• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Triwulan III

2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Inflasi Kota Kendari dan Baubau Triwulan III 2020 Berdasarkan Subsektor . 6

Tabel 1. 2 Kondisi Ketenagakerjaan Sultra per Agustus 2020 ... 9

Tabel 2. 1 I-Account APBN lingkup Sultra (miliar Rp.) ... 11

Tabel 2. 2 Ekuitas BLU lingkup Sultra (miliar Rp.) ... 18

Tabel 2. 3 Porsi Pagu RM BLU lingkup Sultra (miliar Rp.) ... 19

Tabel 2. 4 Prognosis Realisasi APBN Sultra s.d. Triwulan IV 2020 ... 20

Tabel 3. 1 i-Account APBD lingkup Sultra (miliar Rp.) ... 21

Tabel 3. 2 Prognosis APBD s.d. Triwulan IV 2020 lingkup Sultra ... 26

Tabel 4. 1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Triwulan III 2020 (miliar Rp.) ... 27

Tabel 4. 2 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di Sultra... 29

(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Sultra dan Nasional ... 1

Grafik 1. 2 Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Sultra Triwulan III 2020 Berdasarkan Lapangan Usaha ... 2

Grafik 1. 3 Pertumbuhan Ekonomi Sultra Triwulan III 2019 - Triwulan III 2020 ... 3

Grafik 1. 4 Perkembangan Ekspor Impor Sultra Sampai Dengan Triwulan III 2020 ... 4

Grafik 1. 5 Perkembangan Inflasi di Sulawesi Tenggara Triwulan III 2018-2020 ... 7

Grafik 1. 6 Inflasi Triwulan III 2020 di Beberapa Kota di Sulawesi ... 7

Grafik 1. 7 Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Tenggara ... 8

Grafik 1. 8 Komponen Pembentuk Nilai Tukar Petani Tahun 2020... 8

Grafik 1. 9 NTP Provinsi di Indonesia ... 9

Grafik 1. 10 Penduduk Bekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 10

Grafik 2. 1 Realisasi Penerimaan PPh Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Sultra ... 12

Grafik 2. 2 Realisasi Penerimaan PPN Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Sultra ... 13

Grafik 2. 3 Realisasi Penerimaan PPnBM Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Sultra ... 14

Grafik 2. 4 Realisasi Penerimaan Pajak Lainnya lingkup Provinsi Sultra ... 14

Grafik 2. 5 Realisasi Penerimaan Bea dan Cukai lingkup Sultra ... 15

Grafik 2. 6 Realisasi Penerimaan PNBP Lainnya lingkup Sultra ... 15

Grafik 2. 7 Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat lingkup Provinsi Sultra ... 16

Grafik 2. 8 Tren Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa lingkup Provinsi Sultra ... 17

Grafik 2. 9 Jumlah Penyaluran KUR dan UMi Per Kab/Kota ... 19

Grafik 3. 1 Realisasi Pendapatan Transfer s.d Triwulan III Tahun 2020 lingkup Sultra (Miliar Rp.) ... 23

Grafik 3. 2 Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah s.d. TW III 2020 lingkup Sultra ... 23

Grafik 3. 3 Realisasi Belanja Pegawai ... 24

Grafik 3. 4 Pagu dan Realisasi Belanja berdasarkan Urusan s.d Triwulan III 2020 lingkup Sultra (miliar Rp.) ... 25

Grafik 4. 1 Perbandingan komposisi Pendapatan Konsolidasian Sultra ... 28

Grafik 4. 2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap konsolidasian s.d. Triwulan III Tahun 2020(miliar Rp.) ... 28

(11)

Grafik 4. 3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pempus dan Daerah terhadap penerimaan Perpajakan Konsolidasian Provinsi Sultra s.d Triwulan III Tahun 2020 (miliar Rp.) ... 29 Grafik 4. 4 Perbandingan Belanja Transfer dan Pempus dan Pemda terhadap Belanja

dan Transfer Konsolidasian Provinsi Sultra Tahun 2020... 30 Grafik 4. 5 Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Sultra Triwulan III Tahun 2020 31 Grafik 4. 6 Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi Sultra Triwulan III Tahun 2019 31 Grafik 5. 1 Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga (yoy,%)... 35 Grafik 5. 2 Diagram Kartesius Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga (qoq,%)

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Plot ForecastingRealisasi Pendapatan APBD dengan SARIMA……….. 25 Gambar 3. 2 Plot ForecastingRealisasi Belanja APBD dengan SARIMA……….. 26 Gambar 5. 1 Realisasi Penanganan Covid-19 Triwulan III 2020 di Sultra……….34 Gambar 5. 2 Realisasi Sektor Perlindungan Sosial (Rp) dan Laju Pertumbuhan

Konsumsi RT (q-to-q,%) Triwulan III ... 35 Gambar 5. 3 Produktivitas Faktor Total ... 37

(13)

FOTO SAMPUL

1. Jembatan Bahteramas Teluk Kendari – Kota Kendari

Sumber: Le Petra – Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Tenggara 2. Pengrajin Kain Tenun Khas Buton – Kota Baubau

Sumber: KPPN Baubau

3. Ayo Bangkitkan UMKM Sultra – Pelelangan Ikan Kota Kendari Sumber: KPPN Kendari

Ikon infografis

(14)
(15)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perekonomian Sultra pada paruh ketiga 2020, menunujukkan adanya tanda-tanda perbaikan. Meskpun pertumbuhan ekonomi triwulan III secara YoY masih negatif, namun tingkat kedalamannya semakin berkurang. Pada triwulan III 2020, pertumbuhan ekonomi Sultra berada pada posisi -1,82%, lebih baik dibanding pertumbuhan nasional yang berada pada -3,49% (YoY). Bila dibandingkan kinerja triwulan II dan triwulan III, perekonomian Sultra tumbuh 4,65% (triwulan II -0,41%). %). Lapangan usaha konstruksi merupakan lapangan usaha yang tumbuh paling tinggi sebesar 14,82% yang didorong oleh proyek-proyek pemerintah. Lapangan usaha lainnya yang juga tumbuh positif adalah transportasi dan pergudangan 13,45%, penyediaan akomodasi dan makan minum 13,13% dan jasa perusahaan tumbuh 8,64% serta beberapa lapangan usaha lainnya. Di sisi pengeluaran, ekspor Sultra tumbuh 34,88% disusul pertumbuhan pengeluaran pemerintah triwualan III 2020 (q-to-q) sebesar 9,98%.

Pendemi COVID-19 mempengaruhi tingkat inflasi, Nilai Tukar Petani dan angka pengangguran di Sultra. Inflasi Sultra yang direpresentasikan oleh Kota Kendari dan Baubau selama triwulan III 2020 memiliki tren yang berbeda dengan tren inflasi 2018-2019. Anomali pada indeks harga sektor transportasi dan harga logam mulia menyebabkan perbedaan tren tersebut. Selain inflasi perkotaan, inflasi juga terjadi di perdesaan yang ditunjukkan oleh peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib). Inflasi di perdesaan sebesar 1,41% lebih tinggi dibanding akumulasi inflasi Kendari dan Baubau. Hal ini menyebabkan tingkat kesejahteraan petani (NTP) masih rendah hanya sebesar 97,05 dibawah NTP nasional sebesar 101,66. Pandemi COVID-19 juga mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Sultra (TPT). Per Agusutus 2020, angka pengangguran sebesar 4,56% meningkat 48,09% dibandingkan kondisi Februari 2020. COVID-19 menyebabkan sebanyak 10.766 orang kehilangan pekerjaan sementara 18.145 orang sementara tidak bekerja. Selain berpengaruh pada peningkatan angka pengangguran, pandemi juga berpengaruh pada penurunan produktifitas (jam kerja) pekerja. Pekerja paruh waktu dan setengah menganggur mengalami peningkatan.

Pemerintah mendorong akselerasi pencairan APBN sebagai upaya untuk mengatasi pelemahan kinerja ekonomi. Sesuai dengan target pemerintah, pencairan dana APBN sampai dengan triwulan III 2020 di Sultra telah mencapai 77,82% lebih tinggi dibanding triwulan 2019 yang sebesar 53,74%. Komponen pencairan terbesar berupa transfer ke Pemerintah Daerah sebesar 82,46%, sementara anggaran Kementerian/Lembaga di wilayah Sultra baru mencapai 65,26%. Persentase realisasi terbesar belanja pemerintah

(16)

pusat disalurkan untuk bantuan sosial sebesar 81,74%. Untuk transfer ke daerah dan dana desa, telah disalurkan sebanyak Rp13,7 triliun dari pagu sebesar Rp16,6 triliun. Penyaluran DAK Fisik 2020 telah disalurkan secara keseluruhan dengan realisasi sebesar 97,74%. Komponen transfer pemerintah yang penyalurannya masih rendah adalah dana bagi hasil dikarenakan belum dipenuhinya persyaratan pernyaluran. Di sisi penerimaan, target penerimaan perpajakan mengalami penurunan sebesar 19,71% menjadi Rp2,41 triliun dengan realisasi 68,52%. Penerimaan PNBP sampai dengan triwulan III 2020 telah terkumpul sebanyak Rp402,5 miliar atau 94,88% dari target.

Realisasi APBD Pemerintah Daerah di Sulawesi Tenggara mengalami penurunan. Secara agregat, realisasi pendapatan daerah di Sultra baru mencapai 61,76% dari target, sementara realisasi belanja baru sebesar 44,50% dari pagu belanja. Penerimaan pajak daerah sebagai porsi terbesar dari PAD mengalami penuruan sebesar 2%. Pendapatan terbesar Pemerintah Daerah di Sultra adalah berupa pendapatan transfer. Hal ini yang menyebabkan tingginya ketergantungan Pemda terhadap Pemerintah Pusat. Belanja pegawai Pemerintah Daerah di Sultra didominasi oleh belanja pegawai dengan realisasi mencapai 62,14% dan belanja barang dengan realisasi sebesar 41,2%. Anggaran daerah di Sultra sebagian besar mayoritas digunakan untuk pelayanan umum dengan persentase realisasi terbesar digunakan untuk perlindungan sosial.

Secara konsolidasian, terjadi pelebaran deficit menjadi 8,11% dari Rp11,83 triliun pada triwulan III 2019 menjadi Rp12,79 triliun pada 2020. Pendapatan perpajakan masih menjadi pendapatan utama di Sultra dengan kontribusi sebesar 74,96% atau setara Rp2,28 triliun. Belanja pemerintah konsolidasian, didominasi oleh belanja operasional sebesar 79%. Pengeluaran pemerintah secara konsolidasian memiliki peran yang vital bagi perekonomian. Pengeluaran pemerintah menyumbang 15.33% dari total PDRB dan berkontribusi sebesar 0,46 persen poin terhadap pertumbuhan Sultra.

Kebijakan pemerintah untuk meningkatakan anggaran perlindungan sosial dalam kerangka PEN menunjukkan keberhasilan. Realisasi perlidungan sosial di Sultra telah mencapai Rp1,65 triliun. Dampak dari program ini telah dirasakan dengan meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga diatas 2,3%. Besarnya peran sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dalam perekonomian menuntut perlunya revitalisasi sektor tersebut melalui investasi berkelanjutan.

(17)
(18)
(19)

BAB I

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

EKONOMI REGIONAL

1.1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Sultra pada triwulan III 2020 mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sultra triwulan III tercatat sebesar -1,82%. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan kondisi triwulan II 2020 yang mengalami kontraksi sebesar 2,54%. Pertumbuhan ekonomi Sultra masih lebih baik

dibandingkan kinerja perekonomian nasional yang mengalami kontraksi sebesar -3,49%.

Pada triwulan III 2020, beberapa lapangan usaha yang menjadi andalan Sultra mengalami penurunan kinerja. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi paling dalam di triwulan III 2020 adalah usaha pertambangan dan penggalian dengan kontraksi sebesar 6,60% dimana pada situasi normal, industri konstr uksi dapat tumbuh rata-rata 8,33%. Lapangan usaha lainnya yang mengalami penurunan kinerja adalah usaha transportasi dan pergudangan (-6,39%), usaha perdagangan besar dan eceran (-5,14%), dan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan (-0,01%). Selain mengalami kontraksi, beberapa lapangan usaha yang memiliki kinerja sangat baik pada masa normal, pada kondisi pandemi COVID-19 tidak menunjukkan performanya. Diantara lapangan usaha tersebut adalah industri pengolahan yang hanya tumbuh sebesar 0,02% dimana sebelumnya dapat tumbuh sampai 12,21% dan usaha konstruksi yang hanya tumbuh sebesar 0,03% dimana sebelumnya tumbuh sebesar 9,32%. Di tengah penurunan kinerja mayoritas lapangan usaha, usaha di bidang informasi dan komunikasi dapat tumbuh 9,38%, pertumbuhan tertinggi sejak triwulan III 2018. Pertumbuhan ini didorong meningkatn ya kebutuhan layanan komunikasi berbasis intenet pada masa pembatasan sosial.

Sumber: BPS, 2020

Grafik 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Sultra dan Nasional

Pertumbuhan ekonomi Sultra triwulan III 2020 lebih baik dibanding triwulan II 2020 Lapangan usaha pertambangan dan penggalian, transportasi, dan perdagangan mengalami kontraksi

(20)

Hal yang perlu diperhatikan dari penurunan kinerja beberapa lapangan usaha ini adalah, besarnya kontribusi yang disumbang oleh setiap lapangan usaha. Dapat dilihat pada grafik 1.1 beberapa lapangan usaha yang mengalami kontraksi merupakan kontributor utama perekonomian Sultra. Kontraksi yang dalam pada usaha pertambangan dan penggalian memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan Sultra dengan sumbangan pertumbuhan sebesar -1,44% dari pertumbuhan keseluruhan sebesar -1,82%. Meskipun usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan hanya mengalami kontraksi sebesar 0,01% namun perlu diantisipasi kinerja kedepan karena memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian yakni sebesar 23,44%. Selain terkait kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, antisipasi terhadap penurunan kinerja beberapa lapangan usaha juga perlu dilakukan karena kemampuannya menyerap tenaga kerja. Sesuai hasil survei yang dilakukan BPS per Agustus 2020, usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan dan usaha pertambangan dan penggalian mampu menyerap 55,07% angkatan kerja, sehingga penurunan kinerja lapangan usaha ini dapat menyebabkan peningkatan pengangguran.

Di tengah turunnya kinerja beberapa lapangan usaha utama, sejumlah lapangan usaha mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor usaha informasi dan komunikasi yang tumbuh 9,38% dan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang tumbuh sebesar 7,67% (YoY). Tumbuhnya kedua sektor ini tidak lepas dari peningkatan penggunaan layanan internet dan

layanan kesehatan selama pandemi. Sektor lainnya yang juga mengalami pertumbuhan positif adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial yang tumbuh 4,01% dengan kontribusi sebesar 0,19 persen poin terhadap total pertumbuhan Sultra.

Penurunan kinerja ekonomi Sultra juga tercermin dari penurunan semua komponen pengeluaran (Grafik 1.3). Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) yang merupakan komponen terbesar mengalami kontraksi sebesar 1,63% (YoY) sementara komponen Pembentukan Modal Terbuka Bruto (PMTB) mengalami kontraksi paling dalam sebesar 3,28%. Pada triwulan III 2020, hanya pengeluaran pemerintah, perubahan inventori dan ekspor yang tumbuh positif meskipun dengan

Sumber: BPS, 2020

Grafik 1. 2 Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Sultra Triwulan III 2020 Berdasarkan Lapangan Usaha

Pengeluran pemerintah memiliki peran signifikan, tumbuh 9,98%

(21)

pertumbuhan yang tidak sepesat dua tahun kebelakang. Namun demikian, semua komponen pengeluaran menunjukkan ada peningkatan dibandingkan dengan triwulan II 2002. PK-RT telah tumbuh 3,02%, PK-LNPRT tumbuh 5,39%, dan PMTB tumbuh 8,26% (q-to-q). Tumbuhnya PK-RT dan PMTB, sejalan dengan program pemerintah untuk melakukan pemulihan ekonomi nasional yang diantaranya melalui upaya meningkatkan daya beli masyarakat dan meneruskan proyek-proyek pemerintah.

Pengeluaran pemerintah pada triwulan III 2020, tumbuh 3,24% (YoY) dari Rp3,4 triliiun di triwulan III 2019 menjadi Rp3,5 triliun di triwulan III 2020 (harga konstan). Bila dibandingkan dengan triwulan II 2020, pengeluran pemerintah triwulan III 2020 tumbuh 9,98%. Meningkatnya pengeluaran pemerintah sejalan dengan target realisasi belanja pemerintah sebesar 75%. untuk merealisasikan APBN sebesar 75%. Target pemerintah untuk mendorong ekonomi melalui pengeluaran pemerintah didasarkan pada pangsa pengeluaran pemerintah sebesar 16,18% dari total PDRB dan menyumbang pertumbuhan sebesar 0,46 persen poin dari total pertumbuhan sebesar -1,82%.

Kinerja ekspor sebagai bagian dari PDRB Sultra mengalami pertumbuhan sebesar 41,80% (YoY) dari Rp7,07 triliun menjadi Rp9,53 triliun di triwulan III 2020. Namun demikian nilai impor Sultra melebihi ekspornya, yakni sebesar Rp10,76 triliun. Tingginya nilai impor terutama didorong oleh besarnya arus masuk barang dari provinsi lain di Indonesia. Hal ini menyebabkan besarnya perdagangan Sultra berdampak pada berkurangnya pertumbuhan ekonomi sebesar 0,62 persen poin.

Merujuk pada neraca perdagangan Sultra (perdagangan internasional), ekspor maupun impor Sultra, sedikit banyak terpengaruh oleh Pandemi COVID-19 (Grafik 1.4). Pada awal tahun, volume dan nilai ekspor Sultra mengalami penurunan dikarenakan adanya pandemi COVID-19 di Tiongkok, sebagai tujuan eksor utama

Grafik 1. 3 Pertumbuhan Ekonomi Sultra Triwulan III 2019 - Triwulan III 2020 Berdasarkan Pengeluaran (YoY)

Sumber: BPS, 2020 Ekspor Sultra tumbuh triwulan III 2020 tumbuh 41,80% (YoY)

(22)

Sultra. Namun pasca Tiongkok dapat mengendalikan penyebarluasan virus Corona, ekspor Sultra mengalami tren peningkatan. Pada triwulan III 2020, nilai ekspor Sultra sempat mengalami koreksi mencapai 37,90% dengan penurunan volume sebesar 42,065. Turunnya ekspor terutama dipengaruhi oleh penuruan ekspor ke Tiongkok dan India khususnya volume ekspor besi dan baja ke Tiongkok sebesar 32,86%. Per September 2020, volume ekspor Sultra telah mencapai 177,11 ribu ton setar a dengan US$278,17 dengan ekspor utama berupa produk besi dan baja serta produk perikanan.

Perkembangan impor Sultra sejalan dengan perkembangan ekspornya. Pada triwulan III 2020, nilai impor Sultra sempat mengalami penurunan yang siginifikan pada bulan Agustus 2020. Pada bulan tersebut nilai impor Sultra mengalami penuruan sebesar 36,23% dibanding impor pada bulan Juli. Nilai impor pada bulan Agustus tercatat sebesar US$76,87 juta turun dari US$120,55 juta pada bulan Juli. Penurunan ini dipengaruhi penurunan impor dari Tiongkok sebesar US$33,10 juta (40,44%). Meskipun terjadi penurunan nilai impor namun volume impor te rcatat mengalami kenaikan sebesar 82,15% dari 218,39 ribu ton menjadi 397,81 ribu ton. Pada bulan Agustus 2020, terjadi peningkatan nilai ekspor untuk produk yang berasal dari Australia sebesar 261,98% atau setara dengan US$10,80 juta dan produk yang berasal dari Singapura dengan peningkatan sebesar 144,67% menjadi US$4,61 juta. Di akhir triwulan III 2020, volume impor mengalami penurunan menjadi 176,11 ribu ton (-55,73%) namun disertai dengan peningakatan nila impor sebesar 47,46% atau setara dengan US$36,49 juta. Dengan berfluktuasinya ekspor impor Sultra, Neraca Perdagangan Sultra tahun 2020 sampai dengan September 2020 tercatat surplus sebesar US$356,48 juta.

Suprlusnya neraca perdagangan selama periode Januari – Februari, menjadi salah satu indikator membaiknya perekonomian Sultra. Selain itu, bila dibandingkan

Grafik 1. 4 Perkembangan Ekspor Impor Sultra Sampai Dengan Triwulan III 2020

Sumber: BPS, 2020 Perdagangan Sultra sampai dengan triwulan III 2002 surplus US$356,48 juta

(23)

kinerja triwulan II dan triwulan III, perekonomian Sultra tumbuh 4,65% (triwulan II -0,41%). Lapangan usaha konstruksi merupakan lapangan usaha yang tumbuh paling tinggi sebesar 14,82% yang didorong oleh proyek-proyek pemerintah. Lapangan usaha lainnya yang juga tumbuh positif adalah transportasi dan pergudangan 13,45%, penyediaan akomodasi dan makan minum 13,13% dan jasa perusahaan tumbuh 8,64% serta beberapa lapangan usaha lainnya. Di sisi pengeluaran, pertumbuhan pengeluaran pemerintah triwualan III 2020 (q-to-q) menjadi penggerak utama perekonomian dengan pertumbuhan sebesar 9,98% setelah ekspor yang tumbuh 34,88%.

1.2. INFLASI

Pada triwulan III 2020, perkembangan harga-harga umum di Sulawesi Tenggara, yang direpresentasikan Kota Kendari dan Kota Baubau terpantau stabil. Bila dibandingkan dengan inflasi bulan Juni 2020, tingkat inflasi bulan Juli 2020 di Kota Kendari mengalami penurunan dari 1,33% menjadi 0,25%. Sementara itu, pada awal triwulan III 2020, inflasi di kota Baubau meningkat cukup tajam dari -0.06% di bulan Juni 2020 menjadi 0,73% per Juli 2020.

Secara umum, di kedua kota, kelompok makanan, minuman, dan tembakau, transportasi, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya memberikan pengaruh terbesar terhadap tingkat inflasi. Pada kelompok makanan, harga beberapa jenis ikan menjadi pemicu besarnya inflasi di Kota Kendari dan Baubau. Selain kelompok volatile food, kelompok transportasi mengalami peningkatan indeks harga, terutama subkelompok jasa angkutan penumpang di Kota Baubau. Pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, subkelompok perhiasan emas menjadi pendorong utama peningkatan indeks harga. Peningkatan indeks perhiasan emas, dipicu meningkatnya harga logam mulia pada triwulan III 2020. Puncak peningkatan harga emas terjada pada tanggal 11 Agustus 2020 yang sempat mencapai harga Rp1,05 juta/gram. Hal ini tercermin dari andil komoditas emas perhiasan sebesar 0,15% pada inflasi Kota Kendari dan 0,099% pada inflasi Kota Baubau (Tabel 1.1).

Trend inflasi triwulan III 2020 berbeda dengan tren inflasi di tahun 2018 dan 2019. Pola inflasi triwulan III membentuk V-shape dimana di bulan Agustus terjadi deflasi yang cukup dalam di kedua kota, sementara di tahun 2020 trend inflasi cenderung datar (Grafik 1.5). Bila melihat IHK pada ketiga tahun tersebut, terdapat beberapa subkelompok yang mengalami anomali harga pada tahun 2020, utamanya adalah subkelompok transportasi, makanan, minuman, dan tembakau, dan perawatan pribadi dan jasa lainnya. IHK kelompok transportasi mengalami perubahan yang signifikan dimana pada triwulan III 2019 terjadi deflasi sebesar 2,95% sementara pada tahun 2020 mengalami inflasi sebesar 2,01% (Kota Baubau). Untuk kelompok perawatan pribadi,

Inflasi Kota Kendari dan Kota Baubau selama triwulan III 2020 terpantau stabil

(24)

seperti yang telah disebabkan sebelumnya, anomali ini disebabkan peningkatan harga logam mulia. Fenomena perubahan pola inflasi menunjukkan dampak pandemi COVID-19 pada IHK dan pola konsumsi masyarakat.

Pada bulan Juli 2020, tingkat inflasi Kota Baubau merupakan kota dengan inflasi tertinggi di wilayah Sulawesi. Sementara di sisi lain, pada bulan September, Kota Baubau tercatat mengalami deflasi terdalam diantara 13 kota di Sulawesi (Grafik 1.6). Meskipun, tingkat inflasi di Kota Baubau lebih tinggi dibanding Kota Kendari, namun berdasakan rata-rata IHK, biaya hidup di Kota Baubau (104,07) lebih rendah dibanding biaya hidup di Kota Kendari (105,30). Bila dibandingkan dengan wilayah Sulawesi lainnya, biaya hidup yang di-proxy-kan dengan IHK, menunjukkan biaya hidup di wilayah Sultra tergolong sedang. Biaya hidup per September 2020 tertinggi di wilayah Sulawesi dialami penduduk Luwuk dengan IHK 107,79 dan paling rendah dinikmati oleh penduduk Kota Gorontalo.

Subsektor Juli Agustus September

Kendari Baubau Kendari Baubau Kendari Baubau

UMUM 0,25 0,73 0,21 0,39 0,26 -0,40

MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU

0,64 0,92 -0,21 -0,31 0,52 0,69

PAKAIAN DAN ALAS KAKI - 0,02 - 0,05 - -0,58

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, DAN BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA

0,05 -0,01 -0,05 0,25 0,52 - PERLENGKAPAN, PERALATAN, DAN PEMELIHARAAN RUTIN RUMAH TANGGA 0,20 0,35 0,23 0,47 0,24 0,15 KESEHATAN 0,14 0,46 0,24 - 0,07 -0,11 TRANSPORTASI 0,11 2,77 0,08 2,01 -0,07 -3,73 INFORMASI,

KOMUNIKASI , DAN JASA KEUANGAN - - -0,22 0,01 0,01 -0,02 REKREASI, OLAHRAGA, DAN BUDAYA 0,06 - 0,39 - - - PENDIDIKAN 0,09 - 1,43 - - - PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN/RESTORAN - 0,04 - 0,06 0,29 - PERAWATAN PRIBADI DAN JASA LAINNYA

0,08 0,19 2,74 1,70 0,16 0,46

Tabel 1.1 Inflasi Kota Kendari dan Baubau Triwulan III 2020 Berdasarkan Subsektor

(25)

1.3. INDIKATOR KESEJAHTERAAN

1.3.1. Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan antara harga yang diterima petani (It) atas produk yang dihasilkan dengan biaya yang harus dibayar petani (Ib) untuk berproduksi dan melakukan konsumsi (BPS, 2020). Sesuai grafik 1.7, tingkat kesejahteraan petani di Sultra selama tahun 2020 masih rendah. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya NTP yang masih dibawah 100. Kondisi ini menggambarkan bahwa nilai jual produk yang dihasilkan oleh petani lebih rendah dibanding nilai jual produk yang dikonsumsi petani. Tingkat kesejehteraan paling rendah dirasakan oleh petani perkebunan rakyat. NTP Tanaman Perkebunan Rakyat berkisar antara 89 sampai

Sumber: BPS, 2020 2.44 -2.49 -0.9 1.18 -2.1 -0.1 0.73 0.39 -0.4 -3 -2 -1 0 1 2 3

Juli Agustus Sept

Perkembangan Inflasi Kota Baubau Triwulan III 2018-2020 2018 2019 2020 0.66 -1.29 -0.54 0.24 -1.56 0.47 0.25 0.21 0.26 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1

Juli Agustus Sept

Perkembangan Inflasi Kota Kendari Triwulan III 2018-2020

2018 2019 2020

Sumber: BPS, 2020

Grafik 1. 5 Perkembangan Inflasi di Sulawesi Tenggara Triwulan III 2018-2020

Grafik 1. 6 Inflasi Triwulan III 2020 di Beberapa Kota di Sulawesi

Kesejahteraan petani di Sultra berada dibawah rata-rata kesejahteraan nasional

(26)

dengan 95. Sementara itu subsektor pertanian yang cukup menjanjikan adalah subsektor peternakan dan holtikultura. Nilai jual produk pertanian sepanjang tahun 2020 sampai dengan triwulan III terpantau stabil, sementara subsektor holtikultura sempat mengalami penurunan khususnya di awal pandemi. Yang patut menjadi perhatian adalah pekerja di sektor perikanan. Besarnya potensi perikanan di Sultra, ternyata tidak memberikan nilai jual produk yang baik bagi nelayan. Indeks yang diterima (It) nelayan masih berada dibawah 100. Hal ini mengindikasikan perlunya proses pengolahan hasil perikanan Sultra untuk meningkatkan nilai tambah produk.

Selain dapat mengukur tingkat kesejahteraan petani, NTP juga dapat digunakan untuk melihat inflasi yang terjadi di perdesaan. Perubahan Indeks yang Dibayar oleh petani (Ib) menunjukkan perubahan harga barang-barang yang terjadi di perdesaan. Seperti terlihat pada grafik 1.8, Ib di Sultra sampai dengan triwulan III 2020 mengalami peningkatan. Berdasarkan perubahan Ib, inflasi perdesaan sebesar 1,41% pada periode Januari 2020 sampai dengan September 2020. Inflasi ini lebih tinggi dibanding rata-rata

103,32 103,46 103,62 103,96 104,4 104,62 105,29 104,78 104,78 85 90 95 100 105 110

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept

Indeks yang Diterima (It) Indeks yang Dibayar (Ib) Nilai Tukar Petani (NTP) Linear (Indeks yang Dibayar (Ib))

Grafik 1. 7 Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS, 2020

Grafik 1. 8 Komponen Pembentuk Nilai Tukar Petani Tahun 2020

Inflasi perdesaaan lebih tinggi dibanding inflasi perkotaan Sumber: BPS, 2020

(27)

akumulasi inflasi Kota Kendari dan Kota Baubau yang sebesar 1,02%. Kondisi ini menggambarkan bahwa masyarakat perdesaan perlu membayar lebih untuk memenuhi kebutuhan esensial dibandingkan masyarakat perkotaan.

Bila dibandingkan dengan petani di provinsi lainnya di Indonesia, kesejahteraan di Sultra lebih rendah dibanding rata-rata nasional. NTP Prov. Sultra per September 2020 sebesar 97,05 sementara rata-rata nasional sebesar 101,66.

Tingkat kesejahteraan tertinggi dinikmati oleh petani di Prov. Riau dan kesejahteraan paling rendah dialami oleh petani di Provinsi Bali. Di wilayah Sulawesi, tingkat kesejahteraan petani di Sultra menempati peringkat kedua terbawah diatas Prov. Sulteng sebesar 94,59. Rendahnya NTP di Sultra harus disikapi pemerintah dengan dua hal. Pertama, pemenuhan alat produksi pertanian baik berupa bibit, pupuk, pestisida, peralatan pertanian dengan harga terjangkau. Kedua, pemerintah perlu menyediakan mekanisme untuk menjaga harga jual produk pertanian khususnya di musim panen.

1.3.2. Kondisi Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan Sultra per Agustus 2020 menunjukkan adanya perubahan kondisi ketenagakerjaan (Tabel 1.1). Per Agustus 2020, jumlah penduduk usia kerja meningkat sebanyak 4,45%. Namun, peningkatan angka penduduk usia kerja tersebar lebih banyak pada segmen masyarakat bukan angkatan kerja yang memilih untuk melanjutkan pendidikan atau mengurus rumah tangga (meningkat 8,78% dibanding Februari 2020). Jumlah angkatan kerja per Agustus 2020 sebanyak 1,35 juta orang atau sebesar 69,83%. Dari 1,35 juta orang angakatan kerja. Sebanyak 1,29 juta orang bekerja dan 61,86 ribu orang menganggur.

Sumber: BPS, 2020

Grafik 1. 9 NTP Provinsi di Indonesia

Orang % Orang % Orang %

Penduduk Usia Kerja 1.893.515 1.852.420 1.934.802

Angkatan Kerja 1.308.651 69,11% 1.315.839 71,03% 1.351.092 69,83%

Bekerja 1.262.634 66,68% 1.274.067 68,78% 1.289.232 66,63%

Pengangguran 46.017 2,43% 41.772 2,25% 61.860 4,58%

Bukan Angkatan Kerja 584.864 30,89% 536.581 28,97% 583.710 30,17% Status Keadaan

Ketenagakerjaan

Agustus 2019 Februari 2020 Agustus 2020

Tabel 1. 2 Kondisi Ketenagakerjaan Sultra per Agustus 2020

Sumber: BPS, 2020 Angka pengangguran Sultra meningkat. TPT Sultra sebesar 4,58%

(28)

Penduduk usia kerja yang bekerja, lebih banyak penduduk yang berpendidikan SD ke bawah dengan jumlah 34,27% disusul penduduk berpendidikan SMA sebesar 25,57%, pendidikan SMP 16,68%, universitas 14,35%, SMK sebanyak 6,39%, dan Diploma sebesar 2,74% (Grafik 1.10). Sebagian besar penduduk bekerja, bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai (32,98%), berusah dibantu buruh sebanyak 20,58%, dan berusaha sendiri sebanyak 18,91% dimana 64,59% bekerja pada usaha informal. Dari sisi jam kerja, 61,16% pekerja, bekerja penuh waktu dengan jam kerja lebih dari 35 jam, sementara sisanya bekerja paruh waktu dan setengah menganggur.

Seperti yang telah diprediksi sebelumnya (lihat KFR Triwulan II 2020), pandemi COVID-19 berdampak pada meningkatnya angka pengangguran. Terjadi peningkatan angka pengangguran yang sangat signifikan sebesar 48,09%. Per Agustus 2020 Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) sebanyak 4,58%. Berdasarkan data BPS Prov. Sultra, 219.672 penduduk usia kerja terdampak COVID-19. Dampak yang paling dirasakan oleh pekerja adalah berkurangnya jam kerja bagi 184.689 orang (84,07%). Seperti yang telah dijelaskan diawal, sebanyak 61,16% pekerja penuh waktu (lebih 35 jam kerja). Angka ini turun dibanding kondisi Februari 2020 yang mencapai 62,85%. Penurunan jam kerja, menyebabkan meningkatnya jumlah pekerja paruh waktu sebanyak 1,44 persen poin dari 25,91% di Februari 2020 menjadi 27,35% di Agustus 2020. Jumlah pengangguran akibat COVID-19 mencapai 10.766 orang atau sebesar 4,90%.

TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding TPT di perdesaan. Per Agustus 2020, TPT perkotaan sebesar 6,74% sementara di perdesaan hanya sebesar 3,44%. Angka ini meningkat sebesar 2,16 persen poin dibanding kondisi Agustus 2019 yang sebesar 4,58%. Sementara, peningkatan TPT perdesaan hanya sebesar 0,47 persen poin. Hal ini terkait dengan kemampuan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mampu menampung 36,71% penduduk yang bekerja. Namun, tantangan kedepan adalah ancaman berkurangnya daya serap sektor pertanian dan sektor perdagangan terhadap angkatan kerja menyusul menurunnya kinerja sektor pertanian.

Grafik 1. 10 Penduduk Bekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(29)
(30)
(31)

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menggambarkan kondisi keuangan pemerintah yang berkaitan dengan sumber-sumber pendapatan dan alokasi belanja pemerintah untuk satu periode tahun anggaran yang ditetapkan dalam Undang-Undang. APBN pada tahun 2020 mengalami perbedaaan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya sebagai dampak dari adanya pandemi COVID-19. Dampak pandemi Covid-19 memaksa Pemerintah beberapa kali melakukan perubahan postur APBN tahun 2020. Kondisi yang sama juga terjadi pada APBN di Sultra seperti yang ditunjukkan oleh tabel berikut:

Tabel 2. 1 I-Account APBN lingkup Sultra (miliar Rp.)

Sumber: MEBE, OMSPAN-DJPb, Simtrada-DJPK

*)Diolah dan diakses pada tanggal 22 Oktober 2020

Target pendapatan negara Sultra tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 7,52% dari tahun 2019 dan sebesar 26,49% dari tahun 2018. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan target pada penerimaan perpajakan yang meningkat sebesar 10,01% dari tahun 2019 dan 26,07% dari tahun 2018. Sementara itu, PNBP sebagai bagian dari penerimaan negara mengalami penurunan target sebesar 4,69% dari tahun 2019 dan mengalami peningkatan sebesar 28,95% dari tahun 2018.

Dari sisi Belanja, terjadi penurunan pagu belanja negara Sultra sebesar 7,34% dari tahun 2019 dan terjadi kenaikan sebesar 0,06% dari tahun 2018. Penurunan pagu belanja dari tahun 2019 terjadi setelah adanya perubahan APBN yang mana sebelumnya target belanja Sultra sebesar Rp 25.139,03 miliar. Kebijakan refocusing belanja negara yang merupakan kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19 melalui program Pemulihan Ekonomi Negara menyebabkan pagu belanja

Pagu Realisasi %

Realisasi Pagu Realisasi %

Realisasi Pagu Realisasi

% Realisasi 2.240,92 1.902,79 84,91% 2.636,23 2.103,90 79,81% 2.834,59 2.054,09 72,46%

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 2.240,92 1.902,79 84,91% 2.636,23 2.103,90 79,81% 2.834,59 2.054,09 72,46%

1. Penerimaan Perpajakan 1.911,71 1.431,53 74,88% 2.190,84 1.617,22 73,82% 2.410,08 1.651,32 68,52% 2. PNBP 329,21 471,27 143,15% 445,39 486,68 109,27% 424,51 402,76 94,88% II. HIBAH - - - - - - - - 22.729,08 17.032,43 74,94% 24.545,42 13.190,88 53,74% 22.742,59 17.698,43 77,82%

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 6.859,06 4.927,49 71,84% 7.288,06 4.664,72 64,00% 6.133,12 4.002,67 65,26% II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 15.870,02 12.104,94 76,28% 17.257,36 8.526,17 49,41% 16.609,47 13.695,76 82,46%

(20.488,17) (15.129,64) 73,85% (21.909,19) (11.086,98) 50,60% (19.908,00) (15.644,34) 78,58% C. SURPLUS/DEFISIT (A - B)

Uraian

A. PENDAPATAN NEGARA

B. BELANJA NEGARA

(32)

barang dan modal mengalami penurunan. Demikian pula belanja transfer ke daerah, terjadi penurunan pagu pada DAU dan DAK Fisik. Sementara itu belanja pegawai, belanja bantuan sosial, DBH, DAK Non Fisik dan Dana Desa mengalami kenaikan pagu dengan harapan bahwa belanja tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19 dan menggerakkan perekonomian.

2.1. PENDAPATAN NEGARA

2.1.1. Penerimaan Perpajakan

Berdasarkan data dari OMSPAN, realisasi peneriman perpajakan pada tahun 2020 mencapai Rp1.651,32 miliar atau sekitar 68,52%. Secara nominal, realisasi ini lebih tinggi dari 2 tahun sebelumnya namun secara persentase realisasi mengalami penurunan jika dibanding tahun 2019 dan 2018.

2.1.1.1. Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak Penghasilan Sultra terbesar berasal dari Kota Kendari seperti yang tampak pada grafik 2.1. Kota Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan pusat administrasi pemerintahan dan perekonomian daerah adalah faktor yang menyebabkan Kota Kendari berkontribusi terbesar dalam penerimaan PPh. Hal tersebut terlihat dari kontribusi PPh pasal 21 sebesar 36,73% terhadap total PPh Kota Kendari dan PPh Final sebesar 29,44% terhadap total PPh Kota Kendari.

Pada grafik 2.1 tampak juga bahwa terjadi lonjakan penerimaan perpajakan PPh pada bulan April. Hal ini sebagai akibat dari tingginya penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan dan PPh Final.

Sumber: KPP lingkup Sultra Rp0 Rp10 Rp20 Rp30 Rp40 Rp50 Rp60 Rp70 Rp80 Rp90 Rp100

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep

Kota Kendari Kab. Konawe Kab. Konawe Selatan Kab. Konawe Utara Kab. Konkep Kota Baubau Kab. Buton Kab. Buton Utara Kab. Wakatobi Kab Buton Selatan Kab. Buton Tengah Kab. Muna Kab. Muna Barat Kab. Kolaka Kab. Kolaka Timur Kab. Kolaka Utara Kab. Bombana Grafik 2. 1 Realisasi Penerimaan PPh Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Sultra

(33)

2.1.1.2. PPN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Sultra juga masih ditopang oleh Kota Kendari sebesar 42,73%. Penerimaan Perpajakan PPN tersebut berasal dari PPN dalam negeri sebesar 99,59%. Secara periodik, penerimaan perpajakan PPN di Kota Kendari tertinggi di bulan Februari sementara penerimaan terendah terjadi di bulan Juli.

2.1.1.3. PPnBM

Sama halnya dengan PPh dan PPN, PPnBM Sultra juga masih ditopang oleh Kota Kendari sebesar 32,61% disusul Kabupaten Muna dengan kontribusi sebesar 29,34%. Penerimaan Perpajakan PPnBM di Sultra berasal dari PPnBM dalam negeri. Secara periodik, penerimaan perpajakan PPnBM di Kota Kendari tertinggi pada awal tahun yakni di bulan Januari sementara penerimaan PPnBM di Kabupaten Muna mengalami lonjakan pada bulan Mei. Penerimaan PPnBM juga mengalami lonjakan pada bulan April di Kabupaten Konawe.

Sumber: KPP lingkup Sultra Rp0 Rp5 Rp10 Rp15 Rp20 Rp25 Rp30 Rp35

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep

Kota Kendari Kab. Konawe Kab. Konawe Selatan Kab. Konawe Utara Kab. Konkep Kota Baubau Kab. Buton Kab. Buton Utara Kab. Wakatobi Kab. Buton Selatan Kab. Buton Tengah Kab. Muna Kab. Muna Barat Kab. Kolaka Kab. Kolaka Timur Kab. Kolaka Utara Kab. Bombana Grafik 2. 2 Realisasi Penerimaan PPN Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Sultra

(34)

2.1.1.4. Pajak Lainnya

Realisasi Penerimaan Pajak Lainnya (PBB dan Pajak Lainnya) Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Sultra adalah sebagai berikut:

Penerimaan pajak lainnya lingkup Sultra masih didominasi oleh Kota Kendari sebesar 45,77% disusul Kabupaten Kolaka sebesar 37,33%. Penerimaan pajak lainnya di Kota Kendari tertinggi pada bulan Januari sementara penerimaan pajak lainnya mengalami lonjakan pada bulan Agustus di Kabupaten Kolaka.

Sumber: KPP lingkup Sultra Rp0 Rp20 Rp40 Rp60 Rp80 Rp100 Rp120

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep

Kota Kendari Kab. Konawe Kab. Konawe Selatan Kab. Konawe Utara Kab. Konkep Kota Baubau Kab. Buton Kab. Buton Utara Kab. Wakatobi Kab. Buton Selatan Kab. Buton Tengah Kab. Muna Kab. Muna Barat Kab. Kolaka Kab. Kolaka Timur Kab. Kolaka Utara Kab. Bombana

Sumber: KPP lingkup Sultra Rp0 Rp2 Rp4 Rp6 Rp8 Rp10 Rp12 Rp14 Rp16 Rp18

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep

Kota Kendari Kab. Konawe Kab. Konawe Selatan Kab. Konawe Utara Kab. Konkep Kota Baubau Kab. Buton Kab. Buton Utara Kab. Wakatobi Kab. Buton Selatan Kab. Buton Tengah Kab. Muna Kab. Muna Barat Kab. Kolaka Kab. Kolaka Timur Kab. Kolaka Utara Kab. Bombana Grafik 2. 3 Realisasi Penerimaan PPnBM Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Sultra

Tahun 2020 (Juta Rp.)

Grafik 2. 4 Realisasi Penerimaan Pajak Lainnya lingkup Provinsi Sultra Tahun 2020 (Miliar Rp.)

(35)

2.1.1.5. Penerimaan Bea dan Cukai

Realisasi Penerimaan Pajak Lainnya Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Sultra adalah sebagai berikut:

Penerimaan Bea dan Cukai lingkup Sultra mengalami lonjakan pada bulan September terutama untuk penerimaan Bea Masuk.

2.1.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

2.1.2.1. Penerimaan PNBP BLU

Penerimaan PNBP BLU di Sultra hanya terdapat di Kota Kendari yakni Universitas Haluoleo dan Rumkit Bhayangkara Kendari dengan realisasi mencapai Rp235,30 miliar atau sebesar 86,33%.

2.1.2.2. Penerimaan PNBP Lainnya

Dari 18 (delapan belas) Pemerintahan di Sultra terdapat 1(satu) Pemda yang tidak memiliki penerimaan PNBP lainnya yakni Kab. Konawe Kepulauan. Sementara itu pemda yang memiliki PNBP lainya tertinggi adalah Kota Kendari sebesar 43,55%

Sumber: KPBC Kendari 8 12 28 7 28 47 84 25 135 20 40 60 80 100 120 140 160

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep

Sumber: LRA LKPP Triwulan III Tahun 2020

Grafik 2. 5 Realisasi Penerimaan Bea dan Cukai lingkup Sultra Tahun 2020 (Miliar Rp.)

Grafik 2. 6 Realisasi Penerimaan PNBP Lainnya lingkup Sultra Tahun 2020 (Miliar Rp.)

(36)

2.2. Belanja Negara

Realisasi belanja negara pada tahun 2020 mencapai Rp17.698,43 miliar atau sebesar 77,82%. Capaian tersebut lebih tinggi dari 2 (dua) tahun sebelumnya baik secara nominal maupun secara persentase. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya realisasi belanja transfer ke daerah dan dana desa.

2.2.1. Belanja Pemeritah Pusat

Tren realisasi secara bulanan belanja pemerintah pusat K/L lingkup Sultra cenderung stabil kecuali belanja bantuan sosial yang cenderung berfluktuatif. Pada bulan Januari hingga Februari 2020 belum ada realisasi belanja bantuan sosial. Memasuki bulan Maret 2020 belanja bantuan sosial mulai direalisasikan seiring dengan wabah pandemi COVID-19 telah terkonfirmasi di Indonesia tak terkecuali Sultra. Realisasi belanja bantuan sosial mencapai puncaknya pada bulan April 2020 dan mulai menurun di bulan Mei dan stabil hingga bulan September 2020. Belanja bantuan sosial pada tahun 2020 merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi dampak Covid-19. Selain melalui Bantuan Sosial, upaya tersebut juga dilakukan melalui berbagai belanja negara lainnya. Sementara itu, belanja barang dan belanja modal sudah mulai mengalami peningkatan realisasi sejak bulan Juni karena proses revisi DIPA sudah selesai dilakukan serta kegiatan-kegiatan kantor sudah mulai dilaksanakan. Pada grafik di atas juga menunjukkan terjadi sedikit peningkatan realisasi belanja pegawai di bulan Mei dan Agustus bertepatan dengan pembayaran THR pada bulan Mei dan Pembayaran Gaji ke-13 pada bulan Agustus.

Sumber: OMSPAN-DJPb (diolah–diakses 22 Oktober 2020) -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep

Bel an ja Pegawai Belanja Barang

Bel an ja Mod al Bel an ja Ban tuan Sosi al

Grafik 2. 7 Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat lingkup Provinsi Sultra Tahun 2020 (Miliar Rp.)

(37)

2.2.2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)

Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa pada triwulan III tahun 2020 adalah sebesar 82,46% dari pagu Rp16.609,47 miliar. Realisasi tertinggi dicapai oleh DAK Fisik sebesar 97,74% dari pagu Rp1.839,71miliar, sementara realisasi terendah dicapai oleh Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar 48,94% dari pagu Rp1.012,04 miliar.

Secara periodik, DAK Fisik lingkup Sultra mulai salur dari bulan April dan mengalami peningkatan penyaluran secara signifikan di triwulan III serta mencapai puncaknya pada bulan Agustus. Hal tersebut disebabkan ketentuan penyaluran DAK Fisik 2020 yakni PMK 130/PMK.07/2019 dimana tahap I disalurkan sebesar 25% yang dimulai bulan Februari- Juli sehingga pada triwulan I dan II realisasi DAK Fisik masih kecil, sementara puncak realisasi di bulan Agustus disebabkan oleh adanya relaksasi penyaluran sebagaimana yang diatur dalam PMK 101/PMK.07/2020 bahwa penyaluran DAK Fisik dilaksanakan per jenis dan per bidang/sub bidang sebesar nilai pada daftar kontrak yang disampaikan oleh Pemda jika belum ada penyaluran sedangkan jika sudah ada penyaluran maka penyaluran selanjutnya akan disalurkan sebesar selisih total kontrak yang diajukan dengan yang sudah salur. Batas penyaluran DAK Fisik paling lambat 31 Agustus 2020 sementara cadangan DAK Fisik paling lambat tanggal 30 September 2020 sehingga dapat disimpulkan bahwa penyaluran tinggi di triwulan III disebabkan karena DAK Fisik dan Cadangan DAK Fisik disalurkan paling lambat di triwulan III serta adanya simplifikasi penyaluran yang tidak perlu disalurkan secara bertahap lagi.

Sementara itu, penyaluran Dana Desa lingkup Sultra secara periodik cenderung membentuk pola gelombang. Pada triwulan I, penyaluran Dana Desa masih rendah dan mengalami lonjakan pada awal triwulan II yakni bulan April. Lonjakan tersebut disebabkan adanya ketetentuan mengenai prioritas Dana Desa yang diperuntukkan

Sumber: OMSPAN-DJPb, MEBE,SIMTRADA (diolah–diakses 22 Oktober 2020)

-10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEP

DBH DAU DAK FISIK DAK NON FISIK DID DD

Grafik 2. 8 Tren Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa lingkup Provinsi Sultra Tahun 2020 (Miliar Rp.)

(38)

untuk BLT Desa sebagai jaring pengaman sosial di desa dalam rangka menanggulangi dampak ekonomi atas pandemi COVID-19 bagi keluarga miskin dan tidak mampu di desa sehinga penyaluran Dana Desa pertahap tidak disalurkan sekaligus akan tetapi disalurkan setiap bulan dengan besaran 15%, 15% dan 10%. Dengan adanya kebijakan tersebut, desa tidak perlu menunggu desa lainnya yang belum siap salur.

2.2.3. Pengelolaan BLU

Sultra memiliki 2 (dua) entitas Badan Layanan Umum (BLU), yaitu Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari yang ditetapkan sebagai BLU penuh berdasarkan KMK Nomor 30/KMK.05/2010 tanggal 26 Januari 2010 (Rumpun Pendidikan-Layanan Pendidikan PTN), sementara Rumah Sakit Umum (RSU) Bhayangkara Kendari ditetapkan berdasarkan KMK Nomor 4/KMK.05/2016 tanggal 13 Januari 2016 (Rumpun Kesehatan-Layanan Kesehatan).

2.2.3.1. Perkembangan Pengelolaan Aset

Ekuitas UHO Kendari 3 (tiga) tahun terakhir cenderung fluktuatif. Pada tahun 2020 nilai ekuitas UHO Kendari Rp2.479,67 miliar, meningkat sebesar 3,77% dibandingkan tahun 2019, dan menurun sebesar 0,21% dibanding tahun 2018. Meningkatnya nilai Investasi Jangka Pendek-Badan Layanan Umum menjadi kontributor utama peningkatan ekuitas UHO Kendari. Sementara itu, Aset tetap UHO pada tahun 2020 merupakan capaian tertinggi selama 3 (tiga) tahun terakhir. Nilai asset tetap UHO pada tahun 2020 mencapai Rp2.479,17 miliar meningkat sebesar 8,47% dari tahun 2019 dan sebesar 7,76% dari tahun 2018.Di sisi lain Ekuitas RSU Bhayangkara Kendari pada tahun 2020 mencapai Rp71,61 miliar menurun sebesar 5,57% dan meningkat sebesar 138,51% dari tahun 2018. Begitu pula dengan nilai aset tetap periode 2020 juga menurun sebesar 7,64% menjadi Rp56,19 miliar, akan tetapi meningkat sebesar 202,26% dari tahun 2018.

Tabel 2. 2 Ekuitas BLU lingkup Sultra (miliar Rp.)

Sumber: LK BLU UHO dan RS Bhayangkara (diolah)

2018 2019 2020 2018 2019 2020 Aset Lancar 183,14 103,14 215,98 11,43 14,47 14,94 Aset Tetap 2.300,73 2.285,59 2.479,17 18,59 60,84 56,19 Aset Lainnya 2,40 2,23 2,13 0,05 0,52 0,48 Kewajiban 1,49 1,30 1,62 0,04 0,05 0,02 Ekuitas 2.484,77 2.389,66 2.479,67 30,02 75,83 71,61

(39)

2.2.3.2. Kemandirian Fiskal

Kemandirian fiskal BLU dapat dilihat dari proporsi Rupiah Murni (RM) yang digunakan untuk membiayai biaya operasional BLU. Semakin tinggi proporsi RM maka tingkat kemandiriannya semakin rendah, demikian pula sebaliknya semakin rendah proporsi RM maka tingkat kemandiriannya semakin tinggi.

Berdasarkan tabel di samping, terlihat bahwa proporsi pagu RM pada BLU UHO cenderung berfluktuatif dengan kecenderungan meningkat pada tahun 2020. Hal ini menandakan bahwa tingkat kemandirian fiskal BLU UHO cenderung menurun dibanding 2(dua) tahun sebelumnya. Sementara itu, tingkat kemandirian fiskal BLU RS Bhayangkara sudah tinggi kendati mengalami penurunan di tahun 2020.

2.2.4. Manajemen Investasi Pusat

Manajemen investasi pusat di Sutra terdiri dari penyaluran Kredit Usaha Rakya (KUR) dan Ultra Mikro (UMi). Jumlah penyaluran KUR dan UMi di Sultra tahun 2020 pada periode pelaporan mencapai Rp1.541,41 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 43.222 orang.

Berdasarkan grafik di samping terlihat bahwa penyaluran KUR dan UMi tertinggi di Kabupaten Kolaka sebesar Rp243,10 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 6.976 debitur disusul oleh Kabupaten Muna sebesar Rp227,55 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 7.477 debitur. Melihat kondisi tersebut

diperlukan peran aktif dari masing-masing Pemda khususnya yang penyaluran KUR dan UMi masih rendah terutama dalam mengupload calon debitur potensial di daerah masing-masing karena hingga saat ini masih terdapat Pemda yang belum mengupload

Sumber: SIKP dan SIKP-UMi (diolah–diakses 22 Oktober 2020)

87 151 2 4 20 243 14 112 155 1 140 9 228 2 38 130 207 0 K a b . B o m b a n a K a b . B u to n K a b . B u s e l K a b . B u te n g K a b . B u tu r K a b . K o la k a K a b . K o lt im K a b . K o lu t K a b . K o n a w e K a b . K o n k e p K a b . K o n s e l K a b . K o n u t K a b . M u n a K a b . M u n a B a ra t K a b . W a k a to b i K o ta B a u b a u K o ta K e n d a ri S u lt ra

Tabel 2. 3 Porsi Pagu RM BLU lingkup Sultra (miliar Rp.)

Sumber: OMSPAN-DJPb (diolah–diakses 22 Oktober 2020

2018 2019 2020 2018 2019 2020

Pagu PNBP 271,57 361 244,73 28,59 30,04 26,52

Pagu RM 220,35 222,77 218,47 4,39 4,38 4,12

Total Pagu 491,92 583,77 463,2 32,98 34,42 30,64

% Pagu RM 44,8% 38,16% 47,17% 13,31% 12,73% 13,45%

Uraian UHO RS BHAYANGKARA

Grafik 2. 9 Jumlah Penyaluran KUR dan UMi Per Kab/Kota lingkup Sultra Tahun 2020 (Miliar Rp.)

(40)

data ke SIKP. Sampai saat ini, masih terdapat juga Pemda yang belum ada penyaluran UMi padahal kredit tersebut diperuntukkan bagi masyarakat yang belum dapat mengakses bank karena belum memenuhi peersyaratan seperti mengharuskan jaminan.

2.3. Prognosis Realisasi APBN

Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Adanya pandemi COVID-19 yang berdampak pada segala aspek kehidupan termasuk ekonomi serta tensi geopolitik AS dan Cina turut mempengaruhi ekonomi Indonesia. Hal tersebut mengharuskan pemerintah mengambil kebijakan Fiskal yang pruden melalui APBN kita untuk kesejahteran masyarakat termasuk di Sultra.

Tabel 2. 4 Prognosis Realisasi APBN Sultra s.d. Triwulan IV 2020

Sampai dengan triwulan IV 2020, diperkirakan pendapatan negara akan mencapai Rp2.762,73 miliar atau sebesar 97,46% dengan asumsi target tidak mengalami perubahan. Capaian persentase realisasi akan mengalami pelemahan jika dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 122,90% seiring dengan kondisi ekonomi Sultra yang mengalami kontraksi pada tahun 2020. Dengan kondisi ekonomi tersebut, pemerintah telah mengambil kebijakan di bidang perpajakan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional seperti PPh Pasal 21 ditanggung pemerintah, PPh final UMKM ditanggung pemerintah, pembebasan PPh Pasal 22 impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25, pengembalian pendahuluan PPN, penurunan tarif PPh badan. Kebijakan tersebut tentu saja akan berpengaruh terhadap penerimaan pajak.

Sementara itu, belanja negara diperkirakan akan tumbuh sebesar 97,25% di tahun 2020 dibandingkan tahun 2019 meski secara nominal diperkirakan akan mengalami penurunan. Belanja akan mampu direalisasikan secara optimal di triwulan IV setelah seiring dengan selesainya proses revisi serta serta penyelesaian proses lelang . Hal lain yang menyebabkan belanja mampu tumbuh optimal adalah instruksi Presiden untuk merealisasikan belanja pemerintah baik sektoral maupun Pemda sebagai stimulus fiskal dalam rangka pemulihan ekonomi.

Rp (miliar) % Rp (miliar) %

Pendapatan Negara 2.834,59 2.054,09 72,46% 2.762,73 97,46%

Belanja Negara 22.742,59 17.698,43 77,82% 22.117,18 97,25%

Surplus/Defisit (15.644,34) (19.354,45)

Realisasi s.d. Triw III Prognosis s.d. Triw IV Pagu

(41)
(42)
(43)

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN APBD

Realisasi pendapatan dan belanja maupun transfer dalam APBD lingkup Sultra sampai dengan triwulan III 2020 secara agregat menurun jika dibandingkan tahun 2019. Realisasi Pendapatan sampai dengan triwulan III 2020 sebesar Rp13,16 triliun atau 63,62% dari target pendapatan sedangkan realisasi belanja Rp10,11 triliun atau 44,50% dari pagu belanja.

3.1. PENDAPATAN DAERAH

3.1.1. Pendapatan Asli Daerah

Realisasi penerimaan Pajak Daerah sampai dengan triwulan III 2020 sebesar Rp630,33 miliar, menurun 2% jika dibandingkan dengan triwulan III 2019. Penurunan tersebut disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang belum membaik hingga triwulan III ini yang berimbas pada pendapatan pelaku usaha menurun dan beberapa kegiatan sosial masih terbatas. Penerimaan pajak daerah tertinggi ada pada Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar Rp442,03 miliar, dan terendah pada Kabupaten Konawe Kepulauan sebesar Rp386 juta.

Sumber: LRA Pemda, GFS Kanwil DJPb Prov. Sultra (diolah)

PAGU REALISASI PAGU REALISASI

2.346,33 1.081,43 2.470,17 1.064,03 1.039,76 641,92 1.367,23 630,33 242,32 67,72 161,29 88,47 146,10 137,15 158,71 42,40 918,15 234,64 782,94 302,82 17.559,85 12.089,20 17.097,51 11.795,66 15.365,80 10.797,53 14.791,43 10.491,49 254,62 154,26 358,59 253,75 548,36 371,63 154,50 218,43 10.267,95 8.400,12 10.004,24 7.441,84 4.294,87 1.871,52 4.274,10 2.577,48 1.720,29 1.040,58 1.847,99 1.102,58 - 54,49 -1.720,29 1.040,58 1.241,73 717,07 - 54,20 40,26 - - 10,87 - 497,56 334,38 471,03 250,09 455,02 198,49 471,03 250,09 455,02 193,31 - - 5,17 2,73 1,00 3,08 3,10 2,73 1,00 3,08 3,10 836,76 204,97 1.112,88 297,87 355,48 75,04 561,04 121,57 - - -481,28 129,93 551,84 176,31 20.742,94 13.375,60 20.680,56 13.157,57 19.526,86 8.988,55 20.598,42 9.157,32 7.405,92 4.676,95 7.639,78 4.747,62 4.577,94 2.054,88 4.266,05 1.757,02 50,92 26,18 77,28 18,92 9,91 0,08 0,30 0,00 701,90 390,56 1.032,70 425,64 23,18 11,41 42,56 10,48 241,03 155,84 816,88 371,55 6.470,53 1.662,51 6.274,89 1.570,28 45,53 10,14 447,98 255,81 2.535,78 1.462,57 2.111,08 948,41 420,09 273,11 483,37 230,96 419,08 273,11 481,41 230,96 1,01 - 1,96 -2.115,69 1.189,46 1.627,72 717,45 2,09 - 0,72 -2.104,72 1.071,78 1.517,50 716,43 8,88 117,68 109,49 1,02 22.062,64 10.451,12 22.709,50 10.105,73 (1.319,70) 2.924,48 (2.028,95) 3.051,83

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya

Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-Lain PAD yang Sah

Pendapatan Transfer

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan

PENDAPATAN

Pajak Daerah Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Bagi hasil Pajak

Transfer Pemerintah Provinsi

Pendapatan Bagi hasil Lainnya

Transfer Bantuan Keuangan

Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian Dana Insentif Daerah

Dana Bantuan Operasional Sekolah Dana Desa

BELANJA

Belanja Pegawai

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya

Lain-lain Pendapatan daerah yang sah

Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya

Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal

Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial

JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER

SURPLUS/DEFISIT

2019 2020

TRANSFER PEMERINTAH DAERAH

Belanja Barang dan Jasa Belanja Bunga

Belanja Tidak Terduga

Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah Transfer/Bagi Hasil ke Desa

Transfer Bantuan Keuangan

JUMLAH PENDAPATAN

Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

Transfer Bantuan Keuangan Ke Desa Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

URAIAN Realisasi Penerimaan Pajak Daerah pada triwulann III 2020 (y-on-y) tumbuh negatif

(44)

Berbeda dengan penerimaan pajak daerah, penerimaan retribusi mengalami peningkatan. Realisasi penerimaan retribusi daerah sampai dengan triwulan III 2020 sebesar Rp88,47 miliar, meningkat 31% dibandingkan triwulan III 2019. Kabupaten Konawe merupakan daerah dengan penerimaan retribusi terbesar mencapai Rp29,09 miliar 32,88% dari keseluruhan retribusi lingkup Sultra. Sedangkan yang terkecil adalah Kabupaten Konawe Kepulauan sebesar Rp199,97 juta.

Sementara itu, sampai dengan triwulan III 2020, realisasi pendapatan Pengelolaan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar Rp42,40 miliar, turun 69,08% jika dibandingkan dengan triwulan III 2019. Hal ini karena baru tujuh pemerintah daerah yang sudah membukukan deviden dari BUMD. Realisasi penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah pada triwulan III 2020 sebesar Rp302,82 miliar, mengalami peningkatan sebesar 29,06% dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah sudah baik dalam menggali sumber pendapatan lain yang berasal selain dari pajak daerah dan retribusi daerah.

Kinerja keuangan daerah dapat diukur melalui Derajat Desentralisasi Fiskal dan Derajat Kemandirian Daerah. Derajat Desentralisasi Fiskal Sultra sebesar 8,09% masuk dalam kategori kemampuan keuangan daerah sangat kurang. Hal ini dapat diartikan bahwa peranan pemerintah pusat masih cukup besar dalam realisasi penerimaan, yang disebabkan oleh penerimaan daerah dari Pendapatan Asli Daerah Sultra yang belum optimal. Derajat Kemandirian Daerah Sultra sebesar 10,53% masuk dalam kategori rendah sekali, ini menunjukkan bahwa Sultra belum mampu membiayai pengeluarannya sendiri tanpa bantuan dari pemerintah pusat. Untuk mengurangi ketergantungan keuangan dari pusat, maka pemerintah daerah perlu menelusuri upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas fiskalnya.

3.1.2. Pendapatan Transfer

Pendapatan Transfer sampai dengan triwulan III 2020 lingkup Sultra sebesar Rp11,80 triliun mengalami penurunan 2,43% jika dibandingkan dengan triwulan III Tahun 2019. Komponen pendapatan transfer yang mengalami penurunan adalah Dana Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Penyesuaian. Hal ini berkaitan dengan Perpres No.72 Tahun 2020 tentang perubahan atas Perpres No.54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur dan Rincian APBN 2020 yang mengamanatkan kepada pemda untuk melakukan penyesuaian kebijakan alokasi dana transfer.

Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah pada triwulann III 2020 tumbuh positif (y-on-y) Realisasi pendapatan transfer triwulan III 2020 menurun 2,43% dibandingkan triwulan III 2019

(45)

Pemerintah Daerah dengan pendapatan transfer terbesar yaitu Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar Rp1,62 triliun, namun realisasi tersebut masih rendah yaitu sebesar 52% dari alokasi sebesar Rp3,12 triliun. Realisasi pendapatan transfer Kabupaten Buton Tengah dan Kabupaten Buton Selatan telah melampaui target masing-masing 105% dan 103% sedangkan realisasi pendapatan transfer Kabupaten Wakatobi masih rendah yaitu 38%.

3.1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain pendapatan asli daerah dan pendapatan transfer, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah). Realisasi Lain-lain

Sumber: BPKAD lingkup Sultra (diolah)

Sumber: BPKAD lingkup Sultra (diolah)

Grafik 3. 1 Realisasi Pendapatan Transfer s.d Triwulan III Tahun 2020 lingkup Sultra (Miliar Rp.)

Grafik 3. 2 Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah s.d. TW III 2020 lingkup Sultra (miliar Rp.)

(46)

Pendapatan Daerah yang Sah sampai dengan triwulan III 2020 mencapai Rp391,65 miliar, mengalami peningkatan tajam 91,08% dibandingkan triwulan III 2019 (Grafik 3.3). Persentase realisasi tertinggi adalah Kabupaten Buton Tengah yang mencapai Rp37,61 miliar atau sebesar 220,48% dari target sebesar Rp17,06 miliar sedangkan Kabupaten Konawe Selatan belum ada realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

3.2. BELANJA DAERAH

3.2.1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal

Sampai dengan triwulan III 2020 realisasi Belanja Pegawai sebesar Rp4,75 triliun atau 62,14% dari pagu, mengalami kenaikan sebesar 1,51% dibandingkan dengan triwulan III 2019. Belanja Barang terealisasi sebesar Rp1,76 triliun atau 41,19% dari pagu. Realisasi belanja barang di triwulan III 2020 mengalami penurunan sebesar 14,50% dibandingkan triwulan III 2019, penurunan realisasi belanja barang ini dipengaruhi oleh kebijakan refocusing dan realokasi untuk mendukung kegiatan penanganan Covid-19. Sementara itu, Belanja Modal di triwulan III 2020 terealisasi sebesar Rp1,57 triliun atau 25,02% dari pagu, mengalami penurunan sebesar 5,55% dibandingkan dengan triwulan III 2019. Rendahnya realisasi belanja modal disebabkan oleh banyaknya kontrak pengadaan yang belum selesai atau masih dalam tahap lelang. Tren dalam beberapa tahun terakhir, realisasi belanja modal akan mengalami peningkatan pada triwulan IV.

Sumber: BPKAD lingkup Sultra (diolah)

Grafik 3. 3 Realisasi Belanja Pegawai, Barang, dan Modal s.d. Triwulan III 2020 lingkup Sultra (miliar Rp.)

(47)

3.2.2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan

Pagu belanja daerah terbesar berdasarkan klasifikasi urusan adalah Pelayanan Umum yaitu sebesar Rp7,98 triliun. Persentase realisasi belanja tertinggi adalah Perlindungan Sosial yaitu sebesar 61,81%. Hal ini berkaitan dengan program pemulihan ekonomi nasional dalam rangka membangkitkan perekonomian dan membantu ketahanan masyarakat akibat pandemi Covid-19. Sedangkan persentase realisasi belanja terkecil adalah urusan Perumahan dan Fasilitas Umum sebesar 40,73%.

3.3. PROGNOSIS REALISASI APBD SAMPAI DENGAN AKHIR TAHUN 2020

Prognosis realisasi APBD ditentukan dengan metode Seasonal ARIMA (SARIMA). Metode SARIMA digunakan karena adanya pola yang berulang (musiman) pada lag kelipatan 4 di data realisasi APBD yang dapat dilihat pada plot time series (Lampiran). Realisasi pendapatan APBD pada gambar 3.1 menunjukkan pola yang cenderung

Sumber: LRA Pemda, GFS Kanwil DJPb Prov. Sultra (diolah)

Realisasi beanja tertinggi berdasarkan klasifikasi urusan adalah belanja perlindungan sosial

Grafik 3. 4 Pagu dan Realisasi Belanja berdasarkan Urusan s.d Triwulan III 2020 lingkup Sultra (miliar Rp.)

Sumber Data: LRA Pemda, GFS Kanwil DJPb Prov. Sultra (diolah)

(48)

menurun setiap tahunnya. Setelah dilakukan tahapan analisis, model SARIMA yang terbentuk untuk realisasi pendapatan APBD adalah ARIMA(1,1,0)(1,1,0)4 dengan nilai

MS sebesar 11,5758. Sementara itu, realisasi belanja APBD dapat dilihat pada gambar 3.2. Pola pada realisasi belanja APBD terlihat berbeda dengan realisasi pendapatan APBD yaitu dengan pola yang tidak beraturan. Model SARIMA yang terbentuk pada realisasi belanja APBD adalah ARIMA(0,0,0)(0,1,1)4.

Dari model tersebut diperoleh nilai forecasting untuk prognosis APBD sebagai berikut:

Hingga akhir tahun 2020 diperkirakan pendapatan daerah lingkup Sultra akan tercapai 87,21%, sedangkan untuk belanja daerah diperkirakan terealisasi sebesar 89,56%. Tren yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa belanja daerah akan mengalami peningkatan realisasi yang signifikan menjelang akhir tahun 2020 atau pada triwulan IV 2020.

Sumber: LRA Pemda, GFS Kanwil DJPb Prov. Sultra (diolah)

Pagu (miliar Rp.) Realisasi (miliar Rp.) % Realisasi Realisasi (miliar Rp.) % Prognosis Pendapatan Daerah 20.680,56 12.780,46 61,80% 18.035,51 87,21% Belanja Daerah 22.709,50 10.105,73 44,50% 20.338,63 89,56% Surplus/Defisit (2.028,95) 2.674,72 (2.303,12) Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV

Uraian s.d. Triwulan III

Tabel 3. 2 Prognosis APBD s.d. Triwulan IV 2020 lingkup Sultra Sumber Data: LRA Pemda, GFS Kanwil DJPb Prov. Sultra (diolah)

(49)
(50)
(51)

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN ANGGARAN

KONSOLIDASIAN

(APBN DAN APBD)

4.1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN

Realisasi anggaran pada Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian triwulan III 2020 setelah dilakukan eliminasi transaksi akun resiprokal mengalami pelebaran defisit sebesar 8,11% (y-on-y) dari Rp11,83 triliun pada triwulan III 2019 menjadi Rp12,79 triliun. Dari sisi pendapatan konsolidasian terjadi kenaikan 1% (YoY) dibandingkan pada triwulan III 2019 menjadi sebesar Rp3,04 triliun pada triwulan III 2020, sementara sisi belanja konsolidasian mengalami kenaikan 6,67% (YoY) dari Rp14,84 triliun menjadi Rp15,83 triliun.

Tabel 4. 1Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Triwulan III 2020 (miliar Rp.)

Sumber: LKPK Triwulan III 2020 Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Tenggara

*)Jumlah Konsolidasian setelah dialkukan eliminasi atas akun resiprokal

2019 Pusat Daerah Konsolidasian Konsolidasian

Pendapatan Negara 2.054,09 12.541,09 3.043,88 1,00% 3.013,64 Pendapatan Perpajakan 1.651,32 630,33 2.281,66 1,37% 2.250,75 Pendapatan Negara Bukan Pajak *) 402,76 580,63 536,01 -22,07% 687,85 Hibah - 215,34 215,34 186,97% 75,04 Transfer *) - 11.114,78 10,87 - -Belanja Negara 17.509,11 9.874,78 15.832,59 6,67% 14.843,10 Belanja Pemerintah 4.002,67 8.785,77 12.788,43 -2,03% 13.053,36 Transfer *) 13.506,45 1.089,01 3.044,15 70,09% 1.789,74 Surplus/(Defisit) (15.455,03) 2.666,32 (12.788,71) 8,11% (11.829,46) - - -Pembiayaan - 121,60 121,60 446,95% 22,23 Penerimaan Pembiayaan Daerah - 354,01 354,01 27,91% 276,76 Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 232,41 232,41 -8,69% 254,53 Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan

Anggaran (15.455,03) 2.787,91 (12.667,11) 7,28% (11.807,23)

Gambar

Grafik 1. 2 Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Sultra  Triwulan III 2020 Berdasarkan Lapangan Usaha
Grafik 1. 3 Pertumbuhan Ekonomi Sultra Triwulan III 2019 - Triwulan III 2020   Berdasarkan Pengeluaran (YoY)
Grafik 1. 4 Perkembangan Ekspor Impor Sultra Sampai Dengan Triwulan III 2020
Tabel  1.1 Inflasi Kota Kendari dan Baubau Triwulan III 2020 Berdasarkan Subsektor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan pendapatan per kapita diikuti oleh peningkatan ketimpangan pendapatan karena setelah perekonomian di Provinsi Jawa Barat didominasi oleh sektor industri

Wacana iklan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasar diatas adalah merupakan tindak tutur ilokusi. Tindak tutur di atas merupakan tindak ilokusi yaitu memberikan semangat

Berdasarkan total indikator yang digunakan dalam perdebatan, ini menunjukkan bahwa baik tim pemenang NUDC dan WUDC menggunakan Logos sebagai yang paling banyak

Tujuan jangka panjang dari penelitian yang dilakukan adalah menemukan metode yang tepat untuk mengisoalsi gelatin dari kulit kaki ayam Broiler agar dihasilkan

Pada proses Open-Hearth ( dapur Siemens Martin ) digunakan campuran besi mentah (pig iron) padat atau cair dengan baja bekas (steel scrap) sebagai bahan isian (charge).. Pada

Sebagaimana kesimpulan hasil studi maka pada dasarnya penyelesaian tersebut memerlukan tiga hal (lihat gambar 27) yaitu: pertama adanya batasan tentang hak properti yang

Efriansyah, 2007, Hubungan Antara Sifat Kekompakan Sedimen Pengisi Cekungan Dengan Nilai Amplifikasi dan Pengukuran Mikrotremor di Daerah Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta,