• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAMPINGAN KOMUNITAS PETANI DUSUN NUNUK DALAM MENGATASI PROBLEM PEMENUHAN KEBUTUHAN SAYUR DI DESA POMAHAN KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAMPINGAN KOMUNITAS PETANI DUSUN NUNUK DALAM MENGATASI PROBLEM PEMENUHAN KEBUTUHAN SAYUR DI DESA POMAHAN KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAMPINGAN KOMUNITAS PETANI DUSUN NUNUK DALAM MENGATASI PROBLEM PEMENUHAN KEBUTUHAN SAYUR

Di Desa Pomahan Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh : Mochamad Fatoni

NIM.B52212031

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Mochamad Fatoni (2017): Pendampingan Komunitas Petani Dusun Nunuk dalam Mengatasi Problem Pemenuhan Kebutuhan Sayur di Desa Pomahan Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Penelitian pendampingan ini menggambarkan tentang keadaan yang terjadi di Dusun Nunuk yaitu masalah ketidaksadaran masyarakat masyarakat Dusun Nunuk akan ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan sayur dari luar setiap harinya. Padahal seharusnya potensi alam yang mereka miliki yaitu lahan pekarangan yang belum dimanfaatkan secara maksimal yang cukup luas mampu membuat mereka swasembada sayur tanpa harus bergantung pemenuhan kebutuhan sayur dari luar, baik itu dari pasar ataupun dari tukang sayur keliling. Sehingga lahan pekarangan yang mereka miliki tidak terbengkalai dan menjadi tempat pembuangan sampah yang berpotensi menjadi sarang penyakit yang bisa berdampak pada kelangsungan hidup mereka sehari-hari.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian Participatory Action Risearch (PAR). Dengan langkah-langkah proses pemecahan masalah antara lain : Riset pendahuluan, inkulturasi, merumuskan masalah, merancang strategi, pengorganisasian masyarakat, melakukan aksi, evaluasi dan refleksi. Penelitian bertujuan untuk mengatasi masalah yang terjadi di Dusun Nunuk yaitu ketergantungan pemenuhan kebutuhan sayur dari luar, baik itu dari pasar ataupun dari tukang sayur keliling.

Upaya yang dilakukan peneliti dalam melakukan kegiatan ini tentu butuh partisapasi bersama seperti diskusi, merencanakan program, memanfaatkan media internet sebagai alat untuk melakukan perubahan, dan juga aksi pemanfaatan lahan pekarangan dengan ditanami sayur. Sehingga nantinya diharapkan lahan pekarangan yang mereka miliki dapat dimanfaatkan dan mampu secara perlahan mengatasi masalah pemenuhan ketergantungan kebutuhan sayur dari pasar atau pedagang sayur keliling.

Adapun hasil capaian dari pendampingan ini adalah lahan pekarangan yang mampu dimanfaatkan dengan baik yaitu dengan ditanami sayur, sehingga secara perlahan masyarakat Dusun Nunuk sudah tidak lagi bergantung secara penuh dalam pemenuhan kebutuhan sayurnya dari pasar atau pedagang sayur keliling setiap hari. Walaupun dalam aksi perubahan ini, belum semua masyarakat Dusun Nunuk turut-serta melakukan pemanfaatan lahan pekarangannya untuk bertanam sayur.

(7)

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...i

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI...ii

PERNYATAAN KEASLIAN...iii

MOTTO ...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR BAGAN...xi

KATA PENGANTAR...xii

ABSTRAK...xiv

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ………..1

B. Rumusan Masalah ……….8

C. Tujuan Penelitian ………..8

D. Strategi Mencapai Tujuan ……….9

E. Sistematika Pembahasan ……….15

BAB II Kajian Teori A. Kemandirian Pangan dan Ironi Negara Agraris ………..20

B. Pemberdayaan Masyarakat Tani ……….23

BAB III Metode Penelitian A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan ………..26

B. Prosedur Penelitian untuk Pendampingan ………...28

(8)

D. Teknik Pengumpulan Data ………..34

E. Teknik Validasi Data ………...37

F. Teknik Analisis Data ………...38

BAB IV Gambaran Umum Desa Pomahan A. Kondisi Geografis Desa Pomahan ………..40

B. Kondisi Demografis Desa Pomahan ………...42

C. Sejarah Desa Pomahan ………45

D. Kondisi Pendidikan Masyarakat Dusun Nunuk ………..50

E. Kondisi Ekonomi Masyarakat Dusun Nunuk ……….53

F. Kondisi Kebudayaan dan Keagamaan Masyarakat Dusun Nunuk ………..58

BAB V Uraian Masalah Di Dusun Nunuk A. Ketergantungan Pemenuhan Kebutuhan Sayur dari Pasar …..69

B. Lahan Pekarangan yang Kurang Dimanfaatkan ………..75

BAB VI Membangun Kesadaran Menanam Sayur A. Mengubah Mindset Masyarakat untuk Menanam Sayur di Pekarangan ………..79

B. Membangun Komunitas Petani Sayur...83

C. Memanfaatkan Media Internet untuk Menanam Sayur di Pekarangan ………..86

BAB VII Perubahan Pola Pertanian Masyarakat Dusun Nunuk...91

(9)

BAB IX Penutup

A. Kesimpulan ………...102

B. Saran ………..104

Daftra Pustaka...106

(10)

DAFTAR TABEL BAB I Pendahuluan

1.1.Luas Lahan Pekarangan Masyarakat Dusun Nunuk...4

BAB IV Gambaran Umum 4.1. Hasil Transect Kondisi Alam Dusun Nunuk...41

4.2. Rincian Jumlah Penduduk Masyarakat Desa Pomahan...43

4.3. Tingkat Pendidikan Anak Dusun Nunuk Tahun 2016...53

4.4. Profesi Kepala Keluarga Masyarakat Dusun Nunuk...54

4.5. Kalender Musim Pertanian Desa Pomahan...54

4.6. Usaha-usaha yang dimiliki Masyarakat Dusun Nunuk...57

4.7. Rerata Usia Masyarakat Dusun Nunuk...58

(11)

DAFTAR GAMBAR BAB I Pendahuluan

1.1.Peta Luas Lahan Pekarangan Masyarakat Dusun Nunuk...3

BAB IV Gambaran Umum Desa Pomahan 4.1. Peta Dasar Dusun Nunuk...44

4.2. Kalender Harian Aktivitas Masyarakat Dusun Nunuk...56

4.3. Proses Kegiatan Berjanji di Dusun Nunuk...62

4.4. Makanan Wajib Tradisi Tingkepan...65

4.5. Proses Kegiatan Pakpuser Di Dusun Nunuk...67

BAB V Uraian Masalah 5.1. Aktifitas Jual-beli Masyarakat Dusun Nunuk Dengan Pedagang Sayur Keliling ………...74

5.2. Lahan Pekarangan yang Terbengkalai ………...76

5.3. Lahan Pekarangan yang Dijadikan Tempat Pembuangan Sampah ………...….77

BAB VI Membangun Kesadaran Menanam Sayur 6.1. Diskusi Bersama Ketua RT Satu ………...81

6.2. Focus Group Discussion bersama Masyarakat Dusun Nunuk...83

6.3. Proses Pembentukan Kelompok Petani...84

6.4. Struktur Kepengurusan Kelompok Tani Mandiri Sayur...85

(12)

BAB VII Perubahan Pola Pertanian Masyarakat Dusun Nunuk

7.1. Proses Awal Pemanfaatan Lahan Pekarangan...92

7.2. Contoh Proses Penaburan Bibit Sayuran...93

7.3 Bertanam Cabai dan beberapa Jenis Sayur di Lahan

Pekarangan...94

7.4. Bertanam Terong di Lahan Pekarangan...95

(13)

DAFTAR BAGAN BAB I Pendahuluan

1.1.Pohon Masalah Masyarakat Dusun Nunuk ………10

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara terluas di dunia dengan total luas

negara 5.193.250 km2 dengan luas daratan 1.919.440 km2 dan luas lautan sekitar

3.273.810 km2.1 Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang mayoritas

bermata pencaharian dibidang pertanian atau bercocok tanam sehingga membuat

Indonesia tergolong sebagai negara agraris. Namun ironisnya negara yang

harusnya swasembada karena keagrarisannya ini masih banyak menggantungkan

kebutuhannya diberbagai sektor. Seperti di sektor pangan yang mana seharusnya

masyarakat Indonesia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, masih

menggantungkan kebutuhannya dengan impor dari berbagai negara.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), selain mengimpor pangan negara

Indonesia juga mengimpor buah dan sayur yang mana dari data sementara yang

diterima secara total di Kuartal I 2016, impor sayur-sayuran negara Indonesia

tercatat US$ 133,61 juta dengan berat 164,69 juta kilogram (kg) atau naik dari

realisasi impor periode yang sama tahun lalu senilai US$ 120,42 juta dengan

berat 166,61 kg. Sementara untuk impor buah-buahan negara Indonesia pada

Kuartal I tahun 2016 mencapai angka US$ 184,63 juta atau meningkat dari

realisasi periode yang sama pada tahun lalu dengan nilai US$133,08 juta.

Adapun negara-negara penguasa impor sayur ke negara Indonesai adalah China,

1

(15)

Selandia Baru, Jerman, Ethiopia, dan Australia. Sementara negara pengimpor

buah nya adalah Australia, AS, Thailand, Pakistan, dan Peru.2

Ketergantungan kebutuhan pangan, buah, dan sayur yang dialami

masyarakat Indonesia terhadap negara lain merupakan masalah yang dari tahun

ke tahun belum juga terselesaikan, padahal Indonesia dikenal dengan negara

agraris yang hanya memiliki dua musim cuaca yang serta mayoritas pencaharian

masyarakatnya adalah sebagai petani. Begitu juga halnya dengan masyarakat

Dusun Nunuk, Desa Pomahan yang mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai

petani. Dusun Nunuk merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Pomahan

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro yang memiliki jumlah Kepala

Keluarga (KK) sebanyak 93 yang terbagi dalam tiga RT (Rukun Tetangga) dan

satu RW (Rukun Warga).3

Ketergantungan pemenuhan kebutuhan sayur masyarakat Dusun Nunuk

setiap harinya dari luar, baik itu dari pasar atau tukang sayur keliling tentu

memiliki sebab yang mengakibatkan terjadinya masalah tersebut. Padahal, lahan

kosong yang mereka miliki sangat luas yang mana seharusnya itu bisa

dimanfaatkan untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan sayur. Dalam

memenuhi kebutuhan mengkonsumsi sayurnya setiap hari, masyarakat Dusun

Nunuk menggantungkan pemenuhan kebutuhan sayurnya dari luar, baik itu

pasar ataupun tukang sayur keliling. Ada beberapa alasan mengapa masyarakat

Dusun Nunuk lebih memilih menggantungkan kebutuhan sayurnya dari luar

2

Fiki Ariyanti, Negara Ini Pemasok Terbesar Sayur dan Buah ke RI, dikutip dari

http://m.liputan6.com/bisnis/read/2486870/negara-ini-pemasok-terbesar-sayur-dan-buah-ke-ri pada 20 Oktober 2016

3

(16)

karena tidak ingin ribet dan susah-susah bertanam sehingga mereka memilih

cara mudah dalam pemenuhan kebutuhan sayurnya setiap hari dari luar. Selain

itu juga, ada sebagian masyarakat yang juga enggan memanfaatkan lahan

kosongnya untuk ditanami sayur-sayuran karena menurut mereka tanah kosong

yang mereka punya itu tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam.4

Padahal kalau masyarakat sadar, tidak dapat digunakannya tanah mereka

untuk bercocok tanam bukanlah tanpa sebab, karena tingkah laku manusia lah

yang membuat tanah tidak dapat dibuat untuk bercocok tanam sehingga tanah

memberikan balasannya kepada manusia dengan tidak bisanya dibuat bercocok

tanam.5 Hampir semua masyarakat Dusun Nunuk memiliki lahan kosong

disekitar rumah mereka dengan berbagai macam ukuran luasnya, sebagaimana

pada gambar berikut ini:

Gambar 1.1

Peta Luas Lahan Pekarangan Masyarakat Dusun Nunuk

Sumber: Hasil dokumentasi peneliti saat melakukan pendampingan

4

Hasil wawancara dengan Sutopo (55) pada 25 maret 2016 5

(17)

Pada gambar peta di atas, dapat diperhatikan bahwa rumah dengan warna

kuning adalah rumah dengan luas lahan pekarangan di bawah 10 meter,

sementara untuk rumah yang berwarna merah adalah rumah dengan memiliki

luas lahan pekarangan antara 10 meter sampai dengan 20 meter, dan untuk

rumah yang berwarna biru adalah rumah dengan luas lahan pekarangan yang

dimiliki di atas 20 meter. Adapun untuk lebih jelasnya luas lahan yang dimiliki

dari setiap rumah, dapat dilihat pada tabel berikut ini;

Tabel 1.1

Luas Lahan Pekarang Masyarakat Dusun Nunuk

(18)
(19)

Sumber: Hasil Focus Group Discussion (FGD) bersama masyarakat Dusu Nunuk

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masih begitu luasnya lahan kosong

yang ada di Dusun Nunuk yang tidak sedikit dari mereka yang belum

memanfaatkannya secara maksimal. Mulai dari ukuran lahan kosong paling kecil

seluas 6 meter sampai dengan ukuran lahan kosong paling besar yaitu 96 meter.

Sehingga dengan jumlah lahan kosong yang dimiliki dari setiap rumah apabila

dijumlahkan tercatat bahwa di Dusun Nunuk terdapat lahan kosong seluas 2.700

meter.

Dari realita yang ada di lapangan, membuat peneliti berupaya untuk

melakukan pemberdayaan masyarakat Dusun Nunuk dengan memanfaatkan

(20)

bisa mengatasi masalah ketergantungan pemenuhan kebutuhan sayur dari pasar

yang dialami oleh masyarakat Dusun Nunuk. Pentingya mengkonsumsi sayur

bagi tubuh tentu tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi

juga dapat membantu manusia berpola hidup sehat karena dengan

mengkonsumsi sayuran secara rutin dapat membantu atau mengganti pemenuhan

suplemen-suplemen vitamin yang jarang dikonsumsi ehingga untuk tetap

menjaga kesehatan dan kualitas hidup nya sangat dianjurkan untuk

mengkonsumsi sayuran setiap hari.6

Upaya pendampingan masyarakat dalam mandiri sayur dengan

memanfaatan lahan kosong tentu dapat dilakukan dengan rencana dan

komunikasi yang baik dari semua pihak, karena partisipasi dari berbagai pihak

sangatlah penting dengan perannya masing-masing. Partisipasi tentu sangat

dibutuhkan untuk sebuah program seperti pemanfaatan lahan kosong karena

dengan adanya partisipasi tersebut masyarakat baik itu perangkat desa maupun

warganya bisa saling mengisi antara satu dengan yang lain, seperti pengetahuan

dan kemampuan karena pada dasarnya setiap individu maupun kelompok

memiliki daya yang antara satu dengan yang lain itu berbeda kadar daya yang

dimilikinya. Kondisi ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling

terkait diantaranya adalah pengetahuan, kemampuan, status, dan juga gender.7

Sehingga upaya pendampingan komunitas petani dalam pemenuhan kebutuhan

sayur dengan pemanfaatan lahan pekarangan yang ditanami sayur diharapakan

6

Cahyo Saparinto, Grow Your Own Vegetables (Panduan Praktis Menanam 14 Sayuran Konsumsi Populer Di Pekarangan), (Yogyakarta: LILY PUBLISHER, 2013), Hal.14

7

(21)

mampu menjadikan masyarakat Dusun Nunuk mampu mandiri dalam

pemenuhan kebutuhan sayur.

B. Rumusan Masalah

Melihat konteks atau latar belakang di atas, peneliti dapat menyimpulkan

rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagaimana berikut :

1. Bagaimana tingkat konsumsi sayur masyarakat dan pola pemenuhannya ?

2. Bagaimana pola pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan

kemandirian pemenuhan sayur ?

3. Bagaimana tingkat perubahan masyarakat setelah melalui pendampingan

untuk penanaman sayur di lahan kosong ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dan harapan dari penelitian ini adalah mengacu dari rumusan

masalah di atas yang antara lain sebegai berikut :

a. Tujuan

1. Untuk mengetahui tingkat konsumsi sayur masyarakat dan pola

pemenuhannya.

2. Untuk mengetahui bagaimana pola pemberdayaan masyarakat dalam

meningkatkan kemandirian pemenuhan sayur.

3. Untuk mengetahui tingkat perubahan masyarakat setelah mendapatkan

pendampingan untuk penanaman sayur di lahan kosong.

b. Harapan

1. Peneliti mampu membangun kesadaran kritis masyarakat yang menganggap

(22)

2. Mampu berkontribusi dalam melepaskan ketergantungan masyarakat

terhadap sayuran luar.

3. Mampu membuat masyarakat sadar akan pentingnya menjaga alam dan

lingkungannya.

4. Menjadikan masyarakat kreatif dengan memanfaatkan lahan pekarangan

yang mereka miliki sebagi pemenuhan kebutuhan pokoknya bahkan

pendapatan tambahan.

D.

Strategi Mencapai Tujuan

Dari masalah yang terjadi di Dusun Nunuk yaitu tentang ketergantungan

masyarakat Dusun Nunuk dalam pemenuhan kebutuhan sayur dari luar baik itu

dari pasar ataupun tukang sayur keliling yang disebabkan karena beberapa faktor

seperti:

1. Kurangnya Keterampilan Petani dalam Pengembangan Pertanian Sayur

Masyarakat Dusun Nunuk merupakan masyarakat dengan mayoritas profesi

sebagai petani. Namun, hampir seluruh dari profesi petani tersebut merupakan

petani yang berkonsentrasi di area persawahan. Sehingga untuk bertani yang

lainnya, masyarakat Dusun Nunuk masih belum memiliki keterampilan dalam

bertani di sektor selain area persawahan, khususnya bertani sayur.

2. Belum adanya Kebijakan Desa yang Mendorong Petani agar Menanam

Sayur

Selain kurangnya keterampilan dalam pengembangan bertani, belum adanya

(23)

kemandirian petani masyarakat Dusun Nunuk dalam pemenuhan kebutuhan

sayur.

3. Belum Adanya Kelompok Petani Sayur

Belum adanya komunitas petani juga menjadi faktor masih bergantungnya

masyarakat Dusun Nunuk dalam pemenuhan kebutuhan sayurnya dari luar setiap

hari.

Adapun untuk lebih jelasnya dalam melihat masalah yang terjadi di

(24)
(25)

Melihat konteks masalah yang terjadi, tujuan atau harapan dari pelaksanaan

proses pemberdayaan ini adalah sebagai berikut;

A. Adanya Komunitas Petani dalam Pemenuhan Kebutuhan Sayur

Dari data yang diperoleh peneliti, bahwa hampir semua pekerjaan

masyarakat Dusun Nunuk adalah seorang petani, namun mayoritas dari mereka

adalah petani sawah. Sehingga inilah yang diharapkan oleh peneliti dalam aksi

ini yaitu terbentuknya sebuah komunitas petani sayur di Dusun Nunuk sebagai

salah satu tahap untuk mencapai tujuan yaitu kemandirian pemenuhan kebutuhan

sayur masyarakat Dusun Nunuk. Selain itu juga dengan adanya komunitas petani

sayur, tentu akan lebih mempermudah dalam mengorganisir masyarakat Dusun

Nunuk.

B. Adanya Keterampilan Petani dalam Pengembangan Pertanian Sayur

Selain belum adanya pendidikan tentang pentingnya pemenuhan kebutan

sayur, petani masyarakat Dusun Nunuk juga belum memiliki keterampilan yang

banyak selain hanya memiliki keterampilan dalam mengerjakan sawah mereka,

karena masyarakat Dusun Nunuk adalah masyarakat petani sawah yang sering

menanam padi. Dengan adanya pendampingan ini diharapkan nantinya petani

mempunyai banyak keterampilan yang tidak hanya keterampilan dalam

mengelola sawah mereka tetapi juga lahan pekarangan mereka sehingga mampu

dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan sayur setiap harinya.

C. Adanya Kebijakan dari Desa untuk menanam sayur.

Adanya suatu kebijakan tentu sangat mempengaruhi pola berpikir

(26)

dipengaruhi oleh adanya sebuah kebijakan yang ada, sehingga diharapkan

dengan adanya sebuah kebijakan yang dibuat mampu lebih mendorong

masyarakat untuk lebih sadar akan problem yang dihadapi sehingga nantinya

bisa bersama-sama dalam mengatasinya.

Adapun untuk lebih jelasnya dalam melihat harapan atau tujuan dari aksi

(27)
(28)

Melihat bagan pohon harapan di atas, strategi yang dilakukan untuk

mencapai harapan tersebut adalah sebagaimana berikut:

1. Adanya Pelatihan dalam Pengembangan Pertanian Sayur

Straegi awal yang dilakukan adalah dengan adanya pelatihan keterampilan

dan pengembangan pertanian sayur kepada masyarakat Dusun Nunuk sehingga

masyarakat Dusun Nunuk mampu terampil dan memiliki pengetahuan dalam

bertani sayur.

2. Adanya Kebijakan Pemerintah Desa untuk Bertanam Sayur

Kebijakan memiliki peranan penting dalam proses perubahan, sehingga

dalam aksi perubahan ini kebijakan dari Pemerintah Desa untuk bertanam sayur

sangat diperlukan, baik kebijakan secara lisan maupun kebijakan secara tulisan.

3. Adanya Pihak yang Bertanggung Jawab

Selain adanya pelatihan keterampilan pengembangan pertanian sayur dan

juga kebijakan dari pemerintah desa untuk bertanam sayur. Tentu dibutuhkan

juga pihak yang bertanggung jawab dalam proses aksi perubahan yang dilakukan

ini.

E.

Sistematika Pembahasan

sistematika merupakan salah satu unsur penting dalam penulisan sebuah

penelitian, karena dengan adanya sistematika pembahasan penulisan penelitian

dapat terarah. Adapun sistematika penulisan dari penelitian skripsi ini adalah

(29)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab satu yang berisi tentang pendahuluan yang membahas atau di

dalam nya berisi tentang pertama Latar Belakang Masalah/Konteks Problem

yang menguraikan tentang masalah yang terjadi yang seharusnya itu tidak

seharusnya terjadi karena potensi yang dimiliki baik dari tingkat terbawah yaitu

Dusun sampai dengan tingkat teratas yaitu Negara. Kedua Rumusan Masalah,

yang mana rumusan masalah itu penulis simpulkan dari apa yang terjadi di

pokok pembahasan sebelumnya yaitu latar belakang masalah. Ketiga Tujuan dan

Harapan, dalam point ini penulis menguraikan tentang tujuan dan harapan yang

nantinya mampu terwujud. Keempat Strategi Mencapai Tujuan, adapun dalam

konteks ini penulis menguraikan beberapa cara yang dilakukan dalam penelitian

ini. Kelima Sistematika Pembahasan, point ini merupakan pembahasan terakhir

dari bab satu yang berisi kan tentang gambaran keseluruhan penulisan skripsi ini

dari bab satu yaitu pendahuluan sampai dengan bab terakhir yang berupa

penutup.

BAB II : Kajian Teori

Bab ini menguraikan tentang konteks problem yang berkaitan dengan

beberapa kajian pustaka yang dikutip dari buku, jurnal, ataupun media internet.

Adapun kajian teori yang disungguhkan peneliti dalam bab ini antara lain;

Kemandirian Pangan dan Ironi Negara Agraris, dan Pemberdayaan Masyarakat

(30)

BAB III : Metode Penelitian

Pada bab ini penulis kembali menyuguhkan beberapa point yang dirasa

perlu untuk dimasukkan dalam penulisan skripsi ini, yaitu; pertama Pendekatan

Penelitian untuk Pendampingan, kedua Prosedur Penelitian untuk

Pendampingan, ketiga Subjek Dampingan, keempat Teknik Pengumpulan Data,

kelima Teknik Validasi Data, dan yang keenam atau terakhir yaitu Teknik

Analisis Data.

BAB IV : Gambaran Umum Desa Pomahan

Sama seperti dengan bab-bab sebelumnya, dalam bab ini penulis juga

menguraikan beberapa point yang merupakan data dari berbagai sumber yang

penulis dapatkan saat melakukan pendampingan di Dusun Nunuk yang

merupakan salah satu Dusun yang ada di Desa Pomahan, antara lain; pertama

Kondisi Geografis Desa Pomahan, kedua Kondisi Demografis Desa Pomahan,

ketiga Sejarah Desa Pomahan, keempat Keadaan Ekonomi Masyarakat Desa

Pomahan, kelima Tingkat Pendidikan, keenam Kondisi Keagamaan dan Tradisi

Sosial Budaya.

BAB V : Uraian Masalah

Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang masalah-masalah yang terjadi

di Dusun Nunuk mulai dari ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan sayur

dari luar baik pasar maupun pedagang keliling, sampai dengan kurang

dimanfaatkannya lahan pekarangan yang dimiliki bahkan dijadikannya lahan

(31)

BAB VI : Membangun Kesadaran Petani dalam Menanam Sayur Bab ini menguraikan tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam proses

pemberdayaan pemenuhan kebutuhan sayur di Dusun Nunuk. Adapaun

langkah-langkahnya diantaranya adalah Mengubah Mindset Masyarakat untuk Menanam

Sayur di Pekarangan. Selain itu juga, pada bab ini berisi tentang pembahasan

pembentukan komunitas petani, mulai dari nama komunitas sampai dengan

struktur kepengurusannya. Sehingga nantinya harapan ke depan, petani sayur ini

dapat terorganisir dengan wadah sebuah komunitas ini.

BAB VII : Perubahan Pola Pertanian Masyarakat

Dalam bab ini, membahas tentang gerakan aksi yang dilakukan masyarakat

dari gagasan-gagasan ide yang telah dirumuskan di bab sebelumnya. Sehingga

pada bab ini yang membahas program aksi yang telah dilakukan sehingga

berkesinambungan antar bab pada penulisan skripsi ini, dari yang awalnya

penemuan masalah pada bab lima yang kemudian ditindak-lanjuti di bab enam

dengan perumusan-perumusan harapan atau ide untuk mengurangi/mengatasi

masalah yang terjadi.

BAB VIII : Refleksi Teoritis

Pada bab ini penulis menguraikan tentang pendapat, pandangan, serta

pengetahuan penulis dalam menanggapi fenomena yang tertulis dari bab satu

sampai bab enam, yang mungkin nantinya juga dapat dijadikan refrensi bagi

akademisi dalam melakukan penulisan penelitian atau pun yang lainnya yang

(32)

BAB IX : Penutup

Ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini yang mana

menguraikan tentang sedikit kesimpulan dari penulisan skripsi ini dan juga tidak

menutup kemungkinan untuk memberikan saran pada penulisan skripsi ini atau

(33)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemandirian Pangan dan Ironi Negara Agraris

Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh

pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama sebagaimana telah tertuang

dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan. Keberhasilan

pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas. Dalam sistem ketatanegaraan, upaya peningkatan SDM

diatur dalam UUD 1945 pasal 28H ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap

individu berhak hidup sejahtera, dan pelayanan kesehatan adalah salah satu hak

asasi manusia. Dengan demikian pemenuhan pangan untuk kesehatan warga

negara merupakan investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia.1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, mengartikan kemandirian

pangan adalah kemampuan produksi pangan dalam negeri yang didukung

kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan

pangan yang cukup ditingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu,

keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber

pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.2 Kemandirian Pangan

adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang

1

Merryana Adriani dan Bambang Wirjatmadi, Pengantar Gizi Masyarakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) Hal.265

2

(34)

beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan

pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan

potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara

bermartabat. Untuk memenuhi kebutuhan pangan saat ini, Indonesia dinilai

masih belum berorientasikan pada produksi untuk mendukung ketersedian

pangan, sehingga banyak komoditas pangan yang masih diimport untuk

mencukupi kebutuhannya.3 Bahkan bahan makanan pokok saja seperti beras,

Indonesia masih import. Banyak sekali bahkan hampir seluruh kebutuhan

pangan masyarakat Indonesia berasal dari import, sehingga inilah yang

membuktikan bahwa negara Indonesia belum menjadi negara yang mandari atas

kebutuhan pangannya sendiri.

Indonesia merupakan negara agraris dengan luas wilayah yang cukup luas

dan sumber daya alam yang begitu beragam. Dari luas daratan sekitar 1.919.440

km yang dimiliki, luas lahan pertanian di Indonesia memiliki banyak versi

diantaranya menurut Kadin yang mengatakan bahwa luas lahan pertanian

Indonesia hanya 7 Juta Ha, sementara menurut seorang pegawai BPS (Kadir

Ruslan) mengatakan bahwa luas lahan pertanian Indonesia seluas 25 Juta Ha,

berbeda lagi dengan perkataan Pusdatin Kementan (yang mengambil data dari

BPS) yang menyatakan dalam publikasi yang berjudul Statistik Lahan Pertanian

2008-2013 di halaman 3 (gambar 1) dan halaman 4 (tabel 1), bahwa luas lahan

pertanian Indonesia adalah 39,5 Juta Ha dengan pembagian Lahan Sawah 8,1

3

(35)

Juta Ha, Tegal/Kebun 11,9 Juta Ha, Ladang 5,25 Juta Ha, dan Lahan yang

sementara tidak diusahakan 14,25 Juta Ha.4

Adapun penyebab kenaikan impor pangan adalah meningkatnya konsumsi

pangan masyarakat karena semakin banyaknya penduduk Indonesia yang disatu

sisi pertumbuhan produktivitas pangan tidak seimbang dengan semakin

banyaknya tingkat konsumsi masyarakat yang dikarenakan semakin banyaknya

penduduk indonesia asli ataupun warga asing yang memutuskan menjadi warga

negara Indonesia.5 Undang-Undang yang secara eksplisit menyatakan kewajiban

mewujudkan ketahanan pangan adalah UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang

pangan yang merupakan pengganti UU Nomor 7 Tahun 1996. UU tersebut

menjelaskan konsep ketahanan pangan, komponen, serta para pihak yang harus

berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Secara umum UU tersebut

mengamanatkan bahwa pemerintah bersama masyarakat wajib mewujudkan

ketahanan pangan. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan

merupakan acuan dari berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pangan.6

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam yang begitu

melimpah, sehingga itulah yang menjadikan Negara Indonesia sebagai negara

agraris. Namun, untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya, masyarakat

4

Fikri Alyandra, Berapa Sebenarnya Luas Lahan Pertanian di Indonesia?, dikutip dari http://m.compasiana.com/fikri_alyandra/berapa-sebenarnya-luas-lahan-pertanian-di-indonesia_54f9548ba3331176178b4bbd pada 15 Oktober 2016

5

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi JABAR, Ironi Negara Agraris, dikutip dari http//bkpd.jabarprov.go.id/ironi-negara-agraris/. Diakses pada 22 September 2016 6

(36)

Indonesia masih memerlukan dari negara lain. Padahal kalau masyarakat

Indonesia sadar dengan potensi alam yang dimilikinya, negara ini tidak perlu

lagi melakukan impor-impor barang khususnya di komoditas pangan yang

menurut banyak ahli pangan yang menyatakan bahwa kualitas produk pribumi

jauh lebih baik dari pada kualitas produk impor di sektor pangan.

B. Pemberdayaan Masyarakat Petani

Negara Indonesia akan menghadapi suatu tugas berat untuk memajukan

kaum tani dalam hubungan sosial yang baru, yang dihadapi bukan saja

tantangan pemberantasan buta huruf tetapi juga pendidikan prasosial.7 Sehingga

pendidikan mempunyai pengaruh penting bagi petani dalam adopsi teknologi

dan keterampilan manajemen dalam mengelola usaha taninya.8

Sektor pertanian merupakan bagian penting negara Indonesia karena

merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia.

Disebut sektor andalan karena sektor pertanian menyediakan bahan pangan,

serat, obat-obatan, energi, dan sebagian dari bahan baku industri, selain itu

sektor pertanian juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dengan

berbagai tingkat kemahiran. Potensi pertanian yang besar tidak akan tergali

tanpa adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan pertanian

adalah salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia yang

berkualitas yang dapat mengembangkan sektor pertanian, sehingga jika sektor

7

Sayogyo, Pertanian dan Kemiskinan di Jawa, (Jakarta: PT Gramedia,1985), Hal.119 8

(37)

pertanian Indonesia ingin maju maka generasi muda harus memajukan pertanian

dan tentu memiliki bekal ilmu pertanian pula.9

Konsep pemberdayaan secara mendasar berarti menempatkan masyarakat

dan institusi-institusinya sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi,

politik, sosial, dan budaya menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi

masyarakat untuk dihimpun dan diperkuat sehingga dapat berperan sebagai

lokomotif bagi kemajuan ekonomi merupakan keharusan untuk dilakukan

ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergi dari berbagai pranata

sosial dan ekonomi yang ada di dalam masyarakat dikembangkan kearah

terbentuknya jaringan ekonomi rakyat. Permberdayaan petani menurut kepala

badan sumber daya manusia dan pemberdayaan (SDMP) dapat dilakukan

dengan lima cara, yakni; 1) kegiatan agrobisnis harus berorientasi pasar

(kualitas, kuantitas, dan kontinuitas); 2) usaha agrobisnis harus menguntungkan

dan comparable dengan usaha lainnya; 3) agrobisnis merupakan kepercayaan

jangka panjang; 4) kemandirian dan daya saing usaha; 5) komitmen terhadap

kontrak usaha.10

Menurut Sumodiningrat, pemberdayaan masyarakat merupakan upaya

memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka

miliki untuk menentukan pilihan kegiatan yang paling sesuai bagi kemajuan diri

mereka masing-masing. Sementara menurut Kartasasmita, pemberdayaan

adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang

9

Amalia Nur Milla, Mengenal Potensi Pertanian Indonesia, (Tanggerang: Citralab, 2010), Hal. 11 10

(38)

dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan

dan keterbelakangan atau dengan kata lain memperdayakan masyarakat adalah

memampukan dan memandirikan masyarakat.11

Pemberdayaan masyarakat petani tentu memiliki banyak manfaat, sehingga

petani Indonesia mampu memposisikan dirinya sesuai dengan kemajuan zaman

yang semakin canggih ini. Dalam kemajuan zaman juga tentu banyak perubahan

yang bisa ikut dilakukan seperti tentang bertanam sayur. Pada zaman sekarang

tidak sedikit dari masyarakt yang sudah memanfaatkan lahan pekarangannya

untuk bertanam sayur, sekalipun tidak memiliki lahan kosong masyarakt masih

bisa bertanam sayur dengan berbagai cara seperti bertanam sayur secara

hidroponik yaitu bertanam sayur di dalam pot, plastik polibag, dan lain

sebagainya.

11

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan

Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

(PAR) yang berarti memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigma baru

ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigma pengetahuan tradisional

atau kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut menggaris bawahi arti penting proses

social dan kolektif dalam mencapai kesimpulan-kesimpulan mengenai “apa

kasus yang sedang terjadi” dan “apa implikasi perubahannya” yang dipandang

berguna oleh orang-orang yang berada pada situasi problematis, dalam

mengantarkan untuk melakukan penelitan awal.1 Sehingga nantinya pada proses

penelitian untuk pendampingan ini dapat diketahui masalah yang dihadapi

masyarakat Dusun Nunuk.

Adapun dalam penggunaan metode ini, peneliti diharuskan untuk ikut

bergabung dan merasakan kehidupan sebagaimana masyarakat setempat hidup,

sehingga peneliti harus membaur bersama masyarakat baik anak-anak,

muda-mudi, atau juga orangtua untuk mengetahui kehidupan meraka. Pada dasarnya

PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak

yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung

dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik.2

Sehingga diharapkan nantinya dengan menggunakan metode pendekatan ini

1

Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Research (PAR) Untuk Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing), (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2015), Hal. 90 2

(40)

peneliti mampu mengenal lebih dalam lagi karakteristik baik dari segi ekonomi,

budaya, sosial, agama, bahkan sistem pemerintahan masyarakat Dusun Nunuk.

Menurut Hawort Hal, PAR merupakan pendekatan dalam penelitian yang

mendorong peneliti dan orang-orang yang mengambil manfaat dari penelitian

(misalnya, keluarga, professional, dan pemimpin politik) untuk bekerja

bersama-sama secara penuh dalam semua tahapan penelitian.3

Dalam berbagai litelatur, PAR bisa disebut dengan berbagai sebutan

sehingga tidak memiliki sebutan tunggal, diantaranya adalah: action research,

learning by doing, action learning, action science, action inquiry, collaborative

research, partisipatory action research, partisipatory research, policy-oriented

action research, emancipatory research, conscientizing research, collaborative

inquiry, partisipatory action learning, dan dialectical research.4

Paticipatory Action Research (PAR) memiliki tiga kata yang selalu

berhubungan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset, dan aksi. Dengan

menggunakan metode ini yang memiliki tiga kata yang saling berhubungan

sehingga mempermudah dalam melakukan pendampingan, karena dalam

pendampingan riset merupakan langkah penting untuk mengetahui seluk-beluk

Dusun Nunuk dari segala bidang. Partisipasi harus dilakukan dalam melakukan

pendampingan, masyarakat Desa dikenal dengan keramahannya sehingga

menjadi sebuah keharusan untuk membaur dengan mereka yang nantinya

membantu mempermudah peneliti dalam melakukan pendampingan. Setelah

dilakukan riset yang kemudian berpartisipasi dan membaur menjadi bagian dari

3

Ibid, Hal. 93 4

(41)

mereka sehingga mengetahui problem-problem kehidupan masyarakat Dusun

Nunuk yakni pemenuhan kebetuhan sayur, maka bersama masyarakat dengan

membentuk kelompok untuk bersama mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

B. Prosedur Penelitian untuk Pendampingan

Sehubungan dengan digunakannya metode Participatory Action Research

(PAR) dalam penelitian ini, maka prosedur yang digunakan dalam penelitian ini

pun mengacu pada prosedur PAR sebagaimana berikut ini:

1. Pemetaan Awal (Preleminary Mapping)

Pemetaan awal digunakan bertujuan untuk memahami komunitas, sehingga

peneliti akan mudah memahami realitas problem dan relasi sosial yang terjadi.

Sehingga memudahkan peneliti untuk masuk ke dalam komunitas baik melalui

key people (Kunci Masyarakat) maupun komunitas akar rumput yang sudah

terbangun, seperti kelompok keagamaan (yasinan, tahlilan, masjid, musholla,

dll), kelompok kebudayaan (kelompok seniman dan komunitas kebudayaan

local), serta kelompok ekonomi (kelompok pedagang, kelompok tani, maupun

kelompok pengraajin). Adapun langkah yang peneliti ambil dalam langkah ini

adalah dengan masuk melalui key people yang disini merupakan ketua Rukun

Tetangga (RT) yaitu Sutopo (55). Selain ketua RT beliau juga merupakan

orangtua dari teman peneliti sehingga dapat mempermudah peneliti dalam

melakukan inkulturasi dan mapping. Dengan masuk melalui key people tersebut,

peneliti dapat masuk di dua elemen masyarakat sekaligus yaitu remaja dan juga

orangtua.5

5

(42)

2. Membangun Hubungan Kemanusiaan

Adapun prosedur ke dua dalam penelitian ini adalah membangun hubungan

kemanusian. Sehingga tahap awal yaitu pemetaan awal sangatlah penting untuk

dapat membangun hubungan kemanusiaan. Dari tim lokal yang dimiliki peneliti,

proses hubungan kemanusiaan ini pun dengan mudah terjalin, disisi lain juga

karena karakteristik masyarakat desa yang begitu ramah sehingga juga

membantu dalam proses membanggun hubungan ini.6 Tujuan dari langkah ini

adalah menjalin keakraban antara peneliti dan masyarakat sehingga dapat

diketahui secara menyeluruh dan mendasar permasalahan-permasalahan yang

masyarakat alami dari keluhan-keluhan bahkan obrolan-obrolan biasa, yang

mana dalam kata lain adalah bertemunya pemikiran antara masyarakat dan

peneliti (meeting of mind). Ketika suatu proses pemberdayaan sudah dimulai dari

keinginan masyarakat sendiri maka proses pemberdayaan tersebut akan terus

berjalan secara berkesinambungan.

3. Penentuan Agenda Riset untuk Perubahan Sosial

Setelah inkulturasi dan terbangunnya hubungan dengan masyarakat Dusun

Nunuk, langkah selanjutnya yang diambil peneliti bersama masyarakat adalah

menentukan perubahan dengan membuat sebuah agenda riset untuk perubahan.

Adapun teknik yang digunakan peneliti untuk membuat agenda perubahan

adalah mengacu pada teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) yaitu

Mapping, Transect, Pemetaan Kampung dan Survei Belanja Rumah Tangga,

Timeline, Tren and Change, Kalender Musim, Kalender Harian, Diagram Ven,

6

(43)

Diagram Alur, Matrix Rangking, Wawancara Semi Terstruktur, serta Analisis

Pohon Masalah dan Harapan. Adapun untuk penjelasan dari masing-masing

teknik PRA tersebut dapat dilihat dalam pembahasan selanjutnya.7

4. Pemetaan Partisipatif

Dalam tahap ini adalah bertujuan untuk mengetahui gambaran umum Dusun

Nunuk, baik berupa wilayah maupun persoalan-persoalan yang ada. Adapun

dalam tahap ini peneliti mengajak remaja untuk melakukan mapping, antara lain

Sulistiono, Hidayat, Edi, Cak Man, Bahrowi, Imam, dll. Alasan peneliti

mengajak para remaja untuk mapping adalah sebagai upaya lebih mengakrabkan

peneliti dengan pemuda setempat dan juga karena pemuda lebih berpotensi

mengetahui gambaran umum secara detail dari pada orangtua karena pemuda

lebih aktif dan sering berkeliling di Dusun Nunuk ini dari pada para orangtua.8

5. Merumuskan Masalah Kemanusiaan

Setelah melakukan langkah-langkah di atas peneliti menyadari adanya

sebuah masalah yang belum banyak masyarakat Dusun Nunuk sadari yaitu

ketergantungan pemenuhan kebutuhan sayur. Dari sini peneliti dan masyarakat

Dusun Nunuk melakukan diskusi untuk merumuskan dan mencari penyebab akar

dari masalah yang belum banyak disadari masyarakat. Dengan adanya diskusi

tersebut memberikan edukasi serta pemikiran kritis terhadap masyarakat dengan

merumuskan masalah yang sedang mereka hadapi.9

7

Ibid, Hal. 106 8

Ibid, Hal 106 9

(44)

6. Merumuskan Strategi Gerakan

Dari langkah sebelumnya yaitu perumusan masalah, masyarakat Dusun

Nunuk bersama peneliti membuat dan mencari cara untuk mengatasi masalah

yang sedang mereka hadapi. Adapun masalah yang terjadi disini adalah

ketergantungan masyarakat Dusun Nunuk terhadap pasar dalam pemenuhan

kebutuhan pasar. Peneliti mencoba menggiring masyarakat untuk kembali

berpikir kritis dengan cara memancing pemikiran mereka bahwasannya mereka

memiliki lahan kosong yang belum dimanfaatkan secara maksimal yang berarti

itu merupakan potensi yang dimiliki untuk bisa mengatasi masalah yang sedang

mereka hadapi.

Setelah berhasil, masyarakat menyusun strategi gerakan perubahan untuk

mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi dengan cara memanfaatkan

lahan kosong mereka baik lahan pekarangan atau pun juga lahan sawah mereka

untuk bercocok tanam. Karena dengan begitu banyak nilai positif yang

didapatkan dari gerakan ini, mulai dari sudah tidak bergantung kepada pasar

dalam pemenuhan kebutuhan sayur, menambah pendapatan dari hasil penjualan

panennya baik dari lahan pekarangan maupun lahan sawah, dan tentunya

membantu negara dalam mengurangi impor pangan ataupun sayuran.10

7. Pengorganisasian Masyarakat

Setelah melakukan beberapa tahapan di atas, masyarakat dan peneliti

melakukan pengorganisasian masyarakat. Seiring dengan program yang

dilakukan yaitu pemanfaatan lahan kosong, maka disini masyarakat dan peneliti

10

(45)

membagi 3 komponen untuk mempermudah berjalannya program yang telah

disusun pada tahap sebelumnya. Kelompok pertama adalah kelompok

bapak-bapak, yang bertujuan untuk bagian pekerjaan berat seperti mempersiapkan

lahan untuk bercocok tanam baik itu lahan pekarangan maupun lahan sawah.

Kedua yaitu kelompok ibu-ibu yang bertugas pada bagian kerjaan ringan, seperti

merawat dan mengurus tanaman hasil bercocok tanam. Dan yang ketiga adalah

kelompok pemuda yang dengan kata lain adalah mereka yang orangtuanya mau

melakukan program pemanfaatan lahan kosong ini, adapun tugas dari kelompok

pemuda atau sang anak ini adalah memasarkan dan menjualkan ke orang lain

atau pun pasar.11

8. Melancarkan Aksi Perubahan

Aksi pemecahan masalah ketergantungan pemenuhan kebutuhan sayur dari

pasar yang terjadi pada masyarakat Dusun Nunuk adalah dengan pemanfaatan

lahan kosong yang mereka miliki baik dari pekarangan maupun sawah mereka.

Pada awal proses penyusunan aksi ini, peneliti memberikan edukasi berupa

materi-materi tentang prosedur penanaman sayur yang peneliti dapat dari

internet dan beberapa survei dari orang yang lebih berpengalaman. Adapun

pembagian atau pemberian materi tersebut dilakukan di rumah Sutopo (55)

dengan tujuan mempermudah dalam pemberian materi pemanfaatan lahan

kosong kepada masyarakat Dusun Nunuk khususnya warga RT satu sehingga

11

(46)

bisa terpusat pada satu tempat dalam pembagian atau pemberian materi

tersebut.12

9. Membangun Pusat-pusat Belajar Masyarakat

Dalam proses pemberdayaan ini tentu tidak semua masyarakat akan

mengikuti, sehingga perlu lah dibangun atau dibentuk suatu pusat pembelajaran

bagi warga lain yang ingin memanfaatkan lahan kosong mereka. Adapun pusat

pembelajaran yang disepakati adalah berpusat pada Sutopo (55), namun dengan

tujuan untuk tidak memberatkan warga yang ingin belajar maka warga tersebut

bisa langsung belajar ke warga yang sudah memahami cara bercocok tanamnya

atau bisa dibilang dengan istilah face to face.13

C. Subjek Dampingan

Adapun subjek dampingan dari penelitian ini adalah masyarakat Dusun

Nunuk Desa Pomahan Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Dusun

Nunuk adalah salah satu dusun yang ada di Desa Pomahan. Prihal diambil nya

Dusun Nunuk sebagai subjek dampingan adalah karena salah satunya sudah

memilikinya peneliti tim lokal yaitu temannya sendiri yang merupakan anak

ketua Rukun Tetangga (RT).

Dusun Nunuk terdapat 93 KK di dalam nya, yang terbagi menjadi tiga RT

dan satu RW. Adapun untuk ketua RT satu adalah Sutopo dengan jumlah Kepala

Keluarga (KK) sebanyak 29 KK, ketua RT dua adalah Jastam dengan jumlah

KK sebanyak 33 KK, dan untuk ketua RT tiga adalah Kasdun dengan jumlah 31

KK. Adapun fokus pada subjek dampingan yang dilakukan peneliti di Dusun

12

Ibid, Hal 108 13

(47)

Nunuk adalah di RT satu karena beberapa faktor, salah satunya adalah peneliti

memiliki tim lokal yaitu teman dan orangtuanya yang berstatus sebagai ketua

rukun tetangga.

Dalam setiap proses pemberdayaan tentu tidak semua elemen masyarakat

bisa diajak dan turut aktif dalam setiap kegiatan untuk perubahan sosial bagi

dirinya. Sama hal nya dengan proses pemberdayaan yang dilakukan di Dusun

Nunuk, dengan luas wilayah Dusun Nunuk yang begitu luas serta begitu

banyaknya kepala keluarga yang ada di Dusun Nunuk membuat peneliti

memfokuskan proses pemberdayaannya di RT satu. Adapun alasan dari

pemilihan RT tersebut adalah karena peneliti mempunyai tim lokal yang mampu

mempermudah proses pemberdayaan yang dilakukan secara partisipatif ini yaitu

ketua RT yaitu Sutopo (55). Jumlah kepala keluarga di RT satu adalah 29 KK

dan dari 29 kepala keluarga tersebut, partisipan dalam proses pemberdayaan ini

pun hampir lima puluh persen, disamping tidak semua rumah memiliki lahan

kosong disekitar rumahnya juga dikarenakan faktor kesadaran individu itu

sendiri yang malas dan enggan untuk ikut berpartisipasi pada program ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan peneliti adalah

menggunakan teknik Participatory Rural Appraisal (PRA). Adapun teknik dari

PRA adalah sebagai berikut;

1. Pemetaan (Mapping)

Pemetaan merupakan salah satu teknik yang terdapat di teknik PRA yang

(48)

kondisi sosial yang menggambarkan suatu wilayah secara umum dan

menyeluruh. Penulis bersama pemuda setempat pun melakukan pemetaan untuk

mempermudah peneliti dalam mengetahui luas wilayah Dusun Nunuk, teknik

pemetaan sangatlah dibutuhkan untuk mempermudah dalam proses mengenal

wilayah Dusun Nunuk dalam waktu singkat.14

2. Transect

Transek secara terminologi adalah kegiatan yang dilakukan oleh tim

Participatory Rural Appraisal (PRA) dan narasumber langsung untuk berjalan

menelusuri wilayah untuk mengetahui kondisi fisik seperti tanah, tumbuhan,

dll. Dengan adanya proses transect dapat dengan mudah mengetahui secara

terperinci apa yang ada di Dusun Nunuk. keakuratan data dalam transect

sangatlah penting untuk proses perubahan sosial, oleh karena itu dalam

melakukan teknik transect ini peneliti mengajak pemuda setempat untuk

menjadi informan dengan alasan mereka lebih sering bermain dan berkeliaran di

Dusun mereka karena jiwa muda yang dimilikinya.15

3. Fokus Grup Diskusi

Sebuah forum diskusi kelompok yang peserta diskusinya minimal berjumlah

6 orang dan maksimal 12 orang yang dipandu oleh moderator untuk persamaan

persepsi, baik itu konsep, pandangan, penggalian dan pemastian data, serta

kepercayaan dan keyakinan bersama yang nantinya diharapkan terdapat

kesepakatan bersama antara peserta diskusi. Adapun tujuan dari dilakukannya

teknik adalah untuk mengetahui masalah dan solusi dalam mengatasi masalah

14

Ibid, Hal. 145 15

(49)

yang ada di Dusun Nunuk yaitu ketergantungan pemenuhan kebutuhan sayur

dari pasar.16

4. Kalender Musim

Kalender Musim merupakan salah satu teknik PRA yang bertujuan untuk

mengetahui kegiatan utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan

yang dituangkan dalam bentuk diagram. Dalam hal ini yang menjadi informan

adalah para petani karena lebih mengetahui tentang data ini dari pada pemuda.17

5. Wawancara Semi Terstruktur

Teknik ini merupakan alat penggali informasi berupa tanya jawab yang

sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Wawancara semi terstruktur bersifat

semi terbuka, artinya jawaban tidak ditentukan terlebih dahulu, pembicaraan

lebih santai, namun dibatasi oleh topik yang telah dipersiapkan. Dalam teknik ini

yang menjadi informan adalah seluruh lapisan elemen masyarakat Dusun

Nunuk, karena dengan begitu peneliti bisa mengetahui data apapun dari berbagai

sudut melalui obrolan-obrolan yang dilakukan peneliti dengan masyarakat

setempat tetapi tidak menghilangkan proses penghilangan data yang dilakukan

peneliti.18

6. Survei Rumah Tangga

Teknik ini digunakan untuk memperoleh gambaran kehidupan masyarakat

secara utuh, sehingga diketahui tingkat kehidupan masyarakat dari aspek

kelayakan hidup, yakni kelayakan nutrisi dan gizi, kelayakan kesehatan rumah,

pendidikan, dan tingkat konsumsi. Dengan menggunakan teknik ini dapat

(50)

mengetahui atau menghasilkan gambaran umum setiap rumah/KK, mulai data

pengeluaran dari aspek kebutuhan belanja pangan, belanja kesehatan, belanja

pendidikan, belanja sosial, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.19

E. Teknik Validasi Data

Dalam prinsip metodologi PRA, untuk meng crosh check data yang

diperoleh dapat melalu triangulasi. Triangulasi adalah suatu system crosh check

dalam melaksanakan teknik PRA agar memperoleh informasi yang akurat.

Teknik triangulasi memiliki beberapa komponen, sebagaiamana berikut ini:

1. Triangulasi Komposisi Tim

Teknik triangulasi komposisi tim ini memiliki tujuan untuk memperoleh

data yang valid dan tidak sepihak, karena teknik ini dilakukan dengan cara

observasi langsung ke lokasi, sehingga informasi yang didapat merupakan

informasi yang valid dan tidak sepihak karena semua pihak akan dilibatkan

untuk mendapatkan kesimpulan dan kesepakatan bersama.

2. Triangulasi Alat dan Teknik

Sementara untuk teknik triangulasi alat dan teknik yang memiliki tujuan

bahwa peneliti perlu juga melakukan wawancara atau diskusi dalam penggalian

data yang diterima seperti melakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama

masyarakat Dusun Nunuk, sehingga informasi yang didapat merupakan

informasi yang valid.20

19

Ibid, Hal. 153 20

(51)

F. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh peneliti menggunakan teknik

analisis data PRA. Adapun teknik-teknik tersebut antara lain:

1. Kalender Musim

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kegiatan utama, masalah, dan

kesempatan dalam siklus tahunan yang dituangkan dalam bentuk diagram.

Analisis ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pola kehidupan masyarakat pada

siklus musim tertentu. 2. Mengidentifikasi siklus waktu sibuk dan luang

masyarakat. 3. Mengetahui siklus masalah masyarakat dalam musim-musim

tertentu. 4. Mengetahui siklus peluang dan potensi yang ada pada musim-musim

tertentu. Bersama Sutopo (55), peneliti melakukan proses penganalisisan data

dengan tujuan data yang didapatkan peneliti dari para petani memang

benar-benar data yang valid.21

2. Timeline

Teknik Timeline merupakan teknik penulusuran alur sejarah suatu

masyarakat dengan menggali kejadian penting yang pernah dialami pada alur

waktu tertentu.22

3. Diagram Alur

Diagram Alur merupakan teknik untuk menggambarkan arus dan hubungan

diantara semua pihak dan komoditas yang terlibat dalam suatu sistem. Karena

21

Ibid, Hal.165 22

(52)

diagram ini mampu digunakan untuk menganalisis alur penyebaran keyakinan

dan tata nilai keagamaan dalam masyarakat.23

4. Analisis Pohon Masalah dan Harapan

Teknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis

permasalahan yang menjadi masalah yang telah diidentifikasi dengan

teknik-teknik PRA sebelumnya, mulai dari mapping, transect, dan teknik-teknik-teknik-teknik PRA

lainnya. Teknik ini digunakan untuk menganalisis bersama-sama masyarakat

tentang akar masalah dari berbagai masalah-masalah yang ada. Dengan teknik

ini juga dapat digunakan untuk menelusuri penyebab terjadinya

masalah-masalah tersebut yang selanjutnya disusun pula pohon harapan yang bertujuan

sebagai solusi dari masalah-masalah yang telah dirumuskan pada pohon

masalah.24

23

Ibid, Hal. 167 24

(53)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DESA POMAHAN A. Kondisi Geografis Desa Pomahan

Pomahan adalah sebuah nama Desa yang berada di kecamatan Baureno

Kabupaten Bojonegoro. Desa Pomahan merupakan Desa yang berjarak 6 KM

dari pusat pemerintahan Kecamatan, sementara jarak antara Desa Pomahan

dengan pusat pemerintahan Kota dan Kabupaten Bojonegoro berjarak sekitar 30

KM, dan jarak Desa Pomahan dengan pusat pemerintahan Porvinsi Jawa Timur

adalah 82 KM. Secara geografis, Desa Pomahan berada diantara beberapa desa,

antara lain; sebelah utara berbatasan dengan Desa Pucangarum, sebelah selatan

berbatasan dengan Desa Banjaran, sebelah timur berbatasan dengan Desa

Karangdayu, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sembunglor dan Desa

Temu.1

Desa Pomahan merupakan Desa yang masih terdapat banyak lahan

persawahan karena hampir semua pekerjaan masyarakat Desa Pomahan adalah

sebagai petani sehingga tidak heran kalau masih banyak terdapat hamparan

sawahnya. Kondisi alam desa memang berbeda dengan kondisi alam yang ada di

daerah perkotaan, masih banyaknya tempat-tempat asri nan sejuk merupakan

ciri-ciri tersendiri yang membedakan antara di desa dan di kota. Sebagaimana

pada tabel berikut ini yang menjelaskan tentang kondisi alam serta tata guna

lahan yang ada di salah satu Dusun yang ada di Desa Pomahan yakni Dusun

Nunuk sampai saat ini;

1

(54)

Tabel 4.1

Hasil Transek Kondisi Alam Dusun Nunuk No. Topik

Aspek

Pemukiman dan Pekarangan

Sawah Sungai Fasilitas Umum

(55)

7. Potensi Swasembada Tempat bertahan Sumber : Diperoleh dari hasil FGD bersama masyarakat Dusun Nunuk

Dari tabel di atas dapat kita perhatikan, mulai dari kondisi tanah di

pemukiman dan pekarang, sawah, dan juga sungai Dusun Nunuk masih

tergolong Dusun dengan kepemilikan tanah yang cukup subur sehingga tidak

heran banyak tanaman yang ada di Dusun Nunuk seperti blimbing, asam,

srikaya, pepaya, mangga, pisang, jeruk nipis, nangka, dan masih banyak yang

lainnya.

Selain itu karakteristik masyarakat Desa yang terkenal dengan

keramahannya dan gotong royong pun terlihat disana, dari sisi aspek masalah

dan tindakan yang sudah dilakukan cukup seimbang kecuali dengan masalah

yang diluar kemampuan mereka. Begitu banyak harapan yang ada, sehingga

perlu kira nya perangkat desa untuk secepatnya menindak-lanjuti aduan-aduan

yang telah warga sampaikan kepada mereka sehingga manfaat-manfaat serta

harapan-harapan masyarkat Dusun Nunuk bisa terasa secara maksimal.

B. Kondisi Demografi Desa Pomahan

Desa Pomahan merupakan Desa yang memiliki 19 RT dan 9 RW yang

tercakup dalam 8 Dusun, diantaranya; Dusun Santren, Dusun Semutan, Dusun

Ngerandu, Dusun Njarkidul, Dusun Njaretan, Dusun Kampung Baru, Dusun

(56)

tidak diketahui jumlah luas dari setiap dusun yang telah disebutkan tadi, namun

untuk luas keseluruhan Desa Pomahan adalah Desa Pomahan memiliki luas

wilayah sekitar 327 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 3.287 jiwa yang

tergabung dalam jumlah KK sebanyak 1.080 Kepala Keluarga.2 Adapun rincian

secara umum jumlah penduduk Desa Pomahan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Rincian Jumlah Penduduk Masyarakat Desa Pomahan No. Keterangan Jumlah Penduduk

1. Laki-laki 1642

2. Prempuan 1645

3. Total Penduduk 3287

4. Jumlah KK 1080

Sumber : Diperoleh dari data Desa Pomahan Tahun 2016/2017

Menurut Khoerotun (59) selaku Sekretaris Desa, data tersebut di atas

merupakan data terbaru yang di dapat pada maret 2016. Selain data

kependudukan tersebut, dia menyebutkan bahwa terdapat 383 KK yang masih

tergolong dalam kategori penduduk miskin yang ada di Desa Pomahan. Adapun

tolak ukur dari kategori keluarga miskin tersebut adalah pengeluaran baik itu

pengeluaran belanja harian, pendidikan, energi, perlengkapan, dll lebih tinggi

atau banyak dari pada income atau pemasukan yang keluarga itu dapatkan,

sehingga dengan realita tersebut sebanyak 383 KK dinyatakan berada dalam

kategori keluarga miskin.

(57)

Sehubungan dengan fokus lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah

Dusun Nunuk, maka yang menjadi sorotan dalam data kondisi demografis nya

adalah Dusun Nunuk. sebagaimana disebutkan di atas bahwa Dusun Nunuk

merupakan salah satu Dusun yang ada di Desa Pomahan dengan populasi

masyarakat sebanyak 93 Kepala Keluarga (KK) yang terbagi dalam tiga Rukun

Tetangga (RT). Dengan jumlah 93 KK, bukan berarti jumlah rumah yang ada di

Dusun Nunuk juga 93 karena mayoritas masyarakat desa, apabila anaknya telah

menikah akan dibuatkan rumah sendiri atau berpisah dengan orangtua nya, dari

93 KK tersebut sejumlah 29 KK terdapat di RT satu, lalu pada RT dua memiliki

33 KK, dan RT tiga terdapat 31 KK.3 Adapun untuk kondisi demografis Dusun

Nunuk dapat dilihat pada pemetaan berikut ini;

Gambar 4.1

Peta Dasar Dusun Nunuk

Sumber: Hasil FGD bersama remaja Dusun Nunuk pada 20 September 2016 Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa Dusun Nunuk merupakan Dusun

yang wilayahnya dikelilingi hamparan sawah dengan dihiasi sungai.

3

(58)

kotak dengan hiasan warna pink itu merupakan petakan/hamparan sawah warga,

sementara untuk garis di sebelah utara Dusun yang bervariasikan warna biru

merupakan sungai yang airnya dari bantaran bengawan solo, dan untuk rumah

warga sendiri disitu ada rumah yang diberi warna hitam merupakan rumah dari

Kepala Dusun dan untuk rumah warna pink merupakan rumah dari RT satu, lalu

untuk rumah warna biru merupakan rumah RT 2, dan untuk rumah warna coklat

merupakan rumah dari warga RT tiga.

C. Sejarah Desa Pomahan

Banyak versi cerita tentang sejarah Desa Pomahan, Menurut Sulhan (58)

Desa Pomahan ini sangat panjang sejarahnya, namun menurut cerita yang

didapat Desa Pomahan itu dahulunya merupakan hutan belantara yang sangat

luas yang mana sekarang menjadi Desa yang luas dengan berbagai Dusun nya.

Di Desa Pomahan ada sebuah makam yang sangat sakral dan keramat, yaitu

makam Mbah Sosrobahu atau masyarakat lebih sering memnaggilnya dengan

sebutan Makam Ndempok, yang mana konon mbah Sosrobahu tersebut

merupakan seorang panglima atau putra dari raja majapahit yang berkelana,

namun ditengah perjalanannya dia diserang oleh para penjajah yang

mengharuskan dia untuk bertarung untuk bertahan hidup, karena kalah jumlah

pasukan akhirnya dia memutuskan untuk melarikan diri karena luka yang

diperolehnya dari peperangan itu tidak memungkinkan untuk dirinya

melanjutkan peperangan, namun luka yang didapat begitu parah yang membuat

perutnya mengeluarkan darah yang sangat banyak karena tergores pedang yang

(59)

karena semakin melemah kekuatannya. Dia mencari orang untuk meminta

tolong namun karena dia berada di hutan belantara yang jauh dari pemukiman

akhirnya dia tidak tertolong dan meninggal dunia karena usus dan darahnya yang

terus keluar tanpa henti di hutan belantara tersebut yang mana sekarang hutan

belantara tersebut menjadi sebuah Desa bernama Pomahan.

Sedangkan menurut Syaiful (55) dahulu Desa Pomahan ini merupakan Desa

yang sangat sakral dimana banyak tokoh yang berada di dalam Desa ini. Tokoh

itu dibagi menjadi dua, yaitu tokoh agama dan tokoh nasional. Dimana tokoh

nasionalnya itu adalah Mbah Sosro Bahu, sementara tokoh agamanya yaitu

Mbah Wahid. Singkat cerita informan lalu bercerita tentang Desa tersebut.

Dahulu konon ada sebuah Pondok Sufi di desa Pomahan ini, yang mana kyai nya

adalah Mbah Wahid. Singkat cerita ada saudara kembar dari kota Cirebon yang

diutus/diperintah oleh ayahnya untuk ke arah timur. Namun, satu dari dua

saudara kembar tersebut yang bernama Mbah Muhtarrom memutuskan untuk

berhenti sejenak dan memutuskan berjalan kearah utara, sampai akhirnya

sampailah dia di kota Bojonegoro, terus berjalan hingga Kecamatan Baureno,

sampai akhirnya perjalanannya berhenti di desa Pomahan. Singkat cerita mbah

Muhtarom menikah dengan anak dari kyai Wahid yang menjadi tokoh serta kyai

di pondok sufi yang ada di Desa Pomahan hingga akhirnya mbah Muhtarom

memutuskan untuk menetap dan tinggal di Desa Pomahan.4

Desa Pomahan sendiri konon tempatnya para pejuang yang melawan para

penjajah, disini tokoh itu ada yang namanya Tokoh Agama dan Tokoh Nasional.

4

Gambar

 Gambar 1.1
  Tabel 1.1
Tabel 4.1
  Tabel 4.2 Rincian Jumlah Penduduk Masyarakat Desa Pomahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba-rugi PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH PAJAK TOTAL LABA (RUGI) KOMPREHENSIF PERIODE

Dalam merefleksi perasaan sebagai respon empatik, sering dinyatakan secara tentatif, seperti: “mungkin anda merasa kecewa dengan teman anda”, “apakah anda berharap

Para petani sebaiknya membuat alternatif desain jaringan rantai pasok yang lebih efektif dan efisien dengan menghilangkan pedagang besar sehingga petani dapat langsung menjual

Prethodno je već opisana činjenica slaboga prosperiteta tiskanih medija u informacijskoj sferi, ali isto tako navedena i perspektivna budućnost grafičke industrije u drgim

Dasar hukum pemungutan atas Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) disajikan sebagai kewajiban sebesar harga beli kembali yang disepakati dikurangi selisih antara harga jual dan harga

Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab penyakit, baik kematian langsung maupun tidak langsung yang berhubungan erat

perkawinan, harus terpenuhi rukun dan syarat, yaitu ; (a) calon suami, (b) calon istri; (c) wali nikah; (d) dua orang saksi; (e) ijab dan kabul;--- Menimbanga , bahwa dalam