• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

- 6 -

Provinsi Banten

KAJIAN FISKAL REGIONAL

Triwulan I

2018

Penyusun:

Penanggung Jawab:Tardin Hidayat

Ketua Tim: Azwar I Editor: Erwin AOS I Desain Grafis: Royana Dewi I Anggota: Santun S. I Henie SR I Tri Winarti I Eha M I Siti Fatimah

(2)

i-

DAFTAR ISI ... i

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 1

A. Produk Domestik Regional Bruto 1

B. Inflasi 2

C. Indikator Kesejahteraan 2

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN 4

A. Pendapatan Negara 5

1. Penerimaan Perpajakan 5

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 7

3. Pendapatan Hibah 8

B. Belanja Negara 8

1. Belanja Pemerintah Pusat 8

2. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 9

3. Pengelolaan Badan Layanan Umum 9

4. Manajemen Investasi Pusat 10

C. Prognosis Realisasi APBN 11

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 12

A. Pendapatan Daerah 13

1. Pendapatan Asli Daerah 13

2. Pendapatan Transfer 15

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 16

B. Belanja Daerah 16

1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Belanja

Bantuan Sosial 16

2. Belanja Daerah berdasarkan Klasifikasi Urusan 17 C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2017 17 IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN

KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) 18

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasi 18

B. Pendapatan Konsolidasian 18

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan 18

2. Analisis Perubahan 19

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian

20

C. Belanja Konsolidasian 21

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan 21

2. Analisis Perubahan 21

3. Dampak Kebijakan Fiskal kepada Indikator Ekonomi Regional 22 D. Analisis Kontribusi Pemerintah dalam Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB)

22

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH 24

A. Optimalisasi Pelabuhan Laut di Banten 24

B. Mengenal Bank Wakaf Mikro, Alternatif Solusi Mengatasi Rentenir 25

Lampiran ii

(3)

- 1 -

I. ANALISIS EKONOMI REGIONAL

A. Produk Domestik Regional Bruto

Perekonomian Banten triwulan I 2018 yang diukur dengan PDRB menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 5,95 persen (yoy) naik 0,20 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (5,75 persen), pertumbuhan PDRB Banten juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional (5,06 persen).

Pertumbuhan ini juga terlihat pada pertumbuhan ekonomi Banten (q to q) tumbuh sebesar 0.26 persen sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional (-0.42).

Grafik 1.1. PDRB dan Pertumbuhan PDRB Provinsi Banten per Triwulan Tahun 2017 dan 2018 (q to q)

Sumber : BPS Provinsi Banten, BI

Dalam nominal PDRB ADHK dan ADHB triwulan I 2018 masing- masing sebesar Rp105,25 triliun dan Rp147,55 triliun. PDRB ADHB Banten berada di peringkat ke 5 dari 6 Provinsi di Jawa dengan kontribusi 6,98 persen, dan 4,10 persen kontribusi PDB, hal ini mencerminkan perekonomian Banten triwulan I 2018 menunjukkan peningkatan tetapi masih berada di bawah rata-rata regional. Laju pertumbuhan ekonomi Banten 5,95 persen (yoy) masih di bawah target RPJMD (6,8 - 7,0 persen).

Grafik 1.2. Sumber Pertumbuhan PDRB Banten Menurut Sektor Triwulan I 2018 (q to q)

Sumber: BPS Provinsi Banten

Secara q to q sektor pertanian, kehutanan dan perikanan serta membaiknya industri pengolahan pendorong perekonomian Banten triwulan I 2018 tumbuh sebesar 0,26

(4)

- 2 -

persen (q to q). Sektor pertanian memiliki andil pada laju pertumbuhan ekonomi Banten sebesar 14,74 persen dengan sumber pertumbuhan 0,71 persen.

Sedangkan dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi komponen pengeluaran total net ekspor sebesar 49,16 persen(q to q) dan sebesar 13,42 persen (y on y).

hal ini didorong oleh plastik dan barang dari plastik sebesar 10,15 persen serta komoditas Besi dan baja 49,67 persen.

B. Inflasi

Perkembangan harga barang dan jasa di Banten secara umum pada triwulan I tahun 2018 mengalami penurunan, rata-rata inflasi bulanan Provinsi Banten sebesar 0,29 persen (mtm) lebih rendah dibanding triwulan IV 2017 (0,34 persen). Inflasi Banten dengan rata-rata historisnya selama 3 tahun terakhir menunjukkan fluktuasi.

Grafik 1.3. Tingkat Inflasi Bulanan (mtm) Kabupaten Kota ,Provinsi Banten dan

Nasional (mtm) TW I Tahun 2018

Grafik 1.4 Perkembangan Inflasi (mtm) per sub kelompok Barang

bulan Januari- Maret

Sumber : BPS, BI Sumber : BPS, BI

Secara umum melambatnya inflasi pada triwulan I 2018 merupakan dampak dari koreksi harga kelompok transportasi, pendidikan, sandang dan seiring dengan berakhirnya Hari Raya Natal. Kenaikan inflasi diawal tahun didorong oleh kenaikan harga beras, cabe merah, bawang putih. Kenaikan harga beras disebabkan musim panen yang baru masuk pada bulan Maret 2018. Kenaikan bensin pada bulan Februari didorong oleh peningkatan harga minyak dunia yng mendorong kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Untuk triwulan II 2018 diperkirakan inflasi naik karena memasuki bulan Ramadhan dan Hari Raya iedul Fitri.

C. Indikator Kesejahteraan

Pada periode Februari 2018 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) naik semula 7.75 persen menjadi 7.77 persen dibanding pada periode yang sama, angka tersebut masih di atas angka pengangguran Nasional (5,13 persen), berada pada peringkat ke-2 tertinggi di indonesia. Tingginya TPT antara lain disebabkan Provinsi

(5)

- 3 -

Banten sebagai kota Industri banyak lapangan pekerjaan yang menarik migran, tingginya migran yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan industri menyebabkan warga banten kalah bersaing mendapatkan pekerjaan, dan migran yang tidak terserap oleh pasar kerja akan menambah jumlah pengangguran. Selain itu penyebab tingginya pengangguran karena industri di Banten banyak yang padat modal sehingga kurang menyerap tenaga kerja. TPT Banten belum mencapai target RPJMD (8,24 persen) dan masih jauh dari target RKP (5,0- 5,3 persen).

Grafik 1.5. Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Banten dan Nasional Februari 2016 – Februari 2018

Sumber : BPS Provinsi Banten

Jumlah dan persentase penduduk miskin di Banten tertinggi pada Maret 2015 (5,90 persen) sampai dengan Maret 2017 kemiskinan menunjukkan tren yang bergerak turun, tetapi meningkat pada September 2017 (5,59 persen) dari 675,04 menjadi 699,83 atau terjadi terjadi penambahan sebanyak 24,79 ribu orang. Selama kurun waktu 2013-2017 komposisi penduduk miskin Banten jika dilihat dari jumlahnya lebih besar di perkotaan, akan tetapi apabila dilihat dari persentase maka penduduk miskin lebih besar di pedesaan daripada di perkotaan. Hal ini kemungkinan disebabkan ketersediaan lapangan kerja di pedesaan lebih kecil dari pada di perkotaan. Kemiskinan tertinggi pada Kabupaten Pandeglang (9,73 persen) dan paling sedikit penduduk miskinnya pada Kota Tangerang Selatan (1,75 persen).

Grafik 1.6. Jumlah dan Prosentase Penduduk Miskin di Provinsi Banten Tahun 2013-2017 (ribu jiwa)

Sumber : BPS Provinsi Banten

(6)

- 4 -

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran.

Tabel 2.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Banten s.d. Akhir Triwulan I Tahun 2017 dan Tahun 2018

Realisasi Pendapatan Negara triwulan I 2018 sebesar Rp11,28 triliun, naik 1,18 persen dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu. Proporsi penerimaan perpajakan sangat dominan dalam pendapatan negara sebesar 93,91 persen sedangkan PNBP sebesar 6,09 persen. Penyerapan Belanja Negara triwulan I 2018 sebesar Rp.4,93 triliun atau 20,61 persen dari pagu anggaran. Penyerapan belanja negara ini lebih rendah secara nominal tetapi lebih tinggi 0,39 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Proporsi penyerapan belanja negara terbesar adalah transfer ke daerah dan dana desa sebesar 77,06 persen sedangkan belanja pemerintah pusat sebesar 22,94 persen.

Target/Pagu Realisasi Target/Pagu Realisasi

A. PENDAPATAN NEGARA 41,590.52 11,149.44 37,827.14 11,281.44

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 41,590.52 11,149.44 37,827.14 11,281.44 1. Penerimaan Perpajakan 39,863.83 10,471.34 36,246.10 10,594.93

2. PNBP 1,726.69 678.11 1,581.04 686.51

II. HIBAH 0.00 0.00 0.00 0.00

1. Hibah Luar Negeri 0.00 0.00 0.00 0.00

2. Hibah Langsung Dalam Negeri 0.00 0.00 0.00 0.00

B. BELANJA NEGARA 27,706.47 5,600.62 23,957.82 4,936.64

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 10,303.91 1,312.63 8,275.90 1,132.60

1. Belanja Pegawai 3,511.40 633.08 3,256.78 604.12

2. Belanja Barang 4,320.02 469.59 3,969.25 491.43

3. Belanja Modal 2,399.58 209.81 1,041.23 37.05

4. Belanja Bantuan Sosial 72.91 0.16 8.64 0.00

5. Belanja Lain-lain 0.00 0.00 0.00 0.00

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 17,402.56 4,287.99 15,681.91 3,804.05

1. Transfer ke Daerah 16,393.06 4,287.99 14,983.67 3,664.40

a. Dana Perimbangan 16,312.45 4,240.19 14,835.67 3,625.27

1) Dana Alokasi Umum 8,221.81 2,759.62 8,263.04 2,730.61

2) Dana Bagi Hasil 3,418.01 628.17 1,836.58 359.51

3) Dana Alokasi Khusus 4,672.64 852.40 4,736.05 535.15

b. Dana Otonomi Khusus 0.00 0.00 0.00 0.00

c. Dana Insentif Daerah 80.60 47.80 148.00 39.13

d. Dana Transfer Lainnya 0.00 0.00 0.00 0.00

2. Dana Desa 1,009.51 0.00 698.25 139.65

C. SURPLUS DEFISIT 13,884.05 5,548.82 13,869.33 6,344.80

Sumber : LKPK/GFS, Simtrada & MEBE (diolah)

Uraian Tahun 2017 Tahun 2018

(7)

- 5 - A. Pendapatan Negara

1. Penerimaan Perpajakan

Berikut data penerimaan perpajakan di wilayah Provinsi Banten : a) Pajak Penghasilan (PPh)

Realisasi penerimaan PPh triwulan I 2018 di Provinsi Banten sebesar Rp4,01 triliun, kontribusi terbesar berasal dari jenis Pendapatan PPh Pasal 21 dan PPh Final. Sebanyak 76,41 persen penerimaan PPh diperoleh dari 3 (tga) daerah yaitu Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, karena daerah tersebut merupakan pusat perkantoran, bisnis dan industri.

Grafik 2.1. Realisasi Penerimaan PPh Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Banten Triwulan I 2018 (dalam Miliar Rp)

Sumber: Kanwil DJP Provinsi Banten (diolah)

Realisasi penerimaan PPh triwulan I 2018 turun 12,45 persen bila dibanding periode yang sama tahun 2017 penerimaan PPh sebesar 4,57 triliun.

Penurunan tersebut diakibatkan untuk tahun 2018, pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan tax amnesty sedangkan realisasi penerimaan PPh triwulan I 2017 sangat dipengaruhi adanya program tax amnesty.

b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Penerimaan PPN Per Kabupaten/Kota di Provinsi Banten sebagai berikut : Grafik 2.2. Realisasi Penerimaan PPN Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Banten Triwulan I 2018 (dalam Miliar Rp)

Sumber: Kanwil DJP Provinsi Banten (diolah)

Realisasi penerimaan PPN Triwulan I 2018 di Provinsi Banten sebesar Rp4,21 triliun tumbuh 7,99 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017.

Sebanyak 76,72 persen penerimaan PPN di Provinsi Banten disumbangkan

(8)

- 6 -

oleh 3 (tiga) daerah yang merupakan pusat industri penghasil barang/jasa yaitu Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Cilegon.

c) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Realisasi penerimaan PPnBM triwulan I 2018 untuk Provinsi Banten sebesar Rp5,44 miliar, turun 0,84 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Sebanyak 73,98 persen penerimaan PPnBM tersebut berasal dari 3 (tiga) daerah yaitu Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kabupaten Serang.

Penerimaan PPnBM per Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

Grafik 2.3. Realisasi Penerimaan PPnBM Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Banten Triwulan I 2018 (dalam Juta Rp)

Sumber: Kanwil DJP Provinsi Banten (diolah)

d) Penerimaan Cukai

Penerimaan cukai di wilayah Provinsi Banten triwulan I 2018 sebesar Rp324,88 miliar, tumbuh 22,19 persen dibanding periode yang salam tahun lalu.

Penerimaan tersebut berasal dari 3 daerah yaitu Kota Tangerang, Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang.

Grafik 2.4. Penerimaan Cukai

Lingkup Provinsi Banten Triwulan I 2018 (dalam Juta Rp)

Sumber : OMSPAN (diolah)

Penerimaan pajak pada triwulan I 2018 mampu tumbuh sebesar 9,94 persen dengan capaian sebesar Rp 244,5 triliun atau 17,6 persen dari target APBN tahun 2018. Sementara itu, penerimaan bea dan cukai tumbuh sebesar 15,8 persen dengan capaian sebesar Rp 17,9 triliun atau 9,2 persen dari target APBN tahun 2018.

https://nasional.kontan.co.id/news/penerimaan-pajak-triwulan-i-2018-tumbuh-1621

(9)

- 7 - 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

PNBP adalah salah satu komponen anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai bagian dari pendapatan/penerimaan negara.

a) Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan

Reliasasi pendapatan jasa pelayanan pendidikan triwulan I 2018 di Provinsi Banten telah tercapai sebesar Rp511,45 miliar. Pendapatan tersebut diperoleh dari pungutan Badan Layanan Umum (BLU) bidang pendidikan.

Sebanyak 84,58 persen PNBP jenis ini, dipungut oleh Universitas Terbuka (UT).

Tingginya penerimaan Universitas Terbuka diperoleh dari uang iuran perkuliahan para mahasiswa UT yang tersebar diseluruh Indonesia.

b) Pendapatan Jasa Kepelabuhanan

Penerimaan PNBP Pendapatan Jasa Kepelabuhanan /Akun 425513 sebesar Rp24,63 miliar yang berasal dari Kab. Serang dan Kab. Pandeglang.

Grafik 2.7. Realisasi Pendapatan Jasa Kepelabuhanan Provinsi Banten Triwulan I 2017 & 2018 (dalam miliar Rp)

Grafik.2.8. Kotribusi PNBP Pendapatan Jasa Kepelabuhanan Per-Daerah (Triwulan I 2018)

Sumber : LKPK/GFS (diolah) Sumber : LKPK/GFS (diolah)

Grafik 2.5. Realisasi Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan Provinsi Banten Triwulan I 2017 & 2018 (dalam miliar Rp)

Grafik.2.6. Kotribusi PNBP Pendapatan Jasa Pendidikan Per-Daerah (Triwulan I 2018)

Sumber : LKPK/GFS (diolah) Sumber : LKPK/GFS (diolah)

Kementerian Perhubungan sedang mengkaji kenaikan tarif PNBP di sektor perhubungan, untuk mengejar target pertumbuhan PNBP menjadi Rp 9 triliun dari tahun lalu yakni Rp 7,2 triliun, kenaikan tarif PNBP di sejumlah moda seperti di pelabuhan, bandara, hingga terminal bus. https://katadata.co.id/berita/2018/02/13/kejar-target-setoran-kemenhub-bakal-naikkan- tarif-pnbp

(10)

- 8 - c) Pendapatan Hibah

Pendapatan hibah merupakan salah satu komponen APBN sebagai bagian dari pendapatan/penerimaan negara yang harus dipertanggungjawabkan melalui mekanisme APBN, baik hibah langsung maupun hibah tidak langsung.

Sampai dengan triwulan I Tahun 2018 terdapat 11 (sebelas) penerbitan register hibah langsung dalam negeri yang telah disetujui/dicatat Kanwil DJPBN Provinsi Banten dengan jumlah hibah sebesar Rp20,96 miliar.

Tabel 2.2. Monitoring Penerbitan Register Hibah Langsung Triwulan I 2018

Sumber : OMSPAN

B. Belanja Negara

Belanja Negara merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus fiskal. Salah satu yang populer pada saat krisis ekonomi adalah instrumen ekonomi berupa stimulus fiskal. Secara garis besar, komposisi dari stimulus fiskal adalah berupa tambahan belanja pemerintah (increased spending) dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan untuk membantu sektor riil.

1. Belanja Pemerintah Pusat

Penyerapan anggaran belanja pemerintah pusat triwulan I 2018 mencapai 13,69 persen atau Rp1,13 triliun dari total pagu anggaran Rp8,27 triliun.

Penyerapan anggaran tersebut, dibawah target penyerapan nasional sebesar 15 persen. Realisasi belanja pegawai sebesar Rp604,12 miliar atau 18,55 persen, diikuti oleh belanja barang Rp491,43 miliar atau 12,38 persen dan belanja modal Rp37,05 miliar atau 3,56 persen.

Kinerja penyerapan belanja pemerintah pusat non belanja pegawai triwulan I 2018 turun sebesar Rp151,08 secara nominal tetapi naik 0,52 persen secara persentase dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

NO TIPE

HIBAH PEMBERI HIBAH PENERIMA HIBAH JUMLAH

1 KAS PEMERINTAH KOTA TANGERANG BNN KOTA TANGERANG 400,265,000 2 KAS PEMERINTAH KOTA CILEGON KPU KOTA CILEGON 250,000,000 3 KAS PEMERINTAH KABUPATEN SERANG KPU KABUPATEN SERANG 1,391,970,000 4 KAS PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG POLRESTA TANGERANG 4,000,000,000 5 KAS PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG KOREM-052/WKR DAM JAYA 6,000,000,000 6 KAS PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG POLRES METRO TANGERANG KOTA 2,800,000,000 7 KAS PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG POLRESTA TANGERANG 248,400,000 8 KAS PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK POLRES LEBAK 3,830,129,000 9 BARANG PEMERINTAH KOTA TANGERANG KOREM-052/WKR DAM JAYA 248,400,000 10 BARANG PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KOREM-052/WKR DAM JAYA 167,320,000 11 BARANG INDIVIDUALS MTsN TIGARAKSA KAB. TANGERANG 1,626,500,000 20,962,984,000

JUMLAH

(11)

- 9 -

Grafik 2.7. Tren Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, dan Belanja Bantuan Sosial Lingkup Provinsi Banten Tahun 2018

Sumber: LKPK/GFS, OMSPAN (diolah)

2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang selanjutnya disingkat TKDD adalah bagian dari Belanja Negara yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah dan desa. Jumlah TKDD yang dianggarkan dalam APBN 2018 untuk Pemda lingkup Provisni Banten sebesar Rp15,68 triliun, sampai dengan triwulan I 2018 telah disalurkan sebesar Rp3,80 triliun atau 24,26 persen.

Grafik 2.8. Tren Realisasi Dana Transfer dan Dana Desa Lingkup Provinsi Banten Triwulan I 2018

Sumber: OMSPAN (diolah)

Dari grafik 2.8 terlihat hampir semua jenis TKDD telah disalurkan kecuali transfer DAK Fisik. Secara persentase penyaluran tertinggi dilakukan untuk transfer Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 33,05 persen, disusul transfer Dana Insentif Daerah (DID) sebesar 26,44 persen. Untuk transfer DAK Fisik sampai dengan triwulan I 2018 belum terdapat penyaluran dikarenakan pemerintah daerah sampai dengan tanggal 31 Maret 2018 pemerintah daerah belum dapat memenuhi persyaratan penyaluran DAK Fisik tahap I

3. Pengelolaan BLU

Pada Provinsi Banten terdapat 7 satker BLU, yaitu Universitas Terbuka, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, RS Kusta Sitanala, Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI), Balai

(12)

- 10 -

Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Mauk Tangerang, serta Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan (BP3) Curug.

Grafik 2.9. Pagu dan realisasi BLU Triwulan I 2018 di Provinsi Banten (dalam miliar rupiah)

Sumber : OMSPAN (diolah)

Dari grafik 2.9 terlihat Universitas Terbuka merupakan BLU yang memiliki pagu tertinggi sebesar Rp1,13 triliun atau 51,20 persen dari pagu seluruh BLU.

Penyerapan tertinggi secara persentase ada pada UIN SMB yaitu10,74 persen, sedangkan terendah ada pada Universitas Terbuka sebesar 6,61 persen.

4. Manajemen Investasi Pusat

Realisasi akad penyaluran KUR di Propinsi Banten sampai dengan 30 Maret 2018 sebesar Rp223,02 miliar yang tersebar pada 5.441 debitur. Sebanyak 67,23 persen penyaluran KUR terdapat di 3 (tiga) daerah yaitu : Kota Tangerang, Kab. Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Ketiga daerah tersebut adalah daerah yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta, memiliki UMKM terbanyak dan lebih bankable dibandingkan daerah lain.

Tabel 2.3. Realisasi Penyaluran KUR Triwulan I 2018 Lingkup Provinsi Banten

Sumber : SIKP (diakses 30 Maret 2018)

AKAD OUTSTANDING DEBITUR RATA-RATA KREDIT 1 3600 - Banten 300,000,000 - 1 300,000,000 2 3601 - Kab. Pandeglang 13,096,425,400 5,518,299,500 369 35,491,668 3 3602 - Kab. Lebak 12,018,500,000 1,569,666,300 613 19,606,036 4 3603 - Kab. Tangerang 55,213,897,000 23,919,590,884 1,350 40,899,183 5 3604 - Kab. Serang 16,301,547,800 6,567,556,176 391 41,691,938 6 3671 - Kota Tangerang 54,678,350,800 24,274,724,163 1,105 49,482,670 7 3672 - Kota Cilegon 17,775,000,000 8,365,261,912 517 34,381,044 8 3673 - Kota Serang 13,605,397,000 9,009,000,000 200 68,026,985 9 3674 - Kota Tangerang Selatan 40,073,306,469 18,502,804,928 895 44,774,644

223,062,424,469 97,726,903,863 5,441 JUMLAH

NO KABUPATEN/KOTA

REALISASI PENYALURAN KUR

(13)

- 11 -

Proporsi Bank “Plat Merah” dalam penyaluran KUR, Bank BRI terlihat fokus pada jenis KUR Mikro, dikarenakan jangkauan Bank BRI lebih luas dibanding perbankan lainnya. Bank Mandiri dan Bank BNI fokus kepada jenis KUR Retail, meskipun porsi Bank BNI masih dibawah Bank Mandiri. Sedangkan untuk jenis KUR TKI didominasi oleh Bank Mandiri disusul bank lain diluar bank BUMN.

Sebagaimana terlihat pada grafik berikut ini :

Grafik 2.10. Proporsi Bank BUMN sebagai Penyalur KUR

Sumber : SIKP (diolah)

C. Prognosis Realisasi APBN

Berdasarkan trend analysis atas data periode Januari s/d Maret 2018, dengan mempertimbangkan bahwa pada triwulan II 2018 terdapat kegiatan keagamaan umat Islam antara lain Bulan Ramahdan (Puasa) dan Idul Fitri 2018 yang disertai dengan pemberian tunjangan hari raya kepada aparatur negara dan non aparatur negara maka diperkirakan pendapatan dan belanja negara akan lebih meningkat dibandingkan triwulan I 2018. Perkiraan pendapatan negara, belanja negara dan surplus/defisit sampai dengan triwulan II 2018 di wilayah Provinsi Banten adalah :

Tabel 2.4. Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Banten s.d. Triwulan II Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu

Realisasi s.d. Trw I Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan II

Rp

persen Realisasi Terhadap Pagu

Rp

persen Perkiraan Realisasi Terhadap Pagu Pendapatan Negara 37.827,14 11.281,44 29,82

persen 23.428,46 61,94 persen Belanja Negara 23.957,82 4.936,64 20,61

persen

11,009,40 45,95 persen Surplus/Defisit 13.869,33 6.344,80 45,75

persen 12.419,06 89,54 persen

(14)

- 12 -

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

Tingkat penyerapan APBD sampai dengan triwulan I tahun 2018 masih rendah, realisasi agregat pemerintah daerah di Banten yang baru mencapai 9,83 persen. Namun demikian dibandingkan periode yang sama tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar

0,32 persen atau yang terealisasi tahun 2017 sebesar 9,51 persen.

Tabel 3.1. Realisasi APBD Lingkup Provinsi Banten s.d. Triwulan I Tahun 2017 dan Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)

Sumber : LRA Pemda wilayah Banten, data diolah

Secara agregat wilayah Provinsi Banten mengandalkan 55,46 persen sumber pendapatan yang berasal dari pendapatan transfer untuk membiayai belanja daerah, sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya sebesar 44,49 persen. Hal ini mencerminkan masih tingginya ketergantungan daerah terhadap dana transfer dari pemerintah pusat.

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

PENDAPATAN ASLI DAERAH 12,021.86 2,423.43 13,712.17 2,589.01

Pendapatan Pajak Daerah 9,767.97 1,999.89 10,927.65 2,318.97

Pendapatan Retribusi Daerah 359.47 85.56 390.13 66.06 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 163.55 1.02 172.89 59.08

Lain-lain PAD yang sah 1,730.88 336.96 2,221.51 144.90

PENDAPATAN TRANSFER 18,283.30 4,444.21 17,692.59 3,227.60

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 15,005.93 4,119.30 14,827.49 3,007.27

Dana Bagi Hasil Pajak 1,648.18 539.74 1,811.30 264.15

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 19.91 4.60 17.43 4.18

Dana Alokasi Umum 8,759.93 2,754.77 8,262.71 2,280.61

Dana Alokasi Khusus 4,791.73 1,958.54 4,791.73 1,958.54

Dana Alokasi Khusus Non Fisik 111.88 - 135.30 - Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 1,090.11 80.00 1,085.18 170.02

Dana Otonomi Khusus 282.02 7.50 35.00 -

Dana Penyesuaian 808.09 72.50 1,050.18 170.02

Transfer Pemerintah Provinsi 2,027.26 244.90 1,660.81 19.49 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 2,027.26 244.90 1,660.81 19.49 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya - - - - Transfer Bantuan Keuangan 160.00 - 119.11 30.81

Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Provinsi Lainnya 160.00 - 119.11 30.81 Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Kabupaten - - - - Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah Kota - - - - LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 25.67 1.70 646.46 2.68

Pendapatan Hibah 25.67 1.44 646.46 2.35 Pendapatan Dana Darurat - - - - Pendapatan Lainnya - 0.26 - 0.34

BELANJA OPERASI 21,992.34 2,767.62 24,013.78 3,057.16

Belanja Pegawai 10,097.72 1,647.68 11,078.31 1,789.16

Belanja Barang 8,440.24 742.09 9,960.06 723.99

Belanja Bunga - - - -

Belanja Subsidi - - - -

Belanja Hibah 2,866.93 351.11 2,830.16 541.39

Belanja Bantuan Sosial 208.89 0.09 144.34 2.62 Belanja Bantuan Keuangan 378.55 26.65 0.91 -

BELANJA MODAL 7,746.84 64.82 7,999.29 95.47

Belanja Tanah 738.93 0.81 1,396.71 21.52

Belanja Perlatan dan Mesin 3,305.17 44.20 1,412.82 17.56 Belanja Gedung dan Bangunan 1,931.34 4.16 2,194.52 19.51 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 1,721.33 15.35 2,820.15 36.24 Belanja Aset Tetap Lainnya 48.26 0.30 136.56 0.54 Belanja Aset Lainnya 1.81 - 38.53 0.10 Belanja Modal Dana BOS - - - - BELANJA TIDAK TERDUGA 85.53 3.12 88.97 3.64

Belanja Tidak Terduga 85.53 3.12 88.97 3.64 TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 3,991.34 246.56 4,330.93 183.34 Transfer Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota dan PemDesa 2,283.85 246.36 2,421.41 108.18 Transfer Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota dan PemDesa 1,667.18 0.20 1,674.53 75.16 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 40.30 - 234.99 -

(3,485.23)

3,787.22 (4,381.74) 2,479.68

URAIAN TRIWULAN I 2017 TRIWULAN I 2018

BELANJA 29,824.72 2,835.56 32,102.04 3,156.27

PENDAPATAN 30,330.83 6,869.34 32,051.23 5,819.29

SURPLUS / (DEFISIT)

(15)

- 13 - A. Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Realisasi penerimaan PAD di Banten secara agregat s.d triwulan I 2018 sebesar Rp2,59 triliun atau 18,9 persen dari target. Realisasi penerimaan PAD tersebut lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tetapi dari sisi capaian terhadap target lebih rendah 1,3 persen. Penyebabnya antara lain rendahnya capaian pendapatan retribusi dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

a) Penerimaan Pajak Daerah

Realisasi penerimaan pajak daerah di wilayah Banten triwulan I 2018 sebesar Rp2,32 triliun atau 21,23 persen dari target, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017, nilai nominal realisasi ini naik 0,72 persen.

Grafik 3.1. Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Banten Triwulan I Tahun 2018 (dalam juta rupiah)

Sumber : LRA Pemda wilayah Banten, data diolah

Realisasi pajak daerah terbesar berasal dari Pemda Provinsi Banten sebesar Rp1.289 miliar, disusul Kab. Tangerang sebesar Rp359,42 miliar. Sumber tertinggi pajak daerah Kab. Tangerang adalah Pajak BPHTB dan Pajak Restoran. Kota Serang merupakan daerah dengan realisasi terendah disusul Kab. Pandeglang sebesar Rp7,27 miliar, penyebabnya antara lain tidak adanya kontribusi Pajak Sarang Burung Walet (SBW).

b) Penerimaan Retribusi Daerah

Realisasi penerimaan retribusi daerah di wilayah Banten s.d triwulan I 2018 sebesar Rp66,06 miliar atau 16,9 persen dari target. Realisasi nominal tertinggi adalah Kab. Tangerang sebesar Rp27,82 miliar, yang berasal dari Retribusi IMB. Ditinjau dari capaian terhadap target, Kabupaten Serang merupakan yang tertinggi yaitu 53,31 persen, didukung oleh Retribusi IMB dan Retribusi Perpanjangan Ijin Mempekerjakan Tenaga Asing. Kota Serang menjadi daerah terendah, dengan capaian sebesar 7,3 persen.

(16)

- 14 -

Grafik 3.2. Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Banten Triwulan I Tahun 2018 (dalam juta rupiah)

Sumber : LRA Pemda wilayah Banten, data diolah

c) Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Realisasi hasil kekayaan daerah yang dipisahkan triwulan I 2018 sebesar Rp59,07 miliar atau 34,17 persen dari target. Capaian tersebut lebih besar 33,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Kabupaten Tangerang menjadi daerah dengan realisasi nominal tertinggi sebesar Rp26,12 miliar atau 50,83 persen.

Grafik 3.3. Realisasi Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Lingkup Provinsi Banten Triwulan I Tahun 2018

(dalam juta rupiah)

Sumber : LRA Pemda wilayah Banten, data diolah

Realisasi PAD di wilayah Banten secara agregat s.d. triwulan I 2018 sebesar Rp2,59 triliun atau 18,9 persen dari target, lebih rendah 1,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017. Realisasi tertinggi Provinsi Banten sebesar Rp1,33 triliun. Dari sisi capaian realisasi terhadap target, tertinggi Kab. Lebak sebesar 25,1 persen dan terendah Kab. Serang sebesar 0,4 persen.

0 10.000 20.000 30.000

Januari Februari Maret

Provinsi Banten Kab. Lebak Kab. Pandeglang Kab. Serang Kab. Tangerang Kota Cilegon Kota Tangerang

www.radarbanten.co.id (05/05/2018) – General Manager (GM) PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak Fahmi Alweni mengungkapkan Potensi pendapatan asli daerah (PAD) di Pelabuhan Merak dan Terminal Terpadu Merak (TTM) masih bisa digali oleh Pemkot Cilegon. “Potensi paling besar terdapat pada kerja sama penggunaan lahan milik Pemkot Cilegon yang ada di antara Pelabuhan Merak dan TTM.”

(17)

- 15 -

Grafik 3.4. Realisasi PAD Agregat dan Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Banten Triwulan I Tahun 2018 (dalam Juta Rp dan

persen)

Sumber : LRA Pemda wilayah Banten, data diolah

Grafik 3.5. Menunjukkan tingkat desentralisasi fiskal masing-masing Pemda. Kota Serang mempunyai tingkat kemandirian sangat baik (100 persen) sedangkan Kabupaten Pandeglang sangat kurang (2,37 persen).

Grafik 3.5. Derajat Desentralisasi Fiskal Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Banten Triwulan I Tahun 2018 (dalam persen)

Sumber : LRA Pemda wilayah Banten, data diolah

2. Pendapatan Transfer

Pendapatan transfer lingkup Provinsi Banten per Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

Grafik 3.6. Realisasi Pendapatan Transfer Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Banten Triwulan I Tahun 2018 (dalam miliar dan persen)

Sumber : LRA Pemda wilayah Banten, data diolah

(18)

- 16 -

Pendapatan transfer sampai dengan triwulan I 2018 mencapai Rp3,22 triliun atau 18,24 persen dari target dan lebih rendah 5,76 persen dibandingkan dengan dengan periode yang sama tahun 2017. Pendapatan transfer terbesar dari Dana Perimbangan yang terdiri dari DBH (5,95 persen), DAU (50,60 persen), DAK (43,45 persen). Tertinggi adalah Kota Tangerang (26,98 persen), Kota Cilegon (26,27 persen), dan Kabupaten Serang (25,34 persen).

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Total realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Lingkup Provinsi Banten Rp2,68 miliar, dengan rincian Pemda Provinsi Banten Rp2,35 miliar (pendapatan hibah dan pendapatan lainnya) dan Pemda Kota Tangerang Selatan Rp0,33 miliar (pendapatan hibah).

B. Belanja Daerah

1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Belanja Bansos Penyerapan belanja di wilayah Provinsi Banten s.d triwulan I 2018 secara agregat masih rendah sebesar 8,95 persen. Penyerapan tertinggi belanja pegawai, diikuti belanja barang dan jasa, belanja modal dan belanja bansos. Penyerapan belanja tertinggi adalah Kota Tangerang (14 persen) sedangkan penyerapan terendah adalah Kota Cilegon (3 persen). Hal ini dapat mengakibatkan program infrastuktur dan multiplier effect pada perekonomian berjalan lambat.

Grafik 3.7. Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai, Barang, Modal dan Bansos Lingkup Provinsi Banten s.d. Triwulan I Tahun 2018 (dalam miliar dan

persen)

Sumber : LRA Pemda wilayah Banten, data diolah

www.radarbanten.co.id (24/04/2018) – Gubernur Banten Wahidin Halim mengungkapkan bahwa Banten termasuk salah satu provinsi yang memiliki industri atau perusahaan diatas seribu namun tingginya industri tersebut belum sejalan dengan penyerapan tenaga kerjanya.

” Situasi itu dinilainya menjadi tantangan kepada Pemprov untuk melakukan terobosan, menyiapkan program link and match antara sekolah dengan industri.”katanya.

(19)

- 17 -

2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan

Berdasarkan klasifikasi urusan, dalam wilayah Provinsi Banten terdapat lima besar urusan dengan alokasi pagu tertinggi, dengan persentase penyerapan masing- masing yaitu Pendidikan (16,11 persen), Kesehatan (18,11 persen), Penunjang Lainnya (27,74 persen), Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (2,43 persen) dan Keuangan (9,60 persen).

Dari grafik 3.8. terlihat alokasi belanja untuk pelayanan dasar dan sifatnya fisik lebih mendominasi. Kebijakan anggaran yang terarah pada pengelolaan sumber-sumber unggulan, selaras dengan RPJMD 2012-2017 yaitu “Peningkatan pembangunan infrastruktur wilayah mendukung pengembangan wilayah/kawasan berwawasan lingkungan” dan “Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang sehat, cerdas, religius dan berdaya saing dalam kerangka penguatan NKRI”.

Grafik 3.8. Pagu dan Realisasi Belanja Berdasarkan Urusan (Lima Tertinggi) Lingkup Prov. Banten s.d. triwulan I Tahun 2018

(dalam miliar dan persen)

Sumber : LRA Pemda wilayah Banten, data diolah

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2018

Dengan menggunakan tren 2014-2017, maka dapat diperoleh rata-rata kenaikan pendapatan (11,4 persen) dan belanja (9,3 persen). Prognosa yang dihasilkan pada pendapatan terjadi kenaikan yang relatif tidak terlalu besar, namun untuk belanja terjadi penurunan yang signifikan, artinya terjadi penghematan belanja.

Tabel 3.2. Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Banten s.d. Triwulan IV Tahun 2018

Sumber : LRA Pemda wilayah Banten, data diolah

(20)

- 18 -

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasi

Pendapatan negara konsolidasi triwulan I 2018 sebesar Rp17,58 triliun, naik 44,90 persen sedangkan Belanja Negara Konsolidasian triwulan I 2018 sebesar Rp5.279,92 miliar, naik 26,39 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017.

Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Banten s.d. Triwulan I Tahun 2018 (miliar rupiah)

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Provinsi Banten (diolah)

B. Pendapatan Konsolidasian

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Grafik 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Banten Triwulan I Tahun 2017 dan Tahun 2018

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Prov. Banten (diolah)

2017 Pusat Daerah Eliminasi Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 15.085,49 5.450,52 2.953,41 17.582,60 44,90 12.134,04

Pendapatan Perpajakan 10.594,93 2.237,08 0,00 12.832,02 16,58 11.007,15

Pendapatan Bukan Pajak 4.490,56 257,68 0,00 4.748,24 326,81 1.112,51

Hibah 0,00 2,35 0,00 2,35 -83,69 14,38

Transfer 0,00 2.953,41 2.953,41 0,00 0,00 0,00

Belanja Negara 4.936,64 3.296,69 2.953,41 5.279,92 26,3985 4.177,21

Belanja Pemerintah 1.132,60 3.156,19 0,00 4.288,78 2,68 4.177,00

Belanja Pegawai 604,12 1.789,16 0,00 2.393,28 2,41 2.337,04

Belanja Barang 491,43 723,99 0,00 1.215,41 0,86 1.205,00

Belanja Modal 37,05 95,47 0,00 132,52 -47,79 253,84

HIbah 0,00 541,39 0,00 541,39 54,19 351,11

Bantuan Sosial 0,00 2,53 0,00 2,53 -90,57 26,89

Belanja Lain-lain 0,00 3,64 0,00 3,64 16,73 3,12

Transfer 3.804,05 140,50 2.953,41 991,14 491251,86 0,20

Surplus (Defisit) 10.148,85 2.153,83 0,00 12.302,68 54,62 7.956,83

Pembiayaan 0,00 1.991,61 0,00 1.991,61 77,28 1.123,45

Penerimaan Pembiayaan Daerah 0,00 2.021,46 0,00 2.021,46 30,97 1.543,50

Pengeluaran Pembiayaan Daerah 0,00 29,85 0,00 29,85 -92,89 420,05

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan

Anggaran 10.148,85 4.145,45 0,00 14.294,29 57,42 9.080,28

Uraian 2018

(21)

- 19 -

Proporsi komposisi pendapatan konsolidasian tahun 2017 dan 2018 dengan kontribusi tertinggi masih didominasi pendapatan perpajakan dengan porsi lebih dari 70 persen diikuti pendapatan bukan pajak dengan porsi antara 9 sampai dengan 27 persen, adapun pendapan hibah 2 sampai dengan 14 persen dan transfer memberi porsi pendapatan kurang 0,1 persen. Tingginya porsi pendapatan perpajakan antara lain disebabkan Banten sebagai kota industri dan perkantoran.

Grafik 4.2. Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi Banten Triwulan I Tahun 2018

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Prov. Banten (diolah)

Penerimaan Pempus triwulan I tahun 2018 sebesar Rp15 triliun berkontribusi terhadap Penerimaan Konsolidasian sebesar 73,46 persen, sedangkan penerimaan pemda sebesar Rp5,4 triliun (26,54 persen). Penerimaan Pempus tertinggi diperoleh dari pendapatan perpajakan sebesar Rp10.6 triliun sedangkan penerimaan pemda tertinggi diperoleh dari transfer Rp2,95 triliun. Pendapatan pajak pusat untuk PPh tertinggi diperoleh di wilayah perkantoran Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, sedangkan PPN diperoleh dari Daerah industri Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang dan Kota Cilegon.

Pendapatan transfer yang mendominasi pendapatan pemda menunjukkan pemda masih tergantung pada dana transfer dari pusat. Untuk mengurangi ketergantungan Banten dapat lebih mengoptimalkan penerimaan PNBP

2. Analisis Perubahan

Pada tabel 4.1. Pendapatan konsolidasian triwulan I 2018 mengalami kenaikan (44,90 persen) yang disebabkan kenaikan pendapatan perpajakan dan pendapatan bukan pajak. Kenaikan tertinggi pada Pendapatan Bukan Pajak triwulan I 2018 ( 326,81 persen) sedangkan perpajakan dengan porsi kenaikan Pajak Dalam Negeri (17,08 persen) dan Pajak Perdagangan Internasional (12,24 persen) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017. Sedangkan Kenaikan pendapatan bukan

(22)

- 20 -

pajak dari tahun sebelumnya mengindikasi Banten masih dapat mengoptimalkan pendapatan bukan pajak, yang antara lain dengan meningkatkan jasa bandar udara kepelabuhan dan kenavigasian, karena Banten memiliki 5 pelabuhan muat dan 4 pelabuhan bongkar serta Bandar udara Internasional terbesar di Indonesia.

Grafik 4.3. Perbandingan Penerimaan Perpajakan Konsolidasian Provinsi Banten

Triwulan I Tahun 2017 dan Tahun 2018

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Prov. Banten (diolah)

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian

PDRB Provinsi Banten (ADHK) triwulan I 2018 mencapai Rp105,25 triliun dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,95 persen.

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Konsolidaian Pempus dan Pemda di wilayah Provinsi Banten Triwulan I Tahun 2017 dan 2018

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Prov. Banten (diolah)

Dari tabel di atas, terdapat peningkatan realisasi pendapatan Banten sebesar 45,08% pada triwulan I 2018 dibanding periode yang sama tahun 2017, sementara pertumbuhan ekonomi tumbuh dari 5,92 persen pada triwulan I 2017 menjadi 5,95 persen periode yang sama tahun 2018. Dengan adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pendapatan tersebut, menunjukkan adanya pengaruh yang positif pertumbuhan ekonomi terhadap kenaikan pendapatan konsolidasian.

Sehingga kebijakan fiskal di Banten telah mendorong roda pertumbuhan ekonomi meskipun kesejahteraan di Banten belum merata.

Realisasi Realisasi Kenaikan

Penerimaan Perpajakan 11.007.149.839.311,00 12.832.016.640.923,00 16,58%

PNBP 1.112.506.471.135,00 4.750.586.423.710,00 327,02%

Total 12.119.656.310.446,00 17.582.603.064.633,00 45,08%

PRDRB/Pert.Ekonomi 99.330.412.320.751,00 105.245.405.899.447,00 5,95%

Uraian 2017 2018

(23)

- 21 - C. BELANJA KONSOLIDASIAN

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Grafik 4.4. Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian

pada Provinsi BantenTahun 2018

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Provinsi Banten (diolah)

Realisasi Belanja operasi Pempus dan Pemda triwulan I 2018 sebesar Rp4,16 triliun atau 96,91 persen dari total belanja konsolidasian, sedangkan belanja modal sebesar Rp0,13 trilliun atau 3,09 persen dari total belanja konsolidasian. Belanja dan transfer Pempus sebesar Rp4,94 triliun atau 59,96 persen, dan Pemda sebesar Rp3,30 triliun atau 40,04 persen dari belanja dan transfer konsolidasian. Dilihat dari belanja, porsi terbesar berasal dari belanja transfer pemerintah pusat hal ini mencerminkan pemda dalam pembiayaan pemerintahannya masih mengandalkan dana transfer. Porsi kedua terbesar adalah belanja pegawai hal ini mengindikasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masih bertumpu pada pengeluaran belanja pegawai, yang mendorong pertumbuhan ekonomi tumbuh 5,95 persen (yoy) dan 0,26 persen (q to q).

2. Analisis Perubahan

Grafik 4.5. Komposisi Belanja Konsolidasian Provinsi

Triwulan I Tahun 2017 Triwulan I Tahun 2018

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Provinsi Banten (diolah)

Realisasi belanja konsolidasian s.d. triwulan I tahun 2018 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017 terdapat kenaikan sebesar Rp1,1 triliun (26,4

(24)

- 22 -

persen). Selisih naik belanja transfer konsolidasian sebesar Rp850,64 miliar disebabkan beberapa pemda belum mencatat dalam LRA sebagai penerimaan transfer dari pemerintah pusat. Adapun beberapa komponen belanja pemerintah yang menyumbang kenaikan belanja konsolidasian triwulan I 2018 antara lain hibah (54,9 persen), bantuan lain-lain (16,73 persen), belanja pegawai (2,41 persen), dan belanja barang (0,86 persen).

3. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal Kepada Indikator Ekonomi Regional Kebijakan fiskal Pemerintah Banten tertuang dalam alokasi anggaran 2018 dimaksudkan untuk mempengaruhi perekonomian makro yang ditunjukkan pada pertumbuhan PDRB, Indeks Pembangunan Manusia, dan Tingkat Kemiskinan.

Tabel 4.3. Ratio Indikator Ekonomi Makro Provinsi Banten Tahun 2017

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Provinsi Banten dan BPS (diolah)

Belanja Pemerintah tahun 2018 mengalami kenaikan (26,40 persen), peningkatan belanja pemerintah tidak berpengaruh pada penurunan kemiskinan di Banten.

terlihat pada tabel di atas tingkat kemiskinan Banten yang naik 0,09 poin menjadi 5,59% dibanding tahun 2016 (5,36%). Peningkatan belanja sebesar 26.40 pada triwulan I 2018 masih belum valid disebabkan beberapa pemda belum mencatat dalam LRA sebagai penerimaan transfer dari pemerintah pusat. Perekonomian Banten secara agregat naik, terlihat dari kenaikan PDRB ADHB maupun ADHK Provinsi Banten. Triwulan I 2018 PDRB meningkat sebesar 5,95% diikuti perbaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang naik 0,98% poin menjadi 70,96.

D. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

PDRB Provinsi Banten pada triwulan I 2018 (ADHB) Rp.147,55 triliun dilihat dari Laporan Operasional GFS konsumsi pemerintah (G) sebesar Rp2,170 triliun, kontribusi belanja pemerintah terhadap PDRB sebesar 1,47 persen. Sedangkan anggaran pemerintah untuk investasi sebesar Rp37 miliar, kontribusi terhadap PDRB sebesar 0,03 persen. Kontribusi belanja dan investasi pemerintah Provinsi

Uraian 2017 2018 Ratio

Perbandinga Keterangan Belanja 4.177,21 5.279,92 26,40% dalam miliar rupiah PDRB Triwulan I 2018 99,33 105,25 5,95% dalam triliun rupiah

IPM 70,27 70,96 0,98% Indeks IPM 2016 rilis Juli 2017 Kemiskinan 5,36 5,59 0,09 poin data angka kemiskinan September 2017

(25)

- 23 -

Banten terhadap PDRB triwulan I 2018 relatif kecil tetapi pengeluaran tersebut menjadi trigger dan memiliki multiplier effect bagi komponen pembentuk PDRB.

Tabel 4.4. Ringkasan Laporan Operasional Provinsi Banten Triwulan I Tahun 2018

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Prov.Banten (diolah)

Berdasarkan tabel 4.4, dapat diperhitungkan kontribusi Pemerintah terhadap PDRB, terutama belanja Pemerintah (G) dan Investasi (I) dalam tabel berikut :

Tabel 4.5. Kontribusi Belanja Pemerintah dan Investasi Terhadap PDRB Triwulan I 2018

Sumber: LKPK Kanwil DJPB Prov.Banten & BPS(diolah)

7.365.815.123.204

Pajak 10.589.568.157.906

Kontribusi Sosial -

Hibah -3.822.260.684.572

Pendapatan lain 598.507.649.870 2.170.590.796.223

Kompensasi pegawai 635.064.371.914 Penggunaan barang dan jasa 422.749.455.540

Konsumsi aset tetap 0

Bunga 0

Subsidi 0

Hibah 1.074.949.860.969

Manfaat sosial - Beban lainnya 37.827.107.800 5.195.224.326.981

37.051.731.955

Aset tetap 36.216.494.460

Persediaan 0

Barang berharga 0

Aset nonproduksi 835.237.495 Net Lending/Borrowing 5.158.172.595.025 Transaksi Aset Keuangan dan Kewajiban - 4.874.397.564.301 Akuisisi Neto Aset Keuangan - 4.874.397.564.301

-Domestik - 4.874.397.564.301

-Luar Negeri - Keterjadian Kewajiban - 7.850.000.000 -Domestik - 7.850.000.000

-Luar Negeri 0

Beban:

Transaksi yang mempengaruhi kekayaan neto Pendapatan:

a.

b.

c.

d.

b.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

Keseimbangan operasi bruto/neto Transaksi Aset Non Keuangan Neto a.

c.

d.

a.

b.

Uraian Nilai (triliun) Kontribusi terhadap PDRB

Belanja Pemerintah (G) 2,170 1,47%

PMTB/Investasi (I) 0,037 0,03%

PDRB 147,550

(26)

- 24 -

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH

A. Optimalisasi Pelabuhan Laut di Banten

Pemerintah berencana menetapkan tiga pelabuhan di Banten sebagai hub yang melayani bongkar muat kontainer dari dan ke kawasan industri di sekitar Banten.

tiga pelabuhan yang dimaksud adalah Pelabuhan Merak Mas, Cigading, dan Ciwandan. (http://id.beritasatu.com/home/pemerintah-akan-tetapkan-3-pelabuhan- hub-di-banten, 6 Maret 2018).

Di Indonesia, PDRB daerah yang tumbuh didaerah pelabuhan biasanya tumbuh lebih cepat dibanding daerah lain seperti DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Banten memiliki keuntungan geografis yaitu terletak didekat laut sebagaimana daerah-daerah tersebut diatas, tetapi besaran PDRB Banten masih dibawah daerah-daerah tersebut. Salah satu penyebabnya adalah belum dioptimalkannya pelabuhan-pelabuhan yang berada di Banten secara maksimal.

Rencana pemerintah pusat akan menetapkan tiga pelabuhan di Banten tersebut sebagai pelabuhan yang akan melayani bongkar muat kontainer merupakan suatu kebijakan yang harus didukung oleh pemerintah daerah dan stakeholder lainnya.

Pengelolaan pelabuhan belum sepenuhnya dikelola PT. Pelindo II, pengelola pelabuhan Merak Mas adalah kersama anatara PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) dengan PT. Pelindo II, pengelola pelabuhan Cigading adalah PT. Krakatau Bandar Samudra dan pengelola pelabuhan Ciwadan dikelola oleh PT. Pelindo II.

Selama ini pelabuhan-pelabuhan tersebut hanya dimanfaatkan untuk kargo curah cair dan kering, padahal dapat digunakan untuk kapal kontainer.

Beberapa keuntungan yang akan didapatkan apabila rencana kebijakan pemerintah terhadap pelabuhan Pelabuhan Merak Mas, Cigading, dan Ciwandan dapat direalisasikan antara lain :

1. Mengurangi kepadatan lalulintas bongkar buat kontainer di pelabihan priok 2. Mengurangi dwelling time. Dwelling time adalah waktu berapa lama petikemas

(barang impor) ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara (TPS) di pelabuhan sejak dibongkar dari kapal sampai dengan barang impor keluar dari TPS.

3. Dengan berkurangnya dwelling time, diharapkan akan mengurangi inefisiensi akibat ongkos bongkar muat dan biaya gudang.

4. Daerah Banten mendapatkan keuntungan peningkatan PDRB untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi Banten.

(27)

- 25 -

B. Mengenal Bank Wakaf Mikro, Alternatif Solusi Mengatasi Rentenir

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan program Bank Wakaf Mikro di Pondok Pesantren An Nawawi Tanara, Kabupaten Serang, Banten. "Bank Wakaf Mikro ini dibentuk oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk membantu para nasabahnya, dan supaya betul-betul digunakan sehingga usahanya itu bisa berkembang," kata Presiden Jokowi. (https://economy.okezoe.com/read/2018/03/14/320/1872546/

presiden-jokowi-luncurkan-bank-wakaf-mikro-an-nawawi, 14 Maret 2018).

Bank Wakaf Mikro adalah lembaga keuangan mikro syariah yang fokus pada pembiayaan masyarakat kecil, Lembaga ini diinisiasi oleh OJK bersama dengan Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS), menggunakan dana hasil donasi perusahaan maupun individu yang dihimpun oleh Laznas, disalurkan melalui pesantren untuk pembiayaan masyarakat disekitar pesantren. Hingga awal Maret 2018 OJK telah menerbitkan 20 Bank Wakaf Mikro yang tersebar di pulau Jawa sebagai pilot project.

Skema pembiayaan BWM sederhana hampir mirip dengan pembiayaan Ultra Mikro (UMi), ditujukan kepada masyarakat yang non bankable, pembiayaan tanpa agunan dengan nilai maksimal pinjaman saat ini Rp1 Juta dan margin bagi hasil setara 3 persen. Debitur BWM bersifat individu tetapi tergabung dalam satu kelompok dan bersifat tanggung renteng. Sebelum diberikan modal/pinjaman usaha, debitur BWM akan diberikan pelatihan dan bimbingan untuk meningkatkan usahanya.

Salah satu tujuan dibentukanya BWM adalah untuk memutuskan mata rantai masyarakat/usaha kecil dengan rentenir sehingga diharapkan masyarakat yang sudah menjadi debitur BWM dapat menggunakan pembiayaan tersebut sepenuhnya untuk meningkatkan usaha, tidak digunakan untuk kegiatan yang bersifat konsumtif sehingga tujuan memutus ratai rentenir dapat tercapai. Bahkan kegiatan BWM ini dapat dijadikan inkubator bagi lahirnya usahawan-usahawan kecil yang sebelumnya non bankable menjadi usaha yang bankable.

(28)

ii- Tabel

Sumber: BPS DIY

(29)

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Banten

Jl. K.H. Abdul Fatah Hasan No.33

Serang 42118

Situs: www.djpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/banten

Referensi

Dokumen terkait

Perolehan data pada hasil pe- nelitian menunjukkan bahwa pem- belajaran menggunakan pendekatan ilmiah efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar pada materi

Nur Alfi Mu’anayah, Wahyu Setiyoko | 16 guru. Hal ini dapat terwujud salah satunya dengan guru bertindak sebagai fasilitator. Dengan evaluasi guru dapat

(1995) didapatkan bahwa penggantian plasma semen kerbau dengan plasma semen sapi dan diencerkan dengan pengencer laktosa cenderung memberikan hasil yang lebih baik daripada

Hasil Penelitian Hasil analisis penentuan harga sewa perkantoran dan variabel yang berpengaruh guna mendapatkan pengetahuan empiris mengenai proses pembentukan harga

Laporan tugas akhir ini yang berjudul “Mikrozonasi Daerah Rawan Bencana Berdasarkan Persebaran Nilai Kecepatan Gelombang Geser (Vs) Dan Indeks Kerentanan Lapisan

Berdasarkan hasil analisis fitur CMS yang dijelaskan pada subbab 3.2.1, aplikasi yang dibangun dalam Tugas Akhir ini akan mengimplementasikan beberapa fitur yang merupakan

Realisasi belanja negara sampai dengan Triwulan III-2020 mencapai Rp42,58 triliun atau 75,9 persen dari total pagu, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun

Hambatan utama komunitas LSL dan waria untuk mengurus BPJS Kesehatan adalah kurangnya pengetahuan mengenai prosedur pengurusan BPJS Kesehatan; persepsi mengenai