KAJIAN FISKAL REGIONAL
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita sampaikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena nikmat dan karunia-Nya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara telah dapat menyelesaikan penyusunan Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 dengan baik dan tepat waktu.
Penyusunan KFR merupakan salah satu tugas dalam Pembinaan Pelaksanaan anggaran Daerah serta wujud koordinasi dan kerjasama ekonomi dan keuangan antara Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara dengan Pemerintah Daerah dalam lingkup Provinsi Sulawesi Tenggara. Penyusunan Kajian Fiskal Regional merupakan bentuk dari peran Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai representasi Kementerian Keuangan di daerah. KFR dapat dipergunakan sebagai evaluasi kinerja perencanaan dan pelaksanaan anggaran pemerintah di Provinsi Sulawesi Tenggara sekaligus sebagai media informasi yang bernilai strategis bagi para pemangku kepentingan dan mitra kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara serta masukan bagi penyempurnaan proses bisnis dan kebijakan di masa mendatang.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada jajaran Pemerintah Daerah di wilayah Sulawesi Tenggara dan Organisasi Perangkat Daerah mitra kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara, serta semua pihak yang turut membantu penyusunan KFR Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018.
Harapan kami, semoga KFR ini dapat memberikan kontribusi yang positif dalam pengelolaan Keuangan Negara di Sulawesi Tenggara khususnya. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan Kajian Fiskal Regional selanjutnya.
Kendari, 28 Februari 2019 Kepala Kantor Wilayah,
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ekonomi Sulawesi Tenggara tahun 2018 tumbuh melambat dibandingkan tahun 2017 menjadi sebesar 6,42%. Perlambatan ini disebabkan oleh melambatnya sektor pertambangan dan penggalian dari sisi lapangan usaha dan perlambatan investasi dari sisi pengeluaran. Hal ini merupakan dampak dari kondisi resesi ekonomi dunia yang melanda hampir seluruh negara-negara maju dan berkembang sepanjang tahun 2018. Perlambatan ekonomi dunia ini mengakibatkan Tiongkok yang merupakan konsumen terbesar barang tambang dan bahan galian Provinsi Sulawesi Tenggara sekaligus investor terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perlambatan yang cukup dalam. Perlambatan ekonomi Tiongkok pada tahun 2018 ini juga dirasakan oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Sementara itu, tingkat inflasi di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 terjaga di angka 2,55% lebih rendah dari tahun 2017. Tren angka kemiskinan dan gini ratio Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 juga mengalami perbaikan secara signifikan. Persentase penduduk miskin Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 sebesar 11,32% yang merupakan angka terendah dalam lima tahun terakhir. Selain itu, indeks gini ratio Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 sebesar 0,392 mengalami perbaikan dibandingkan tahun 2017 atau mengalami penurunan sebesar 0,012 jika dibanding dengan tahun sebelumnya yang sebesar 0.404.
Dari Sisi Pendapatan negara, Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 berhasil melampaui target penerimaan negara baik dari penerimaan pajak maupun PNBP. Hal ini dipicu oleh kondisi perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara sepanjang tahun 2018 yang kondusif dan ramah investasi. Sementara itu dari sisi belanja negara, realisasi belanja negara (di luar dana transfer) selama tahun 2018 tercatat sebesar Rp7,119 triliun atau mencapai 94,89%. Realisasi belanja negara ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2017 yang terealisasi hanya sebesar 92,44%. Peningkatan persentase realisasi belanja negara di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 juga diiringi dengan peningkatan kualitas belanja negara yang semakin baik dan akuntabel sejalan dengan pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait efisiensi belanja negara dan penggunaan belanja perjalanan dinas yang semakin selektif.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 yang tinggi didorong juga oleh tumbuh kembangnya UMKM yang didorong pemerintah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program KUR merupakan skema pembiayaan kredit untuk
usaha-iii
usaha produktif yang diperuntukkan bagi pengusaha yang masuk dalam kriteria UMKM. Sumber dana KUR berasal dari perbankan sedangkan peran Kementerian Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah memberikan subsidi bunga sehingga bunga KUR dapat lebih rendah dari bunga kredit komersial. Selain itu sejak tahun 2017 pemerintah juga meluncurkan program Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) yang khusus diperuntukkan bagi masyarakat atau kelompok usaha yang tidak terjaring dalam skema program KUR. Penyaluran KUR pada tahun 2018 di Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai Rp1,561 triliun dengan jumlah debitur mencapai 50.086 debitur. Sementara itu, penyaluran pembiayaan UMi pada tahun 2018 di Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai Rp5,815 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 1.522 debitur.
Alokasi dan realisasi APBD secara agregat seluruh Pemerintah Daerah dalam lingkup Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan tren yang lebih baik pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2017. Pendapatan daerah mencapai Rp18,43 triliun pada tahun 2018 atau meningkat sebesar 10,4 % dari tahun 2017 yang hanya sebesar Rp16,69 triliun. Sementara dari sisi belanja daerah terjadi peningkatan pula dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp17,06 triliun pada tahun 2017 menjadi Rp18,09 triliun di tahun 2018. Pada tahun 2018 rasio PAD terhadap total Pendapatan Daerah mencapai 9,23%, sementara rasio Dana Perimbangan terhadap total Pendapatan Daerah mencapai 88,33%. Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian fiskal Provinsi Sulawesi Tenggara masih sangat rendah sehingga seluruh Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara masih memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap Pemerintah Pusat.
Pendapatan pemerintah konsolidasian Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 adalah sebesar Rp4,211 triliun (setelah dilakukan eliminasi terhadap akun-akun resiprokal), sedangkan realisasi belanja pemerintah konsolidasian mencapai sebesar Rp24,029
triliun. Pendapatan pemerintah konsolidasian tersebut merupakan penggabungan dari
pendapatan dan hibah Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah sebesar Rp2,87 triliun dan Pemerintah Daerah sebesar Rp18,43 triliun. Pendapatan permerintah konsolidasian
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 berasal dari pendapatan perpajakan sebesar
Rp3,14 triliun, PNBP sebesar Rp888,08 miliar dan pendapatan hibah sebesar Rp184,05 miliar. Sedangkan belanja pemerintah Konsolidasian tahun 2018 terdiri dari Belanja Pegawai Rp8,26 triliun, Belanja Barang Rp7,09 triliun, Belanja Modal sebesar Rp6,14 triliun, Pembayaran Bunga Utang Rp35,85 miliar, Belanja Subsidi Rp8,57 miliar, Belanja Hibah sebesar Rp886,89 miliar, Bantuan Sosial Rp30,69 miliar, Belanja Bantuan
iv
Keuangan sebesar Rp516,98 miliar, Belanja Tak Terduga sebesar Rp15,09 miliar dan Belanja Transfer sebesar Rp18,13 triliun.
Berdasarkan hasil analisis overlay yang merupakan gabungan dari analisis LQ, SS-EM dan MRP serta memperhatikan juga hasil analisis Tipology Klasen, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai empat sektor unggulan yang menopang perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi, sektor transportasi dan pergudangan serta sektor jasa pendidikan. Potensi kandungan barang-barang tambang dan galian di Provinsi Sulawesi Tenggara sangat melimpah sehingga menjadi perhatian investor nasional maupun asing, khususnya pertambangan nikel, aspal dan emas. Perusahaan tambang nasional dan asing banyak yang sudah beroperasi sejak lama di Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya di Kabupaten Buton, Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Utara dan Kabupaten Konawe Selatan. Sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Sulawesi Tenggara kedepannya masih dapat ditingkatkan lagi mengingat masih banyak potensi kantung-kantung pertambangan yang belum dieksplorasi secara optimal di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Harmonisasi program pembangunan dan kegiatan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara serta dukungan pemerintah berupa alokasi anggaran infrastruktur yang cukup besar dalam APBN dan APBD telah mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara selalu berada diatas rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara secara bertahap dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu pemerataan pembangunan dan distribusi hasil-hasil pembangunan di Provinsi Sulawesi Tenggara juga telah menyentuh dan dapat dirasakan hingga ke tingkat desa. Pengelolaan Dana Desa dan Alokasi Dana Desa telah diintegrasikan dengan sangat baik oleh Pemerintah Desa sehingga peningkatan kesejahteraan warga desa juga sudah mulai terlihat nyata dengan telah terbukanya keterisolasian wilayah, penyediaaan MCK secara memadai, bedah rumah tidak layak huni menjadi rumah sehat, penyediaan air bersih, penciptaan lapangan kerja di pedesaan melalui skema cash for work serta menurunnya angka kemiskinan secara bertahap di pedesaan.
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... I RINGKASAN EKSEKUTIF ... II DAFTAR ISI ... V DAFTAR TABEL ... IX DAFTAR GRAFIK ... XI DAFTAR GAMBAR ...XIIIBAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 1
A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL ... 1
1. Produk Domestik Regional Bruto ... 1
a) Laju Pertumbuhan Ekonomi ... 1
b) Nominal PDRB ... 2 c) PDRB per Kapita ... 5 2. Suku Bunga ... 5 3. Inflasi ... 6 4. Nilai Tukar ... 8 B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN ... 8
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 9
2. Tingkat Kemiskinan ... 10
3. Ketimpangan (Gini Ratio) ... 10
4. Kondisi Ketenagakerjaan ... 11
C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL ... 12
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL ... 15
A. APBN TINGKAT PROVINSI ... 15
B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI ... 16
1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi ... 17
vi
a) Perkembangan PNBP menurut Jenis ... 19
b) Perkembangan PNBP Fungsional ... 20
3. Analisis Kontribusi Penerimaan Perpajakan dan PNBP Terhadap Perekonomian ... 21
C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI ... 22
1. Perkembangan Pagu Dan Realisasi Berdasarkan Organisasi (Bagian Anggaran/ Kementerian/Lembaga) ... 22
2. Perkembangan Pagu Dan Realisasi Berdasarkan Fungsi ... 23
3. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja ... 24
4. Analisis Belanja Pemerintah Pusat Untuk Pembangunan Manusia ... 24
D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT ... 25
E. TRANSFER ... 26
F. PENGELOLAAN BLU PUSAT ... 27
1. Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat ... 27
2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP, dan RM BLU Pusat ... 27
3. Kemandirian BLU... 28
4. Potensi Satker PNBP Menjadi Satker BLU ... 29
G. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT ... 30
1. Penerusan Pinjaman ... 30
2. Kredit Program ... 30
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 34
A. APBD TINGKAT PROVINSI ... 34
B. JENIS PENDAPATAN DALAM APBD ... 35
C. JENIS BELANJA DALAM APBD ... 38
1. Rincian Belanja Daerah Berdasarkan klasifikasi urusan ... 38
2. Rincian Belanja Daerah menurut jenis belanja (sifat ekonomi) ... 40
3. Rincian Belanja Daerah menurut jenis belanja (sifat ekonomi) ... 42
D. PENGELOLAAN BLU DAERAH ... 42
vii
2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM BLU Daerah ... 44
3. Analisis Legal ... 46
E. PENGELOLAAN INVESTASI DAERAH ... 46
1. Bentuk lnvestasi Daerah ... 46
2. Profil dan jenis Badan Usaha Milik Daerah ... 47
F. SILPA DAN PEMBIAYAAN ... 48
1. Perkembangan surplus/defisit APBD ... 48
2. Pembiayaan daerah ... 49
G. ANALISIS LAINNYA ... 50
1. Analisis Horizontal dan Vertikal ... 50
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ... 53
A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN ... 53
B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN ... 53
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan ... 54
2. Analisis Perubahan ... 55
3. Rasio Pajak (Tax Ratio) ... 55
4. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan konsolidasian ... 56
C. BELANJA KONSOLIDASIAN ... 57
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan ... 57
2. Analisis Perubahan ... 58
3. Analisis Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Total Belanja Konsolidasian ... 59
4. Rasio Belanja Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk ... 60
5. Analisis Belanja ... 60
6. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional ... 61
D. SURPLUS/DEFISIT ... 63
1. Komposisi Surplus/Defisit Konsolidasian dan Rasio ... 64
viii
BAB V KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL ... 66
A. KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI ... 66
1. Analisis Sektor Unggulan/Location Quotient (LQ) ... 66
2. Tipologi Klasen ... 68
3. Analisis Shift Share modifikasi Esteban-Marquillas ... 69
4. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)... 71
5. Analisis Overlay ... 73
B. TANTANGAN FISKAL REGIONAL ... 78
BAB VI ANALISIS TEMATIK ... 82
1. Sinkronisasi Program APBN dan APBD dalam Pembangunan Infrastruktur dan Upaya Pengentasan Kemiskinan di Daerah ... 82
2. Kontribusi dan Tantangan Dana Desa Dalam Upaya untuk Mendorong Pertumbuhan dan Pemerataan di Daerah ... 90
BAB VII PENUTUP ... 95
A. KESIMPULAN ... 95
B. REKOMENDASI ... 98
DAFTAR PUSTAKA ...
FOTO SAMPUL:
1. Gedung RSUD Konawe - dibangun dengan pinjaman dari PT. SMI (Rachmadi Wahyu P. S. – Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Tenggara) 2. Masjid Al Alam Kendari (@firdanfahmi – KPPN Kendari)
ix
DAFTAR TABEL
TABEL 1. 1 PERTUMBUHAN PDRB SULAWESI TENGGARA MENURUT PENGGUNAAN (ADHK-2010) ... 3
TABEL 1. 2 PERKEMBANGAN PDRB MENURUT PENGELUARAN 2018 ... 3
TABEL 1. 3 PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN SULAWESI TENGGARA ... 4
TABEL 1. 4 PERKEMBANGAN BI 7 DAY REPO RATE 2018 ... 6
TABEL 1. 5 PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SULAWESI TENGGARA ... 9
TABEL 1. 6 KETENAGAKERJAAN SULAWESI TENGGARA ... 11
TABEL 1. 7 BELANJA PEMERINTAH DI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 S.D. 2018 ... 13
TABEL 2. 1 ALOKASI APBN DI WILAYAH SULAWESI TENGGARA ... 15
TABEL 2. 2 PENERIMAAN PERPAJAKAN DI WILAYAH SULAWESI TENGGARA ... 17
TABEL 2. 3 DATA PENERIMAAN PAJAK VERSI SPAN DAN VERSI KPP PRATAMA LINGKUP SULAWESI TENGGARA ... 19
TABEL 2. 4 PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SULAWESI TENGGARA ... 19
TABEL 2. 5 PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK FUNGSIONAL... 20
TABEL 2. 6 TAX RATIO DAN PNBP RATIO SULAWESI TENGGARA... 21
TABEL 2. 7 PAJAK PERKAPITA DAN PNBP PERKAPITA SULAWESI TENGGARA ... 21
TABEL 2. 8 PAGU DAN REALISASI BERDASARKAN FUNGSI ... 23
TABEL 2. 9 PAGU DAN REALISASI BERDASARKAN JENIS BELANJA ... 24
TABEL 2. 10 PAGU DAN REALISASI BERDASARKAN JENIS BELANJA ... 25
TABEL 2. 11 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA LINGKUP SULAWESI TENGGARA ... 26
TABEL 2. 12 ASET UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI ... 27
TABEL 2. 13 ASET RSU BHAYANGKARA KENDARI ... 28
TABEL 2. 14 PAGU PNBP DAN RM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI ... 28
TABEL 2. 15 PAGU PNBP DAN RM RSU BHAYANGKARA KENDARI... 29
TABEL 2. 16 PERKEMBANGAN PAGU PNBP DAN RM SATKER PNBP ... 29
TABEL 2. 17 DATA SLA SULAWESI TENGGARA ... 30
TABEL 2. 18 PENYALURAN KUR BERDASARKAN SKEMA DI WILAYAH SULAWESI TENGGARA ... 31
TABEL 2. 19 PENYALURAN KUR TAHUN 2018 PER WILAYAH SULAWESI TENGGARA ... 32
TABEL 2. 20 PENYALURAN KUR TAHUN 2017 PER WILAYAH SULAWESI TENGGARA ... 33
TABEL 3. 1 PROFIL APBD SULAWESI TENGGARA ... 34
TABEL 3. 2 JENIS PENDAPATAN APBD SULAWESI TENGGARA ... 35
TABEL 3. 3 PROFIL APBD SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN KLASIFIKASI URUSAN ... 39
x
TABEL 3. 5 PROFIL APBD SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN KLASIFIKASI FUNGSI ... 42
TABEL 3. 6 PROFIL DAN JENIS LAYANAN BLU DAERAH DI SULAWESI TENGGARA ... 44
TABEL 3. 7 PROFIL ASET SATKER BLU DAERAH DI SULAWESI TENGGARA ... 44
TABEL 3. 8 PERKEMBANGAN PAGU RM DAN PNBP BLUD DI SULAWESI TENGGARA ... 45
TABEL 3. 9 BENTUK INVESTASI DAERAH DI SULAWESI TENGGARA ... 46
TABEL 3. 10 PROFIL DAN JENIS USAHA BUMD DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA ... 47
TABEL 3. 11 REALISASI PENDAPATAN 2018 PER KABUPATEN/KOTA/PROVINSI SULAWESI TENGGARA ... 51
TABEL 4.1. LAPORAN KONSOLIDASIAN SULAWESI TENGGARA 2018 ... 53
TABEL 4. 2 RASIO PAJAK TERHADAP PDRB SULAWESI TENGGARA 2016 S.D. 2018 ... 56
TABEL 4. 3 REALISASI PENDAPATAN KONSOLIDASIAN PEMPUS DAN PEMDA DI WILAYAH SULAWESI TENGGARA 2016 S.D. 2018 ... 57
TABEL 4. 4 RASIO BELANJA OPERASI SULAWESI TENGGARA 2016 S.D. 2018 ... 59
TABEL 4. 5 RASIO DANA KELOLAAN NON BELANJA PEGAWAI TAHUN 2018 ... 61
TABEL 4. 6 RASIO DANA KELOLAAN NON BELANJA PEGAWAI TAHUN 2018 ... 61
TABEL 4. 7 RASIO SURPLUS/DEFISIT KONSOLIDASIAN TERHADAP PDRB SULAWESI TENGGARA ... 64
TABEL 4. 8 KONTRIBUSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB SULAWESI TENGGARA ... 65
TABEL 5. 1 LOCATION QUOTIENT SULAWESI TENGGARA PERIODE 2014-2018 ... 67
TABEL 5. 2 KLASIFIKASI SEKTOR EKONOMI SULAWESI TENGGARA DENGAN KLASSEN TYPOLOGI 2014-2018 ... 69
TABEL 6. 1 ALOKASI ANGGARAN INFRASTRUKTUR DALAM APBN DAN APBD SULAWESI TENGGARA TAHUN 2017 DAN 2018 (MILYAR RUPIAH) ... 83
TABEL 6. 2 ALOKASI ANGGARAN INFRASTRUKTUR TAHUN 2017 DAN 2018 DALAM APBD PEMERINTAH DAERAH LINGKUP SULAWESI TENGGARA ... 84
TABEL 6. 3 ALOKASI ANGGARAN INFRASTRUKTUR SULAWESI TENGGARA DALAM APBN TAHUN 2017 DAN 2018 ... 85
TABEL 6. 4 PERSENTASE BESARAN ALOKASI ANGGARAN INFRASTRUKTUR DALAM APBN DAN APBD ... 86
TABEL 6. 5 JUMLAH PUBLIK GOOD DALAM WILAYAH SULAWESI TENGGARA PERIODE TAHUN 1995 S.D. 2016 ... 87
xi
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK 1. 1 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA DAN NASIONAL... 1
GRAFIK 1. 2 PERKEMBANGAN PDRB PER KAPITA SULAWESI TENGGARA ... 5
GRAFIK 1. 3 LAJU INFLASI SULAWESI TENGGARA 2016 S.D. 2018 ... 6
GRAFIK 1. 4 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP USD DAN CNY TAHUN 2018 ... 8
GRAFIK 1. 5 PERSENTASE KEMISKINAN SULAWESI TENGGARA ... 10
GRAFIK 1. 6 PERKEMBANGAN GINI RASIO SULAWESI TENGGARA ... 10
GRAFIK 2. 1 PERKEMBANGAN PAGU DAN REALISASI SULAWESI TENGGARA ... 16
GRAFIK 2. 2 KOMPOSISI PENDAPATAN DI WILAYAH SULAWESI TENGGARA ... 16
GRAFIK 2. 3 PERKEMBANGAN TAX RATIO SULAWESI TENGGARA ... 17
GRAFIK 2. 4 PERBANDINGAN TARGET DAN REALISASI PNBP 2016 S.D. 2018 LINGKUP SULAWESI TENGGARA ... 19
GRAFIK 2. 5 PERBANDINGAN PAGU DAN REALISASI BELANJA PEMERINTAH PUSAT 2016 S.D. 2018 LINGKUP SULAWESI TENGGARA ... 22
GRAFIK 2. 6 TINGKAT PENYERAPAN 10 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN ALOKASI ANGGARAN TERBESAR LINGKUP SULAWESI TENGGARA ... 22
GRAFIK 2. 7 ANALISA CASH FLOW 2016 DAN 2017 DI WILAYAH SULAWESI TENGGARA ... 25
GRAFIK 4.1. PERBANDINGAN PENDAPATAN KONSOLIDASIAN SULAWESI TENGGARA 2018 DAN 2017 .... 54
GRAFIK 4. 2 PERBANDINGAN KOMPOSISI PENDAPATAN KONSOLIDASIAN SULAWESI TENGGARA 2018 DAN 2017 ... 54
GRAFIK 4. 3 PERBANDINGAN PENERIMAAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH TERHADAP PENERIMAAN KONSOLIDASIAN SULAWESI TENGGARA 2018 ... 55
GRAFIK 4. 4 PERBANDINGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH TERHADAP PENERIMAAN PERPAJAKAN KONSOLIDASIAN SULAWESI TENGGARA 2018 ... 55
GRAFIK 4. 5 BELANJA PEMERINTAH KONSOLIDASIAN BERDASAR JENIS BELANJA 2017 DAN 2018 ... 57
GRAFIK 4. 6 PERBANDINGAN BELANJA DAN TRANSFER PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP BELANJA DAN TRANSFER KONSOLIDASIAN SULAWESI TENGGARA 2018 ... 58
GRAFIK 4. 7 KOMPOSISI BELANJA KONSOLIDASIAN SULAWESI TENGGARA 2017 DAN 2018 ... 59
GRAFIK 4. 8 BELANJA PEMERINTAH KONSOLIDASIAN SULAWESI TENGGARA 2017 DAN 2018 ... 60
GRAFIK 4. 9 SURPLUS/DEFISIT KONSOLIDASIAN TINGKAT WILAYAH SULAWESI TENGGARA 2018... 64
xii
GRAFIK 5. 2 JUMLAH KENDARAAN RODA EMPAT ATAU LEBIH DI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2013-2017 ... 76 GRAFIK 5. 3 JUMLAH KUNJUNGAN KAPAL DI SULAWESI TENGGARA 2013-2017 ... 76 GRAFIK 5. 4 JUMLAH PESAWAT YANG DATANG DAN BERANGKAT DI SULAWESI TENGGARA TAHUN
2013-2017 ... 77
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 5. 1 LOKASI POTENSI BAHAN GALIAN SULAWESI TENGGARA ... 74 GAMBAR 5. 2 MATRIKS SWOT (STRENGHT, WEAKNESS, OPPORTUNITY, THREAT) ... 79
1
BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
EKONOMI REGIONAL
A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL
1. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian selama periode waktu tertentu. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sering dijadikan ukuran terbaik untuk mengukur kinerja perekonomian Terdapat tiga cara untuk menghitung PDB yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan (Krugman & Wells, 2011). Selanjutnya PDB pada suatu region/wilayah tertentu disebut dengan Produk Domestik Regional Bruto (Gross Domestic Regional Bruto).
a) Laju Pertumbuhan Ekonomi
Grafik 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara dan Nasional
Perekonomian Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 meskipun tumbuh melambat dibandingkan tahun 2017 menjadi 6,42% dari sebelumnya sebesar 6,76%, akan tetapi masih berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,17%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara ini disebabkan oleh sektor utama penopang ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu lapangan usaha pertambangan dan penggalian mengalami tekanan akibat resesi ekonomi dunia. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh melambat dari 12,77% pada tahun 2017 menjadi 6,85% pada tahun 2018. Ketidakstabilan ekonomi dunia dalam beberapa tahun terakhir berimbas kepada perekonomian negara Tiongkok dan Korea Selatan. Tiongkok dan Korea Selatan yang selama ini menjadi negara tujuan utama ekspor barang-barang tambang Provinsi Sulawesi Tenggara perekonomiannya juga ikut mengalami perlambatan. Kinerja ekonomi negara Tiongkok dan Korea Selatan sepanjang tahun 2018 yang terus
Sumber: BPS Sultra-diolah (persen)
5,01 4,88 5,03 5,07 5,17
6,26
6,88
6,51 6,76 6,42
2014 2015 2016 2017 2018
Nasional Sulawesi Tenggara
Pertumbuhan Ekonomi Sultra 2018: 6,42% PDRB ADHB: Rp118,09 T PDRB ADHK: Rp88,33 T
2
melambat menyebabkan permintaan akan pasokan barang-barang tambang dari negara-negara suplier berkurang termasuk dari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Sementara itu dari sisi pengeluaran, melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara disebabkan berkurangnya nilai Investasi di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 dibandingkan tahun 2017. Investasi merupakan salah satu sektor yang berkontribusi besar dalam pembentukan PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara dari sisi Permintaan. Investasi yang terlihat dari PMTB tumbuh melambat, dari semula 8,74% tahun 2017 menjadi 5,85% (y-on-y) pada tahun 2018. Perlambatan pertumbuhan investasi ini sudah dimulai sejak periode triwulan II 2018. Kecilnya investasi di Provinsi Sulawesi Tenggara terkait dengan kondisi resesi ekonomi dunia yang dirasakan oleh hampir seluruh negara dan kemudian berimbas kepada arus investasi yang masuk ke Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 bila dibandingkan dengan provinsi lain yang ada di pulau Sulawesi, maka tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara termasuk dalam urutan tiga besar yang tingkat pertumbuhan ekonominya berada di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara walaupun selalu berada diatas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional tetapi tingkat pertumbuhannya cenderung terus melambat, dimana hal ini berbanding terbalik dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang mengalami pertumbuhan positif. Apabila dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar 7,2%.
b) Nominal PDRB
Sisi Permintaan
Dilihat dari sisi permintaan, kegiatan ekspor dan impor Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 lebih baik dari pada tahun 2017. Nilai total ekspor Provinsi Sulawesi Tenggara ke luar negeri pada tahun 2018 tumbuh 104,17% dibandingkan tahun 2017. Kinerja ekspor Provinsi Sulawesi Tenggara di tahun 2018 masih cukup baik meskipun kondisi negara-negara tujuan ekspor Provinsi Sulawesi Tenggara menurun terutama Tiongkok dan Korea Selatan. Sementara nilai total impor Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 juga meningkat sebesar 53,68%. Pertumbuhan inventori yang cenderung fluktuatif sejak tahun 2016 hingga tahun 2018 menunjukkan geliat industri untuk meningkatkan produksinya cenderung menurun, dimana pada tahun 2018 nilai pertumbuhan inventori hanya sebesar -89,27%.
Ketidakstabilan ekonomi dunia menyebabkan perlambatan ekonomi Sultra.
3
Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Sulawesi Tenggara Menurut Penggunaan (ADHK-2010)
Kontributor utama sumber pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Konsumsi Rumah Tangga sebesar 2,92%, kemudian disusul dengan komponen pengeluaran pembentukan modal tetap bruto sebesar 2,47%. Sedangkan kontributor ketiga sumber pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara adalah net ekspor sebesar 1,73%.
Tabel 1. 2 Perkembangan PDRB menurut pengeluaran 2018
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar Rp58,27 triliun atau 49,34% terhadap total PDRB. Komponen pengeluaran terbesar selanjutnya adalah pembentukan modal tetap bruto sebesar Rp47,28 triliun atau 40,04% dari total PDRB.
Sisi Penawaran
PDRB selain dihitung dari sisi permintaan yang membagi pengeluaran menjadi empat komponen juga dapat dihitung dari sisi penawaran. PDRB dari sisi penawaran merupakan jumlah nilai (value added) produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB dari sisi penawaran bermanfaat untuk mengetahui kontribusi sektor-sektor tertentu yang menjadi unggulan suatu daerah sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi regional.
Komponen Pengeluaran Pertumbuhan
2018
Sumber Pertumbuhan
Distribusi 2018
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,17 2,92 49,34
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 8,91 0,09 1,03
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,28 0,89 14,89
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5,85 2,47 40,04
5. Perubahan Inventori -89,27 0,00 0,15
6. Ekspor Barang dan Jasa 104,17 11,03 21,76
7. Impor Barang dan Jasa 53,68 9,30 27,20
6,42 6,42 100,00
Sumber: BPS Sultra-diolah (persen)
2016 2017 2018 2016 2017 2018 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 48,32 53,30 58,27 37,07 39,34 41,77 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,97 1,10 1,22 0,80 0,87 0,95 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 14,22 15,90 17,58 11,06 11,75 12,49 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 37,50 42,98 47,28 32,25 35,07 37,12
5. Perubahan Inventori 0,26 1,35 0,17 0,39 1,56 0,17
6. Ekspor Barang dan Jasa 11,61 14,45 25,69 7,14 8,79 17,94 7. Impor Barang dan Jasa 15,87 21,65 32,13 10,96 14,38 22,11
P D R B 96,99 107,42 118,09 77,75 83,00 88,33
Sumber: BPS Sultra-diolah (persen)
4
Tabel 1. 3 Perkembangan PDRB Sisi Penawaran Sulawesi Tenggara
Sebagaimana kondisi tahun 2017, tiga lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB tahun 2018 Provinsi Sulawesi Tenggara dari sisi penawaran adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, sektor Pertambangan dan Penggalian serta sektor Konstruksi.
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Nilai PDRB ADHB lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 sebesar Rp28,29 triliun atau 23,96% dari total nilai PDRB. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Tenggara. Data BPS Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017 menunjukkan bahwa jumlah pekerja sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan mencapai 430.346 orang atau 37,07%.
Pertambangan dan Penggalian
Pada tahun 2018 kontribusi sektor pertambangan dan penggalian mencapai Rp24,68 triliun atau 20,90% dari total PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil tambang Provinsi Sulawesi Tenggara yang paling banyak diekspor ke luar negeri adalah nikel, besi dan bijih logam. Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Sulawesi Tenggara tidak terlepas dari pembangunan smelter di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan beroperasinya smelter di Provinsi Sulawesi Tenggara, sektor pertambangan dan penggalian mulai kembali menggeliat setelah sempat meredup sejak tahun 2014.
Konstruksi
Pada tahun 2018 kontribusi lapangan usaha sektor konstruksi Sulawesi Tenggara mencapai Rp15,87 triliun atau 13,44% terhadap total PDRB. Pencapaian sektor konstruksi ini didorong oleh kebijakan pemerintah menggenjot sektor infrastruktur di Provinsi Sulawesi Tenggara, baik melalui belanja APBN maupun APBD.
2016 2017 2018 2016 2017 2018
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 23,58 25,87 28,29 18,27 19,32 20,55
Pertambangan dan Penggalian 18,80 22,21 24,68 15,43 17,41 18,60
Industri Pengolahan 5,92 6,59 7,15 4,83 5,14 5,39
Pengadaan Listrik, Gas 0,04 0,04 0,05 0,04 0,04 0,04
Pengadaan Air 0,19 0,19 0,21 0,16 0,16 0,16
Konstruksi 13,60 14,35 15,87 10,27 10,60 11,26
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 12,01 13,48 14,92 9,78 10,45 11,14
Transportasi dan Pergudangan 4,36 4,85 5,42 3,60 3,87 4,20
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,57 0,62 0,68 0,45 0,48 0,51
Informasi dan Komunikasi 1,79 1,98 2,15 1,85 2,01 2,17
Jasa Keuangan 2,42 2,63 2,77 1,82 1,91 1,95
Real Estate 1,50 1,60 1,66 1,24 1,30 1,33
Jasa Perusahaan 0,20 0,22 0,24 0,17 0,18 0,19
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5,21 5,53 6,13 4,11 4,28 4,53
Jasa Pendidikan 4,56 4,88 5,33 3,78 3,89 4,18
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,92 0,97 1,06 0,77 0,79 0,85
Jasa lainnya 1,33 1,40 1,49 1,16 1,19 1,26
P D R B 96,99 107,42 118,09 77,75 83,00 88,33
Sumber: BPS Sultra-diolah (persen)
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan
Kontributor terbesar Pembentuk PDRB Sultra: - Pertanian, Kehutanan dan Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Konstruksi
5
PDRB per kapita memberikan gambaran tentang jumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh masyarakat dalam satu tahun. PDRB per kapita Sultra 2018: Rp44,5 jutac) PDRB per Kapita
Grafik 1. 2 Perkembangan PDRB per Kapita Sulawesi Tenggara
Sumber : BPS diolah (dalam juta rupiah)
Pendapatan per kapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk pada daerah tersebut untuk tahun yang sama. PDRB per kapita memberikan gambaran tentang jumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh masyarakat dalam satu tahun. Sebagaimana diilustrasikan pada grafik 1.2, tingkat PDRB per kapita Provinsi Sulawesi Tenggara terus mengalami peningkatan dari tahun 2015 s.d. tahun 2018. Hal ini merefleksikan bahwa tingkat pendapatan masyarakat di Provinsi Sulawesi Tenggara terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun. Kondisi ini turut mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Sulawesi Tenggara yang juga semakin menurun. Secara riil pendapatan per kapita penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 telah mencapai Rp44,5 juta. Walau demikian besarnya pendapatan per kapita penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara ini masih berada di bawah angka nasional sehingga dengan demikian pendapatan per kapita penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara masih lebih rendah atau lebih kecil dari wilayah lain secara nasional.
2. Suku Bunga
Kebijakan suku bunga dilakukan oleh bank sentral selaku pemegang otoritas moneter. Sebagai pemegang otoritas moneter di Indonesia, Bank Indonesia menetapkan BI Rate sebagai suku bunga acuan yang mencerminkan sikap atau stance dari kebijakan moneter. Dalam rangka melakukan penguatan kerangka operasi moneter, Bank Indonesia kemudian memperkenalkan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru berupa BI 7-Day Repo Rate pada April 2016, dan mulai berlaku efektif tanggal 19 Agustus 2016. Perubahan tersebut bertujuan agar suku bunga kebijakan dapat lebih cepat mempengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil.
6
Suku bunga Acuan naik total 175 basis point selama 2018 Suku bunga 20 Desember 2018 sebesar 6,00%Tabel 1. 4 Perkembangan BI 7 Day Repo Rate 2018
Data tersebut menggambarkan bahwa pada awal tahun (18 Januari 2018) Bank Indonesia menetapkan BI 7-day (reverse)
repo rate sebesar 4,25 % yang
bertahan hingga 17 Mei 2018. Selanjutnya dalam kurun 17 Mei 2018 sampai dengan 20 Desember 2018, BI 7-day (reverse) repo rate mengalami 6
kali kenaikan dan terakhir pada 15 November 2018 Bank Indonesia menaikkannya menjadi 6,00%, dan terus bertahan hingga akhir tahun 2018. Dengan demikian selama tahun 2018 suku bunga acuan naik total 175 basis point. Keputusan tersebut diambil BI sebagai upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang tinggi. Berdasarkan analisis pergerakan inflasi dalam setahun untuk wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak berdampak langsung terhadap inflasi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Inflasi yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara lebih didorong oleh faktor pergerakan harga pada komponen bahan makanan, ikan dan buah.
3. Inflasi
Grafik 1. 3 Laju Inflasi Sulawesi Tenggara 2016 s.d. 2018
Inflasi secara sederhana diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Sumber: www.bi.go.id (diolah)
4,25 4,25 4,25 4,25 4,50 4,75 5,25 5,25 5,50 5,75 5,75 6,00 6,00 -1,00 1,00 3,00 5,00 7,00
18 Jan 15 Feb 22 Mar 19 Apr 17 Mei 30 Mei 29 Jun 19 Jul 15 Agu 27 Sep 23 Okt 15 Nov 20 Des
Sumber: BPS (diolah) 0 1 2 3 4 5 6 7
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
7
Inflasi Sultra 2018: 2,55% Awal tahun laju inflasi stabil, pertengahan tahun meningkat dan mencapai puncak di bulan Juli 2018.Berdasarkan grafik 1.3, laju inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu tahun 2016 sampai dengan 2018 terlihat selalu dalam tren fluktuatif. Pada awal tahun 2018 laju inflasi relatif stabil, akan tetapi mulai memasuki bulan Mei laju inflasi terus meningkat dan sampai dengan bulan Juli 2018 mencapai titik puncak sebesar 4,09%. Selanjutnya pada bulan Agustus 2018 laju inflasi terus menurun dan pada bulan Desember 2018 mencapai sebesar 2,55%.
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, pada bulan Mei sampai dengan Juli tingkat inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara selalu meningkat dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Pada tahun 2018, kondisi serupa juga terjadi karena momentum masa libur sekolah dan dimasukinya tahun ajaran baru 2018/2019, selain itu keberadaan bulan suci Ramadhan juga memicu permintaan konsumen yang meningkat. Kondisi cuaca yang ekstrim di Provinsi Sulawesi Tenggara setiap bulan Mei sampai dengan Juni menyebabkan pasokan beberapa komoditas bahan makanan di pasaran menjadi berkurang.
Tingkat inflasi tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara terjadi pada bulan Juni 2018 yang disebabkan kenaikan indeks harga pada kelompok bahan makanan, pendidikan dan olahraga. Komoditas bahan makanan yang memberikan sumbangan inflasi terbesar adalah cabai rawit, kacang panjang, tomat sayur, bayam dan kangkung. Sementara pada bulan Agustus s.d. September 2018 Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami deflasi yang disebabkan turunnya indeks harga kelompok bahan makanan terutama komoditas ikan.
Pada tahun 2018 tingkat inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 2,55% lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang sebesar 2,96%. Tingkat inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara masih berada di bawah tingkat inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,13%, serta berada pada rentang target sasaran inflasi 2018 yaitu sebesar 3,5% + 1%. Tingkat inflasi yang terkendali di Provinsi Sulawesi Tenggara ini didorong oleh stabilnya harga kelompok bahan makanan dan kemudian berdampak kepada penurunan harga kelompok bahan makanan jadi dan perumahan, meskipun sempat tertahan oleh peningkatan empat kelompok komoditi lainnya (sandang, kesehatan, pendidikan dan transportasi). Selain itu terkendalinya tingkat inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 dibanding tahun sebelumnya tidak terlepas juga dari kebijakan pemerintah yang tidak menaikkan tarif listrik sepanjang 2018 dan kondisi cuaca di Provinsi Sulawesi Tenggara yang jauh lebih kondusif dibanding tahun 2017.
8
Pada akhir tahun 2018, Kurs Rupiah terhadap Dollar AS: Rp13.610,- Kurs Rupiah terhadap Yuan Tiongkok: Rp2.091,304. Nilai Tukar
Nilai tukar (atau dikenal sebagai kurs) adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau dikemudian hari antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Saat ini hampir semua negara tidak bisa lepas dari interaksi ekonomi dengan luar negeri. Sebagai mata uang global, dollar AS banyak digunakan untuk kegiatan perdagangan internasional, tak terkecuali Indonesia. Oleh karena itu pergerakan kurs rupiah terhadap dollar AS sering dijadikan indikator untuk menentukan kebijakan perekonomian nasional. Secara konseptual, nilai tukar mata uang memiliki hubungan negatif terhadap ekspor. Ketika kurs rupiah terhadap dollar AS mengalami apresiasi (penguatan), maka akan menekan kinerja ekspor karena barang/jasa yang dijual ke luar negeri menjadi lebih murah. Sebaliknya, ketika kurs rupiah terhadap dollar AS mengalami depresiasi (penurunan), maka akan merangsang pertumbuhan ekspor.
Grafik 1. 4 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD dan CNY tahun 2018
Selama tahun 2018, kurs rupiah terhadap mata uang dollar AS dan Yuan cenderung bergerak fluktuatif. Dollar AS dibuka pada angka Rp14.553,- dan sempat melemah di pertengahan tahun hingga menyentuh angka Rp15.329,-, Rupiah cukup stabil sampai dengan akhir tahun 2018 dan ditutup pada angka Rp13.610,-. Sementara itu Yuan Tiongkok dibuka pada angka Rp2.099,46 dan sempat melemah di pertengahan tahun hingga menyentuh angka Rp2.237,06. Rupiah cukup stabil sampai dengan akhir tahun 2018 dan ditutup pada angka Rp2.091,30.
B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
Indikator pembangunan yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat antara lain Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Tingkat Kemiskinan, Tingkat Ketimpangan (Gini Ratio), dan Kondisi Ketenagakerjaan.
.
Sumber: www.bi.go.id (diolah)
0,00 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00 12.000,00 14.000,00 16.000,00 18.000,00 CNY USD
9
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sebagai ukuran keberhasilan pembangunan pada modal manusia, PBB melalui United
Nations Development Programme (UNDP) mengkombinasikan pencapaian di bidang
pendidikan, kesehatan dan pendapataan/pengeluaran riil atau yang dikenal dengan
Human Development Index (HDI)/Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut UNDP,
IPM suatu daerah dikelompokkan dalam empat kategori yaitu sangat tinggi (IPM ≥ 80), tinggi (70 ≤ IPM < 80), sedang (60 ≤ IPM < 70) dan rendah ( IPM < 60).
Tingkat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 s.d. tahun 2017 dapat diilustrasikan sebagai berikut :
Tabel 1. 5 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Sulawesi Tenggara
IPM Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017 mengalami peningkatan dari 69,31 pada tahun 2016 menjadi 69,86 tahun 2017, IPM Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 2016 sampai 2017 masuk dalam kategori sedang. Kontributor IPM tertinggi adalah Kota Kendari sebesar 81,83 (kategori tinggi), sementara IPM terkecil adalah Kabupaten Buton Tengah sebesar 62,80 (kategori sedang). Secara nasional, IPM Sulawesi Tenggara tahun 2017 masih berada di bawah IPM Nasional dengan selisih angka 0,95 pada tahun 2017.
Dalam periode 2016 s.d. 2017 komponen pembentuk IPM juga mengalami peningkatan. Pertama, Angka harapan hidup Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 mencapai 70,47 tahun, yang berarti bahwa bayi lahir memiliki peluang hidup hingga 70,47 tahun atau meningkat 0,01 tahun dari tahun sebelumnya. Kedua, Sulawesi Tenggara juga memiliki harapan lama sekolah selama 13,36 tahun atau meningkat 0,12 tahun, artinya anak-anak usia 7 memiliki peluang untuk sekolah selama 13,36 tahun/setara mengenyam pendidikan sampai dengan bangku kuliah. Ketiga, penduduk usia 25 tahun ke atas, secara rerata telah menempuh pendidikan selama 8,46 tahun atau meningkat 0,14 tahun. Selain pengeluaran perkapita per tahun selalu meningkat sejak tahun 2012 dan mencapai sebesar Rp9,094 juta atau meningkat Rp397 ribu dibandingkan tahun 2016.
Komponen Satuan 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Umur Harapan Hidup Saat Lahir (UHH) Tahun 70,06 70,28 70,39 70,44 70,46 70,47
Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 12,45 12,45 12,78 13,07 13,07 13,36
Rerata Lama Sekolah (RLS) Tahun 7,76 7,93 8,02 8,18 8,32 8,46
Pengeluaran Per Kapita Rp ribu 8.396 8.537 8.555 8.697 8.697 9.094 67,07
67,55 68,07 65,75 69,31 69,86 Pertumbuhan IPM % 0,82 0,72 0,78 0,99 0,81 0,79 Sumber: BPS Sultra-diolah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM Sultra 2018: 69,86 (kategori sedang) Seluruh komponen pembentuk IPM meningkat UHH: 70,47 HLS: 13,36 RLS: 8,46
10
Persentase penduduk miskin Sultra 2018: 11,32% Tren menurun sejak tahun 2015 Gini Ratio Sultra 2018: 0,392 TPT Sultra 2018 menurun menjadi 3,26%2. Tingkat Kemiskinan
Penurunan tingkat kemiskinan adalah salah satu ukuran keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan kesejahteraan penduduk miskin tidak hanya tercermin pada penurunan angka kemiskinan saja, tetapi juga terjadi perbaikan kualitas hidup penduduk miskin.
Data persentase penduduk miskin Provinsi Sulawesi Tenggara per September 2018 adalah sebesar 11,32% lebih rendah jika dibandingkan capaian nasional yang sebesar 9,66%. Kondisi ini menunjukkan keberhasilan program pemerintah dalam mengatasi kemiskinan, terbukti dengan tren persentase kemiskinan yang terus menurun sejak bulan Maret 2015. Jika dilihat berdasarkan wilayah, persentase kemiskinan pedesaan dan perkotaan cenderung fluktuatif sejak bulan Maret 2015. Persentase kemiskinan pedesaan per September 2018 mencapai 14,07% atau menurun sebesar 0,70% dibandingkan bulan Maret 2018. Pada periode yang sama persentase kemiskinan di perkotaan mencapai 6,87% atau mengalami kenaikan sebesar 0,31%.
Grafik 1. 5 Persentase Kemiskinan Sulawesi Tenggara
3. Ketimpangan (Gini Ratio)
Grafik 1. 6 Perkembangan Gini Rasio Sulawesi Tenggara
Pembangunan mengharuskan adanya tingkat pendapatan yang tinggi dan pertumbuhan berkelanjutan. Namun demikian, tingkat pendapatan yang tinggi perlu didukung oleh indikator lainnya berupa pemerataan distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan yang timpang menurut Cramer (2001) menyebabkan terjadinya konflik sosial dalam masyarakat meskipun hal tersebut bukan
Sumber: BPS Sultra-diolah (persen)
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Mar 14 Sep 14 Mar 15 Sep 15 Mar 16 Sep 16 Mar 17 Sep 17 Mar 18 Sep 18 Pedesaan Sultra Perkotaan Sultra
Sulawesi Tenggara Nasional
Sumber: BPS Sultra-diolah (persen) 0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350 0,400 0,450 0,500
Mar 14 Sep 14 Mar 15 Sep 15 Mar 16 Sep 16 Mar 17 Sep 17 Mar 18 Sep 18
Pedesaan Sultra Perkotaan Sultra
11
hanya disebabkan oleh faktor ekonomi. Untuk mengukur tingkat pemerataan yang juga merefleksikan ukuran ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat digunakan koefisien Gini (Gini Ratio). Nilai koefisien Gini berkisar antara 0 (sangat merata) sampai dengan 1 (sangat timpang).
Grafik 1.6 menunjukkan gini ratio Provinsi Sulawesi Tenggara berhasil turun 0,012% per September 2018, dan pada periode yang sama gini ratio nasional juga menurun 0,50%. Capaian gini ratio Provinsi Sulawesi Tenggara 0,392 masuk dalam kategori sedang.
4. Kondisi Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2). Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut mampu dan telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah 15 s.d. 64 tahun.
Tabel 1. 6 Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara
Tenaga kerja yang bekerja di Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2017 sempat mengalami penurunan, akan tetapi tahun 2018 jumlah angkatan kerja yang bekerja naik 4,01% mencapai 1.207.488 orang. Perbaikan kualitas penduduk bekerja di Provinsi Sulawesi Tenggara ditunjukkan dengan jumlah penduduk bekerja berpendidikan tinggi yang mengalami peningkatan sebesar 18,06%. Angkatan kerja yang bekerja di Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan status pekerjaan utama, didominasi oleh kelompok kerja buruh/karyawan/pegawai sebesar 33,08%. Adapun jika dilihat dari lapangan pekerjaan utama, maka sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan masih mendominasi lapangan usaha di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 35,42%. Akan tetapi pada tahun 2018 sektor ini mengalami penurunan jumlah pekerja mencapai 1,65% atau sebanyak 63.313 orang.
TPT Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 s.d. 2018 bergerak fluktuatif, sempat mengalami tren naik sampai dengan tahun 2015, di tahun 2016 TPT turun drastis
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Angkatan Kerja Yang Bekerja 975.879 968.949 1.037.419 1.074.916 1.219.548 1.160.974 1.207.488 Pengangguran 41.078 45.243 48.090 63.129 34.076 39.631 40.724 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), persen 67,30 65,91 66,87 68,35 73,47 68,70 69,78 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), persen 4,04 4,46 4,43 5,55 2,72 3,30 3,26
12
menjadi sebesar 2,72%. Adapun pada tahun 2018 TPT Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 3,26% atau menurun sebesar 0,04% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun TPT Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan, akan tetapi angka pengangguran di Provinsi Sulawesi Tenggara meningkat sebesar 2,76% menjadi sebanyak 40.724 orang. Meningkatnya angka pengangguran ini disebabkan menurunnya jumlah pekerja pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan Pertanian akibat kondisi cuaca/musim di Provinsi Sulawesi Tenggara yang ekstrim, antara lain kondisi gelombang/ombak laut yang tinggi menyebabkan nelayan tidak bisa melaut, musim kemarau panjang menyebabkan petani belum dapat mengolah lahan dan beberapa komoditas perkebunan belum masuk atau terlambat masa panen akibat perubahan musim/iklim.
C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL
Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah dengan serangkaian paket kebijakan di bidang ekonomi telah mampu menjaga stabilitas ekonomi di Provinsi Sulawesi Tenggara sepanjang tahun 2018, walaupun sempat terjadi lonjakan sedikit di pertengahan tahun 2018. Angka inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 sebesar 2,55%, lebih rendah dari asumsi target inflasi dalam APBN tahun 2018 sebesar 3,5% + 1%.
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tahun 2018 tercatat sebesar 6,42%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,17%. Tingkat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara juga melampaui asumsi target pertumbuhan ekonomi dalam APBN tahun 2018 sebesar 5,4%.
Sementara itu, efektifitas kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakarat Sulawesi Tenggara juga terlihat antara lain dari
1. Meningkatnya angka Indeks Pembangunan Manusia menjadi 69,86 pada tahun 2018, disertai dengan peningkatan komponen-komponen pembentuknya;
2. Menurunnya jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu satu tahun sebesar 3,75% dari periode bulan September 2017 hingga bulan September 2018. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara bulan September 2018 tercatat sebanyak 301.850 orang;
3. Nilai indeks Gini Ratio Provinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan alat ukur tingkat pemerataan yang digunakan hampir oleh seluruh negara tercatat sebesar 0,392 (kategori sedang), menurun 0,012% dibandingkan tahun sebelumnya; dan 4. Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 menurun
sebesar 0,04% dibandingkan tahun 2017, meskipun jumlah pengangguran meningkat sebesar 2,76% menjadi 40.724 orang.
13
Adapun alokasi seluruh anggaran belanja pemerintah tahun 2018 dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sebagaimana tabel berikut:
Tabel 1. 7 Belanja Pemerintah di Sulawesi Tenggara tahun 2016 s.d. 2018
Tahun APBN (miliar) DAK FISIK (miliar) Dana Desa (miliar) Total
2018 Rp 7.118,54 Rp 2.005,77 Rp 1.409,66 Rp 10.533,98 2017 Rp 6.222,17 Rp 1.827,95 Rp 1.475,16 Rp 9.525,28 2016 Rp 5.845,82 Rp 2.659,04 Rp 1.120,21 Rp 9.625,07 Sumber: Kanwil DJPb Prov. Sulawesi Tenggara
Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh belanja pemerintah tahun 2018 terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan model sebagai berikut :
∆ Y = a + bX+ e
Dimana :
∆ Y = Tingkat Kemiskinan a = Konstanta
b1 = Koefisien Regresi
X = Total Alokasi Anggaran Belanja Pemerintah e = Random Error
Hipotesa :
H0 = Tidak ada hubungan antara alokasi anggaran belanja pemerintah dengan penurunan tingkat kemiskinan
H1 = Terdapat hubungan antara alokasi anggaran belanja pemerintah dengan penurunan tingkat kemiskinan
Setelah data dimasukkan dan diolah dengan menggunakan aplikasi statistik, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Y’ = 22,12934 – 0,001022X SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,781864 R Square 0,611311 Adjusted R Square 0,222622 Standard Error 0,640365 Observations 3
14
ANOVA df SS MS F Significance F Regression 1 0,6449331 0,644933 1,572751 0,428538403 Residual 1 0,4100669 0,410067 Total 2 1,055 Coefficients StandardError t Stat P-value Lower 95%
Lower
95,0% Upper 95,0% Intercept 22,12934 8,0695444 2,742328 0,222606 -80,40394493 -80,40394 124,662622 X Variable 1 -0,001022 0,0008147 -1,25409 0,428538 -0,011373171 -0,011373 0,009329801
Berdasarkan hasil perhitungan regresi sederhana di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Multiple R sebesar 0,781 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara besarnya alokasi belanja pemerintah dan tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. R Square sebesar 0,611 menunjukkan bahwa persentase pengaruh belanja pemerintah terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sebesar 61,10% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar alokasi belanja pemerintah.
3. Elastis pengeluaran pemerintah terhadap tingkat kemiskinan sebesar 0,001022 (koefisien regresi variabel x = 0,001022), artinya setiap 1 milyar tambahan alokasi belanja pemerintah menyebabkan tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara turun sebesar 0,001022.
4. Konstanta sebesar 22,12934 menunjukkan bahwa jika alokasi anggaran belanja pemerintah nilainya sebesar 0, maka tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sebesar 22,12934.
5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara alokasi belanja pemerintah dengan tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara, dimana setiap kenaikan alokasi belanja pemerintah akan berdampak menurunkan tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Tenggara.
15
Alokasi APBN Sultra dalam 3 (tiga) tahun selalu mengalami peningkatan. Persentase realisasi APBN tahun 2018 mencapai 94,89% (di luar dana transfer)BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS
PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT
REGIONAL
A. APBN TINGKAT PROVINSI
Alokasi dan realisasi APBN di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam 3 (tiga) tahun terakhir memperlihatkan tren yang fluktuatif. Hal tersebut sejalan dengan penyesuaian besarnya belanja negara berdasarkan asumsi penerimaan negara setiap tahun. Namun demikian, realisasi belanja negara selalu lebih besar dibandingkan dengan realisasi pendapatan negara sehingga selalu terjadi defisit anggaran.
Tabel 2. 1 Alokasi APBN di wilayah Sulawesi Tenggara
*) Realisasi 2018 data per tanggal 15 Februari 2019
Dari sisi pendapatan negara, tren pendapatan negara sejak tahun 2016 selalu mengalami peningkatan. Kondisi ekonomi yang stabil merupakan pemicu peningkatan pendapatan negara di Provinsi Sulawesi Tenggara terutama dari sektor pajak. Namun demikian, peningkatan pendapatan negara tersebut belum mampu menutup seluruh pengeluaran APBN di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penerimaan pajak menjadi penyumbang terbesar pendapatan negara pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp2,274 triliun, meningkat dibandingkan realisasi tahun 2017. Sedangkan penerimaan negara dari PNBP pada tahun 2018 terealisasi sebesar Rp596,64 miliar.
(dalam miliar rupiah)
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % 2.429,34 2.067,49 85,11 2.475,14 2.168,94 87,63 2.588,41 2.870,34 110,89
PENDAPATAN PERPAJAKAN 2.148,23 1.602,94 74,62 2.181,00 1.648,93 75,60 2.166,03 2.273,69 104,97 PENDAPATAN BUKAN PAJAK 281,10 464,55 165,26 291,30 520,01 178,52 422,38 596,64 141,26 HIBAH - - - 2,84 - - - - -
22.941,43 21.062,67 91,81 22.713,44 21.513,93 94,72 23.536,69 23.023,04 97,82
BELANJA PEMERINTAH PUSAT *) 6.766,09 5.846,96 86,42 6.763,72 6.222,04 91,99 7.502,06 7.118,54 94,89 TRANSFER 16.175,34 15.215,72 94,07 15.949,72 15.291,89 95,88 16.034,63 15.904,50 99,19
- 20.512,09 - 18.995,18 92,60 - 20.238,30 - 19.344,99 95,59 - 20.948,28 - 20.152,70 96,20
- - - - - - - - -
PEMBIAYAAN DALAM NEGERI - - - - - - - - -
PEMBIAYAAN LUAR NEGERI - - - - - - - - -
Sumber: Monev PA, OMSPAN DJPb, Simtrada-DJPK, KPPBC Kendari, dan KPP Pratama lingkup Sultra (diolah)
Tahun 2018 A. PENDAPATAN NEGARA B. BELANJA NEGARA C. SURPLUS DEFISIT D. PEMBIAYAAN Uraian Tahun 2016 Tahun 2017
16
Penerimaan perpajakan Sultra tahun 2018: Rp2,274 T Porsi penerimaan perpajakan mencapai 79,21% dari total pendapatanSementara dari sisi belanja negara, realisasi belanja negara (di luar transfer) selama tahun 2018 tercatat sebesar Rp7,119 triliun atau mencapai 94,89% sebagaimana diilustrasikan dalam tabel 2.1. Realisasi belanja negara ini meningkat dibandingkan tahun 2018 yang hanya terealisasi sebesar 92,44%. Peningkatan persentase realisasi belanja negara ini juga diiringi dengan peningkatan kualitas belanja seiring dengan kebijakan efisiensi belanja dan pelaksanaan belanja perjalanan dinas yang semakin selektif.
Grafik 2. 1 Perkembangan Pagu dan Realisasi Sulawesi Tenggara
B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI
Grafik 2. 2 Komposisi Pendapatan di wilayah Sulawesi Tenggara
Pendapatan pemerintah pusat terdiri dari penerimaan perpajakan, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Pendapatan negara di wilayah Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 3 tahun memiliki tren yang selalu meningkat. Porsi penerimaan perpajakan tahun 2018 mencapai 79,21% atau sebesar Rp2,274 triliun. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 6,42%, lebih rendah dari tahun 2017. Meskipun lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2017, pertumbuhan ekonomi tersebut tetap dapat mendongkrak penerimaan sektor perpajakan di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Sumber: Monev PA, OMSPAN DJPb, Simtrada-DJPK, KPPBC Kendari, dan KPP Pratama lingkup Sultra (diolah)
2.429,34 2.475,14 2.588,41 22.941,43 22.713,44 23.536,69 -20.512,09 -20.238,30 -20.948,28 -25.000,00 -20.000,00 -15.000,00 -10.000,00 -5.000,00 0,00 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 30.000,00 2016 2017 2018
Perkembangan Pagu (dalam miliar)
Pendapatan Belanja Surplus/Defisit
2.067,49 2.168,94 2.870,34 21.062,67 21.513,93 23.023,04 -18.995,18 -19.344,99 -20.152,70 -25.000,00 -20.000,00 -15.000,00 -10.000,00 -5.000,00 0,00 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 30.000,00 2016 2017 2018
Perkembangan Realisasi (dalam miliar)
Pendapatan Belanja Surplus/Defisit
Sumber: OMSPAN DJPb, KPP Pratama lingkup Sultra (diolah)
0,00 500,00 1000,00 1500,00 2000,00 2500,00 2016 2017 2018 Perpajakan PNBP Hibah
17
1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
Pada tahun 2018 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat di Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai Rp2,274 triliun, naik sebesar 37,89% dibandingkan dengan tahun 2017. Pajak Dalam Negeri memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap total penerimaan perpajakan yang mencapai 79,81%, sedangkan pendapatan Pajak Perdagangan Internasional berkontribusi sebesar 20,19%. Namun demikian, penerimaan Pajak Perdagangan Internasional menyumbang kontribusi yang signifikan terhadap agregat penerimaan perpajakan Sulawesi Tenggara sebesar 320,36% dari tahun 2017.
Tabel 2. 2 Penerimaan Perpajakan di wilayah Sulawesi Tenggara
Penerimaan sektor perpajakan masih menjadi kontributor utama dalam struktur penerimaan dalam negeri, hal ini tak lepas dari upaya pemerintah membawa Indonesia berpindah strategi, dari negara yang mengandalkan industri ekstraktif berbasis sumber daya alam (SDA) menuju negara yang modern dengan perpajakan menjadi motor utama penggerak pembangunan.
Tax Ratio
Grafik 2. 3 Perkembangan Tax Ratio Sulawesi Tenggara
Untuk melihat kinerja perpajakan suatu daerah, maka digunakan tax
ratio yang merupakan perbandingan
antara jumlah penerimaan pajak dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Sedangkan untuk
(dalam miliar rupiah)
TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % TARGET REALISASI %
A PAJAK PENGHASILAN 1.263,07 801,32 63,44 1.171,61 757,42 64,65 1.200,99 943,32 78,54 1 PPh NON MIGAS 1.263,07 801,01 63,42 1.171,61 756,81 64,60 1.200,99 942,90 78,51 2 PPh MIGAS - 0,32 - - 0,61 - - 0,42 -B PPN dan PPnBM 836,23 737,54 88,20 895,29 717,82 80,18 728,64 777,82 106,75 1 PPN 836,15 736,54 88,09 893,79 717,95 80,33 727,87 777,13 106,77 2 PPnBM 0,08 0,99 1.241,99 1,50 - 0,13 - 8,60 0,77 0,69 89,48 C PBB 15,04 37,40 248,70 21,64 34,32 158,63 32,98 59,07 179,12 D Pajak Lainnya 31,15 25,95 83,32 25,50 30,17 118,31 47,76 33,41 69,95 E Pendapatan Cukai 0,25 0,71 286,18 - 0,02 - 1,47 1,11 75,76 F Pendapatan Pajak Internasional 2,50 0,02 0,98 66,97 109,18 163,03 154,19 458,96 297,66 JUMLAH (A + B + C + D + E + F) 2.148,23 1.602,94 74,62 2.181,00 1.648,93 75,60 2.166,03 2.273,69 104,97
Sumber: OMSPAN-DJPb, KPPBC Kendari, dan KPP Pratama lingkup Sultra (diolah)
JENIS PENERIMAAN
18
Tax Ratio Sultra tahun 2018: 2,57% menguat dibandingkan tahun 2017.mengukur di daerah dibandingkan dengan PDRB. Pada tahun 2018, target rasio pajak nasional ditetapkan sebesar 11,6%. Adapun capaian Rasio Pajak Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018 meskipun menguat 0,58% dibandingkan dengan tahun 2017 akan tetapi masih berada di bawah target nasional yaitu sebesar 2,57%. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja penerimaan perpajakan di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara berbanding lurus dengan pertumbuhan PDRB Sulawesi Tenggara.
Meski capaian Rasio Pajak masih di bawah target nasional, akan tetapi penerimaan sektor perpajakan Provinsi Sulawesi Tenggara telah mengarah ke track yang baik dan berhasil memenuhi target yang ditetapkan pada tahun 2018. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sulselbartra, termasuk sosialisasi door
to door telah mampu meningkatkan penerimaan pajak penghasilan di wilayah kerjanya.
Sementara Direktorat Bea dan Cukai terus bersinergi dengan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan ekspor secara langsung dari wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara tanpa harus transit terlebih dahulu di daerah lain. Upaya ini juga terbukti mampu mendongkrak penerimaan Pajak Perdagangan Internasional di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.
Perbandingan Realisasi Perpajakan 2017 dan 2018
Peningkatan penerimaan perpajakan tahun 2018 terjadi hampir di seluruh jenis pajak. Hanya penerimaan PPh Migas yang mengalami penurunan seiring dengan menurunnya harga jual migas di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.
Sementara itu, kenaikan terbesar penerimaan perpajakan adalah Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional berupa bea masuk dan bea keluar. Hal ini menandakan bergeraknya kegiatan ekspor langsung barang/jasa melalui wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya sektor pertambangan dan penggalian, serta di sisi lain kegiatan import barang/jasa juga semakin meningkat.
Perbandingan Penerimaan Pajak Versi SPAN dan Versi KPP Pratama lingkup Sulawesi Tenggara
Perbedaan data penerimaan perpajakan antara aplikasi OMSPAN dengan KPP Pratama lingkup Sulawesi Tenggara disebabkan perbedaan sudut pandang pencatatan antara Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa BUN yang mencatat realisasi pajak berdasarkan pendapatan pajak yang diterima di wilayah setempat dengan Direktorat Jenderal Pajak selaku fiskus yang mencatat realisasi pajak berdasarkan lokasi KPP penerbit NPWP.
Kondisi ini menggambarkan adanya potensi penerimaan perpajakan yang lebih besar, mengingat banyak perusahaan besar yang beroperasi dan/atau melakukan kegiatan di wilayah Sulawesi Tenggara mempunyai NPWP yang terdaftar di DKI Jakarta.