bermutu, majalah-majalah Islam,
dan biasakan juga membaca hadits-hadits Nabi Muhammad SAW dari
semenjak muda. Pandai dalam ilmu agama berarti merintis jalan terbaik
menuju surga. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang
Allah inginkan kebaikan baginya, akan Allah jadikan dirinya ahli dalam
soal agama” (HR: Al-Bukhori dan Muslim).42
42
http://pejuangperadaban.com/2009/09/akhlak-remaja-muslim.html(jakarta:Diunduh
37
MAJELIS RASULULLAH
A. Profil Habib Mundzir Al-Musawwa
1. Riwayat Hidup Habib Mundzir Al-Musawwa
Habib Mundzir Al-Musawwa, beliau adalah anak dari seoarang
yang bernama Habib Fuad bin Abdurrahman Al-Musawwa, ayah beliau
lahir di Palembang, Sumatera Selatan. Habib Fuad dibesarkan di Makkah
Al-Mukarramah dan beliau memiliki gelar sarjana dari New York
University, bidang Jurnalistik. Kemudian kembali ke Indonesia dan
berkecimpung dibidang jurnalis, sebagai wartawan luar negeri di harian
Berita Yudha sampai akhirnya pindah bermuara di harian Berita Buana.1
Beliau menjadi wartawan luar negeri selama empat puluh tahun,
pada tahun 1996 beliau wafat dan dimakamkan di Cipanas Cianjur Jawa
Barat. Habib Mundzir bin Fuad bin Abdurrahman Al Musawwa, dilahirkan
di Cipanas Cianjur Jawa Barat, pada hari jum‟at 23 Februari 1973
bertepatan dengan 19 Muharram 1393 H.
Habib Mundzir dididik dalam hidup dalam kesederhanaan oleh
ayahnya di Cipanas Jawa Barat. Ayah beliau lebih senang menyendiri jauh
dari ibukota dalam membesarkan anak-anaknya. Dengan jauh dari ibu kota
ayah beliau lebih mudah dalam mengajarkan anak-anaknya mengaji,
membaca ratib dan shalat berjama‟ah. 2
1
Habib Mundzir Al Musawwa, Kenalilah Aqidahmu, edisi I (Jakarta: Nafas 2010), h. 5
2
Mundzir yang biasa disapa sangat manja oleh ayahnya. Ayahnya
yang selalu memanjakan Mundzir lebih dari anak-anaknya yang lain,
namun dimasa baligh justru dialah yang sekolah sampai menengah atas
saja sedangkan semua kakaknya menjadi sarjana. Ayah bundanya bangga
pada mereka, dan kecewa pada Mundzir saat itu karena malas melanjutkan
sekolah lagi kejenjang yang lebih tinggi.3 Dia lebih senang hadir di
Majelis maulid Al Arifbillah Al Habib Umar bin Hud Alattas dan Majelis
taklim kamis sore di Empang Bogor, Jawa Barat. Masa itu yang mengajar
adalah Almarhum Al-Allamah Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhsin
Alattas dengan kajian Fathul Baari.
Hari-hari beliau dihabiskan untuk bershalawat kepada nabi
Muhammad SAW sebanyak 1000 siang dan 1000 malam, serta ditambah
dengan zikir ribuan kali. Beliau juga isiqomah untuk berpuasa Nabi Daud
AS dan shalat malam sampai berjam-jam. Habib Mundzir saat itu
pengangguran yang sangat membuat ayah dan bundanya malu.
Ayahnya malu meliahat Habib Mundzir karena seperti tidak
memiliki arah tujuan hidup, sedangkan ayahnya saja dapat menguasai
dalam ilmu agama dan ilmu formal lainnya khussnya jurnalistik. Ayahnya
belajar agama selama sepuluh tahun di Makkah Al Mukarramah, guru
beliau adalah Almarhum Al-Allamah Al-Habib Alwi Al-Maliky, ayah dari
Almarhum Assayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliky. Setelah belajar
untuk ilmu agama ayahnya juga belajar ilmu Jurnalistik dengan bersekolah
di New York University, Amerika Serikat untuk mengambil gelar sarjana.
3
Kecintaan Habib Mundzir Al-Musawwa kepada Rasulullah SAW
sangat dalam, sering sekali Habib Mundzir menangis sebab merindukan
Rasulullah SAW. Dari dalamnya kecintaan dan kerinduannya ia sering
dikunjungi Rasulullah SAW dalam mimpi. Rasulullah SAW sering
menghiburnya dalam mimipi jika Habib Mundzir sedang sedih, suatu
waktu Habib Mundzir bermimpi bersimpuh dan memeluk lutut Rasulullah
SAW dan berkata wahai Rasulullah aku rindu padamu maka jangan
tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal aku bisa selalu berjumpa
denganmu, aku tersiksa di dunia ini. Rasulullah SAW menepuk bahunya
dan berkata Mundzir tenanglah sebelum usiamu mencapai empat puluh
tahun kau sudah jumpa denganku maka dirinya terbangun.
Akhirnya, karena ayahnya pensiun maka ibundanya membangun
losmen kecil di depan rumah dengan lima kamar saja. Disewakan pada
orang yang memiliki niat baik saja ,bukan untuk kemaksiatan karena untuk
biaya hidup sehari-hari keluarganya. Habib Mundzir sendirilah pelayan
losmen tersebut. Setiap malam dirinya jarang tidur, duduk termenung di
kursi penerimaan tamu. Hanya meja kecil saja dan kursi kecil mirip pos
satpam tempatnya berjaga sambil menannti tamu sambil bertafakkur,
merenung, melamun, berzikir, menangis dan shalat malam. Demikianlah
hari demi hari dan malam-malam dia lewati.4
Habib Mundzdir terus dilanda sakit asma yang parah, maka itu juga
semakin membuat ayah ibundanya kecewa. Hingga berkata ibundanya
“kata orang, apa bila banyak anak mesti ada satu yang gagal, ibu tidak mau
4
percaya pada ucapan itu tapi apakah ucapan itu kebenaran atau celatukan
masyarakat awam saja”, hal ini ditegaskan oleh kakak kandungnya.5
Habib Mundzir menjadi pelayan di losmen yang didirikan
ibundanya dalam waktu yang lama. Menerima tamu, memasang seprei,
menyapu kamar, membersikan toilet, membawakan makanan dan
minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng
buatan ibunda jika dipesan tamu.
Sampai kakanya lulus sarjana, ia kemudian tergugah untuk
pesantren, pesantren pertama yang dituju Habib Mundzir Al-Musawwa
untuk memperdalami Ilmu Syariah Islam adalah di Ma‟had Assaqofah Al
-Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan. Kemudian
mengambil kursus bahasa Arab di LPBA Assalafy Jakarta Timur. Habib
Mundir belajar di Ma‟had Assaqofah tidak lama hanya dua bulan, hal ini
disesabbkan bealiau sakit-sakitan.6
Habib Mundzir privat kursus bahasa Arab di Assalafi setelah
keluar dari Ma‟had Assaqofah, pimpinan Habib Bagir Alattas, ayahanda
dari Habib Hud Alattas yang selalu hadir di Majelis Raulullah Saw di Al
Munawwar. Mundzir saat itu harus pergi ke Jakrata lalu pulang kembali ke
Cipanas yang saat itu ditempuh dua sampai tiga jam dengan ongkos
sendiri. Demikina setiap dua kali seminggu ongkos tersebut didapat dari
hasil losmen tersebut.
Selain belajar ke Jakarta Habib Mundzir juga selalu hadir setiap
acara maulid di Almarhum Al-Arif Billah Al-Habib Umar bin Hud Alattas
5
Habib Nabil bin Fuad Al-Musawwa, Wawancara PribadiI,(Jakarta: 23 Mei 2013 Tebet Jakarta Selatan)
6
yang saat itu di Cipayung. Jika tidak memiliki ongkos ia sering sekali
menumpang truk dan sering pula kehujanan. Sering ia datang ke maulid
Habib Umar bin Hud Alattas setiap malam jum‟at dalam keadaan basah
kuyup karena kehujanan, dan ia diusir oleh pembantu dari Habib Umar
Alattas, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas ia yang
kotor menginjaknnya. Habib Mundzir terpksa berdiri saja berteduh
dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu berdatangan. Maka ia
duduk diluar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.
Habib Mundzir juga sering melakukan ziarah ke Luar Batang Pasar
Ikan Jakarta Utara, makam Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus.
Suatu kali ia datang lupa membawa peci dikarenakan datang langsung dari
Cipanas, maka ia berkata dalam hati. Wahai Allah aku datang sebagai
tamu seorang wali Mu, maka tak beradab jika aku berziarah tanpa peci,
tapi uangku pas-pasan, dan aku lapar, jika aku membeli peci maka aku tak
makan dan ongkos pulangku berkurang, seraya berkata di dalam hatinya
seperti itu.
Karena akhlak maka ia memutuskan untuk membeli peci berwarna
hijau, pada saat itu hanya peci tersebutlah yang paling murah diemparan
penjual peci, dia membelinya lalu masuk untuk be