• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

- 1 -

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

Triwulan II

2019

Penyusun

Penanggung Jawab : Arif Wibawa

Ketua Tim : Rochmad Arif Tri Setyawan

Anggota : Syamsul Arifin | Maman Suparman | Achmad Puji Slamet | Restu Ramadhani M. | Lusiane Noorlin Nussy | Maria Paulina Warwe | Desain Grafis : Reynaldi Wisnu Werdhana

(2)

ii

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Daftar Isi ii

Daftar Tabel iii

Daftar Grafik iv

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 1 A. Produk Domestik Regional Bruto 1

B. Inflasi 2

C. Indikator Kesejahteraan 3

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN 4

A. Pendapatan Negara 4

B. Belanja Negara 7

C. Prognosis Realisasi APBN 11

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 13

A. Pendapatan Daerah 14

B. Belanja Daerah 17

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2019 18

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

19 A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian 19

B. Pendapatan Konsolidasian 19

C. Belanja Konsolidasian 21

D. Analisis Kontribusi Belanja Pemerintah Dalam PDRB 22

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH 23 A. Otonomi Khusus Provinsi Papua Bidang Pendidikan dan Kesehatan 23 B. Pajak Air Permukaan PT Freeport Indonesia 25

(3)

iii

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN s.d. Akhir Triwulan II Tahun 2018 dan 2019 4 Tabel 2.2 Realisasi PNBP per Kelompok Pendapatan 7 Tabel 2.3 Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat 10 Tabel 2.4 Prognosis Realisasi APBN s.d. Akhir Tahun 2019 12 Tabel 3.1 Realisasi APBD Agregat Pemerintah Daerah (Prov/Kab/Kota) s.d.

Triwulan II Tahun 2018 dan 2019

13

Tabel 3.2 Perkiraan Realisasi APBD s.d. Triwulan IV Tahun 2019 18 Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Provinsi s.d.

Triwulan II Tahun 2019

19

Tabel 4.2 Pertumbuhan Pendapatan dan PDRB 20 Tabel 4.3 Pertumbuhan Belanja Pemerintah dan PDRB 22 Tabel 4.4 Kontribusi Belanja Pemerintah Terhadap PDRB 22 Tabel 5.1 Penggunaan Dana Otsus untuk Bidang Pendidikan dan Kesehatan

Tahun 2013-2017

23

(4)

iv

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua Per Triwulan 1 Grafik 1.2 Tingkat Inflasi Provinsi Papua dan Nasional Tahun 2019 2 Grafik 1.3 Tingkat Kemiskinan Provinsi Papua 3 Grafik 1.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Papua 3 Grafik 2.1 Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri s.d. Triwulan II Tahun 2019 5 Grafik 2.2 Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional s.d. Triwulan

II Tahun 2019

6

Grafik 2.3 Realisasi PNBP s.d. Triwulan II Tahun 2019 7 Grafik 2.4 Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat s.d. Triwulan II Tahun 2019 8 Grafik 2.5 Tren Realisasi TKDD s.d. Triwulan II Tahun 2019 9 Grafik 2.6 Penyaluran KUR s.d. Triwulan II Tahun 2019 11 Grafik 2.7 Tren Realisasi Tahunan Belanja Pemerintah Pusat 12 Grafik 3.1 Realisasi PAD per Provinsi/Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Papua

s.d. Triwulan II Tahun 2019

14

Grafik 3.2 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah s.d. Triwulan II Tahun 2019 14 Grafik 3.3 Realisasi Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan s.d.

Triwulan II Tahun 2019

15

Grafik 3.4 Realisasi Pendapatan Transfer s.d. Triwulan II Tahun 2019 16 Grafik 3.5 Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah s.d. Triwulan II

Tahun 2019

16

Grafik 3.6 Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja s.d. Triwulan II Tahun 2019

17

Grafik 3.7 Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Menurut Urusan s.d Triwulan II Tahun 2019

18

Grafik 3.8 Tren Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah, IPM dan Tingkat Kemiskinan

18

Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian 19 Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah Terhadap

Penerimaan Konsolidasian

20

Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan dan Bukan Pajak 20 Grafik 4.4 Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah 21 Grafik 4.5 Komposisi Belanja Konsolidasian 21 Grafik 5.1 Perbandingan Dana Otsus dan IPM Provinsi Papua Tahun 2010-2018 24 Grafik 5.2 Piutang Pajak Air Permukaan PT Freeport Indonesia 25

(5)

INFOGRAFIS KAJIAN FISKAL REGIONAL

Provinsi Papua Triwulan II 2019

45,29 triliun

Kota Jayapura deflasi 0,08%

Kabupaten Merauke inflasi 0,22%

Tingkat Kemiskinan 27,53%

Kondisi Ekonomi Regional

Pelaksanaan APBN

Perpajakan

PNBP

Hibah

4,000

3,000

2,000

1,000

0

(d

al

am

M

il

ia

r

Ru

pi

ah

)

Pelaksanaan APBD

Pendapatan Daerah

PAD

Transfer

Lain-Lain

37,6%

Realiassi Perpajakan 35,45%

Realisasi PNBP 86,57%

Realisasi Pendapatan hibah

72,45%

902,07 M

Dibandingkan dengan triwulan II

2018, PAD Provinsi papua mengalami

peningkatan. Jika dibandingkan

dengan Pagu 2019, pencapaian

realisasi PAD mencapai 36,61%.

102,71 M

Dibanding tahun lalu, turun lebih dari

50%.

Sedangkan

pencapaian

realisasi pada triwulan II 2019

mencapai 25,74%

17831,80 M

Pendapatan transfer mengalami

penurunan jika disbanding triwulan

yang sama tahun lalu. Realisasi

Pendapatan Transfer pad triwulan

ini mencapai 34,75%.

41.8%

34.7%

12.3%

6.3%

3.7%

0.9%

0.2%

Belanja Daerah

22,03%

Realisasi Belanja triwulan II

2019 baru mencapai 22,03%.

Proporsi

belanja

terbesar

adalah belanja pegawai 41,8%,

disusul belanja barang 34,7%,

belanja

hibah

12,3%

dan

propose

belanja

terkecil

adalah belanja bunga yang

hanya mencapai 0,2%

Tingkat Pengangguran

3,42%

0

1,00

0

2,00

0

3,00

0

4,00

0

Belanja Barang

Belanja Pegawai

Belanja Modal

Belanja Lain-Lain

Belanja Bansos

TKDD

Belanja Pemerintah Pusat

Transfer ke Daerah Rp15,61 T

Dana Desa Rp3,14 T

35,6%

52,0%

15,8%

17,1%

8,1%

Pendapatan

(6)

1

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

A. Produk Domestik Regional Bruto

Ekonomi Papua triwulan II-2019 mengalami kontraksi sebesar -23,98 persen dibanding triwulan II-2018 (y-on-y). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh menurunnya Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar -57,48 persen. Hal tersebut logam P.T. Freeport Indonesia pada triwulan II-2019 masih mengalami penurunan produksi sebagaimana pada triwulan I, yang diakibatkan masa transisi penambangan dari tambang terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC). Diperkirakan selama tahun 2019 produksi bijih logam P.T. Freeport Indonesia akan terus mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dan diperkirakan akan kembali normal pada tahun 2022. Sedangkan jika tanpa Pertambangan dan Penggalian, secara

y-on-y ekonomi Papua mengalami pertumbuhan sebesar 5,72 persen.

Pertumbuhan ekonomi Papua triwulan II-2019 (q-to-q) naik sebesar 0,57 persen. Pertumbuhan positif tersebut disebabkan adanya perayaan hari besar keagamaan dan libur panjang sekolah pada triwulan II. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial wajib sebesar 8,08 persen. Pada triwulan II-2019, nilai PDRB per kapita Provinsi Papua sebesar Rp 13,40 juta, mengalami peningkatan sebesar 2,15 persen dibandingkan triwulan I-2019 yang sebesar Rp 13,12 juta. Jika dilihat tanpa pertambangan dan penggalian, PDRB per kapita triwulan II-2019 sebesar Rp 10,54 juta, juga meningkat 4,78 persen dibandingkan triwulan I-2019 yang senilai Rp 10,06 juta.

BAB 1

Freeport Yakin Produksi Bijih Kembali Optimal di 2022

PT Freeport Indonesia (PT FI) meyakini proses transisi dari pertambangan terbuka ke pertambangan bawah tanah akan berjalan mulus, sehinga perusahaan menargetkan kapasitas produksi bijih (ore) akan kembali optimal di 2022 menjadi 200.000 ton per hari dari saat ini sebesar 120.000 per hari. “Produksinya memang berkurang 40 hingga 50 persen. Namun pada 2021 sudah mulai naik lagi signifikan, dan 2022 bisa kembali normal,” ujar Direktur Utama

PT FI Tony Wenas di pertambangan bawah tanah Grasberg, Mimika, Papua, Minggu (28/7/2019). Pada 2019 PT Freeport Indonesia sudah mengucurkan investasi satu miliar dolar AS untuk mengembangkan tambah bawah tanah tersebut. Hingga 2041, total investasi yang dibutuhkan diperkirakan mencapai 15 miliar dolar AS. Untuk mengoptimalkan produksi pada 2022 itu, selama 2-3 tahun ke depan, sejumlah infrastruktur untuk pertambangan bawah tanah terus dibangun, seperti terowongan bawah tanah yang mencapai 700 kilometer, infrastruktur penghancuran bebatuan yang menghalangi bijih, infrastruktur pengerukan, dan pengangkutan.

https://papua.antaranews.com/berita/498742/freeport-yakin-produksi-bijih-kembali-optimal-di-2022

Grafik 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua Per Triwulan s.d. Triwulan II Tahun 2019

Sumber: BPS (2019), diolah

(7)

2

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

B. Inflasi

Pada bulan Juni 2019 Kota Jayapura mengalami deflasi sebesar 0,08 persen. Deflasi di Kota Jayapura terjadi akibat penurunan harga barang dan jasa pada kelompok kesehatan sebesar -0,21 persen serta kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar -1,93 persen. Adapun kelompok yang mengalami inflasi yaitu kelompok bahan

makanan sebesar 1,23 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,15 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,10 persen; serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,02 persen.

Berbeda dengan kondisi di Jayapura, Kabupaten Merauke justru mengalami inflasi sebesar 0,22 persen. Adapun kenaikan harga barang dan jasa di Merauke disebabkan oleh kenaikan angka indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 0,30 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,10 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,07 persen; kelompok sandang sebesar 0,46 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,03 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,02 persen; dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,53 persen.

A. Indikator Kesejahteraan 1. Tingkat Kemiskinan

Pada bulan Juni 2019, Kota Jayapura mengalami deflasi sebesar 0,08

persen sementara Kabupaten

Merauke mengalami inflasi sebesar 0,22 persen

 Kota Jayapura menempati urutan ke-77 di tingkat nasional dan ke-18 di tingkat

Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua), sedangkan Merauke menempati urutan ke-60 di tingkat nasional dan ke-13 di tingkat Sulampua.

 Inflasi tahun kalender (y-to-d) Kota Jayapura pada bulan Juni 2019 sebesar 1,27

persen, sedangkan inflasi tahunan (y-on-y) sebesar 4,03 persen. Sementara di

Kabupaten Merauke, inflasi tahun kalender (y-to-d) adalah sebesar -0,91 persen,

sedangkan inflasi tahunan (y-on-y) sebesar -0,14 persen.

Grafik 1.2. Tingkat Inflasi Provinsi Papua dan Nasional Tahun 2019

(8)

3

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

C. Indikator Kesejahteraan 1. Tingkat Kemiskinan

Selama periode September 2018 hingga Maret 2019 persentase penduduk miskin mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen poin yaitu dari 27,43 persen menjadi 27,53 persen. Dilihat menurut tipe daerahnya, penduduk miskin di Papua terkonsentrasi di daerah pedesaan

dengan jumlah 885,35 ribu jiwa atau 36,84 persen, sedangkan di perkotaan hanya sebesar 41,01 ribu jiwa atau 4,26 persen. Jika dibandingkan kondisi pada bulan Maret 2019 dengan September 2018, terdapat kenaikan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 0,25 persen poin menjadi 4,26 persen. Sementara di daerah pedesaan persentase penduduk miskin mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen poin menjadi 36,84 persen.

2. Tingkat Pengangguran

Dari sisi tenaga kerja, jumlah pengangguran di Provinsi Papua pada Februari 2019 mencapai 61.885 orang atau 3,42 persen dari total angkatan kerja. Sejak Februari 2018 jumlah pengangguran mengalami tren peningkatan sampai dengan bulan Februari 2019. Sejalan dengan hal

tersebut, indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan dari 2,91 persen pada Februari 2018 menjadi 3,42 persen pada Februari 2019.

 Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap Garis Kemiskinan Provinsi Papua

di daerah perkotaan adalah beras, rokok kretek, tongkol/tuna/cakalang, telur ayam ras dan daging ayam ras. Sedangkan komoditi yang berpengaruh besar terhadap Garis Kemisikinan di perdesaan adalah ketela rambat, beras, rokok kretek, daging babi dan ketela pohon/singkong.

 Pada periode September 2018 – Maret 2019, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan antar penduduk miskin semakin bertambah dibanding periode sebelumnya.

Grafik 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua Per Triwulan s.d. Triwulan II Tahun 2019

Sumber: BPS (2019), diolah

Grafik 1.4. Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Papua

(9)

4

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

APBN Papua ditinjau dari sisi pendapatan dan belanja mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Perkembangan APBN Papua tahun 2018-2019 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1: Pagu dan Realisasi APBN s.d. Akhir Triwulan II Tahun 2018 dan 2019

Uraian Tahun 2018 Tahun 2019 Pagu Realisasi Pagu Realisasi

A. PENDAPATAN NEGARA 9.580,67 4.672,60 9.793,00 3.682,25

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 9.268,14 4.672,60 9.757,74 3.656,71 1. Penerimaan Perpajakan 8.934,49 4.386,36 9.370,63 3.321,57 a. Pajak Dalam Negeri 7.245,67 2.057,67 7.090,34 2.702,46 b. Pajak Perdagangan Internasional 1.688,82 2.328,70 2.280,29 619,11 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 333,66 286,24 387,11 335,14

II. HIBAH 312,53 0,00 35,25 25,54

B. BELANJA NEGARA 59.491,96 23.972,23 63.450,61 23.940,78

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 14.807,04 4.268,15 16.564,14 5.196,34 1. Belanja Pegawai 3.520,80 1.665,93 3.549,41 1.845,26 2. Belanja Barang 5.416,01 1.344,00 6.554,90 2.331,10 3. Belanja Modal 5.765,50 1.256,67 6.308,56 997,29 4. Belanja Bantuan Sosial 30,00 1,55 35,48 2,87 5. Belanja Lain-lain 74,73 0,00 115,79 19,83 II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 44.684,93 19.704,09 46.886,46 18.744,43 1. Transfer ke Daerah 40.394,59 17.136,49 41.648,96 15.606,31 a. Dana Perimbangan 32.288,99 14.687,86 32.846,87 15.542,60 1) Dana Alokasi Umum 22.451,73 13.014,22 23.083,99 13.451,13 2) Dana Bagi Hasil 3.147,65 1.163,72 2.710,34 1.090,85 3) Dana Alokasi Khusus Fisik 4.886,90 0,00 4.991,47 23,83 4) Dana Alokasi Khusus Nonfisik 1.802,71 509,92 2.061,06 976,79 b. Dana Otonomi Khusus 8.020,85 2.406,26 8.674,68 0,00 c. Dana Insentif Daerah 84,75 42,38 127,42 63,71 2. Dana Desa 4.290,34 2.567,60 5.237,50 3.138,12

C. SURPLUS DEFISIT -49.911,29 -19.299,63 -53.657,61 -20.258,53

Realisasi pendapatan negara sampai dengan triwulan II-2019 baru tercapai Rp3,68 triliun atau 37,6 persen dari target sebesar Rp9,79 triliun. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 48,8 persen. Walaupun dari sisi PNBP naik 17,1 persen, namun turunnya pendapatan Bea Keluar sebesar 76,4 persen berpengaruh cukup tinggi pada sisi pendapatan.

Di sisi belanja, alokasi pagu tahun 2019 sebesar Rp63,45 triliun, yang terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp16,56 Triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar 46,89 Triliun. Pagu belanja tersebut meningkat 6,7 persen dari pagu tahun sebelumnya. Realisasi belanja negara sampai dengan triwulan II-2019 baru mencapai Rp23,94 triliun atau 37,7 persen dari total pagu, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 40,3 persen.

(10)

5

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

A. Pendapatan Negara

1. Penerimaan Perpajakan

Penerimaan perpajakan hingga triwulan II-2019 baru terealisasi sebesar Rp3,32 triliun atau 35,4 persen dari target penerimaan perpajakan sebesar Rp9,37 triliun. Penerimaan tersebut turun sebesar 24,3 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp4,39 triliun. Penurunan tersebut terutama diakibatkan berkurangnya penerimaan dari ekspor PT. Freeport Indonesia. a. Penerimaan Pajak Dalam Negeri

Penerimaan Pajak Dalam Negeri sampai dengan triwulan II-2019 baru tercapai sebesar Rp2,70 triliun atau 38,1 persen dari target sebesar Rp7,09 triliun. Penerimaan tersebut sebagian besar berasal dari PPh yang mencapai Rp1,73 triliun atau 64,0 persen dari total penerimaan Pajak Dalam Negeri. Penerimaan PPh sendiri didominasi oleh PPh Non Migas yang mencapai 99,9 persen. Penyumbang PPh terbesar berasal dari pembayaran PPh dari karyawan PT. Freeport Indonesia yang mayoritas terdaftar pada KPP Timika. Setelah PPh, penerimaan PPN yang mencapai Rp602,61 miliar menyumbang 22,3 persen dari total penerimaan Pajak Dalam Negeri, khususnya di wilayah Kota Jayapura sebagai pusat perdagangan dan bisnis di Papua. Penerimaan PBB sampai dengan semester I-2019 sebesar Rp349,09 miliar, mengalami kenaikan sangat signifikan (661,7%) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, karena meningkatnya setoran PBB dari PTFI akibat perubahan Kontrak Karya menjadi Ijin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

 Pendapatan PNBP mengalami peningkatan cukup signifikan namun peningkatan tersebut tidak cukup mampu mendongkrak pertumbuhan pendapatan negara karena imbas menurunnya Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional secara signifikan khususnya Bea Keluar.

 Menurunnya realisasi belanja diakibatkan belum tersalurkannya dana transfer, khususnya Dana Otsus Papua tahap I dan DAK Fisik tahap I sebesar Rp3,75 triliun, yang diproyeksikan akan tersalur pada triwulan ketiga.

Grafik 2.1. Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri s.d. Triwulan II Tahun 2019 (5 terbesar)

(11)

6

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

b. Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional

Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional sampai dengan triwulan II-2019 baru tercapai sebesar Rp619,11 miliar atau 27,2 persen dari target sebesar Rp2,28 triliun. Penerimaan tersebut mengalami penurunan sebesar 73,4 persen dari realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp2,33 triliun.

Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional di Provinsi Papua lebih didominasi oleh penerimaan Bea Keluar. Penerimaan Bea Keluar sampai dengan triwulan II-2019 sebesar Rp520,00 miliar atau 24,8 persen dari target yang ditetapkan

sebesar Rp2,09 triliun, menurun sangat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp2,20 triliun. Selain faktor produksi, pada bulan Mei 2019 lalu terdapat restitusi Bea Keluar sebesar Rp205,85 miliar akibat putusan pengadilan pajak atas banding yang diajukan PT. Freeport Indonesia.

Di sisi Bea Masuk, penerimaan sepanjang semester pertama tahun ini telah mencapai Rp99,11 Miliar atau 53,0 persen dari target sebesar 186,90 miliar. Penerimaan Bea Masuk terutama ditopang dari importasi vanili dari Papua Nugini dan barang kiriman pos. Secara keseluruhan, realisasi Bea Masuk, Bea Keluar, dan Pabean Lainnya sampai dengan akhir tahun 2019 diproyeksikan hanya sebesar Rp840,50 miliar atau 36,9 persen dari target yang ditetapkan.

Faktor penyebab rendahnya penerimaan Pajak Dalam Negeri antara lain:

 penerimaan dari sektor perdagangan belum optimal karena tingkat kepatuhan formil maupun materiil dari WP pedagang eceran masih rendah;

 penerimaan dari sektor SDA yang belum optimal meliputi sektor perkebunan, kehutanan, kelautan, dan pertambangan;

 pengawasan penerimaan dari sektor transportasi belum optimal;

 masih rendahnya penyerapan anggaran daerah sehingga penerimaan pajak dari potongan SPM belum terealisasi secara optimal.

Grafik 2.2. Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan Internasionals.d. Triwulan II Tahun 2019 (5 terbesar)

(12)

7

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Realisasi PNBP sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp335,14 miliar atau 86,6 persen dari target sebesar Rp387,11 miliar. Realisasi tersebut meningkat 17,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp286,24 miliar. Realisasi PNBP di Papua didominasi oleh Pendapatan PNBP Lainnya yang mencapai 81,6 persen, sedangkan sisanya sebesar 18,4 persen berasal dari Pendapatan BLU.

Tabel 2.2: Realisasi PNBP Per Kelompok Pendapatan s.d. Triwulan II-2019

Kelompok PNBP Target Realisasi

Pendapatan dari Penjualan, Pengelolaan BMN dan Iuran Badan Usaha 0,71 6,91

Pendapatan Administrasi dan Penegakan Hukum 40,09 54,15

Pendapatan Kesehatan, Perlindungan Sosial dan Keagamaan 5,58 35,89

Pendapatan Pendidikan, Budaya, dan Ristek 117,32 58,95

Pendapatan Jasa Transportasi, Kominfo 86,39 30,42

Pendapatan Jasa Lainnya 0,54 0,43

Pendapatan Bunga, Pengelolaan Rekening Perbankan dan Keuangan 3,73 2,89

Pendapatan Denda 0,00 5,33

Pendapatan Lain-Lain 0,03 78,48

Pendapatan Jasa BLU 132,72 61,69

Jumlah 387,11 335,14

Sumber: LRA Tingkat Kanwil 2019, diolah

Ditinjau berdasarkan kelompok pendapatan, kontributor utama PNBP di Papua berasal dari Pendapatan Lain-Lain yang berkontribusi sebesar 23,4 persen. Selain itu kelompok Pendapatan Jasa BLU berkontribusi sebesar 18,4 persen, Pendapatan Pendidikan, Budaya, dan Ristek berkontribusi sebesar 17,6 persen yang didominasi oleh Universitas Cendrawasih, serta Pendapatan Administrasi dan Penegakan Hukum berkontribusi sebesar 16,2 persen.

Berdasarkan hasil penelusuran pada kelompok Pendapatan Lain-lain, tingginya realisasi pada triwulan II-2019 berasal dari penerimaan kembali belanja tahun anggaran yang lalu, khususnya belanja barang dan modal yang mencapai lebih dari Rp76 miliar. Pengembalian belanja tersebut dapat diakibatnya antara lain adanya pencairan garansi bank karena pelaksanaan pekerjaan yang tidak selesai di akhir tahun, adanya temuan hasil pemeriksaan dari aparat pengawasan yang mewajibkan satker harus menyetorkan kembali sebagian dari kelebihan pembayaran, dan sebagainya.

Grafik 2.3. Realisasi PNBP s.d. Triwulan II Tahun 2019 (5 terbesar)

(13)

8

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

3. Pendapatan Hibah

Sampai dengan akhir triwulan II-2019, realisasi pendapatan hibah sebesar Rp25,54 miliar atau 72,4 persen dari pagu Rp35,25 miliar. Terdapat 6 penerima hibah pada semester pertama tahun 2019 yang terdiri dari 4 Satuan Kerja dibawah Bagian Anggaran Kepolisian dan 2 Satuan Kerja di bawah Bagian Anggaran KPU.

B. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat

Penyerapan belanja pemerintah pusat yang terdiri dari belanja pegawai, barang, modal, bantuan sosial, maupun belanja lain-lain sampai dengan triwulan II-2019 belum menunjukkan capaian yang optimal. Realisasi belanja pemerintah pusat baru mencapai Rp5,20 triliun atau 31,4 persen dari pagu sebesar Rp16,56 triliun. Realisasi tersebut sedikit lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 28,8 persen. Realisasi belanja sampai dengan triwulan II-2019 lebih didominasi oleh belanja pegawai yang mencapai 52,0 persen.

Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Papua diperuntukkan bagi 47 Bagian Anggaran/Kementerian. Bagian Anggaran yang memperoleh alokasi terbesar yaitu Kementerian PUPR sebesar Rp6,08 triliun dan Kementerian Perhubungan sebesar Rp1,99 triliun. Secara keseluruhan, realisasi belanja pegawai sebesar Rp1,85 triliun (52,0%) dari pagu Rp3,55 triliun. Realisasi belanja barang sebesar Rp2,33 triliun (35,6%) dari pagu Rp6,55 triliun. Realisasi belanja modal sebesar Rp997,29 miliar (15,8%) dari pagu Rp6,31 triliun. Realisasi belanja lain-lain sebesar Rp19,83 miliar

Pendapatan Negara di Papua mayoritas berasal dari penerimaan Perpajakan khususnya PPh, PBB, PPN, dan Bea Keluar, dimana untuk PPh, PBB, dan Bea Keluar didominasi oleh

setoran yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia (PTFI), sehingga dampak belum optimalnya produksi PTFI karena transisi dari tambang Grasberg (open pit) menjadi

underground mine sangat berpengaruh pada pendapatan negara tersebut, termasuk

adanya restitusi Bea Keluar yang akan dikompensasikan dengan penerimaan tahun berjalan. Produksi PTFI diperkirakan akan kembali optimal pada tahun 2022.

Grafik 2.4. Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Triwulan II Tahun 2019

(14)

9

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

(17,1%) dari pagu Rp115,79 miliar. Adapun realisasi/penyerapan belanja bantuan sosial merupakan yang terendah yaitu Rp2,87 miliar atau hanya sebesar 8,1 persen dari pagu Rp35,48 miliar.

Tingginya realisasi belanja pegawai didorong adanya realisasi pembayaran THR PNS pada bulan Mei 2019, sedangkan belanja barang dikarenakan adanya realisasi belanja dari KPU dan Bawaslu dalam rangka operasional penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan Pilpres tahun 2019 yang dilaksanakan pada bulan April 2019.

2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)

Secara nominal, realisasi penyaluran DAU sebesar Rp13,45 triliun (58,3%) dari pagu Rp23,08 triliun, Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp1,09 triliun (40,2%) dari pagu Rp2,71 triliun, DAK Nonfisik sebesar Rp976,79 miliar (47,4%) dari pagu Rp1,80 triliun, Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp63,71 miliar (50,0%) dari pagu Rp127,42 miliar, Dana Desa sebesar Rp3,14 triliun (59,9%) dari pagu Rp5,24 triliun, DAK Fisik sebesar Rp23,83 miliar (0,5%) dari pagu Rp4,99 triliun. Adapun Dana Otonomi Khusus (Otsus) hingga semester pertama belum terdapat realisasi penyaluran.

Hingga triwulan II-2019, realisasi dana TKDD mencapai Rp18,74 triliun atau 40,0 persen dari pagu Rp46,89 triliun. Persentase realisasi tertinggi terdapat pada Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 58,3 persen dan Dana Desa sebesar 59,9 persen. Tren realisasi Dana Desa tertinggi terdapat pada bulan Juni 2019. Hal ini dikarenakan adanya penyaluran Dana Desa tahap I dan II yang jatuh tempo pada bulan tersebut. Pada penyaluran Dana Desa tahap II terdapat 3 pemda yang realisasi penyalurannya tidak sebesar 40 persen sesuai ketentuan, yaitu Kabupaten Mimika dan Deiyai disebabkan masih adanya sisa Dana Desa tahun sebelumnya di RKUD, dan Kabupaten Mamberamo Raya yang disebabkan adanya perbedaan jumlah desa yang tercantum pada Peraturan Bupati dengan jumlah desa yang telah dialokasikan anggarannya dalam DIPA. Adanya sisa Dana Desa tahun sebelumnya dan berkurangnya jumlah desa harus diperhitungkan sebagai pengurang pada penyaluran Dana Desa tahap II.

Grafik 2.5. Tren Realisasi TKDD Triwulan II Tahun 2019

(15)

10

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

3. Pengelolaan BLU

Sampai dengan akhir triwulan II-2019 terdapat tiga Satker BLU di Provinsi Papua.Tiga Satker BLU tersebut masing-masing bergerak dalam bidang/pelayanan pendidikan, kesehatan, dan penyediaan barang dan jasa lainnya. Ketiga BLU tersebut memiliki total aset sebesar Rp3,11 triliun. Dari ketiga BLU tersebut, Satker BLU Bandar Udara Sentani di Jayapura memiliki nilai aset tertinggi dibanding dua satker BLU lainnya. Total aset yang dimiliki oleh Bandar Udara Sentani di Jayapura mencapai Rp2,72 triliun.

Tabel 2.3: Profil dan Jenis Layanan BLU Pusat (dalam miliar rupiah)

Nama Satker BLU Total Aset Pagu RM Pagu BLU Realisasi

Bandar Udara Sentani di Jayapura 2.719,76 36,25 92,59 54,54

BPLP Jayapura 347,79 49,10 6,61 18,84

Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura 41,08 11,63 40,00 28,48

Sumber: E-Rekon & LK 2019, diolah

Untuk keperluan operasional, ketiga satker BLU mengelola pagu anggaran sebesar Rp236,17 miliar, yang terdiri dari 58,9 persen pagu BLU dan 41,1 persen pagu Rupiah Murni. Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura memiliki komposisi pagu BLU tertinggi dibandingkan satker BLU lainnya, yaitu sebesar 77,5 persen dari keseluruhan pagu yang dikelola. Hal ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit Bhayangkara memiliki tingkat kemandirian yang paling matang dibandingkan dua satker BLU lainnya.

4. Manajemen Investasi Pusat a. Penerusan Pinjaman

Sampai dengan akhir triwulan II-2019, di wilayah Provinsi Papua belum terdapat debitur yang menerima penerusan pinjaman lagi dari Pemerintah Pusat.

Faktor penyebab rendahnya penyerapan anggaran s.d. triwulan II-2019, antara lain: terlambatnya penetapan Surat Keputusan tentang Pengelola Anggaran dari pejabat berwenang; terlambat diterimanya juknis/petunjuk operasional dari Kementerian Negara/Lembaga; belum selesainya proses lelang pengadaan barang/jasa; banyaknya pekerjaan yang bersifat kontraktual dimana jatuh tempo pelaksanaan proyeknya berada pada triwulan ketiga dan keempat.

Rendahnya penyaluran Dana Otsus dan DAK Fisik karena pemda belumdapat memenuhi dokumen persyaratan penyaluran. Kendala pemenuhan dokumen persyaratan DAK Fisik oleh pemda berupa kendala teknis maupun non teknis, antara lain: belum selesainya proses lelang pengadaan barang/jasa, belum selesainya penyusunan laporan penyerapan dan capaian output tahun sebelumnya, adanya perbedaan rencana kegiatan dengan pelaksanaannya, dan sebagainya.

(16)

11

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

b. Kredit Program

Realisasi penyaluran KUR sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp523,11 miliar, dengan total debitur sebanyak 13.483 orang/badan usaha. Realisasi tersebut meningkat 111,1 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp247,83 miliar. Berdasarkan jumlah akad kredit, realisasi penyaluran KUR kecil merupakan yang terbesar, dengan realisasi penyaluran mencapai Rp262,73 miliar atau sebesar 50,2 persen dari total penyaluran KUR. Sedangkan berdasarkan jumlah debitur, KUR mikro memiliki jumlah debitur terbanyak yaitu mencapai 11.799 debitur atau 87,5 persen dari total debitur KUR.

Penyaluran KUR terdistribusi ke dalam 11 kelompok usaha. Di provinsi Papua, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran merupakan sektor yang memperoleh pembiayaan KUR terbesar mencapai Rp295,16 miliar atau 56,4 persen dari total penyaluran KUR. Hal ini senada dengan realisasi penyaluran KUR secara nasional yang mayoritas terdistribusi ke sektor perdagangan mencapai 63,8 persen. Sedangkan sektor yang memperoleh pembiayaan KUR paling kecil adalah sektor jasa pendidikan, dengan realisasi penyaluran KUR hanya sebesar Rp47 juta atau 0,01 persen dari total penyaluran KUR.

Berbeda dengan KUR Kecil dan Mikro, penyaluran KUR Ultramikro (UMi) di Papua masih sangat rendah. Realisasi penyaluran KUR UMi sampai dengan akhir triwulan II-2019 hanya sebesar Rp8,5 Juta, dengan debitur hanya 3 orang. Rendahnya penyaluran KUR UMi dapat disebabkan kurangnya sosialisasi dari pihak-pihak terkait kepada masyarakat dan bunganya yang relatif tinggi.

C. Prognosis Realisasi APBN

Program pembiayaan Ultramikro (UMi) memiliki skema pendanaan yang menyediakan pinjaman bagi masyarakat yang belum terakses perbankan dengan plafon maksimal Rp10 juta, dengan jangka waktu < 52 minggu. Dalam penyalurannya, Pusat Investasi Pemerintah (PIP) bekerjasama dengan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) yaitu PT.

Pegadaian, PT. PNM, PT. Bahana Artha Ventura, dan Koperasi. Debitur Umi akan mendapatkan pendampingan untuk kemudahan dan konsultasi usaha guna menaikkan

kelas ekonominya.

Grafik 2.6. Realisasi Penyaluran KUR Per Sektor Triwulan II Tahun 2019

(17)

12

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Tren realisasi belanja Pemerintah Pusat dalam lima tahun terakhir berkisar pada angka 91,3 persen. Berdasarkan tren tersebut dan mempertimbangkan berbagai kebijakan yang diterapkan Kanwil DJPb Provinsi Papua dalam mempercepat penyerapan anggaran, maka realisasi belanja Pemerintah Pusat hingga akhir tahun anggaran diproyeksikan akan mencapai 92,0 persen atau sebesar Rp15,24 triliun.

Di sisi TKDD, berdasarkan data historis dalam beberapa tahun terakhir diproyeksikan akan mencapai 94,4 persen atau sebesar Rp44,63 triliun pada akhir tahun anggaran. Pada tahun ini Pemda telah memiliki pengalaman dan kemampuan yang lebih memadai dalam mengelola DAK Fisik dan Dana Desa berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, sehingga penyalurannya bisa lebih optimal. Di sisi regulasi, pada tahun ini juga terdapat beberapa kebijakan untuk mendorong percepatan penyaluran TKDD khususnya Dana Desa seperti penyaluran tahap III yang bisa dilakukan dua gelombang untuk mengakomodir desa-desa yang memiliki kinerja bagus.

Adapun realisasi pendapatan pada akhir tahun 2019 diperkirakan hanya akan mencapai 85,7 persen atau sebesar Rp8,39 triliun. Adanya transisi produksi menyebabkan PT Freeport Indonesia belum berproduksi secara optimal menjadi faktor utama yang menyebabkan turunnya ekspor, sehingga berpengaruh pada pendapatan negara khususnya Bea Keluar. Selain itu, besarnya restitusi Bea Keluar juga turut mengurangi penerimaan neto dari Pajak Perdagangan Internasional.

Tabel 2.4: Prognosis Realisasi APBN s.d. Akhir Tahun 2019 (miliar rupiah)

Uraian Pagu Realisasi s.d. Triwulan II

Perkiraan Realisasi s.d. Akhir Tahun

Rp % Rp %

Pendapatan Negara 9.793,00 3.682,25 37,6% 8.391,83 85,7%

Belanja Negara 63.450,61 23.940,78 37,7% 59.867,88 94,4%

Surplus/Defisit (53.657,61) (20.258,53) 37,8% (51.476,06) 95,9%

Sumber: SPAN 2019, diolah

Grafik 2.7. Realisasi Tren Realisasi Belanja Tahunan Pemerintah Pusat

(18)

13

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

APBD merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi dan penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan mandiri.

Tabel 3.1. Realisasi APBD Agregat Pemerintah Daerah (Prov/Kota/Kab) s.d. Triwulan II Tahun 2018 dan Tahun 2019(dalam miliar rupiah)

Uraian

2018 2019

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

PENDAPATAN 51.506,19 20.345,32 54.477,80 18.836,08

PAD 2.436,72 883,04 2.767,10 902,07

Pajak Daerah 1.207,86 428,40 1.160,71 524,96

Retribusi Daerah 300,99 172,03 205,92 96,35

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 154,01 14,90 127,74 66,25

Lain-Lain PAD yang Sah 773,86 267,71 1.272,73 214,51

Pendapatan Transfer 48.789,90 19.216,36 51.311,68 17.831,80

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 32.549,54 13.823,41 33.199,71 15.050,85

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 15.246,21 5.239,02 16.985,32 2.622,60

Transfer Pemerintah Provinsi 354,56 101,90 378,51 158,35

Transfer Bantuan Keuangan 639,58 52,02 748,14 -

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 279,57 245,92 399,02 102,21

Pendapatan Hibah 276,20 237,10 385,94 97,62

Pendapatan Dana Darurat - - - -

Pendapatan Lainnya 3,36 8,82 13,08 4,58 JUMLAH PENDAPATAN 51.506,19 20.345,32 54.477,80 18.836,08 BELANJA 41.382,51 9.745,82 44.672,88 9.841,64 Belanja Pegawai 10.812,85 3.615,39 12.208,62 4.117,12 Belanja Barang 14.598,26 2.368,88 16.985,24 3.420,16 Belanja Bunga 69,26 6,70 57,29 13,60 Belanja Subsidi 128,06 19,00 89,22 15,78 Belanja Hibah 3.450,92 2.285,44 2.301,42 1.210,69

Belanja Bantuan Sosial 842,33 377,29 705,26 363,21

Belanja Modal 11.395,02 1.035,92 12.185,97 617,33

Belanja Tidak Terduga 85,80 37,20 139,84 92,74

TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 11.704,20 2.627,11 10.770,39 1.955,54

Transfer/Bagi Hasil 500,14 272,71 602,56 213,01

Transfer Bantuan Keuangan 11.204,06 2.354,41 10.167,83 1.742,53

JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 53.086,71 12.372,93 55.443,27 11.797,18

SURPLUS/DEFISIT (1.580,52) 7.972,39 (965,46) 7.038,89

Sumber: SIKD (2019), diolah

Realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan II-2019 mengalami penurunan sebesar 7,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp20,35 triliun. Sementara itu, dari sisi realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan II-2019 juga mengalami penurunan sebesar 4,65 persen dibandingkan periode triwulan II-2018. Penurunan pada realisasi pendapatan dan belanja daerah terutama diakibatkan belum tersalurkannya Dana Otonomi Khusus sebesar Rp2,60 triliun. Keterlambatan penyaluran Dana Otonomi Khusus dimaksud mengakibatkan belanja transfer bantuan keuangan ke pemerintah kabupaten/kota juga mengalami penurunan.

(19)

14

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

A. Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Realisasi PAD sampai dengan triwulan II-2019 sebesar Rp902,09 miliar, atau meningkat sebesar 2,16 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika ditinjau menurut wilayahnya, daerah yang memiliki PAD terbesar hingga triwulan II-2019 adalah Pemerintah Provinsi Papua dengan realisasi sebesar Rp469,51 miliar atau 52,29 persen dari total realisasi PAD, diikuti Kota Jayapura dan Kab. Merauke sebagai penyumbang terbesar kedua dan ketiga dengan masing-masing kontribusi sebesar 10,36 persen dan 6,40 persen.

Grafik 3.1. Realisasi PAD per Provinsi/Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Papua s.d. Triwulan II tahun 2019

Sumber: SIKD (2019), diolah

Hingga triwulan II-2019, realisasi penerimaan pajak daerah mencapai Rp524,97 miliar atau naik 22,54 persen dibandingkan triwulan II-2018. Sumber penerimaan terbesar berasal dari Pemerintah Provinsi Papua yaitu Rp344,23 miliar.

Realisasi penerimaan retribusi daerah sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp96,35 miliar atau 46,79 persen dari target tahun 2019 sebesar Rp205,92 miliar. Realisasi ini mengalami penurunan cukup signifikan yaitu sebesar 43,99 persen dibandingkan periode triwulan II tahun sebelumnya. Realisasi terbesar berasal dari Pemerintah Provinsi Papua sebesar Rp38,62 miliar atau 40,09 persen, diikuti Kab. Jayapura sebesar Rp13,70 miliar (14,22%). Jenis retribusi yang menjadi penyumbang

Grafik 3.2. Realisasi Penerimaan Pajak Daerah s.d. Triwulan II Tahun 2019 (5 terbesar)

(20)

15

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

terbesar antara lain retribusi pelayanan kesehatan sebesar Rp61,13 miliar, retribusi pemakaian kekayaan daerah sebesar Rp7,49 miliar dan retribusi izin mendirikan bangunan sebesar Rp7,07 miliar.

Penerimaan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan sampai dengan triwulan II-2019 mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 344,60 persen dibandingkan triwulan II-2018. Tercatat 24 pemda telah membukukan

penerimaan tersebut, dengan realisasi tertinggi berasal dari Pemerintah Provinsi Papua sebesar Rp24,03 miliar (36,27%) dan Kab. Mimika sebesar Rp4,42 miliar (6,67%).

Realisasi penerimaan lain-lain PAD yang sah sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp214,51 miliar atau 16,85 persen dari total target penerimaan. Adapun tiga jenis penerimaan yang menjadi penyumbang terbesar adalah penerimaan tuntutan ganti kerugian daerah sebesar Rp57,62 miliar, pendapatan pengembalian belanja tahun yang lalu sebesar Rp46,85 miliar dan pendapatan bunga sebesar Rp30,39 miliar. Tercatat 27 daerah telah membukukan penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah, dengan penyumbang terbesar berasal dari Pemerintah Provinsi Papua yaitu sebesar Rp62,63 miliar.

2. Pendapatan Transfer

Realisasi pendapatan transfer sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp17,83 triliun atau 34,75 persen dari total target pendapatan transfer sebesar Rp51,31 triliun, menurun sebesar 7,21 persen sebagai akibat belum tersalurnya Dana Otonomi Khusus. Realisasi pendapatan transfer terdiri dari Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan sebesar Rp15,05 triliun, Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya sebesar Rp2,62 triliun dan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya/Provinsi sebesar Rp158,35 miliar.

Grafik 3.3. Realisasi Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan s.d. Triwulan II Tahun 2019 (5 terbesar)

Sumber: SIKD (2019), diolah

Peningkatan penerimaan PAD Papua didorong oleh peningkatan penerimaan pajak daerah dan penerimaan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sumber utama penerimaan pajak daerah diperoleh dari Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Sementara sumber utama penerimaan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan berasal dari penerimaan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD khususnya dari Bank Papua yang mulai tercatat pada bulan April 2019.

(21)

16

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Hingga triwulan II-2019, pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat masih sangat dominan sebagai sumber pendapatan daerah dengan kontribusi sebesar 93,87 persen dari total pendapatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendapatan daerah Provinsi Papua masih tergantung pada dana transfer pemerintah pusat. Pendapatan transfer tertinggi ditopang oleh besarnya Dana Alokasi Umum (DAU) dengan persentase sebesar 72,46 persen dari total pendapatan transfer.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Realisasi penerimaan

lain-lain pendapatan daerah yang sah sampai dengan triwulan II-2019 mencapai Rp102,21 miliar atau 25,61 persen dari target. Realisasi terdiri dari pendapatan hibah sebesar Rp97,62 miliar dan pendapatan lainnya sebesar

Rp4,58 miliar. Tercatat 10 daerah telah membukukan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, dimana Kab. Kepulauan Yapen memiliki realisasi terbesar yaitu Rp81,42 miliar yang seluruhnya merupakan penerimaan hibah pemerintah.

Grafik 3.4. Realisasi Pendapatan Transfer s.d. Triwulan II Tahun 2019

Sumber: SIKD (2019), diolah

Grafik 3.5. Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah s.d. Triwulan II Tahun 2019

Sumber: SIKD (2019), diolah

KPK Dorong Optimalisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua dan Papua Barat

Komisi Pemberantasan Korupsi mendorong optimalisasi pendapatan daerah di Provinsi Papua dan Papua Barat dengan menjajaki beberapa kerja sama. Penjajakan kerja sama ini dilakukan bukan sekadar untuk meningkatkan pendapatan daerah. Tapi membuat semua prosesnya akuntabel sehingga mencegah terjadinya kebocoran dan menutup celah terjadinya korupsi. Pertama, untuk menerapkan Sistem Pemantauan Penerimaan Pajak Daerah berbasis teknologi informasi, pemerintah daerah bekerja sama dengan Bank Papua. Salah satunya adalah dengan penggunaan Tapping Device Machine (alat perekam) untuk jenis Wajib Pungut Pajak hotel, restoran, dan hiburan guna menghindari terjadinya pelaporan pajak yang tidak sesuai dengan transaksi sebenarnya. Selanjutnya adalah kerja sama dengan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Papua untuk integrasi data terkait dengan Zona Nilai Tanah. Integrasi ini bisa digunakan untuk melakukan optimalisasi layanan penerimaan daerah dari sisi pajak daerah.

(22)

17

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

B. Belanja Daerah

1. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Jenis Belanja

Pagu belanja terbesar dialokasikan untuk belanja barang yaitu Rp16,98 triliun, sedangkan alokasi terkecil adalah belanja bunga sebesar Rp57,29 miliar. Sementara itu, alokasi belanja modal TA 2019 sebesar Rp12,18 triliun atau naik 6,94 persen dibandingkan tahun 2018 yang hanya sebesar Rp11,39 triliun.

Hingga triwulan II-2019, realisasi belanja tidak terduga (66,32%) digunakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat tidak biasa atau tidak diharapkan akan terjadi seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial. Sedangkan realisasi belanja modal (5,07%) masih terendah dikarenakan terlambatnya proses lelang, penunjukan pejabat perbendaharaan dan terjadinya pergantian pejabat.

2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan

Belanja daerah terbesar berdasarkan urusan dialokasikan untuk administrasi pemerintahan yaitu sebesar Rp15,86 triliun. Sementara mandatory spending urusan pendidikan hanya mendapatkan alokasi sebesar Rp5,93 triliun (10,70%), masih dibawah 20 persen sesuai amanat Amandemen Keempat UUD 1945 pasal 31 ayat 4 tentang Penyediaan Anggaran Pendidikan.

Hingga triwulan II-2019, urusan administrasi pemerintahan menempati realisasi tertinggi sebesar Rp4,63 triliun atau 34,82 persen dari pagu, sedangkan realisasi terendah adalah urusan pekerjaan umum dan penataan ruang yang baru terealisasi sebesar Rp310 miliar atau 4,71 persen dimana sebagian besar merupakan belanja modal. Rendahnya realisasi urusan tersebut sejalan dengan masih rendahnya realisasi belanja modal yang baru mencapai 4,09 persen.

Grafik 3.6. Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja s.d. Triwulan II Tahun 2019

(23)

18

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

C. Prognosis Realisasi APBD Hingga Akhir Tahun 2019

Selama 3 tahun terakhir,

rata-rata realisasi pendapatan daerah mencapai 95,41 persen, sedangkan tren realisasi belanja daerah berkisar antara 84-88 persen. Sementara itu, indikator pembangunan ekonomi seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat kemiskinan

selama 3 tahun terakhir menunjukkan kinerja cukup baik. IPM mengalami peningkatan dari 58,05 di tahun 2016 menjadi 60,00 di tahun 2018, sementara tingkat kemiskinan mengalami penurunan dari 28,40 di tahun 2016 menjadi 27,43 di tahun 2018.

Dengan memperhatikan tren realisasi pendapatan dan belanja daerah, indikator pembangunan ekonomi selama 3 tahun terakhir dan persiapan Papua sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020, maka realisasi pendapatan daerah tahun 2019 diprediksi akan mencapai 95,20 persen, sedangkan realisasi belanja mendekati angka 88,60 persen.

Grafik 3.7. Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Menurut Urusan s.d. Triwulan II Tahun 2019 (5 urusan terbesar)

Sumber: SIKD (2019), diolah

Tabel 3.2. Perkiraan Realisasi APBD s.d. Triwulan IV Tahun 2019

Uraian Pagu (miliar Rp) Realisasi s.d. Triwulan II Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV (miliar Rp) % (miliar Rp) % Pendapatan Daerah 54.477,80 18.836,09 34,58% 51.862,87 95,20% Belanja Daerah 55.443,27 11.797,18 21,28% 49.122,73 88,60% Surplus/Defisit -965,46 7.038,91 -720,07% 2.740,14 -283,82%

Sumber: SIKD (2019), diolah

Grafik 3.8. Tren Pendapatan dan Belanja Daerah, IPM dan Tingkat Kemiskinan

(24)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

19

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun berdasarkan konsolidasian Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian.

Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi s.d. Triwulan II 2019 (dalam miliar rupiah)

Uraian

2019 2018

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan/

Penurunan Konsolidasi

Pendapatan Negara 3.656,71 18.674,49 4.344,29 -28,96% 6.114,06

Penenerimaan Perpajakan 3.321,57 524,97 3.846,54 -20,11% 4.814,77

Penerimaan Bukan Pajak 335,14 18.149,41 497,75 -33,60% 1.299,29

Belanja Negara 23.940,82 11.635,58 17.589,49 19,86% 14.674,77

Belanja Pemerintah 5.196,39 9.841,64 15.038,03 2,48% 14.674,77

Transfer 18.744,43 1.793,93 2.551,46 -

Surplus/(Defisit) (20.284,11) 7.038,91 (13.245,20) 54,72% (8.560,71)

Pembiayaan - 691,19 691,19 2,73% 672,81

Penerimaan Pembiayaan Daerah - 1.058,61 1.058,61 8,11% 979,20

Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 367,43 367,43 19,92% 306,40

SiLPA (20.284,11) 7.730,10 (12.554,01) 59,16% (7.887,90)

Sumber: LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

Realisasi pendapatan konsolidasian sampai dengan triwulan II-2019 mengalami penurunan sebesar 28,96 persen dibandingkan triwulan II-2018, yang diakibatkan oleh penurunan seluruh komponen pendapatan baik penerimaan perpajakan maupun penerimaan bukan pajak. Di sisi lain, realisasi belanja konsolidasian meningkat sebesar 19,89 persen, sebagai akibat dari peningkatan realisasi belanja pemerintah.

B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN 1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Penerimaan perpajakan sampai dengan triwulan II-2019 memberikan kontribusi lebih besar yaitu sebesar 88,54 persen atau naik sebesar 9,79 persen dibandingkan triwulan II-2018. Di sisi lain, kontribusi penerimaan bukan pajak mengalami penurunan menjadi 11,46 persen pada triwulan II-2019.

Grafik 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian s.d. Triwulan II

Sumber: LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

BAB 4

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN

ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

(25)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

20

Secara agregat, sebagian besar pendapatan konsolidasian berasal dari penerimaan pemerintah pusat yang mencapai Rp3,66 triliun atau 84,17 persen dimana sebagian besar berasal dari penerimaan perpajakan yang mencapai Rp3,32 triliun. Hal serupa juga terjadi pada penerimaan negara bukan pajak yang masih didominasi

oleh penerimaan pemerintah pusat sebesar Rp335,14 miliar (67,33%). 2. Analisis Perubahan

Jika dibandingkan dengan realisasi triwulan II-2018, realisasi pendapatan pemerintah pada triwulan II-2019 mengalami penurunan. Penerimaan perpajakan turun sebesar 20,11 persen, sedangkan penerimaan negara bukan pajak turun sebesar 61,69 persen. Penurunan penerimaan perpajakan akibat berkurangnya penerimaan Pajak pemerintah pusat khususnya pajak Perdagangan Internasional karena berkurangnya ekspor PT. Freeport Indonesia. Sementara penurunan penerimaan bukan pajak disebabkan berkurangnya penerimaan pemerintah daerah yang berasal dari retribusi daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah . 3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan

Konsolidasian Pada triwulan II-2019, PDRB mengalami kontraksi sebesar 23,98 persen, sementara itu realisasi pendapatan juga mengalami penurunan

yaitu sebesar 28,95 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan pertumbuhan ekonomi mempunyai korelasi dengan penurunan pendapatan konsolidasian.

Grafik 4.2. Perbandingan Penerimaan Konsolidasian s.d. Triwulan II

Sumber: LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

Grafik 4.3. Perbandingan Penerimaan Perpajakan dan Bukan Pajak

Sumber: LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

Tabel 4.2. Pertumbuhan Pendapatan dan PDRB

Uraian Triwulan II-2018 (Miliar Rp) Triwulan II-2019 (Miliar Rp) Kenaikan/ Penurunan (%) Penerimaan Perpajakan 4.814,77 3.846,54 -20,11% PNBP 1.299,29 497,75 -61,69% Total 6.114,06 4.344,29 -28,95% PDRB/Pert. Ekonomi 54.927,36 45.290,07 -23,98%

(26)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

21

Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode regresi diperoleh pola hubungan yang ditunjukan oleh PDRB mempengaruhi pendapatan sebesar 71,1 persen. Dengan demikian, pemerintah perlu melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi selain sektor pertambangan dan penggalian, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap kenaikan pendapatan.

C. BELANJA KONSOLIDASIAN

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Realisasi belanja konsolidasian didominasi oleh belanja pemerintah daerah dengan kontribusi sebesar 65,45 persen, sedangkan sisanya sebesar 34,55 persen berasal dari belanja pemerintah pusat. Tingginya kontribusi belanja pemerintah daerah berasal dari sebagian besar jenis belanja antara lain belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja lain-lain, sedangkan pemerintah pusat berkontribusi lebih besar hanya pada belanja modal.

2. Analisis Perubahan

Komposisi belanja konsolidasian pada triwulan II-2018 dan triwulan II-2019 tidak mengalami perubahan yang signifikan. Kontribusi belanja pegawai terhadap total belanja konsolidasian masih yang tertinggi baik di triwulan II-2018 maupun triwulan II-2019.

Sementara itu, terjadi peningkatan yang cukup besar pada kontribusi belanja barang dari 26,38 persen pada triwulan II-2018 menjadi 38,25 pada triwulan II-2019,

Grafik 4.4. Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Daerah

Sumber: LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

Grafik 4.5. Komposisi Belanja Konsolidasian s.d. Triwulan II

(27)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

22

yang disebabkan karena meningkatnya belanja perjalanan dinas dan belanja makanan dan minuman sebagai akibat dari lonjakan harga tiket pesawat.

3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional Belanja pemerintah

dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada triwulan II-2019, belanja pemerintah

meningkat 2,48 persen dibandingkan triwulan 2018. Sementara PDRB triwulan II-2019 justru mengalami kontraksi sebesar 23,98 persen.

Pertumbuhan PDRB tentunya ditopang oleh belanja pemerintah sebagai kontributor utama. Namun demikian, kenaikan realisasi belanja pemerintah pada triwulan II-2019 ternyata belum mampu mendongkrak peningkatan PDRB. Hal ini disebabkan sebagian besar realisasi belanja pemerintah sampai dengan triwulan II-2019 masih didominasi oleh belanja operasi seperti belanja pegawai dan belanja barang. Sementara belanja lainnya (belanja modal dan belanja bantuan sosial) yang diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan, realisasinya masih sangat rendah. Diharapkan penyerapan anggaran belanja modal dan belanja bantuan sosial baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat lebih ditingkatkan agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Papua.

D. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PDRB Kontribusi belanja pemerintah terhadap PDRB triwulan II-2019 sebesar 26,46 persen, sedangkan kontribusi investasi pemerintah

sebesar 3,42 persen. Kondisi tersebut menunjukan bahwa kontribusi belanja pemerintah cukup signifikan, sedangkan kontribusi investasi pemerintah masih rendah. Jika dikaitkan dengan dengan kondisi perekonomian Papua pada triwulan II-2019 yang relatif cukup baik meskipun terjadi kontraksi pertumbuhan PDRB sebesar 23,98 persen, peningkatan kontribusi pemerintah dari investasi dirasa lebih baik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang melalui peningkatan alokasi belanja modal dan percepatan penyerapannya.

Tabel 4.3. Pertumbuhan Belanja Pemerintah dan PDRB

Uraian Triwulan II-2018 (Miliar Rp) Triwulan II-2019 (Miliar Rp) Kenaikan/ Penurunan Belanja Pemerintah 14.674,77 15.038,03 2,48% PDRB/Pert. Ekonomi 54.927,36 45.290,07 -23,98%

Sumber: BPS, LKPK Kanwil, 2019 (diolah)

Tabel 4.4. Kontribusi Pemerintah Terhadap PDRB

Uraian Triwulan

II-2018

Triwulan II-2019

Belanja Pemerintah (miliar rupiah) 10.358,79 11.984,04

Investasi Pemerintah (miliar rupiah) 2.759,76 1.549,37

PDRB (miliar rupiah) 54.927,36 45.290,07

Kontribusi Belanja Pemerintah thd PDRB 18,86% 26,46%

Kontribusi Investasi Pemerintah thd PDRB 5,02% 3,42%

(28)

23

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

A. Otonomi Khusus Provinsi Papua Bidang Pendidikan dan Kesehatan

Pembangunan sumber daya manusia (SDM) menjadi pengarusutamaan strategi pembangunan bangsa Indonesia ke depan. Strategi SDM ini diupayakan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu pendorong pembangunan SDM di Provinsi Papua adalah melalui Dana Otonomi Khusus yang telah berjalan sejak tahun 2002.

Pengelolaan dan penggunaan yang memadai atas Dana Otonomi Khusus (Otsus) Provinsi Papua dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk peningkatan sumber daya manusia. Selain digunakan bidang Ekonomi Kerakyatan, Dana Otsus Provinsi Papua juga untuk bidang-bidang kegiatan tertentu yang diprioritaskan antara lain bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pemberdayaan ekonomi dan penunjang lainnya. Porsi Dana Otsus bidang pendidikan dan kesehatan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan pendidikan serta pencegahan wabah penyakit. Besaran kedua bidang tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001, berbeda dengan kegiatan lain yang tidak diatur oleh undang-undang, yaitu sekurang-kurangnya sebesar 30 persen untuk Bidang Pendidikan dan 15 persen untuk Bidang kesehatan dan perbaikan gizi.

Secara akumulatif, dana otsus yang dialokasikan periode 2013-2017 untuk Bidang Pendidikan baik Bagian Provinsi maupun Bagian Kabupaten/Kota belum mencapai 30 persen dari dana otsus sesuai dengan ketentuan. Alokasi Dana Otsus Bidang Pendidikan Bagian Provinsi periode 2013 - 2017 sebesar 26,74 persen, sedangkan Bagian Kabupaten/Kota sebesar 20 persen. Sementara secara akumulatif, dana yang dialokasikan untuk Bidang Kesehatan baik Bagian Provinsi maupun Bagian Kabupaten/Kota sudah diatas 15 persen dari total dana otsus Provinsi Papua.

Tabel 5.1. Penggunaan Dana Otsus Untuk Bidang Pendidikan dan Kesehatan Tahun 2013 – 2017 (Dalam miliar rupiah)

No Bidang Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 1 Bidang Pendidikan 328,77 647,31 1,084.83 1,951.39 1,675.05 2 Bidang Kesehatan 752,09 902,93 988,6 1.011,92 976,35 Sumber: Kemendagri (2019) Catatan:

- Belum termasuk Dana Otsus untuk Pendidikan dan Kesehatan dalam program bersama Gerbang Mas - Tahun 2013 & 2014 tidak termasuk belanja tidak langsung untuk bidang Pendidikan

(29)

24

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Dari penggunaan Otsus tersebut, selanjutnya dibandingkan dengan aspek sosio kultural untuk mengetahui peningkatan pendidikan dan kesehatan, salah satunya melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dari sisi pendidikan, IPM terlihat dari rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah. Sementara dari sisi kesehatan dapat dilihat dari angka harapan hidup.

IPM Papua terus mengalami kemajuan selama periode 2010 hingga 2018, dari 54,45 pada tahun 2010 menjadi 60,06 di tahun 2018. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari tingginya perhatian pemerintah dalam pembangunan SDM di Papua salah satunya melalui Dana Otonomi Khusus yang telah berjalan sejak tahun 2002. Penggunaan Dana Otonomi Khusus yang diprioritaskan untuk Bidang Pendidikan dan Kesehatan menjadi salah satu pendorong peningkatan kesejahteraan masayarakat Papua.

Namun demikian, berdasarkan hasil kajian Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Papua pada tahun 2019, masih terdapat disparitas nilai IPM antara daerah pegunungan dan daerah pesisir/perkotaan. Disparitas tersebut terjadi antara lain karena di daerah pegunungan relatif sulit dijangkau, biaya pembangunan yang relatif mahal dan kurangnya fasilitas dan tenaga kesehatan. Dengan kondisi tersebut perlu mendapat perhatian dari seluruh pemangku kepentingan. Terutama penggunaan otsus agar dapat dioptimalkan untuk pemerataan IPM seluruh wilayah Provinsi Papua.

B. Pajak Air Permukaan PT. Freeport Indonesia

APBD merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Salah satu sumber pendapatan dari APBD berasal dari PAD, selain pendapatan transfer dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Salah satu sumber PAD di Provinsi Papua adalah Pajak Daerah berupa Pajak Air Permukaan.

Grafik 5.1. Perbandingan Antara Dana Otsus dan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua Tahun 2010-2018

(30)

25

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Sejak tahun 2011, Provinsi Papua memiliki piutang daerah berupa Pajak Daerah Pajak Air Permukaan. Salah satu yang memiliki piutang adalah PT Freeport Indonesia yang merupakan perusahaan terbesar yang memanfaatkan air permukaan. Sampai dengan tahun

2018, jumlah piutang pajak air permukaan PT Freeport Indonesia mencapai Rp3,93 triliun.

Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi Papua telah mengirimkan tagihan Surat Ketetapan Pajak Daerah Pajak Air Permukaan sejak 2011 hingga 2015 sebesar Rp 2,6 triliun kepada PT Freeport Indonesia. Pemprov menagih pajak air permukaan berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Nomor 4 Tahun 2011 tentang pajak daerah dimana dikenakan tarif pajak kepada PT Freeport Indonesia sebesar Rp 120 per meter kubik per detik untuk tiap pengambilan air. Sementara itu PT Freeport Indonesia bersikukuh tak membayar pajak air karena masih mengacu aturan dalam kontrak karya (KK) yaitu Perda Nomor 5 tahun 1990, yang hanya mengakui pajak atas penggunaan air permukaan sebesar Rp 10 per meter kubik per detik.

Pemprov Papua kemudian membawa perkara ke pengadilan pajak dan pada tanggal 18 Januari 2017 pengadilan pajak memenangkan Pemprov. Selanjutnya, PT Freeport Indonesia mengajukan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung dan Hakim Kasasi Mahkamah Agung mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan PT Freeport Indonesia atas perkara tunggakan dan denda pajak air permukaan. Hakim membatalkan keputusan Pengadilan Pajak yang menolak permohonan banding Freeport dan mengesahkan tagihan pajak air permukaan Pemerintah Provinsi Papua ke Freeport selama 2011-2015 dengan nilai Rp 2,6 Triliun.

Pada tanggal 8 Mei 2019 dilakukan pertemuan antara Gubernur Papua dengan Presiden Komisaris PT Freeport Indonesia di Phoenix, Arizona. Dari hasil pertemuaan tersebut, PT Freeport Indonesia akhirnya sepakat untuk membayar sengketa pajak air permukaan dengan membayar kepada Pemerintah Provinsi Papua sebesar Rp1,394 triliun yang akan dibayar dalam tiga tahun terhitung tahun 2019 – 2021.

Grafik 5.2. Piutang Pajak Air Permukaan PT Freeport Indonesia

(31)

- 1 -

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Komplek Papua Trade Center

Jalan Raya Kelapa Dua Entrop Jayapura 99224 Telp. 0967-533140, 534140

(32)

Gambar

Grafik 1.2. Tingkat Inflasi Provinsi Papua dan Nasional Tahun 2019
Grafik 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua  Per Triwulan s.d. Triwulan II Tahun 2019
Tabel 2.1: Pagu dan Realisasi APBN s.d. Akhir Triwulan II Tahun 2018 dan 2019
Grafik 2.2. Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan  Internasionals.d. Triwulan II Tahun 2019 (5 terbesar)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada kompleks hutan lindung ini, tampak terdapat perbedaan dalam hal komposisi jenis penyusun antara sub-komunitas hutan yang tumbuh di sebelah utara areal hutan

Dari penelusuran dan penelitian hingga penulisan artikel ini, penulis menemukan identitas Islam yang dipengaruhi kawasan-kawasan tertentu di Indonesia: Islam Nusantara,

Pemberian rasa nyaman, dukungan, jaminan,dll.. maintenance ialah mencari kedekatan dengan individu dewasa yang dijadikan figur lekat dan menunjukkan protes terhadap

kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan

Data hubungan makanan pokok dengan lama hari rawat pada Tabel 4 tersebut dapat diketahui responden dengan sisa makanan pokok &gt;20% dengan lama rawat &gt; 9 hari

Wacana iklan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasar diatas adalah merupakan tindak tutur ilokusi. Tindak tutur di atas merupakan tindak ilokusi yaitu memberikan semangat

Sebagaimana kesimpulan hasil studi maka pada dasarnya penyelesaian tersebut memerlukan tiga hal (lihat gambar 27) yaitu: pertama adanya batasan tentang hak properti yang