• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

- 1 -

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

Triwulan III

2020

Penyusun Penanggung Jawab : Syaiful

Ketua Tim : Rochmad Arif Tri Setyawan

Anggota : Rochmat Basuki | Muhammad Ulil Albab | Reynaldi Wisnu Werdhana | Lusiane Noorlin Nussy | Maria Paulina Warwe | Sulthan Muhammad Shabri

(2)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

ii

Halaman Judul i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel iii

Daftar Grafik dan Gambar iv

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 1 A. Indikator Makro Ekonomi Fundamental 1

B. Indikator Kesejahteraan 3

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN 5

A. Pendapatan Negara 6

B. Belanja Negara 8

C. Prognosis Realisasi APBN 12

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 13

A. Pendapatan Daerah 14

B. Belanja Daerah 17

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2020 17 IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN

KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

19 A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian 19

B. Pendapatan Konsolidasian 19

C. Belanja Konsolidasian 21

D. Analisis Kontribusi Belanja Pemerintah Dalam PDRB 22

V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH 23

A. Peran BPUM Dalam Mendorong Sektor UMKM di Masa Pandemi Covid-19 di Papua

23

Daftar Isi

(3)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

iii

Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN s.d. Akhir Triwulan III Tahun 2019 dan 2020 5 Tabel 2.2 Profil BLU Pusat di Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) 10 Tabel 2.3 Prognosis Realisasi APBN Papua s.d. Akhir Tahun 2020 (dalam miliar

rupiah)

12 Tabel 3.1 Pagu dan Realisasi APBD Seluruh Pemda(Prov/Kota/Kab) di Provinsi

Papua s.d. Triwulan III Tahun 2019 dan Tahun 2020 (miliar rupiah)

13 Tabel 3.2 Perkiraan Realisasi APBD s.d. Triwulan IV Tahun 2020 18 Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi

Papua s.d. Triwulan III Tahun 2020

19 Tabel 4.2 Pertumbuhan Pendapatan dan PDRB 20 Tabel 4.3 Pertumbuhan Belanja Pemerintah dan PDRB 22 Tabel 4.4 Kontribusi Pemerintah Terhadap PDRB 22 Tabel 5.1 Jumlah Penerima BPUM Provinsi Papua dan Nasional s.d. Triwulan III

2020

23

Daftar Tabel

(4)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

iv

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Papua Triwulan III-2020 (year on year) 1 Grafik 1.2 Laju pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Tw III-2020 terhadap

Tw II-2020

1 Grafik 1.3 Laju pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Tw III-2020 terhadap

Tw III-2019

1 Grafik 1.4 PDRB Papua ADHB dan ADHK Tw I-2018 sampai Tw III-2020 2 Grafik 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Papua Triwulan III-2020 (year on year) 2 Grafik 1.6 Tingkat Inflasi Papua Sampai September 2020 3 Grafik 1.7 Tingkat Kemiskinan Papua Maret 2012 sampai Maret 2020 3 Grafik 1.8 Rasio Gini Papua 2015 s/d Maret 2020 3 Grafik 1.9 Tingkat Pengangguran Terbuka Papua 2018 s/d 2020 4 Grafik 2.1 Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri s.d. Triwulan III Tahun

2020

6 Grafik 2.2 Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional s.d. Triwulan

III 2020

6 Grafik 2.3 Realisasi PNBP s.d. Triwulan III-2020 (Miliar Rupiah) 7 Grafik 2.4 Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Triwulan III Tahun 2020 8 Grafik 2.5 Tren Realisasi TKDD s.d. Triwulan III Tahun 2020 9 Grafik 2.6 Penyaluran KUR s.d. Triwulan III Tahun 2020 11 Grafik 2.7 Tren Realisasi Tahunan Belanja Pemerintah Pusat 12 Grafik 3.1 Realisasi PAD Lingkup Papua s.d. Triwulan III Tahun 2020 (miliar

rupiah)

14 Grafik 3.2 Pemda Dengan Realisasi Pajak Daerah Terbesar s.d. Triwulan III

Tahun 2020 (miliar rupiah)

14 Grafik 3.3 Pemda Dengan Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Terbesar s.d.

Triwulan III Tahun 2020 (miliar rupiah)

15 Grafik 3.4 Komposisi Realisasi Pendapatan Transfer di Papua s.d. Triwulan III

Tahun 2020

16 Grafik 3.5 Realisasi Pendapatan Transfer s.d. Triwulan III Tahun 2020 (miliar

rupiah)

16 Grafik 3.6 Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja s.d.

Triwulan III Tahun 2020 (miliar rupiah)

17 Grafik 3.7 Tren Pendapatan dan Belanja Daerah, IPM dan Tingkat Kemiskinan 18 Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian s.d. Triwulan III 19

(5)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

v

Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Konsolidasian s.d. Triwulan III 2020 20 Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan, PNBP, dan Hibah 20 Grafik 4.4 Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah (miliar rupiah) 21 Grafik 4.5 Komposisi Belanja Konsolidasian s.d. Triwulan III 2020 21 Grafik 5.1 Distribusi Jumlah UMKM yang Diinput oleh Pemda dalam ODS untuk

Provinsi Papua

(6)

BAB I

Perkembangan dan

Analisis Ekonomi

Regional

(7)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

1

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

Perkembangan dan

Analisis Ekonomi

Regional

A.INDIKATOR MAKRO FUNDAMENTAL

1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III-2020 Perekonomian Papua triwulan

III-2020 tumbuh -2,61 persen dibandingkan dengan triwulan III-2019. Hal ini disebabkan 12 dari 17 lapangan usaha mengalami pertumbuhan negatif yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Kontraksi paling dalam terjadi pada lapangan usaha Transportasi dan

Pergudangan yaitu sebesar -43,29 persen. Kemudian disusul lapangan usaha Penyedia Akomodasi dan Makan Minum dan lapangan usaha Jasa Perusahaan masing-masing sebesar -22,40 persen dan -9,48 persen. Meski demikian, beberapa lapangan usaha masih mengalami pertumbuhan positif, seperti halnya Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh tertinggi sebesar 2,98 persen.

Walaupun pertumbuhan ekonomi triwulan III-2020 masih menunjukan angka negatif akibat pandemi Covid-19, namun angka tersebut sebenarnya sudah menunjukkan tren pertumbuhan dibandingkan triwulan II-2020. Dapat dilihat pada grafik 1.2 dan grafik 1.3 diatas, laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran triwulan III-2020 secara q-to-q menunjukan nilai positif pada seluruh komponen pembentuknya. Komponen ekspor luar negeri menjadi komponen dengan laju pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran tertinggi (q-to-q) sebesar 59,55 persen akibat meningkatnya

BAB I

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Papua Triwulan III-2020 (year on year)

Sumber: BPS (2020), diolah

Grafik 1.2. Laju pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Tw III-2020 terhadap Tw II-2020

Sumber: BPS (2020), diolah

Grafik 1.3. Laju pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Tw III-2020 terhadap Tw III-2019

(8)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua Laporan Pemantauan & Evaluasi Penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa

2

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

ekspor bijih tembaga dan konsentrat. Namun jika dilihat secara y-on-y mayoritas komponen mengalami pertumbuhan negatif kecuali komponen Ekspor Luar Negeri dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang tumbuh 130,18 persen dan 1,75 persen. 2. Nominal PDRB

Kondisi Ekonomi Papua triwulan III-2020 berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB mencapai Rp51,37 triliun. Nilai tersebut meningkat 2,03 persen jika dibandingkan nilai PDRB ADHB pada triwulan yang sama tahun 2019 (y-on-y) sebesar

Rp50,35 triliun. Jika ditinjau secara q-to-q, PDRB ADHB triwulan II-2020 tumbuh 7,38 persen dibandingkan triwulan II-2020 sebesar Rp.47,84 triliun. Sedangkan perekonomian Papua dari sisi PDRB ADHK triwulan III-2020 mencapai Rp.35,31 triliun, tumbuh -2,72 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2020 (y-on-y). Dibandingkan dengan triwulan II-2020, PDRB ADHK triwulan II-2020 tumbuh 6,10%.

3. PDRB per Kapita

PDRB per Kapita papua pada triwulan III-2020 mencapai Rp.14,90 juta. Nilai tersebut tumbuh sebesar 7,04 persen jika dibandingkan dengan triwulan II-2020 yang bernilai Rp.13,92 juta. Namun jika dilihat tanpa kategori Pertambangan dan Penggalian, PDRB per Kapita triwulan III-2020 sebesar Rp.10,43 juta atau tumbuh sebesar 3,78 persen dibanding triwulan II-2020 yag mencapai Rp10,05 juta.

Grafik 1.4. PDRB Papua ADHB dan ADHK Tw I-2018 sampai Tw III-2020

Sumber: BPS (2020), diolah

Grafik 1.5. PDRB Perkapita Papua Triwulan III-2020 (year on year)

(9)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

3

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

4. Inflasi

Pada bulan September 2020, Provinsi Papua mengalami deflasi sebesar 0,22 persen berdasarkan perhitungan dari 3 kota gabungn IHK. Hal tersebut terjadi akibat penurunan angka indeks pada beberapa kelompok komoditas, diantaranya kelompok makanan, minuman, dan tembakau;

kelompok pakaian dan alas kaki; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga; serta kelompok transportasi. Sedangkan inflasi tahun kalender 3 kota gabungan IHK di Provinsi Papua pada September 2020 mencapai 1,42 persen dan inflasi y-on-y (September 2020 terhadap September 2019) sebesar 1,93 persen. B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN

1. Tingkat Kemiskinan

Tingkat kemiskinan periode Maret 2012 sampai Maret 2020 tingkat kemiskinan mengalami penurunan, baik secara jumlah maupun persentase. Persentase penduduk miskin pada periode tersebut menurun 4,47 persen poin, dimana pada maret 2012 jumlah penduduk miskin 920,52

ribu jiwa atau 31,11 persen menjadi 911,37 ribu jiwa atau 26,64 persen pada Maret 2020. 2. Rasio Gini

Selama periode 2010 sampai Maret 2020, rasio gini Papua terus mengalami fluktuasi. Dimana pada periode September 2014 mengalami kenaikan dan berada pada nilai tertinggi. Pada periode Maret 2020 rasio gini berada pada

Grafik 1.6. Inflasi Papua Triwulan III-2020 (year

on year)

Sumber: BPS (2020), diolah

Grafik 1.7. Tingkat Kemiskinan Papua Maret 2012 sampai Maret 2020

Sumber: BPS (2020), diolah

Grafik 1.8. Rasio Gini Papua 2015 s/d Maret 2020

(10)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua Laporan Pemantauan & Evaluasi Penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa

4

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

nilai 0,392. Sedangkan rasio gini untuk wilayah kota pada Maret 2020 mencapai 0,296 dan wilayah desa mencapai 0,414.

3. Ketenagakerjaan

Pada Agustus 2020, jumlah penduduk usia kerja di Papua mencapai 2.449.145 orang. Jumlah tersebut meningkat hamper 35 ribu dibandingkan Agustus tahun 2019. Sedangkan jumlah Angkatan Kerja di Papua mencapai 1.768.833 orang, menurun hampir 100.000 orang dibandingkan Agustus 2019. Dari

jumlah tersebut, terdapat 1.692.175 orang bekerja dan 76.658 penganggur di Provinsi Papua. Sedangkan dilihat dari sisi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), selama tahun 2018 sampai 2020 Provinsi Papua menunjukan peningkatan angka Tingkat Pengangguran Terbuka. Tahun 2020, Provinsi Papua memiliki TPT sebesar 4,71 persen, lebih rendah dari TPT nasional yang sebesar 7,07 persen. Namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, TPT Papua mengalami peningkatan 0,77 persen poin.

Grafik 1.9. Tingkat Pengangguran Terbuka Papua 2018 s/d 2020

Sumber: BPS (2019), diolah

Ekonomi Papua Triwulan III 2020 Minus 2,61 Persen

JAYAPURA, iNews.id - Ekonomi Papua triwulan III 2020 mengalami kontraksi sebesar minus

2,61 persen. Hal ini disebabkan karena sebagian besar lapangan usaha mengalami kontraksi pertumbuhan.

"Kategori yang mengalami kontraksi terdalam adalah Transportasi dan Pergudangan dengan kontraksi pertumbuhan sebesar minus 43,29 persen, disusul lapangan usaha Penyedia Akomodasi dan Makan Minum sebesar minus 22,40 persen serta lapangan usaha Jasa Perusahaan sebesar minus 9,48 persen," kata Kepala BPS Provinsi Papua Adriana Helena Carolina di Jayapura, Kamis (5/11/2020).

Menurut Adriana, kontraksi pada sebagian besar lapangan usaha tersebut salah satunya disebabkan karena penerapan pembatasan sosial sebagai upaya penanggulangan pandemi Covid-19 yang sudah diterapkan sejak akhir triwulan pertama 2020.

"Hal tersebut berdampak pada dibatasinya aktivitas jasa transportasi dan jam operasional berbagai aktivitas perekonomian lainnya," ujarnya.

(11)

BAB II

Perkembangan dan

Analisis Pelaksanaan

APBN

(12)

5

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Perkembangan dan

Analisis Pelaksanaan

APBN

ealisasi APBN Papua sampai dengan Triwulan III-2020 baik dari sisi pendapatan maupun belanja Negara mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 2.1: Pagu dan Realisasi APBN s.d. Triwulan III Tahun 2019 dan 2020 (miliar rupiah)

Uraian Tahun 2019 Tahun 2020 2020 % Pagu Realisasi Pagu Realisasi

A. PENDAPATAN NEGARA 9.932,62 5.785,70 7.907,35 5.862,26 74,1%

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 9.844,52 5.732,87 7.907,35 5.862,26 74,1% 1. Penerimaan Perpajakan 9.374,25 5.262,83 7.342,25 5.380,98 73,2% a. Pajak Dalam Negeri 7.090,34 4.679,58 6.758,99 4.525,97 66,9% b. Pajak Perdagangan Internasional 2.283,92 583,25 583,27 855,01 146,5%

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 470,27 470,04 565,09 481,28 85,1%

II. HIBAH 88,10 52,84 0,00 0,00 0,0%

B. BELANJA NEGARA 64.123,37 39.044,85 56.053,92 42.580,98 75,9%

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 17.236,91 9.331,72 13.622,55 8.006,05 58,7% 1. Belanja Pegawai 4.004,33 2.920,39 4.091,32 2.854,17 69,7% 2. Belanja Barang 6.769,54 3.816,68 4.789,12 2.576,85 53,8% 3. Belanja Modal 6.311,77 2.536,26 4.618,31 2.501,51 54,1%

4. Belanja Bantuan Sosial 35,48 14,51 23,41 11,61 49,6%

5. Belanja Lain-lain 115,79 43,87 100,38 61,91 61,6%

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 46.886,46 29.713,13 43.002,02 34.639,89 80,5% 1. Transfer ke Daerah 41.648,96 26.575,01 37.651,63 30.758,79 80,6% a. Dana Perimbangan 32.846,87 23.882,84 29.472,36 24.586,00 81,7% 1) Dana Alokasi Umum 23.083,99 19.146,64 20.870,30 17.424,80 83,4% 2) Dana Bagi Hasil 2.710,34 1.922,37 3.053,55 2.448,80 80,1% 3) Dana Alokasi Khusus Fisik 4.991,47 1.291,28 3.607,20 3.278,40 90,8% 4) Dana Alokasi Khusus Nonfisik 2.061,06 1.522,54 1.941,31 1.434,00 73,8% b. Dana Otonomi Khusus 8.674,68 2.602,40 7.999,97 5.999,98 75,0% c. Dana Insentif Daerah 127,42 89,77 179,30 172,81 96,3%

2. Dana Desa 5.237,50 3.138,12 5.350,39 3.881,10 72,5%

C. SURPLUS DEFISIT -54.190,75 -33.259,15 -48.283,47 -36.760,29 76,1% Sumber: MEBE dan OmSPAN (2020), diolah.

Realisasi pendapatan negara telah tercapai Rp5,86 triliun atau 74,1 persen dari target sebesar Rp7,90 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 58,3 persen. Kenaikan pendapatan negara terutama terjadi pada komponen penerimaan pajak perdagangan internasional, yang naik dari Rp583,25 miliar pada Triwulan III-2019 menjadi sebesar Rp855,01 miliar.

Di sisi belanja, seiring upaya penanganan pandemi Covid-19, alokasi pagu tahun 2020 mengalami penyesuaian khususnya Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Secara kumulatif, pagu belanja negara turun sebesar 13,9 persen dari Rp64,16 Triliun pada triwulan I-2020 menjadi Rp56,05 triliun. Realisasi belanja negara sampai dengan Triwulan III-2020 mencapai Rp42,58 triliun atau 75,9 persen dari total pagu, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 60,8 persen.

(13)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-II 2020 Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

6

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

A. Pendapatan Negara

1. Penerimaan Perpajakan

Penerimaan perpajakan baru terealisasi sebesar Rp5,38 triliun atau 73,2 persen dari target Rp7,34 triliun. Penerimaan tersebut naik cukup signifikan sebesar 17,1 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 56,1 persen.

a. Penerimaan Pajak Dalam Negeri Penerimaan Pajak Dalam Negeri baru tercapai sebesar Rp4,47 triliun atau 66,2 persen dari target sebesar Rp6,75 triliun. Penerimaan tersebut sebagian besar berasal dari PPh yang mencapai Rp2,54 triliun atau 56,8 persen dari total penerimaan Pajak Dalam Negeri. Penyumbang PPh terbesar berasal dari wajib pajak yang terdaftar pada KPP

Pratama Timika yang mencapai 54,7 persen dari total penerimaan PPh. Setelah PPh, penerimaan PPN yang mencapai Rp999,45 Miliar menyumbang 22,3 persen, khususnya di wilayah Kota Jayapura sebagai pusat perdagangan dan bisnis di Papua. Penerimaan PBB sebesar Rp820,94 miliar. Setelah mengalami kenaikan pada triwulan sebelumnya, target penerimaan PBB Kembali disesuaikan dari Rp968,85 miliar pada triwulan II menjadi Rp690,35 miliar pada triwulan III. Faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Dalam Negeri antara lain: (1) Status tanggap darurat Covid-19 yang berujung pada penutupan akses transportasi baik laut dan udara di Papua; (2) Dampak Covid-19 terhadap sektor konstruksi yang disebabkan karena kendala pasokan bahan baku, realokasi anggaran infrastruktur dan penghentian beberapa proyek infrastruktur.

b. Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional

Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional tercapai sebesar Rp855,05 miliar atau 146,5 persen dari target sebesar Rp583,27 miliar. Mempertimbangkan dampak pandemi Covid-19, target penerimaan Pajak Perdagangan Internasional telah

Grafik 2.1. Realisasi Penerimaan Pajak Dalam Negeri s.d. Triwulan III Tahun 2020

Sumber: Kanwil DJP dan DJBC Provinsi Papua 2020, diolah

Grafik 2.2. Realisasi Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional s.d. Triwulan III 2020

(14)

7

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

direvisi berdasarkan Keputusan Kakanwil DJBC Khusus Papua Nomor KEP-53/WBC.20/2020 dari Rp1,64 triliun pada triwulan I-2020 menjadi hanya sebesar Rp583,27 miliar. Akibat dilakukan penurunan target, realisasi pajak perdagangan internasional hingga triwulan III-2020 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 121 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp583,25 Miliar.

Penerimaan Bea Keluar sebesar Rp775,01 miliar atau 160,2 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp483,70 miliar, naik cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp445,17 Miliar. Beberapa komoditas utama yang menopang penerimaan Bea Keluar antara lain Konsentrat Tembaga dan Mineral Ikutannya serta ekspor Crued Palm Oil.

Di sisi Bea Masuk, penerimaan sampai dengan Triwulan III-2020 sebesar Rp79,72 Miliar atau 80,1 persen dari target sebesar 99,57 miliar. Penerimaan tersebut sedikit lebih tinggi sebesar 6,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp138,08 Miliar. Penerimaan Bea Masuk terutama ditopang dari barang kiriman pos dan importasi vanili dari Papua Nugini, importasi barang-barang modal dari PT. Freeport Indonesia, dan importasi barang-barang spare parts PT. Sinar Jaya Wijaya. Selain Bea Masuk dan Keluar, penerimaan pajak perdagangan internasional juga didapatkan dari Pendapatan Pabean Lainnya sebesar Rp0,27 miliar.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Realisasi pendapatan PNBP telah mencapai Rp481,28 miliar atau 85,2 persen dari target sebesar Rp565,08 miliar. Realisasi tersebut turun 14,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang secara jumlag lebih kecil yaitu sebesar Rp470,04 miliar, perbedaan target yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya menjadi penyebab turunnya persentase tersebut. Realisasi PNBP ditopang dari penerimaan kembali belanja tahun anggaran

sebelumnya, khususnya belanja barang dan modal yang mencapai Rp113,96 miliar. Pengembalian belanja tersebut disebabkan antara lain adanya pencairan garansi bank karena pelaksanaan pekerjaan yang tidak selesai di akhir tahun, adanya temuan hasil pemeriksaan dari aparat pengawasan yang mewajibkan satker harus menyetorkan kembali sebagian dari kelebihan pembayaran, dan sebagainya.

Grafik 2.3. Realisasi PNBP s.d. Triwulan III-2020 (Miliar Rupiah)

Sumber: Kanwil DJBC Khusus Papua 2020, diolah

(15)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-II 2020 Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

8

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Disamping itu, pendapatan PNBP di Papua juga ditopang oleh PNBP fungsional, antara lain Pendapatan Biaya Pendidikan Rp84,63 miliar, Pendapatan BPJS Kesehatan pada Faskes Lanjutan Rp41,87 miliar, Pendapatan Pengamanan Obyek Vital Rp33,81 miliar, dan Pendapatan Jasa Kebandarudaraan sebesar Rp14,97 miliar.

3. Pendapatan Hibah

Sampai dengan triwulan III-2020, belum terdapat realisasi pendapatan hibah. realisasi pendapatan hibah di Papua diperkirakan mulai melonjak pada triwulan IV-2020, seiring penyelenggaraan Pilkada serentak di 11 kabupaten di Papua yang pemungutan suaranya dijadwalkan pada 9 Desember 2020.

B. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat

Realisasi belanja pemerintah pusat sampai dengan triwulan III 2020 baru mencapai Rp8,00 triliun atau 58,7 persen dari pagu sebesar Rp13,62 triliun. Meski demikian, realisasi tersebut sedikit lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 54,1 persen. Realisasi belanja sampai dengan triwulan III-2020 masih didominasi oleh belanja pegawai yang mencapai 69,7 persen. Tingginya realisasi belanja pegawai tersebut dikarenakan adanya pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) yang dilakukan pada bulan Mei 2020.

Pada tahun 2020, Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Papua dialokasikan kepada 43 Bagian Anggaran/Kementerian

Lembaga. Bagian Anggaran selain BUN yang memperoleh alokasi terbesar yaitu

Kementerian PUPR sebesar Rp4,35 triliun dan Kementerian Pertahanan sebesar Rp2,46 triliun. Realisasi penyerapan anggaran tertinggi terdapat pada Badan Koordinasi Penanaman Modal sebesar 56,5 persen dari alokasi pagu. Secara keseluruhan, realisasi belanja pegawai sebesar Rp2,85 triliun (69,8%) dari pagu Rp4,09 triliun, belanja barang sebesar Rp2,57 triliun (53,8%) dari pagu Rp4,78 triliun, belanja modal sebesar Rp2,50 triliun (54,2%) dari pagu Rp4,61 triliun, belanja lain-lain sebesar Rp61,91 miliar (61,7%) dari pagu Rp100,38 miliar, dan belanja bansos sebesar Rp11,61 miliar (49,6%) dari pagu Rp23,41 miliar.

Grafik 2.4. Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Triwulan III-2020

(16)

9

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Tren penyerapan belanja pemerintah pusat hingga akhir semester I masih relatif stabil, kecuali belanja lain-lain. Lonjakan belanja lain-lain pada bulan September didorong adanya kebijakan relaksasi SPM TUP dengan jumlah sampai dengan Rp1 miliar, adanya percepatan proses lelang pengadaan operator penyalur beras sehingga kontrak dapat ditandatangani dan pekerjaan dapat dilaksanakan lebih awal dibandingkan tahun sebelumnya. Belanja Lain-lain tersebut dipergunakan untuk pembayaran biaya ongkos angkut beras PNS Distrik Pedalaman Papua. Meski sempat melonjak pada triwulan pertama, namun pada triwulan kedua mengalami perlambatan. Hal ini dikarenakan adanya pembatasan akifitas khususnya interkoneksi antar wilayah untuk menekan penyebaran Covid-19. Hal tersebut membuat pelaksanaan pekerjaan menjadi terhambat. Hal serupa juga terjadi pada proyek/kegiatan yang didanai dari belanja modal maupun pelaksanaan kegiatan operasional perkantoran.

2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)

Penyaluran TKDD hingga triwulan III-2020 belum menunjukkan capaian yang optimal. Secara kumulatif, realisasi TKDD baru mencapai Rp34,64 triliun atau 80,6 persen dari pagu Rp43,02

triliun. Alokasi pagu TKDD tersebut merupakan hasil revisi yang telah ditetapkan dalam PMK Nomor 35/PMK.07/2020. Alokasi

pagu TKDD yang baru mengalami penurunan sebesar Rp5,28 triliun atau 11,2 persen dari pagu sebelumnya Rp47,30 triliun. Persentase penurunan pagu tertinggi terdapat pada DAK Fisik sebesar 37,8 persen. Penurunan tersebut merupakan imbas dari penghentian proses pengadaan barang dan jasa berdasarkan Surat Menteri Keuangan S-247/MK.07/2020, yang alokasi dananya dialihkan untuk pencegahan dan penanggulangan Covid-19.

Hingga menjelang akhir tahun 2020, semua jenis TKDD telah disalurkan ke Pemda Papua dengan persentase yang bervariasi. Realisasi penyaluran DAU sebesar Rp17,42 triliun (83,4%) dari pagu Rp20,87 triliun, DBH sebesar Rp2,45 triliun (80,1%) dari pagu Rp3,05 triliun, DAK Nonfisik sebesar Rp1,43 triliun (73,8%) dari pagu Rp1,94 triliun, Dana Otsus sebesar Rp5,99 triliun (75,0%) dari pagu Rp8,00 triliun, DID sebesar Rp172,81 Miliar (96,4%) dari pagu Rp179,30 miliar, Dana Desa sebesar Rp3,88 triliun (72,5%) dari pagu Rp5,35 triliun, dan DAK Fisik, sebesar Rp3,27 triliun (90,8%) dari pagu Rp3,60 triliun.

Grafik 2.5. Tren Realisasi TKDD s.d. Triwulan III Tahun 2020

(17)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-II 2020 Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

10

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Realisasi TKDD sudah sangat baik seiring kenaikan realisasi yang signifikan pada triwulan III 2020 karena adanya kebijakan relaksasi yang dituangkan dalam PMK Nomor 101/PMK.07/2020. Disamping itu, sejalan upaya pemerintah dalam mengurangi dampak pandemi Covid-19, penggunaan Dana Desa tahun 2020 diprioritaskan untuk pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) Desa kepada masyarakat miskin terdampak. Penyaluran BLT Desa telah dilakukan dalam 6 periode, dimana periode pertama kepada 483.756 Keluarga Penerima Manfaat (KPM), periode kedua kepada 479.211 KPM, periode ketiga kepada 218.088 KPM, periode keempat kepada 84.303 KPM, periode kelima kepada 52,524 KPM, dan periode keenam kepada 13.581 KPM.

Selain DAK Fisik dan Dana Desa, mulai tahun 2020 KPPN Jayapura sebagai KPPN yang berlokasi di ibukota provinsi juga menyalurkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sampai dengan akhir Triwulan III-2020, realisasi penyaluran Dana BOS sebesar Rp539,14 Miliar atau 72,3 persen dari pagu Rp745,74 miliar. Dana BOS tersebut disalurkan untuk 3.501 sekolah yang tersebar di seluruh wilayah Papua. 3. Pengelolaan BLU

Pada triwulan III-2020 ini, 3 satker BLU memiliki total aset sebesar Rp405,50 miliar. Dari ketiga BLU tersebut, Satker Politeknik Penerbangan Jayapura memiliki nilai aset tertinggi dibanding dua satker lainnya. Total aset yang dimiliki oleh Politeknik Penerbangan Jayapura mencapai Rp332,17 miliar.

Tabel 2.2: Profil BLU Pusat di Provinsi Papua (dalam miliar rupiah)

Nama Satker BLU Total Aset Pagu RM Pagu BLU Realisasi

Politeknik Penerbangan Jayapura 332,17 33,05 7,50 24,40 Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura 41,53 11,14 40,57 42,90 Rumah Sakit Marthen Indey Kesdam 31,79 52,35 - 34,14

Sumber: MEBE dan E-Rekon & LK 2020, diolah

Untuk keperluan operasional, ketiga satker BLU mengelola pagu anggaran sebesar Rp145,72 miliar, yang terdiri dari 33,0 persen pagu BLU dan 67,0 persen pagu Rupiah Murni (RM). Masih tingginya komposisi pagu RM dibandingkan pagu BLU disebabkan satker Rumah Sakit Marthen Indey sebagai BLU baru belum melakukan revisi pagu anggaran dari sumber PNBP menjadi pagu BLU.

4. Manajemen Investasi Pusat a. Penerusan Pinjaman

Sampai dengan akhir Triwulan III-2020, di wilayah Provinsi Papua belum terdapat debitur yang menerima penerusan pinjaman lagi dari Pemerintah Pusat.

(18)

11

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Realisasi penyaluran KUR Provinsi Papua hingga periode Triwulan III 2020 adalah sebesar Rp877,72 miliar, dengan total debitur sebanyak 20.346 orang/badan usaha. Realisasi tersebut naik sebesar 0,92 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019 yang mencapai Rp869,68 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran KUR di Papua masih menunjukkan sedikit peningkatan meskipun sedang mengalami pandemi Covid-19. Hal ini berbeda dengan kondisi penyaluran KUR pada periode Triwulan II Tahun 2020 yang mengalami penurunan sebesar 15,7 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019. Berdasarkan jumlah penyaluran, mayoritas realisasi KUR di Papua (99,22%) disalurkan melalui 4 Bank Penyalur, yaitu: Bank BRI (68,04%), Bank Mandiri (17,26%), Bank BNI (10,84%) dan BPD Papua (3,08%). Sedangkan berdasarkan jumlah debitur penerima KUR, penerima KUR terbanyak merupakan debitur Bank BRI, yaitu sebanyak 16.879 debitur (82,96% dari total jumlah debitur). Dari 29 Kabupaten/Kota di Papua, Pemda dengan penyaluran KUR terbesar pada Kota Jayapura sebesar Rp205,97 miliar (23,47%) yang disalurkan kepada 4.862 debitur penerima. Sedangkan Pemda dengan penyaluran terkecil adalah Kabupaten Puncak sebesar Rp7,82 juta.

Penyaluran KUR di Provinsi Papua hingga Triwulan III 2020 terdistribusi ke dalam 11 kelompok usaha dengan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran merupakan sektor yang memperoleh pembiayaan KUR terbesar yang mencapai Rp430,40 miliar atau 49,04 persen dari total penyaluran KUR. Sedangkan sektor dengan realisasi

paling kecil adalah sektor Jasa Pendidikan dengan realisasi penyaluran sebesar Rp658 juta atau 0,07 persen dari total penyaluran KUR.

Berdasarkan informasi pada https://sikp.umi.id, penyaluran Pembiayaan UMi secara kumulatif sampai dengan Triwulan 2020 di Provinsi Papua adalah sebesar Rp10,245 miliar. Namun setelah dilakukan analisis dan pengolahan data dimaksud, terdapat indikasi perhitungan ganda atas penyaluran sebanyak Rp3,318 miliar (728 debitur) dalam SIKP-UMi pada tahun 2018 dan 2019. Apabila jumlah penyaluran ganda tersebut dikeluarkan dalam sistem, data penyaluran Pembiayaan UMi adalah sebesar Rp6,927 miliar, yang terdiri dari: penyaluran Rp583 juta pada 2017, Rp535,6 juta pada 2018, Rp2,567 miliar pada 2019, serta Rp.3,242 miliar pada 2020. Namun berdasarkan hasil konfirmasi atas data penyaluran dengan Pegadaian dan PNM sebagai LKBB

Grafik 2.6. Realisasi Penyaluran KUR Per Sektor Triwulan III Tahun 2020

Sumber: SIKP 2020, diolah

Perdagangan Besar dan Eceran, 49.04% Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, 19.41% Sosial Budaya, 7.35% Industri Pengolahan, 7.14% Akomodasi, Air Minum, 6.94%

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, 4.08%

Real Estate 3.18% Perikanan,

(19)

Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan-II 2020 Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

12

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Penyalur UMi di wilayah Papua, data penyaluran tahun 2020 di SIKP-UMi dirasakan belum update karena terdapat penyaluran sebesar Rp4,651 miliar yang belum masuk ke dalam database SIKP-UMi. Apabila data tersebut ditambahkan, maka penyaluran tahun 2020 adalah sebesar 7,893 miliar, sehingga total penyaluran pembiayaan UMi dari tahun 2017 sampai dengan Triwulan III 2020 adalah sebesar Rp11,578 miliar. Untuk menjaga validitas data, diharapkan Pusat Investasi Pemerintah selaku BLU operator UMi dan pengelola SIKP-UMi diharapkan dapat menyampaikan data penyaluran UMi yang ditampilkan pada SIKP dengan lebih update dan valid.

C. Prognosis Realisasi APBN

Tren realisasi belanja Pemerintah Pusat dalam enam tahun terakhir berkisar pada angka 90,7 persen. Berdasarkan tren tersebut dan mempertimbangkan berbagai upaya yang diterapkan Kanwil DJPb Provinsi Papua dalam mempercepat penyerapan anggaran serta adanya dampak pandemi Covid-19, maka

realisasi belanja Pemerintah Pusat hingga akhir tahun 2020 diproyeksikan akan mencapai 88,0 persen atau sebesar Rp11,63 triliun. Di sisi TKDD, berdasarkan data historis dalam beberapa tahun terakhir diproyeksikan akan mencapai 98,2 persen atau sebesar Rp41,26 triliun pada akhir tahun anggaran.

Tabel 2.3: Prognosis Realisasi APBN Papua s.d. Akhir Tahun 2020 (dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu Realisasi s.d. Triwulan III Perkiraan Realisasi s.d. Akhir Tahun Rp % Rp % Pendapatan Negara 7.907,35 5.862,26 74,1% 6.631,44 83,6% Belanja Negara 56.053,92 42.580,98 75,9% 54.129,65 95,6% Surplus/Defisit (48.146,57) (36.718,72) 76,2% (47.898,21) 97,5%

Sumber: Omspan 2020, diolah

Adapun realisasi pendapatan pada akhir tahun 2020 diperkirakan hanya akan mencapai 83,6 persen atau sebesar Rp6,63 triliun. Adanya transisi produksi yang menyebabkan PT Freeport Indonesia belum berproduksi secara optimal menjadi faktor yang menurunkan ekspor, sehingga berpengaruh pada pendapatan negara khususnya Bea Keluar. Selain itu, imbas penutupan transportasi udara dan laut serta adanya berbagai kebijakan relaksasi di bidang perpajakan dalam menghadapi pandemi Covid-19 juga sangat mempengaruhi penerimaan pajak di Papua.

Grafik 2.7. Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat

(20)

BAB III

Perkembangan dan

Analisis Pelaksanaan

APBD

(21)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

13

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

Perkembangan dan

Analisis Pelaksanaan

APBD

itengah ancaman resesi dan pandemi Covid-19 yang masih membayangi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka mendorong dan menjaga kinerja perekonomian. Struktur APBD Papua sampai dengan Triwulan III Tahun 2020 dilihat dari sisi pendapatan, masih didominasi oleh Pendapatan Transfer sebesar 93,47 persen dari total realisasi pendapatan, sedangkan PAD hanya memiliki porsi sebesar 4,66 persen, dan sisanya sebesar 1,87 persen berasal dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah. Dari sisi belanja, realisasi Belanja sampai dengan triwulan III-2020 baru mencapai Rp22,07 triliun atau sebesar 39,54 persen dari pagu, turun -1,49 persen dibandingkan dengan persentase realisasi pada triwulan III-2019.

Tabel 3.1. Pagu dan Realisasi APBD Seluruh Pemda(Prov/Kota/Kab) di Provinsi Papua s.d. Triwulan III Tahun 2019 dan Tahun 2020(miliar rupiah)

Uraian 2019 2020

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

PENDAPATAN 54.984,95 30.895,64 54.337,93 38.471,76

PAD 2.755,27 1.504,77 3.069,10 1.791,82

Pajak Daerah 1.160,71 990,04 1.680,19 1.015,62

Retribusi Daerah 205,92 128,62 172,82 84,00

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

127,74 64,07 165,43 86,77

Lain-Lain PAD yang Sah 1.260,90 322,04 1.050,67 605,42

Pendapatan Transfer 51.625,60 29.339,79 46.755,46 35.959,00

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 33.199,71 22.826,24 34.263,06 24.585,97

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 16.919,94 5.833,32 5.278,82 9.988,78

Transfer Pemerintah Provinsi 378,51 680,23 654,59 1.262,78

Transfer Bantuan Keuangan 1.127,44 - 6.558,99 121,47

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 604,08 51,07 4.513,36 720,95

Pendapatan Hibah 385,94 32,60 503,20 455,82

Pendapatan Dana Darurat - - - -

Pendapatan Lainnya 218,14 18,47 4.010,17 265,13 JUMLAH PENDAPATAN 54.984,95 30.895,64 54.337,93 38.471,76 BELANJA 44.672,88 17.901,66 45.564,18 19.002,39 Belanja Pegawai 12.208,62 6.605,23 15.175,36 7.226,05 Belanja Barang 16.985,24 6.234,81 14.068,78 6.571,29 Belanja Bunga 57,29 16,42 92,55 41,20 Belanja Subsidi 89,22 44,03 78,47 37,41 Belanja Hibah 2.301,42 1.891,53 5.460,35 1.626,52

Belanja Bantuan Sosial 705,26 627,93 686,42 672,11

Belanja Modal 12.185,97 2.344,21 9.810,67 2.263,19

Belanja Tidak Terduga 139,84 137,51 191,57 564,62

TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 10.770,39 4.842,84 10.272,07 3.072,53

Transfer/Bagi Hasil 602,56 302,58 956,27 288,67

Transfer Bantuan Keuangan 10.167,83 4.540,26 9.315,80 2.783,86

JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 55.443,26 22.744,50 55.836,25 22.074,91

SURPLUS/DEFISIT (458,31) 8.151,14 (1.498,32) 16.396,85

BAB III

Sumber: SIKD, LKPK Tingkat Kanwil, 2020

(22)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

14

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

A. Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sampai dengan triwulan III-2020 realisasi PAD seluruh pemda di Papua sebesar Rp1,79 triliun atau hanya sebesar 4,66 persen dari total pendapatan daerah. Realisasi masing-masing komponen PAD dari porsi terbesar yaitu Pajak Daerah mencapai 56,68 persen, diikuti Lain-Lain PAD yang Sah mencapai 33,79 persen, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan mencapai 4,84

persen, dan Retribusi Daerah mencapai 4,69 persen. Daerah yang menyumbang PAD terbesar adalah Provinsi Papua sebesar 50,48 persen dari total realisasi PAD di seluruh Papua, diikuti Kabupaten Mimika sebesar 9,33 persen dan Kabupaten Biak Numfor sebesar 7,99 persen sebagai penyumbang PAD terbesar kedua dan ketiga.

Realisasi penerimaan pajak daerah hingga triwulan III-2020, sebesar Rp1,02 triliun atau naik 2,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Provinsi Papua memberikan kontribusi terbesar atas realisasi penerimaan pajak daerah yang mencapai Rp711,83 miliar,

dengan penyumbang penerimaan terbesar berasal dari pajak kendaraan bermotor (PKB), dan pajak air permukaan. Kontributor penerimaan pajak terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Mimika sebesar Rp128,49 miliar dengan penyumbang penerimaan terbesar dari PBB Pedesaan dan Perkotaan serta pajak restoran.

Total realisasi penerimaan retribusi daerah seluruh Pemda di Papua sampai

Grafik 3.2. Pemda Dengan Realisasi Pajak Daerah Terbesar s.d. Triwulan III Tahun 2020 (miliar rupiah)

Sumber: SIKD (2020), diolah

Grafik 3.1. Realisasi PAD Lingkup Papua s.d. Triwulan III Tahun 2020 (miliar rupiah)

(23)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

15

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

dengan triwulan III-2020 turun 34,69 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp84 miliar. Penyumbang terbesar untuk penerimaan retribusi daerah berasal dari retribusi pelayanan kesehatan yang mencapai Rp32,20 miliar, diikuti oleh retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) sebesar Rp10,42 miliar. Adapun realisasi penerimaan retribusi daerah terbesar berasal dari Kabupaten Kep. Yapen yang mencapai 16,48 persen dari total penerimaan retribusi daerah, diikuti Kota Jayapura sebesar 13,36 persen dari total penerimaan retribusi daerah.

Penerimaan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dari seluruh pemda di Papua sampai dengan triwulan III-2020 mengalami kenaikan sebesar 35,43 persen dibandingkan triwulan III-2019 yaitu sebesar Rp86,77 miliar. Dari 30 pemda ada 19 pemda yang membukukan penerimaan tersebut, realisasi tertinggi dari Pemerintah Provinsi Papua sebesar Rp31,38 miliar yang seluruhnya bersumber dari bagian laba atas penyertaan modal pada BUMD.

Sampai dengan triwulan III-2020 realisasi penerimaan lain-lain PAD yang sah mencapai Rp605,42 miliar atau 57,62 persen dari total target penerimaan. Adapun tiga jenis penerimaan yang menjadi penyumbang terbesar adalah Lain-lain PAD yang sah lainnya sebesar Rp146,13 miliar, pendapatan

Jaminan Kesehatan Nasional sebesar Rp97,19 miliar, dan pendapatan BLUD sebesar Rp92,34 miliar. Dari seluruh pemda di Papua yang membukukan penerimaan ini, Pemerintah Provinsi Papua tercatat menyumbang penerimaan terbesar yang mencapai Rp152,63 miliar.

2. Pendapatan Transfer

Pendapatan transfer merupakan jenis pendapatan dengan proporsi paling besar dalam APBD di Papua yang mencapai 93,47 persen dari total realisasi pendapatan. Secara agregat realisasi pendapatan transfer di Papua sampai dengan triwulan III-2020 sebesar Rp35,96 triliun atau 76,91 persen dari total target pendapatan transfer sebesar Rp46,76 triliun.

Grafik 3.3. Pemda Dengan Realisasi Penerimaan Lain-Lain PAD Yang Sah Terbesar s.d. Triwulan III

Tahun 2020 (miliar rupiah)

(24)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

16

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

Dari seluruh komponen pendapatan transfer, hingga triwulan III-2020 porsi terbesar berasal dari DAU yang mencapai Rp17,42 triliun atau 48,46 persen dari total pendapatan transfer. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan Papua terhadap dana transfer pemerintah pusat untuk mendanai pemerintahan di daerah begitu besar.

Sementara itu, sampai dengan triwulan III-2020, komponen pendapatan transfer yang lain yaitu DBH realisasi sebesar Rp2,45 triliun, DAK realisasi sebesar Rp4,71 triliun, Dana Otsus, Penyesuaian, dan DID Rp6,11 triliun, Dana Desa Rp3,88 triliun, serta Dana Transfer Provinsi dan Bantuan Keuangan realisasi sebesar Rp1,38 triliun. Penggunaan Dana Desa pada tahun 2020 diprioritaskan untuk pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) Desa kepada masyarakat miskin dan terdampak Covid-19 yang disalurkan mulai bulan April 2020 hingga 9 bulan. Untuk DAK Fisik, sampai dengan triwulan III-2020 realisasi sudah cukup tinggi seiring kenaikan realisasi di triwulan III-2020 yang signifikan karena adanya kebijakan relaksasi dalam penyaluran DAK Fisik.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Realisasi penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah sampai dengan triwulan III-2020 mencapai Rp720,95 miliar atau 15,97 persen dari target. Realisasi lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri dari pendapatan hibah Rp455,82 miliar dan pendapatan lainnya Rp265,13 miliar.

Grafik 3.5. Realisasi Pendapatan Transfer s.d. Triwulan III Tahun 2020 (miliar rupiah)

Sumber: SIKD (2020), diolah

Grafik 3.4. Komposisi Realisasi Pendapatan Transfer di Papua s.d. Triwulan III Tahun 2020

(25)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

17

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

B. Belanja Daerah

Pada tahun 2020 total pagu belanja daerah seluruh pemda di Papua sebesar Rp55,84 triliun atau naik 0,71 persen dibandingkan dengan tahun 2019. Pagu terbesar dialokasikan untuk belanja pegawai yaitu Rp15,18 triliun, diikuti belanja barang sebesar Rp14,07 triliun, dan belanja modal Rp9,81 triliun, sedangkan alokasi terkecil adalah belanja subsidi sebesar Rp78,47 miliar.

Sampai dengan triwulan III-2020, total realisasi belanja daerah di Papua baru mencapai 39,54 persen dari total pagu yaitu sebesar Rp22,07 triliun. Realisasi belanja tertinggi yang sudah melebihi 60 persen yaitu belanja belanja bantuan sosial (97,92 %) dan belanja tidak terduga (294,73 %). Tingginya realisasi belanja bantuan sosial dan belanja tidak terduga tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mengalokasikan APBD dalam rangka penanganan Covid-19 dan memberikan stimulus dalam rangka mengurangi dampak pandemi Covid-19 melalui pemberian bantuan sosial kepada masyarakat. Sementara itu, jenis belanja yang mengalami penurunan realisasi dibandingkan periode yang sama tahun lalu adalah belanja subsidi, belanja hibah dan belanja modal.

Menurunnya realisasi belanja modal tersebut antara lain disebabkan adanya status tanggap darurat Covid-19 di Papua yang membatasi akses t ransportasi baik darat, laut, maupun udara. Adanya pembatasan tersebut sangat berdampak pada sektor konstruksi yang mengakibatkan terhambatnya pasokan bahan baku sehingga menghambat beberapa proyek infrastruktur yang ada.

C. Prognosis Realisasi APBD Hingga Akhir Tahun 2020

Selama 4 tahun terakhir, rata-rata realisasi pendapatan daerah mencapai 95,75 persen, sedangkan tren realisasi belanja daerah berkisar antara 84-89 persen. Sementara itu, indikator pembangunan ekonomi seperti Indeks Pembangunan Manusia

Grafik 3.6. Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja s.d. Triwulan III Tahun 2020 (miliar rupiah)

(26)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

18

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

(IPM) dan tingkat kemiskinan selama 4 tahun terakhir menunjukkan tren cukup baik. IPM mengalami peningkatan dari 58,05 di tahun 2016 menjadi 60,84 di tahun 2019, sementara tingkat kemiskinan mengalami penurunan dari

28,40 di tahun 2016 menjadi 26,55 di tahun 2019.

Memperhatikan tren realisasi pendapatan dan belanja daerah, indikator pembangunan ekonomi 4 tahun terakhir, adanya pandemi Covid-19, dan penundaan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020, serta relaksasi penyaluran dana transfer ke daerah, maka realisasi pendapatan daerah tahun 2020 diprediksi mencapai 90,00 persen, sedangkan realisasi belanja mendekati angka 85,00 persen.

Tabel 3.2. Perkiraan Realisasi APBD s.d. Triwulan IV Tahun 2020

Uraian Pagu (miliar Rp) Realisasi s.d. Triwulan III Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV (miliar Rp) % (miliar Rp) % Pendapatan Daerah 54.337,93 38.471,76 70,80% 48.904,13 90,00% Belanja Daerah 55.836,25 22.074,91 39,54% 47.460,81 85,00% Surplus/Defisit -1.498,32 16.396,85 -1.094,35% 1.443,32 -96,33%

Sumber: SIKD (2020), diolah

Grafik 3.7. Tren Pendapatan dan Belanja Daerah, IPM dan Tingkat Kemiskinan

Sumber: SIKD, BPS (2020), diolah

Terdampak COVID-19, Daya Serap Anggaran Pemprov Papua Rendah

Jayapura, Jubi - Hingga Agustus 2020, daya serap anggaran Pemerintah Provinsi Papua masih sangat

rendah. Secara keseluruhan, 35 Organisasi Perangkat Daerah baru menyerap kurang dari 30 persen total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Papua 2020.

Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Papua, Muhammad Musa’ad mengatakan minimnya daya serap anggaran itu merupakan dampak pandemi Covid-19. Ia menyatakan pada awal masa pandemi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah (working from home).

“Pemerintahan sempat tidak berjalan maksimal, selama tiga bulan karena adanya kebijakan work from home. Sehingga, pemerintahan baru bisa berjalan pada 8 Juni 2020,” kata Musa’ad di Jayapura, Senin (10/8/2020). Musa’ad yang juga menjabat Asisten Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat menyatakan pihaknya telah menginstruksikan setiap OPD untuk menggenjot kinerjanya pada Agustus hingga September 2020. Dengan demikian, harapan daya serap anggaran 35 OPD akan meningkat.

“Saya sudah minta setiap pimpinan OPD untuk mempercepat pelaksanaan program kerja. Saat ini belanja pemerintah menjadi sangat penting untuk menjadi stimulus pengembangan perekonomian,” ujarnya. Meskipun belum berjalan maksimal, Musa’ad menyatakan beberapa pekerjaan fisik lanjutan proyek tahun anggaran 2019 masih terus berjalan. Ia mengaku optimistis anggaran akan terserap maksimal.

“Kebiasaan memang, [pekerjaan besar] tagihannya pada akhir tahun, sehingga kami tetap optimistis daya serap akan sesuai harapan. Yang jelas, kami akan terus mengevaluasi setiap program yang dijalankan di masing-masing OPD, agar hasilnya sesuai harapan,” katanya.

Sebelumnya, Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal mengimbau para pimpinan OPD untuk menjalankan program kerja secara baik. “Selain [menjadi] wakil pemerintah pusat di daerah, Pemerintah Provinsi Papua memiliki beban menjalankan otonomi khusus. Semangat otonomi khusus ini harus terus ditingkatkan lewat program kerja yang sudah dibuat ,” kata Tinal. (Sumber: jubi.co.id, 10 Agustus 2020)

(27)

BAB IV

Perkembangan dan

Analisis Pelaksanaan

Anggaran

Konsolidasian

(28)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

19

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

Perkembangan dan

Analisis Pelaksanaan

Anggaran Konsolidasian

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN

aporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun berdasarkan konsolidasian Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu.

Tabel 4.1. Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Papua s.d. Triwulan III Tahun 2020 (miliar rupiah)

Uraian 2020 2019

Pusat Daerah Konsolidasi Naik/Turun Konsolidasi

Pendapatan Negara 5.862,24 36.955,09 8.242,58 19,54% 6.895,08

Penenerimaan Perpajakan 5.380,99 1.015,62 6.396,61 8,47% 5.897,18

Penerimaan Bukan Pajak 481,25 900,17 1.381,42 39,82% 988,00

Hibah - 455,82 455,82 4.502,26% 9,90 Transfer - 34.583,48 8,72 - - Belanja Negara 42.580,81 21.223,45 29.229,51 -9,83% 32.417,59 Belanja Pemerintah 8.006,05 19.615,43 27.621,49 1,21% 27.290,61 Transfer 34.574,75 1.608,02 1.608,02 -68,64% 5.126,98 Surplus/(Defisit) (36.718,56) 15.731,64 (20.986,93) -17,77% (25.522,51) Pembiayaan - 457,32 457,32 -37,63% 733,29 Penerimaan Pembiayaan - 827,28 827,28 -25,43% 1.109,33 Pengeluaran Pembiayaan - 369,97 369,97 -1,62% 376,04 SiLPA (36.718,56) 16.188,95 (20.529,61) -17,18% (24.789,22)

Sumber: LKPK Kanwil, 2020 (diolah)

Realisasi pendapatan konsolidasian sampai dengan triwulan III-2020 mengalami kenaikan sebesar 19,54 persen (yoy) yaitu Rp6,90 triliun, terutama disebabkan oleh kenaikan komponen penerimaan bukan pajak yang salah satunya berasal dari peningkatan penerimaan retribusi pelayanan kesehatan. Sementara itu, realisasi belanja konsolidasian menurun sebesar 9,83 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp29,23 triliun.

B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN 1. Analisis Proporsi dan

Perbandingan

Penerimaan perpajakan sampai dengan triwulan III-2020 memberikan kontribusi lebih kecil yaitu sebesar 77,69 persen dibandingkan triwulan

III-2019 sebesar 85,53 persen. Di sisi lain, kontribusi penerimaan bukan pajak mengalami kenaikan menjadi sebesar 16,78 persen pada triwulan III-2020.

Grafik 4.1. Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian s.d. Triwulan III

Sumber: LKPK Kanwil, 2020 (diolah)

(29)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

20

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Pelaksanaan Konsolidasian

Secara agregat, sebagian besar pendapatan konsolidasian berasal dari penerimaan pemerintah daerah yang mencapai Rp36,96 triliun atau 86,31 persen dimana sebagian besar berasal dari penerimaan transfer yang mencapai Rp34,58 triliun. Sementara itu, untuk penerimaan perpajakan

sampai dengan triwulan III-2020 didominasi oleh penerimaan pemerintah pusat sebesar Rp5,38 triliun (84,12%).

2. Analisis Perubahan

Total realisasi pendapatan pemerintah pada triwulan III-2020 mengalami kenaikan 19,54 persen (yoy). Kenaikan tersebut terutama dipicu oleh naiknya penerimaan perpajakan sebesar 8,47 persen, penerimaan PNBP naik sebesar 39,82 persen, dan hibah naik sebesar 4502,26 persen.

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian

Pada triwulan III-2020, PDRB Provinsi Papua mengalami kontraksi sebesar 2,61 persen (yoy). Sementara itu, Realisasi pendapatan juga meningkat sebesar

8,47 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya resesi mengakibatkan naiknya pendapatan konsolidasian tidak mempunyai korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi.

Dengan demikian, perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pergerakan ekonomi dari berbagai sektor, tidak hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi dari sektor pertambangan dan penggalian, sehingga pada triwulan selanjutnya

Grafik 4.2. Perbandingan Penerimaan Konsolidasian s.d. Triwulan III 2020

Sumber: LKPK Kanwil, 2020 (diolah)

Grafik 4.3. Perbandingan Penerimaan Perpajakan, PNBP, dan Hibah

Sumber: LKPK Kanwil, 2020 (diolah)

Tabel 4.2. Pertumbuhan Pendapatan dan PDRB

Uraian Triwulan III 2019 (Miliar Rp) Triwulan III 2020 (Miliar Rp) Kenaikan/ Penurunan (%) Penerimaan Perpajakan 5.897,18 6.396,61 8,47% PNBP 988,00 1.381,42 39,82% Hibah 9,90 455,82 4502,26% Total 6.895,08 8.233,86 19,42% PDRB/Pert. Ekonomi 36.256,43 35.310,32 -2,61%

(30)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

21

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

diharapkan pendapatan akan mengalami kenaikan dan perekonomian di Papua akan tumbuh positif.

C.

BELANJA KONSOLIDASIAN

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Realisasi belanja konsolidasian didominasi oleh belanja pemerintah daerah dengan kontribusi sebesar 71,02 persen, sedangkan sisanya sebesar 28,98 persen berasal dari belanja pemerintah pusat. Tingginya kontribusi belanja pemerintah daerah antara lain berasal dari jenis belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja tak terduga, sedangkan pemerintah pusat berkontribusi lebih besar pada belanja modal dan belanja lain-lain.

2. Analisis Perubahan

Komposisi belanja konsolidasian pada triwulan III-2019 dan triwulan III-2020 tidak mengalami perubahan yang signifikan. Kontribusi belanja barang terhadap total belanja

konsolidasian merupakan yang tertinggi di triwulan 2019, sedangkan di triwulan III-2020 kontribusi belanja pegawai terhadap total belanja konsolidasian menjadi yang tertinggi.

Grafik 4.4. Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah (miliar rupiah)

Sumber: LKPK Kanwil, 2020 (diolah)

Grafik 4.5. Komposisi Belanja Konsolidasian s.d. Triwulan II 2020

(31)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

22

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Pelaksanaan Konsolidasian

Sementara itu, terjadi penurunan pada kontribusi belanja barang dari 36,92 persen pada triwulan III-2019 menjadi 33,69 persen pada triwulan III-2020, sedangkan belanja modal mengalami sedikit penurunan dari 17,99 persen pada triwulan III-2019 menjadi 17,77 persen pada triwulan III-2020.

3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional Sampai dengan

triwulan III-2020, belanja pemerintah naik 1,21 persen dibandingkan triwulan III-2019. Namun demikian, meskipun belanja

pemerintah tumbuh 1,21 persen, pertumbuhan ekonomi di Papua mengalami kontraksi sebesar 2,61 persen.

Pertumbuhan PDRB antara lain ditopang oleh belanja pemerintah sebagai salah satu kontributor utama. Belanja pemerintah yang masih tumbuh pada triwulan III-2020 turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan kontraksi ekonomi di Papua tidak terlalu dalam. Kontraksi pertumbuhan ekonomi antara lain disebabkan karena dampak pandemi Covid-19 yang mulai dirasakan menjelang pertengahan Maret 2020. Di sisi lain, sebagian besar realisasi belanja pemerintah sampai dengan triwulan III-2020 masih didominasi oleh belanja operasi seperti belanja pegawai dan belanja barang. Sementara itu, belanja modal yang memiliki multiplier effect tinggi yang diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, realisasinya masih cukup rendah.

D. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PDRB Kontribusi belanja pemerintah terhadap PDRB triwulan III-2020 sebesar 38,21 persen, sedangkan kontribusi

investasi pemerintah sebesar 9,33 persen. Dalam kondisi perekonomian yang melambat akibat pandemi Covid-19, peningkatan kontribusi pemerintah dari belanja pemerintah sangat dibutuhkan untuk dapat segera memperbaiki kondisi perekonomian. Dengan berbagai kebijakan stimulus anggaran yang diberikan pemerintah, diharapkan perekonomian Papua triwulan berikutnya tetap tumbuh positif dan meningkat.

Tabel 4.3. Pertumbuhan Belanja Pemerintah dan PDRB

Uraian Triwulan III 2019 (Miliar Rp) Triwulan III 2020 (Miliar Rp) Kenaikan/ Penurunan Belanja Pemerintah 27.290,61 27.621,49 1,21% PDRB/Pert. Ekonomi 36.256,43 35.310,32 -2,61% Sumber: BPS, LKPK Kanwil, 2020 (diolah)

Tabel 4.4. Kontribusi Pemerintah Terhadap PDRB

Uraian Triwulan

III 2019

Triwulan III 2020 Belanja Pemerintah (miliar rupiah) 20.899,22 19.237,13 Investasi Pemerintah (miliar rupiah) 4.777,83 4.696,98 PDRB ADHB (miliar rupiah) 50.284,33 50.345,76 Kontribusi Belanja Pemerintah thd PDRB 41,56% 38,21% Kontribusi Investasi Pemerintah thd PDRB 9,50% 9,33%

(32)

BAB V

Peran BPUM Dalam

Mendorong Sektor

UMKM di Masa Pandemi

Covid-19 Papua

(33)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

23

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

Berita Fiskal Terpilih

BAB V

Peran BPUM Dalam

Mendorong Sektor

UMKM di Masa Pandemi

Covid-19 di Papua

Dalam rangka meredam dampak Pandemi Covid-19, pemerintah mengambil kebijakan langkah extraordinary dalam pengelolaan keuangan negara, yaitu dengan mengalokasikan dana dukungan fiskal sebesar Rp695,2 triliun atau 4,4 persen dari PDB tahun 2019. Dana tersebut terdiri dari alokasi biaya penanganan Covid-19 (Anggaran Kesehatan) sebesar Rp87,55 triliun serta alokasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp607,65 triliun (Kemenkeu, 2020). Program PEN yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) nomor 23 Tahun 2020 dirancang untuk memulihkan ekonomi Indonesia, antara lain dengan melindungi masyarakat yang rentan terdampak serta mendukung dunia usaha agar tidak makin terpuruk, salah satunya pada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Sektor UMKM menjadi salah satu fokus dalam pemulihan ekonomi karena memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian negara, yaitu sebesar 60,34 persen dari total PDB Indonesia. Di samping itu, UMKM juga menyerap 97 persen dari total tenaga kerja, 99 persen dari total lapangan kerja, serta 58,18 persen total investasi (Kemenkeu, 2020). Pemerintah mengalokasikan total anggaran sebesar Rp123,46 Triliun dalam program PEN sebagai insentif dukungan kepada sektor UMKM. Salah satu program tersebut adalah Bantuan Bagi Pelaku Usaha Mikro (BPUM). BPUM adalah bantuan pemerintah dalam bentuk dana tunai sebesar Rp2,4 juta yang diberikan kepada pelaku usaha mikro dan ditetapkan dalam Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 6 Tahun 2020. Penggunaan dana BPUM ini diharapkan dapat meringankan beban para pelaku UMKM terdampak pandemi covid-19.

Usulan Calon penerima BPUM Tahun 2020 di Papua diajukan oleh Penyalur dan Dinas Perindagkop UKM Provinsi Papua dengan berkoordinasi dengan seluruh Dinas Kabupaten/Kota. Data usulan calon Penerima BPUM yang disampaikan kepada Kemenkop UKM akan dilakukan

Tabel 5.1: Jumlah Penerima BPUM Provinsi Papua dan Nasional s.d. Triwulan III 2020

No

Tahap Penyaluran

BPUM

Jumlah Penerima % Papua

Terhadap Nasional Papua Nasional 1 Tahap I 2,272 742,422 0.31% 2 Tahap II - 257,578 0.00% 3 Tahap III 6,120 1,915,147 0.32% 4 Tahap IV 164,776 2,676,057 6.16% 5 Tahap V 13,864 6,639,576 0.21% TOTAL 187,032 12,230,780 1.53%

Sumber: Kementerian Keuangan dan Dinas Perindagkop UKM Provinsi Papua, diolah (2020)

(34)

Berita Fiskal Terpilih

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

24

pembersihan melalui proses validasi dengan menggunakan data Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) dari Kemenkeu dan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) dari OJK. Daftar Penerima BPUM Provinsi Papua Tahap I s.d. Tahap III ditetapkan dalam Surat Menteri Koperasi dan UKM Nomor 465/Dep.2/IX/2020 dengan jumlah Penerima BPUM sebanyak 8.392 Usaha Mikro. Jumlah tersebut hanya sebesar 0,29 persen dari total Penerima BPUM secara nasional sebanyak 2,915,147 usaha mikro. Selanjutnya, Dinas Perindagkop UKM Provinsi Papua melakukan perbaikan atas pengajuan data-data yang diusulkan pada tahap-tahap selanjutnya. Hal ini menyebabkan jumlah Penerima BPUM hingga Triwulan III 2020 mengalami kenaikan cukup signifikan, yaitu sebesar 187,032 usaha mikro (1,53 persen) dari total 12,230,780 Penerima BPUM sebagaimana terlihat pada Tabel 5.1.

Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Perindagkop UKM Provinsi Papua, beberapa kendala yang dihadapi dalam penyaluran BPUM di Provinsi Papua antara lain: 1. Keterbatasan data UMKM yang dimiliki

Keterbatasan data masih menjadi salah satu kendala utama yang dihadapi, salah satunya terkait data UMKM. Di Kemenkop UKM, saat ini sedang dikembangkan penataan dan laporan data

koperasi dan UMKM menggunakan

Online Data System (ODS). Master

plan dan road map pendataan yang terintegrasi disusun dalam rangka pengembangan big data nasional agar data yang dimiliki dapat menjawab kebutuhan informasi para stakeholder dalam

menentukan arah kebijakan. ODS merupakan data UMKM yang diinput oleh Dinas Kabupaten/Kota yang ada di seluruh Indonesia. Berdasarkan informasi dari Kemenkop UKM, saat ini ODS berisi 13,25 juta data UMKM yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Namun data yang diinput oleh Dinas di Papua hanya sebanyak 32,244 UMKM (0,24 persen). Dari jumlah tersebut, sebanyak 31.341 UMKM di antaranya (92,8 persen) diinput oleh Dinas Kota Jayapura, sedangkan 7,2 persen sisanya diinput oleh 28 Kabupaten lain di Papua sebagaimana terlihat dalam grafik 5.1. Hal ini menunjukkan masih rendahnya partisipasi Dinas Kabupaten di Papua dalam penginputan data UMKM terintegrasi.

Grafik 5.1: Distribusi Jumlah UMKM yang Diinput oleh Pemda dalam ODS untuk Provinsi Papua

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM; diolah (2020)

Kota Jayapura; 92,8% Kab. Merauke; 3,2%

Kab. Mimika; 1,3%

(35)

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

25

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

Berita Fiskal Terpilih

2. Masih banyaknya pelaku usaha yang belum memiliki eKTP/NIK

Pada saat pengajuan awal usulan calon penerima BPUM, 20 Kabupaten/Kota di Papua yang telah menyampaikan melalui Dinas Provinsi. Namun dari jumlah tersebut, seluruh data UMKM di 13 Kabupaten tanpa menyertakan NIK, sedangkan sebagian UMKM pada 7 Kabupaten lainnya belum dilengkapi NIK. Hal ini menyebabkan 7.549 dari 21.653 UMKM yang disampaikan (35%) tidak dapat diusulkan sebagai Penerima BPUM karena belum dilengkapi dengan data NIK sebagai unique keys. Berdasarkan informasi dari Dinas, masih banyak masyarakat di Papua yang belum memiliki e-KTP/NIK sehingga menjadi kendala dalam penyusunan database UMKM.

3. Kesulitan dalam melakukan penyaluran BPUM

Meskipun sebanyak 187,032 usaha mikro telah ditetapkan sebagai Penerima BPUM, namun Dinas Perindagkop Provinsi Papua mengatakan bahwa banyak penyaluran bantuan yang belum dapat dilaksanakan. Hal ini antara lain karena banyak masyarakat Penerima BPUM yang belum memiliki rekening sebagai tempat penampungan dana BPUM. Di samping itu, banyak masyarakat yang memiliki aksea yang terbatas kepada Bank Penyalur karena faktor demografi dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang Perbankan, terutama pada masyarakat yang tinggal di wilayah perkampungan/pedalaman.

Dengan adanya program Bantuan Permodalan Usaha Mikro (BPUM), diharapkan sektor UMKM dapat terbantu dan terus bergeliat menggerakkan perekonomian di masa pandemi Covid-19 sehingga UMKM dapat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di Papua pada triwulan IV nanti.

18.982 Pelaku Usaha Mikro di Papua Dapat BPUM dari Pemerintah Melalui Bank BRI

Jayapura – Bank BRI Kanwil Jayapura yang membawahi Provinsi Papua dan Papua Barat telah menyalurkan Bantuan Presiden Usaha Mikro (BPUM/Banpres Produktif) kepada 1.755 pelaku usaha mikro dari total penerima bantuan berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM sebanyak 18.982 penerima manfaat. Kepala Bagian Program Bank BRI Kanwil Jayapura, Gama Hendhika Negara mengatakan, Bank BRI hanya sebagai bank penyalur dana program BPUM dengan nilai bantuan sebesar Rp2,4 juta per rekening. Mengenai batas waktu penyaluran, Gama menyebut masih terus dilakukan sesuai data yang diberikan oleh Kemenkop dan UKM.

“Masih terus dilakukan penyaluran sampai Desember mendatang, dan kemungkinan masih berlanjut hingga tahun 2021,” ucap Gama, Selasa (20/10/2020). Pihaknya berharap dapat membantu pelaku usaha terlebih yang terdampak langsung akibat pandemi Covid-19. “Harapan kami bantuan dari Pemerintah melalui Bank BRI dapat bermanfaat bagi pelaku usaha untuk bangkit lagi menjalankan usahanya setelah terpuruk akibat pandemi,” kata Gama.

Sebelumnya, Pemimpin Bank BRI Kanwil Jayapura, Darwaji mengatakan program BPUM seperti memberikan hidrasi kepada pelaku usaha mikro yang mempunyai kerentanan tinggi setelah beberapa bulan ini mengalami krisis akibat pandemi. “Mereka (pelaku usaha mikro) memerlukan tambahan modal kerja agar usaha mereka tetap berjalan produktif atau setidaknya jiwa entrepreneurship yang tangguh tetap bertahan sambil menemukan kembali skal bisnisnya seperti sebelum pandemi,” tandasnya.

Program BPUM yang digulirkan bagi pelaku usaha mikro dengan kriteria tertentu sebagaimana diatur dalam Permenkop Nomor 6 Tahun 2020. Bank BRI berkomitmen kuat untuk membantu Pemerintah dan menyukseskan penyaluran BPUM kepada 9,1 juta pelaku usaha mikro di Indonesia. (Sumber: Pasificpos.com)

(36)

- 1 -

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua

Komplek Papua Trade Center

Jalan Raya Kelapa Dua Entrop Jayapura 99224 Telp. 0967-533140, 534140

Gambar

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Papua  Triwulan III-2020 (year on year)
Grafik 1.4. PDRB Papua ADHB dan ADHK Tw I-2018  sampai Tw III-2020
Grafik 1.6. Inflasi Papua Triwulan III-2020 (year  on year)
Grafik 1.9. Tingkat Pengangguran Terbuka Papua 2018  s/d 2020
+7

Referensi

Dokumen terkait

8 Jumlah lokasi penertiban parkir on street 20 lokasi 28 lokasi 20 lokasi 20 lokasi 20 lokasi 20 lokasi 128 lokasi parkir on street 9 Jumlah ruas jalan yang masih menerapkan

Pemberian rasa nyaman, dukungan, jaminan,dll.. maintenance ialah mencari kedekatan dengan individu dewasa yang dijadikan figur lekat dan menunjukkan protes terhadap

Wacana iklan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasar diatas adalah merupakan tindak tutur ilokusi. Tindak tutur di atas merupakan tindak ilokusi yaitu memberikan semangat

Sebagaimana kesimpulan hasil studi maka pada dasarnya penyelesaian tersebut memerlukan tiga hal (lihat gambar 27) yaitu: pertama adanya batasan tentang hak properti yang

Hasil Penelitian Hasil analisis penentuan harga sewa perkantoran dan variabel yang berpengaruh guna mendapatkan pengetahuan empiris mengenai proses pembentukan harga

Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengatur hubungan antar individu dan kelompok, kompleksnya kehidupan manusia, membuat peranan komunikasi tidak terelakan,

Laba atau rugi yang dihasilkan dari transaksi “hilir” dan “hulu” antara suatu investor (termasuk entitas anak yang dikonsolidasikan) dan suatu entitas asosiasi diakui dalam

Seluruh proyek harus didokumentasikan dalam laporan tertulis yang tentunya menampilkan mulai dari langkah awal yakni identifikasi masalh, pendekatan-pendekatan yang