• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riwayat Mudallisin dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim: telaah kritis atas pemikiran Kamaruddin Amin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Riwayat Mudallisin dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim: telaah kritis atas pemikiran Kamaruddin Amin."

Copied!
251
0
0

Teks penuh

(1)

RIWAYAT

MUDALLISI<N

DALAM

S}AH}I<H {AL-BUKHA<RI <

DAN

S}AH}I><H {MUSLIM

(Telaah Kritis Atas Pemikiran Kamaruddin Amin)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ilmu Hadis

Oleh

M. Syukrillah

F08213256

PASCASARANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)

RIWAYAT

MUDALLISI<N

DALAM

S}AH}I<H {AL-BUKHA<RI <

DAN

S}AH}I><H {MUSLIM

(Telaah Kritis Atas Pemikiran Kamaruddin Amin)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ilmu Hadis

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. Idri, M.Ag

Oleh: M. Syukrillah

F08213256

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

M. Syukrillah, 2017. Riwayat Mudallisi>n Dalam S}ah}i>h al-Bukha>ri dan S}ah}i>h} Muslim (Telaah Kritis atas Pemikiran Kamaruddin Amin). Tesis. Program Studi Ilmu Hadis Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing : Prof. Dr. H. Idri, M.Ag

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya pemikiran Kamaruddin Amin yang menggugat konsep ‘ulu>m al-h}adi>th tentang riwayat mudallisin khususnya yang tercatat dalam Kitab S}ahi>h} al-Bukha>ri dan S}ahi>h} Musli>m. Pemikiran ini tentunya berbeda bahkan kontradiktif dengan klaim kesahihan hadis-hadis dalam kedua kitab tersebut menurut ulama hadis. Untuk meneliti permasalahan ini, dirumuskan pertanyaan yaitu (1) Bagaimana pemikiran Kamaruddin Amin tentang riwayat mudallisi>n dalam Kitab S}ahi>h} al-Bukha>ridan S}ahi>h} Musli>mdan, (2) Bagaimana kritik atas pemikiran Kamaruddin Amin tersebut.

(8)

memiliki kelemahan dan implikasi negatif bagi hadis-hadismudallas disebabkan generalisasi dan kesalahpahaman atas metode kritik hadis al-Albani>, (5) Aplikasi kritik hadis mudallas menurut metode ulama tradisional (‘ulu>m al-h}adi>th) menggunakan kaidah “al-jarh{ muqaddamun ‘ala> al-ta’di>l idha> ka>na> mufassaran” bila terjadi kontroversi dalam penilaian tidak tepat untuk konteks permasalahan tadli>s dari perawi yang thiqah, (6) Metode orientalis dengan cara penanggalan (dating) hadis sebagai alternatif mengatasi kelemahan metode ’ulu>m al-h}adi>th tidak menyelesaikan masalah, tetapi justru mendegradasi kualitas hadis-hadis para perawimudallis.

(9)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

PERNYATAAN KEASLIAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

TRANSLITERASI... v

MOTTO... vii

ABSTRAK... viii

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah...1

B..Identifikasi dan Batasan Masalah...9

C..Rumusan Masalah...11

D. Tujuan Penelitian...11

E..Kegunaan Penelitian...12

F..Kerangka Teoritik...12

G. Penelitian Terdahulu...18

H. Metode Penelitian...21

(10)

BAB II SKETSA BIOGRAFI KAMARUDDIN AMIN, KARYA DAN

PEMIKIRANNYA TENTANG METODE KRITIK HADIS

A...Biografi dan Perjalanan Intelektual...26

B...Karya Ilmiah...35

C...Pemikiran Kamaruddin Amin tentang Metode Kritik Hadis...41

BAB III KONSEP TADLI>S DAN PEMIKIRAN KAMARUDDIN AMIN

TENTANG RIWAYATMUDALLISI<N DALAM S{AH{I{<H} AL-BUKHA<RI DAN

S{AH{I{<H} MUSLIM

A...TeoriTadli>s dan Riwayat Mudallisi>n Menurut ‘Ulu>m al-H{adi>th...56

B...RiwayatMudallis dalam S{ahi>h al-Bukha>ri dan S{ahi>h Muslim...93

C...Pemikiran Kamaruddin Amin tentang RiwayatMudallis dalam

S{ahi>h} al-Bukha>ri dan S{ahi>h} Muslim...108

BAB IV ANALISIS KRITIS ATAS PEMIKIRAN KAMARUDDIN AMIN

A...Analisis Dasar Pemikiran Kamaruddin Amin...139

B...Analisis Kritis atas Pemikiran Kamaruddin Amin...174

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan...229

B..Saran...231

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Urgensi hadis Nabi—baik dalam studi Islam maupun implementasi

ajarannya—bukanlah hal yang asing bagi kaum muslimin umumnya, apalagi bagi

kalangan ulama. Hal ini mengingat hadis menempati posisi sebagai sumber

hukum dalam sistem hukum Islam (al-Tashri>’ al-Islami>)setelah al-Qur’an.1

Sebagai referensi kedua setelah al-Qur’an,2 hadis membentuk hubungan

simbiosis mutualismdengan al-Qur’an sebagai teks sentral dalam peradaban Islam

bukan hanya dalam tataran normatif-teoritis namun juga terimplementasikan

dalam konsensus, dialektika keilmuan dan praktek keberagamaan umat Islam

seluruh dunia di sepanjang sejarahnya. Bersama al-Qur’an, hadis merupakan

“sumber mata air” yang menghidupkan peradaban Islam, menjadi inspirasi dan

referensi bagi kaum muslimin dalam kehidupannya.

Mengingat strategisnya posisi hadis dan urgensi mempelajarinya, maka

ulama hadis memberikan perhatian serius dalam bentuk menghafal hadis,

mendokumentasikan dalam kitab dan mempublikasikannya, menjabarkan

cabang-cabang keilmuannya, meletakkan kaidah-kaidah dan metodologi khusus untuk

menjaga hadis dari kekeliruan dan kesalahan dalam periwayatan serta melakukan

1Abdullah Hasan al-Hadi>thi,Athar al-H{adi>th al-Nabawy al-Shari>f fi Ikhtila>f al-Fuqaha>(Beirut :

Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, cet. 1, 2005), 3

(12)

2

riset-riset untuk meneliti validitas hadis.3 Dalam konteks ini, para ulama hadis

secara khusus mengambil tanggung jawab utama dan peran penting dalam

al-riwa>yah dan al-dira>yah hadis dari zaman ke zaman. Mereka berupaya untuk

menjaga otentisitas hadis dan mengeksplorasi makna dan kandungan hukum dan

hikmahnya.4 Dari aspek al-riwa>yah, para ulama hadis meletakkan kaidah-kaidah

dan metodologi khusus untuk menjaga hadis dari kekeliruan dan kesalahan dalam

periwayatan serta upaya sengaja dari pihak-pihak tertentu yang ingin

memalsukannya.5

Dalam sejarah periwayatan hadis muncul permasalahan tadli>s yang dinilai

mempengaruhi status validitas hadis.Tadli>s terjadi ketika seorang perawi yang

memiliki guru hadis yang pernah ditemui atau didengar darinya sejumlah hadis

kemudian dia meriwayatkan hadis tertentu yang tidak didengarnya langsung dari

guru tersebut dengan menggunakan lambang periwayatan (sighah al-tah}di>th) yang

berkonotasi atau terkesan (yuwham) dia mendengar langsung (sama>’) darinya

seperti ‘an, qa>la, anna, dan lain-lain. Biasanya, seorang perawi mudallis

melakukan tadli>s untuk menyembunyikan kekurangan atau cacat yang terdapat

pada sanad. Pada kasus keterputusan sanad, perawi mudallis sengaja

menghilangkan atau menyembunyikan nama gurunya dengan meriwayatkan hadis

3Lihat Muhammad Muhammad Abu Zahwu,Al-H{adi>th wa al-Muh{addithu>n(Riyadh: Al-Ri’asah

al-‘Ammah li Idarat al-Buhuts al-‘Ilmiyah wal Ifta’ wa al-Da’wah wa al-Irshad, 1404 H/1984 M), 5-6

4 Sejarah perkembangan hadis dari masa Rasulullah sampai masa modern dapat dibaca dalam

Muhammad Muhammad Abu Zahwu, Al-H{adi>th wa al-Muh}addithu>n, 46-451. Demikian pula dalam Nu>ruddi>n ‘Itr,Manhaj al-Naqd fi ‘Ulu>m al-H{adi>th (Damaskus: Da>r al-Fikr, Cet.3, 1418 H), 51-80

5 Banyak peneliti yang menjelaskan perhatian ulama hadis dalam konteks tersebut, antara lain

(13)

3

tersebut langsung melalui guru dari gurunya untuk menampakkan sanad yang

lebih berkualitas dengan mengesankan bagi orang yang melihat sanad itu sebagai

sanad muttas}i>l tanpa ada yang perawi yang terputus (saqt}) dan tersusun atas para

perawithiqa>t.6

Jumlah perawi hadis yang dinilai dan tercatat sebagai para mudallisu>n

tersebut tidaklah sedikit. Menurut daftar nama yang dihimpun oleh Burha>n al

Di>n al-Halabi> Abu al-Wafa> al-Tarablisi> (w. 841 H) dalam Kitabnya al-Tabyi>n li

Asma>’ al-Mudallisi>n, terdapat 93 orang perawi hadis.7 Ibn Hajar al-Asqala>ni> (w.

852 H) dalam Kitab Ta’ri>f Ahl al-H{adi>th bi Mara>tib al-Maws}u>fi>n bi al-Tadli>s

atau yang popular dengan nama T{abaqa>t al-Mudallisi>n menyebutkan 174 orang.8

Sementara itu al-Suyut}i> (w. 911 H) dalam Asma>’ al-Mudallisi>n mencantumkan

sejumlah 71 orang perawi.9 Dari sejumlah mudallisu>n tersebut, terdapat 70

perawi mudallis yang dicantumkan hadisnya dalam S}ahi>h al-Bukhari10dan 86

orang perawi mudallis dalam S}ahi>h Muslim.11 Dengan demikian, realitasnya

6Mahmu>d al-Tahha>n,Taisi>r Must}alah al-H{adi>th(Beirut: Maktabah Ma’a>rif li Nashr wa

al-Tawzi>’, cet. 10, 1425 H/2003), 96, ‘Abd Allah b. Yusuf al-Judai>’,Tahri>r ‘Ulu>m al-Hadi>th,Vol. 2 (Beirut: Muassasah al-Rayya>n, Cet. 1, 1424 H/2003 M), 952, Burha>n al-Di>n Ibra>hi>m al-Biqa>’i>, al-Nukat al-Wafiyyah bi ma> fi Sharh Alfiyah,Vol. 1, ed. Mahir Yasin Fahal (Riyad}: Maktabah al-Rushd, cet. 1, 1428 H/2007 M), 432

7 Burha>n al Di>n al-Halabi> Abu al-Wafa> al-Tarablisi>, al-Tabyi>n li Asma>’ al-Mudallisi>n (Beirut:

Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, Cet. 1, 1406 H/1986 M)

8 Ibn Hajar al-Asqala>ni>, Ta’ri>f Ahl al-H{adi>th bi Mara>tib al-Maws}u>fi>n bi al-Tadli>s (Omman:

Maktabah al-Mana>r, Cet. 1, 1983 M)

9al-Suyut}i>,Asma>’ al-Mudallisi>n(Beirut: Da>r al-Jali>l, cet.1, 1412 H)

10Awwad al-Khalaf, Riwaya>t al-Mudallisi>n fi S{ahi>h al-Bukha>ri: Jam’uha>-Takhrijuha>-al-Kala>m

‘alaiha>(Beirut: Dar al-Basyair al-Islamiyah, tt), 596,

11Awwad al-Khalaf, Riwaya>t al-Mudallisi>n fi S{ahi>h Muslim: Jam’uha>-Takhrijuha>-al-Kala>m

(14)

4

riwayat-riwayat hadis dari para mudallis bertebaran dalam kitab yang diklaim

paling sahih setelah al-Qur’a>n yaituS}ahi>h al-Bukhari dan S}ahi>h Muslim.12

Di kalangan ulama hadis terdapat perbedaan pendapat mengenai diterima

atau ditolaknya validitas hadis dari riwayat para mudallisu>n tersebut.13 Menurut

Mahmu>d al-T}ah}h}an, ada dua pendapat yang populer yaitu kelompok ulama yang

menolak hadis dari perawi mudallis secara mutlak karena perbuatan tadli>s itu

sendiri merupakan jarh} (bernilai negatif) bagi kredibilitas perawi dan pendapat

kedua yang merinci, yaitu jika disertai pernyataan eksplisit dari perawi mudallis

bahwa dia mendengar (al-sama>’) suatu riwayat maka hadis tersebut diakui

validitasnya, jika tidak jelas seperti mengunakan istilah ’an maka hadisnya

tersebut tertolak.14 Sementara, menurut penelitian ‘Abdullah bin Yusuf al-Juda’i,

variasi mazhab (pendapat) di kalangan ulama hadis dalam menyikapi periwayatan

darimudallistersebut lebih banyak lagi.15

Masalah validitas hadis dari perawi yang melakukan tadli>s (mudallis)

menjadi salah satu problematika ‘ulu>m al-h}adi>th yang dikaji oleh Kamaruddin

Amin16melalui penelitiannya tentang metode dua sarjana yang hidup di abad

ke-12Al-Nawawi,Muqaddimah Sharh Nawawi ‘ala> Shahi>h Muslim, Vol 1 (Kairo: Al-Matba’ah

al-Mishriyah bi al-Azhar, Cet. 1, 1347 H/1929 M), 14, Ibn al-S{ala>h,‘Ulu>m al-Hadi>th(Muqaddimah Ibn Al-S{ala>h), ed. Nuruddin ‘Itr (Beirut: Dar al-Fikr, cet. 3, 1418 H), 28, Ibn Katsir.Al-Ba’i>th al-Hathi>th Sharh Ikhtis}a>r “Ulu>m al-H{adi>th. Tahqiq: Shaikh Ahmad Shakir (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th), 34

13Ibn S}alah, Ma’rifah ‘Anwa>’ ‘Ulu>m al-H{adi>th (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘lmiyah, cet. 1, 1423

H/2002 M), 159

14Mahmu>d al-T}ah{h}a>n, Taisi>r Mus}t}alah al-Hadi>th (Riyad: Maktabah al-Ma’a>rif, cet. 10, 1425

H/2004 M), 103

15‘Abdullah bin Yusuf al-Juda’i, Tahri>r ‘Ulu>m al-H{adi>th, Vol. 2 (Beirut: Muassasah al-Rayya>n,

cet. 1, 1424 H/2003 M), 970-978

16Kamaruddin Amin adalah peraih gelar doktor dengan predikatSumma Cumlaude dalam bidang

(15)

5

20, Albani dan kritikusnya Hasan Al-Saqqa>f. Dalam penelitian yang

dipublikasikan dalam jurnal internasional Jurnal Islamic Law And Society (2004)

dengan judul Nasiruddin Al-Albani On Muslim's Sahi>h: A Critical Study Of His

Method dan dalam disertasi doktoralnya berjudul The Reliability of Hadith

Transmission-A Reexamination of H{adi>th-Critical Methods,17 Kamaruddin Amin

menjelaskan bahwa pendekatan yang menggunakan konsep‘ulu>m al-h}adi>thdalam

permasalahan riwayat mudallisi>n memiliki sisi kelemahan. Apabila konsep ‘ulu>m

al-h}adi>th tersebut diaplikasikan secara konsisten dalam penilaian validitas dan

realibitas riwayatmudallisi>nakan berimplikasi negatif terhadap validitas sejumlah

besar hadis dalam kitab-kitab sahih.18 Hal ini ditegaskan kembali oleh

Kamaruddin Amin dalam pidato pengukuhan guru besarnya di Bidang Ilmu Hadis

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar tanggal 29 Desember

2010 yang berjudul “Western Methods of Dating vis-a-vis Ulu>m al-H{adi>th:

Refleksi Metodologis atas Diskursus Kesarjanaan Hadis Islam dan Barat”.19

Alauddin Makasar. Saat ini beliau menjabat sebagai Direktur Jendral Pendidikan Islam Kemenag RI. Pada Bab berikutnya akan disebutkan profilnya.

17Kamaruddin Amin, “Nasiruddin Al-Albani On Muslim's Sahlh: A Critical Study Of His

Method”.Jurnal Islamic Law And Society 11,2, Koninklijke Brill Nv, Leiden, 2004), 149-176. Disertasi ini kemudian dicetak dan dipublikasikan dalam bentuk buku. Lihat Kamaruddin Amin. Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis(Jakarta: Penerbit Hikmah, Cet. 1, 2009)

18Kamaruddin Amin mengkritisi metode sarjana muslim modern dalam menentukan otentitas

hadis yang diwakili oleh Nas}r al-Di>n al-Albani dan al-Saqqa>f. Berangkat dari hasil penelitiannya atas metode Al-Albani dan Al-Saqqaf, Kamaruddin mengeneralisasi kelemahanan metode kedua sarjana hadis muslim itu sebagai kelemahan metode‘ulu>m al-hadi>th. Hal ini berdasarkan fakta bahwa keduanya konsisten mengikuti teori tentang riwayatmudallismenurut metodeulu>m al-hadi>th itu sendiri. Lihat Kamaruddin Amin, “The Reliability of hadith Transmission - A Reexamination of Hadith-Critical Methods”, (Ph. D dissertation, Bonn Universitaet, 2005), 57-88.

19UIN Online, “Western Methods Of Dating Vis-à-vis Ulumul Hadis”, dalam

(16)

6

Kamaruddin Amin mengklaim adanya sejumlah inkonsistensi metode

kritik hadis karena adanya gap yang cukup lebar antara teori dan fakta, antara

teori ‘ulu>m al-h}adi>th dengan keadaan objektif literatur hadis. Menurutnya, kalau

teori ‘ulu>m al-h}adi>th diaplikasikan secara ketat, bisa jadi kualitas literatur hadis

menurun secara sangat signifikan. Contoh sederhana, teori ‘ulu>m al-h}adi>th

mengajarkan kepada kita bahwa riwayat seorang mudallis tidak bisa dijadikan

hujjah apabila ia tidak berterus terang atau ia tidak menyatakan secara tegas

sumber informannya, misalnya dengan mengatakan ’an atau sejenisnya, kecuali

kalau riwayat tersebut dikuatkan oleh riwayat perawi lain yang thiqah.20 Klaim

Kamaruddin ini didasarkan atas argumen dari hasil penelitiannya yang

menyebutkan hal sebagai berikut:

Dengan berpedoman pada teori tersebut di atas maka semua hadis yang diriwayatkannya secara tidak langsung (misalnya dengan menggunakan kata-kata’an dan sejenisnya) tidak bisa dijadikan hujjah (dalil yang kuat), kecuali kalau ada hadis lain yang menguatkannya. Dalam kitab-kitab hadis, al-kutub al-sittah, misalnya, ditemukan ratusan hadis yang diriwayatkan oleh Abu al-Zubair, di mana dia tidak menjelaskan cara penerimaannya apakah langsung dari informannya atau tidak. Dalam al-kutub al-sittah, Abu al-Zubair meriwayatkan 360 hadis dari Sahabat Ja>bir b. Abdullah saja, belum termasuk hadis yang diriwayatkan Abu al-Zubair dari Sahabat lain. Jumlah tersebut akan bertambah lagi apabila diteliti riwayat Abu al-Zubair dalam kitab kitab hadis yang lain. Dari 360 hadis tersebut, Muslim merekam 194 hadis, Abu Dawud 83, Tirmizi 52, Nasai 141 dan Ibn Majah 78 hadis. Sebenarnya, jalur Abu al-Zubair – Ja>bir dalam al-kutub al-sittah sebanyak 548, tapi beberapa di antaranya hadis hadis yang berulang. Dari 194 hadis riwayat Abu al-Zubair yang terdapat dalamS}ahi>h} Muslim, 125 di antaranya Abu al-Zubair menggunakan kata-kata ‘an dan sejenisnya, hanya 69 hadis di mana ia menggunakan kata kata haddathana> dan sejenisnya. Menurut teori ‘ulu>m al-h}adi>th , riwayat

MetodologiAlternatif”,

dalam://www.ditpertais.net/annualconference/ancon06/makalah/Makalah%20Komaruddin.doc. (27 Desember 2014), 4 dan di http://profkamaruddin.blogspot.co.id/p/blog-page_2.html (diakses 25/09/2015)

20Kamaruddin Amin,Western Methods of Dating Vis-à-vis Ulumul Hadis…, 31-32. Kamaruddin

(17)

7

seperti ini tidak bisa dijadikan hujah. Kalau demikian halnya maka menurut ‘ulu>m al-h}adi>th, kita harus menolak ratusan hadis yang terdapat dalam kitab hadis termasuk dalam KitabS}ah}i>h Muslim.21

Fakta yang sama yang menguatkan kesimpulan di atas juga terjadi pada

perawiH{asan al-Basri>. Kamaruddin Amin menulis,

Oleh mayoritas kritikus hadis, H{asan al-Basri> dianggap sebagai mudallis. Meskipun ada juga yang memujinya sebagai faqi>h dan muru’ah, tapi ia tetap diklaim telah melakukan tadli>s. Terlepas dari apa yang disampaikan oleh para kritikus hadis tentang tokoh ini, kemunculannya sebagai perawi hadis yang begitu sering dalam kitab hadis menjadikannya sebagai tokoh yang terlalu penting untuk diabaikan. Dalam al-kutub al-sittahsaja H{asan al-Basri> meriwayatkan tidak kurang dari 281 hadis. 43 hadis di antaranya terdapat dalam S}ahi>h al-Bukhari dan S}ahi>h Muslim (the most highly appreciated hadith collections). 31 hadis terdapat dalamS}ahi>h al-Bukhari

dan 12 terdapat dalam S}ahi>h Muslim. Dari 31 hadis yang terdapat dalam

S}ahi>h al-Bukhari, hanya delapan kali H{asan al-Bas}ri mengatakan

haddathana> dan sejenisnya, yang oleh para kritikus hadis dianggap mendengarnya secara langsung dari informannya. Dalam 17 hadis, H{asan al-Basri> ber-an’ana, yang oleh para kritikus hadis dianggap tidak menerimanya secara langsung. Selebihnya, hadis H{asan al-Basri> dalam

S}ahi>h al-Bukhari adalah mursal. Dalam S}ahi>h Muslim hanya dua kali

H{asan al-Basri> mengatakan haddathana> dari 12 hadis yang diriwayatkannya. Kesimpulan apa yang dapat ditarik dari data data ini? Dengan menerapkan teori ‘ulu>m al-h}adi>th pada kasus H{asan al-Basri>, maka 17 hadis dalam al-Bukhari dan delapan hadis dalam S}ahi>h Muslim

harus ditolak, atau paling tidak kehujahannya harus di ”gantung” sampai ada hadis lain yangthiqahyang dapat menguatkannya.22

Dari data penelitian di atas, terakumulasi 124 hadis mu’an’andari riwayat

Abu al-Zubair dalamS}ahi}h}Muslimdan 27 hadis mu’an’andari riwayatal-H{asan

al-Bas}ri> dalam S}ahi>h} al-Bukha>ri dan S}ahi>h} Muslim. Jika ulama hadis konsisten,

maka hadis-hadis tersebut statusnyad}a>’if.

(18)

8

Berdasar hasil penelitiannya ini, Kamaruddin menyimpulkan secara umum

(menggeneralisasi) tentang adanya inkonsistensi metode kritik hadis. Menurutnya,

jika para ulama hadis bersikap konsisten dengan teori‘ulu>m al-h}adi>th maka akan

berdampak pada menurunnya kualitas literatur hadis secara sangat signifikan,

termasuk Kitab S}ahi>h al-Bukhari dan S}ahi>h Muslim. Dalam salah satu jurnal

internasional, Kamaruddin menulis: “If we systematically apply the rules of the

traditional hadith sciences, which focus on the quality of transmitters, to the

collections of hadiths, we may discover that numerous hadiths, heretofore

considered “authentic” may be “inauthentic.”23

Implikasi negatif dari hasil penelitian Kamaruddin Amin di atas adalah

munculnya sikap skeptis terhadap tingkat kredibilitas metode (manhaj) ahli hadis

dalam uji kesahihan hadis selama ini. Menurut Harald Motzki,24 hasil temuan

Kamaruddin Amin tersebut membuktikan bahwa banyak hadis yang terdapat

dalam koleksi-koleksi kanonik ternyata tidak bisa dipercaya (tidak sahih) jika

metode-metode klasik kritik hadis Islam diterapkan padanya secara konsisten.

Temuan penelitian Kamaruddin Amin tentang masalah mudallisi>n tersebut

mempertegas kesimpulan bahwa para penghimpun awal koleksi-koleksi hadis

semisal al-Bukhari dan Muslim tidak menerapkan kriteria kritik hadis klasik yang

telah dikembangkan selama beberapa abad, suatu perkembangan yang mencapai

kesempurnaannya di abad ke-13 bersamaan ditulisnya karya Ibnal-S{alah.25

23Kamaruddin Amin,Na>s}iruddin Al-Alba>ni> On Muslim’s S}ahi>h } : A Critical Study of His Method

(Islamic Law and Society 11, 2, Koninklijke Brill NV, Leiden, 2004), 172

24Harald Motzki, guru besar hadis di Universitas Nijmegen Belanda dan salah seorang tokoh

orientalis modern yang terkemuka di bidang hadis.

25Dalam kata pengantar Harald Motzki terhadap buku Kamaruddin Amin,Metode Kritik Hadis,

(19)

9

Lebih dari itu, hasil penelitian tersebut bisa berkonsekwensi berupa

penolakan atas validitas dan orisinalitas hadis-hadis yang ditetapkan dengan

menggunakan metode penelitian ‘ulu>m al-h}adi>th tersebut secara umum.

Kamaruddin menegaskan implikasi ini dalam naskah pidato pengukuhan gelar

guru besarnya: “Apabila metodologi otentifikasi yang digunakan bermasalah,

maka semua hasil yang dicapai dari metode tersebut tidak steril dari kemungkinan

kemungkinan verifikasi ulang dan bahkan hasil tersebut bisa menjadi totally

collapse.”26

Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini diorientasikan untuk menguji

dan mengklarifikasi klaim Kamaruddin tentang apa yang disebutnya

dengan ”Inkonsistensi ahli hadis dalam menyikapi periwayatan hadis mudallis”,

dan kesimpulannya tentang implikasi metode sarjana hadis modern (modern

scholar) terhadap pen-da’i>f-an banyak riwayat perawi yang diklaim mudallis

dalam kitab-kitab hadis serta menguji sejauh mana para penghimpun awal

koleksi-koleksi hadis semisal Al-Bukhari dan Muslim sejalan dengan kriteria

kritik hadis klasik (’ulu>m al-h}adi>th) dalam menentukan orisinalitas hadis

khususnya riwayatmudallisdalam kitabS}ahi>h}-nya masing-masing.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka masalah

yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

(20)

10

1. Dalam sejarah periwayatan hadis, terjadi fenomena tindakan tadli>s

yang dinilai mempengaruhi status validitas hadis.

2. Di kalangan ulama hadis terdapat perbedaan pendapat tentang

kesahihan riwayatmudalllisi>n dalam perspektif ulu>m al-hadi>th.

3. Eksistensi riwayat para mudallisi>n yang secara kuantitas relatif

banyak dalam kitab-kitab hadis termasuk kitab hadis yang dinilai

paling sahih setelah al-Quran yaitu S}ahi>h} al-Bukha>ri dan S}ahi>h}

Musli>m.

4. Reliabilitas metodologi otentifikasi hadis menurut konsep ‘ulu>m

al-hadi>th tentang riwayat mudallisi>n dikritik oleh Kamaruddin Amin

karena dinilai memiliki sejumlah kelemahan.

5. Reevaluasi atau uji ulang dan klarifikasi mengenai klaim dan

pemikiran Kamaruddin Amin tentang riwayat para mudallisi>n dalam

KitabS}ahi>h} al-Bukha>ridanS}ahi>h} Musli>m.

Dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada dua hal yaitu:

1. Pemikiran Kamaruddin Amin tentang konsep ‘ulu>m al-hadi>th dalam

menilai riwayatmudallisi>n

2. Kritik atas pemikiran Kamaruddin Amin tersebut dengan menguji

kembali data dan konklusi yang diajukan dalam konteks KitabS}ahi>h}

al-Bukha>ridanS}ahi>h} Musli>m.

Objek kajian atas pemikiran Kamaruddfin Amin yang dimaksud, dibatasi

pada karya ilmiahnya yang dapat diakses penulis yaitu disertasi doktoralnya yang

(21)

11

Critical Methods, bukunya yang berjudul “Menguji Kembali Keakuratan Metode

Kritik Hadis”, artikel ilmiah dalam Jurnal Internasional ”Jurnal Islamic Law And

Society” dengan judulNasiruddin Al-Albani On Muslim's Sahi>h: A Critical Study

Of His Method, makalahnya yang berjudul “Problematika ‘Ulu>m al-H{adi>th:

Sebuah Upaya Pencarian Metodologi Alternatif”, serta naskah pidato pengukuhan

guru besarnya berjudul “Western Methods of Dating vis-a-vis ‘Ulu>m al-h}adi>th :

Refleksi Metodologis atas Diskursus Kesarjanaan Hadis Islam dan Barat”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang telah disebutkan di

atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemikiran Kamaruddin Amin tentang riwayat mudallisi>n

dalam KitabS}ahi>h} al-Bukha>ridanS}ahi>h} Musli>m?

2. Bagaimana kritik atas pemikiran Kamaruddin Amin tentang riwayat para

mudallisi>ndalam KitabS}ahi>h} al-Bukha>ridanS}ahi>h }Musli>m?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan pemikiran Kamaruddin Amin tentang riwayat para

mudallisi>ndalam KitabS}ahi>h} al-Bukha>ridanS}ahi>h} Musli>m.

2. Untuk menguji kembali pemikiran Kamaruddin Amin tentang riwayat para

(22)

12

E. Kegunaan Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dialektika

keilmuan hadis kontemporer khususnya atas sebagian wacana dan pemikiran yang

dipublikasikan oleh Kamarudin Amin dan mengungkap lebih dalam tentang

metodologi (manhaj) al-Bukhari dan Muslim dalam periwayatan hadis para

mudallis dalam kitab sahihnya masing-masing. Demikian pula, diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan dinamika keilmuan

hadis khususnya tentang konsepsi tadli>s dan status periwayatan mudallis dalam

kitab-kitab induk hadis.

b. Secara Praktis

Hasil penelitian diorientasikan untuk mampu memberikan sumbangan

metodologis terhadap para peneliti dalam bidang hadis dan mampu memperkaya

kuantitas dan kualitas referensi bagi calon intelektual di bidang hadis, khususnya

dalam penelitian tentang masalah validitas hadis paramudallisi>n.

F. Kerangka Teoritik

Kerangka teoritik yang berkaitan dengan penelitian ini adalah teori syarat

shahih dalam metode kritik hadis (‘ulum al-h{adi>th) dan teori hadis mudallas. Di

samping itu, untuk keperluan verifikasi digunakan teori kebenaran yang

(23)

13

1. Teori‘Ulum al-H{adi>th

Merujuk definisi terminologis naqd al-h}adi>th, maka naqd al-h}adi>th

bertujuan untuk menguji dan menganalisis secara kritis apakah secara historis

suatu hadis dapat dibuktikan kebenarannya berasal dari Nabi atau tidak.27

Dengan demikian, penelitian (kritik) hadis diorientasikan untuk menguji

otentitas dan validitas informasi hadis dalam proses periwayatannya.28

Penelitian atau kritik hadis secara umum sejalan dengan metode sejarah.29

Menurut Louis Gottschalk sebagaimana dikutip Syuhudi Ismail, metode sejarah

bersifat ilmiah apabila memenuhi dua syarat, yaitu (1) bila metode itu mampu

menentukan fakta yang dapat dibuktikan, dan (2) bila fakta itu berasal dari suatu

unsur yang diperoleh dari hasil pemeriksaan yang kritis terhadap dokumen

sejarah.30 Menurut Sartono Kartodirdjo, dalam metode sejarah, penelitian

terhadap sumber sejarah ada dua macam: (1) kritik ekstern, dan (2) kritik intern.

Tujuan kritik ekstern adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan,

misalnya: apakah dokumen itu autentk atau palsu; siapa pembuatnya; apa atau

siapa yang menjadi sumber itu. Untuk kritik intern, tujuannya ialah mencari

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan misalnya; apakah isi sumber itu dapat

dipercaya atau tidak; apakah kandungannya dapat diterima sebagai sesuatu yang

historis benar atau tidak; bagaimana bahasa tulisan itu ketika ditulis; dan apa

27Idri,Studi Hadis(Jakarta: Kencana Predana, cet. 2, 2013), 276

28 Hal ini karena kegiatan transfer informasi (riwayat) hadis melibatkan banyak orang dengan

berbagai kualitasnya dalam mata rantai periwayatan yang relatif panjang dengan proses kodifikasi dalam kurun waktu yang relatif lama.

29Disebut ilmu kritik hadis secara umum sejalan dengan metode sejarah, karena di samping

banyak persamaan, ada beberapa sisi perbedaan antara keduanya. Lihat Syuhudi Ismail,Kaedah Kesahihan Sanad Hadis(Jakarta: Bulan Bintang, 1995), 223- 232

30Louis Gottschalk dalam bukunya “Understanding History: A Primer of History Method” yang

(24)

14

tujuan tulisan itu.31 Dalam konteks kritik hadis yang objek kajiannya adalah

sanad (al-ruwa>t) dan matan hadis (al-marwiya>t),32 kritik ekstern (naqd

al-kha>riji>) adalah kritik sanad, sementara kritik intern (al-naqd al-da>khili>) adalah

kritikmatan.33

Definisi hadis sahih yang populer di kalangan ulama hadis adalah definisi yang disampaikanIbn al-S{alah(w. 643 H) sebagai berikut:

Ǻ࠹㈷ A 塨༥࠹  ࠹

A 塨༥࠹ Àꧠ࠹ࡑજ ǺǺ ࠹જ¢㈷ Àa ࠹ࡑꧠ 

༥࠹જᘸA

ꧠ༥࠹ɳ

㌳ Ŷ࠹ũ ࠹Ѐ࠹ƥ ㌳‸ ࠹༥ ㌳࠹ꧠ ࠹Ѐ࠹ƥ Ǻ ࠹ꧠ࠹ࡑજũ

Hadis yang musnad yang sanadnya bersambung (ittis}a>l) dengan proses transfer oleh perawi yang adil dan d}a>bit} dari perawi yang ‘adl dan d{a>bit} sampai akhir sanad, tanpa adashadh dan ‘illat di dalamnya.34

Hadis yang memenuhi kriteria di ataslah yang dikatakan oleh Ibn al-S{alah

sebagai hadis tidak diperselisihkan kesahihannya oleh ahli hadis. Munculnya

perbedaan penilaian status kesahihan sebagian hadis di antara ahli hadis lantaran

perbedaan mereka dalam menetapkan terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat

tersebut pada hadis yang diperselisihkan atau perbedaan dalam penetapan syarat

tertentu dalam kasus tertentu seperti status kesahihan hadismursal.35

Walaupun terdapat sedikit perbedaan ungkapan ulama hadis dalam

merumuskan definisi dan syarat-syarat kesahihan hadis sahih, namun secara

substansial syarat validitas suatu khabar adalah adanya bukti yang meyakinkan

bebasnya riwayat hadis dari dua hal yaitu bebas dari unsur al-kizb (kedustaan)

31Syuhudi Ismail,Kaedah...,16

32Muhammad ‘Ali Qa>shim al-‘Umary, Dirasa>t fi Manhaj al-Naqd ‘Ind al-Muhaddithi>n(Yordania:

Dar al-Nafa>’is, t.th.), 20

33Muhammad bin Muhammad Abu Shuhbah,Al-Wasi>t} fi ‘Ulu>m…, 77

34Ibn al-S{ala>h,‘Ulu>m al-Hadi>th(Muqaddimah Ibn Al-S{ala>h), ed. Nuruddin ‘Itr (Beirut: Dar

al-Fikr, cet. 3, 1418 H), 12

(25)

15

dan bebas dari unsur al-khat}a>’ (kekeliruan dan kesalahan). Untuk itu, adanya (a)

pensyaratan ‘ada>lah perawi bertujuan untuk menjamin tidak adanya upaya

pemalsuan dari para perawi untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang

bersifat ideologis, duniawi, dan lain-lain. (b) Pensyaratan d}abt} al-ra>wi adalah

untuk menjamin tidak terjatuhnya perawi dalam kekeliruan dan kesalahan dalam

periwayatan. (c) Pensyaratan ittis}a>l al-sanad adalah untuk menjamin tidak

terjadinya pemalsuan hadis (sanad dan matan) atau kekeliruan dan kesalahan

periwayatan. Adanya keterputusan sanad dalam periwayatan menyebabkan

keraguan terhadap riwayat, karena pemalsuan dan kelemahan riwayat sering

terbukti dengan tidakittis}a>l-nya sanad. (d) Pensyaratan bebas dari shaz} dan ‘illat

adalah untuk memperkuat keyakinan tidak terjadinya kekeliruan dan kesalahan

periwayatan. Hal ini dibutuhkan karena seorang perawi, walaupun thiqah tidak

ma’s}u>m (terbebas) dari kekeliruan dan kesalahan.

Kaidah kritikmatan (kritik intern) dirumuskan antara lain sebagai berikut;

(1) membandingkan kandungan makna hadis dengan Al-Quran, (2)

mengumpulkan dan membandingkan semua riwayat-riwayat hadis yang diteliti,

(3) membandingkan satu sunah Nabi dari kandungan hadis tersebut dengan sunah

yang lain (hadis a>had dengan yang mutawa>tir), (4) membandingkan kandungan

hadis dengan realitas empiris dan informasi sejarah, (5) kejanggalan redaksi

(26)

16

menyelisihi pokok syariat dan kaidah-kaidah yang diakui, (7) tendensi makna

hadis kepada suatu yang tertolak atau mustahil.36

Suatu hadis dinilaisahihsecaramatanjika memenuhi ketentuan berikut ini:

(1) tidak bertentangan dengan Al-Qur’an; (2) tidak bertentangan dengan sunah

Nabi yang tetap (valid); (3) tidak bertentangan dengansi>rah al-nabawiyyah(kisah

perjalanan hidup Nabi saw.) yang telah diakui oleh umat; dan (4) tidak

bertentangan dengan akal, data empirik dan juga kenyataan sejarah.37

2. Teori HadisMudallas

Idri mendefinisikan hadis mudallas secara terminologis adalah hadis yang

diriwayatkan dengan cara yang diperkirakan bahwa hadis tersebut tidak bercacat

meskipun pada kenyataannya terdapat cacat di dalamnya. Periwayat yang

menyembunyikan cacat disebut al-mudallis, hadisnya disebut al-mudallas, dan

perbuatan menyembunyikan (cacat hadis) disebut al-tadli>s.38 Cara dan model

tadli>s yang dilakukan oleh para mudalli>si>n cukup bervariatif. Para ulama hadis

mengklasifikasikan berbagai bentuk tadli>s, antara lain tadli>s al-isna>d,39tadli>s

al-taswiyah,40 tadli>s al-shuyukh,41 tadli>s al-‘at}f,42 tadli>s al-qat}’u aw al-suku>t.43

36Musfir ‘Azmullah al-Dumi>ny.Maqa>yis Naqd Mutu>n al-H{adi>th(Riyad: tp. Cet. 1, 1984),

114-219

37S}ala>h}uddi>n al-Adlabi>,Manhaj Naqd al-Matn ‘Ind ‘Ulama>’ al-H{adi>th al-Nabawi>(Beirut: Da>r

al-Afa>q al-Jadi>dah, Cet. 1, 1983), 238

38Idri,Studi Hadis, 210

39Tadli>s al-isna>dyaitu perawi hadis meriwayatkan dari seseorang yang pernah ditemuinya suatu

hadis yang belum pernah didengar darinya dengan suatu cara yang mengesankan bahwa dia mendengar langsung dari orang tersebut atau meriwayatkan dari seseorang yang sezaman dengannya tetapi belum pernah ditemuinya dengan suatu cara yang mengesankan bahwa dia pernah bertemu dan mendengar langsung dari orang tersebut. Lihat Ibn al-S{ala>h, Abu ‘Amr Uthma>n,‘Ulu>m al-H{adi>th .., 73-75, Muhammad Muhammad Abu Shuhbah,al-Wasi>t} …, 295

40Tadli>s al-taswiyahadalah periwayat menggugurkan gurunya atau guru dari gurunya atau orang

(27)

17

Karena adanya keragaman atau bervariasinya cara dan kuantitas tadli>s yang

dilakukan para perawi mudallis, maka penilaian terhadap validitasnya tidak bisa

dengan satu kaidah.44 Kaidah yang umumnya dikutip adalah bahwa riwayat dari

seorang mudallis dapat diterima jika menyebutkan proses periwayatannya dari

gurunya dalam bentuk kepastian kontak langsung atau mendengar (al-sama>’)

yang jelas sepertisami’tu, haddathana>, akhbarana>, dan lain-lain.45

3. Teori Kebenaran

Dalam filsafat epistemologi dikembangkan beberapa teori kebenaran. yaitu

teori korespondensi (the correspondence theory of truth), teori koherensi atau

konsistensi (the consistence theory of truth) dan teori pragmatis (the pragmatic

theory of truth). Menurut teori korespondensi, kebenaran adalah kesesuaian antara

pernyataan dengan kenyataan atau dengan kata lain pernyataan yang sesuai

dari periwayat tertentu hingga sanad bersambung (muttas}il) pada periwayat thiqah(tepercaya). Idri,Studi Hadis,211

41Tadli>s al-shuyu>khyaitu seorang periwayat hadis meriwayatkan dari seorang guru hadis (syaikh)

suatu hadis yang didengarnya langsung dari guru tersebut dengan cara menyebutkan identitas gurunya baik nama maupun gelar family (kunyah) atau silsilah (nasab)-nya dengan sesuatu yang tidak dikenali agar guru tersebut tidak diketahui orang lain. Ibn al-S{ala>h,‘Ulu>m al-H{adi>th.., 73-75, Muhammad Muhammad Abu Shuhbah,al-Wasi>t.., 295

42Tadli>s al-‘at}f yaitu seorang perawi yang meriwayatkan hadis dengan menyebutkan ungkapan

periwayatan yang berkonotasi mendengar langsung (tahdi>th) dengan cara menyebut secara bersama dua atau lebih gurunya dengan menggandeng penyebutan nama guru yang pernah didengar hadisnya dengan guru lain yang dia tidak mendengar hadis tersebut darinya. Ibn Hajar al-Asqala>ni>,al-Nukat ‘ala> Kita>b Ibn al-S{ala>h,Vol. 2 tahqi>q Dr. Ra>bi’ bin H{a>di> (Madinah: Ihya>’ al-Turath al-Isla>mi>, cet. 1, 1404 H/1984 M), 617

43 Yaitu perawi memutus ketersambungan riwayat dengan menghilangkan penyebutan lambang

periwayatan dan hanya menyebut nama guru secara langsung, seperti “Al-Zuhri> ‘an Anas”. Lihat Nuruddin ‘Itr,Manh}aj al-Naqd.., 382

44Na>s}ir bin Muhammad al-Fahd,Manhaj al-Mutaqaddimi>n fi> al-Tadli>s(Riyadh: Adwa>’ al-Salaf,

cet. 1, 1422 H), 253. Dalam hal ini terdapat peringkat para mudallisi>n untuk membedakan penilaian validitas hadis-hadis mereka. Lihat Ibn Hajar Asqala>ni. Ta’ri>f Ahl al-Taqdi>s bi Mara>tib al-Maws}uwfi>n bi al-Tadli>s(‘Umman: Maktabah al-Mana>r, cet. 1, 1403/1983)

45Ibn al-S{ala>h,‘Ulu>m al-H{adi>ts…,75.Pembahasan tentang masalah ini akan diuraikan lebih luas

(28)

18

dengan kenyataan. Sementara menurut teori koherensi, kebenaran adalah

kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang sudah lebih

dahulu diketahui, diterima dan diakui sebagai kebenaran. Menurut teori pragmatis,

bahwa suatu ucapan, dalil atau teori itu dianggap benar tergantung berfaedah atau

tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam

kehidupannya. Kriterianya yaitu kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability),

dan kepuasan hasilnya (satisfactory consequences).46

Tiga teori di atas digunakan sebagai tolok ukur untuk menguji pandangan

Kamaruddin tentang riwayat mudallisi>n sehingga pembacaan dan analisa atas

pandangan Kamaruddin Amin menjadi lebih jelas.

G. Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelusuran yang dapat dilakukan penulis, tidak ditemukan

adanya penelitian ilmiah yang telah membahas tentang pemikiran Kamaruddin

Amin tentang ilmu hadis pada umumnya, maupun yang secara khusus membahas

tentang pemikiran Kamaruddin Amin mengenai riwayat mudallisi>n dalam Kitab

S}ahi>h} al-Bukha>ridanS}ahi>h} Muslim.

Penelitian yang bersifat umum tentang tadli>s dan riwayat mudallisi>n yang

secara parsial bersinggungan dengan konteks penelitian dalam tesis ini telah ada

dalam beberapa karya ilmiah, di antaranya:

1. Tesis Pascasarjana Universitas Kuwait tahun 1998 yang ditulis oleh

Awwad Khalaf yang kemudian dicetak dengan judul “Riwaya>t

al-46Tiga teori kebenaran yang disebutkan oleh Endang Saifuddin Anshari dalamIlmu, Filsafat dan

(29)

19

Mudallisi>n fi S{ahi>h Muslim: Jam’uha>-Takhri>juha>-al-Kala>m ‘alaiha>”.47

Dalam tesis ini, Awwad al-Khalaf mengindentifikasi para perawi dalam

S}ah}i>h} al-Bukha>ri yang dinilai sebagai mudallis dan kategori level tadli>s

(mara>tib al-mudallisi>n) kemudian menjelaskan identitas ringkas para

perawi tersebut dan riwayat-riwayatnya dalamS}ah}i>h} al-Bukha>ri.

2. Disertasi tahun 2001 Program Doktoral Fakultas Ushuluddin Universitas

Qarawiyyin Maghrib Maroko yang ditulis oleh Awwad al-Khalaf dengan

judul “Riwaya>t al-Mudallisi>n fi S{ahi>h al-Bukha>ri:

Jam’uha>-Takhri>juha>-al-Kala>m‘alaiha>”.48 Dalam disertasi tersebut, Awwad al-Khalaf

mengindentifikasi para perawi dalam S}ah}i>h} Muslim yang dinilai sebagai

mudallis dan kategori level tadli>s (t}abaqa>t al-mudallisi>n) kemudian

menjelaskan identitas ringkas para perawi tersebut dan

riwayat-riwayatnya dalamS}ahi>h} Muslim.

3. Kitab Manhaj al-Muqaddimi>n fi al-Tadli>s karya Na>s}ir bin Hamad al-Fahd

tahun 2001.49 Kitab ini membahas tentang metode ulama hadis terdahulu

dalam menyikapi riwayat mudallis. Menurut penulis kitab tersebut, ada

perbedaan metodologis antara ulama hadis mutaqaddimi>n dan

muta’akhiri>n dalam menilai riwayat mudallisi>n.

4. Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2009

yang ditulis M. Syukrillah berjudulIshka>liyah Hawla Ah}adi>th al-Bukha>ri

47Awwad al-Khalaf, Riwaya>t al-Mudallisi>n fi S{ahi>h al-Bukha>ri: Jam’uha>-Takhrijuha>-al-Kala>m

‘alaiha> (Beirut: Dar al-Basyair al-Islamiyah, t.th)

48Awwad al-Khalaf, Riwaya>t al-Mudallisi>n fi S{ahi>h Muslim: Jam’uha>-Takhrijuha>-al-Kala>m

‘alaiha>(Beirut: Dar al-Basyair al-Islamiyah, Cet.1, 1412 H).

49Na>s}ir bin Hamad al-Fahd,Manhaj al-Muqaddimi>n fi al-Tadli>s(Riyad: Maktabah Ad}wa>’ al-Salaf,

(30)

20

wa Shart} S}ah}i>h} fi> al-Ja>mi’ al-S}ahi>h} : Dira>sah Tah}li>liyah Naqdiyyah ‘an

Risa>lah Duktu>rah Muh}ibbi>n--I’a>dah Naz}ar fi Shuru>t} S}ah}i>h li

al-Ah}adi>th fi al-Ja>mi’ al-S}ahi>h”.50 Skripsi ini membahas diskursus di

kalangan ulama dan peneliti tentang syarat sahih al-Bukha>ri. Dalam salah

satu bagiannya, skripsi ini membahas tentang syarat ittis}a>l sanad dan

penelitian ulang validitas riwayat al-H{asan al-Bas}ri> di dalam S{ahi>h}

al-Bukha>riyang diklaim lemah oleh Muhibbin dalam disertasinya.

5. Tesis UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2012 yang ditulis oleh Haidar

Idris dengan judul “Metode Jarh} wa Ta’di>l Menurut Imam

al-Bukha>ri>”.51 Dalam tesis ini diungkapkan format pemikiran al-Bukha>ri

dalam al-jarh} wa al-ta’di>l dan dibuktikan bahwa al-|Bukha>ri memiliki

metodologi yang khas dan moderat (tawa>sut}) dalam menilai para perawi

sehingga hasil penilaiannya akurat dan proporsional.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang tersebut

di atas adalah dari aspek perspektif, fokus dan objek penelitian. Penelitian ini

secara spesifik membahas dan mengkritisi pemikiran Kamaruddin Amin tentang

riwayatmudallisi>ndalam KitabS}ahi>h} al-Bukha>ridanS}ahi>h} Muslim.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk dijadikan acuan

dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

50M. Syukrillah, “Ishkaliyah Hawla Ah}adi>th al-Bukha>ri wa Shart} S}ah}i>h}I fi> al-Ja>mi’ al-S}ahi>h :

Dira>sah Tah}li>liyah Naqdiyyah ‘an Risa>lah Duktu>rah Muh}ibbi>n ‘I’a>dah Naz}ar fi Shuru>t} al-S}ah}i>h li al-Ah}adi>th fi al-Ja>mi’ al-S}ahi>h”(Skripsi--Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel, 2009)

51Haidar Idris “Metode al-Jarh} wa al-Ta’di>l Menurut al-Imam al-Bukha>ri>” (Tesis, Pascasarjana

(31)

21

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kepustakaan (library research) bukan penelitian lapangan (field research). Hal ini

dilakukan dengan cara mengadakan studi atau telaah secara teliti tentang

buku-buku atau literatur yang terkait dengan pokok-pokok yang akan dibahas dalam

tesis ini.52 Oleh karena itu, sumber-sumber data yang diperlukan berasal dari

bahan-bahan tertulis baik berupa buku, kitab, jurnal, dan sumber-sumber tertulis

lainnya yang mempunyai relevansi dengan fokus penelitian ini.

2. Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif dengan cara

mengumpulkan data sebanyak mungkin sehingga dihasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan pemikiran yang dapat direkam.53

3. Sumber Data

Pemeriksaan dan penelusuran pustaka dilakukan terhadap data primer dan

data sekunder. Sumber data penelitian ini diambil dari literatur-literatur sebagai

berikut:

a. Sumber data primer yaitu akan diambil dari karya ilmiah Kamaruddin

Amin yaitu Disertasi doktoralnya berjudul The Reliability of hadith

Transmission-A Reexamination of Hadith-Critical Methods, Bukunya

yang berjudul “Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis”,54

artikel ilmiah dalam Jurnal Internasional ”Jurnal Islamic Law And

52Anton Baker dan Ahmad Harith Zubair,Metodologi Penelitian Filsafat(Yogyakarta: Kanisius,

1990), 63

53Lexy J. Moelong,Metodologi Penelitian Kualitatif(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 4 54 Kamaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis (Jakarta: Penerbit

(32)

22

Society” dengan judul Nasiruddin Al-Albani On Muslim's Sahi>h: A

Critical Study Of His Method,naskah pidato pengukuhan guru besarnya di

Bidang Ilmu Hadis Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin

Makassar tanggal 29 Desember 2010 berjudul “Western Methods of

Dating vis-a-vis ‘Ulu>m al-h}adi>th : Refleksi Metodologis atas Diskursus

Kesarjanaan Hadis Islam dan Barat” serta makalah berjudul “Problematika

‘ulu>m al-h}adi>th , Sebuah Upaya Pencarian Metodologi Alternatif”. Data

primer juga mencakup kitab hadisS}ahi>h} al-Bukha>ri55danS}ahi>h} Muslim.56

b. Sumber data sekunder, yaitu ditelusuri pada kitab-kitab dan buku-buku

yang membahas tentang‘Ulu>m Hadi>th seperti Muqaddimah ‘Ulu>m

al-Hadi>th Ibn al-S{alah57, Ma’rifat ‘Ulu>m al-H{adi>th karya al-Hakim58,

Al-Ba’ith al-H{athi>th Sharh Ikhtishar ‘Ulu>m al-H{adi>ts59, Al-Muqiz}ah fi ‘Ilm

Must}alah al-Hadi>th60, dan lain-lain. Kitab-kitab yang masalah metode

muhaddithi>n secara umum seperti kitab Fi Rih}a>b Sunnah Kutub

al-S}ih}ah al-Sittah61, Mana>hij al-Muhaddithu>n al-Kha>s wa al-‘A<m62, dan

kitab-kitab yang membahas metode Imam al-Bukha>ri dan Muslim secara

55Al-Bukhari,al-Jami’ al-S}ah}i>h al-Musnad al-Mukhtas}ar min H{adi>th Rasu>lillah S{allalla>hu ‘alaihi

wa Sallam wa Sunanihi wa Ayya>mihi, ed. Muh>ibuddi>n Khati>b (Kairo: Maktabah al-Salafiyah, cet. 1, 1400 H)

56Al-Naisa>bu>ry, Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy,al-Musnad al-S{ahi>h al-Mukhtas}ar atauS{ahi>h}

Muslim.ed.Muhammad Fu’ad Abd al-Ba>qy (Beirut: Dar Ihya>’ al-Turath al-‘Araby, tth)

57Ibn al-S}alah}, Abu ‘Amr Utsman,‘Ulu>m al-Hadi>th(Muqaddimah Ibn al-S{alah), ed. Nuruddin ‘Itr

(Beirut: Dar al-Fikr, cet. 3, 1418 H)

58Al-Hakim, Ma’rifat ‘Ulu>m H{adi>th, ed. Al-Sayyid Mu’ad}am Husain (Madinah

al-Munawwarah: al-Maktabah al-‘Ilmiyah, cet. 2, 1397 H)

59Ibn Kathi>r. Al-Ba’ith al-H{athi>th Sharh Ikhtishar ‘Ulu>m al-H{adi>ts, ed. Ahmad Shakir (Beirut:

Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, T.th)

60Al-Dhahaby,Al-Muqiz}ah fi ‘Ilm Must}alah al-Hadi>th(Beirut: Dar al-Basya>ir al-Islamiyyah, cet.

1, 1405 H)

61Muhammad Muhammad Abu Syaibah,Fi Rih}>ab al-Sunnah al-Kutub al-S}ih}ah al-Sittah. (Kairo:

Silsilah al-Buhuth al-Islamiyah li al-Azhar, 1415 H/1995 M)

62Biqa>’I, Ali Na>yif.Mana>hij al-Muhaddithu>n al-Kha>s wa al-‘A<m (Beirut: Dar al-Bas}a>ir, cet. 2,

(33)

23

khusus seperti Abaqariyah al-Imam al-Muslim fi Tarti>b Aha>di>th

Musnadihi al-S{ah}i>h }63 dan Manhaj Ima>m Bukha>ry fi Tas{h}i>h

al-Ah}a>di>th wa Ta’li>liha min Khila>l al-Ja>mi’ al-S{ah}i>h}64 juga penelitian

masalah tadli>s dan mudallisu>n secara spesifik seperti al-Mursal al-Khafy

wa ‘Ala>qatuhu bi al-Tadli>s65, Manhaj al-Muqaddimi>n fi al-Tadli>s66,dll.

Demikian pula kitab-kitab yang menghimpun informasi tentang para

perawi hadis seperti al-T{abaqa>t al-Kubra67,Tahdhi>b al-Kama>l karya

Al-Mizzy68, Mi>za>n al-I’tida>l69,dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang terkait dengan penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan

metode kajian pustaka (library research) yaitu pengumpulan data dari berbagai

sumbernya, pencatatan, pengkajian dan analisa, kemudian dibahas sedemikian

rupa sehingga menjadi pembahasan yang sesuai dengan rumusan masalah.

5. Metode Analisis Data

Analisis data yang diperoleh dilakukan dengan metode analisis isi (content

analysis) yaitu metode analisis yang diarahkan kepada materi atau teks yang

terdapat dalam buku-buku atau kitab-kitab khususnya data primer dalam menarik

63Hamzah bin Abdullah al-Mali>ba>ry, ‘Abaqariyah al-Imam al-Muslim fi Tarti>b Aha>di>th

Musnadihi al-S{ah}i>h}(Beirut: Dar Ibn Hazm, cet. 1, 1418 H/1997 M)

64Abubakar al-Kafy,Manhaj Ima>m Bukha>ry fi Tas{h}i>h Ah}a>di>th wa Ta’li>liha min Khila>l

al-Ja>mi’ al-S{ah}i>h}(Beirut: Dar Ibn Hazm, cet. 1, 1421 H/2000 H)

65Al-Syarif Hatim ‘Arif al’Auny,al-Mursal al-Khafy wa ‘Ala>qatuhu bi al-Tadli>s(Riyadh: Dar

al-Hijrah, cet. 1, 1418 H/1997 M)

66Na>s}ir bin Hamad al-Fahd,Manhaj al-Muqaddimi>n fi al-Tadli>s(Riyad: Maktabah Ad}wa>’ al-Salaf,

cet. 1, 1422 H/2001 M)

67Muhammad bin Sa’ad al-Zuhry, al-T{abaqa>t al-Kubra> , ed. Ali Muhammad ‘Umar (Kairo:

Maktabah al-Khanjy, cet. 1, 1421 H/2001 M)

68Abu al-Hajjaj bin Abdurrahman al-Mizzy, Tahdhi>b al-Kama>l, ed. Basyar ‘Awwad Ma’ruf

(Beirut: Muassasah al-Risalah, cet. 2, 1403 H/1983 M)

69Al-Dhahaby,Mi>za>n I’tida>l fi Naqd Rija>l, ed. ‘Ali Mu’awwidh dan ‘Adil Ahmad ‘Abd

(34)

24

kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan yang dilakukan secara

objektif dan sistematis.70 Kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif analitis

untuk menemukan gambaran secara utuh, jelas, dan apa adanya serta

menganalisanya berdasarkan data yang terkumpul sehingga dapat menyimpulkan

dalam pemikiran yang utuh tentang suatu konsep. Analisis penelitian ini juga

menggunakan penalaran deduktif, sedangkan hasil penelitian-penelitian terdahulu

digunakan pemaduan (sintesis) dan generalisasi melalui penalaran induktif. Proses

deduksi dan induksi dilakukan secara iterasi sehingga menghasilkan jawaban yang

paling mungkin terhadap masalah.

I. Sistematika Pembahasan

Kerangka pembahasan dalam tesis ini dirancang secara sistematis dalam

empat bab yaitu:

Bab pertama, berisi tentang pendahuluan. Dalam bab ini dibahas mengenai

latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian,

dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, berisi tentang sketsa biografis Kamaruddin Amin, karya dan

pemikirannya tentang metode kritik hadis. Dalam bab ini dibahas tiga hal yaitu

pertama, tentang biografi Kamaruddin Amin dan perjalanan intelektual yang

dilaluinya, pengalaman akademik serta karir dan jabatannya. Kedua, karya-karya

70 Soejono dan Abdurrahman, Bentuk Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta:

(35)

25

ilmiah Kamaruddin Amin serta yang ketiga pemikiran Kamaruddin Amin secara

umum tentang metode kritik hadis.

Bab ketiga, tentang konsep tadli>s dan pemikiran Kamaruddin Amin

tentang riwayatmudallisi>n dalam S}ahi>h} al-Bukha>ri dan S}ahi>h} Muslim. Dalam bab

ini dibahas tiga hal yaitu teori tadli>s menurut ‘ulu>m al-hadi>th, data para

mudallisi>n dan riwayatnya dalam S}ahi>h} al-Bukha>ri dan S}ahi>h} Muslim serta

pemikiran Kamaruddin Amin tentangriwayat mudallisi>n dalam S}ahi>h} al-Bukha>ri

dan S}ahi>h} Muslim.

Bab keempat, tinjauan ulang dan analisis kritis atas pemikiran Kamaruddin

Amin tentang riwayat mudalllisin dan riwayatnya dalam S}ahi>h} al-Bukha>ri dan

S}ahi>h} Muslim. Analisis pertama kali dilakukan terhadap data yang dijadikan dasar

pemikiran Kamaruddin Amin. Setelah itu, analisis kritis diarahkan pada poin-poin

pemikiran Kamaruddin Amin

Bab kelima, penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran yang

(36)

BAB II

SKETSA BIOGRAFIS KAMARUDDIN AMIN, KARYA DAN

PEMIKIRANNYA TENTANG METODE KRITIK HADIS

A. Sketsa Biografis dan Perjalanan Intelektual Kamaruddin Amin

1. Biografi Kamaruddin Amin

Kamaruddin Amin adalah salah seorang di antara sedikit pakar hadis di

Indonesia yang berkesempatan mendalami ilmu hadis di universitas Barat.

Karya-karya intelektualnya di bidang hadis menunjukkan penguasaannya yang

mendalam tentang metodologi kritik hadis baik ilmu kritik hadis klasik (‘ulu>m

al-hadi>th) yang digunakan oleh ulama hadis maupun metode kritik hadis yang

dikembangkan para ilmuwan Barat.1

Kamaruddin Amin lahir di Bontang Kalimantan Timur, 5 Januari 1969.

Beliau lahir dari keluarga besar 16 bersaudara. Menurutnya, ibu adalah seorang

yang sangat luar biasa, yang tidak pernah marah kepada anak-anaknya. Meski

dengan jumlah saudara yang cukup banyak dan memiliki karakter berbeda satu

sama lain.2

Pada usia anak-anak, Kamaruddin Amin menjalani masa pendidikan dasar

di SD Inpres 003 Santan Tengah Kecamatan Bontang. Berkat bimbingan ibu

1 Dalam pengantar buku karya Kamaruddin Amin berjudul “Menguji Kembali Keakuratan

Metode Kritik Hadis”, Harald Motzki, tokoh orientalis terkemuka di bidang hadis, memberikan apresiasi dengan menyebut bahwa studi Kamaruddin Amin tersebut merupakan sumbangan penting bagi sebuah diskusi kontrovesial yang berabad-abad umurnya tentang nilai historis hadis dan metode-metode verifikasinya. Bahkan, menurutnya bahwa Kamaruddin Amin adalah orang pertama yang mengkaji hadis mutawa>tir secara mendalam dan metodologis. Lihat Kamaruddin Amin,Menguji Kembali …,Harald Motzki, Pengantar, ix

2 Latifah Ulfa, “Lebih Dekat dengan Dr Phil Kamaruddin Amien MA”, 23 Juni 2010 dalam

(37)

27

sejak kecil, ia selalu berusaha menjadi yang terbaik di sekolahnya. Prestasi

akademik selalu diraihnya dengan baik sejak masih duduk di bangku Sekolah

Dasar (SD) hingga meraih gelar Doktor (S3) di Rheinischen Friedrich Wlhems

Universitaet Bonn, Germany. Ibunya adalah seorang motivator yang sangat

berpengaruh dalam keberhasilan yang ia raih hingga hari ini.3

Jenjang pendidikan lanjutan tingkat pertama dan tingkat atas ditempuh

oleh Kamaruddin Amin di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah As'adiyah

Sengkang. Madrasah ini terletak di tengah-tengah perkampungan masyarakat di

daerah Macanang Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.

Madrasah ini menjadi salah satu lembaga pendidikan yang eksistensinya berada

di bawah naungan pondok pesantren tertua di Indonesia Timur yang dikenal

dengan nama Pondok Pesantren As’adiyah yang didirikan pada Tahun 1348

H/1930 M.4 Nama pesantren ini dinisbatkan kepada nama pendirinya yakni

Gurutta Asysyeh Haji Muhammad As’ad. Pemakaian nama ini resmi setelah

wafatnya beliau dan kepemimpinan berada di tangan Gurutta H. Daud Ismail

bersama Gurutta H. Muhammad Yunus Martan pada, 25 sya’ban 1372 H yang

bertepatan dengan 9 mei 1953.5

Sejak didirikan pada tahun 1955 hingga saat ini, Madrasah Aliyah

As’adiyah Putra Pusat Sengkang tetap konsisten mengembangkan dan

3Ibid.

44Muh. Yunus Pasanreseng, Sejarah Lahir dan Pertumbuhan Pondok Pesantren “As’adiyah”

Sengkang (Sengkang: Pengurus Besar As’adiyah, Cet. 1, 1992), 25 dikutip dari https://irvanku87.wordpress.com/2010/05/08/informasi-ma-putra-asadiyah-macanang/. Diakses 27 November 2016

(38)

28

melaksanakan pengajaran dalam konteks kurikulum nasional dengan wajah

kepesantrenan.6

Selama di Pesantren As’adiyyah Sengkang ini, Kamaruddin dibimbing

oleh para gurunya, antara lain; AGH. Hamzah Badawi, AGH. Hamzah

Manguluang, AGH. Rauf Kadir, AGH. Abunawas Bintang, AGH. Ilyas Salewe,

AGH. Ali Pawellangi, AGH. Gani, AGH. Syuaib Nawang.7

Setelah tamat dari Madrasah Aliyah As'adiyah Sengkang tahun 1989,

Kamaruddin melanjutkan pendidikan sarjananya pada Fakultas Adab, IAIN

(sekarang UIN) Alauddin Makassar jurusan Bahasa dan Sastra Arab.8 Di bawah

bimbingan Mustafa M Nuri LAS, Kamaruddin Amin melakukan penelitian

skripsi dengan judul “Sibawayhi wa-a>ra'uhu al-nahwiyyah fi> kita>bihi "al-Kita>b".

6http://asadiyahpusat.org/pendidikan/aliyah-putra/. Diakses 27 November 2016. Madrasah Aliyah

As’adiyah putra Pusat Sengkang saat pertama didirikan hanyalah merupakan lembaga yang berbentuk pengajianhalaqahsantri yang terdiri dari santri putra dan putri hanya saja pada saat itu proses belajar-mengajar hanya dipisahkan oleh tabir. Namun akhirnya dipisahkan menjadi dua tempat yaitu; Madrasah Aliyah Putra yang ditempatkan di JL.Veteran Kelurahan Lapongkoda Kecamatan Tempe dan Madrasah Aliyah Putri di Masjid Jami Jl. K.H.M. As’ad Kelurahan Sengkang Kec. Tempe Kab. Wajo. Madrasah Aliyah As’adiyah Putra pusat Sengkang akhirnya dipindahkan ke salah satu Kelurahan di Kec. Majauleng, yakni Macanang karena pertimbangan perkembangan kualitas agar pesantren As’adiyah lebih eksis pada komitmen pendirinya. Saat ini, Pondok pesantren As’adiyah memiliki jenjang pendidikan formal untuk setiap tingkatan, mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Bahkan, As’adiyah mengembangkan diri untuk penyebaran syiar Islam di seluruh wilayah di Indonesia. Pesantren ini tercatat sudah memiliki sekitar 500 cabang yang tersebar di sejumlah daerah lain, seperti: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, NTT hingga Papua. Lihat http://asadiyahpusat.org/2013/09/tentang-pesantren-asadiyah/

7Kamaruddin Amin.“Western Methods of Dating...”,41

8 Mulai 10 Oktober 2005 Status Kelembagaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin

(39)

29

Kamaruddin lulus pendidikan S1 ini pada tahun 1994 dengan gelar

“Doctorandus”.9

Dengan beasiswa dari AFRC (Asia Foundation for Research and

Consultative), Kamaruddin melanjutkan pendidikan pascasarjana-nya pada

jurusanIslamic studies di Rijks Universiteit te Leiden, Belanda.10Di kampus ini,

Kamaruddin dibimbing oleh para ilmuwan antara lain Prof. Hans Jansen, Nico

Kaptein, Prof. Van Koningsfeld, Van Dijk, Prof. Stokholf, Prof de Groot, dan

G.H.A. Juynboll.11

Kamaruddin Amin sukses menamatkan program S2-nya dan meraih gelar

Master of Art (MA) pada tahun 1998 dan menjadi lulusan terbaik program

magister tersebut setelah menyusun tesis dengan judul “The Authenticity of

Hadith. A Reconsideration of the Reliability of Hadith Transmission.12

Dengan beasiswa dari DAAD (Deutscher Akademischer Austausch

Dienst) Jerman,13 Kamaruddin melanjutkan jenjang pendidikan doktoralnya

9Kamaruddin Amin.“Western Methods of Dating...”, 40, Kamaruddin Amin,Menguji Kembali

Keakuratan Metode..,512

10Kamaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode, 512, Kamaruddin Amin, Western

Methods of Dating Vis-à-vis Ulumul Hadis, 40

11Kamaruddin Amin.“Western Methods of Dating...”,40 12Ibid.

13DAAD adalah organisasi bersama dari berbagai institusi perguruan tinggi di Jerman. Tujuannya

(40)

30

diRheinischen Friedrich Wilhelms Universitaet Bonn Jerman.14Untuk penelitian

dan penyusunan disertasi, Prof. Dr. Stefan Wild menjadi promotor dan

pembimbing dan Prof. Dr. Harald Motzki sebagai pembimbing kedua.15

Kamaruddin Amin memiliki kedekatan khusus dengan Harald Motzki.

Khususnya pada saat penelitian dan penulisan disertasinya. Hal ini tergambar

dari apresiasi khusus yang diberikan oleh Kamaruddin Amin dalam pidato guru

besarnya, “Kepada Prof. Dr. Harald Motzki, pembimbing kedua saya yang telah

memberi perhatian sangat besar atas kesuksesan saya, ia tidak hanya memberi

waktu berharganya kepada saya tetapi juga terlibat secara sangat intensif dalam

proses penyelesaian studi saya. Tidak jarang beliau sengaja ke Jerman dari

Belanda hanya untuk berdiskusi dengan saya. Saya mengagumi ketulusanmu

wahai guruku. Ia rela menghabiskan waktu-waktu berharganya termasuk

weekend-nya untuk membaca disertasi saya. Ia telah mengajarkan saya akan

kecintaan kepada ilmu pengetahuan”.16

Kamaruddin Amin berhasil lulus dan mendapat gelar Doctor of

Philosophy (Ph.D) di bidang Islamic Studies di Rheinischen Friedrich Wilhelms

Universitaet Bonn Jerman dengan predikat summa cumlaude pada tahun 2005.17

internasional yang berkualitas tinggi ke Jerman. http://www.daadjkt.org/index.php?about-us. Akses 21 November 2016

14 Universitas Bonn (bahasa Jerman: Rheinische Friedrich-Wilhelms-Universität Bonn) adalah

sebuah universitas riset publik yang terletak di Bonn, Jerman. Didirikan tahun 1818, Universitas Bonn adalah salah satu universitas terdepan di Jerman. Universitas Bonn menawarkan berbagai program sarjana dan lulusan dalam berbagai jurusan. Perpustakaannya menyimpan dua juta volume buku. Universitas Bonn mempunyai 525 profesor dan 27.800 mahasiswa. Di antara alumni terkenalnya adalah tujuh Pemenang Nobel, dua penerima Fields Medal, Paus Benediktus XVI, Karl Marx, Friedrich Nietzsche dan Joseph Schumpeter. https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Bonn diakses 21 November 2016

15Kamaruddin Amin.“Western Methods of Dating...”, 39 16Ibid.

(41)

31

Di samping itu, ia juga mengikuti program pendidikan Master Project

Management dari Brainbench Project Management Certification (U.S.A.) dan

Penelitian disertasi di Cairo, Mesir.18

Pada hari Rabu, 29 Desember 2010, Kamaruddin Amin dikukuhkan

sebagai guru besar ilmu hadis (‘ulu>m al-h}adi>th) pada Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Alauddin Makassar. Dalam penerimaan dan pengukuhannya

sebagai guru besar tersebut, Prof. Kamaruddin membawakan pidato yang

berjudul "Western Methods Of Dating Vis-à-vis Ulumul Hadis" (Refleksi

Metodologis Atas Diskursus Kesarjanaan Hadist Islam dan Barat).19

2. Pengalaman dalam Seminar dan Pelatihan

Sebagai ilmuwan dan akademisi, Kamaruddin Amin cukup aktif dalam

memberikan kontribusi pemikiran dan kerja intelektualnya sebagai narasumber

dalam berbagai forum seminar dan pelatihan baik di dalam maupun luar negeri.

Di antara pengalamannya yaitu menyajikan makalah dalam seminar

Malaelogi (Islam di Asia Tenggara) di Universitas Koeln, Jerman, memberikan

kuliah umum diOriental Studies of Bonn University, Germany 2004, menyajikan

makalah dalam seminar tentang hubungan Islam dan Barat di Universitas Leiden,

18“Menag Lantik Pejabat Eselon I” dalam

http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=217479,

http://profkamaruddin.blogspot.com/2014/05/selamat-datang-di-blog-informasi_1.html,

Muhammad Barir, “Pemikiran Kamaruddin Amin”, dalam

http://prupangjati.blogspot.com/2013/05/pemikiran-kamaruddin-amin_4538.html(29 Desember 2014). http://pendis.kemenag.go.id/index.php/index.php?a=detilberita&id=6815#.V7lld1JUPwg. Latifah Ulfa, “Lebih Dekat dengan Dr. Phil Kamaruddin Amien, MA”, http://www.uin-alauddin.ac.id/uin-415-.html (Rabu, 23 Juni 2010)

19 “Rektor Kukuhkan Dua Guru Besar” http://www.uin-alauddin.ac.id/uin-978-.html (diakses 9

Januari 2017), “Saat Menyampaikan Pidato Pengukuhan Guru Besar”

(42)

32

diundang oleh European Christian Association untuk berbicara tentang the

concept of Islam on Tolerance, Holland 2004, menghadiri dan mempresentasikan

makalah dalam international Seminar conducted by German Oriental Studies

Association, Halle 2004 di Jerman, menghadiri international seminar “on

Kalimantan and Karakorum”, yang diselenggarakan oleh DAAD dan Bonn

University, Jerman tahun 2004, diundang oleh kedutaan Indonesia di Berlin

untuk berbicara tentang “Islam and Democracy”, Berlin 2003, diundang oleh

Indonesian Student Association (PPI Cairo) untuk berbicara tentang “Islamic

Studies in Germany”. 2003, diundang oleh Indonesian Consulate di Hamburg

untuk berbicara tentang Islam dan Eropa, Hamburg 2002, diundang oleh

Kedutaan Indonesia di Brussel untuk berbicara tentangIslam and the West 2002,

menjadi narasumber dalam diskusi bulanan selama 4 tahun di beberapa kota di

Jerman.

Di dalam negeri, Kamaruddin Amin berpengalaman menyajikan makalah

dalam berbagai seminar dan workshop, antara lain; Workshop Nasional Dosen

Ulumul Hadis PTAI, di Jogyakarta, Seminar Internasional “Qou vadis Islamic

Studies?”di Makassar, Workshop Nasional Dosen Ulumul Hadis PTAI di

Makassar, Workshop Nasional Dosen Ulumul Hadis PTAI, di Jakarta 2009, dan

berbagai seminar tentang HIV/AIDS.20

3. Training

20Lihat Kamaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode …, 512, Kamaruddin Amin.

(43)

33

Dalam perjalanan studi dan karirnya, Kamaruddin Amin mengikuti

berbagai training untuk peningkatan ketrampilan (skill) dan keahlian khusus. Di

antara training yang pernah diikuti oleh Kamaruddin Amin, yaitu; Intensive

Arabic and English Pre-departure Training yang diselenggarakan oleh Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Islam yang bekerjasama dengan IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 1995-1996, Intensive Dutch Pre-departure Training

yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia berkerjasama dengan Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Islam di Jakarta pada Mei hingga Agustus 1996,

Dutch course conducted by Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic

Studies in cooperation with Leiden University. 1996-1997, Intensive German

Pre-departure Training, Goethe Institute Jakartadan sukses lulus “ZD Prüfung”

1999-2000, Intensive German Course diGoethe Institute Mannheim Jerman dan

sukses meraih level “DSH Prüfung” pada periode Maret-Agustus 2000, Intensive

Persian Course di Universitas Bonn Jerman, Kursus Bahasa Perancis di

Universitas Bonn Jerman,

Di samping kursus atau training kebahasaan, Kamaruddin Amin

mengikuti kursus lain seperti: Latihan memahami dan menghafal al-Quran yang

dilaksanakan oleh Institut Ilmu Al-Quran Jakarta bekerjasama dengan Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Islam,21 Sertifikat Pengadaan Barang dan Jasa yang

dilaksanakan oleh Bappenas dan dinyatakan lulus dengan kualifikasi L2, dan

Certified Master of Project Management of International Tekmetric/Brainbench

21Hanya sempat menghafal delapan Juz, karena tiba-tiba lulus ke Negri Belanda dan harus kursus

(44)

34

Project Management Certification, U.S.A. Demikian juga, ia mengikuti

workshop managemen proyek di berbagai tempat.22

4. Karir dan Jabatan

Kamaruddin resmi diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sejak 01

April 1998 dengan nomor induk pegawai 196901051996031003 dan bertugas

sebagai dosen Fakultas Adab IAIN Alauddin Makassar.23

Suami dari Hj Sinarliati Kamaruddin ini terpilih untuk memegang jabatan

sebagai Pembantu Rektor Bidang Kerjasama Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar, Ketua Komisi hubungan Internasional MUI Sulawesi Selatan, dan

Project Manager of the Development and Upgrading of Islamic University of

Alauddin, financed by Islamic Development Bank.

Berdasarkan surat keputusan Menteri Agama nomor B.II/3/15955

tertanggal 09 Oktober 2012, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN)

Alauddin Makassar, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, MA ini diangkat sebagai

Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan

Islam Kementerian Agama.24 Pada 11 Oktober 2012, Prof. Dr. Phil. H.

Kamaruddin Amin, MA dilantik sebagai pejabat Eselon II oleh Menteri Agama

Suryadharma Ali menggantikan Dr. H. Affandi Mochtar, MA.25

22 Lihat Kamaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode.., 512, Kamaruddin Amin.

“Western Methods of Dating..

Gambar

  Gambar 3.1Skema Model Tadli>s al-Taswiyah
Tabel 3.1 Perbandingan Jumlah Perawi Mudallis
Tabel 3.2 Daftar Nama Perawi Mudallis, Level
 Tabel 3.4Jumlah Perawi Mudallis Level III dan IV dan Kuantitas Hadisnya dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa, ekstrak tongkol jagung memiliki potensi sebagai fitokimia antioksidan karena

Melaksanakan brand audit secara berkala memungkinkan pemasar mengetahui keadaan brand mereka. Oleh karena itu brand audit adalah landasan yang berguna untuk manajer dalam

• Dianjurkan untuk menggunakan aksesori atau perangkat tambahan ini dengan mesin Makita Anda yang ditentukan dalam petunjuk ini. Penggunaan aksesori atau perangkat tambahan lain

perhatian penuh dari pemerintah pada tahun 2018 alokasi anggarannya masih berada di bawah belanja pegawai dan belanja barang. 12) Komponen belanja modal dalam APBN dan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:(1) Berdasarkan analisis deskriptif terhadap Variabel X

Ovien sijoittelulla voidaan vaikuttaa tilan käyttöön ja niiden saatavuuteen (kuvio 2). Päiväkodin ryhmätilat voidaan järjestää puun mallisesti siten, että

Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang  karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran

mencari kekuatan, peluang serta ancaman terhadap suatu media yang diusulkan agar media yang telah dihasilkan memenuhi fungsi dan kegunaan yang dikehendaki oleh lembaga