• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SEKOLAH (Studi Multi Kasus di SMA Negeri 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SEKOLAH (Studi Multi Kasus di SMA Negeri 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek) - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SEKOLAH

(Studi Multi Kasus di SMA Negeri 1 Trenggalek dan

SMA Hasan Munahir Trenggalek)

TESIS

Oleh

Masruchan Mahpur

NIM 2846134026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

IAIN TULUNGAGUNG

(2)

PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SEKOLAH

(Studi Multi Kasus di SMA Negeri 1 Trenggalek dan

SMA Hasan Munahir Trenggalek)

TESIS

Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu persyaratan menempuh Sarjana Strata 2 Magister (S-2) Pendidikan Agama Islam (PAI)

pada Program Pascasarjana IAIN Tulungagung

Oleh

Masruchan Mahpur

NIM 2846134026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

IAIN TULUNGAGUNG

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : Masruchan Mahpur

NIM : 2846134026

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Institusi : Program Pascasarjana IAIN Tulungagung

Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa TESIS ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Tulungagung, 24 Agustus 2015 Saya yang menyatakan

(4)

MOTTO































































: ل ل ) (

"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan."(Qs. Al Mujadilah : 11)1

(5)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orang tuaku (Bapak H. Ahmad Saeropi (alm) dan Ibu Hj. Kiptiyah), terima kasih atas kasih sayang, do’a, dukungan dan segala pengorbanannya. 2. Istriku (Suci Adiningtiyas) yang menyayangiku dan selalu memberi motivasi. 3. Anak-anakku (ananda Zidan dan ananda Mumtaza) yang senantiasa

membangun gairah untuk menyelesaikan tesis ini. 4. Guru/Dosenku yang telah membimbingku.

(6)

PRAKATA

Segala puji syukur bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufik-Nya kepada seluruh umat manusia, sehingga kita tetap iman dan Islam, serta komitmen sebagai insan yang haus akan ilmu pengetahuan.

Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir yang diberikan oleh Program Pascasarjana, dan juga merupakan sebagian dari syarat yang harus dipenuhi oleh penulis guna memperoleh gelar Magister Pendididikan Islam.

Selesainya penyusunan tesis ini berkat bimbingan dari dosen yang sudah ditetapkan, dan juga berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. DR. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penulisan laporan penelitian ini.

2. Prof. DR. H. Achmad Patoni, M.Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana yang selalu memberikan dorongan semangat dalam mengemban ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

(7)

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana IAIN Tulungagung yang telah berjasa mengantarkan penulis untuk mengetahui arti pentingnya ilmu pengetahuan.

5. Kedua orang tua yang tercinta (Bapak H. Ahmad Saeropi (alm) dan Ibu Hj. Kiptiyah) dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa serta curahan kasih sayang yang tiada hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan baik.

6. Teman-teman angkatan 2013 program studi Pendidikan Agama Islam yang selalu ada dalam kebersamaan dan bantuannya, baik suka maupun duka selama ini, serta memberikan motivasi.

7. Semua pihak yang terkait yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat penulis sebutkan secara keseluruhan, untuk menyelesaikan Tesis ini.

Dengan penuh harapan, semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah swt dan tercatat sebagai amal shalih. Jazakumullah khoirul jaza’. Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi pengembangan dan perbaikan, serta pengembangan lebih sempurna dalam kajian-kajian pendidikan Islam. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat ridha Allah swt. Amin.

Tulungagung, 27 Juli 2015 Penulis

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema penelitian ………...49

Gambar 3.1 Gambar bagan analisis lintas kasus ………...62

Gambar 4.1 Siswa membiasakan berpakaian panjang ………..71

Gambar 4.2 Rapat merencanakan program kegiatan ………73

Gambar 4.3 Membiasakan perilaku santun dengan guru ……… 74

Gambar 4.4 Siswa membiasakan melaksanakan sholat dhuha ……….85

Gambar 4.5 Pembiasaan infaq siswa ……….87

Gambar 4.6 Pendalaman al qur’an ………88

Gambar 4.7 Kegiatan istighasah di sekolah ………..90

Gambar 4.8 Lomaba sholawat dalam rangka PHBI ……….91

Gambar 4.9 Kegiatan pengumpulan zakat fitrah ………..93

Gambar 4.10 Kegiatan halal bihalal setelah libur hari raya ………...94

Gambar 4.11 Kegiatan penyembelihan hewan kurban ………...95

Gambar 4.12 Perencanaan pembiasaan Islami ………..102

Gambar 4.13 Rapat MKKS ………...104

Gambar 4.14 Pembiasaan salam, senyum dan sapa ………..106

Gambar 4.15 Guru akan menjadi teladan bagi siswanya ………..112

Gambar 4.16 Pembiasaan sholat dhuhur berjamaah ……….114

Gambar 4.17 Pembiasaan membaca al qur’an ………..116

Gambar 4.18 Pembiasaan sholat dhuha ………117

Gambar 4.19 Pembiasaan berbusana menutup aurat ………118

(10)

Gambar 4.21 Lomba fashion islami dalam PHBI ……….124

Gambar 4.22 Kegiatan pondok ramadhan ……….125

Gambar 4.23 Kegiatan pembagian zakat fitrah ……….126

Gambar 4.24 Kegiatan penyembelihan hewan kurban ……….127

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) ………91

MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) ………104

IMTAK (Iman dan Takwa) ………138

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman wawancara ………180

Pedoman observasi ………...181

Pedoman dokumentasi ………..182

Foto SMAN 1 Trenggalek ……….………...183

Foto SMA Hasan Munahir ………184

Permohonan ijin penelitian ………185

Surat keterangan penelitian ………186

Kartu bimbingan tesis ………188

(12)

DAFTAR TRANSLITERASI

1. Di dalam naskah tesis ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

ARAB LATIN

Kons.

Nama

Kons.

Keterangan

Tidak dilambangkan (harf madd)

B B Be

T T Te

Ts Th Ted an Ha

J J Je

Ch H Ha (dengan titik di bawah)

Kh Kh Ka dan Ha

D D De

Dz Dh De dan Ha

R R Er

Z Z Zet

S S Es

Sy Sh Es dan Ha

Sh s Es (dengan titik di bawah) Dl d De (dengan titik di bawah) Th t Te (dengan titik di bawah) Dh z Zet (dengan titik di bawah)

‘ ‘ Koma terbalik di atas

Gh Gh Ge dan Ha

ف F F Ef

Q Q Qi

K K Ka

L L El

M M Em

N N En

W W We

ھ H H Ha

(13)

Y Y Ye

2. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan gabungan huruf sebagai berikut:

a. Vokal rangkap ( ) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya: al-yawm.

b. Vokal rangkap ( ئ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya: al-bayt.

3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya dalam tulisan latin dilambangkan dengan huruf dan tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( ت ل = al-ftihah), ( ل = al-‘ulúm), dan ( يق= qīmah).

4. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( ح = haddun), ( س= saddun), ( بِ ي = tayyib).

5. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( ت ي ل = al-bayt), (ء ل = al-samặ’).

6. Tặ’ marbútah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat sukun, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan tặ’ marbútah yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( ا ل ي =ru’yat al hilal).

(14)

ABSTRAK

Tesis dengan judul “Pembiasaan Perilaku Islami di Sekolah (Studi Multi Kasus di SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek)” ini ditulis oleh Masruchan Mahpur dengan dibimbing oleh Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. dan Dr. H. Muwahid Shulhan, M.Ag.

Kata Kunci: Pembiasaan, Perilaku Islami

Mengingat pentingnya peranan pendidikan agama Islam, baik dalam maknna formal, yaitu penalaran dan pembentukan sifat pribadi siswa, maupun dalam makna material, yaitu penguasaan, penerapan, dan ketrampilan pendidikan agama Islam, maka sudah seharusnya bahwa proses pembelajaran pendidikan agama Islam perlu perhatian secara serius, diantaranya melalui penanaman perilaku Islami, dan pembiasaan perilaku Islami. Pendidikan Agama harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan dan kebutuhan peserta didik.

Fokus penelitiannya adalah pembiasaan perilaku Islami di SMA Negeri 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek. Pertanyaan penelitiannya adalah: 1) Bagaimana strategi pembiasaan perilaku Islami di SMA Negeri 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek?, 2) Bagaimana Implementasi pembiasaan perilaku Islami di SMA Negeri 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek?, 3) Bagaimana implikasi pembiasaan perilaku Islami di SMA Negeri 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek?. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan, mendiskripsikan dan memahami strategi, implementasi, dan implikasi pembiasaan perilaku Islami di SMA Negeri 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek.

(15)

dengan menggunakan diskusi sejawat, triangulasi metode, triangulasi sumber data, triangulasi waktu.

(16)

ص ل

يف

ل عق ل س ) يماس إ

ل ي

ح"

ع ت ت ل س ل

يم

ل م ل يل ل س ل

ن ح م ل يل ل س ل كيل ن ت

ج ل غم ح

م فيل ت نم "(كيل ن ت يھ ن م

(17)

ل :

ي ل

م ،كيل ن ت يھ ن م

ث ل عق ل

: ن ي ل قئ

س ب : ن ي ل ص قي ت ،

ل ل ل لي ت ح ل ل ل لي ت

. ي ف ل يك ت ي ت ي ي ل

:ث ل جئ ن

ي ل غ يص نم ء ي يماسإ

ل ي

ح طي ت) (

يماسإ ل س ل

ل يس ي ل عإ ح

، ي

ل ي

ح لج نم

ي ،يماسإ

ي ي ل

ل ط ت ي ي ل

ل يماسإ ني ل م م

يب ل مي ت ي ل يماسإ

ل ع ل لئ س ل حأ س ل يف

، س ل ھ ف يماسإ

ج ن ب نم يماسإ

ل ي

ح ت (

ي ت م ي ل س ل

يع سأ يم يل عأ نم ل ي مث ، ل ي ب يف

، ي ل ي

ل

ل ي

ح (

ي

ل لي ت ن ي يماسإ

ي ت ن ي ينآ ل

ل ب يماسإ ي

ل ، س ل ا ل يماسإ

(18)

ABSTRACT

Thesis with the title “The Habitual of Islamic Behavior at School (Multi -Case Study in SMAN 1 Trenggalek and SMA Hasan Munahir Trenggalek” is written by Masruchan Mahpur guided by Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. and Dr. H. Muwahid Shulhan, M.Ag.

Keywords: The Habitual, Islamic Behavior

This Study is based on the important of the role of Islamic education, both in formal meaning, that is reasoning and formation of the private characteristic of students, and material meaning, that is mastery, application, and skill of Islamic education, so the process of Islamic education needs a hard attention, like making student accustomed for Islamic behavior, and habitual of Islamic behavior, Islamic education has to give the students life skill must be appropriate for the students and environment.

The focus of this study are the habitual of Islamic behavior in SMA Negeri 1 Trenggalek and SMA Hasan Munahir Trenggalek. Based on the focus of the study, the research questions written as follows: 1) How habituation strategy Islamic behavior at SMA Negeri 1 Trenggalek and SMA Hasan Munahir Trenggalek?, 2) How habituation Implementation of Islamic behavior at SMA Negeri 1 Trenggalek and SMA Hasan Munahir Trenggalek?, 3) How Implications habituation Islamic behavior at SMA Negeri 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek?. The purpose of this research are to investigate and to describe strategis, implementation, and implication of the habitual of Islamic behavior in SMA Negeri 1 Trenggalek and SMA Hasan Munahir Trenggalek.

(19)
(20)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ………. i

Halaman Judul ………. ii

Persetujuan ……….. iii

Pengesahan ……….. iv

Pernyataan Keaslian ……… v

Motto ………... vi

Persembahan ………... vii

Prakata ………. viii

Daftar Tabel ……… x

Daftar Gambar ………. xi

Daftar Lambang dan Singkatan ………... xii

Daftar Lampiran ……….. xiii

Daftar Transliterasi ……….. xiv

Abstrak ……… xvi

Daftar Isi ………. xxii

BAB I: PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ……….. 1

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ……… 9

C. Tujuan Penelitian ……… 9

D. Kegunaan Penelitian ………... 10

(21)

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

A. Pembiasaan ………. 14

B. Perilaku Islami ……… 15

C. Membiasakan Nilai-Nilai Agama Di Sekolah ……… 18

D. Merumuskan Nilai-Nilai Agama ……… 19

E. Strategi Implementasi Nilai-Nilai Agama ……….. 20

F. Implmentasi Nilai-Nilai Agama ………. 22

G. Penelitian Terdahulu ………... 40

H. Paradigma Penelitian ……….. 49

BAB III: METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ………. 52

B. Kehadiran Peneliti ……….. 53

C. Lokasi Penelitian ……… 54

D. Sumber Data ………... 55

E. Teknik Pengumpulan Data ………. 56

F. Analisis Data ……….. 58

G. Pengecekan Keabsahan Temuan ……… 63

H. Tahap-Tahap Penelitian ……….. 68

BAB IV: DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data di SMAN 1 Trenggalek ……… 70

1. Strategi pembiasaan perilaku Islami ……… 70

2. Implementasi pembiasaan perilaku Islami ……….. 83

3. Implikasi Pembiasaan perilaku Islami ………. 98

B. Temuan Penelitian di SMAN 1 Trenggalek ………... 100

1. Strategi pembiasaan perilaku Islami ……… 100

2. Implementasi pembiasaan perilaku Islami ……….. 101

3. Implikasi pembiasaan perilaku Islami ………. 102

C. Paparan Data di SMA Hasan Munahir trenggalek ……… 104

(22)

2. Implementasi pembiasaan perilaku Islami ………. 115

3. Implikasi Pembiasaan perilaku Islami ……… 133

D. Temuan Penelitian di SMA Hasan Munahir Trenggalek ……….. 135

1. Strategi pembiasaan perilaku Islami ……….. 135

2. Implementasi pembiasaan perilaku Islami ………. 136

3. Implikasi Pembiasaan perilaku Islami ………. 136

AB V: PEMBAHASAN

A. Strategi Membiasakan Perilaku Islami ……… 137

B. Implementasi Membiasakan Perilaku Islami ……….. 153

C. Implikasi Membiasakan perilaku Islami ………. 173

AB VI: PENUTUP

A. Kesimpulan ………. 174

1. Strategi Membiasakan Perilaku Islami ……….. 174

2. Implementasi Membiasakan Perilaku Islami ………. 175

3. Implikasi Membiasakan Perilaku Islami ……… 175

B. Implikasi Penelitian ………. 175

1. Implikasi Teoritis ………... 176

2. Implikasi Praktis ……… 177

C. Saran ……… 178

DAFTAR RUJUKAN

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam dunia pendidikan, sekolah merupakan salah satu wadah dimana proses Transfer of knowledge berlangsung. Proses pengajaran dan pembelajaran di sekolah diharapkan mampu memperjuangkan dan mewujudkan pendidikan di Indonesia yang berkualitas.

Peranan pendidikan dalam mengembangkan potensi manusia yang beriman sesuai dengan UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 yang

mengatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.2

(24)

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia, serta mempunyai peran sangat besar dalam mengembangkan segala potensi. Ketercapaian proses pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya: lembaga sekolah, guru, kurikulum, sarana, siswa, serta lingkungan.

Dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 bab 1 pasal 1 juga dijelaskan bahwa “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.3

Berdasarkan Undang-undang di atas jelas tergambarkan bahwa salah satu dari tujuan pendidikan nasional adalah agar peserta didik dapat mengembangkan potensinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang tidak hanya diperlukan bagi dirinya tetapi juga untuk masyarakat, Bangsa dan Negara.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

(25)

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4

Dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan proses yang suci untuk mewujudkan tujuan asasi hidup, yaitu beribadah kepada Allah SWT dengan segala maknanya yang luas. Dengan demikian, pendidikan merupakan bentuk tertinggi ibadah dalam Islam, dengan alam sebagai lapangannya, manusia sebagai pusatnya, dan hidup beriman sebagai tujuannya.

Ibadah dalam Islam memiliki konsep yang luas, baik dari segi isi, waktu maupun tempat. Dari segi isi, pemerintah yang menegakkan keadilan di antara manusia umpamanya, adalah di dalam kategori beribadah kepada Allah SWT. Demikian pula orang mukmin yang ditujukan untuk mencapai keridaan Allah SWT termasuk dalam pengertian ibadah. Atas dasar prinsip tersebut, proses pendidikan pun merupakan ibadah kepada Allah SWT. Guru yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain adalah orang yang beribadah kepada Allah SWT, demikian pula siswa yang sedang mencari kebenaran.5 Sementara pendidikan agama merupakan suatu usaha untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik. Sedangkan Pendidikan Agama Islam di sekolah diharapkan mampu membentuk kesalehan sosial, sehingga dengan pendidikan agama diharapkan mampu menciptakan ukhuwah islamiyah dalam arti luas

4 Undang-Undang Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), 7.

(26)

ukhuwah fi al-‘ubudiyah, ukhuwah fi al-insaniyah, ukhuwah fi al wathoniyah wa al nasab, dan ukhuwah fi din al islam.6

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu hal penting dan sangat diperlukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin maju. Namun dipihak lain pendidikan agama di anggap sebagai pelajaran yang dinomor duakan bagi siswa.

Kemudian dalam hal lain, pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi siswa yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, meningkatkan resiko hipertensi, diabetes, obesitas, dan sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan masukkan bibit penyakit kedalam tubuh.

Selain itu semakin meningkatnya perokok pemula di usia muda, atau usia peserta didik sekolah, sehingga resikonya akan mengakibatkan penyakit degenerative. Perilaku tidak sehat lainnya yang sangat mengkawatirkan adalah melakukan pergaulan bebas, sehingga terjerumus ke dalam penyakit masyarakat seperti penggunaan narkoba atau tindakan kriminal. Apalagi perilaku tidak sehat ini disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat pula, seperti kurang bersihnya rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakatnya. Tantangan lain tentang perilaku tidak sehat juga banyak muncul dari diri peserta didik sendiri. Aktifitas fisik mereka

(27)

kurang bergerak, olah ragapun kurang, suka bermalas-malasan, sehingga tidak bergairah baik di rumah maupun atau di sekolah.7

Siswa pun cenderung lebih menyukai dan banyak menonton televisi, bermain video game, dan play station, sehingga mengakibatkan fisiknya kurang bugar. Akibatnya mereka rentan mengalami sakit dan beresiko terhadap berbagai penyakit degenerative di usia dini. Untuk itu diperlukan perilaku yang Islami di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini sangat mendukung dan memungkinkan peserta didik untuk belajar, berkreasi dengan bebas, menyenangkan dan bermanfaat bagi masa depannya.

Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta didik yaitu menciptakan kematangan emosi-emosinya agar dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik. Siswa pun akan mampu mengendalikan stress yang di alaminya, karena jika stress tidak dikendalikan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan akan menjadi kendala untuk keberhasilan belajarnya.

Sementara itu masyarakat berharap agar lulusan dari sekolah dapat beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki iman yang kuat. Oleh sebab itu beban yang diemban oleh sekolah, dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam sangat berat, karena guru yang berada digaris depan dalam membentuk pribadi anak didik.

7 As’aril Muhajir, Ilmu Pendidikan Perspektif Kontekstual, (Yogyakarta: Ar-RuzzMedia, 2011),

(28)

Dengan demikian sistem pendidikan di masa depan perlu ditingkatkan lebih baik agar lebih responsif terhadap tuntutan masyarakat dan tantangan yang akan dihadapi di dunia kerja mendatang. Kurang berhasilnya pendidikan agama disebabkan karena praktik pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pada pertumbuhan kesadaran nilai-nilai ajaran Islam, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama, akibatnya terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengalaman antara teori dan praktik dalam kehidupan nilai agama atau dalam praktik agama berubah menjadi pengajaran hidup, sehingga tidak bisa membentuk pribadi-pribadi bermoral, padahal intisari pendidikan agama adalah pendidikan moral.8

Di antara fenomena yang banyak terjadi di masyarakat adalah kemerosotan akhlak di kalangan remaja terutama siswa di sekolah menengah yang semakin marak. Terutama lagi di Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat, hal kebiasaan kurang menghargai orang lain, kurangnya sopan santun, tawuran antar pelajar, tidak menghargai orang tua, kurang mentaati norma-norma keluarga, hidup tidak disiplin, terjadinya pergaulan bebas di kalangan siswa kini menjadi ciri khas yang melekat pada mereka. Pencarian jati diri, kurangnya perhatian dari orang tua dan keterbatasan waktu yang hanya dua jam per minggu, ditambah belum efektif dan efisiennya pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, terutama di Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat dalam membina keimanan dan ketaqwaan di luar jam pelajaran. Maka

(29)

pelajaran agama yang tidak diujikan dalam ujian nasional menyebabkan motivasi siswa untuk mempelajarinya berkurang.

Mengingat pentingnya peranan Pendidikan Agama Islam, baik dalam makna formal, yaitu penalaran dan pembentukan sifat pribadi siswa, maupun dalam makna material, yaitu penguasaan, penerapan, dan ketrampilan Pendidikan Agama Islam, maka sudah seharusnya bahwa proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam perlu perhatian secara serius, di antaranya melalui pembiasaan perilaku Islami. Pendidikan Agama Islam harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan dan kebutuhan peserta didik.

Dalam pembiasaan perilaku Islami di lingkungan sekolah perlu adanya keberanian mengemukakan pendapat, perlu mengimplementasikan Pendidikan Agama Islam dalam komunitas sekolah umum, sehingga pembelajaran Pendidikan Agama Islam lebih bermakna dan bermanfaat. Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam harus kreatif dalam membangun effective strategy (strategi yang efektif) dalam pembiasaan perilaku islami di sekolah. Sehingga guru Pendidikan Agama Islam tidak berdiri sendiri dalam hal pembiasaan ini, namun juga mampu menggerakkan guru bidang studi lain untuk bersinergi dan juga sama-sama pro aktif dalam mensponsori terwujudnya pembiasaan perilaku islami di sekolah.

(30)

perilaku Islami. Hal ini dilakukan karena kesadaran membangun bangsa akan menuai keberhasilan jika para pelakunya memiliki sumber daya yang berkualitas dan memiliki kesadaran Agama Islam yang baik serta kepedulian terhadap lingkungan. Oleh sebab itu siswa harus memahami dan menguasai nilai-nilai Agama Islam sebagai dasar kehidupan.

Dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sudah terjadi sebuah reformasi pemikiran tentang pendidikan berupa penegasan bahwa pendidikan menekankan kepada mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran dan keterlibatan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi peserta didik, pengakuan atas keragaman peserta didik dan oleh karena itu pendidik harus berinteraksi dengan keragaman yang dimiliki peserta didik.

Berkaitan dengan paradigma pendidikan yang terkandung dalam pasal 1 ayat 1 sebagaimana disebutkan di atas, dalam pasal 1 ayat 2 UU No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa: “Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap tuntutan perubahan zaman”. 9 Dalam upaya mewujudkan nilai-nilai agama di sekolah maka perlu memberikan pencerahan spiritual dalam rangka membangun akhlak mulia atau budi pekerti melalui kegiatan pembiasaan, seperti: pembiasaan mengucapkan salam, pembiasaan sholat dhuhur berjamaah, pembiasaan

(31)

sholat dhuha, pembiaasaan sedekah, pembiasaan membaca al-quran, dan pembiasaan memperingati Hari Besar Islam.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mencoba untuk meneliti Pembiasaan Perilaku Islami di SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek. Alasan peneliti mengambil lokasi di kedua tempat ini di latar belakangi oleh beberapa pertimbangan atas dasar kekhasan dan kemenarikan, yaitu kedua lembaga tersebut merupakan lembaga pendidikan di lingkungan Kemendikbud, yang mana dalam pembiasaan perilaku Islami begitu sangat diperhatikan. SMA Negeri 1 Trenggalek merupakan SMA Negeri tertua di Kabupaten Trenggalek. SMA ini menjadi SMA Negeri yang difavoritkan masyarakat Trenggalek. SMA Hasan Munahir adalah SMA swasta yang berada agak jauh dari kota, namun pembinaan akhlak pada lembaga ini terkesan baik dan menarik untuk di teliti.

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Dari uraian dalam konteks penelitian, maka fokus penelitian adalah Pembiasaan Perilaku Islami di SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek. Berdasarkan fokus penelitian, maka pertanyaan penelitian dituliskan sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi pembiasaan perilaku islami di SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek?

(32)

3. Bagaimana Implikasi pembiasaan perilaku islami di SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan beberapa paparan pada fokus penelitian di atas, selanjutnya tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Memahami strategi pembiasaan perilaku islami di SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek.

2. Memahami implementasi pembiasaan perilaku islami di SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek.

3. Memahami implikasi pembiasaan perilaku islami di SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

(33)

pendekatan, metode-metode dalam pengembangan Pendidikan Agama Islam melalui pembiasaan Perilaku Islami di Sekolah Menengah Atas. 2. Secara Praktis

a. Bagi Lembaga Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membangun maupun mempertahankan citra positif lembaga di masa yang akan datang.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memperluas khazanah keilmuan peneliti tentang Pembiasaan Perilaku Islami di Sekolah dan untuk dapat menggunakan penalaran dan melakukan studi dalam menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan tentang Pembiasaan Perilaku Islami di SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya terutama penelitian berkaitan dengan Pembiasaan Perilaku Islami di Sekolah sehingga dapat memperkaya temuan-temuan penelitian baru.

(34)

Penelitian ini dapat dijadikan gambaran tentang bagaimana Pembiasaan Perilaku Islami di SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek.

e. Bagi Perpustakaan Pasca Sarjana IAIN Tulungagung

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan atau referensi karya tulis mahasiswa dalam rangka memperluas pengetahuan tentang Pembiasaan Perilaku Islami di Sekolah.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari persepsi yang salah dalam memahami judul Tesis

“Pembiasaan Perilaku Islami di Sekolah” yang berimplikasi pada

pemahaman isi Tesis, perlu kiranya peneliti memberikan penegasan sebagai berikut:

1. Secara Konseptual

a. Kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” yang mendapat konfiks pe-an yang menunjukkan arti proses.10 Pembiasaan juga diartikan melakukan suatu perbuatan atau ketrampilan tertentu secara terus-menerus dan konsisten untuk waktu yang cukup lama, sehingga perbuatan atau ketrampilan itu benar-benar dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dalam psikologi, proses pembiasaan disebut “conditioning”. Proses ini akan menjelmakan kebiasaan (habit) dan kemampuan (ability), yang

(35)

akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi (personal habits) yang terperangai dalam perilaku sehari-hari.11

b. Perilaku Islami ialah perilaku yang mendatangkan kemaslahatan kebaikan, ketentraman bagi lingkungan.12 Diantaranya taat beragama dan berakhlak mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin ibadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, disiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

2. Secara Operasional

Penegasan secara operasional dari judul “Pembiasaan Perilaku

Islami di SMAN 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek”

merupakan suatu penelitian guna mengetahui usaha yang dilakukan dalam pembiasaan perilaku islami, sebagai suatu proses pembiasaan yang meliputi Strategi, Implementasi, dan Implikasi pembiasaan di sekolah menengah atas untuk pencapaian sikap, potensi diri, memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan bangsa.

11 Hanna Djumhana, Integrasi P sikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami, (yogyakarta: Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar, 2001), 6.

(36)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembiasaan Perilaku Islami

1. Pembiasaan

Kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” yang mendapat

konfiks pe-an yang menunjukkan arti proses.13 Pembiasaan juga diartikan melakukan suatu perbuatan atau ketrampilan tertentu secara terus-menerus dan konsisten untuk waktu yang cukup lama, sehingga perbuatan atau ketrampilan itu benar-benar dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Oleh karena itu, sebagai awal dalam

(37)

proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak yang kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupan sampai dewasa.14

Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam.15

Dalam psikologi, proses pembiasaan disebut “conditioning”. Dalam teori Conditioning (Ivan Pavlov dan Watson), belajar adalah formasi kebiasaan yang diakibatkan oleh persyaratan (conditioning) atau menghubungkan stimulus yang lebih kuat dengan stimulus yang lebih lemah hingga akhirnya organisme itu dimungkinkan, sebagai hasil dari pada belajar asosiatif, hal ini untuk mentransfer respon yang biasanya dihubungkan dengan stimulus yang lebih kuat dihentikan.16

Menurut teori Conditioning ini belajar juga diartikan dengan suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (respon). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu, yang terpenting menurut teori ini ialah latihan-latihan secara terus menerus, dalam teori ini yang diutamakan ialah belajar yang terjadi secara otomatis.17 Proses ini akan menjelmakan kebiasaan (habit) dan

14Ibid, 109.

15Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama Islam,(Yogyakarta: Teras, 2009), 93. 16A. Crow & L Crow, Psikologi Pendidikan, (Nur Cahaya, 1989), 280.

(38)

kemampuan (ability), yang akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi (personal habits) yang terperangai dalam perilaku sehari-hari.18

Kegiatan pembiasaan merupakan bagian dari proses dalam pembelajaran yang secara umum dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.19 Pembelajaran dalam pengertian yang digunakan di sini adalah sebuah proses atau aktivitas yang menunjukkan pada proses perubahan yang diinginkan di dalam tingkah laku manusia.

2. Perilaku Islami

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.20 Aktualisasi perilaku dalam kehidupan sekarang ini menjadi sangat penting, terutama dalam memberikan isi dan makna kepada nilai, moral dan norma masyarakat. Apalagi pada masyarakat Indonesia yang sedang dalam masa pancaroba ini. Aktualisasi nilai dilakukan dengan mengartikulasikan nilai-nilai ibadah yang bersifat ritual menjadi aktifitas dan perilaku moral masyarakat sebagai bentuk dari kesalehan sosial.

18 Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi … 6.

19 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), 41.

(39)

Perilaku dapat dibentuk dengan empat cara, yakni: penguatan positif, penguatan negatif, hukuman dan permusuhan.21 Memberikan respon yang menyenangkan setelah reaksi yang dilakukan oleh individu merupakan penguatan positif. Respon posistif ini dapat berupa pujian kepada orang lain yang telah menyelesaikan pekerjaannya, pemberian penghargaan dapat berupa apapun yang menyenangkan. Bila tanggapan disertai dengan penghentian atau penarikan kembali sesuatu yang tidak menyenangkan disebut dengan penguatan negatif. Penguatan baik positif maupun negatif memiliki kekuatan yang mengesankan sebagai alat pembentuk perilaku. Suatu kajian terhadap penelitian mengenai dampak penguatan pada perilaku menyimpulkan bahwa;22

a. Sejumlah tipe penguatan diperlukan untuk menghasilkan perubahan perilaku.

b. Sejumlah tipe hadiah akan lebih efektif digunakan dalam merubah perilaku dari pada cara lain.

c. Kecepatan berlangsungnya proses pembelajaran dan dampaknya yang permanen akan ditentukan oleh pengaturan waktu penguatan.

Sedangkan yang dimaksud perilaku Islami ialah perilaku yang mendatangkan kemashlahatan kebaikan, ketentraman bagi lingkungan.23 Diantaranya taat beragama dan berakhlak mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin ibadah, cerdas, produktif, jujur,

21 Aan & Cepi, Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 172. 22 Ibid, 173.

(40)

adil, etis, disiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan perilaku islami dalam komunitas sekolah.

Hal tersebut bisa terjadi ketika nilai yang dianut dirumuskan dan disepakati bersama untuk selanjutnya dibangun komitmen dan loyalitas di antara semua warga sekolah terhadap nilai-nilai yang telah disepakati tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya sosialisasi, perencanaan, aksi, dan evaluasi yang benar-benar matang. Untuk itu seluruh civitas akademika di sekolah harus mampu melakukan internalisasi nilai-nilai keislaman (Islamic Values) dalam segala aspek kehidupan, bukan sekedar ritus-ritus kering yang berkiblat ritualisme yang terikat makna-makna tersurat dari teks keagamaan, namun lupa dengan tujuan dan maksud dari ritual itu sendiri.

(41)

dan amal sholeh akan menghasilkan ketaqwaan. Ketaqwaan juga mestinya menjadi barometer keberhasilan bagi seluruh barometer output sekolah. Oleh karena itu, seluruh ide, aktivitas, dan wujud fisik di sekolah mesti berjiwakan keimanan, amal sholeh, dan akhlak.24

Perwujudan perilaku islami tidak lepas dari makna pendidikan Islam yakni kesadaran atas identitasnya sebagai seorang muslim dan mampu mewarnai diri dan di luar dirinya agar sejalan dengan Islam. Pesan Islam adalah akhlak. Dari akhlak inilah pondasi peradaban terbangun. John gardner, seorang cendekiawan Amerika yang pernah menjadi Menteri Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan (Health, Education and Welfare-HEW) dalam pemerintahan Presiden John F. Kennedy mengatakan, “no nation can achieve greatness unless it believes in something, and unless that something has moral

dimensions to sustain a great civilization” (tidak ada bangsa yang

mampu mencapai kebesaran kecuali jika bangsa ini percaya kepada sesuatu, dan kecuali jika sesuatu itu memiliki dimensi moral untuk menopang suatu peradaban yang besar).25

3. Membiasakan Nilai-Nilai Agama di Sekolah

Untuk membiasakan nilai-nilai agama di sekolah maka Guru memiliki tugas yang sangat penting. Sementara sekolah merupakan salah satu dari banyak pranata di masyarakat. Sekolah juga merupakan

24 Ibid, 65.

(42)

salah satu dari banyak mata rantai pendidikan. Tapi, jika dihitung dengan keterlibatan siswa yang menyedot porsi minimal seperempat hari di sekolah, keberadaannya penting dan berharap tetap jadi ikatan kuat dalam mata rantai pendidikan itu.

Sekolah diharapkan tetap jadi mata rantai pendidikan yang akan terjaga kelangsungannya dan handalnya keberlanjutan sebagai bekal setelah siswa selesai sekolah dan melanjutkan ke pranata pendidikan yang bisa diandalkan dan terhindar dari keterkoyakan. Pembiasaan perilaku Islami sendiri terdiri atas kegiatan analisis, menyusun desain, implementasi, evaluasi, dan umpan balik. Adanya ide yang islami sebagai visi yang mulia dalam sekolah haruslah berawal dari pandangan hidup yang benar, yaitu bahwa hidup untuk beribadah dengan tidak melakukan kedzaliman dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hidup yang benar tentunya memerlukan pemahaman tentang perilaku manusia. Demikian pula ketika berinteraksi dengan manusia lain, selayaknya mengenali dan menyusun persepsi yang benar tentang perilakunya.26

Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surat

Adz Dzariyaat ayat 56 berikut:















(43)

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Adz Dzariyaat: 56).27

Pandangan filosofis ini sudah seharusnya diejawantahkan pada visi, misi dan aksi pendidikan di sekolah bagi seluruh civitas akademikanya. Ketika visi, misi, dan aksi bersinergi secara maksimal maka akan berbuah prestasi sebagai produk sekolah. Sedangkan nilai-nilai agama di sekolah dapat diwujudkan dengan:

a. Merumuskan nilai-nilai agama

Nilai-nilai agama dirumuskan dan disepakati bersama untuk selanjutnya dibangun komitmen dan loyalitas diantara semua warga sekolah terhadap nilai-nilai yang telah disepakati tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya sosialisasi, perencanaan, aksi, dan evaluasi yang benar-benar matang. Untuk itu seluruh civitas akademika di sekolah harus mampu melakukan internalisasi nilai-nilai keislaman (Islamic Values) dalam segala aspek kehidupan, bukan sekedar ritual-ritual kering yang berkiblat ritualisme yang terikat makna-makna tersurat dari teks keagamaan, namun lupa dengan tujuan dan maksud dari ritual itu sendiri.

b. Strategi implementasi nilai-nilai agama

Pada langkah awal, secara demokratis kepala sekolah menunjuk koordinator pembiasaan perilaku islami di sekolah. Koordinator dalam hal ini diserahkan kepada Guru Agama, kemudian guru Pendidikan Agama Islam merekrut beberapa

(44)

anggota sebagai sebuah tim untuk segera melakukan analisis kebutuhan yang pada akhirnya menemukan permasalahan di lingkungan sekolah yang membutuhkan perbaikan. Selanjutnya tim melakukan kategorisasi dan skala prioritas yang akan didahulukan. Untuk selanjutnya, tim mendesain program guna merumuskan program dan target, merancang program, menentukan kriteria dan kualifikasi, menetapkan waktu dan komponen pendukung lainnya. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan cara metode observasi dan interview. Strategi yang dapat digunakan adalah:

1) Power Strategy yaitu strategi dengan penggunaan kekuasaan melalui pelaksanaan tata tertib.

2) Persuasive Strategy yaitu dilakukan melalui pembentukan opini dan pandangan masyarakat atau warga sekolah.

3) Normative Re-Educative yaitu dilakukan melalui memasyrakatkan norma dengan menanamkan pendidikan yang dapat mengganti norma atau paradigm berpikir masyarakat dengan yang baru.28

Pada strategi pertama tersebut dikembangkan melalui pendekatan perintah dan larangan atau reward dan punishment. Sedangkan strategi kedua dan ketiga tersebut dikembangkan melalui pembiasaan, keteladanan dan pendekatan persuasive atau mengajak kepada warganya dengan cara yang halus dengan memberikan alasan dan prospek baik yang bisa meyakinkan mereka. Sifat ketiganya bisa berupa aksi positif dan reaksi positif. Bisa pula berupa proaksi, yakni membuat aksi atas inisiatif sendiri,

(45)

jenis dan arah ditentukan sendiri, tetapi membaca munculnya aksi-aksi agar dapat ikut memberi warna dan arah perkembangan.29

Pengembangan pendekatan di sini juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Mendahulukan akhlak di atas yang lain,

2) Mencari persamaan antara budaya yang lama dengan budaya yang baru,

3) Harus memiliki dalil yang mendukung.

Namun dari strategi dan cara-cara tersebut, keberhasilannya tergantung kepada seluruh elemen yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pendidikan. Lingkungan sekolah yang sanggup menjadi atmosfer belajar dan penciptaan suasana yang baik akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proses pengembangan sikap keagamaan dan pembelajaran kepada para siswa. Kita semua merindukan munculnya banyak sekolah yang berlabel unggulan yang memiliki budaya beragama yang unggul. Derasnya luapan arus budaya global niscaya dapat dibendung dengan keseriusan seluruh warga sekolah dalam membudayakan perilaku islami.

c. Implementasi Nilai-Nilai Keagamaan

Implementasi merupakan suatu penerapan proses, ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis

(46)

sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan sikap. Implementasi pengembangan nilai keagamaan diharapkan mampu membentuk pribadi muslim pada anak didik sehingga tercipta suatu kebiasaan berperilaku keagamaan. Pendidikan selain mencakup proses transfer dan transmisi ilmu pengetahuan juga merupakan proses yang sangat strategis dalam menanamkan nilai dalam rangka membentuk pribadi muslim anak didik.

Untuk itu diperlukan pendekatan penanaman nilai keagamaan di sekolah yang efektif. Adapun penanaman tersebut dapat dilalui dengan enam pendekatan yang di antaranya:

1) Formal Struktural

Dalam pendekatan ini, penanaman dilakukan melalui kegiatan tatap muka formal. Kegiatan belajar mengajar resmi melalui pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun metode yang dapat digunakan dalam memberikan penanaman nilai keagamaan ada beberapa metode di antaranya, adalah:

a) Metode ceramah, yaitu sebuah bentuk interaksi edukatif melalui penerangan dan penuturaan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok siswa.30

b) Metode Tanya jawab, yaitu cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid memberikan jawaban, atau sebaliknya. Metode ini

(47)

dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan, dan merangsang minat dan perhatian murid.31

c) Metode diskusi, yaitu metode di dalam mempelajari atau menyampaikan bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya sehingga menimbulkan pengertian dan pemahaman. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berpikir dan mengemukakan pendapat serta ikut memberikan sumbangan pemikiran dalam satu masalah bersama.32

d) Metode latihan siap, yaitu metode interaksi edukatif yang dilaksanakan dengan jalan melatih murid terhadap bahan-bahan yang diberikan. Penggunaannya biasanya pada bahan-bahan pelajaran yang bersifat motoris dan ketrampilan.33

e) Metode demontrasi dan eksperimen, yaitu metode mengajar dimana guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh murid tentang suatu proses atau kaifiyyah melakukan sesuatu.34

31Ibid, 125. 32Ibid, 133.

(48)

f) Metode pemberian tugas belajar, yaitu metode interaksi edukatif dimana murid diberi tugas khusus untuk dikerjakan di luar jam pelajarannya.35

g) Metode karyawisata, yaitu metode interaksi edukatif, murid di bawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan tujuan belajar.36

h) Metode kerja kelompok, yaitu kelompok kerja dari kumpulan beberapa individu yang bersifat pedagogis yang di alamnya terdapat adanya hubungan timbal balik (kerja sama) antara individu serta saling percaya.37

i) Metode sosio drama dan bermain peran, yaitu metode mengajar dengan mendemontrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peranan menekankan kenyataan dimana para murid diikutsertakan dalam memainkan peranan dalam mendemontrasikan masalah-masalah sosial.38

j) Metode system regu, yaitu metode mengajar dimana dua orang guru atau lebih bekerjasama mengajar sekelompok murid.

k) Metode pemecahan masalah (Problem Solving), yaitu metode menyampaikan bahan pelajaran dengan mengajak

35Ramayulis, Metodologi Pengajaran, ( Batu Sangkar: Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol, 1979), 82.

36Ibid, 53.

(49)

dan memotivasi murid untuk memecahkan masalah dalam kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar.39

l) Metode proyek/unit, yaitu metode mengajar dimana bahan pelajaran diorganisasikan sedemikian rupa sehingga merupakan suatu keseluruhan yang bermakna dan mengandung suatu pokok masalah.40

m) Metode mengingat, yaitu metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah dibaca dan dipelajari secara benar seperti apa adanya.41

n) Metode studi kasus, yaitu metode yang digunakan untuk mencari dan memecahkan masalah sehingga memberikan pengalaman dalam pengambilan keputusan dan merangsang konseptualisassi yang didasarkan pada kasus individu maupun kelompok.42

2) Formal non-struktural

Pendekatan ini dilakukan melalui proses penerapan nilai-nilai Islam dalam setiap mata pelajaran yang diberikan pada siswa, diantaranya melalui internalisasi nilai-nilai agama. 3) Keteladanan

39Ibid, 210.

40Ramayulis, Metodologi Pengajaran…,63.

41Binti Maunah, Metodologi Pengajaran Agama …199.

(50)

Penanaman ini diberikan dalam wujud nyata amaliyah harian (akhlak dan ibadah) di lingkungan sekolah. Perilaku Islami di sekolah dapat dimulai dengan adanya keteladanan yang dilakukan oleh para guru, antara lain:

a) Cara model pilihan pakaian setiap guru diharapkan memakai pakaian yang rapi mempertimbangkan aturan aurat terutama sekali saat mereka berada di lingkungan sekolah.

b) Tata cara pergaulan yang sopan mencerminkan sikap akhlakul karimah di kalangan guru atau antara guru dengan siswa.

c) Disiplin dengan waktu dan tata tertib yang ada, sehingga dapat menumbuhkan sikap hormat dari anak didik dan masyarakat.

d) Taat beribadah menjalankan syariat agama dan diharapkan terbiasa untuk memimpin upacara keagamaan bukan saja dilingkungan sekolah, tetapi juga diluar sekolah/masyarakat.

e) Memiliki wawasan yang luas, sehingga dalam menghadapi heterogenitas paham dan golongan agama tidak bersikap sempit dan fanatik.43

Dengan kata lain setiap guru hendaknya menjadi pribadi-pribadi muslim yang memiliki kedalaman wawasan, ilmu, dihiasi tingkah laku akhlakul karimah yang patut menjadi panutan bagi siswa dan siswi. Kriteria tersebut tampaknya sesuai bila sekolah ingin menerapkan perilaku islami di sekolah tersebut.

4) Penerapan pembiasaan di sekolah

Penanaman ini dilakukan dengan adanya upaya pengembangan dalam tiga tataran, yaitu:

a) Tataran nilai yang dianut, pola aturan ini perlu dirumuskan secara bersama nilai-nilai agama yang disepakati dan perlu

(51)

dikembangkan di sekolah. Selanjutnya dibangun komitmen dan loyalitas bersama diantara semua warga sekolah terhadap nilai-nilai yang disepakati.

b) Tataran praktik keseharian, pada tataran ini nilai-nilai keagamaan yang telah disepakati tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku keseharian oleh semua warga sekolah. Proses pengembangan tersebut dapat dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: Pertama, sosialisasi nilai-nilai agama yang disepakati sebagai sikap dan perilaku ideal, Kedua, penerapan action plan mingguan atau bulanan sebagai tahapan sistematis yang akan dilakukan oleh semua pihak sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai agama yang telah disepakati tersebut, Ketiga, pemberian penghargaan terhadap prestasi warga sekolah.

c) Dalam tataran symbol-simbol budaya, pengembangan yang perlu dilakukan adalah mengganti simbol-simbol budaya yang agamis.44

5) Pembianaan Pergaulan

Dalam pembinaan ini berkaitan dengan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia atau warga sekolah dengan sesamanya. Pembinaan pergaulan ini dapat dimanifestasikan dengan cara mendudukkan sekolah sebagai institusi social, yang jika dilihat dari struktur hubungan antar manusianya, dapat diklasifikasikan ke dalam tiga hubungan, yaitu:

a) Hubungan atasan bawahan menggaris bawahi perlunya kepatuhan dan loyalitas para guru dan tenaga kependidikan terhadap atasannya, misalnya terhadap pemimpin sekolah atau anak didik terhadap guru dan pemimpinnya, terutama terhadp kebijakan-kebijakan yang telah menjadi keputusan bersama atau sesuai aturan yang berlaku.

(52)

b) Hubungan professional, mengandaikan perlunya penciptaan hubungan rasional, kritis dan dinamis antar sesama guru atau antara guru dengan pemimpinnya, atau anak didik dengan guru dan pemimpinnya untuk saling berdiskusi, asah dan asuh, tukar menukar informasi, saling berkeinginan untuk maju, serta meningkatkan kualitas sekolah, profesionalitas guru, dan kualitas layanan terhadap anak didik.

c) Hubungan sederajat atau sukarela merupakan hubungan manusiawi antar teman sejawat untuk saling membantu, mendoakan, mengingatkan dan melengkapi satu dengan yang lain.

6) Amaliyah ubudiyah harian, atau yang lebih luas dilakukan dalam bentuk kegiatan OSIS, ekstrakurikuler keagamaan, atau remaja masjid, sebab semua kegiatan tersebut tidak hanya mencakup amaliyah ubudiyah saja, tapi juga kegiatan-kegiatan lain seperti social keagamaan. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya;45

a) Pelatihan ibadah perorangan dan jamaah ibadah yang dimaksud disini meliputi aktivitas-aktivitas yang mencakup dalam rukun Islam selain membaca dua kalimat syahadat, yaitu shalat, zakat, puasa, haji, ditambah bentuk-bentuk ibadah lainnya yang bersifat sunnah. Dalam kegiatan ini anak didik dirangsang untuk dapat memahami kegiatan-kegiatan keagamaannya secara mendalam dan mampu menerjemahkannya dalam kehidupan sehari-hari.

b) Tilawah dan Tahsin Al Qur’an, kegiatan ini berupa

program pelatihan baca al qur’an dengan menekankan pada

(53)

metode baca yang benar, kefasihan bacaan dan keindahan bacaan.

c) Apresiasi Seni dan Kebudayaan Islam, maksud dari apresiasi seni dan kebudayaan Islam adalah kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka melestarikan, memperkenalkan, dan menghayati tradisi, budaya, dan kesenian keagamaan yang ada dalam masyarakat Islam. Kegiatan ini sangat penting karena seni, tradisi dan budaya Islam mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam pembentukan watak dan mentalitas umat serta pembangunan masyarakat Islam secara umum.

d) Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk memperingati dan merayakan hari-hari besar Islam sebagaimana biasanya diselenggarakan oleh masyarakat Islam seluruh dunia dengan peristiwa-peristiwa besar bersejarah. Menyambut puncak acara hari besar Islam yang dimaksud adalah para siswa melakukan serangkaian kegiatan positif yang berkaitan dengan implementasi atau potensi yang bersifat akademik, wawasan, maupun ketrampilan atau keahlian khusus dibidang seni atau kebudayaan islam.

e) Tadabbur dan Tafakkur Alam, yang dimaksud disini adalah kegiatan karya wisata ke suatu lokasi tertentu untuk melakukan pengamatan, penghayatan, dan perenungan mendalam terhadap alam ciptaan Allah yang demikian besar dan menakjubkan. Sasaran kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran pada diri anak didik akan nilai-nilai uluhiyah yang ada dibalik realitas keindahan alam semesta ini.

f) Pesantren kilat (sanlat), pesantren kilat yang dimaksud di sini adalah kegiatan yang diselenggarakan pada waktu bulan puasa yang berisi berbagai bentuk kegiatan keagamaan seperti buka bersama, pengkajian atau diskusi agama, shalat tarawih berjamaah, tadarus al qur’an dan pendalamannya. Kegiatan ini merupakan bentuk kegiatan intensif yang diikuti oleh peserta didik selama dua puluh empat jam atau kurang dengan maksud melatih mereka untuk menghidupkan hari-hari dan malam-malam bulan ramadhan dengan kegiatan-kegiatan ibadah.

(54)

h) Kegiatan olah raga, kegiatan ini meliputi semua bentuk kegiatan olahraga yang mengarah pada kegiatan olah fisik (jasmani), olah piker, olah ketangkasan, olah mental spiritual melalui meditasi. Kegiatan olah raga ini juga merupakan sarana bagi anak didik untuk mengembangkan potensi, bakat dan minat yang dimilikinya sehingga menjadi manusia yang sehat dan berprestasi baik secara individual maupun kolektif. Hal ini sesuai dengan ajaran agama, bahkan ada kata-kata “akal yang sehat terdapat pada jiwa yang sehat”.46

Proses internalisasi nilai tersebut bermula dari moral knowing (mengetahui secara teoritik tentang moral), dilanjutkan dengan moral feeling (kesadaran penuh untuk berperilaku yang bermoral) dan diakhiri dengan moral action (melakukan segala tindakan yang mencerminkan perilaku moral yang baik).47 Proses tersebut dilakukan dengan metode internalisasi dengan teknik pembiasaan dan keteladanan.

Dalam pengembangan lingkungan sekolah yang berbasis agama dibutuhkan causes (sebab-sebab perlunya pengembangan), agency (para pelaku pengembang yang terdiri atas penggerak, pendukung, penyedia dana administrator, konsultan, pelaksana, dan simpatisan), target (sasaran), chanel (saluran), dan strategy (teknik).48

Pengembangan perilaku di sekolah ini diarahkan pada terwujudnya manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin ibadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, disiplin, bertoleransi, menjaga

46Ibid, 14-15.

(55)

keharmonisan secara personal dan social serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

Program pengembangan tersebut bukan hanya tugas guru agama atau yang sejenisnya, tetapi tugas bersama seluruh masyarakat sekolah yang sasaran utamanya diarahkan pada keberagaman, bukan saja pada pemahaman tentang agama dan aktivitas peribadatannya, terutama kepada para siswa sebagai peserta didik.

Di Indonesia yang tujuan pendidikan nasionalnya mengacu pada berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, maka setiap pelajaran apapun yang diberikan kepada anak didik diharapkan mampu mengacu kepada tujuan tersebut dengan masing-masing titik fokus yang berlainan.

Kita tidak menginginkan bahwa suatu pelajaran memiliki fungsi/tujuan primer dari aspek yang berlainan melainkan semua mata pelajaran memiliki tujuan kurikuler yang utuh yang mengacu pada terbentuknya kualitas manusia ideal seperti dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.49

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka perguruan Islam khususnya sekolah yang juga memiliki tujuan menghasilkan

(56)

manusia muslim yang menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya, dapat menjadikan semua mata pelajaran sebagai wahana untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan agama, artinya dengan melalui mata pelajaran sains, ilmu-ilmu sosial, matematika, dan sebagainya kita laksanakan berbarengan yang dijiwai pendidikan agama. Dengan kata lain semua mata pelajaran umum harus diberikan nuansa ke-Islaman yang relevan.

Dalam hal ini dituntut kepada semua guru yang mengajar agar dapat memanfaatkan setiap mata pelajaran yang diberikan kepada siswa mengarah kepada penekanan keyakinan dan kebenaran ajaran agama, dan perlunya manusia mengamalkan ajaran agama secara ikhlas sebagai pemenuhan terhadap kebutuhan manusia.

(57)

maupun konseptual.50 Dari uraian tentang pengembangan keagamaan, maka dapat diketahui bahwa ciri khas agama Islam di sekolah ditandai dengan adanya kegiatan;

a. Semakin meningkatnya program-program pendidikan agama secara optimal, antara lain melalui penambahan jam pelajaran agama.

b. Semakin terhindarnya kegiatan pendidikan yang dikotomis antara pendidikan agama dan pendidikan umum, sehingga memungkinkan terjadinya integrasi pendidikan melalui program keterpaduan serta keterkaitan antara konsep (teori) ilmu pengetahuan (sains) dengan ajaran agama.

c. Semakin terwujudnya suasana keagamaan yang kondusif yang dicerminkan dalam kehidupan yang serba ibadah dalam amalan dan perilaku sehari-hari.

d. Semakin terwujudnya rasa untuk mengagungkan Allah, melaksanakan syiar dan ajaran agamanya serta menjalankan shalat jamaah di sekolah.

e. Semakin meningkatnya kesadaran memuliakan agama Allah, mencintai orang tua dan menghormati gurunya serta mengamalkan amal shaleh dalam arti yang seluas-luasnya. f. Semakin meluasnya kegiatan ekstra kurikuler yang

menitikberatkan pada kegiatan keagamaan sehingga mampu mengembangkan kepribadian siswa secara utuh, baik pengembangan sikap, perilaku dan pola piker, maupun dalam rangka memantapkan pelaksanaan dan pengalaman ajaran agama Islam guna memperoleh keridhaan Allah SWT.

g. Semakin terpeliharanya dalam pelaksanaan ajaran Islam di sekolah, baik tentang kebersihan, ketertiban, keindahan, keimanan maupun sikap kekeluargaan, harga diri dan semangat kekeluargaan.51

Sebagai upaya untuk mewujudkan ciri khas sebagaimana dimaksud perlu penerapan perilaku Islami di sekolah, suasana kehidupan keagamaan di sekolah sebagai lingkungan yang kondusif dalam proses pendidikan yang dijalankan. Sikap perilaku islami dapat dimulai dari kepala sekolah, para pendidik/guru dan

50Ibid., 265. 51

(58)

semua tata usaha dan anggota masyarakat yang ada di sekitar sekolah.

Setelah itu peserta didik harus mengikuti dan membiasakan diri dengan perilaku yang islami. Pola hubungan dan pergaulan sehari-hari antara guru dengan guru, antara siswa dengan guru dan seterusnya, juga harus mencerminkan kaidah-kaidah perilaku islami.

Adapun dalam usaha penanaman perilaku Islami di sekolah dapat dibagi ke dalam empat bagian, yaitu kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan.

1) Kegiatan harian

a. Membiasakan mengucapkan salam sambil cium tangan kepada Kepala Sekolah dan para guru saat memasuki pintu gerbang di pagi hari, memperdengarkan lantunan ayat-ayat al qur’an melalui radio kaset pada waktu pagi hari dan lantunan lagu-lagu yang islami pada waktu istirahat.

b. Berdo’a di awal dan di akhir pelajaran, tujuannya adalah agar guru, siswa dan siswi memperoleh ketenangan dan dibukakan oleh Allah SWT, mata hatinya dan dilapangkan dadanya dalam memberi dan menerima ilmu pengetahuan. c. Membaca surat atau beberapa ayat dari al qur’an, tujuannya

adalah tercipta suasana yang agamis serta menambah kelancaran dalam membaca ayat al qur’an juga menimba pahala yang dijanjikan Allah SWT serta mempertebal keimanan.52

d. Membaca asmaul husna, tujuannya adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

e. Pengajian (kultum), tujuannya adalah untuk mengkaji, memotivasi serta mencari jati diri siswa serta meningkatkan kemampuan untuk berdakwah, sebagai bekal untuk menjadi tutor sebaya di sekolah.

f. Sholat dhuha pada waktu istirahat, tujuannya untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat, terutama materi Pendidikan Agama Islam.

(59)

g. Mengisi kotak amal, tujuannya adalah membiasakan siswa untuk berinfaq dan bersikap ikhlas dalam beramal sesuai dengan batas kemampuan dan keikhlasan masing-masing. h. Sholat dhuhur berjamaah, tujuannya adalah untuk

membiasakan siswa-siswi melaksanakan sholat secara berjamaah, sehingga terwujud suasana kebersamaan dan kedisiplinan dalam beribadah.53

2) Kegiatan Mingguan

a. Sholat jum’at di Masjid, tujuannya untuk sarana dakwah dan melatih para siswa untuk senantiasa mengingat Allah, serta melatih untuk berinteraksi social.

b. Belajar baca Al Qur’an setelah jama pelajaran, tujuannya untuk meningkatkan ketaqwaan serta menghayati makna Al Qur’an di setiap waktu.

c. Pengajian khusus keputrian, tujuannya untuk menambah wawasan pengetahuan bagi siswi serta menyiapkan kader-kader putri yang siap menghadapi perkembangan zaman. d. Pembinaan Agama Islam, tujuannya adalah agar siswa dan

siswi secara kaffah baik akidahnya, amal ibadah maupun muamalah.

3) Kegiatan Bulanan

a. Diskusi keagamaan rutin putra dan putri, tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan dan menarik minat serta selera para siswa terkait dengan agama.

(60)

b. Ceramah bulanan di sekolah, tujuannya lebih meningkatkan keingintahuan siswa tentang agama, pada akhirnya siswa termotivasi untuk mendalami ilmu agama.

c. MTQ, tujuannya untuk menindaklanjuti kegiatan baca Al Qur’an yang telah dilaksanakan setiap pagi dan pada jam

terakhir sekolah, agar siswa mempunyai ketrampilan dan kemampuan dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan

benar serta agar mereka dapat membaca Al Quran dengan baik dengan lantunan dan lagu yang baik pula.

d. Tadarus menjelang buka puasa, tujuannya untuk meningkatkan keimanan dan melatih kesabaran.

e. Pengajian umum, tujuannya menindaklanjuti kegiatan pembinaan agama yang telah dilaksanakan.

f. Kegiatan remaja, tujuannya menambah wawasan bagi siswa agar dapat menjalani hidup dengan perilaku yang positif serta tida

Gambar

Tabel 1 Penelitian Terdahulu
Gambar 1  Siswa membiasakan berpakaian panjang
Gambar   Rapat merencanakan Program kegiatan
Gambar 3  Membiasakan perilaku santun dengan guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyimpulkan supervisi klinik yang dilaksanakan secara tepat telah berdampak pada kepuasan kerja dan kinerja perawat pelaksana secara signifikan

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan APBD Pada Bagian Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Musi Banyuasin TA.2A13 yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Pengguna Anggaran

Jurnal yang memenuhi kriteria jurnal internasional pada butir 8 dan terindeks oleh database internasional (Web of Science, Scopus, atau Microsoft Academic Search) namun belum

Aula Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Gorontalo Jl.. 1, Desa Toto

Sesuai ketentuan Peraturan Presiden Nomor : 54 tahun 2010 beserta perubahan-perubahannya dan petunjuk teknisnya, serta ketentuan teknis operasional pengadaan barang/jasa

Pengalaman Pekerjaan pada lokasi yang sama pada Kabupaten Belitung Timur dengan bobot 15%;. Domisili Perusahaan Induk

Detik.com maupun Kompas.com tidak terlibat dalam kasus yang menimpa Ratu.

Sehubungan dengan Paket Pekerjaan PENYUSUNAN DOKUMEN SID PENGERUKAN ALUR SUNGAI MANGGAR dan sesuai dengan hasil evaluasi Kelompok Kerja IV Unit Layanan Pengadaan Kabupaten