• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

2. Dakwah

Ditinjau dari pengertian atau etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a- yad’u- da’watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil. Warson Munawir seperti yang dikutip oleh samsul Munir Amin menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose), mendorong (to urge) dan memohon. Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan disebut da‟i (isim fa’il) artinya orang yang menyeru. Tetapi karena perintah memanggil atau menyeru adalah proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal sebagai muballigh artinya penyampai atau proses. Secara etimologi dakwah atau tabligh merupakan suatu proses penyampaian atas pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.9

a. Pengertian Dakwah

Secara “etimologis, kata “ dakwah” berasal dari Bahasa Arab

da’a - yad’u da’watan, yang berarti : ajakan, seruan, panggilan, atau undangan”10

. Dakwah menurut istilah dalam surat An-Nahl ayat 125 adalah mengajak umat manusia kejalan Allah dengan cara bijaksana, nasehatyang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.

“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

8

Fred David, manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 5

9

Samsul Munir Amin, MA. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah,2009), h.1-2

10

Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Kiat sukses Berdakwah, (Jakarta: Amzah, 2006), hal. xii

Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”11

Namun, secara terminologis ada banyak definisi dakwah yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Muhammad Khidir Husein dalam bukunya ad-Dakwah ila al-Islah mengatakan dakwah adalah upaya untuk memotivasi agar orang berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar ma‟ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

QuraiSihab mendefinisikannya sebagai “seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah sesuatu yang tidak baik kepada sesuatu yang lebih baik terhadap pribadi maupun masyarakat”12 Dakwah adalah “suatu proses penyampaian atau penyeruaninformasi Ilahiyah kepada para hamba manusia yang merupakan bagian integral dari hidup dan kehidupan setiap individu muslim”.13 Dakwah adalah “suatu gejala di mana terdapat dua orang atau lebih yang salah satu atau sebagian diantaranya menyampaikan amar ma‟ruf nahi munkar”14

. Jadi, dakwah adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain, untuk mengamalkan ajaran Islam dengan tujuan mencari kebahagiaan hidup dunia dan akhirat dengan dasar keridhaan Allah.

11

Depag RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya…. h. 421 12

(http://tri1405.blogsome.com/2007/05/07/apengertian-dakwah, diakses 09 November 2012)

13

Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hal. 62

14

b. Unsur-unsur Dakwah

Dalam kegiatan dakwah, unsur-unsur dakwah harus selalu berada di dalamnya guna dapat mencapai tujuan dakwah yang diinginkan, karena pada hakekatnya unsur dakwah sendiri merupakan sesuatu yang melekat dalam dakwah. Dan adapun unsur-unsur dakwah adalah sebagai barikut:

1) Da'i (pelaku dakwah)

Yang dimaksud da'i atau biasa disebut dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam) adalah orang yang melaksanakan atau menyampaikan dakwah secara lisan, tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok ataupun secaraorganisasi.

Sebagai pelaksana atau pelaku dakwah sebenarnya bisa dibedakan antara yang wajib 'ain dan wajib kifayah. Wajib 'ain adalah aktifitas dakwah yang tidak memerlukan persyaratan ilmu. Karena dakwah dalam bentuk yang demikian dapat dilakukan oleh setiap muslim, misalnya amar ma'ruf dan nahi mugkar. Wajib kifayah adalah dakwah yang memenuhi syarat untuk dilaksanakan secara profesional. Tugas dakwah seperti ini seyogyanya memenuhi persyaratan, baik persyaratan ilmu maupun imani.

Jadi dakwah professional ini tidak wajib bagi muslim yang belum memenuhi persyaratan dakwah seperti itu. Subyek dakwah dalam taraf ini disebut Da'i. salah satu bentuk dari dakwah professional ini antara lain adalah tabligh, “sedangkan subyek

dakwah dalam hal ini disebut dengan istilah muballigh”15

. “Allah SWT telah mewajibkan kepada Rasulnya dan orang-orang mu'min untuk berdakwah kepada Allah, akan tetapi Allah mengikat perintahnya tersebut dengan syarat harus dikerjakan atas dasar ilmu pengetahuan yang mendalam (bashirah) dan kebijaksanaan ( al-hikmah)”16

.

2) Mad'u (orang yang menerima dakwah)

Yang dimaksud dengan mad'u adalah manusia yang menerima dakwah yang disampaikan oleh da'i atau dengan kata lain disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, baik secara individu, kelompok, orang Islam maupun tidak.

3) Maddah (materi dakwah)

Unsur dakwah yang ketiga adalah maddah atau pesan dakwah, pesan dakwah ialah isi yang disampaikan oleh da'i sebagai orang yang menyampaikan kepada mad'u. Dalam mengkaji tentang materi dakwah, Sjahroni A. J berpendapat bahwa, ''Secara umum sebenarnya materi dakwah tercakup dalam al-Qur'an dan al-Hadits. Dengan demikian ajaran Islam yang termuat di dalam dua kitab tersebut sebagai rumusan secara kaffah tentang materi dakwah''17.

Menurut Moh. Ali Aziz materi dakwah dari ajaran Islam dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a) aqidah b) Syari'ah

15

Sjahroni A.J, Teknik Pidato Dalam Pendekatan Dakwah (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2008), hal. 3.

16

Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Methode Dan Strategi Da'wah Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996), hal.113.

17

c) Muamalah d) Akhlaq

c. Bentuk-Bentuk Metode Dakwah

Dalam al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125 disebutkan bahwa dakwah adalah

يه يتَ ب د ج نسح ا ع ا ح ب كب ي س ى دا

ع ه كَب َ سح

ي ت ب ع ه ه ي س ع َ ض ب

)

٥٢١

(

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah18 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya Dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Ayat al-Qur‟an yang tercantum diatas adalah menjadi sebuah dilalah bagi Rasul dan muballighin tentang metode berdakwah. Syekh Muhammad Abduh menyimpulkan dari ayat tersebut mengidentifikasi metode dakwah kepada tiga golongan karena melihat karakter ummat manusia yang beragam.19

1) Al-Hikmah

Ada golongan cendiki-cendikawan yang cinta kebenaran, dan berfikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan. Mereka ini harus dipanggil dengan “hikmah” yakni dengan alasan -alasan, dengan dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka.

18

Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

19

Kata “hikmah” dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak 20 kali baik dalam bentuk isim nakiroh atau ma‟rifat. Bentuk masdarnya adalah “hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan hukum berati implikasinya adalah mencegah dari kedzoliman dan apabila dikaitkan dengan dakwah berati mencegah atau menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah20.

Dalam kajian usul fikil istilah hikmah dibahas ketika ulama‟ usul membicarakan sifat-sifat yang dijadikan ilat hukum. Dan pada kalangan tarekat hikmah diartikan sebagai pengetahuan tentang rahasia Allah SWT.21

M. Abduh berpendapat bahwa, Hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah didalam tiap-tiap hal. Hikmah juga diartikan sebagai ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi banyak maknanya22 Ataupun diartikan meletakan sesuatu pada tempat atau semestinya.23

Dalam berdakwah, hikmah adalah penentu kesuksesan atau tidaknya dakwah. Dalam menghadapi mad‟u yang beragam. Baik dari jenjang pendidikan, strata sosial, usia, latar belakang budaya seorang da‟i dengan ilmu hikmah akan mudah diterima sehingga ajaran islam sebagai tujuan dakwah itu sendiri dapat memasuki ruang hati padu‟ dengan tepat. Namun tidak semua orang mampu meaih hikmah, sebab Allah hanya memberikan kepada orang-orang

20

Munzir Saputra, harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencanna, 2003), h, 8.

21

Munzir Saputra, harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Kencanna, 2003), h, 9.

22Lihat, Sa‟dy Abu Habib, al-Qomusul Fiqhi, h, 97.

23

Abu Hayyan, al-bahrul Muhith, Jilid I, h, 392 juga dr. Zainal Abdul Karim, ad-Dakwah bil Hikmah, h, 26.

yang layak/pantas dalam mendapatkan hikmah. Sebagaimana tercantum dalam Qur‟an surat Al-Baqoroh ayat 269 :

ا يثك ا يخ يت قف ح ا ي ء شي ح ا ي

ا ك ي

أا

Artinya : Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

2) Al-Mauidzotul Hasanah

Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menagkap pengertian yang tinggi-tinggi. Mereka ini adalah yang disebut dengan “al-mauidzotul hasanah”, dengan anjuran dan didikan, yang baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah difaham.

Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi memberikan definisi tentang mauidzoh hasanah sebagai berikut:

ا ب م حصا ت كنا م يلع ىفخي ا يتلا يه ة سحلا ةظع لا

م عف ي ام دصقت

ارقلاب ا ا يف

Al-mauidzotul hasanah yaitu perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada merekaatau dengan al-Qur’an.24

Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mauizoh al-Hasanah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk menju ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembutagar mereka mau berbuat baik25.

24

Hasanudin, SH, Hukum Dakwah, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h, 37.

25

Abdul Hamid al-Bilali, Fiqh Ad-Dakwah fi Ingkar Al-Mungkar(Kuwait: Dar al-Dakwah, 1989), h, 260.

3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan

Dari segi etimologi (Bahasa) lafadz mujadalah terambil dari kata “jadala” yang bermakna memintal, meliliti. Apabila ditambah alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faa ala “jaa dala” dapat bermakna berdebat dan “mujadalah” perdebatan.”26

Mujadalah Billati Hiya Ahsan Yakni mereka yang cara penyampaian dakwahnya dengan diajak bertukar fikiran guna mendorong supaya berfikir dengan secara sehat dengan cara yang lebih baik.

Demikianlah Syekh Muhammad Abduh menyimpulkan dalam sebuah kalimat.27

(ملسم ا ر ) م ل قع ردق يلع سا لاا بط اخ

berbicaralah kepada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing”.(HR.Muslim)

Menurut Ali al-Jarisyah dalam kitab Adab Hiwar wa al-Munadzarah, mengaartikan bahwa “al-Jidal” secara bahasa dapat bermakna “datang untuk memilih kebenarah” dan apabila berbentuk kalimat isim “al-Jadlu” maka berarti pertentangan atau perseteruan yang tajam”28

, bahkan al-Jarisyah menambahkan bahwa, lafadz “al-Jadlu” mustaq dari lafadz “al-Qotlu” yang berati sama-sama terjadi pertentangan, sepertilahnya yang terjadi perseteruan yang terjai antara dua orang yang saling bertentangan

26

Ahmad Warson al-Munawwir, al-Munawwir, (Jakarta: Pustaka Progresif, 1997), cet ke-14, h, 175

27

Mohammad Natsir, fiqhud Da’wah, (Media Da‟wah, Jakarta 1427 H, 2006 M), h, 162. 28

Ali al-Jarisyah, Adab al-Hiwar wa al-Munadzarah, (al-Munawarah, Dar al-Wifa, 1989), Cet. Ke-1, h, 19.

sehinga saling melawan / menyerang dan salah satu menjadi kalah. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi Mujadalah Billati Hiya Ahsan adalah suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.29

4) Qudwatul Hasanah

Yakni mereka yang cara penyampaian dakwahnya dengan memberikan teladan yang baik kepada mereka.30

نسح س ه ا س يف ك ق .ا يثك ه ا ك خ ا ي ا ه ا ج ي ك

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab : 21).

5) Aslubul Quwwah

Yakni mereka yang cara penyampaian dakwahnya dengan pendekatan kekuatan. Dan hal ini juga tercantum dalam hadis Bukhari Muslim yang artinya : “barangsiapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah merubahnya dengan :

1) Tangannya (kekuasaannya) apabila ia tidak sanggup, dengan 2) Lidahnya (nasihat); apabila ia tidak kuasa, maka dengan 3) Hatinya; dan itulah selemah-lemahnya iman”.

Dokumen terkait