KOMUNIKASI ORGANISASI TATA KERJA DI POLSEK
WONOCOLO
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I. Kom)
Oleh :
Ali Surbakti NIM. B06210006
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
ABSTRAK
Ali Surbakti, B06210006, 2017. Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Komunikasi Organisasi, Tata Kerja
Ada satu persoalan yang akan dikaji oleh peneliti dalam skripsi ini, yaitu bagaimana proses Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo, Surabaya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Komunikasi Organisasi Tata Kerja yang berlangsung dalam Satuan Kepolisian Sektor Wonocolo.
Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, maka peneliti melakukan pengkajian dengan metode deskriptif kualitatif. Sesuai dengan permasalahan tersebut maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, kajian keabsahan data melalui ketekunan pengamatan untuk memberikan fakta dan data yang valid mengenai Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo, Surabaya.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa proses komunikasi organisasi tata kerja di Polsek Wonocolo terbagi menjadi dua bentuk, yaitu komunikasi formal dan komunikasi informal. Tata kerja dibagi secara structural yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing yang saling bergantung, yaitu: Kapolsek, Wakapolsek, Ps. Kanit Provos, Ps. Kasium, Ur. Renmin, Ur. Taud, Ur. Tahti, Ps. Kasihumas, Ps. Kasikum, Ps. KA SPKT, Kanit Intelkam, Kanit Reskrim, Kanit Binmas, Kanit Sabhara, Kanit Lantas. Bertujuan untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi, maka perlu memaksimalkan komunikasi internal dalam organisasi. Untuk menciptakan komunikasi organisasi yang efektif dan efisien maka bagian humas memiliki peranan aktif sebagai mediator dalam arus komunikasi, mengatur penyebaran informasi baik pesan yang bersifat umum yang dapat diketahui oleh semua jajaran anggota kepolisian dan masyarakat maupun pesan yang bersifat rahasia dan hanya dapat diketahui oleh pihak-pihak terkait dalam institusi kepilisian. Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam suksesnya kinerja anggota dalam organisasi, komunikasi yang dilakukan dengan baik dan benar dapat menumbuhkan rasa memiliki organisasi yang dapat menambah kualitas kerja anggota dalam melaksanakan kewajibannya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang telah ditentukan dalam organisasi kepolisian. Dengan adanya Standar Operasional Prosedur tersebut diharapkan dapat memberi pelayanan yang baik selaku aparatur penegak hukum yang bertugas melayani masyarakat. Pelayanan yang baik kepada masyarakat melahirkan citra positif bagi kepolisian khususnya di wilayah Wonocolo dan umumnya institusi kepolisian Indonesia.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kajian Pustaka ... 8
E. Manfaat penelitian ... 8
F. Definisi Konsep ... 9
G. Kerangka Pikir Penelitian ... 14
H. Metode Penelitian ... 19
1. Jenis Penelitian ... 19
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 20
3. Jenis dan Sumber Data... 20
4. Tahapan Penelitian... 21
5. Teknik Pengumpulan Data ... 23
6. Teknik Analisis Data ... 23
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 24
I. Sistematika Pembahasan ... 25
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI TATA KERJA ... 27
A. Kajian Pustaka ... 27
1. Komunikasi Organisasi ... 27
2. Komunikasi Koersif ... 48
3. Etika Komunikasi ... 49
4. Teori Sistem dalam Komunikasi Organisasi ... 52
BAB III PENYAJIAN DATA TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI
TATA KERJA DI POLSEK WONOCOLO ... 58
A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 58
1. Lokasi Penelitian ... 58
a. Latar Belakang Berdirinya Polsek Wonocolo ... 58
b. Tujuan Berdirinya Polsek Wonocolo ... 58
c. Visi dan Misi Polsek Wonocolo ... 59
d. Tata Kerja Struktural Polsek Wonocolo ... 60
e. Struktur Kepengurusan Polsek Wonocolo ... 77
2. Subyek Penelitian ... 78
3. Obyek Penelitian ... 80
B. Deskripsi Data Penelitian ... 81
1) Proses Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo ... 81
2) Alur Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo ... 83
3) Proses Penyampaian Informasi Darurat dan Pengambilan Keputusan (Emergency Message) ... 85
4) Alur Penyampaian Instruksi (Komunikasi Koersif) ... 86
5) Implementasi Etika Komunikasi... 87
6) Proses Komunikasi Organisasi Antar Devisi-Devisi ... 88
7) Manajemen Informasi di Polsek Wonocolo ... 89
8) Peranan Media dalam Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo ... 89
9) Strategi Meningkatkan Citra Polisi ... 91
BAB IV ANALISIS DATA TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI TATA KERJA DI POLSEK WONOCOLO ... 93
A. Temuan Peneliti ... 93
B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 98
BAB V PENUTUP ... 103
A. Simpulan ... 103
B. Rekomendasi ... 104 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Aktivitas manusia tidak dapat terlepas dari komunikasi. Manusia
sebagai individu maupun mahluk sosial memiliki keinginan untuk
memenuhi kebutuhan secara umum, yaitu apa yang disebut dengan
kebutuhan jasmani dan rohani atau kebutuhan emosional dan intelektual.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut manusia tidak dapat menjalani
aktivitas kesehariannya seorang diri, karna manusia harus bekerjasama dan
berhubungan dengan orang lain maupun masyarakat untuk memenuhi
keinginannya.
Manusia dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan salah satunya
dengan cara menjalin hubungan hangat dengan orang lain, dan komunikasi
merupakan langkah awal yang bisa digunakan. Komunikasi merupakan
unsur penting yang sangat dibutuhkan oleh organisasi maupun lembaga,
baik berupa komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, maupun
komunikasi massa yang sesuai dengan kebutuhan dari lembaga maupun
organisasi tersebut.1
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara
harfiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling
bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada
1
Deddy Mulyana, M.A., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2013), 20
2
juga yang menamakannya sarana. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan
organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada
manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu
komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung
dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa
yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi
penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya
menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu
berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi
dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dijalankan.
Komunikasi merupakan jembatan penghubung yang dapat
menyebarkan berbagai ide, gagasan dan solusi penyelesaian permasalahan
baik secara individu maupun kelompok (organisasi) yang nantinya akan
menciptakan kesamaan persepsi, visi, gerak dan arah serta tujuan yang
menjadi inti komunikasi. Komunikasi berperan penting dalam
penyampaian pesan pada sebuah organisasi, baik organisasi berskala kecil,
menengah sampai dengan organisasi berskala besar yang memiliki
cakupan lintas wilayah atau Negara.2
Komunikasi organisasi atau institusional berkaitan dengan
komunikasi yang berlangsung dalam jaringan kerjasama antarpribadi atau
kelompok dalam suatu organisasi atau institusi. Kepolisian adalah salah
2
Ibid., 46
3
satu bentuk lembaga dalam bidang penegakkan hukum yang tugas
utamanya selalu berhubungan langsung dengan masyarakat sebagaimana
slogan yang tertulis pada mobil patroli satuan kepolisian lalu lintas
”melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat”. Berdasarkan tiga
poin utama dalam slogan tersebut sudah jelas bisa dipastikan bahwa tugas
polisi sebagai aparatur negara selalu berhubungan dengan masyarakat,
memberi perlindungan dengan kata lain memberikan rasa aman kepada
masyarakat, mengayomi bisa diartikan merangkul masyarakat untuk
menaati aturan yang berlaku agar terciptanya rasa nyaman, dan yang
terakhir yaitu melayani masyarakat dan hal ini bisa dikaitkan dengan
beberapa contoh yang sudah familiar bagi masyarakat yaitu urusan
administrasi sepertihalnya Surat Izin Mengemudi dan lain sebagainya.
Kepolisian Sektor adalah struktur komando Kepolisian Republik
Indonesia di tingkat kecamatan. Kepolisian sektor di perkotaan biasanya
disebut sebagai "Kepolisian Sektor Kota" (Polsekta). Kepolisian Sektor
dikepalai oleh seorang Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) dan
Kepolisian Sektor Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kepolisian Sektor
Kota (Kapolsekta). Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang Ajun
Komisaris Besar Polisi (AKBP) (khusus untuk Polda Metro Jaya) atau
Komisaris Polisi (Kompol) (untuk tipe urban), sedangkan di Polda lainnya,
Polsek atau Polsekta dipimpin oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris
4
Kepolisian sektor wonocolo merupakan aparatur negara yang
bertugas untuk melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat
khususnya di daerah Wonocolo. Banyak program kerja yang dijalankan
oleh Satuan Kepolisian Sektor Wonocolo yang langsung terjun menjadi
penegak hukum bagi masyarakat, diantaranya melaksanakan razia
gabungan terkait dengan maraknya aksi balap liar, menggelar operasi
Cipta Kondisi sebagai antisi pasi maraknya Curat (pencurian dengan
pemberatan), Curas (pencurian dengan kekerasan), dan Curanmor
(pencurian kendaraan bermotor), memberikan bimbingan dan penyuluhan
kepada remaja tenang bahaya narkoba, dan lain sebagainya.
Dalam komunikasi organisasi tata kerja bisa dilihat bahwa sebagian
besar komunikasi tata kerja di kepolisian bersifat instruktif (koersif), yaitu
bentuk komunikasi yang maksud dan tujuannya agar komunikan
mengikuti suatu prosedur dan aturan-aturan tertentu dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab sebagai polisi. Dari penjelasan singkat tersebut
bisa disimpulkan bahwa pesan bersifat instruktif cenderung terlihat
sebagai suatu paksaan yang biasanya dilakukan antara pimpinan dengan
bawahan yang pada pesan komunikasinya terdapat sanksi jika prosedur
dan aturan-aturan yang ada tidak ditaati dangan baik.3
Beberapa ahli teori komunikasi organisasi menggambarkan
organisasi sebagai suatu sistem yang hidup yang melakukan proses
kegiatan untuk mempertahankan keberadaannya dan menjalankan
3
Ali Nurdin, Agoes Moh. Moefad, Advan Navis Zubaidi, Rahmad Harianto, 2013. Pengantar
Ilmu Komunikasi (Buku Perkuiahan Program S1 Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya). IAIN Sunan Ampel Press Anggota IKAPI, 107
5
fungsinya. Suatu organisasi atau lembaga harus memiliki prosedur untuk
mengelola seluruh informasi yang ingin diterima dan dikirimkan untuk
mencapai tujuannya. Karena organisasi adalah sistem yang terdiri atas
sekelompok orang yang saling terhubung dan saling bergantung untuk
mencapai tujuannya.4
Terdapat beberapa teori dalam ilmu komunikasi yang dapat
diterapkan dalam organisasi demi tercapainya komunikasi tata kerja yang
baik, salah satunya teori informasi organisasi. Fokus dari teori informasi
organisasi adalah komunikasi informasi, hal yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan suatu organisasi. Sangat jarang satu bagian
dalam organisasi atau lembaga memiliki seluruh informasi yang
diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugasnya. Informasi yang
dibutuhkan berasal dari berbagai sumber. Namun demikian, tugas
mengelola atau memproses informasi tidaklah sekedar bagaimana
memperoleh informasi, yang tersulit adalah bagaimana memahami
informasi dan menyebarluaskan informasi yang diterima itu di dalam
organisasi.
Beberapa di antara persoalan penting yang menjadi minat dari
komunikasi organisasi adalah peran tanggung jawab organisasi, kontrol
organisasi, jaringan komunikasi dalam organisasi, struktur dan fungsi
organisasi, serta budaya dan iklim organisasi. Peran dan tanggung jawab
organisasi, berkenaan dengan bentuk-bentuk formal dari perilaku
4
Morissan, Teori Komunikasi Organisasi. (Graha Indonesia, 2009), 33
6
organisasi, yang meliputi spesifikasi dan determinasi peran-peran,
rekrutmen orang-orang yang mendukung peran (desired behavior), dan
perkembangan peran organisasi. Kontrol terhadap organisasi, persoalan
ini dipelajari dalam komunikasi organisasi, terutama berkaitan dengan
bagaimana organisasi dikembangkan atau diarahkan. Dengan
memanfaatkan perspektif manajemen dapat diketahui jika organisasi
memiliki mekanisme-mekanisme tertentu dalam perencanaan (planning),
pengambilan keputusan (decision making), kontrol (controling),
monitoring, koordinating dan evaluating. Budaya organisasi
(organizational culture), konsep budaya organisasi dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang ada dalam organisasi, seperti simbol-simbol,
peristiwa-peristiwa penting, pola perilaku, ketentuan atau
peraturan-peraturan yang keseluruhan tersebut membentuk karakter organisasi.
Fungsi budaya organisasi dapat memberikan identitas bagi para anggota,
membantu memantapkan struktur dan kontrol, membantu dalam
proses-proses sosialisasi dan memperkuat rasa kebersamaan.5
Persoalan penting dari bidang organisasi berikutnya adalah iklim
organisasi (organizational climate), dapat dikatakan terdapat iklim yang
bagus apabila suatu organisasi memiliki kecenderungan adanya sportivitas
dalam hal komunikasi atasan-bawahan (supportiveness of
superior-subordinate communication), kualitas personal dan keakuratan komunikasi
dari atasan kepada bawahan (personal quality and accuracy of downward
5
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2007), 11
7
communication), adanya keterbukaan dalam hubungan antara atasan dan
bawahan (precieved openness of the superior-subordinate relationship),
adanya peluang bagi bawahan untuk menyampaikan aspirasi dan saran
kepada atasan (opportunities and degree of influence of upward
communication), dan adanya jaminan bersifat relatif, menyangkut
informasi dari bawahan serta rekan kerja (precieved reliability of
information from subordinate and co-work).
Persoalan organisasi selanjutnya, yaitu jaringan komunikasi.
Jaringan komunikasi dapat didefinisikan sebagai struktur hubungan
antarindividu, bagian-bagian (devisions, units), kelompok (clique) dalam
suatu organisasi yang menunjukkan struktur kekuasaan, kekuatan,
pengaruh, kewenangan, dan otoritas dalam organisasi. Fungsi jaringan
komunikasi dalam organisasi meliputi, mengkoordinasikan aktivitas
individu, kelompok dan unit lain dalam organisasi, lalu memberikan
mekanisme pengarahan organisasi secara keseluruhan, dilanjutkan dengan
memfasilitasi pertukaran informasi dalam organisasi, dan menjamin
adanya arus timbal balik (two-way flow information) antara organisasi dan
lingkungan luar organisasi.6
Kepolisian Sektor Wonocolo menjadi objek penelitian bagaimana proses penyampaian pesan berupa instruksi maupun informasi, alur-alur yang digunakan dalam penyampaian pesan sampai dengan efektifitas penyebaran pesan. Adakah berbagai hambatan baik secara fungsional maupun pendekatan yang dinilai kurang tepat dalam mendapatkan maupun menyampaikan informasi. Oleh
6
Ibid., 14
8
karena itu berdasarkan pemaparan diatas peneliti akan meneliti dan
menganalisis tentang Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian
dengan judul “Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo”.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana proses komunikasi organisasi tata kerja di Satuan Kepolisian Sektor Wonocolo, Surabaya ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui bagaimana proses komunikasi organisasi di Satuan Kepolisian Sektor Wonocolo, Surabaya.
D. KAJIAN PUSTAKA
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Segi Teoritis
Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan ilmu
komunikasi, khususnya di bidang komunikasi organisasi.
2. Segi Praktis
Mengetahui bagaimana Komunikasi Organisasi di Satuan
Kepolisian Sektor Wonocolo, Surabaya.
F. DEFINISI KONSEP
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas pembaca dalam
mengartikan judul skripsi ini maka penulis memandang perlu untuk
mengemukakan secara tegas dan terperinci maksud mengenai judul
“Komunikasi Organisasi Tata Kerja Polsek Wonocolo” diantaranya:
9
Komunikasi organisasi atau institusional merupakan
komunikasi yang berlangsung dalam jaringan kerjasama
antarpribadi atau kelompok yang saling terhubung dan saling
bergantung untuk mencapai tujuannya dalam suatu organisasi
atau institusi.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak
pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia
yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu
komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang
berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang
dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya,
faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya.
Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah
untuk bahan telaah yang selanjutnya menyajikan suatu konsep
komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis
organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan
memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi
dilancarkan.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi
formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu
10
berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan
berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
Contohnya memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan
surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah
komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan
pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual.
Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005) mengidentifikasikan
tiga komunikasi organisasi sebagai berikut7:
a. Fungsi perintah, berkenaan dengan angota-anggota
organisasi mempunyai hak dan kewajiban
membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak
atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah
koordinasi diantara sejumlah anggota yang bergantung
dalam organisasi tersebut.
b. Fungsi relasional, berkenaan dengan komunikasi
memperbolehkan anggota-anggota menciptakan dan
mempertahankan bisnis produktif hubungan personal
dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam
pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan (job
performance) dalam berbagai cara. Contohnya kepuasan
kerja, aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas
7
Deddy Mulyana, M.A, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1998), 337.
11
dalam hirarkhi organisasional, dan tingkat pelaksanaan
perintah. Pentingnya dalam hubungan antarpersonal
yang baik lebih terasa dalam pekerjaan ketika anda
merasa bahwa banyak hubungan yang perlu dlakukan
tidak anda pilih, tetapi diharuskan oleh lingkungan
organisasi, sehingga hubungan menjadi kurang stabil,
lebih memicu konflik, kurang ditaati, dan lain
sebagainya.
c. Fungsi manajemen, ambigu berkenaan dengan pilihan
dalam situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan
yang sangat ambigu. Contohnya motivasi berganda,
muncul karena pilihan yang diambil akan
mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian
juga diri sendiri; tujuan organisasi tidak jelas dan
konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut
adanya pilihan tersebut mungkin tidak jelas.
Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan
mengurangi ketidakjelasan yang melekat dalam
organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya
untuk membangun lingkungan dan memahami situasi
baru, yang membutuhkan perolehan informasi bersama.
12
Suatu cara, aturan, atau susunan yang ditempuh untuk
mengatur sebuah pekerjaan agar terlaksana dengan baik dan
efisien.8 Tata kerja merupakan cara pekerjaan dengan benar
dan berhasil guna atau bisa mencapai tingkat efisien yang
maksimal sehingga meminimumkan kesalahan. Terdapat dua
konsep pendukung dalam proses tata kerja, yaitu Prosedur
kerja dan Sistem Kerja. Prosedur kerja merupakan tahapan
dalam tata kerja yang harus dilalui suatu pekerjaan baik
mengenai darimana asalnya dan mau menuju kemana, kapan
pekerjaan tersebut harus diselesaikan, maupun alat apa yang
harus digunakan agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan.
Sedangkan Sistem kerja merupakan susunan antara tata kerja
dengan prosedur yang menjadi satu sehingga membentuk suatu
pola tertentu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
3. Polsek Wonocolo, Surabaya
Satuan Kepolisian Tingkat Kecamatan Wonocolo,
Surabaya (badan pemerintahan yang bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban umum).9
8
Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 492
9
Ibid., 763.
13
G. KERANGKA PIKIR PENELITIAN
Bagan 1.1
Kerangka Pikir Penelitian
Tujuan Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo, Surabaya Komunikasi Koersif (Sifat Pesan Instruktif)
Teori Sistem Organisasi
Teori Informasi Organisasi Etika Komunikasi
Media Komunikasi
14
Kerangka pikir penelitian ini dimulai dari pemahaman tentang dua
konsep dasar komunikasi dan organisasi. Komunikasi merupakan
jembatan penghubung yang dapat menyebarkan berbagai ide, gagasan dan
solusi penyelesaian permasalahan baik secara individu maupun kelompok
(organisasi) yang nantinya akan menciptakan kesamaan persepsi, visi,
gerak dan arah serta tujuan yang menjadi inti komunikasi. Sedangkan
Organisasi merupakan suatu sistem yang hidup yang melakukan proses
kegiatan untuk mempertahankan keberadaannya dan menjalankan
fungsinya. Suatu organisasi atau lembaga harus memiliki prosedur untuk
mengelola seluruh informasi yang ingin diterima dan dikirimkan untuk
mencapai tujuannya.
Selanjutnya, memahami apa itu komunikasi organisasi berdasarkan
dua konsep dasar yang telah dijelaskan. Komunikasi organisasi atau
institusional merupakan komunikasi yang berlangsung dalam jaringan
kerjasama antarpribadi atau kelompok yang saling terhubung dan saling
bergantung untuk mencapai tujuannya dalam suatu organisasi atau
institusi. Karena organisasi adalah sistem yang terdiri atas sekelompok
orang yang saling terhubung dan saling bergantung untuk mencapai
tujuannya.
Setelah memahami dua konsep dasar komunikasi dan organisasi
serta komunikasi organisasi, barulah kerangka pikir penelitian dapat
dijalanakan, meliputi Komunikasi Koersif, Etika Komunikasi, Teori Sistem
15
poin penting dalam menjalankan kerangka pikir penelitian tersebut saling
berhubungan antara satu dengan yang lain dan hasilnya akan
mempengaruhi hasil dari penelitian dalam komunikasi tata kerja di polsek
Wonocolo.
Komunikasi Koersif, yaitu bentuk komunikasi yang maksud dan
tujuannya agar komunikan mengikuti suatu prosedur dan aturan-aturan
tertentu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai polisi.
Dari penjelasan singkat tersebut bisa disimpulkan bahwa pesan bersifat
instruktif cenderung terlihat sebagai suatu paksaan yang biasanya
dilakukan antara pimpinan dengan bawahan yang pada pesan
komunikasinya terdapat sanksi jika prosedur dan aturan-aturan yang ada
tidak di taati dangan baik.
Etika Komunikasi, Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu
sistem yang mengatur tentang tata cara manusia bergaul. Tata cara
pergaulan untuk saling menghormati biasa kita kenal dengan sebutan
sopan santun, tata krama, protokoler, dan lain-lain. Tata cara pergaulan
bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan komunikan
agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak yang dirugikan
kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat
kebiasaan yang berlaku serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia
secara umum. Tata cara pergaulan, aturan perilaku, adat kebiasaan
16
baik, dinamakan etika. Etika komunikasi mencoba untuk mengelaborasi
standar etis yang digunakan oleh komunikator dan komunikan.10
Teori Sistem dalam komunikasi organisasi, Scott (1961)
menyatakan bahwa ”satu-satunya cara yang bermakna untuk mempelajari
organisasi adalah sebagai suatu sistem”.11 Bahwa bagian-bagian penting
organisasi sebagai suatu sistem adalah individu dan kepribadian setiap
orang dalam organisasi, struktur formal, pola interaksi informal, pola
status dan peranan dalam organisasi, dan lingkungan fisik pekerjaan.
Konsep sistem berfokus pada pengaturan bagian-bagian, hubungan antar
bagian-bagian (devisi-devisi), dan dinamika hubungan yang
menumbuhkan kesatuan dalam organisasi atau lembaga.
Teori Informasi Organisasi, merupakan salah satu teori komunikasi
yang membahas mengenai pentingnya penyebaran informasi dalam
organisasi untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi tersebut. Teori
ini menekankan proses dimana individu mengumpulkan, mengelola, dan
menggunakan informasi. Fokus dari teori informasi organisasi adalah
komunikasi informasi, hal yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan suatu organisasi. Sangat jarang satu bagian dalam organisasi
atau lembaga memiliki seluruh informasi yang diperlukan untuk dapat
menyelesaikan tugasnya. Informasi yang dibutuhkan berasal dari berbagai
sumber. Namun demikian, tugas mengelola atau memproses informasi
10
Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 185.
11
Deddy Mulyana, M.A, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1998), 63
17
tidaklah sekedar bagaimana memperoleh informasi, yang tersulit adalah
bagaimana memahami informasi dan menyebarluaskan informasi yang
diterima itu di dalam organisasi.
Media Komunikasi, Media komunikasi adalah suatu alat atau
sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator
kepada komunikan. Dalam hal ini komunikan merupakan seluruh jajaran
dalam satuan kepolisian sektor Wonocolo. Media merupakan jendela yang
memungkinkan kita untuk dapat melihat lingkungan yang lebih jauh,
sebagai penafsir yang membantu memahami pengalaman, sebagai
landasan penyampai informasi, sebagai komunikasi interaktif yang
meliputi opini audiens, Sebagai penanda pemberi intruksi atau petunjuk,
sebagai penyaring atau pembagi pengalaman dan fokus terhadap orang
lain, cermin yang merefleksikan diri kita dan penghalang yang menutupi
kebenaran. Media komunikasi juga dijelaskan sebagai sebuah sarana yang
dipergunakan sebagai memproduksi, reproduksi, mengolah dan
mendistribusikan untuk menyampaikan sebuah informasi. Media
komunikasi sangat berperan penting bagi kehidupan masyarakat dalam
organisasi. Secara sederhana, sebuah media komunikasi adalah sebuah
perantara dalam menyampaikan sebuah informasi dari komunikator
kepada komunikan yang bertujuan agar efisien dalam menyebarkan
informasi atau pesan.
Fungsi dari keempat poin dalam kerangka penelitian ini
18
polsek wonocolo yang dalam hal ini merupakan pesan koersif yang harus
sampai pada semua bagian dari struktur kepolisian tersebut. Peran media
komunikasi sangat penting karena dalam sebuah lembaga kepolisian
terdapat banyak sub bagian-bagian (devisi-devisi) berdasarkan struktur
yang ada, maka media komunikasi menjadi konduktor penting dalam
persebaran pesan dan informasi.
H. METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah serangkaian hukum, aturan dan tata cara
tertentu yang diatur dan ditentukan kaidah ilmiah dalam
menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.12 Dalam penelitian
ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian
yang memahami situasi, kondisi, motivasi, dan aktifitas komunikasi
organisasi tata kerja yang ada di Kepolisian Sektor Wonocolo.13
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian jenis
ini menggunakan data-data berupa kata-kata, gambar bukan dari
angka-angka dan semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci
terhadap apa yang sudah diteliti.14
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
12
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), 17.
13
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),
24. 14
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 11.
19
a. Subyek
Subyek adalah informan yang ditunjuk oleh peneliti dalam
memberikan informasi dan sekaligus menjadi kunci informan.
Dalam hal ini yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Wonocolo, Surabaya dan
anggota jajarannya.
b. Obyek
Obyek adalah aspek keilmuan yang menjadi kajian
penelitian. Obyek dalam penelitian ini adalah komunikasi
organisasi tata kerja di Polsek Wonocolo, Surabaya.
c. Lokasi Penelitian
Adalah tempat penelitian yang dilakukan. Peneliti
mengambil lokasi penelitian di Satuan Kepolisian Sektor
Wonocolo (Polsek Wonocolo), Surabaya.
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang dipakai oleh peneliti yaitu dengan
menggunakan dua bentuk jenis data penelitian kualitatif. Data primer
dan data sekunder.
Adapun jenis sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
20
Yakni segala informasi yang didapat dari informan sesuai dengan
fokus penelitian. Dalam hal ini data yang diambil adalah tentang
komunikasi organisasi tata kerja di Polsek Wonocolo, Surabaya.
b. Data sekunder
Yakni data yang berasal dari bahan bacaan yang berupa
dokumen-dokumen baik berupa buku, surat-surat, dan dokumen-dokumen lain yang
dibutuhkan dalam penelitian untuk melengkapi data primer.
4. Tahapan Penelitian
a. Tahap Pra Lapangan
1) Menyusun rancangan penelitian. Pada tahap awal, peneliti
membuat proposal penelitian.
2) Memilih lapangan penelitian. Peneiliti mengambil judul
“Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo”,
maka lapangan penelitian bertempat di Polsek Wonocolo,
Surabaya.
3) Mengurus perizinan. Peneliti mengajukan permohonan kepada
bagian akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
kemudian diserahkan kepada Kepala Kepolisian Sektor
Wonocolo.
4) Memilih dan memanfaatkan informan. Dalam tahap ini peneliti
harus selektif dalam memilih informan. Peneliti memilih
Kepala Kepolisian Sektor Wonocolo selaku pimpinan di
21
5) Mempersiapkan perlengkapan penelitian. Perlengkapan yang
diperlukan antara lain: surat izin penelitian, alat tulis (buku
catatan, bolpoin, map), dan alat dokumentasi berupa foto dan
video menggunakan kamera.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri, meliputi:
a) Pembatasan latar dan peneliti
b) Penampilan peneliti harus sesuai dengan aturan yang
berlaku di lapangan penelitian
c) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan
d) Jadwal meneliti harus diperhatikan
2) Memasuki lapangan penelitian dengan bersosialisasi dengan
Anggota Satuan Kepolisian Sektor Wonocolo, Surabaya.
3) Berperan serta dalam mengambil data, dilakukan untuk
mendapatkan data-data yang valid dan peneliti mengamati
bagaimana proses komunikasi organisasi tata kerja di Polsek
Wonocolo, Surabaya.
c. Laporan
Yakni sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yang disusun secara terstruktur, dalam bentuk format yang
rapid an dapat di pertanggung jawabkan.
22
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan
menggunakan teknik:
a. Interview atau wawancara adalah teknik penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dengan menggunakan panduan dan pedoman
wawancara yang telah dipersiapkan sesuai dengan fokus penelitian.
Wawancara yang dilakukan bersifat terbuka dan terstruktur.
b. Observasi. Teknik ini dilakukan oleh peneliti kualitatif dengan cara
terlibat langsung dalam aktivitas subyek yang diteliti untuk
mendekatkan diri antara peneliti dengan yang diteliti. Peneliti juga
melakukan observasi ini guna mendukung hasil wawancara kepada
Kepala Kepolisian Sektor Wonocolo.
c. Dokumentasi. Teknik ini dilakukan oleh peneliti dengan cara
mencari dan mendokumentasikan segala informasi yang dapat
mendukung fokus penelitian, dapat berupa gambar atau foto,
dokumen-dokumen tertulis, yang berkaitan dengan Polsek
Wonocolo, Surabaya.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data ini dilakukan bersamaan dengan proses
pengumpulan data. Data dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata,
perilaku atau tindakan yang dapat diobservasikan. Analisis data ini
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:
reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi.15
15
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006), 18
23
Peneliti menganalisis data mengunakan analisis domein.
Analisis domein adalah analisis yang dilakukan terhadap data yang
diperoleh dari pengamatan berperan serta atau wawancara atau
pengamatan deskriptif.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data sangat penting dilakukan
agar data yang diperoleh memiliki nilai kevalidan dan kesohihan data.
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep
validitas dan realibilitas menurut versi “positivism” dan disesuaikan
dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigm sendiri16.
Adapun teknik yang digunakan antara lain:
a. Perpanjangan keikut-sertaan
Keikut-sertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Keikut-sertaan tidak hanya dalam waktu singkat melainkan
memerlukan perpanjangan keikut-sertaan pada latar penelitian.
b. Diskusi dengan teman sejawat
Dimaksudkan untuk mengetahui data-data yang belum diteliti oleh
peneliti, dapat dijadikan sebagai data tambahan di lapangan dan
membandingkan data yang satu dengan yang lain.
I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
16
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005), 321
24
Dalam pemaparan skripsi ini dibagi menjadi lima bab pembahasan yang
disusun secara sistematis. Adapun pokok pembahasan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, definisi konsep, kerangka
pikir penelitian, metode penelitian dan
sistematika pembahasan
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan mengenai kajian
teoritis dari judul yang ada, uraian-uraian
tersebut dipaparkan secara komprehensif, berisi
terdiri dari: pengertian komunikasi organisasi
tata kerja, fungsi komunikasi organisasi tata
kerja, kerangka pikir penelitian
BAB III : PENYAJIAN DATA
Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran lokasi
penelitian, yang meliputi latar belakang
berdirinya Polsek Wonocolo, Surabaya, struktur
kepenggurusan di Polsek Wonocolo dan
gambaran umum objek penelitian, serta
25
yang berisi tentang jawaban atas berbagai
masalah yang diajukan peneliti.
BAB IV : ANALISIS DATA
Pada bab ini akan menganalisis data yang
memaparkan hasil penelitian berupa data
tentang Komunikasi Organisasi Tata Kerja di
Polsek Wonocolo, Surabaya. Dari hasil
penelitian tersebut dianalisis sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan yang kemudian
dikonfirmasikan dengan teori yang relevan.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan
BAB II
KAJIAN TEORITIS
1. Komunikasi Organisasi
a. Pengertian Komunikasi Organisasi
Sebelum berbicara tentang komunikasi organisasi, perlu kita
memahami makna komunikasi bedasarkan perspektif para ahli sehingga
arah pemikiran dalam konsep dasar komunikasi yang variatif tersebut
dapat memberi gambaran yang komprehensif, diantaranya sebagai
berikut:
1) Carl I. Hovland
Komunikasi merupakan proses seseorang menyampaikan
rangsangan dengan tujuan mengubah perilaku orang lain.1
2) Everett M. Rogers
Komunikasi merupakan suatu proses dimana sebuah ide disebar
luaskan dari sumber kepeda satu penerima atau lebih, dengan
tujuan untuk mengubah tingkah laku mereka.2
3) Gebner
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan,
emosi, skill dan seterusnya, dengan symbol, kata, gambar, figure,
1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Paktek, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1999), 10. 2
28
grafik dan lain-lain. Hal tersebut adalah suatu aksi penyampaian
yang biasanya disebut komunikasi.3
4) Himstreet dan Baty
Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi di antara
dua orang atau lebih melalui suatu system symbol-simbol,
isyarat-isyarat, dan perilaku yang sudah lazim.4
5) McLaughlin
Komunikasi merupakan proses saling menukar gagasan-gagasan
atau ide-ide dengan berbagai cara yang efektif.5
6) Onong Uhcjana Effendy
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dalam
bentuk lambang yang bermakna sebagai perpaduan pikiran dan
perasaan berupa ide atau gagasan, informasi, kepercayaan, harapan,
imbauan, dan lain sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada
orang lain, baik langsung secara bertatap muka maupun secara
tidak langsung melalu media komunikasi dengan tujuan mengubah
sikap, pandangan, dan perilaku.6
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa komunikasi adalah
suatu proses yang di dalamnya terjadi pembagian makna, ide-ide atau
gagasan di antara dua orang atau lebih dan mereka dapat saling
3
Reed H. Blake, A Taxonomi Of Consept in Communication, (USA: Hasting Hause, Publisher Inc,
1979), 3. 4
William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty, Bussiness Communications: Principesland
Methods. (Boston: Publishing Company, 1990), 6. 5
Ted J. McLaughlin, Communication, (Columbus: Charles E. Merrill Books, Inc, 1964), 21.
6
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989), 60.
29
memahami pesan yang di sampaikan. Tanpa adanya kesamaan
perngertian diantara peserta komunikasi maka tidak ada sebuah tindak
komunikasi.
b. Struktur Komunikasi Dalam Organisasi
Hal-hal yang perlu dipahami dalam kajian struktur komunikasi
dalam organisasi yaitu kemanakah arah atau arus komunikasi dalam
organisasi ? untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu adanya
penjelasan meliputi komunikasi kebawah, keatas, lateral, dan
komunikasi lintas saluran. 7
1) Komunikasi Ke Bawah (Downward Communication)
Komunikasi ke bawah yaitu pesan yang dikirim dari tingkat
structural yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah.
Contohnya pesan yang dikirim oleh Kapolsek kepada satuan
anggotanya, pesan yang dikirim oleh atasan tersebut dapat berupa
perintah, imbauan, nasehat dan lain sebagainya.
Terdapat permasalahan yang sering timbul dalam komunikasi
kebawah yaitu kesalahpahaman makna perintah dari atasan oleh
bawahan. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan bahasa yang
digunakan oleh atasan dan tidak dapat dipahami oleh bawahan.
Merupakan hal yang wajar karena umumnya atasan dalam sebuah
organisasi memiliki latar belakang pendidikan yang relativ lebih
tinggi dibandingkan dengan bawahan. Maka dari itu sering kali
7
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja
30
bahasa yang digunakan atasan tidak dipahami oleh bawahan.
Begitu juga sebaliknya, dalam urusan teknis terkadang ada kode
bahasa sendiri yang biasanya hanya dimengerti oleh atasan atau
bawahan saja.
Menurut Katz dan Kahn8 ada lima jenis informasi yang biasa
dikomunikasikan oleh atasan kepada bawahannya, yaitu:
a) Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
b) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan
pekerjaan
c) Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi
d) Informasi mengenai kinerja pegawai
e) Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas
Ada beberapa cara yang digunakan dalam penyampaian
informasi ke bawahan, diantaranya adalah dengan cara tulisan,
lisan, tulisan diikuti lisan, dan lisan diikuti tulisan.9
2) Komunikasi Ke Atas (Upward Communication)
Komunikasi keatas yaitu proses penyampaian pesan yang
dikirim dari tingkat structural yang lebih rendah kepada tingkatan
yang lebih tinggi. Misalnya para pegawai kepada manajernya. Jenis
komunikasi tersebut biasanya meliputi:
8
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan, Editor Deddy Mulyana, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), 185 9
Ibid,. 187
31
a) Kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan, meliputi apa yang
terjadi di pekerjaan, seberapa jauh pencapaiannya, apa yang
masih perlu dilakukan, dan lain sebagainya.
b) Masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pertanyaan yang
belum terjawab.
c) Berbagai ide-ide atau gagasan perubahan dan saran-saran
perbaikan.
d) Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan yang berkaitan
dengan pekerjaan itu sendiri, pekerjaan lainnya, dan masalah
lain yang serupa.10
Adapun permasalahan yang sering terjadi dalam komunikasi
jenis ini adalah pesan yang ditujukan kepada atasan seringkali
hanya pesan-pesan positif, laporan yang bersifat “asal bapak
senang” kerap mewarnai dalam perjalanan organisasi. Masalah
lainnya dalam secara fisik, masalah dimana biasanya terjadi karena
tempat antara pimpinan dengan bawahan terpisah jauh. Misalnya
pimpinan berada dilantai atas sedangkan bawahan dilantai bawah,
bahkan ada yang para karyawannya bekerja diluar daerah.
Sebab-sebab lain kesulitan bawahan ini apat dijelaskan
dengan pendapat Sharma11 yang meliputi:
a) Bawahan cenderung menyembunyikan pemikiran mereka
10
Josep A. Devito, Komunikasi Antarmanusia : Kuliah Dasar, (Jakarta: Professional Books, 1977), 346
11
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi,………, 191
32
b) Adanya perasaan bahwa pimpinan tidak tertarik dengan
masalah bawahan
c) Kurangnya penghargaan bagi komunikasi keatas yang
dilakukan bawahan.
d) Adanya perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak
tanggap pada apa yang disampaikan bawahan.
Ada beberapa cara sebagai antisipasi permasalahan yang
telah diuraikan diatas, Planty dan Machaver12 menjabarkan tujuh
prinsip sebagai pedoman komunikasi keatas, yaitu:
a) Program komunikasi keatas yang efektif harus direncanakan
b) Program komunikasi keatas yang efektif berlangsung secara
kesinambungan
c) Program komunikasi keatas yang efektif mengunakan saluran
rutin
d) Program komunikasi keatas yang efektif menitik beratkan pada
kepekaan dan penerimaan dalam pemasukan gagasan dari
tingkatan yang lebih rendah
e) Program komunikasi keatas yang efektif mencakup
mendengarkan secara objektif
f) Program komunikasi keatas yang efektif mencakup tindakan
untuk menanggapi masalah
12
Ibid., 193
33
g) Program komunikasi keatas yang efektif menggunakan
berbagai media dan metode untuk meningkatkan aliran
informasi.
3) Komunikasi Lateral (Horisontal)
Komunikasi lateral (horizontal) adalah proses penyampaian
pesan yang dikirim dari dan ke tingkat structural yang sama.
Misalnya sesama karyawan, sesama anggota kepolisian di bagian
intelijen. Jenis komunikasi ini dapat memperlancar pertukaran
pengetahuan, wawasan, penggalaman, metode dan bahkan tempat
curahan pendapat (brainstorming). Dengan komunikasi ini dapat
memperkecil terjadinya miss-komunikasi atau kesalahpahaman
diantara para anggota organisasi.13
Permasalahan yang kerap terjadi dalam jenis komunikasi ini
adalah jika para pegawai atau karyawan dalam pekerjaannya sudah
terspesialisasi sesuai dengan bidangnya sendiri, maka mereka
menganggap bahwa pekerjaannyalah yang terbaik sehingga yang
lain dianggap sebagai competitor. Jika hal yang demikian terjadi
akan sulit menjalankan komunikasi lateral.14
Tujuan adanya komunikasi lateral ini antara lain untuk
mengkoordinasikan penugasan kerja, berbagi informasi yang
berkaitan dengan rencana dan program, sebagai pemecah masalah,
sarana memperoleh pemahaman bersama, media berunding, untuk
13
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi,………, 196
14
Ibid., 196
34
mendamaikan, dan menenggahi perbedaan agar menumbuhkan
dukungan antar personal.15
4) Komunikasi Lintas Saluran
Komunikasi lintas saluran merupakan komunikasi yang
terjadi dimana informasi diberikan melewati batas-batas fungsional
atau batas-batas unit kerja, dan diantara orang-orang yang satu
dengan yang lainnya tidak saling menjadi bawahan atau atasan16.
Misalnya komunikasi yang terjadi antara bagian administrasi
dengan bagian logistic dalam sebuah lembaga atau organisasi.
Permasalahan yang kerap timbul dalam komunikasi jenis ini
adalah terjadinya prejudice (prasangka) antar sesama pegawai.
Maka dari itu pimpinan harus bertindak bijaksana apabila
mendapati permasalahan yang demikian. Komunikasi jenis ini
cenderung sulit untuk dihindari, terkadang menjadi penting untuk
dilakukan sebagai bargaining power (tawar-menawar).
c. Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi
Secara umum fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi
(to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan
mempengaruhi (to influence).17 Informasi dapat diberikan kepada siapa
saja yang menjadi lawan berbicara, pesan merupakan informasi yang
disampaikan oleh setiap orang yang terlibat dalam proses komunikasi.
15
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi,………, 196
16
Ibid., 195 17
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2000), 8
35
Segala pesan atau informasi merupakan faktor penentu adanya saling
pengertian dalam komunikasi. Begitu juga dengan fungsi mendidik,
mempengaruhi dan menghibur, ketiga fungsi tersebut melekat dalam
sebuah transaksi komunikasi. Makna pesan-pesan itulah yang
menjadikan terjadinya proses komunikasi.
Komunikasi organisasi adalah peristiwa komunikasi yang terjadi
dalam suatu organisasi, oleh karenanya maknya fungsi tersebut
bergantung pada proses manajemen komunikasi dalam suatu organisasi.
S. Djuarsa Sendjaja18 memberikan gambaran tentang fungsi komunikasi
dalam organisasi yang terdiri dari empat fungsi yaitu fungsi
informative, fungsi regulative, fungsi persuasive, dan fungsi integrative.
Fungsi informative dalam organisasi menganggap bahwa organisasi
merupakan suatu system pemrosesan informasi yang artinya semua
anggota dalam sebuah organisasi membutuhkan informasi untuk
mengerjakan bidang pekerjaannya sesuai dengan job-descripstion
masing-masing bidang.
Fungsi regulative berkaitan dengan aturan-aturan yang berlaku
dalam suatu organisasi sebagai dasar mengerjakan sesuatu. Pada suatu
organisasi terdapat dua poin penting yang berpengaruh terhadap fungsi
regulative, yaitu atasan yang memegang kendali manajemen dan pesan.
Seorang atasan mempunyai kewenangan dan mengendalikan bawahan
18
36
atas segala perintah yang diberikan. Makna pesan dalam sebuah
organisasi adalah berorientasi langsung pada kerja19.
Fungsi persuasive dilakukan oleh pimpinan untuk memberikan
sentuhan bagaimana suatu pekerjaan dilakukan oleh bawahan tanpa
memberikan perintah secara formal. Sering terjadi jika atasan
memberikan suatu intruksi dengan bahasa yang kaku dan terkesan
terlalu formal maka bawahan tidak akan mengerjakan secara sukarela,
sebaliknya jika suatu intruksi diberikan secara persuasive maka
bawahan yang mengerjakan akan merasa memiliki hasil pekerjaan
tersebut20.
Fungsi integrative berupaya menyatukan persepsi seluruh anggota
dalam suatu organisasi baik kalangan structural atas maupun tingkat
bawah tentang tujuan dan misi organisasi melalui saluran-saluran
komunikasi yang ada dalam sebuah organisasi. Secara general saluran
komunikasi dalam organisasi ada dua yaitu saluran formal dan informal.
Saluran formal dapat berupa penerbitan lembaran-lembaran berita atau
bulletin-buletin tentang organisasi bersangkutan yang diperuntukan
sebagai informasi bagi seluruh anggota organisasi baik atasan maupun
bawahan. Sedangkan saluran informal dapat melalu pembicaraan
antarpribadi pada saat istirahat kerja, kegiatan nonformal, dan lain
sebagainya. Dengan demikian kegiatan ini akan menumbuhkan
19
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), 136 20
Ibid., 136
37
kesadaran diri atau partisipasi yang besar dari seluruh anggota terhadap
organisasi21.
d. Jaringan Komunikasi Organisasi
Jaringan komunikasi organisasi adalah saluran yang digunakan
untuk meneruskan suatu pesan dari satu orang pada orang lain, jaringan
tersebut dapat diamati dalam dua prespektif, yaitu:
a) Kelompok kecil sesuai sumberdaya yang dimiliki akan
mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa
struktur jaringan komunikasi. Jaringan ini dijadikan sebagai suatu
system komunikasi umum yang digunakan organisasi atau kelompok
untuk mengirimkan pesan kepada orang lain.
b) Jaringan komunikasi ini dapat dipandang sebagai struktur yang
diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana
komunikasi organisasi.
Jaringan dalam organisasi membicarakan tentang sekumpulan
manusia dimana mereka memiliki ikatan-ikatan yang saling
berhubungan atau terikat satu dengan yang lain. Dalam hubungan
tersebut terdapat adanya suatu arus yang diatur agar tidak saling
bertabrakan. Jaringan memiliki beberapa prinsip dasar, diantaranya:
a) Pola. Pola merupakan suatu bentuk yang sudah teratur atau diatur.
21
38
b) Rangkaian. Rangkaian dapat dilihat sebagai suatu kesempurnaan
suatu pola yang telah disusun menjadi rangkaian pola arus
komunikasi.
c) Rangkaian yang ada relative stabil. Rangkaian ini merupakan suatu
tata urusan secara sistematis sesuai rangkaian pola yang disusun
dalam melakukan suatu hal. Jika rangkaian berjalan dengan stabil
makan akan digunakan secara terus menurus.
d) Hukum yang mengatur. Jika orang-orang yang ada di dalam suatu
organisasi tidak berjalan sesuai dengan rangkaian yang ada, maka
akan mendapatkan sanksi. Hukum berlaku supaya prinsip-prinsip
tersebut dapat berjalan dengan baik.
Secara general ada dua pola jaringan dalam suatu organisasi yaitu
jaringan komunikasi formal dan informal22. Jaringan komunikasi yang
formal bila pesan mengalir melalu jalan resmi yang ditentukan
olehtingkatan-tingkatan resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan.
Sedangkan jaringan komunikasi informal adalah bilamana bawahan
berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan hubungan
posisi.
Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi
formal yaitu komunikasi kepada bawahan, komunikasi pada atasan dan
komunikasi horizontal. Sedangkan jaringan komunikasi informal lebih
dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin. Dalam istilah
22
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 107-126
39
komunikasi grapevine dapat diartikan sebagai cara menyampaikan
pesan secara rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh
melalui jaringan komunikasi formal. Yang perlu diperhatikan adalah
pola jaringan merupakan pola umum yang sering digunakan oleh suatu
kelompok atau organisasi.
e. Gaya Komunikasi Dalam Organisasi
Gaya komunikasi (communications style) adalah seperangkat
perilaku antar pribadi terspesialisasi dan digunakan dalam suatu situasi
tertentu23. Gaya komunikasi dapat mengambarkan bagaimana perilaku
seseorang dalam suatu organisasi pada saat menyampaikan ide atau
gagasan. Ada enam gaya komunikasi yang sering digunakan dalam
suatu organisasi, gaya tersebut disesuaikan dengan maksud dan tujuan
pengiriman pesan. Yaitu:
a) Controlling Style
Gaya komunikasi ini bersifat mengendalikan, mengatur, membatasi
dan bahkan memaksa perilaku dan pikiran orang lain. Dalam proses
gaya komunikasi ini sejenis dengan komunikasi satu arah. Gaya ini
menekankan pada aspek pengiriman pesan tanpa memperdulikan
aspek umpan balik. Gaya komunikasi ini biasanya digunakan untuk
mempersuasi orang lain supaya bekerja secara efektif.24
b) Equailitarian Style
23
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), 142 24
40
Gaya komunikasi ini mementingkan aspek kesamaan atau
keseimbangan pesan. Artinya penyebaran pesan dapat terjadi secara
lisan maupun tulisan yang bersifat dua arah atau adanya timbal
balik. Gaya komunikasi ini tepat untuk memelihara empati dan
kerjasama, karena sifat keterbukaan dalam berkomunikasi antar
anggota organisasi.25
c) Structuring Style
Gaya komunikasi ini bersifat terstruktur, yaitu melalu struktur
penerimaan maupun pengiriman baik secara lisan maupun tulisan
untuk memantapkan perintah yang harus dilakukan. Dalam gaya ini
alur pesan mengikuti struktur yang ada dalam organisasi.26
d) Dynamic Style
Gaya komunikasi ini memiliki kecenderungan agresif, karena
menyadari bahwa lingkungan kerjanya berorientasi pada tindakan,
biasanya digunakan oleh supervisor yang membawahi para sales.
Tujuannya adalah untuk merangsang pekerja agar bekerja dengan
efektif dan efisien. Gaya komunikasi ini efektif dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang bersifat kritis.27
e) Relinquishing Style
Gaya komunikasi ini bersifat akomodatif, artinya meskipun sorang
atasan memiliki hak untuk memerintah dan mengontrol orang lain,
akan tetapi lebih banyak bersedia menerima saran dan pendapat
25
Ibid., 142-143 26
Ibid., 142-143 27
41
orang lain. Gaya ini efektif bila orang yang diajak bekerjasama
memiliki pengetahuan luas, berpenggalaman, dan bertanggung
jawab.
f) Withdraw Style
Gaya komunikasi ini lebih bersifat menghindari tanggung jawab.
Gaya komunikasi ini tidak cocok diterapkan dalam organisasi,
karena keinginan untuk menghindari tanggung jawab maka tidak
ada keinginan untuk berkomunikasi.28
Dari keenam uraian gaya komunikasi diatas, equalitarian style
merupakan gaya komunikasi yang ideal, sedangkan structuring,
dynamic dan relinquaishing dapat digunakan secara strategis untuk
menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Adapun gaya
komunikasi controlling dan withdraw mempunyai kecenderungan
menghalangi berlangsungnya insteraksi yang bermanfaat dan
produktif29.
f. Iklim Komunikasi Organisasi
a) Pengertian dan pentingnya iklim komunikasi
Menurut David dan Newstrom iklim organisasi adalah
lingkungan dimana para karyawan suatu organisasi melakukan
pekerjaan mereka. Iklim mengitari dan mempengaruhi segala hal
28
Ibid., 143 29
Jerry W. Koehler, Kail W.E Anatol, Ronald L. Aoolbaum, Organizational Communication,
42
yang bekerja dalam organisasi sehingga iklim dikatakan sebagai
suatu konsep yang dinamis30.
Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich dan Donelly iklim
organisasi adalah serangkaian keadaan lingkungan yang dirasakan
secara langsung dan tidak langsung oleh karyawan31. Hal ini
mengambarkan jika iklim organisasi dapat mempengaruhi
karyawan baik secara sadar maupun tidak sadar.
Gibb menegaskan bahwa tingkah laku komunikasi tertentu dari
anggota organisasi mengarahkan kepada iklim supportiveness,
diantara tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut:
a. Deskripsi, anggota organisasi memfokuskan pesan mereka
kepada kejadian yang dapat diamati daripada evaluasi secara
subjektif atau emosional.
b. Orientasi masalah, anggota organisasi memfokuskan
komunikasi mereka pada pemecahan kesulitan mereka secara
bersama.
c. Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan
dalam merespons sesuatu yang terjadi.
d. Empathy, anggota organisasi memperlihatkan perhatian dan
pengertian terhadap anggota lainnya.
30
Keith Davis & John W Newstrom, Perilaku Dalam Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1994), 20 31
43
e. Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota yang
lain sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan
dan kekuasaan.
f. Profesionalism. Anggota organisasi bersifat fleksibel dan
menyesuaikan diri pada situasi komunikasi yang berbeda32.
Iklim organisasi penting karena jika dalam suatu organisasi
para anggotanya tidak bisa berkoordinasi dengan baik maka akan
mengancam timbulnya masalah dalam organisasi tersebut. Segala
hal yang menyangkut keharmonisan hubungan yang dijalin oleh
anggota organisasi mempengaruhi kemajuan suatu organisasi
tersebut.
Pace dan Faules33 mengemukakan jika sedikitnya ada enam
faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi yaitu:
a. Kepercayaan. Para anggota disetiap tingkat harus berusaha keras
untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di
dalamnya kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung
oleh pernyataan dan tindakan. Karena makin tinggi suatu
kepercayaan, maka motivasi kerja cenderung semakin tinggi.
b. Pembuat keputusan bersama. Para pegawai di setiap tingkat
dalam organisasi harus berkomunikasi dan berkonsultasi
mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijaksanaan
organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka dan diberi
32
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 85-86
33
R. Wayne Pace and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998), 159-160
44
kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan
manajemen, dengan tujuan agar mereka turut serta berperan
dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.
c. Kejujuran. Suasana umum yang meliputi kejujuran dan
keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam
organisasi, agar pegawai mampu berkomunikasi dengan teman
sejawat, tanpa memikirkan baik itu atasan ataupun bawahan.
d. Keterbukaan dalam komunikasi kebawah. Komunikasi kebawah
adalah komunikasi yang berlangsung dari satuan-satuan
organisasi yang ada di bawahnya. Komunikasi ini bisa berupa
memo, buku pedoman, perintah, teguran, dan pujian. Kecuali
untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus
relative mudah memperoleh informasi yang berhubungan
langsung dengan tugas mereka.
e. Mendengarkan dalam komunikasi keatas. Anggota di setiap
tingkatan dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran
atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan anggota di
setia tingkat bawahan dalam organisasi, secara
berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari
bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan
kecuali ada petunjuk yang berlawanan.
f. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Anggota di
45
komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktifitas
tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah dan menunjukkan perhatian
besar pada anggota organisasi lainnya.
Suatu iklim komunikasi berkembang dalam konteks
organisasi. Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi
dapat diringkaskan menjadi lima kategori besar, yaitu34:
a. Anggota organisasi. Di pusat organisasi terdapat orang-orang
yang melaksanakan pekerjaan organisasi.
b. Pekerjaan dalam organisasi. Pekerjaan yang dilakukan anggota
organisasi terdiri dari tugas-tugas formal dan informal.
c. Praktik-praktik pengelolaan. Tujuan utama pegawai manajerial
adalah menyelesaikan pekerjaan melalui usaha orang lainnya.
d. Struktur organisasi. Merujuk kepada hubungan-hubungan antara
tugas-tugas yang dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi.
e. Pedoman organisasi. Serangkaian pernyataan yang
mempengaruhi, mengendalikan, dan memberi arahan bagi
anggota organisasi dalam mengambil keputusan dan tindakan.
Pedoman organisasi terdiri atas pernyataan-pernyataan seperti
cita-cita, misi, tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, dan aturan35.
b) Dimensi-dimensi iklim komunikasi
Konsep iklim organisasi dapat diukur melalui lima dimensi,
yaitu:
34
R. Wayne Pace and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998), 159-160 35
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 149-153
46
a. Responsibility (tanggung jawab). Tanggung jawab adalah
kewajiban seseorang untuk melaksanakan fungsi yang
ditugaskan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pengarahan
yang diterima atau tingkatan sejauh mana anggota organisasi
bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dibebankan.
b. Identity (identitas). Perasaan memiliki (sense of belonging)
terhadap perusahaan dan diterima dalam kelompok.
c. Warmth (kehangatan). Perasaan terhadap suasana krja yang
bersahabat dan lebih ditekankan pada kondisi keramahan atau
persahabatan.36
d. Support (dukungan). Hal-hal yang berkaitan dengan dukungan
dan hubungan antar sesame rekan kerja yaitu perasaan saling
menolong antara manajer dengan pegawai, lebih ditekankan
pada dukungan yang saling membutuhkan antara atasan dan
bawahan.37
e. Conflict (konflik). Merupakan situasi dimana terjadi
pertentangan atau perbedaan pendapat antara bawahan dengan
tasan dan bawahan dengan bawahan. Dalam hal ini kedua belah
pihak harus bersedia menempatkan masalah secara terbuka dan
mencari solusinya daripada menghindarinya.38
c) Analisis iklim komunikasi
36
R. Wayne Pace and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
47
Analisis iklim organisasi dapat dilakukan melalui metode
yang sederhana yaitu mengukur pengaruh komunikasi organisasi
yang berkaitan dengan persepsi yaitu reaksi-reaksi perseptual
anggota organisasi yang relevan dengan komunikasi organisasinya.
g. Budaya Organisasi
Budaya adalah system makna dan keyakinan bersama yang dianut
oleh para anggota organisasi yang menentukan sebagian besar cara
mereka bertindak satu terhadap yang lain dan terhadap orang luar.
Sedangkan organisasi adalah seperangkat asumsi atau system
keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi
yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk
mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal39.
Berdasarkan uraian singkat diatas yang berhubungan dengan
budaya organisasi, dapat kita gambarkan budaya organisasi sebagai
suatu perangkat system nilai-nilai (values) keyakinan-keyakinan
(beliefs) atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan
diikuti oleh para naggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku
dan pemecahan masalah-masalah organisasi40.
2. Komunikasi Koersif
Komunikasi instruktif atau koersif adalah proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain yang diiringi dengan ancaman atau
sanksi yang memiliki tujuan untuk merubah sikap, opini atau tingkah laku.
39
Fred Luthans, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Andi, 2006), 124 40
Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 2