KAJIAN
FISKAL
REGIONAL
KEMENTERIAN KEUANGANDIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
Triwulan II
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... I DAFTAR TABEL ... III DAFTAR GRAFIK ... DAFTAR GAMBAR ... V
BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 1
A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ... 2
B. INFLASI ... 3
C. INDIKATORKESEJAHTERAAN ... 4
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN ... 6
A. PENDAPATANNEGARA ... 6
1. Penerimaan Perpajakan ... 6
a) Pajak Penghasilan (PPh) ... 6
b) Pajak Pertambahan Nilai (PPn) ... 7
c) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ... 7
d) Penerimaan Bea Masuk dan Keluar serta Cukai ... 7
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 8
a) Pendapatan Badan Layanan Umum... 8
b) Pendapatan PNBP Lainnya... 8
3. Pendapatan Hibah ... 8
B. BELANJANEGARA ... 9
1. Belanja Pemerintah Pusat K/L ... 9
2. Transfer ke Daerah... 9
3. Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) ... 9
a) Universitas Halu Oleo (UHO) ... 9
b) Rumah Sakit Umum (RSU) Bhayangkara ... 10
4. Manajemen Investasi Pusat ... 11
C. PROGNOSISREALISASIAPBN ... 12
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 13 IV
ii
1. Pendapatan Asli Daerah ... 14
a) Pajak Daerah ... 14
b) Retribusi Daerah ... 14
c) Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan ... 15
d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah ... 15
2. Pendapatan Transfer ... 15
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ... 16
B.BELANJADAERAH ... 16
1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal ... 16
2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan ... 17
C.PROGNOSISREALISASIAPBDSAMPAIDENGANAKHIRTAHUN2018 ... 17
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ... 18
A. LAPORANKEUANGANPEMERINTAHKONSOLIDASIAN ... 18
B. PENDAPATANKONSOLIDASIAN ... 18
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan ... 18
2. Analisis Perubahan... 19
3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian ... 19
C. BELANJAKONSOLIDASIAN ... 19
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan ... 19
2. Analisis Perubahan... 20
3. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal kepada Indikator Ekonomi Regional ... 20
D. ANALISISKONTRIBUSIPEMERINTAHDALAMPRODUKDOMESTIKREGIONAL BRUTO(PDRB) ... 21
BAB V BERITA / ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH ... 22
A. EFEKTIVITASDANADESATERHADAPTINGKATKEMISKINANDISULAWESI TENGGARA ... 22
B. PENGEMBANGANPARIWISATAWAKATOBI ... 24
DAFTAR PUSTAKA ... 1
DAFTAR TABEL
TABEL 1. 1 IHK DAN INFLASI PROVINSI SULAWESI TENGGARA ... 3
TABEL 2. 1 PAGU DAN REALISASI APBN LINGKUP SULTRA ... 6
TABEL 2. 2 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN UHO ... 10
TABEL 2. 3 PAGU PNBP DAN RM UHO ... 10
TABEL 2. 4 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RSU BHAYANGKARA ... 10
TABEL 2. 5 PAGU PNBP DAN RM RSU BHAYANGKARA ... 11
TABEL 2. 6 PENERUSAN PINJAMAN LINGKUP SULTRA ... 11
TABEL 2. 7 DEBITUR KUR PER WILAYAH LINGKUP SULTRA ... 12
TABEL 2. 8 DEBITUR UMI PER WILAYAH LINGKUP SULTRA ... 12
TABEL 2. 9 PROGNOSIS REALISASI APBN S.D. TRIWULAN IV 2019 ... 12
TABEL 3. 1 PAGU DAN REALISASI APBD TRIWULAN II 2018 DAN 2019 LINGKUP PROVINSI SULAWESI TENGGARA ... 13
TABEL 3. 2 PERKIRAAN REALISASI APBD S.D. TRIWULAN I V 2019 LINGKUP PROVINSI SULAWESI TENGGARA ... 17
TABEL 4. 1 LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN LINGKUP SULTRA .. 18
TABEL 4. 2 REALISASI PENDAPATAN KONSOLIDASIAN ... 19
iv
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK 1. 1 PERKEMBANGAN EKONOMI SULTRA DAN NASIONAL 2017 – 2019
Y-ON-Y (%) ... 2
GRAFIK 1. 2 PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR SULTRA PERIODE TW II 2017 – 2019 (JUTA US$) ... 2
GRAFIK 1. 3 TINGKAT INFLASI SULTRA DAN NASIONAL TRIWULAN II 2019 ... 3
GRAFIK 1. 4 TINGKAT KEMISKINAN SULAWESI TENGGARA DAN NASIONAL PERIODE SEMESTER I TAHUN 2015 – 2019 (%)... 4
GRAFIK 1. 5 PERKEMBANGAN GINI RATIO PROVINSI SULAWESI TENGGARA DAN NASIONAL PERIODE SEMESTER I TAHUN 2015 – 2019... 4
GRAFIK 1. 6 JUMLAH DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROV. SULAWESI TENGGARA PERIODE FEBRUARI 2015 – 2019 ... 5
GRAFIK 2. 1 PENERIMAAN PPH LINGKUP SULTRA (RUPIAH) ... 6
GRAFIK 2. 2 PENERIMAAN PPN LINGKUP SULTRA (RUPIAH) ... 7
GRAFIK 2. 3 PENERIMAAN PPNBM LINGKUP SULTRA (RUPIAH) ... 7
GRAFIK 2. 4 PENERIMAAN BEA DAN CUKAI LINGKUP SULTRA (RUPIAH) ... 8
GRAFIK 2. 5 PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK LINGKUP SULTRA (RUPIAH) ... 8
GRAFIK 2. 6 BELANJA APBN LINGKUP SULTRA (RUPIAH) ... 9
GRAFIK 2. 7 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA LINGKUP SULTRA (RUPIAH) ... 9
GRAFIK 3. 1 TARGET DAN REALISASI PER JENIS PAD SELURUH PEMDA PROVINSI SULAWESI TENGGARA S.D. TRIWULAN II 2019 (MILIAR RUPIAH) ... 14
GRAFIK 3. 2 REALISASI PENDAPATAN TRANSFER LINGKUP PROVINSI SULAWESI TENGGARA (MILIAR RUPIAH) ... 15
GRAFIK 3. 3 TARGET DAN REALISASI LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH LINGKUP PROVINSI SULAWESI TENGGARA (MILIAR RUPIAH) ... 16
GRAFIK 3. 4 PAGU DAN REALISASI BELANJA PEGAWAI, BARANG, DAN MODALTRIWULAN II 2019 PROVINSI SULAWESI TENGGARA (MILIAR RUPIAH) ... 16
GRAFIK 3. 5 PAGU DAN REALISASI BELANJA BERDASARKAN URUSAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA (MILIAR RUPIAH) ... 17
GRAFIK 4. 1 PERBANDINGAN PENDAPATAN KONSOLIDASIAN SULTRA (RUPIAH) ... 18
GRAFIK 4. 2 PERBANDINGAN PENERIMAAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN (RUPIAH) . 18 GRAFIK 4. 3 PERBANDINGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN KONSOLIDASIAN (RUPIAH) 19 GRAFIK 4. 4 BELANJA PEMERINTAH KONSOLIDASIAN BERDASAR JENIS BELANJA (RUPIAH) ... 19
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 5. 1 POLA HUBUNGAN ANTARA DANA DESA DENGAN TINGKAT KEMISKINAN PEDESAAN DI SULTRA TAHUN 2017 - 2018 ... 23
BAB I
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
Di tengah pertumbuhan ekonomi global yang tumbuh melambat serta berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS - Tiongkok, kondisi berbeda justru dialami oleh Sultra. Ekonomi Sultra pada triwulan II 2019 mengalami akselerasi pertumbuhan sebesar 6,30% (y-on-y). Rupanya kondisi ekonomi Sultra tidak tergerus oleh kondisi global bahkan yang menjadi kekhawatiran selama ini adalah dampaknya terhadap ekspor. Ekspor Sultra justru menjadi penyokong utama terhadap pertumbuhan ekonomi Sultra dari sisi pengeluaran. Saat ini komoditas yang mendominasi ekspor Sultra berasal dari sektor industri pengolahan. Industri pengolahan sendiri juga tumbuh tertinggi dari sisi lapangan usaha. Hal ini sebagai dampak dari kebijakan pemerintah untuk mendorong industri di tanah air dalam kerangka peningkatan nilai tambah sumber daya alam, hilirisasi industri, penyerapan tenaga kerja dan penyebaran industri di luar pulau jawa. Salah satu kebijakan pemerintah tersebut adalah pembangunan smelter feronikel. Diperkirakan pertumbuhan dari industri pengolahan di Sultra akan mencatatkan akselerasi pertumbuhan, mengingat saat ini belum semua smelter beroperasi dan masih dalam tahap pembangunan. Kondisi ini dijaga Sultra dengan menekan kegiatan impor Sultra yang berimbas pada surplusnya neraca perdagangan.
Pertumbuhan ekonomi Sultra ini harusnya dijadikan momentum untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk Sultra. Ekonomi Sultra yang selama ini tumbuh di atas rata-rata nasional justru berbanding lurus dengan tingkat kemiskinan dan ketimpangan Sultra, sementara berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran Sultra. Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Sultra yang seyogyanya bersifat influsif rupanya belum mampu berkontribusi dalam upaya pengentasan kemiskinan di Sultra. Ekonomi Sultra secara agregat meningkat, namun peningkatan tersebut tidak dialami seluruh masyarakat sultra melainkan hanya sebagian masyarakat. Diperlukan kebijakan dari pemerintah dalam mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan masyarakat Sultra dengan penyediaan kesempatan kerja bagi kelompok miskin dan upah yang memadai (pendapatan) karena peningkatan kesempatan kerja merupakan unsur paling esensial dalam setiap strategi pembangunan yang menitikberatkan pada pengurangan kemiskinan.
2
A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTOProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sultra pada triwulan II 2019 ADHB mencapai Rp 31,93 triliun dan ADHK-2010 mencapai Rp 23,29 triliun. Pada triwulan II 2019 ekonomi Sultra tumbuh positif sebesar 6,30% (y-on-y) meningkat dibanding triwulan II 2018 yang hanya sebesar 6,13% (y-on-y).
Ekonomi Sultra selalu tumbuh di atas ekonomi nasional. Pada triwulan II 2019, ekonomi Sultra tumbuh positif sementara kondisi berbeda terjadi pada pertumbuhan nasional yang justru mengalami perlambatan dari 5,27% (y-on-y) pada triwulan II tahun 2018
menjadi 5,05% (y-on-y). Kendati demikian kontribusi PDRB Sultra terhadap PDRB Nasional masih sangat kecil hanya sebesar 0,79%.
Pertumbuhan ekonomi Sultra pada triwulan II 2019 (y-on-y) didukung oleh pertumbuhan semua lapangan usaha. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor industri pengolahan sebesar 15,92% diikuti sektor informasi dan komunikasi sebesar 7,94%. Tingginya pertumbuhan industri pengolahan seiring dengan beroperasinya beberapa smelter di Sultra. Berdasarkan struktur PDRB, kedua sektor ini berkontribusi kecil dalam pembentukan PDRB Sultra masing-masing 6,36% dan 1,78%. Sektor yang berkontribusi besar adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 24,00% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 21,00%.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan terjadi pada seluruh komponen dimana pertumbuhan tertinggi masih dicapai oleh komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 63,52%. Ekspor Sultra selama triwulan II 2019 tercatat sebanyak 2.103,19 ribu ton dengan nilai sebesar US$433,56
juta. Adapun ekspor Sultra didominasi oleh kelompok komoditi besi, baja, bijih, kerak, abu logam, dan komoditi ikan dan udang. Sedangkan negara tujuan ekspor Sultra adalah Tiongkok disusul India. Sementara itu impor Sultra tercatat sebanyak
452,34 ribu ton dengan nilai sebesar US$186,27 juta. Barang dan jasa yang diimpor oleh Sultra meliputi kelompok komoditi bahan bakar mineral, besi baja dan kapal laut dan bangunan terapung yang berasal dari negara Tiongkok dan Singapura. Dari selisih nilai ekspor dan impor sampai dengan triwulan II 2019, nilai neraca perdagangan Sultra tercatat surplus sebesar US$247,29 juta.
B. INFLASI
Pada triwulan II 2019, Sultra yang diwakili oleh kota Kendari mengalami inflasi sebesar 4,81% jauh di atas inflasi nasional sebesar 1,67%. Inflasi bulanan selama triwulan II 2019 berkisar antara 0,46% - 2,55%. Penyebab Inflasi yang terjadi di Sultra pada triwulan II adalah demand full
inflation yang memicu kenaikan harga. Komponen yang memicu tekanan inflasi
adalah volatile foods atau kebutuhan Sementara itu komponen administered prices seperti angkutan udara mengalami deflasi.
Selama tiga tahun terakhir, permasalahan inflasi pada triwulan 2 hampir sama yaitu terjadinya tekanan inflasi dan puncaknya pada bulan Juni. Tekanan inflasi yang terjadi pada triwulan II terjadi menjelang bulan suci ramadhan sampai dengan idul fitri. Hal lain yang menyebabkan inflasi pada triwulan II adalah terbatasnya pasokan stok sejumlah bahan makanan seiring dengan gelombang tinggi, peningkatan curah hujan yang terjadi, dan terganggunya produksi pertanian karena banjir. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Tenggara perlu melakukan upaya intensif dalam mengendalikan inflasi yang terjadi pada periode yang rawan terjadinya tekanan inflasi. TPID sendiri telah melakukan upaya-upaya seperti program pasar murah, melaksanakan kegiatan sadar inflasi bagi masyarakat Kota Kendari dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah.
4
C. INDIKATOR KESEJAHTERAANIndikator pembangunan yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat diantaranya:
1. Tingkat Kemiskinan
Tingkat kemiskinan Sultra dalam kurun 5 tahun terakhir mengalami perbaikan. Hal ini merupakan indikasi keberhasilan program pemerintah dalam mengatasi kemiskinan.
Kendati tingkat kemiskinan Sultra telah mengalami penurunan namun masih di atas rata-rata nasional. Jika dibandingkan antara kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi Sultra dengan nasional, maka tingkat pertumbuhan ekonomi Sultra lebih tinggi dari nasional. Salah satu penyebab kemiskinan di Sultra adalah sebagian besar penduduk Sultra bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sementara sektor ini tumbuh melambat yang pada akhirnya berdampak pula terhadap pendapatan masyarakat. Hal ini terlihat dari nilai tukar petani yang kurang dari 100 dimana biaya produksi yang dikeluarkan petani lebih besar dari pada pendapatan petani dari kegiatan tersebut yang berakibat pada rendahnya kesejahteraan masyarakat. Pemerintah perlu menjaga pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan misalnya dengan melakukan revolusi teknologi, mengganti varietas tradisional dengan varietas unggulan, serta kebijakan harga menyangkut produk pertanian maupun sarana produksi sehingga NTP meningkat.
2. Tingkat Ketimpangan (Gini Ratio)
Indeks Gini merupakan indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Nilai Koefisien Gini berkisar antara 0 hingga 1. Koefisien Gini bernilai 0 menunjukkan adanya pemerataan pendapatan yang sempurna, atau setiap orang memiliki pendapatan yang sama. Selain kemiskinan, masalah lain yang dihadapi Sultra dalam pembangunan ekonomi adalah ketimpangan. Sama seperti tingkat kemiskinan, tingkat
ketimpangan juga berada di atas rata-rata nasional. Penyebab dari masalah ketimpangan di Sultra adalah melambatnya pertumbuhan sektor padat karya seperti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang berdampak pada rendahnya pendapatan masyarakat bawah. Pemerintah daerah lingkup Sultra seharusnya menjaga pertumbuhan sektor-sektor padat karya agar tetap tinggi sehingga pertumbuhan ekonomi mampu menyentuh masyarakat bawah.
3. Tingkat Pengangguran
Pengangguran sangat erat kaitannya dengan ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat. semakin banyak lapangan kerja semakin tinggi juga kesempatan penduduk usia produktif untuk bekerja, pun sebaliknya.
Pengangguran terjadi ketika jumlah pencari kerja lebih banyak daripada kesempatan kerja yang tersedia.
Tingkat pengangguran terbuka Sultra saat ini di bawah rata-rata nasional. Kondisi ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh ekonom Arthur Okun (Okun’s Law) yang mengindikasikan adanya hubungan negative antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran, semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka semakin rendah tingkat pengangurannya dan sebaliknya. Namun perlu mendapat perhatian karena pada tahun 2019 TPT Nasional bergerak turun sementara TPT Sultra justru bergerak naik. Hal ini sebagai akibat dari bertambahnya jumlah angkatan kerja yang belum terserap oleh pasar kerja Sultra terutama di perkotaan. TPT di perkotaan mengalami peningkatan sebesar 1,24% dari 3,83%, sementara TPT di pedesaan mengalami penurunan sebesar 0,42% dari 2,27%. Meningkatnya penduduk kota yang berpendidikan tinggi sementara lapangan kerja yang tersedia untuk mereka yang berpendidikan tinggi sedikit ditengarai sebagai penyebab meningkatnya TPT perkotaan, dengan kata lain masyarakat perkotaan cenderung pilih-pilih pekerjaan. Hal ini berbeda dengan di pedesaan dimana umumnya masyarakat pedesaan berpendidikan rendah gampang untuk mendapatkan pekerjaan dengan bertani.
BAB II
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menggambarkan kondisi keuangan pemerintah yang berkaitan dengan sumber-sumber pendapatan dan alokasi belanja pemerintah untuk satu periode tahun anggaran yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Pendapatan negara lingkup Sultra tahun 2019 ditargetkan sebesar Rp2,64 triliun,
meningkat 17,64% dibandingkan target tahun 2018. Sementara pagu belanja negara juga meningkat 7,99% dibandingkan pagu tahun 2018 menjadi Rp24,55 triliun.
A. PENDAPATAN NEGARA 1. Penerimaan Perpajakan
Sampai dengan triwulan II 2019, penerimaan pajak lingkup Sultra sebesar Rp1,07 triliun atau mencapai 48,80% dari target, meningkat 30,50% dibandingkan periode yang sama tahun 2018.
a)
Pajak Penghasilan (PPh)Sebagai ibukota provinsi yang merupakan pusat kegiatan ekonomi dan aktivitas masyarakat membuat Kota Kendari menjadi kontributor utama penerimaan PPh lingkup Sultra. Sampai dengan triwulan II 2019, penerimaan PPh Kota Kendari mencapai Rp212,55 miliar atau 444,58% dari seluruh penerimaan PPh, disusul Kabupaten Kolaka sebesar Rp68,66 miliar atau 14,40%, dan Kabupaten Konawe sebesar Rp62,51 miliar atau 13,11%. Penerimaan PPh sampai dengan triwulan II 2019 sebagai berikut:
(dalam miliar rupiah) Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi 2.475,14 704,46 2.240,92 1.079,12 2.636,23 1.338,66
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 2.472,30 704,46 2.240,92 1.079,12 2.636,23 1.338,66 1. Penerimaan Perpajakan 2.181,00 511,75 1.911,71 819,18 2.190,84 1.069,05 2. PNBP 291,30 192,71 329,21 259,94 445,39 269,61
II. HIBAH 2,84 - - - - -
22.680,74 10.372,44 22.729,08 10.909,45 24.545,42 11.286,99
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 6.731,02 2.342,34 6.859,06 2.808,58 7.288,06 2.760,82 1. Belanja Pegawai 1.872,68 831,52 1.893,39 907,14 1.976,80 1.012,53 2. Belanja Barang 2.723,28 824,66 2.906,18 1.118,67 3.118,43 1.193,03 3. Belanja Modal 2.119,07 683,98 2.049,72 781,04 2.180,88 552,48 4. Belanja Bantuan Sosial 15,99 2,17 9,77 1,74 11,95 2,78 5. Belanja Lain-lain - - - -
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 15.949,72 8.030,10 15.870,02 8.100,87 17.257,36 8.526,17 1. Transfer ke Daerah 14.467,69 7.185,97 14.455,77 7.256,41 15.643,54 7.563,16
a. Dana Perimbangan 14.318,13 7.088,69 14.254,02 7.155,54 15.421,93 7.452,36 1) Dana Alokasi Umum 9.747,38 5.697,17 9.821,73 5.719,13 10.272,39 5.978,85 2) Dana Bagi Hasil 927,52 225,44 427,37 153,53 765,91 301,15 3) Dana Alokasi Khusus Non Fisik 1.748,60 304,76 1.933,92 986,35 2.140,15 1.044,98 4) Dana Alokasi Khusus Fisik 1.894,63 861,32 2.071,00 296,53 2.243,48 127,37 b. Dana Transfer Lainnya - - - - c. Dana Keistimewaan Yogyakarta - - - - d. Dana Transfer Lainnya (DID) 149,56 97,28 201,75 100,88 221,61 110,81 2. Dana Desa 1.482,03 844,13 1.414,25 844,46 1.613,82 963,00 (20.205,60) (9.667,98) (20.488,17) (9.830,33) (21.909,19) (9.948,33) Sumber Data: OMSPAN DJPb, LKPK Kanw il DJPb Prov. Sultra (diolah)
B. BELANJA NEGARA
C. SURPLUS/DEFISIT
Pagu dan Realisasi APBN lingkup Sultra Tabel 2.1
Uraian Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 A. PENDAPATAN NEGARA
7
b) Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
Sampai dengan triwulan II 2019 Kota Kendari juga menjadi kontributor terbesar penerimaan PPN lingkup Sultra dengan penerimaan mencapai Rp114,13 miliar atau 48,13%, disusul Kota Baubau sebesar Rp29,41 miliar, dan Kabupaten Kolaka sebesar Rp22,65 miliar. Sementara itu juga terdapat pemindahbukuan keluar akibat kesalahan kode KPP pada saat penyetoran dan restitusi pajak di Kabupaten Kolaka Timur sebesar Rp3,38 miliar. Adapun penerimaan PPN sampai dengan triwulan II 2019 sebagai berikut:
c) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Kontributor penerimaan PPnBM terbesar sampai dengan triwulan II 2019 lingkup Sultra adalah Kota Kendari dengan penerimaan mencapai Rp1,85 miliar atau 95,72% dari seluruh penerimaan PPnBM, diikuti Kabupaten Kolaka Timur sebesar Rp14,74 juta, dan Kabupaten Wakatobi sebesar Rp13,21 juta. Terdapat pemindahbukuan keluar akibat adanya kesalahan pencantuman kode KPP pada saat penyetoran dan restitusi pajak di Kabupaten Kolaka sebesar Rp36,05 juta.
Penerimaan PPnBM sampai dengan triwulan II 2019 sebagai berikut:
d) Penerimaan Bea Masuk dan Keluar serta Cukai
Penerimaan Bea Masuk, Bea Keluar, Cukai, dan Denda Administrasi Pabean/Cukai/Lainnya sampai dengan triwulan II 2019 mencapai Rp230,29 miliar atau meningkat sebesar 19,02% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang hanya mencapai Rp193,49 miliar. Sebesar 78,08% penerimaan atau sebesar Rp179,81 miliar merupakan penerimaan Bea Keluar. Kondisi tersebut menunjukkan peningkatan arus barang keluar
secara langsung melalui Sultra. Penerimaan cukai sampai dengan triwulan II 2019 mencapai Rp188,30 juta.
Penerimaan Bea dan Cukai sampai dengan triwulan II 2019 sebagai berikut:
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Realisasi PNBP lingkup Sultra sampai dengan triwulan II 2019 sebesar Rp269,61 miliar atau mencapai 60,53% dari target sebagaimana grafik berikut:
a) Pendapatan Badan Layanan Umum
Pendapatan BLU lingkup Sultra sampai dengan triwulan II 2019 mencapai Rp143,36 miliar atau 48,77% dari target, terdiri dari pendapatan jasa layanan pendidikan Universitas Halu Oleo sebesar Rp131,40 miliar atau 91,66% dari keseluruhan pendapatan BLU, dan sisanya adalah pendapatan jasa layanan kesehatan RS Bhayangkara dan Pendapatan Lain-lain BLU.
b) Pendapatan PNBP Lainnya
Pendapatan Jasa Sektor Perhubungan masih menjadi kontributor terbesar pendapatan PNBP lainnya sampai dengan triwulan II 2019 dengan pendapatan mencapai Rp45,35 miliar atau 16,82%, disusul Pendapatan Layanan Kepolisian sebesar Rp26,87 miliar atau 9,97%, serta Pendapatan Biaya Pendidikan Rp22,47 miliar atau 8,33%.
9
B. BELANJA NEGARA
Belanja negara sampai dengan triwulan II 2019 adalah sebagai berikut:
1. Belanja Pemerintah Pusat K/L
Rincian belanja lingkup Sultra sampai dengan triwulan II 2019 sebagai berikut:
Realisasi belanja sampai dengan triwulan II 2019 mencapai Rp11,29 triliun atau 45,98% dari alokasi anggaran. Realisasi belanja triwulan II 2019 berada di atas target realisasi nasional yang sebesar 40%. Penilaian kinerja anggaran melalui nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) cukup memacu satker untuk disiplin dalam merealisasikan belanja APBN, sehingga diharapkan memberikan Multiplier Effect bagi ekonomi regional.
2. Transfer ke Daerah
Alokasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa lingkup Sultra tahun 2019 mencapai Rp17,26 triliun atau meningkat 8,51% dibandingkan dengan alokasi tahun 2018. Realisasi TKDD sampai dengan triwulan II
2019 mencapai Rp8,53 triliun atau 49,42% dari alokasi TKDD. Realisasi TKDD terbesar adalah realisasi Dana Alokasi Umum. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara menerima TKDD terbesar yaitu sebanyak Rp1,65 triliun atau 19,34% dari alokasi TKDD. Ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap dana transfer dari Pemerintah Pusat mencapai 88,86%.
3. Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU)
Terdapat 2 (dua) BLU di Sultra, yaitu Universitas Halu Oleo (UHO) dan Rumah Sakit Umum Bhayangkara. Keduanya masing-masing ditetapkan menjadi BLU penuh berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 32/KMK.05/2010 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.05/2016.
a) Universitas Halu Oleo (UHO)
1) Perkembangan Pengelolaan Aset
Ekuitas UHO sampai dengan triwulan II 2019 mengalami peningkatan sebesar 1,47% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018.
Sedangkan nilai aset juga meningkat sebesar 1,45% disebabkan naiknya nilai Kas pada BLU, Peralatan Mesin, serta Gedung Bangunan. Perkembangan Laporan Keuangan UHO sebagai berikut:
2) Kemandirian Fiskal
Kemandirian finansial BLU dapat dilihat dari perbandingan porsi pagu PNBP dan Rupiah Murni yang dikelolanya. Kemandirian tersebut diukur dari berkurangnya porsi pagu Rupiah Murni (RM) terhadap PNBP. Porsi pagu RM UHO dalam 3 tahun terakhir terus berkurang. Tabel 2.3. menunjukkan bahwa UHO sedang menuju menjadi BLU yang mandiri.
b) Rumah Sakit Umum (RSU) Bhayangkara
1) Perkembangan Pengelolaan Aset
Perkembangan Laporan Keuangan RSU Bhayangkara adalah sebagai berikut:
Ekuitas RSU Bhayangkara tahun 2019 meningkat sebesar 0,58% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018. Sedangkan nilai
(dalam rupiah) 2017 2018 2019*) Aset Lancar 90.162.685.668 107.383.108.218 132.117.115.134 Aset Tetap 2.320.682.226.356 2.322.442.883.615 2.332.838.608.015 Aset Lainnya 2.531.395.737 2.414.552.439 2.463.552.439 Kewajiban 8.169.048.074 1.454.537.635 873.093.209 Ekuitas 2.405.207.259.687 2.430.786.006.637 2.466.546.182.379 *) Data LK Semester I 2019
Sumber : Aplikasi e-Rekon-DJPb
Tabel 2.2
Ringkasan Laporan Keuangan UHO
(dalam rupiah) Pagu 2017 2018 2019 Pagu PNBP 180.889.000.000 251.972.255.000 265.000.000.000 Pagu RM 205.463.014.000 220.348.882.000 221.881.594.000 Total Pagu 386.352.014.000 472.321.137.000 486.881.594.000 % Pagu PNBP 46,82% 53,35% 54,43% Sumber : OMSPAN-DJPb Tabel 2.3
Pagu PNBP dan RM UHO
(dalam rupiah) Uraian 2017 2018 2019*) Aset Lancar 11.074.528.167 10.410.781.254 11.457.999.293 Aset Tetap 17.155.844.967 38.999.431.077 37.967.164.773 Aset Lainnya 57.126.327 184.362.328 384.883.945 Kewajiban 1.160.831.708 91.912.368 18.460.000 Ekuitas 27.126.667.753 49.502.662.291 49.791.588.011 *) Data LK Semester I 2019
Sumber : Aplikasi e-Rekon-DJPb
Tabel 2.4
11
2) Kemandirian FiskalSebagai satker BLU, RSU Bhayangkara termasuk dalam kategori BLU mandiri. Hal ini tercermin dari persentase pagu PNBP yang jauh di atas pagu Rupiah Murni, sebagaimana tabel berikut:
4. Manajemen Investasi Pusat
Saat ini sudah tidak ada lagi pinjaman Pemerintah Daerah atau di Sultra kepada Pemerintah Pusat yang ditatausahakan oleh Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan data Rekonsiliasi Outstanding Pinjaman yang dilaksanakan bulan Juli 2019, tersisa 1 (satu) pemda yaitu Kabupaten Konawe yang masih menunggu Surat Penutupan Perjanjian Penerusan Pinjaman. Sedangkan penerusan pinjaman pada Pemkot Baubau telah ditutup dengan Surat Menteri Keuangan Nomor S-41/MK.5/2019 tanggal 16 April 2019.
Selain melaksanakan kegiatan rekonsiliasi outstanding pinjaman, Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan juga diberikan tugas untuk melaksanakan Pembinaan dan Monitoring Kredit Program dan mengkoordinasi pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di wilayah kerjanya.
Berdasarkan hasil Monitoring Kredit Program periode Semester I 2019, diperoleh data bahwa penyaluran KUR berhasil memberikan dampak positif terhadap usaha penerima KUR yaitu berupa peningkatan omzet dan keuntungan yang diperoleh. Selain itu, juga memberikan dampak terhadap penambahan jumlah tenaga kerja meskipun belum terlalu signifikan. Pemerintah daerah perlu memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan kredit program di wilayah kerjanya, serta memberikan pelatihan kewirausahaan kepada pelaku usaha sehingga dampak KUR semakin nyata dalam mendukung ekonomi Sultra.
Jumlah debitur KUR sampai dengan triwulan II 2019 terbanyak di Kabupaten Muna sebanyak 5.070 debitur. Adapun nilai penyaluran KUR terbanyak di Kota
(dalam rupiah) Pagu 2017 2018 2019 Pagu PNBP 25.560.180.000 28.592.055.000 30.047.828.000 Pagu RM 3.998.278.000 4.395.010.000 4.280.507.000 Total Pagu 29.558.458.000 32.987.065.000 34.328.335.000 % Pagu PNBP 86,47% 86,68% 87,53% Sumber : OMSPAN-DJPb Tabel 2.5
Pagu PNBP dan RM RSU Bhayangkara
(dalam rupiah)
No. Nama SLA Penerima SLA Outstanding
SLA Status Keterangan
1. SLA-1110/DP3/1999 PEMKAB. KENDARI 0,00 Lunas Dalam Proses Penutupan SLA
Sumber : Aplikasi SLIM-DJPb (diolah)
Tabel 2.6 Penerusan Pinjaman lingkup Sultra
Kendari sebesar Rp183,19 miliar. Data penyaluran KUR sampai dengan triwulan II 2019 sebagai berikut:
Sementara itu berdasarkan data SIKP UMi sampai dengan triwulan II 2019, jumlah debitur UMi lingkup Sultra baru tercatat penyaluran oleh PT. Permodalan Nasional Madani (PNM) di Kabupaten Konawe sebanyak 240 debitur dengan jumlah mencapai Rp630 juta.
Data penyaluran UMi sampai dengan triwulan II 2019 sebagai berikut:
C. PROGNOSIS REALISASI APBN
Prognosis realisasi APBN sampai dengan akhir tahun 2019 dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh dan analisis trend. Perkiraan realisasi APBN hingga akhir tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Hingga akhir triwulan IV 2019, diperkirakan pendapatan negara lingkup Sultra akan No. Kabupaten/Kota Akad (dalam rupiah) Outstanding
(dalam rupiah) Debitur
Rata-rata per Debitur (dalam rupiah) 1 Kab. Kolaka 152.387.454.000 126.703.098.228 4.887 31.182.209 2 Kab. Konawe 95.392.187.633 76.095.769.959 3.540 26.946.946 3 Kab. Muna 129.383.700.000 99.088.102.427 5.070 25.519.467 4 Kab. Buton 96.048.000.000 76.984.396.102 3.318 28.947.559 5 Kab. Konawe Selatan 93.507.835.000 75.416.034.235 2.755 33.941.138 6 Kab. Bombana 57.655.927.374 46.794.096.289 1.790 32.210.015 7 Kab. Wakatobi 18.398.000.000 14.508.044.837 591 31.130.288 8 Kab. Kolaka Utara 70.006.970.400 61.143.459.729 2.260 30.976.536 9 Kab. Konawe Utara 5.197.625.000 2.893.739.917 121 42.955.579 10 Kab. Buton Utara 16.425.000.000 11.879.534.869 689 23.838.897 11 Kab. Kolaka Timur 5.739.000.000 4.230.805.336 30 191.300.000 12 Kab. Konawe Kepulauan 285.000.000 123.328.124 5 57.000.000 13 Kab. Muna Barat 627.000.000 593.046.825 2 313.500.000 14 Kab. Buton Tengah 2.120.000.000 827.664.061 9 235.555.556 15 Kab. Buton Selatan 1.295.000.000 475.000.000 10 129.500.000 16 Kota Kendari 183.191.678.563 151.732.952.374 3.586 51.085.242 17 Kota Bau-Bau 78.268.600.000 61.978.375.940 2.159 36.252.246
TOTAL 1.005.928.977.970 811.467.449.252 30.822
Sumber : Aplikasi SIKP-DJPb (diolah)
Tabel 2.7
Debitur KUR per Wilayah lingkup Sultra
No. Kabupaten/Kota Akad (dalam rupiah) Outstanding
(dalam rupiah) Debitur
Rata-rata per Debitur (dalam
rupiah)
1 Kab. Konawe 630.000.000 - 240 2.625.000
TOTAL 630.000.000 - 240
Sumber : Aplikasi SIKP-DJPb (diolah)
Tabel 2.8
Debitur UMi per Wilayah lingkup Sultra
(dalam rupiah) Rp % Realisasi Terhadap Pagu Rp % Perkiraan Realisasi Terhadap Pagu Pendapatan Negara 2.636.232.529.000 1.338.659.865.659 50,78% 2.648.977.996.000 100,48% Belanja Negara 24.545.422.306.000 11.286.987.339.598 45,98% 23.656.878.018.523 96,38% Surplus/Defisit (21.909.189.777.000) (9.948.327.473.939) (21.007.900.022.523) Uraian Pagu
Realisasi s.d. Triwulan II Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV Tabel 2.9
BAB III
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja agregat 18 Pemerintah Daerah lingkup Sultra (terdiri dari 1 Pemerintah Provinsi, 2 Pemerintah Kota, dan 15 Pemerintah Kabupaten) adalah sebagai berikut:Pagu Realisasi Pagu Realisasi PENDAPATAN
PAD 2.044,73 794,05 2.215,47 870,75
Pajak Daerah 678,72 389,99 967,46 469,95
Retribusi Daerah 342,67 46,5 234,89 35,78
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 121,19 109,99 133,62 130,13
Lain-lain PAD yang Sah 902,15 247,57 879,5 234,89
Pendapatan Transfer 16.042,11 8.204,02 17.463,38 8.056,38
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 14.254,01 7.155,54 15.319,37 7.127,72
Dana Bagi Hasil Pajak 307,34 95,22 248,27 76,9
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 120,03 58,31 517,64 219,47
Dana Alokasi Umum 9.821,73 5.719,13 10.267,95 5.731,84
Dana Alokasi Khusus 4.004,91 1.282,88 4.285,51 1.099,51
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 1.616,00 945,33 1.720,29 797,46
Dana Otonomi Khusus 0 0 0 0
Dana Penyesuaian 1.616,00 945,33 1.720,29 797,46
Transfer Pemerintah Provinsi 160 93,15 423,72 131,2
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 160 93,15 423,72 131,2
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 0 0 0 0
Transfer Bantuan Keuangan 12,1 10,00 0 0
Bantuan Keuangan dari Pemerintah Prov./Kabupaten/Kota Lainnya 12,1 10,00 0 0
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 804,61 83,50 808,76 139,23
Pendapatan Hibah 189,28 24,56 327,28 8,74
Pendapatan Dana Darurat 0 0 0 0
Pendapatan Lainnya 615,33 58,94 481,48 130,49 JUMLAH PENDAPATAN 18.891,45 9.081,57 20.487,61 9.066,36 BELANJA 17.603,03 6.724,40 19.451,95 4.817,97 Belanja Pegawai 6.764,20 3.663,75 7.537,56 2.926,05 Belanja Barang 3.710,09 932,12 4.213,32 1.105,31 Belanja Bunga 38,33 12,61 45,92 17,81 Belanja Subsidi 5,05 0,02 9,91 0,038 Belanja Hibah 934,09 595,4 681,49 134,59
Belanja Bantuan Sosial 26,78 1,99 23,07 5,79
Belanja Bantuan Keuangan 1.047,26 0 580,30 212,14
Belanja Modal 5.021,13 1.514,89 6.310,73 410,85
Belanja Tidak Terduga 56,1 3,62 49,65 5,39
TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 1.469,10 774,02 2.109,00 630,62
Transfer/Bagi Hasil ke Desa 311,15 110,18 340,12 148,39
Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah 218,55 110,18 339,12 148,39
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 92,6 0 1 0
Transfer Bantuan Keuangan 1.157,95 663,84 1.768,88 482,23
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya 185,27 267,42 326,41 65,28
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa 967,49 394,55 1.439,74 416,6
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 5,19 1,87 2,73 0,35
Tabel 3. 1
(dalam miliar rupiah)
Uraian Tahun 2018 Tahun 2019
14
Realisasi pendapatan maupun belanja dan transfer dalam APBD lingkup Sultrasampai dengan triwulan II 2019 secara agregat mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018. Penurunan pendapatan terjadi pada Pendapatan Transfer, sedangkan untuk Pendapatan Asli Daerah dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah mengalami kenaikan.
A. PENDAPATAN DAERAH 1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Daerah lingkup Sultra terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, dengan rincian sebagai berikut:
a) Pajak Daerah
Penerimaan Pajak Daerah sampai dengan triwulan II 2019 sebesar Rp469,95 miliar, mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan triwulan II 2018. Kenaikan tersebut disebabkan tata kelola perpajakan oleh pemerintah daerah semakin baik. Penerimaan pajak daerah tertinggi ada pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu sebesar Rp369,64 miliar.
b) Retribusi Daerah
Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah sampai dengan triwulan II 2019 yaitu sebesar Rp35,78 miliar, menurun jika dibandingkan triwulan II 2018. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan daerah dengan penerimaan retribusi terbanyak sebesar Rp8,9 miliar. Sedangkan yang terkecil adalah Pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan sebesar Rp103 juta.
c) Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sampai dengan triwulan II 2019 yaitu sebesar Rp130,13 miliar, mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan triwulan II 2018. Hal ini disebabkan pemerintah pada triwulan II 2019 ini daerah sudah mulai menerima atau membukuan deviden yang diterima dari BUMD atau perusahaan daerah.
d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah pada triwulan II 2019 sebesar Rp234,89 miliar atau mengalami kenaikan jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah sudah semakin inovatif menggali sumber pendapatan lain yang berasal dari selain pajak daerah dan restribusi daerah.
2. Pendapatan Transfer
Pendapatan Transfer sampai dengan triwulan II 2019 lingkup Sultra mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan II Tahun 2018. Pemerintah Daerah yang memperoleh pendapatan transfer terbesar yaitu Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar Rp1,64 triliun, sedangkan Pemerintah Daerah yang memperoleh pendapatan transfer terkecil yaitu Pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan sebesar Rp197,19 miliar.
16
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Realisasi pendapatan lain-lain yang sah sampai dengan triwulan II 2019 mencapai Rp139,23 miliar meningkat jika dibandingkan triwulan II 2018.
B. BELANJA DAERAH
1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal
Sampai dengan triwulan II 2019 Belanja Pegawai terealisasi sebesar Rp2,296 triliun, sedangkan Belanja Barang terealisasi sebesar Rp1,105 triliun dan Belanja Modal terealisasi sebesar Rp410,85 miliar. Kecilnya realisasi belanja modal disebabkan banyak kontrak pengadaan yang belum selesai atau masih dalam tahap lelang. Tren dalam beberapa tahun terakhir realisasi Belanja Modal akan mengalami peningkatan pada triwulan III sampai dengan triwulan IV.
2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan
Pagu belanja daerah terbesar berdasarkan klasifikasi urusan adalah Pendidikan yaitu sebesar Rp4,734 triliun. Persentase realisasi belanja daerah terhadap pagu berdasarkan klasifikasi urusan masih rendah yaitu 24,29%. Persentase realisasi belanja tertinggi adalah Pelayanan Umum yang sudah mencapai 33,18%.
mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh dan analisis trend adalah sebagai berikut:
Hingga akhir tahun 2019 diperkirakan pendapatan daerah lingkup Sultra akan tercapai 94,25%, lebih rendah dari tahun 2018 yang mencapai 97,56%. Sementara itu, belanja daerah akan terealisasi sebesar 95,79% juga lebih tinggi dari tahun 2018 yaitu sebesar 94,88%. Total pendapatan daerah hingga akhir periode triwulan II 2019 mencapai 44,25% dari target penerimaan, sedangkan realisasi belanja mencapai 24,77%. Tren yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa belanja daerah akan mengalami peningkatan yang signifikan menjelang akhir tahun
C. PROGNOSIS REALISASI APBD SAMPAI DENGAN AKHIR TAHUN 2019
BAB IV
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN
KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)
A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN
B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN 1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Pendapatan, hibah dan transfer konsolidasian tingkat wilayah sampai dengan triwulan II 2019 sebesar Rp2,01 triliun setelah memperhitungkan eliminasi transaksi akun resiprokal sebesar Rp8,21 triliun. Pendapatan tersebut terdiri dari pendapatan dan hibah Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah sebesar Rp1,34 triliun dan Pemerintah Daerah sebesar Rp8,88 triliun. Pendapatan dan hibah konsolidasian terdiri dari pendapatan perpajakan sebesar Rp1,54 triliun, PNBP sebesar Rp435,50 miliar, Hibah sebesar Rp8,74 miliar, dan transfer sebesar Rp25,10 miliar.
Pendapatan dan Hibah Konsolidasian sampai dengan triwulan II 2019 didominasi oleh pendapatan transfer sebesar Rp7,90 triliun. Hal ini menunjukkan ketergantungan pemda kepada pemerintah pusat masih sangat
(dalam rupiah) 2018 Pusat Daerah Konsolidasian Kenaikan Konsolidasian
Pendapatan Negara 1.338.659.865.659 8.877.360.528.714 2.008.294.427.742 21,70% 1.650.167.050.840 Pendapatan Perpajakan 1.069.045.097.000 469.910.170.343 1.538.955.267.343 27,27% 1.209.175.330.230 Pendapatan Bukan Pajak *) 269.614.768.659 501.732.635.298 435.498.140.273 -1,25% 440.991.720.610 Hibah - 8.740.329.126 8.740.329.126 - Transfer *) - 7.896.977.393.947 25.100.691.000 - Belanja Negara 11.286.987.339.598 5.295.034.143.706 8.374.295.516.672 -20,20% 10.494.239.145.221 Belanja Pemerintah 2.760.820.324.650 4.605.824.506.087 7.366.644.830.737 -22,72% 9.532.980.570.594 Transfer *) 8.526.167.014.948 689.209.637.619 1.007.650.685.935 4,83% 961.258.574.627 Surplus/(Defisit) (9.948.327.473.939) 3.582.326.385.009 (6.366.001.088.930) 28,02% (8.844.072.094.381) Pembiayaan - 33.457.513.602 33.457.513.602 148,37% (69.171.972.600) Penerimaan Pembiayaan Daerah - 171.957.898.168 171.957.898.168 5,69% 162.703.900.099 Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 205.415.411.770 205.415.411.770 119,62% 93.531.927.499
Sisa Lebih (Kurang)
Pembiayaan Anggaran (9.948.327.473.939) 3.548.868.871.407 (6.399.458.602.532) 27,07% (8.774.900.121.781) Tabel 4.1
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian lingkup Sultra
*) Jumlah Konsolidasian setelah dilak uk an eliminasi atas ak un resiprok al
Uraian 2019
19
2. Analisis Perubahan
Pendapatan Perpajakan lingkup Sultra sampai dengan triwulan II 2019 sebesar Rp1,54 triliun yang didominasi oleh Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pemerintah Pusat sebesar Rp838,94 miliar atau 64,10%. Sementara pendapatan Pajak Perdagangan Internasional sebesar
Rp230,11 miliar merupakan penerimaan Pemerintah Pusat. Meningkatnya Pajak Perdagangan Internasional merupakan efek kegiatan ekspor berbagai komoditas langsung melalui Sultra.
3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian
Pertumbuhan ekonomi memiliki korelasi positif dengan pendapatan konsolidasian, dimana setiap pertumbuhan ekonomi akan secara langsung diikuti oleh kenaikan pendapatan konsolidasian. Setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi Sultra akan mendorong kenaikan pendapatan konsolidasian secara signifikan. Sebaliknya, bila ekonomi tumbuh melambat akan menyebabkan pendapatan konsolidasian menurun.
Berdasarkan tabel 4.2, pada triwulan II 2019 PDRB-ADHK naik sebesar 9,20%, diikuti kenaikan pendapatan konsolidasian sebesar 21,70% dibandingkan triwulan II 2018. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi Sultra berkorelasi sangat kuat dan berdampak nyata pada peningkatan pendapatan konsolidasian.
C. BELANJA KONSOLIDASIAN
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Belanja Pemerintah Konsolidasian lingkup Sultra sampai triwulan II 2019 (di luar Dana Transfer) tercatat sebesar Rp7,37 triliun terdiri dari Belanja Periode Total Pertumbuhan Ekonomi/PDRB-ADHK (rupiah) % Kenaikan Total Pendapatan Konsolidasian (rupiah) % Kenaikan Triwulan II 2017 26.630.000.000.000 1.565.952.174.611 Triwulan II 2018 29.240.000.000.000 9,80 1.650.167.050.840 5,38 Triwulan II 2019 31.930.000.000.000 9,20 2.008.294.427.742 21,70 Tabel 4.2
Pemerintah Pusat sebesar Rp2,76 triliun, dan Belanja Pemerintah Daerah sebesar Rp4,61 triliun. Belanja Konsolidasian masih didominasi Belanja Pegawai sebesar Rp3,94 triliun atau 53,47%, dan Belanja Barang Rp2,30 triliun atau 31,20%. Sedangkan Belanja Pemerintah Daerah berkontribusi 62,52% terhadap total Belanja Pemerintah Konsolidasian.
2. Analisis Perubahan
Belanja Pemerintah Konsolidasian sampai dengan triwulan II 2019 (di luar dana transfer) mengalami penurunan sebesar 22,72% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018. Belanja pegawai masih mendominasi realisasi belanja konsolidasian. Sampai dengan triwulan II 2019 belanja pegawai terealisasi sebesar 53,47% dan belanja barang terealisasi sebesar 31,20%.
3. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal kepada Indikator Ekonomi Regional
Dampak kebijakan fiskal dapat dilihat dari hubungan unsur-unsur kebijakan fiskal berupa penerimaan perpajakan, realisasi belanja pemerintah, alokasi dana transfer dengan indikator ekonomi regional seperti PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi. Penerimaan pajak pada triwulan II 2019 meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2018, TKDD mengalami kenaikan sebesar Rp425,29 miliar, serta PDRB mengalami pertumbuhan 9,20%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara kebijakan fiskal dan
Sum ber : LKPK Triwulan I I 2019 Kanwil D J Pb Prov ins i Sulawes i Tenggara
Gra fik 4.5
Pe rba ndinga n Komposisi Be la nja Konsolida sia n
53,47% 31,20%
13,08%
0,24% 0,00% 1,83%0,12% 0,07% 0,00%
2019
Belanja Pegawai Belanja Bar ang Belanja Modal
Pembayaran Bunga Utang Subsidi Hibah
Bantuan Sosial Belanja Tak Terduga Belanja Lain-lain
47,95% 21,51% 24,08% 0,13% 0,00% 6,25% 0,04% 0,04% 0,00% 2018
Belanja Pegawai Belanja Bar ang Belanja Modal
Pembayaran Bunga Utang Subsidi Hibah
21
D. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO (PDRB)
Kontribusi belanja pemerintah (Goverment Expenditure) dalam pembentukan PDRB Sultra sampai dengan triwulan II 2019 sebesar 19,27% (Rp6,15 triliun) dari total PDRB Rp31,93 triliun, sedang kontribusi Investasi Pemerintah sebesar 3,08% (Rp984,75 miliar). Kontribusi belanja pemerintah (Goverment Expenditure) dalam pembentukan PDRB dilakukan antara lain melalui alokasi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta konstribusi sosial lainnya. Belanja pemerintah dimaksudkan untuk mempengaruhi dan mengintervensi pasar sehingga terjadi pemerataan hasil-hasil pembangunan, terciptanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, terkendali dan berkelanjutan serta terlindunginya kelompok masyarakat yang rentan dari resiko sosial. Besarnya belanja pemerintah secara nominal setiap tahun terus meningkat.
Berikut disajikan ringkasan Laporan Operasional belanja pemerintah tingkat wilayah Sultra periode triwulan II 2019.
Ekonomi Sultra triwulan II 2019 tumbuh sebesar 6,30%, lebih tinggi jika dibandingkan triwulan II 2018. Pertumbuhan didominasi konsumsi masyarakat yang mencapai 49,72%, sedangkan investasi berkontribusi 39,15%. Jika melihat konstribusi investasi yang masih di bawah konsumsi masyarakat, maka perlu upaya Pemerintah untuk terus mendorong investasi lingkup Sultra yang dapat memberikan
multiplier effect terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan pemerintah,
pemberdayaan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja yang luas. Saat ini kontribusi investasi pemerintah hanya mencapai Rp984,75 miliar terhadap PDRB.
Pe nda pa ta n 14.421.162.336.078 a. Pajak 1.538.912.154.520 b. Kontribusi Sosial 0 c. Hibah 795.042.160.361 d. Pendapatan Lainnya 12.087.208.021.197 Be ba n 8.536.851.416.186 a. Kompensasi Pegawai 3.975.458.236.096
b. Penggunaan Barang dan Jasa 2.170.082.389.984 c. Konsumsi Aset Tetap 0
d. Bunga 17.811.578.968
e. Subsidi 38.987.040
f. Hibah 2.267.768.421.906
g. Manfaat Sosial 8.568.585.227
h. Beban Lainnya 97.123.216.965
Ke se imba nga n Ope ra si Bruto/Ne tto 5.884.310.919.892 999.324.669.224
a. Aset Tetap 984.755.132.254
b. Perubahan Persediaan 0 c. Barang Berharga 0
d. Aset Non Produksi 14.569.536.970
Ne t Le nding / Borrow ing 4.884.986.250.668 TRANSAKSI ASET KEUANGAN DAN KEW AJIBAN (PEMBIAYAAN) : 4.920.986.250.668 a . Akuisisi Ne to Ase t Ke ua nga n 4.801.582.321.937
- Dalam Negeri 4.801.582.321.937
- Luar Negeri 0
- Emas Moneter dan Hak Tarik Khusus (SDRs) 0 b. Ke te rja dia n Ke w a jiba n Ne to (119.403.928.731)
- Dalam Negeri (119.403.928.731)
- Luar Negeri 0
Sum ber : LSKP Triwulan I I 2019 Kanwil D J Pb Prov ins i Sulawes i Tenggara Ta be l 4.3
Ringka sa n LO Be la nja Pe me rinta h lingkup Sultra (rupia h) TRANSAKSI YANG MEMPENGARUHI KEKAYAAN BERSIH :
BAB V
BERITA / ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH
A. EFEKTIVITAS DANA DESA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA
Masalah kemiskinan merupakan masalah klasik di indonesia. Kemiskinan tidak dapat dihilangkan tetapi hanya dapat diminimalisir. Pemerintah sudah berusaha menangulangi kemiskinan melalui berbagai program pemerintah seperti bantuan langsung tunai. Namun kebijakan ini dinilai oleh sebagian orang kurang tepat karena BLT dianggap tidak mampu menyelesaikan akar permasalahan kemiskinan yang sudah akut dan hanya akan membuat masyarakat menjadi malas. Seharusnya masyarakat diberikan lapangan pekerjaan yang pada gilirannya mampu mengangkat perekonomian masyarakat. Khusus di Sultra, kemiskinan tetap menjadi permasalahan utama kendati tingkat kemiskinan cenderung menurun. Hal ini karena tingkat kemiskinan di Sultra lebih tinggi daripada tingkat kemiskinan nasional. Berdasarkan wilayah, tingkat kemiskinan desa di Sultra lebih tinggi daripada tingkat kemiskinan perkotaan. hal ini menandakan bahwa walaupun pemerintah telah mengupayakan berbagai kebijakan untuk mengurangi kemiskinan tapi tampaknya berbagai kebijakan tersebut masih belum mampu mengentaskan masyarakat desa keluar dari kemiskinan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan desa masih tinggi antara lain:
1. Desa belum menjadi pusat pengembangan ekonomi yang baik bagi masyarakat pedesaan, sehingga masyarakat desa lebih memilih untuk merantau ke kota karena di kota lebih muda untuk mendapatkan pekerjaan yang kemudian bisa menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Perputaran uang di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. 2. Infrastruktur di pedesaan pada umumnya masih jauh dari standar kelayakan.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam masalah infrastruktur adalah jalan raya. Ekonomi desa akan mampu mengatasi kemiskinan jika jalan menuju desa yang dijadikan sarana untuk memobilisasi barang dan jasa yang jadi pemutar ekonomi desa dalam kedaaan yang layak untuk dilalui.
23
pertahunnya dengan tujuan agar perputaran uang di desa bisa mengalir lebih cepat,sehingga diharapkan akan berdampak pada pengurangan angka kemiskinan pedesaan. Jumlah alokasi dana desa yang dianggarkan untuk Sultra sejak tahun 2015 sebesar Rp4,52 triliun. Dana tersebut diperuntukkan untuk peningkatan pelayanan-pelayanan pokok di pedesaan seperti pembangunan air bersih, MCK, polindes, drainase, PAUD, posyandu dan sumur. Di samping untuk pelayanan pokok, dana desa juga dapat digunakan untuk pembangunan pertanian seperti pembangunan jalan tani, irigasi, drainase, jembatan, embung, penahan tanah mengingat mayoritas penduduk desa berprofesi sebagai petani. Selain itu, dana desa juga bisa digunakan untuk membangun BUMDes yang pada akhirnya menjadi sumber pemasukan bagi desa sehingga bisa menjadikan desa lebih mandiri dari segi anggaran untuk pembangunan. Apabila BUMDes telah berkembang dengan baik maka bisa juga menjadi perantara untuk membeli produk desa yang kemudian bisa disalurkan pada pasar yang membutuhkan seperti daerah perkotaan.
Program dana desa sendiri mempunyai dampak terhadap tingkat kemiskinan pedesaan. Hal ini terlihat dari hasil analisis spearman correlation serta model analisis salib sumbu. Dari hasil analisis spearman correlation menunjukkan bahwa rata-rata pengunaan dana desa berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dan memiliki hubungan yang kuat sebesar 0,600 serta berbanding terbalik terhadap tingkat kemiskinan pedesaan pada periode 2017-2018. Hal tersebut menunjukan bahwa kenaikan dana desa belum sepenuhnya dapat menurunkan tingkat kemiskinan pedesaan di Sultra seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 5.1 menunjukkan bahwa pada periode tahun 2017-2018 terdapat dua kabupaten yang berada pada kuadran I yakni Kabupaten Konawe dan Kolaka Utara dengan kondisi terburuk dalam arti bahwa persentase kenaikan dana desa berbanding lurus dengan persentase angka kemiskinan. Juga terdapat tujuh
kabupaten pada kuadran II yaitu Kabupaten Konawe Kepulauan, Buton Tengah, Buton Selatan, Buton Utara, Wakatobi, Kolaka Timur, dan Muna Barat. Kuadran II dengan kondisi tingkat kemiskinan pedesaan tinggi sementara dana desa relatif kecil dibanding daerah lain. Pada kuadran III terdiri dari tiga kabupaten yaitu Kabuten Buton, Kolaka dan Bombana. Kabupaten yang berada pada kuadran ini menunjukkan persentase kemiskinan pedesaan relatif kecil dan pertumbuhan dana desa juga relatif kecil dibanding daerah lainnya. Kondisi terbaik berada pada kuadran IV terdiri dari tiga kabupaten yaitu Kabupaten Konawe Selatan, Konawe Utara dan Muna. Pada kuadran ini pertumbuhan dana desa cukup tinggi dibanding daerah lainnya dan persentase kemiskinan pedesaan cukup kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa dana desa di daerah cukup efektif dalam menurunkan persentase kemiskinan yang ada di kabupaten tersebut. Mengingat masih terdapat beberapa daerah yang penggunaan dana desa belum efektif dalam menurunkan kemiskinan di Sultra, maka diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat dan Lembaga Swadaya masyarakat dalam mengoptimalkan dana desa sehingga tujuan dari dana desa dapat tercapai. Masalah kemiskinan di Sultra harus diperangi bersama seperti kutipan tokoh dunia Nelson Mandela “as long as poverty, injustice
and gross inequality exist in our world, none of us truly rest”.
B. PENGEMBANGAN PARIWISATA WAKATOBI
Sulawesi Tenggara memiliki banyak potensi alam, salah satunya keindahan alam. Kondisi Sultra yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan terumbu karang sangat potensial untuk dikembangkan jadi pariwisata bahari. Ada banyak objek wisata bahari di Sultra, namun yang paling populer saat ini adalah Pulau Labengki dan Wakatobi. Sejak tahun 1996, Wakatobi telah ditetapkan sebagai taman nasional Indonesia dan cagar alam dunia untuk biosfer laut oleh UNESCO. Wakatobi memiliki daya tarik berupa keindahan bawah laut yang dapat dinikmati dengan menyelam maupun snorkeling. Selain itu, menikmati keindahan pantai di Pulau Hoga yang terkenal dengan pasir putih merupakan keindahan lain dari pesona Wakatobi dan masih banyak lagi pesona yang ditawarkan di Wakatobi seperti Puncak Khayangan di Pulau Tomia, Pemandian Alam Hendaopa, Danau Sombano, Pantai Cemara dan Pantai Pulau Anona yang terkenal dengan julukan Pulau Seribu Penyu. Maka tidak heran kalau pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata menetapkan Wakatobi dalam Top 10 destinasi unggulan Indonesia pada tahun 2016.
25
luar negeri pada tahun 2018 mencapai 27 ribu orang meningkat bila dibanding tahunsebelumnya yang mencapai 22 ribu orang. Tahun ini pemerintah Wakatobi menargetkan sebanyak 30 ribu orang berkunjung ke Wakatobi. Untuk menarik kunjungan wisatawan tersebut, Wakatobi didukung oleh komponen utama dalam pariwisata yang biasa dikenal dengan 4A yaitu Attraction atau atraksi meliputi keindahan alam yang tersedia dan Event Wakatobi Wave yang rutin diadakan pada setiap bulan November. Selain atraksi, Wakatobi juga didukung oleh Accessibility atau aksesibilitas. Untuk menjangkau Wakatobi saat ini sudah tidak terlalu sulit. Wakatobi dapat dijangkau lewat udara dari Kendari ke Bandar Udara Matahora, dan lewat laut melalui Baubau dan Kendari. Komponen yang tidak kalah penting dalam mendukung pariwisata Wakatobi adalah Amenity atau amenitas berupa ketersedian tempat-tempat penginapan, parkir, toilet umum dan sarana ibadah. Komponen terakhir adalah Ancillary atau pelayanan tambahan berupa tersedianya lembaga kepariwisataan yang dapat memberikan rasa aman dan terlindungi bagi wisatawan.
Sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan pariwisata Wakatobi, pemerintah pusat mengalokasikan dana dalam APBN di Sultra sebesar Rp93,23 miliar pada tahun 2017, Rp80,67 miliar pada tahun 2018 dan Rp55,85 miliar pada tahun 2019 yang dikelola oleh beberapa satker antara lain Balai Taman Nasional Wakatobi, Unit Penyelenggara Pelabuhan Baubau, Unit penyelenggara Pelabuhan Wanci, Unit Penyelenggara Bandar Udara Matahora, dan Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah III Prov. Sultra (Sumber: Monev PA). Dana tersebut diperuntukkan khusus bagi pembangunan yang berhubungan langsung dengan pariwisata Wakatobi. Selain pengalokasian dalam APBN di Sultra, dukungan pemerintah pusat terhadap pariwisata Wakatobi juga terlihat melalui alokasi DAK Fisik bidang Pariwisata. Jumlah alokasi DAK Fisik bidang Pariwisata Wakatobi sejak tahun 2017 hingga 2019 mencapai Rp40,69 Miliar, telah terealisasi sebesar 68% dan sisanya akan disalurkan pada tahap III tahun 2019. Dana tersebut diantaranya digunakan untuk membangun titik labuh/singgah kapal layar Yacht pada Dermaga Wisata Marina Wanci dan Waha Tomia, serta pembangunan tempat parkir pada kawasan Dermaga Wisata Marina Wanci. Selain dukungan pemerintah pusat, pemerintah daerah juga mengalokasikan dana untuk bidang Pariwisata Wakatobi (Sumber: OMSPAN). Akumulasi alokasi dana bidang pariwisata sejak tahun 2017-2019 sebesar Rp76,82 miliar dan telah terealisasi sebesar Rp48,45 miliar, sedangkan sisanya akan direalisasikan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2019 (Sumber: SIKD).
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 121/PMK.07/2018.
Arsyad, Lincolin.2010. Ekonomi Pembangunan Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Sedyadi, G. S. M. (2014). Kajian Pengaruh Desentralisasi Fiskal Asimetri Di Indonesia
Terhadap Efisiensi Penyediaan Barang dan Layanan Publik Sektor Pendidikan (Tesis).
FOTO SAMPUL
1. Kontainer merapat di Pelabuhan Kendari Sumber:
Dokumentasi Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Tenggara
2. Jembatan Sungai Wanggu Sumber:
Dokumentasi Kanwil DJPb Provinsi Sulawesi Tenggara
3. Rumah Sakit Umum Bahtera Mas Provinsi Sultra Sumber:
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara
Jalan Mayjen Sutoyo Nomor 34 Kendari
Telepon (0401) 3127191, Faksimili (0401) 3127119
Email: [email protected]
Kp. BD.02/BD.0201/2019
fc Ririn Kadariyah
Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
SE-61/PB/2017 tanggal 4 Agustus 2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal
Regional, bersama ini disampaikan Buku Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Tenggara Triwulan II Tahun 2019 , sebagaimana dimaksud dalam surat edaran tersebut. Adapun softcopy berkas dimaksud telah dikirimkan melalui email lo.ditpa(S).gmail.com.
Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Direktur Jenderal Perbendaharaan
c.q. Direktur Pelaksanaan Anggaran
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara
Sangat Segera
Satu Buku
Penyampaian Buku Kajian Fiskal Regional Provinsi Sulawesi Tenggara
Triwulan IITahun2019 14 Agustus2019 Kepada Dari Sifat Lampiran Hal Tanggal
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Jalan Mayjen Suloyo No. 34 Kendari 93122
Telepon : (0401) 3127191 Faksimile : (0401) 3127119 SITUS : www.dipbn.kemenkeu.ao.id/kanwil/sultra