i
EXECUTIVE SUMMARY
Perekonomian Maluku Utara triwulan III 2018 tumbuh 8,17 persen (y-on-y), melampaui target RPJMD sebesar 7,2 persen dan lebih tinggi 86 basis poin dari pertumbuhan triwulan II-2017 sebesar 7,31 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha Industri pengolahan yang tumbuh sebesar 20,90 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor luar negeri yang tumbuh sebesar 155,43 persen. Operasional smelter pasca diberlakukannya kebijakan ekspor minerba masih menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Maluku Utara.
Inflasi tahun kalender sampai dengan triwulan III-2018 tercatat 2,91 persen, di atas inflasi tahun kalender nasional sebesar 1,94 persen. Sementara inflasi year to year tercatat 3,67 persen. Daging, bumbu-bumbuan, rokok putih, sabun detergen bubuk cair, tukang bukan mandor, sepatu pria dan wanita, baju muslim, shampoo, buku tulis bergaris, dan angkutan udara menjadi komoditi penyumbang inflasi selama triwulan III 2018. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun 56 basis poin menjadi 4,77 persen, tetapi belum mencapai target RPJMD. TPT di perkotaan turun sebesar 1,65 persen poin, sedangkan di perdesaan turun sebesar 0,09 persen poin. Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai salah satu faktor untuk menilai tingkat kemampuan/ daya beli petani dipedesaan di Maluku Utara sebesar 98,94 menunjukan rendahnya kemampuan petani di Maluku Utara untuk memenuhi kebutuhannya.
Tingkat kemiskinan di Maluku Utara sebesar 6,64 dibawah target RPJMD 4,14 dipengaruhi antara lain oleh tingginya TPT, rendahnya NTP, dan tingginya tingkat inflasi. Tingkat Inflasi menggerus daya beli masyarakat sehingga berimbas pada meningkatnya tingkat kemiskinan sebesar 20 basis poin menjadi 6,64 persen. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata belum berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan. Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan dari sektor pertanian yang merupakan struktur terbesar pembentuk pertumbuhan ekonomi masih sangat kecil, sehingga pertumbuhan ini hanya dinikmati oleh segelintir masyarakat Maluku Utara.
Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, realisasi penerimaan perpajakan juga mengalami peningkatan. Tercatat penerimaan pajak sampai dengan triwulan III-2018 sebesar Rp1.036,29 miliar atau meningkat 25,5 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Dari sisi belanja, realisasi Belanja Negara dan Transfer ke Daerah tercatat Rp11,99 triliun atau meningkat 11,18 persen dari realisasi pada periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp9,71 triliun. Kenaikan belanja pemerintah pusat didominasi oleh kenaikan belanja barang yang mencapai 30,56 persen. Sementara meningkatnya realisasi Transfer Ke Daerah sangat dipengaruhi oleh masa transisi penyaluran DAK Fisik dan Dana
Desa pada tahun 2017, dimana penyaluran triwulan I / tahap I baru dimulai pada triwulan II sampai dengan triwulan III. Sedangkan tahun 2018 sudah dimulai sejak triwulan I, sehingga dapat mempercepat realisasi.
Meningkatnya Transfer Ke Daerah berimbas kepada peningkatan realisasi Pendapatan Daerah pada APBD lingkup Provinsi Maluku Utara yang bersumber dari Pendapatan Transfer. Pendapatan Transfer tercatat sebesar Rp7,75 triliun atau naik 10,77 persen dibanding periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp6,99 triliun. Di sisi lain, penerimaan daerah dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya meningkat tipis 0,22 persen sedangkan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah mengalami penurunan hingga 79,02 persen. Kondisi tersebut menunjukkan belum optimalnya Pemerintah Daerah dalam memungut retribusi dan ketidakmampuan Pemda dalam mencari alternatif sumber penerimaan baru. Hal tersebut menunjukkan bahwa APBD di Maluku Utara masih bergantung pada transfer dari Pemerintah Pusat.
Dari sisi belanja, realisasi belanja daerah tercatat sebesar Rp5,95 triliun atau meningkat tipis 2,64 persen dari realisasi periode 2017 sebesar Rp5,80 triliun. Realisasi belanja daerah hingga triwulan III 2018 cenderung konsumtif karena didominasi oleh belanja aparatur yang telah terserap sebesar 67,34 persen. Tingkat penyerapan belanja tertinggi terdapat di Kota Tidore Kepulauan mencapai 68,74 persen, yang ditopang capaian pendapatan yang juga tertinggi di Maluku Utara mencapai 78,92 persen. Sementara Kabupaten Halmahera Timur menjadi daerah dengan tingkat penyerapan paling rendah, mencapai 43,64 persen.
Pendapatan Konsolidasian Pemerintah Pusat dan Daerah sampai dengan triwulan III-2018 tercatat Rp1,67 triliun, dengan 71,20 persennya adalah pendapatan Pemerintah Pusat. Realisasi pendapatan tersebut lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp1,54 triliun. Rasio penerimaan perpajakan terhadap PDRB meningkat 9,44 persen menjadi 13,84 persen, sementara rasio PNBP mencapai 3,66 persen. Belanja konsolidasian triwulan III-2018 juga mengalami kenaikan menjadi Rp9,24 triliun dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp5,58 triliun. Belanja konsolidasian menurut fungsinya memiliki korelasi positif dengan capaian indikator makro seperti Angka Partisipasi Murni dan Kasar, Angka kemiskinan, dan Pertumbuhan Jumlah Fasilitas Kesehatan.
Selama triwulan III-2018, menguatnya nilai tukar US dolar terhadap Rupiah tidak dapat dimaksimalkan oleh industri pengolahan nikel di Maluku Utara. Tercatat pada bulan September 2018, nilai ekspor Malut turun drastis dibanding bulan sebelumnya karena turunnya harga komoditi ekspor Maluku Utara. Masih rendahnya PAD berdampak pada kurang leluasanya Pemda dalam melaksanakan program/kegiatan. Upaya kebocoran retribusi melalui penggunaan teknologi informasi perlu segera diterapkan.
BAB I – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
1
I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONALPerekonomian Maluku Utara triwulan III 2018 tumbuh 8,17 persen (y-on-y) melampaui target RPJMD 7,2 persen. Inflasi tahun kalender mencapai 3,67 persen (y-on-y), belum memenuhi target RPJMD sebesar 3,8 persen. Ekspor sampai dengan akhir triwulan III-2018 tercatat 8.347 ribu ton atau setara dengan US$493,94 juta. Sementara tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan tercatat belum memenuhi target. Kedua indikator tersebut masing-masing tercatat sebesar 4,77 persen dan 6,64 persen.
Indikator 2017 2018
RPJMD Capaian Triw III RPJMD Capaian Triw III
Pertumbuhan Ekonomi
(y-on-y) 7,0 7,78 7,2 8,17
Inflasi (y-on-y) 4,2 1,22 3,8 3,67
Ekspor (ribu ton) 30.994 1.145 33.872 8.347
US$169,06 juta US$493,94 Juta
Pengangguran 4,59 5,33 4,36 4,77
Kemiskinan 4,84 6,35 4,14 6,64
Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, Pemerintah Provinsi Maluku Utara
Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat, perlu diwaspadai bahwa peningkatan tersebut ditopang oleh lapangan usaha pengolahan dan pertambangan. Sementara itu, lapangan usaha pertanian yang berkontribusi terbesar terhadap PDRB seperti pertanian dan perkebunan pertumbuhannya relatif kecil. Pemerintah Daerah harus mengupayakan agresivitas pertumbuhan lapangan usaha di sektor pertanian dan perkebunan untuk menjaga pertumbuhan PDRB. Inflasi Maluku Utara terjaga di angka 3,67 persen (y-on-y). Inflasi selama tahun 2018 disumbang oleh naiknya harga bahan makanan, sandang, dan transportasi selama perayaan idul fitri.
Realisasi ekspor s.d triwulan III-2018 sebesar 8.347 ribu ton atau setara dengan US$493,94 juta lebih tinggi dari realisasi periode yang sama tahun 2017. Namun, realisasi tersebut masih jauh dari target ekspor yang ditetapkan dalam RPJMD sebesar 33.872 ribu ton. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa penetapan target ekspor pada RPJMD belum realistis.
Tingginya pertumbuhan ekonomi belum mampu menekan angka kemiskinan dan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja masih sedikit. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian yang ditopang sektor pengolahan baru dinikmati oleh sebagian kecil kelompok. Hal tersebut harus dijadikan momentum oleh Pemerintah Daerah untuk mengurangi penduduk miskin dan ketimpangan pendapatan. Upaya yang dilakukan antara lain melalui pengendalian inflasi, penciptaan lapangan kerja, peningkatan faktor produksi dengan mendorong investasi pada sektor padat karya dan penetapan kebijakan pembangunan inklusif. Tabel 1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Provinsi Maluku Utara
A. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga berlaku (ADHB) pada triwulan III-2018 mencapai Rp9.417,7 miliar dan atas dasar harga konstan 2010 (ADHK) mencapai Rp6.386,6 miliar. Ekonomi Maluku Utara triwulan III-2018 dibanding triwulan III-2017 (y-on-y) tumbuh 8,17 persen. Demikian pula dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q), ekonomi tumbuh 4,14 persen. Pertumbuhan y-on-y sangat ditopang oleh kinerja industri pengolahan yang meningkat sejak bertambahnya smelter yang beroperasi menjelang akhir 2017.
Sumber : BPS dan BPS Prov Malut (diolah
Sejak Tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara senantiasa terjaga di kisaran 7 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 5 persen. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan didukung oleh semua lapangan usaha. Industri Pengolahan adalah lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi.
Tingginya pertumbuhan industri pengolahan dimulai pasca beroperasinya smelter pada akhir tahun 2016. Pertumbuhan pada lapangan usaha industri pengolahan di masa yang akan datang dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan smelter. Sejak akhir 2017 hingga saat ini, tidak terdapat pertumbuhan smelter baru, sehingga kapasitas produksi diprediksi akan berjalan stagnan. Hal tersebut berpotensi mengurangi laju pertumbuhan lapangan usaha pengolahan di masa yang akan datang.
5,27 6,54 6,77 6,05 5,09 5,64 5,56 6,54 7,54 6,96 7,78 8,3 7,98 7,31 8,17 4,73 4,66 4,74 5,04 4,92 5,18 5,02 4,94 5,01 5,01 5,06 5,19 5,06 5,27 5,17 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000
Tw.I Tw.II Tw.III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III
2015 2016 2017 2018
PDRB ADHB Maluku Utara PDRB ADHK Maluku Utara % Pertumbuhan PDRB Maluku Utara % Pertumbuhan PDB Nasional
20,9 13,59 10,37 0 10 20 Industri Pengolahan Pertambangan Konstruksi Grafik 1.1 Perkembangan PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (y-on-y) Miliar % Grafik 1.2 Pertumbuhan tertinggi menurut lapangan usaha
Sumber: BPS Provinsi Malut (diolah) %
BAB I – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
3
Dari struktur pembentuk PDRB, industri pengolahan hanya menyumbang 8,70 persen. Kondisi tersebut menguatkan indikasi pertumbuhan ekonomi masih baru dirasakan oleh sekelompok kecil lapangan usaha di Maluku Utara. Sementara itu, sektor yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB, pertanian, hanya tumbuh sebesar 3,64 persen. Terdapat gap antara pertumbuhan dengan kontribusi tiap lapangan usaha terhadap PDRB. Fundamental ekonomi regional akan lebih kuat apabila sumber pertumbuhan ditopang oleh lapangan usaha yang memberikan kontribusi tinggi terhadap pembentukan PDRB.Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan terjadi hampir pada semua komponen, kecuali Komponen Net ekspor antar daerah. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Ekspor Luar Negeri sebesar 155,43 persen (y-o-y). Berdasarkan struktur pembentukan PDRB, Konsumsi Rumah Tangga masih menjadi penopang utama PDRB Malut. Rendahnya net ekspor antar daerah menunjukkan bahwa perekonomian Maluku Utara sangat bergantung kepada pasokan produk dan jasa dari luar daerah.
0,07 0,1 0,11 0,3 0,42 0,74 2 2,89 3,34 3,47 5,92 6,56 8,7 11,13 15,16 16,85 22,24 4,26 9,44 5,7 4,26 5,01 9,68 8,51 3,89 5,82 4,78 6,39 10,37 20,9 13,59 7,81 7,13 3,64 Penggadaan Air Listrik dan Gas Real Estate Jasa Perusahan Akomodasi Jasa Lainnya Jasa Kesehatan Jasa Keuangan Infokom Jasa Pendidikan Transportasi Konstruksi Industri Pengolahan Pertambangan Adm Pemerintahan Perdagangan Pertanian 155,43 14,78 10,37 0 50 100 150 Ekspor LN PK-LNPRT PMTB 53,15 31,66 30,29 39,62 -44,75 -9,97 54,72 Konsumsi RT Pengeluaran Pemerintah PMTB Ekspor LN
Net Ekspor Antar Daerah Lainnya
Grafik 1.3 Struktur dan Pertumbuhan PDRB Triwulan I 2018 Maluku Utara menurut Lapangan Usaha
Sumber: BPS Provinsi Malut (diolah)
Grafik 1.4 Pertumbuhan dan Struktur Pembentuk PDRB menurut jenis pengeluaran
Sumber: BPS Provinsi Malut (diolah) Struktur PDRB
Pertumbuhan PDRB
B. Inflasi
Selama triwulan III-2018, Provinsi Maluku Utara yang diwakili oleh Kota Ternate secara konsisten mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli 2018 sebesar 1,17persen. Penurunan harga barang dan jasa selama bulan Juli 2018 diakibatkan menurunnya permintaan pasca hari raya keagamaan di bulan Juni 2018.
Sumber: BPS Provinsi Malut (diolah)
Berdasarkan kelompok pengeluaran, deflasi selama triwulan III-2018 didorong oleh kelompok pengeluaran bahan makanan. Secara konsisten, kelompok bahan makanan selalu mencatat deflasi yaitu -6,50 persen pada bulan Juli, -1,78 persen pada bulan Agustus 2018, dan -0,80 persen pada bulan September 2018. Pada bulan Juni 2018, kelompok bahan makanan mencatat inflasi tertinggi sebesar 5,90 persen. Penurunan tajam kelompok bahan makanan merupakan imbas berakhirnya perayaan hari raya idul fitri.
Sementara kelompok pengeluaran yang konsisten mencatat inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Namun, angka inflasi pada jenis kelompok tersebut relatif kecil dibanding deflasi pada kelompok bahan makanan.
Inflasi tahun kalender kota ternate (mewakili Maluku Utara) sampai dengan triwulan III-2018 tercatat berada pada target RPJMD dan RKP. Dibanding dengan daerah sekitar, Inflasi Ternate terjaga di angka 2,91 persen.
Meskipun inflasi rendah dan dalam area capaian target RPJMD dan RKP, perlu diperhatikan pula rendahnya net ekspor antar daerah Maluku Utara. Ketergantungan
-2 -1 0 1 2 Okt-17 Nov-17 Des-17 Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 Mei-18 Jun-18 Jul-18 Agu-18 Sep-18 Ternate 0,52 -1,06 1,29 0,65 0,36 0,61 0,61 0,4 1,71 -1,17 -0,28 -0,01 Nasional 0,01 0,2 0,71 0,62 0,17 0,2 0,1 0,21 0,59 0,28 -0,05 -0,18 2,91 3,45 1,1 0,98 0 1 2 3 4 5
Ternate Jayapura Sorong Manado Ambon
% Grafik 1.5 Perkembangan Inflasi (m-to-m) RPJMD RKP RKP Grafik 1.6 Perbandingan tingkat inflasi regional %
BAB I – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
5
terhadap barang dan jasa dari luar daerah harus ditekan untuk mengurangi inflasi. Pemerintah Daerah harus memberikan stimulus terhadap pelaku usaha yang menghasilkan produk bahan makanan di wilayah Maluku Utara.C. Indikator Kesejahteraan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2018 tercatat sebesar 4,77 persen atau turun 56 basis poin dibanding TPT Agustus 2017. Jumlah Pengangguran pada Agustus 2018 tercatat sebanyak 25,8 ribu orang, mengalami penurunan sekitar 1,7 ribu orang dibanding Agustus 2017.
Sumber: BPS dan BPS Provinsi Malut (diolah)
Meskipun dibawah TPT nasional, TPT di Maluku Utara sebesar 4,77 persen masih belum berhasil mencapai target yang ditetapkan dalam RPJMD sebesar 4,36 persen. Tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian. Namun, pertumbuhan yang relatif tinggi pada beberapa sektor lapangan usaha tidak mampu menambah jumlah penduduk yang bekerja pada sektor tersebut.
Pertumbuhan pada sektor pengolahan sebesar 30,99 persen tidak mampu mendorong peningkatan jumlah penduduk bekerja pada sektor pengolahan. Hal yang sama terjadi pada sektor pertambangan dan jasa kesehatan yang belum mampu mendorong peningkatan jumlah penduduk yang bekerja pada kedua sektor tersebut.
Sementara itu, pertumbuhan jumlah penduduk bekerja terjadi pada sektor pertanian, yang merupakan sektor utama perekonomian Maluku Utara. Meskipun pertumbuhan
5,65 5,29 5,56 6,05 3,43 4,01 4,82 5,33 4,65 4,77 5,70 5,94 5,81 6,18 5,50 5,61 5,33 5,50 5,13 5,34 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 0 100 200 300 400 500 600 700
Feb 2014 Agt 2014 Feb 2015 Agt 2015 Feb 2016 Agt 2016 Feb 2017 Agt 2017 Feb 2018 Agt 2018
jumlah angkatan kerja jumlah penduduk bekerja TPT Maluku Utara TPT Nasional
20,9 13,59 3,64 3,89 8,51 -35,60 -31,50 14,78 -83,72 -120 -80 -40 0 40 80 120 160 P e n g o la h a n P e rt a m b a n g a n P e rt a n ia n Ja sa K e u a n g a n Ja sa K e se h a ta n
Pertumbuhan Perkembangan Tenaga Kerja
Ribuan %
Grafik 1.7 Perkembangan Ketenagakerjaan
%
Sumber: BPS Provinsi Malut (diolah)
Grafik 1.8 Petumbuhan ekonomi dan pertumbuhan tenaga kerja per sektor
ekonomi pada sektor pertanian hanya sebesar 3,62 persen tetapi mampu mendorong jumlah penduduk bekerja pada sektor tersebut sebesar 14,78 persen. Momentum meningkatnya penduduk bekerja pada sektor pertanian merupakan kabar baik, mengingat sektor pertanian merupakan sektor unggulan yang berkontribusi terbesar pada penciptaan PDRB.
Sementara itu, kemiskinan meningkat menjadi 6,64 persen dari sebelumnya 6,44 persen. Faktor-faktor penyebab kenaikan tingkat kemiskinan adalah inflasi yang tinggi, rendahnya nilai tukar petani (NTP), dan berkurangnya penerima program Beras Sejahtera. Tren meningkatnya penduduk miskin telah terjadi sejak dua tahun terakhir. Kenaikan jumlah penduduk miskin terjadi di
perkotaan yang meningkat 0,10 poin dan di perdesaan meningkat 0,23 poin. Pemerintah Daerah perlu mengevaluasi program-program yang telah dilaksanakan, terutama terkait program pengendalian inflasi daerah, program beras sejahtera, dan peningkatan pembangunan sektor pertanian dan perkebunan.
Tren meningkatnya kemiskinan linier dengan ketimpangan pendapatan di perkotaan yang meningkat 7 basis poin menjadi 0,345. Hal berbeda terjadi pada ketimpangan pendapatan di perdesaan yang turun 11 basis poin. Secara total, ketimpangan pendapatan di Maluku Utara yang diukur dengan Gini Ratio mengalami penurunan sebesar 2 basis poin dan masuk dalam kategori rendah dibanding daerah lain di Indonesia. Begitu pula dengan distribusi pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah di Maluku Utara, tercatat sebesar 20,69 persen dan termasuk pada kategori ketimpangan rendah. Pemanfaatan dana desa yang dipercepat sejak awal tahun dan optimalisasi penggunaannya untuk program padat karya berpengaruh pada turunnya ketimpangan di Perdesaan.
74,68 76,4 76,47 78,28 81,46 6,33 6,41 6,35 6,44 6,64 6 6,2 6,4 6,6 6,8 7 70 72 74 76 78 80 82 M a r 1 6 S e p 1 6 M a r 1 7 S e p 1 8 M a r 1 9 Jumlah Persentase 0,249 0,251 0,265 0,277 0,266 0,295 0,326 0,322 0,338 0,345 0,286 0,309 0,317 0,33 0,328 0,389 0,2 0,3 0,4
Mar 16 Sep 16 Mar 17 Sep 18 Mar 19
Pedesaan Perkotaan Total Nasional Sumber: BPS Provinsi Malut (diolah)
% Ribu jiwa Grafik 1.9 Pekembangan kemiskinan Maluku Utara
Sumber: BPS dan BPS Provinsi Malut (diolah)
Grafik 1.10 Pekembangan Gini Ratio %
BAB II – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN
7
II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBNSampai dengan akhir periode triwulan III-2018, realisasi pendapatan negara di Provinsi Maluku Utara mencapai Rp.1.193,96 miliar, meningkat sebesar Rp.229,5 miliar atau 23,79 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Sedangkan di sisi Belanja Negara, realisasinya sebesar Rp.11.998,19 miliar, sebesar 78,71 persen dari pagu TA 2018, lebih tinggi 11,39 persen dibanding realisasi belanja pada periode yang sama tahun 2017.
Uraian Triwulan III-2017
Triwulan III-2018 Pagu Realisasi Pagu Realisasi
A. PENDAPATAN NEGARA 1.589,33 964,46 1.744,09 1.193,96
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 1.589,33 964,46 1.744,09 1.193,96
1. Penerimaan Pajak 1.469,50 825,73 1.652,15 1.036,29
2. PNBP 119,84 138,73 91,94 157,67
II. HIBAH - - - -
B. BELANJA NEGARA 14.624,30 9.684,89 15.243,64 11.998,19
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 4.918,01 2.859,17 5.236,40 3.293,35
1. Belanja Pegawai 1.266,73 835,50 1.267,80 934,17
2. Belanja Barang 1.798,74 956,93 2.003,00 1.249,41
3. Belanja Modal 1.834,59 1.061,52 1.950,00 1.104,97
4. Belanja Bantuan Sosial 17,96 5,22 15,60 4,80
5. Belanja Lain-lain - - - -
II. TRANSFER KE DAERAH DAN
DANA DESA 9.706,28 6.825,72 10.007,24 8.704,84
1. Transfer ke Daerah 8.873,88 6.327,07 9.221,02 8.234,01
a. Dana Perimbangan 8.763,04 6.216,03 9.085,52 8.098,51
1) Dana Alokasi Umum 6.180,28 4.880,43 6.356,37 5.881,81
2) Dana Bagi Hasil 410,75 294,26 424,24 334,96
3) Dana Alokasi Khusus 2.172,01 1.041,34 2.304,91 1.881,74
b. Dana Otonomi Khusus - - - -
c. Dana Keistimewaan
Yogyakarta - - - -
d. Dana Transfer Lainnya (DID) 110,84 110,84 135,50 135,50
2. Dana Desa 832,41 498,85 786,23 470,83
C. SURPLUS/DEFISIT (13.034,97) (8.720,43) (13.499,56) (10.804.20)
Sumber: Kanwil DJPb Maluku Utara (diolah)
Realisasi penerimaan pajak sampai dengan triwulan III-2018 terealisasi sebesar Rp.1.036,29 miliar, mengalami peningkatan sebesar 25.5 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Sedangkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terealisasi sebesar Rp.157.67 miliar, atau 13,65 persen lebih tinggi dari triwulan III tahun 2017. Dari sisi belanja, terjadi sedikit peningkatan realisasi pada belanja pemerintah pusat dibanding periode yang sama tahun 2017, pada jenis belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Bantuan Sosial. Belanja Modal mengalami penurunan realisasi. Belanja Pegawai teralisasi sebesar Rp934,17 miliar atau 73,68 persen dari pagu, dan mengalami peningkatan realisasi sebesar
Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Maluku Utara Periode Triwulan II Tahun 2017 dan Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)
11,81 persen dibandingkan triwulan III tahun 2017. Belanja Barang yang teralisasi sebesar Rp1.249,41 miliar atau sebesar 62,38 persen dari pagu mengalami kenaikan 30,56 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Realisasi Belanja Modal sebesar Rp1.104,97 miliar atau 56,67 persen dari pagu, secara nominal lebih tinggi namun secara persentase lebih rendah 4,09 persen dibanding periode triwulan III tahun 2017. Namun sebenarnya realisasi Belanja Modal telah mengalami banyak peningkatan realisasi pada periode triwulan I dan II, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini karena pelaksanaan kebijakan yang pelelangan pekerjaan dilaksanakan sebelum tahun anggaran berjalan, sehingga pada tahun anggaran berjalan, proses pelaksanaan pekerjaan fisik dan realisasi keuangan lebih cepat. Belanja Bantuan Sosial yang direalisasikan sebesar Rp4,80 miliar atau sebesar 30,77 persen menurun 8,05 persen dibandingkan periode triwulan III tahun 2017.
Penyaluran belanja transfer ke daerah dan dana desa pada periode sampai dengan triwulan III juga lebih tinggi dibanding tahun 2017, baik secara nominal maupun persentase realisasi. Hal ini disebabkan adanya perubahan mekanisme penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa pada tahun 2018 ini, dimana penyaluran DAK Fisik pada tahun 2017 dilaksanakan dalam empat tahap/triwulan, dan Dana Desa dilaksanakan dalam dua tahap, yang baru dimulai realisasi penyaluran tahap/triwulan I pada triwulan II dan sebagian pada awal triwulan III. Sedangkan penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa TA 2018 dilaksanakan dalam tiga tahap, dimana sampai dengan periode triwulan III TA 2018 telah direalisasikan lebih dari 70% DAK Fisik dan 60% Dana Desa.
A. Pendapatan Negara
1. Penerimaan Perpajakan
Realisasi penerimaan perpajakan di Maluku Utara sampai dengan triwulan III-2018 mencapai Rp1.036,29 miliar, mengalami peningkatan sebesar Rp210,56 miliar atau 25,5 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2017
Sumber: Kanwil DJPb Maluku Utara (diolah)
37,84% 31,86% 0,12% 0,01% 29,36% 0,80% PPh PPN PBB PPnBM
Cukai dan Perdag Internasional
Grafik 2.1 Realisasi Penerimaan Pajak s.d. Triwulan III Tahun 2018 wilayah Provinsi Maluku Utara
BAB II – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN
9
a) Pajak Penghasilan (PPh)
Penerimaan PPh smpai dengan triwulan III-2018 sebesar Rp446,89 miliar, lebih tinggi dibanding realisasi periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp362,07 miliar. Terhadap keseluruhan penerimaan perpajakan di Maluku Utara, penerimaan PPh tersebut memberi kontribusi sebesar 37,84 persen. Kenaikan PPh tersebut sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja, terutama pekerja formal, dan pendapatan dari perorangan/pribadi.
b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Penerimaan PPN sampai dengan triwulan III-2018 mencapai Rp376,30 miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp316,83 miliar. Terhadap keseluruhan penerimaan perpajakan di Maluku Utara, penerimaan PPN tersebut memberi kontribusi sebesar 31,86 persen.
Penurunan PPN pada periode triwulan III-2018 terjadi seiring dengan penurunan realisasi belanja pada jenis belanja modal.
c) Pajak Bumi dan Bangunan
Penerimaan PBB mencapai Rp6,28 miliar sampai dengan triwulan III tahun 2018, seluruhnya merupakan Pendapatan PBB Pertambangan Mineral dan Batubara, yang sebagian terbesar disumbang dari penerimaan di Kabupaten Halmahera Utara terutama oleh sektor pertambangan emas. Di kabupaten tersebut, terdapat PT Nusa Halmahera Mineral (NHM) yang termasuk dalam perusahaan penyumbang pajak terbesar di Maluku Utara.
d) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Penerimaan PPnBM (MAP 41122x) sampai dengan triwulan III-2018 hanya sebesar Rp161,35 juta. Sebagian besar penerimaan tersebut masih terpusat di Kota Ternate yang merupakan pusat perekonomian Maluku Utara.
e) Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional dan Cukai
Sampai dengan periode triwulan III 2018 realisasi penerimaan dari pajak perdagangan internasional mencapai Rp346,79 miliar, yang sebagian besar merupakan penerimaan Bea Masuk sebesar Rp11,65 miliar dan Bea Keluar Rp.335,00 miliar
Peningkatan pendapatan bea keluar didorong oleh pesatnya pertumbuhan ekspor luar negeri, terutama ekspor hasil tambang berupa hasil pengolahan bijih nikel dan hasil perikanan.
f) Penerimaan Pajak Lainnya
Realisasi penerimaan dari pajak lainnya mencapai Rp9,47 miliar, yang sebagian besar merupakan penerimaan bea meterai.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Realisasi PNBP sampai dengan triwulan III-2018 mencapai Rp166,58 miliar. Seluruh PNBP yang diterima merupakan Pendapatan PNBP Lainnya (425xxx). Ketiadaan penerimaan PNBP dari sumber daya alam (SDA) terjadi karena PNBP SDA disetor dan dicatat sebagai penerimaan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN). Penerimaan PNBP di Maluku Utara didominasi oleh Pendapatan Uang Pendidikan (425412) serta Pendapatan Jasa Kebandarudaraan (425516) dan Kepelabuhanan (425513).
a) Penerimaan Pendapatan Uang Pendidikan
Penerimaan berupa Pendapatan Biaya Pendidikan sampai dengan triwulan III-2018 mencapai Rp60,57 miliar. Penerimaan tersebut lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2017 (Rp55,89 miliar). Pendapatan Uang Pendidikan umumnya meningkat di triwulan I dan triwulan III. Penerimaan yang cenderung lebih tinggi di periode tersebut seiring dengan periode pembayaran uang semester kuliah pada bulan Februari dan Agustus.
b) Pendapatan Jasa Kebandarudaraan dan Jasa Kepelabuhanan
Pendapatan Jasa Kebandarudaraan dan Kepelabuhanan selama triwulan III-2018 mencapai Rp37,93 miliar. Sejalan dengan aktivitas bandar udara yang terkonsentrasi di Ternate, dan pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah Maluku Utara.
c) Pendapatan PNBP Lainnya
Pendapatan PNBP Lainnya berasal dari Uang Pengganti Tipikor, Pengesahan STNK, BPKB, Registrasi Kendaraan Bermotor, Denda Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah, dan lainnya
Pendapatan sampai dengan Triwulan III 2018 mencapai Rp68,08 miliar. 3. Pendapatan Hibah
Sampai dengan triwulan III 2018, tidak terdapat pendapatan hibah yang dicatat di wilayah Maluku Utara. Hibah yang diterima instansi pemerintah pusat tercatat sebagai pendapatan Bendahara Umum Negara (DJPPR).
BAB II – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN
11
B. Belanja Negara1. Belanja Pemerintah Pusat
Realisasi belanja pemerintah pusat di Maluku Utara sampai dengan triwulan III-2018 mencapai Rp3.293,35 miliar, yang secara nominal meningkat sebesar Rp434,18 miliar atau 15,19 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Kenaikan belanja tertinggi terjadi pada belanja barang yang mencapai 30,56 persen.
Sedangkan realisasi belanja modal sampai dengan triwulan III mengalami kenaikan secara nominal sebesar 4,09 persen dibanding realisasi pada periode yang sama pada tahun 2017. Hal ini dikarenakan proses pekerjaan yang sedang berjalan namun belum direalisasikan keuangannya, namun secara rata-rata sudah menunjukkan persentase realisasi yang baik.
2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Realisasi dana transfer ke daerah dan dana desa sampai dengan triwulan III-2018 mencapai Rp8.704,84 miliar, meningkat 27,41 persen dibanding tahun 2017. Hal ini disebabkan karena masa transisi penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa pada tahun 2017, dimana penyaluran triwulan I/tahap I baru dimulai pada triwulan II sampai dengan triwulan III. Sedangkan tahun 2018 sudah dimulai sejak triwulan I, sehingga dapat mempercepat realisasi.
3. Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU)
Hingga periode triwulan II-2018, terdapat dua instansi pemerintah pusat di Maluku Utara yang sedang dalam proses penetapan BLU yaitu Universitas Khairun dan Bandara Babullah Ternate. Sementara untuk pengelolaan BLUD, tercatat lima instansi daerah yang sudah menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD, dan seluruhnya adalah instansi Rumah Sakit Umum Daerah.
4. Manajemen Investasi Pusat a) Penerusan Pinjaman
Sejak tahun 2017, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Maluku Utara sudah tidak lagi menatausahakan penerusan pinjaman yang bersumber dari Rekening Pembangunan Daerah (RPD).
b) Kredit Program
Berdasarkan Sistem Informasi Kredit Program (SIKP), penyaluran KUR di wilayah Maluku Utara sampai dengan triwulan III-2018 tercatat Rp175,79 miliar, terdiri dari KUR Mikro dan KUR ritel. Sedangkan pembiayaan ultra mikro (UMi) baru terealisasi Rp169 juta. Capaian tersebut masih relatif kecil dibanding dengan realisasi nasional.
Sektor perdagangan besar dan eceran mendominasi penyaluran KUR sebesar 69 persen dari total penyaluran KUR wilayah Maluku Utara. Sementara sektor
pertanian dan perikanan masing-masing tersalur 10 persen dan perikanan 5 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa realisasi KUR di Maluku Utara belum memperhatikan sektor-sektor seperti pertanian, kehutanan, dan perikanan yang merupakan basis ekonomi masyarakat Maluku Utara. Penyaluran KUR pada sektor pertanian dan perikanan yang rendah tidak terlepas pula dari tingginya risiko gagal bayar pada kedua sektor tersebut.
Berdasarkan wilayah, KUR dan UMi di Maluku Utara terkonsentrasi pada pelaku usaha yang berdomisili di Kota Ternate. Rendahnya penyaluran KUR di daerah lain menunjukkan rendahnya akses perbankan pada wilayah tersebut. Begitu pula dengan UMi, di beberapa daerah masih belum dapat disalurkan karena ketiadaan lembaga penyalur UMi di daerah tersebut. Untuk meningkatkan efektivitas penyaluran KUR maka sudah seharusnya bank penyalur lebih selektif dan memperhatikan sektor-sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan.
C. Prognosis Realisasi APBN
Berdasarkan pola data historis selama kurun waktu 2015–2017, dan kebijakan fiskal yang diterapkan pada tahun 2018, APBN di Maluku Utara diperkirakan terealisasi sebagai berikut:
Uraian Pagu
Realisasi Triwulan III Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV Rp % thd Pagu Rp % thd Pagu Pendapatan Negara 1.744,09 1.193,96 68,46% 1.683,30 96,51% Belanja Negara 15.243,65 11.998,19 79,71% 14.135,87 97,83% Sumber : Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah).
Tabel 2.2 Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Maluku Utara s.d. Triwulan IV Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)
BAB III – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
13
III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBDPerkembangan realisasi APBD agregat dari seluruh pemerintah daerah di Maluku Utara hingga Triwulan III 2018 adalah sebagai berikut :
Uraian Triw. III 2017 Triw. III 2018
Pagu Realisasi Pagu Realisasi
PENDAPATAN 11.253 7.627 11.535 8.233
PAD 964 453 999 454
Pajak Daerah 497 225 376 267
Retribusi Daerah 195 103 153 75
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan 8 3 13 -
Lain-Lain PAD yang Sah 264 122 457 112
Pendapatan Transfer 9.747 6.996 10.271 7.750
Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan 8.717 6.347 9.213 7.053
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 893 584 887 604 Transfer Pemerintah Provinsi 137 65 171 93
Transfer Bantuan Keuangan - - - -
Lain-lain pendapatan daerah yang sah 542 143 265 30
Pendapatan Hibah 284 80 151 29
Pendapatan Dana Darurat 12 - - -
Pendapatan Lainnya 246 63 64 1 JUMLAH PENDAPATAN 11.253 7.627 11.535 8.233 BELANJA 10.121 5.800 10.726 5.953 Belanja Pegawai 3.701 2.357 3.626 2.442 Belanja Barang 2.716 1.612 3.168 1.654 Belanja Bunga 11 3 13 13 Belanja Subsidi 13 7 8 2 Belanja Hibah 431 282 678 487
Belanja Bantuan Sosial 30 25 47 30
Belanja Modal 3.201 1.505 3.166 1.317
Belanja Tidak Terduga 19 9 20 8
TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 1.442 865 1.416 909
Transfer/Bagi Hasil Pendapatan 120 72 137 96
Transfer Bantuan Keuangan 1.322 793 1.279 813
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 11.563 6.666 12.142 6.862
SURPLUS/DEFISIT (310) 961 (607) 1.371
Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara
Realisasi pendapatan daerah hingga akhir triwulan III 2018 mencapai 71,37 persen dari total estimasi pendapatan tahun 2018. Capaian tersebut hanya meningkat 7,94 persen dari
Tabel 3.1 Realisasi APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara s.d. Akhir Triwulan III Tahun 2017 dan Tahun 2018 (dalam miliar Rp)
realisasi pendapatan tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut sejatinya belum menggambarkan perbaikan kinerja pemda dalam meraup penerimaan daerah karena lebih dipicu oleh meningkatnya transfer DAU dan DAK dengan total Rp680,06 miliar. Sementara belanja daerah meningkat tipis 2,64% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan tingkat penyerapan yang baru mencapai 56,50 persen, pemda masih perlu bekerja keras untuk mengoptimalkan belanja daerahnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah menjelang akhir tahun.
A. Pendapatan Daerah
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Realisasi PAD di Maluku Utara pada Triwulan III 2018 tercatat mencapai 45,45 persen dari total estimasi tahun 2018. Kontribusinya terhadap total penerimaan hanya sebesar 5,51 persen. Menunjukkan tingkat kemandirian fiskal pemda di Maluku Utara masih rendah, sehingga pemda diharapkan lebih kreatif dalam menggali sumber-sumber PAD. Berdasarkan komponen pembentuknya, pajak daerah berkontribusi sebesar 58,79 persen, retribusi daerah 16,48 persen, serta penerimaan dari lain-lain PAD yang sah sebesar 24,73 persen. Sementara penerimaan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, tercatat nihil.
a) Penerimaan Pajak Daerah
Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara
Realisasi pajak daerah mencapai 70,89 persen dari target yang ditetapkan, naik 18,67 persen dari tahun lalu. Peningkatan tersebut lebih didominasi pajak kendaraan bermotor dan bahan bakar yang tumbuh 32,04 persen atau mencapai total Rp141,78
miliar. Pemberlakuan e-Samsat dan sms gateway oleh Pemprov Maluku Utara menjadi
faktor kunci peningkatan tersebut. Sementara untuk jenis pajak kabupaten/kota, sumbangsih terbesar berasal dari pajak penerangan jalan yang meningkat 52,03 persen. Hal ini tidak lepas juga dari program PT. PLN yang berupaya menjadikan Maluku Utara Terang 2020, dengan target 889 desa dialiri listrik hingga akhir tahun lalu. Dipastikan jenis pajak ini akan terus meningkat, apalagi dengan beroperasinya
0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000 200.000 R p . Ju ta Prov. Malut Halteng Ternate Halbar Haltim Halsel Halut Kep.Sula Tidore Morotai Taliabu Grafik 3.1 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten/ Kota Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III Tahun 2018
BAB III – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
15
Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Ternate berkapasitas 30 MW pada awal tahun 2018 yang lalu.b) Penerimaan Retribusi Daerah
Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara
Penerimaan retribusi daerah hingga triwulan III 2018 mencapai 48,90 persen dari target yang ditetapkan. Realisasinya menurun hingga 27,25 persen sebagai imbas penerapan PPK-BLUD pada RSUD Chasan Boesoirie yang selama ini menyumbang retribusi layanan kesehatan terbesar di Maluku Utara. Pencatatan pendapatannya oleh Pemprov Maluku Utara tidak lagi sebagai retribusi tapi masuk pada pos lain-lain PAD yang sah. Namun demikian, penerimaan layanan kesehatan masih menjadi penyumbang terbesar hingga 63,49 persen dari total retribusi, mengingat belum semua RSUD berstatus BLUD.
c) Lain-Lain PAD yang Sah
Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara
Capaiannya hingga triwulan III 2018 mencapai 24,54 persen dari estimasi dan menjadi penyumbang terbesar setelah PAD. Penerimaan jenis ini mengandalkan pendapatan yang berasal dari pihak ketiga utamanya dibidang pertambangan dengan total ± Rp53,21 miliar. Kontribusi terbesar adalah dari Kabupaten Halmahera Utara yang ditopang keberadaan PT NHM sebagai perusahaan emas. Sejatinya, terdapat sumber penerimaan baru yang berasal dari pendapatan BLUD dan berpotensi menjadi kontributor terbesar dari beberapa RSUD. Namun karena Surat Pengesahan
5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 R p . Ju ta Prov. Malut Halteng Ternate Halbar Haltim Halsel Halut Kep.Sula Tidore Morotai Taliabu 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 R p . Ju ta Prov. Malut Halteng Ternate Halbar Haltim Halsel Halut Kep.Sula Tidore Morotai Taliabu Grafik 3.2 Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten/ Kota Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III Tahun 2018 Grafik 3.3 Realisasi Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III Tahun 2018
Pendapatan dan Belanja BLUD (SP2B) belum diterbitkan sehingga belum tercatat pada LRA pada sejumlah pemda.
2. Pendapatan Transfer
Realisasi pendapatan transfer di Maluku Utara hingga triwulan III 2018 mencapai 75,62 persen. Terjadi peningkatan 7,94 persen dari tahun lalu dengan proporsi terbesar untuk DAU mencapai 67,68 persen. Kabupaten Halmahera Selatan menjadi daerah dengan pendapatan transfer terbesar karena wilayahnya yang terluas dengan jumlah penduduk dan desa terbanyak di Maluku Utara.
Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara
Prosentase kenaikan terbesar terjadi pada DAK yang meningkat 41,32 persen. Adanya kebijakan pemerintah melalui PMK 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan TKDD, mendorong pemda lebih disiplin dalam penyaluran DAK Fisik dengan memperhitungkan kinerja penyerapan dan capaian output. Rasio pendapatan transfer yang berasal dari pusat terhadap total pendapatan sendiri mencapai 93 persen. Artinya tingkat ketergantungan pemda di Maluku Utara terhadap pemerintah pusat masih cukup tinggi. Hanya pemda tetap perlu mewaspadai sifat transfer DAU yang dinamis, tergantung penerimaan netto dalam negeri. Sehingga sudah semestinya pemda untuk lebih kreatif dalam mendongkrak pendapatan daerah.
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Realisasi penerimaan ini menjadi komponen pendapatan dengan sumbangsih paling minim sebesar 0,36 persen atau mencapai ±Rp30 miliar. Kontribusi terbesar berasal
500 1.000 1.500 2.000 2.500 R p . M il ia r Pagu Realisasi Grafik 3.4 Realisasi Dana Transfer Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III Tahun 2018
Ternate,- Minimnya realiasi PAD Kota Ternate dari target hingga triwulan II lalu, yang baru mampu direaliasikan sebesar Rp37,6 miliar, mendapat sorotan akademisi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Muhlis Hafel. Kata dia, salah satu kendala yang menyebabkan PAD tidak mencapai target dikarenakan belum adanya payung hukum untuk sejumlah sektor PAD. Namun hal itu adalah kesalahan pemda karena mematok besaran target PAD tidak disesuaikan dengan kondisi lapangan. Besaran target yang dipatok sejak awal tidak diiringi dukungan penyiapan peraturan yang jelas seperti perda atau peraturan walikota. “Pemkot harus menyiapkan regulasi untuk dapat menggenjot PAD. Banyak perda yang dilahirkan tidak berdampak untuk pembangunan tapi malah menghamburkan uang”, imbuhnya. (Harian Malut Pos 2 Agustus 2018)
BAB III – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
17
dari hibah mencapai 96,67 persen dan tercatat hanya pada Pemprov Maluku Utara. Penerimaan tersebut didominasi oleh hibah dari perusahaan pertambangan yang sempat mengalami gejolak akibat pemberlakuan UU minerba. Selebihnya di luar hibah, bersumber dari pendapatan lain sebesar Rp990,07 juta.B. Belanja Daerah
1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal
Realisasi belanja daerah hingga triwulan III 2018 cenderung konsumtif karena didominasi oleh belanja aparatur yang telah terserap sebesar 67,34 persen. Kontribusinya terhadap total belanja daerah sendiri mencapai 41,02 persen. Rasionalisasi belanja pegawai perlu dilakukan pemda untuk menyediakan ruang fiskal yang lebih memadai bagi belanja publik.
Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara
Untuk belanja barang penyerapannya mencapai 52,19 persen. Jenis belanja ini tergolong kurang produktif karena realisasi terbesar lebih dialokasikan untuk belanja perjalanan dinas dengan proporsi hingga 29,68 persen atau Rp490,78 miliar Pemda diharapkan lebih proaktif melakukan efisiensi dengan selektif dalam perjalanan dinas serta mengurangi kegiatan konsinyering yang tidak perlu.
Sementara belanja modal yang diharapkan dapat memberikan multiplier effect di
Maluku Utara, baru terserap 41,61 persen. Realisasinya menurun 12,49 persen dari kinerja tahun lalu. Hal tersebut disebabkan masih banyak pekerjaan yang belum
selesai proses tender pada sejumlah pemda. Selain itu, terdapat proyek multi years
yang baru dilaksanakan di semester II serta adanya merger OPD yang berimbas pada APBD-P 2018 sebagaimana terjadi di Halmahera Timur.
2. Belanja Daerah Berdasarkan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
Tingkat penyerapan belanja tertinggi terdapat di Kota Tidore Kepulauan mencapai 68,74 persen, yang ditopang capaian pendapatan yang juga tertinggi di Kota Tidore Kepulauan mencapai 78,92 persen. Sementara Kabupaten Halmahera Timur menjadi daerah dengan tingkat penyerapan belanja paling rendah, mencapai 43,64 persen. Hal
67,34% 52,21% 41,60% 0,00% 1000,00% 2000,00% 3000,00% 4000,00% 5000,00% 6000,00% 7000,00% 8000,00% 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal
R p .M il ia r Pagu Realisasi Persentase Grafik 3.5 Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III Tahun 2018
ini akibat masih banyak paket pekerjaan yang terlambat dilelang selain terkendala pemilihan metode tender. Masih terdapat juga DAK Fisik yang belum disalurkan untuk pembiayaan proyek karena persyaratan data kontraknya belum terpenuhi.
Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara
C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Triwulan IV 2018
Melihat kinerja APBD dalam tiga tahun terakhir, capaian hingga triwulan III 2018, serta adanya APBD Perubahan maka realisasi pendapatan daerah hingga akhir tahun 2018 diperkirakan mencapai Rp10,75 triliun atau 88,76 persen dari target yang diestimasi. Sementara realisasi belanja daerah diperkirakan mencapai 86,43 persen dari target yang akan ditetapkan atau mencapai Rp11,02 triliun. Terdapat peningkatan belanja yang cukup besar dibandingkan laju peningkatan realisasi pendapatan. Hal ini berdasarkan trend tahun-tahun sebelumnya, dimana terdapat kecenderungan peningkatan belanja modal yang cukup signifikan mengingat banyak proses tender yang baru dilaksanakan pada periode triwulan III. Dengan demikian, melihat kecenderungan capaian dalam beberapa tahun sebelumnya, kemungkinan terjadi defisit di angka Rp269 miliar.
Uraian Pagu Realisasi s.d. Triwulan III Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV Rp % Realisasi Terhadap Pagu Rp % Perkiraan Realisasi Terhadap Pagu Pendapatan Daerah 11.536 8.233 71,36 10.752 88,76 Belanja Daerah 12.144 6.862 56,50 11.021 86,43 Surplus/Defisit (607) 1.371 (225,82) (269) 42,16
Sumber : LRA Kab/Kota/Prov. Maluku Utara 500 1.000 1.500 2.000 2.500 R p . M il ia r Pagu Realisasi Grafik 3.6 Pagu dan Realisasi Belanja Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III Tahun 2018 Tabel 3.2 Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara s.d. Akhir Triwulan IV Tahun 2017 dan Tahun 2018 (dalam miliar Rp)
BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN
19
IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN(APBN DAN APBD) A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu. Angka-angka yang disajikan dalam tabel 4.1 meliputi realisasi pendapatan/belanja Pusat dan Daerah setelah melalui proses eliminasi sehingga terdapat beberapa perbedaan angka realisasi dengan yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya.
Uraian Triwulan III 2018 Triw III 2017
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
Pendapatan Negara 1.193,95 482,87 1.676,82 8,78% 1.541,52 Pendapatan Perpajakan 1.036,29 266,73 1.303,02 24,25% 1.048,67 PNBP 157,66 186,98 344,64 (19,26)% 426,87 Hibah 0,00 29,16 29,16 (55,80)% 65,98 Transfer* 1.464,61** 7.052,59* - - Belanja Negara 4.757,97 6.861,92 11.619,89 25,40% 9.266,24 Belanja Pemerintah 3.293,36 5.952,78 9.246,14 2,50% 9.020,34 Transfer* 1.464,61* 909,12 909,12 269,73% 245,90 Surplus/ (Defisit) (3.564,02) (6.379,05) (9.943,07) 28,72% (7.724,72) Pembiayaan 0,00 (49,21) (49,21) (1,30)% (49,86) Penerimaan Pembiayaan Daerah 0,00 35,35 35,35 12089,66% 0,29 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 0,00 84,57 84,7 68,63% 50,15
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan
Anggaran
(3.564,02) (6.428,26) (9.992,28) 28,52% (7.774,59) Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah)
*) Seluruh Pengeluaran Transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah **) Penyesuaian terhadap pengakuan belanja transfer pada pemerintah pusat yang merupakan Pendapatan BA
099.05
B. Pendapatan Konsolidasian
Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh pendapatan pemerintah pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi).
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Pendapatan pemerintah konsolidasian terdiri dari penerimaan perpajakan, PNBP, hibah dan transfer dana bantuan ke desa. Total pendapatan konsolidasian pemerintah
Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Maluku Utara s.d. Tw-III Tahun 2018 (dalam milyar rupiah)
pusat dan pemerintah daerah sampai dengan Triwulan III tahun 2018 adalah sebesar Rp1.676,82 miliar. Pendapatan tersebut 71,20 persen merupakan pendapatan Pemerintah Pusat dan 28,80 persen adalah pendapatan Pemerintah Daerah. Pendapatan Pemerintah Pusat tersebut selanjutnya akan didistribusikan kepada Pemerintah Daerah berupa dana
transfer. Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah Pada Triwulan III tahun 2018 pendapatan konsolidasian didominasi pendapatan perpajakan konsolidasian sebesar Rp1.303,02 miliar atau 77,7 persen dari total pendapatan. Pendapatan perpajakan konsolidasian sebesar 79,53 persen merupakan penerimaan perpajakan pemerintah pusat dan sisanya sebesar 20,47 persen merupakan penerimaan perpajakan pemerintah daerah. Sedangkan perbandingan PNBP konsolidasian terhadap total pendapatan konsolidasian sebesar 20,55 persen atau sebesar Rp344,64 miliar. PNBP pemerintah pusat menyumbang 45,75 persen dari total PNBP Konsolidasian, sedangkan PNBP pemerintah daerah menyumbang 54,25 persen. Pendapatan Hibah konsolidasian sebesar Rp29,16 miliar atau 1,74 persen dari total pendapatan konsolidasian yang diterima oleh pemerintah daerah.
Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah) 2. Analisis Perubahan
Sampai dengan Triwulan III-2018, pendapatan konsolidasian tercatat sebesar Rp1.676,82 miliar atau meningkat 8,78 persen dibanding pendapatan konsolidasian pada periode yang sama tahun 2017. Sampai dengan akhir Triwulan III tahun 2018, penerimaan perpajakan konsolidasian mencapai Rp1.303,02miliar mengalami kenaikan sebesar 24,25 persen dari
Triwulan III 2017 Triwulan III 2018 Transfer - -Hibah 65,98 29,16 Pendapatan Bukan Pajak 426,87 344,64 Pendapatan Perpajakan 1.048,67 1.303,02 68% 78% 28% 21% 4% 2% 200,00 400,00 600,00 800,00 1.000,00 1.200,00 1.400,00 1.600,00 1.800,00 M il ia r R u p ia h 1.193,95 1.036,29 157,66 - -1.392,00 266,73 186,98 29,16 909,12 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00
Pendapatan Pend. Perpajakan PNBP Hibah Transfer
M il ia r R u p ia h Pemda Pempus Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi Maluku Utara s.d. Tw-III 2018 Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Maluku Utara s.d. Tw-III Tahun 2018 (dalam milyar rupiah)
BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN
21
tahun sebelumnya. Penerimaan perpajakan ini terdiri dari penerimaan perpajakan dalam negeri sebesar Rp956,25 miliar dan penerimaan perpajakan internasional Rp346,77 miliar. Sebesar 72,07 persendari Penerimaan Perpajakan Dalam Negeri tersebut merupakan penerimaan Pemerintah Pusat dan sisanya sebesar 27,89 persen merupakan penerimaan Pemerintah Daerah. Sedangkan Penerimaan Perpajakan Internasional seluruhnya merupakan penerimaan Pemerintah Pusat sebesar Rp346,77 miliar atau 26,61 persen dari total penerimaan
perpajakan konsolidasi. Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah 3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan
konsolidasian.
Pertumbuhan ekonomi yang positif, secara alami akan menaikkan penerimaan sektor perpajakan. Selain perpajakan, kenaikan produksi dari lapangan usaha sektor SDA dan sumber lainnya juga akan mempengaruhi pendapatan dari sektor PNBP. Perekonomian Maluku Utara yang senantiasa tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan nasional mengisyaratkan bahwa potensi pendapatan konsolidasian di Maluku Utara akan tumbuh relatif lebih besar dibanding rata-rata nasional.
Uraian Triwulan III 2017 Triwulan III 2018
Realisasi Rasio Realisasi Rasio
Penerimaan Perpajakan 1,048,67 4,40% 1.303,02 13,84% PNBP 426,87 1,79% 344,64 3,66% Total 1.475,54 6,19% 1.647,66 17,50% PDRB/Pertumbuhan
Ekonomi (harga berlaku*) 23.826,8 9.417,7 Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara dan BPS Malut (diolah)
Selama Triwulan III 2018, PDRB Provinsi Maluku Utara mencapai Rp9.417,7 miliar atau mengalami laju pertumbuhan sebesar 8,17% (y-on-y). Sejalan dengan perekonomian yang tumbuh, rasio pendapatan konsolidasian terhadap PDRB juga mengalami kenaikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada Provinsi Maluku Utara memiliki korelasi positif dengan pendapatan konsolidasian di Maluku Utara.
689,52 346,77 266,73 200,00 400,00 600,00 800,00 1.000,00 1.200,00
Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan
Inter. M il ia r R u p ia h Pemda Pempus Tabel 4.2 Tabel Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di wilayah Provinsi Maluku Utara Tw-III 2018 dan 2017 (dalam miliar rupiah) Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaaan Perpajakan Pempus dan Pemda terhadap Penerimaan Perpajakan Konsolidasian Provinsi Maluku Utara s.d. Tw-III 2018
C. Belanja Konsolidasian
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Realisasi belanja konsolidasian sampai dengan Triwulan III 2018 mencapai Rp9.246,24 miliar. Realisasi belanja pemerintah pusat didominasi oleh belanja barang yang mencapai 37,94 persen dari total belanja pemerintah pusat, diikuti belanja modal dan pegawai masing-masing 33,55 dan 28,37
persen. Sebaliknya, realisasi belanja pemerintah daerah sebesar 41,02 persen digunakan untuk belanja pegawai atau tertinggi dibanding belanja lain. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ruang fiskal di maluku utara masih terbebani oleh kewajiban pemerintah daerah untuk membayar gaji dan tunjangan para aparatur sipil negara.
Hampir seluruh realisasi jenis belanja pemerintah pusat di Maluku Utara sampai dengan Triwulan III 2018 lebih rendah dibanding realiasi belanja pemerintah daerah, kecuali realisasi belanja barang dan belanja modal. Hal tersebut disebabkan jumlah instansi vertikal pemerintah pusat yang berada di Maluku Utara lebih sedikit dibanding jumlah seluruh SKPD yang terdapat di Maluku Utara. Namun, perlu menjadi perhatian
bahwa realisasi belanja pemerintah daerah masih didominasi untuk pengeluaran belanja pegawai. Pemerintah daerah perlu mencontoh pola realisasi belanja pemerintah pusat yang didominasi belanja modal. Hal tersebut harus segera dilaksanakan, mengingat belanja modal merupakan katalisator perekonomian dan mampu memberikan manfaat jangka panjang.
Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah)
934,17 1.249,41 1.104,97 - - - 4,80 -2.441,75 1.653,59 1.317,20 12,57 1,93 487,16 29,91 8,45 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 M il ia r R u p ia h Pempus Pemda Grafik 4.4 Perbandingan Belanja dan Transfer Pempus dan Pemda terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian Maluku Utara Triwulan III 2018 dan Triwulan III I2017
BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN
23
2. Analisis PerubahanKomposisi belanja konsolidasian Triwulan III 2018 mengalami penurunan pada belanja barang dibandingkan komposisi pada periode yang sama tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh diberlakukannya efisiensi atas alokasi belanja tersebut pada pemerintah daerah. Sedangkan alokasi belanja pemerintah pusat mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan. Proporsi alokasi belanja modal tetap untuk menunjang pembangunan infrastruktur yang tetap dipertahankan. Sedangkan proporsi belanja pegawai mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan.
Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara-Tw.III 2018 (diolah)
Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara-Tw.III 2017 (diolah)
Proporsi pembayaran bunga utang dan hibah mengalami kenaikan yang cukup signifikan terjadi dikarenakan konsen pemerintah daerah untuk mengatasi permasalahan utang daerah.
3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional
Belanja fungsi pendidikan dengan porsi 17 persen memiliki hubungan positif dengan indikator pendidikan berupa pertumbuhan Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar. Belanja fungsi ekonomi dengan porsi 20 persen memiliki hubungan positif dengan indikator kemiskinan berupa indeks kedalaman kemiskinan namun memiliki hubungan negatif dengan pertumbuhan jumlah dan persentase penduduk miskin dan indeks pertumbuhan keparahan kemiskinan. Belanja fungsi kesehatan dengan porsi 6 persen memiliki hubungan positif dengan indikator kesehatan berupa pertumbuhan jumlah fasilitas kesehatan namun memiliki hubungan negatif dengan pertumbuhan tenaga kesehatan.
37% 32% 26% 0,004% 0,02% 5% 0,2% 0,01% Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Pembayaran Bunga Utang Subsidi Hibah Bantuan Sosial Belanja Lain-lain 37% 32% 26% 0,004% 0,02% 5% 0,2% 0,01% Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Pembayaran Bunga Utang Subsidi Hibah Bantuan Sosial Belanja Lain-lain Grafik 4.5 Diagram Komposisi Belanja Konsolidasian Maluku Utara Triwulan III 2018 dan Triwulan III 2017
Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah)
Belanja fungsi pariwisata dan budaya dengan porsi 0,3 persen memiliki hubungan positif dengan indikator pariwisata berupa pertumbuhan jumlah wisatawan dan tingkat penghunian kamar. Sektor pariwisata yang merupakan sektor potensial belum diperhatikan oleh Pemerintah Daerah. Hal tersebut tercermin dalam belanja untuk sektor pariwisata dan budaya yang hanya 0,3 persen. Maluku Utara sebagai daerah yang kaya akan sejarah sudah sepatutnya mulai memperhatikan sektor pariwisata untuk dijadikan pendorong perekonomian Maluku Utara. Dengan semakin berkembangnya sektor pariwisata, maka perekonomian semakin meningkat dan berdampak pula pada penciptaan lapangan kerja. Hal tersebut akan memacu pencapaian arget pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan sebagaimana tertuang dalam RPJMD.
Sumber: BPS Prov. Maluku Utara (diolah)
32% 14% 20% 1,9% 6% 6% 0,3% 17% 0,9% 2,0% 0,2% 0% 10% 20% 30% 40% Pelayanan Umum
Ketertiban dan Keamanan Ekonomi Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasilitas…
Kesehatan Pariwisata dan Budaya Pendidikan Perlindungan Sosial Agama Pertahanan 1,00% 1,40% 1,46% 13,79% 4,29% -5,00% -0,09% -1,60% 19,97% -33,25% 0,36% 4,59% -1,02% -27,35% 92,34%
Indeks Pembangunan Manusia Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Rasio Gini Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin Fasilitas Kesehatan Tenaga Kesehatan Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Kasar Nilai Tukar Petani Tingkat Penghunian Kamar Jumlah Wisatawan IP M K e m is k in a n K e se h a ta n P e n d id ik a n P e rt a n ia n P a ri w is a t a Grafik 4.7 Diagram Komposisi Dampak Fiskal terhadap Perekonomian Maluku Utara Triwulan III 2018 Grafik 4.6 Diagram Komposisi Belanja Konsolidasian per Fungsi Triwulan III 2018
BAB V – BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH
25
V. BERITA/ ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH
Bahasan berita/ isu fiskal regional terpilih mengulas menurunnya kinerja ekspor di saat menguatnya kurs US Dollar terhadap rupiah dan rendahnya realisasi Pedapatan Asli Daerah yang menyebabkan terbatasnya ruang fiskal daerah-daerah di Maluku Utara.
A. Dollar Menguat, Ekspor Maluku Utara Malah Menurun
Selama triwulan III-2018, kenaikan nilai tukar US Dollar terhadap Rupiah selalu menjadi headline di berbagai
media massa. Dalam konteks Ekspor Impor, kenaikan nilai tukar US Dollar akan berimbas positif bagi negara/ daerah yang memiliki kinerja ekspor yang baik. Sebagai daerah yang
pertumbuhan ekonominya ditopang Sumber: BI dan BPS Provinsi Malut (diolah)
kegiatan ekspor, seharusnya kinerja ekspor Malut semakin meningkat. Namun, kondisi tersebut tidak dapat dimaksimalkan oleh industri pengolahan nikel yang ada di Maluku Utara. Tercatat pada bulan September 2018, nilai ekspor Malut turun drastis dibanding bulan sebelumnya. Penurunan ekspor dipicu turunnya harga komoditi ekspor Maluku Utara selama bulan September 20181.
B. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Rendah, Ruang Fiskal Menjadi Sempit
Sampai dengan triwulan III-2018, capaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) di wilayah Maluku Utara belum menggembirakan. Tercatat dari 11 Pemerintah Daerah hanya dua Pemda yang capaian PADnya di atas 50% dari target. Menurut Wakil Walikota Ternate, Rendahnya PAD di Ternate disebabkan kinerja SKPD yang kurang maksimal2.
Sumber: Pemerintah Daerah lingkup Malut
Rendahnya realisasi PAD berdampak pada kurang leluasanya Pemda dalam melaksanakan program/kegiatan karena keterbatasan dana. Program/kegitan yang dilaksanakan terpusat pada pembayaran gaji PNS Daerah dan kegiatan-kegiatan yang dibiayai Dana Alokasi khusus yang penggunaannya telah digariskan oleh Pemerintah Pusat. Upaya menekan kebocoran retribusi melalui penggunaan teknologi informasi perlu segera diterapkan .
1 Malut Post 20 September 2018 2 Malut Post 10 Agustus 2018
25,6 72,32 95,05 59,67 14.036 14.415 14.560 14.869 12.000 12.500 13.000 13.500 14.000 14.500 0 40 80 120
Jun-18 Jul-18 Agu-18 Sep-18
Nilai Ekspor Kurs USD/IDR
US$ Juta Rp 0% 50% 100% P ro v T e rn a te T id o re H a lb a r H a lu t H a lt e n g H a lt im H a ls e l S u la M o ro ta i T a li a b u 75,9 38,14 54,41 36,08 44,26 23,17 15,5 39,19 49,97 41,32 5,86 Target Realiasasi Grafik 5.1 Perkembangani Nilai Ekspor dan Kurs US Dollar terhadap Rupiah Grafik 5.2 Penerimaan PAD Malut s.d. Triwulan-III 2018