• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN FISKAL REGIONAL

Triwulan III 2021

NUSA TENGGARA BARAT

kanwildjpbntb Kanwil Perbendaharaan NTB Kanwil DJPb NTB

(2)

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kami sehingga laporan hasil Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III Tahun 2021 ini dapat diselesaikan pada waktunya. Penyusunan KFR ini turut melibatkan Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional merupakan bentuk respon kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dalam upaya menjaga dan mencegah pelemahan aktivitas ekonomi, dengan memberikan subsidi bunga kredit bagi debitur UMKM, mempercepat pemulihan ekonomi nasional, serta untuk men- dukung kebijakan keuangan negara atas dampak dari pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) secara nyata telah mengganggu aktivitas perekonomian sebagian besar negara di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Wassalaamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan sehingga Laporan Kajian Fiskal Regional ini dapat diselesaikan. Semoga laporan hasil Kajian Fiskal Regional Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III Tahun 2021 dapat bermanfaat bagi Gubernur Nusa Tenggara Barat, Bupati/Walikota se Provinsi Nusa Tenggara Barat dan para pemangku kepentingan lainnya.

Data pokok yang disajikan dalam Kajian Fiskal Regional ini meliputi perkembangan indikator makro ekonomi, perkembangan indikator kesejahteraan, kinerja APBN regional Nusa Tenggara Barat, kinerja APBD lingkup Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan pelaksanaan anggaran konsolidasian. Selain itu disajikan Analisis Tematik tentang Nilai Tukar

Petani dan Nelayan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

KATA PENGANTAR

Mataram, 05 November 2021

Sudarmanto Kepala Kanwil DJPb NTB

11

(3)

Pengarah dan Penanggungjawab

Ketua

Editor, Design dan Layout

Analisator Data Sudarmanto

(Kepala Kanwil DJPb Provinsi NTB)

Rabindhra Aldy ( Kepala Bidang PPA II )

Eisa Silvanti ( Pelaksana Seksi PPA II A ) Ajie Maulana Aryago ( Pelaksana Seksi PPA II C )

Ni Made Harsini ( Pelaksana Seksi PPA II B )

Mohammad Samsul Anam ( Kasi PPA II A ) Ismu Karyanto ( Kasi PPA II B )

Suroto ( Kasi PPA II C )

TIM PENYUSUN

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

ii

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GRAFIK ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

EXECUTIVE SUMMARY ... viii

BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 1

1.1. Perkembangan dan Analisis Indikator Makro Ekonomi ... 1

1.1.1. Produk Domestik Regional Bruto ... 1

1.1.2. Inflasi ... 2

1.2. Perkembangan dan Analisis Indikator Kesejahteraan ... 3

1.2.1. Kemiskinan ... 3

1.2.2. Pengangguran ... 3

1.2.3. Ketimpangan Pendapatan ... 4

1.2.4. Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Nelayan ... 5

BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL ... 6

2.1. Pelaksanaan APBN ... 6

2.1.1. Pendapatan Negara ... 6

2.1.2. Belanja Negara ... 12

2.1.3. Surplus/Defisit ... 16

2.1.4. Prognosis APBN ... 16

2.1.5. Analisis Capaian Output : Layanan Dasar Publik ... 17

2.2. Pelaksanaan APBD ... 18

2.2.1. Pendapatan Daerah ... 19

2.2.2. Belanja Daerah ... 22

2.2.3. Pembiayaan Daerah ... 23

2.2.4. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2021 ... 24

2.3. Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian ... 25

2.3.1. Pendapatan Konsolidasian ... 25

2.3.2. Belanja Konsolidasian ... 25

2.3.3. Surplus/Defisit Konsolidasian ... 25

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

DAFTAR ISI

iii

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GRAFIK ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

EXECUTIVE SUMMARY ... viii

BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 1

1.1. Perkembangan dan Analisis Indikator Makro Ekonomi ... 1

1.1.1. Produk Domestik Regional Bruto ... 1

1.1.2. Inflasi ... 2

1.2. Perkembangan dan Analisis Indikator Kesejahteraan ... 3

1.2.1. Kemiskinan ... 3

1.2.2. Pengangguran ... 3

1.2.3. Ketimpangan Pendapatan ... 4

1.2.4. Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Nelayan ... 5

BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL ... 6

2.1. Pelaksanaan APBN ... 6

2.1.1. Pendapatan Negara ... 6

2.1.2. Belanja Negara ... 12

2.1.3. Surplus/Defisit ... 16

2.1.4. Prognosis APBN ... 16

2.1.5. Analisis Capaian Output : Layanan Dasar Publik ... 17

2.2. Pelaksanaan APBD ... 18

2.2.1. Pendapatan Daerah ... 19

2.2.2. Belanja Daerah ... 22

2.2.3. Pembiayaan Daerah ... 23

2.2.4. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2021 ... 24

2.3. Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian ... 25

2.3.1. Pendapatan Konsolidasian ... 25

2.3.2. Belanja Konsolidasian ... 25

2.3.3. Surplus/Defisit Konsolidasian ... 25

DAFTAR ISI iii

Kajian Fiskal Regional Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III 2021

iv

BAB III ANALISIS TEMATIK ... 26

3.1. Peran Fiskal Untuk Kesejahteraan Petani dan Nelayan ... 26

3.1.1. Reviu Program Pemerintah untuk Petani dan Nelayan ... 30

3.1.2. Analisis Perbandingan Tren Antara Pengeluaran Pemerintah dengan NTP dan NTN ... 35

3.1.3. Rekomendasi Kebijakan... 36

3.2. Analisis Peluang Investasi Pemerintah Di Provinsi Nusa Tengara Barat : Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (Tpst) Refuse Derived Fuel (Rdf) Solid Recovered Fuel (Srf) Di Tpa Regional Kebun Kongok ... 38

3.2.1. Nilai Kebutuhan Investasi ... 40

3.2.2. Informasi Pasar ... 40

3.2.3. Analisis Kelayakan ... 41

3.2.4. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Investasi ... 44

3.2.5. Rekomendasi Kebijakan... 45

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 46

4.1. Kesimpulan ... 46

4.2. Rekomendasi ... 48

(6)

DAFTAR GRAFIK

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik I. 1 Tingkat Inflasi NTB dan Nasional ... 2

Grafik I. 2 Persentase Penduduk Miskin (2015-2021) ... 3

Grafik I. 3 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka NTB Februari 2019 - Februari 2021 (persen) ... 4

Grafik I. 4 Perkembangan Gini Ratio Provinsi NTB ... 4

Grafik II. 1 Target dan Realisasi Pajak Penghasilan (PPh) Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021 (dalam miliar rupiah) ... 7

Grafik II. 2 Target dan Realisasi PPN dan PPnBM Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021 (dalam miliar rupiah) ... 8

Grafik II. 3 Target dan Realisasi PBB Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021 (dalam miliar rupiah) ... 8

Grafik II. 4 Target dan Realisasi Cukai Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021 (dalam miliar rupiah)... 9

Grafik II. 5 Target dan Realisasi Pajak Lainnya Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021 (dalam miliar rupiah) ... 9

Grafik II. 6 Target dan Realisasi Bea Masuk Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021 ... 10

Grafik II. 7 Target dan Realisasi Bea Keluar Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021 (dalam miliar rupiah) ... 10

Grafik II. 8 Realisasi Penerimaan PNBP s.d Triwulan II 2021 (dalam miliar rupiah) ... 11

Grafik II. 9 Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Triwulan II 2020 dan Triwulan II 2021 ... 13

Grafik III. 1 Nilai Tukar Petani Provinsi September 2021 (2018=100) ... 26

Grafik III. 2 NTP Provinsi NTB Januari 2019 - September 2021 ... 27

(7)

DAFTAR TABEL

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

vi

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 Perkembangan APBN Lingkup Provinsi NTB (dalam miliar rupiah) ... 6

Tabel II. 2 Tax Ratio APBN Triwulan III Provinsi NTB 2019 s.d. 2021 ... 11

Tabel II. 3 Prognosis Belanja dan Pendapatan Sampai Akhir Tahun 2021 ... 16

Tabel II. 4 Realisasi APBD Triwulan III Tahun 2020-2021 ... 19

Tabel II. 5 Realisasi Pembiayaan APBD Triwulan III 2020 dan 2021 ... 23

Tabel II. 6 Prognosis Belanja dan Pendapatan Sampai Akhir Tahun 2021 ... 24

Tabel II. 7 Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN-APBD) ... 25

Tabel III.1 Indeks yang Diterima dan Indeks Yang Dibayar Petani Provinsi NTB Per Sub Sektor September 2021 (2018=100) ... 27

Tabel III. 2 Perkembangan Nilai Tukar Petani per Subsektor Oktober 2020 s.d. September 2021 ... 28

Tabel III. 3 Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Satker Kementan Prov NTB TA 2021 ... 30

Tabel III. 4 Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Satker KKP Provinsi NTB TA 2021 ... 31

Tabel III. 5 Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Satker PUPR NTB TA 2021 ... 31

Tabel III. 6 Realisasi KUR Sektor Pertanian dan Perikanan Tahun 2021 di Provinsi NTB ... 32

Tabel III. 7 Realisasi Kredit Umi Sektor Pertanian Provinsi NTB (Triwulan III 2019 s.d 2021) ... 33

Tabel III. 8 Realisasi DAK Fisik Bidang Pertanian dan KKP s.d. 30 September 2021 ... 33

Tabel III. 9 Perbandingan Realisasi Kebijakan Input Sektor Pertanian dengan Ib pertanian (2019-2021) ... 34

Tabel III. 10 Perbandingan Realisasi Kebijakan Input Sektor Perikanan dengan Ib perikanan (2019- 2021) ... 36

Tabel IV. 1 Perbandingan Alokasi DAK Fisik per Daerah ... 49

(8)

DAFTAR GAMBAR

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Komposisi Alokasi Belanja per Pemda Provinsi NTB Tahun 2021 ... 23

(9)

DASH BOARD

Konstruksi 14,82%

Pertumbuhan

Ekonomi Regional

2,42%

Q3 2020 Q3 2021

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

6,44%

INFLASI

0,09

-0,14

0,1

JULI

AGT

SEPT

TINGKAT PENGANGGURAN

TERBUKA

3,97

TINGKAT KEMISKINAN

JUMLAH PENDUDUK MISKIN

(Februari 2021)

14,14%

746.660 Jiwa

PENDAPATAN NEGARA BELANJA NEGARA

Rp3,1

TRILIUN

Rp17,77

TRILIUN

Q3-2021 APBN

Turun 3,64%

dari Q3-2020 Naik 31,81%

dari Q3-2020

Q3-2021 APBD

PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH

Rp14,2

MILIAR

Rp12,4

MILIAR

Turun 0,51%

dari Q3-2020 Turun 6,25%

dari Q3-2020

Defisit Rp14,66T (71,63%)

(Maret 2021)

(Maret 2021)

Surplus Rp1,81 M (434%) PROGNOSIS

PENDAPATAN BELANJA

Rp3,78T

(102,66%)

Rp23,88T

(98,85%)

PROGNOSIS

PENDAPATAN BELANJA

Rp20,32T

(97,98%)

Rp20,69T

(97,71%)

(10)

NILAI TUKAR PETANI (NTP)

Peran Fiskal Untuk Kesejahteraan Petani dan Nelayan

106,58

(surplus)

Subsektor Tanaman Pangan

0,28%

Subsektor Tanaman

Perkebunan Rakyat

0,03%

Subsektor Perikanan

0,25%

Subsektor

Peternakan

0,28%

Subsektor Hortikultura

3,95%

Alokasi Belanja

K/L sektor Pertanian/KKP, DAK Fisik bidang Pertanian/Perikanan, KUR-UMi

sektor Pertanian/Perikanan

Rp3,36 Triliun

Performa Profitabilitas Kebun Kongok

Benefit/ Cost Ratio

Net Present Value

Internal Rate of Return

Payback Period

1,01

817,933,378

10,4%

6,03

(i=10%)

(i=10%)

(i=10%)

(i=10%)

KAJIAN FISKAL REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

(11)

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan III-2021 mencapai Rp35,75 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp24,33 triliun. Meskipun tidak setinggi pertumbuhan pada triwulan II 2021, ekonomi Nusa Tenggara Barat triwulan III-2021 terhadap triwulan III-2020 tumbuh sebesar 2,42 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Konstruksi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 14,82 persen.

Kinerja Ekonomi Regional

Ekonomi Nusa Tenggara Barat triwulan III- 2021 dibanding triwulan II-2021 (q-to-q) mengalami pertumbuhan sebesar 0,50 persen. Pertumbuhan terjadi pada 7 (tujuh) lapangan usaha sedangkan 10 (sepuluh) lapangan usaha lainnya mengalami kontraksi. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah Industri Pengolahan sebesar 46,53 persen dan Konstruksi sebesar 16,36 persen.

Indikator Kesejahteraan

Tingkat kemiskinan di NTB pada bulan Maret 2021 sebesar 14,14 persen, turun 0,09 point dari tingkat kemiskinan bulan September 2020. . Penurunan kemiskinan Provinsi NTB periode September 2020 ke Maret 2021 sebesar 0,09 point lebih tinggi dari laju penurunan kemiskinan nasional pada periode yang sama (0,05 point). Namun laju penurunan kemiskinan ini belum mampu menggeser posisi NTB dari daftar Provinsi dengan tingkat kemiskinan tinggi

APBN dan APBD dan Konsolidasian Realisasi pendapatan negara sampai dengan triwulan III 2021 sebesar Rp3.1 Triliun atau naik 31,81 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2020, sedangkan realisasi belanja negara sebesar Rp17,77 Triliun atau turun 3,64 persen dibanding dengan periode yang sama di tahun 2020. Defisit anggaran sebesar 14,66 Triliun atau 71,63 persen, Belanja APBD masih didominasi untuk pengeluaran Belanja Operasi (khususnya belanja pegawai dan belanja barang dan jasa) yang mencapai di atas 70% pagu APBD, sementara alokasi belanja Modal hanya sekitar 15% dan kondisi

ini tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Kemandirian fiskal juga masih menjadi tantangan APBD. Lebih dari 77 % Pendapatan Daerah berasal dari dana transfer sementara PAD yang merupakan cerminan kemandirian pemda hanya menyumbang tidak lebih dari 20%.

Peran Fiskal Untuk Kesejahteraan Petani dan Nelayan

Secara umum petani dan nelayan NTB pada September 2021 mengalami surplus. Harga produk pertanian/perikanan naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsi rumah tangga dan biaya produksinya, pendapatan petani/nelayan naik lebih besar dari pengeluarannya (NTP/NTN>100). Pada September 2021 NTP Provinsi NTB sebesar 106,58, lebih tinggi dibanding NTP nasional sebesar 105,68. Dari 5 subsektor pertanian, tercatat 3 subsektor memiliki NTP diatas 100, sementara petani pada 2 subsektor yaitu subsektor holtikultura dan tanaman perkebunan rakyat pada September 2021 mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya, pendapatan petani turun, lebih kecil dari pengeluarannya.

Untuk mempengaruhi indeks harga yang dibayar petani dan nelayan, pemerintah merealisasikan alokasi belanja K/L sektor pertanian/KKP, DAK Fisik bidang pertanian/perikanan, KUR sektor pertanian/perikanan dan UMi sektor pertanian sampai dengan September 2021 sebesar Rp3,36 triliun.

(12)

BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL

1.1. Perkembangan dan Analisis Indikator Makro Ekonomi

1.1.1.

Produk Domestik Regional Bruto

Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan III-2021 mencapai Rp35,75 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp24,33 triliun. Meskipun tidak setinggi pertumbuhan dapa triwulan II 2021, ekonomi Nusa Tenggara Barat triwulan III-2021 terhadap triwulan III-2020 tumbuh sebesar 2,42 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Konstruksi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 14,82 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Luar Negeri mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 83,96 persen. PPKM menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2021 dibandingkan triwulan Il-2021, pada kategori perdagangan, transportasi, penyediaan akomodasi dan makan minum, dan jasa perusahaan terdampak kebijakan pembatasan mobilitas. Data Google Mobility Index menunjukkan terjadi penurunan mobilitas masyarakat sebesar 28,07% terutama di kawasan retail dan rekreasi selama periode PPKM Juli-Agustus 2021 dibandingkan triwulan sebelumnya (April-Juni 2021). Jumlah penumpang angkutan udara yang berangkat pada triwulan Ill-2021 turun 56,40 persen dibandingkan triwulan 11-2021 atau turun dari 165.454 orang menjadi 72.143 orang.

Dibandingkan triwulan III-2020 jumlah tamu menginap di hotel berbintang dan non bintang triwulan III-2021 turun sebesar 229 persen, yaitu turun dari 209.041 orang pada triwulan III 2020 menjadi 204.255 orang pada triwulan Ill-2021.

a. Berdasarkan Pengeluaran

Ekonomi Nusa Tenggara Barat triwulan III-2021 dibanding triwulan II-2021 (q-to-q) mengalami pertumbuhan sebesar 0,50 persen. Pertumbuhan terjadi pada 7 (tujuh) lapangan usaha sedangkan 10 (sepuluh) lapangan usaha lainnya mengalami kontraksi.

Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah Industri Pengolahan sebesar 46,53 persen dan Konstruksi sebesar 16,36 persen. Selanjutnya, Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh 2,24 persen; Pertambangan dan Penggalian Lainnya tumbuh 2,12; dan Jasa Pendidikan tumbuh 2,04 persen. Sementara itu, beberapa lapangan usaha lainnya yang terkontraksi cukup dalam yaitu Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 11,45 persen; dan Transportasi dan Pergudangan sebesar 11,13 persen. Struktur PDRB Nusa Tenggara Barat menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku triwulan III- 2021 tidak menunjukkan perubahan berarti. Perekonomian NTB masih didominasi oleh Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 23,39 persen; diikuti oleh Pertambangan dan Penggalian sebesar 16,70 persen; Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil dan Kajian Fiskal Regional

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

1

pada

(13)

Sepeda Motor sebesar 13,92 persen; dan Konstruksi sebesar 10,33 persen. Peranan keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian NTB mencapai 64,34 persen.

b. Berdasarkan Lapangan Usaha

Ekonomi Nusa Tenggara Barat triwulan III-2021 dibanding triwulan III-2020 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 2,42 persen. Pertumbuhan terjadi pada 13 (tiga belas) lapangan usaha sedangkan 4 (empat) lapangan usaha terkontraksi. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah Konstruksi sebesar 14,82 persen dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 9,70 persen. Sementara itu, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang memiliki peran dominan juga mengalami pertumbuhan sebesar 0,58 persen. Di sisi lain, lapangan usaha yang mengalami kontraksi terdalam yaitu Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 6,44 persen.

1.1.2.

Inflasi

Laju inflasi (gabungan kota Mataram dan Bima) bulan September 2021 tercatat sebesar 0,1 persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar - 0,04 persen. Inflasi gabungan dua kota bulan September 2021 sebesar 0,10 persen terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks pada Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga sebesar 0,42 persen; Kelompok Transportasi sebesar 0,36 persen;

Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran sebesar 0,34 persen; Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 0,11 persen; Kelompok Pakaian dan Alas Kaki sebesar 0,11 persen; Kelompok Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga sebesar 0,09 persen; Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya sebesar 0,09 persen; Kelompok Pendidikan sebesar 0,08 persen; dan Kelompok Kesehatan sebesar 0,02 persen. Sedangkan penurunan indeks terjadi pada Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,33 persen; dan Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 0,16 persen. Lima komoditas yang mengalami kenaikan harga tertinggi di bulan September 2021 ini antara lain Ikan Layang/Ikan Benggol, Sewa Rumah, Daging Ayam Ras, Tongkol Diawetkan, dan Angkutan Udara. Sedangkan lima komoditas yang mengalami penurunan harga terbesar antara lain Tomat, Cabai Rawit, Bawang Merah, Cabai Merah, dan Pisang. Dengan angka inflasi tersebut, maka laju inflasi

Sumber : BPS NTB 0,69

0,24 0,31 -0,12

0,39

-0,32 0,09

-0,14 0,1

-0,5 0 0,5 1

G r a f i k I . 1 T i n g k a t I n f l a s i N T B d a n N a s i o n a l J a n u a r i - S e p t e m b e r 2 0 2 1

NTB Nas

2

(14)

gabungan dua kota (Mataram dan Bima) tahun kalender September 2021 sebesar 1,24 persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun kalender September 2020 sebesar –0,04 persen. Sedangkan laju inflasi “tahun ke tahun” September 2021 sebesar 1,89 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi “tahun ke tahun” di bulan September 2020 sebesar 0,84 persen.

1.2. Perkembangan dan Analisis Indikator Kesejahteraan

1.2.1.

Kemiskinan

Tingkat kemiskinan di NTB pada bulan Maret 2021 sebesar 14,14 persen, turun 0,09 point dari tingkat kemiskinan bulan September 2020. Setelah tren penurunan kemiskinan di NTB terhenti sejak Maret 2020 ketika memasuki masa pandemi COVID-19, penurunan kemiskinan kembali terjadi di tahun 2021. Penurunan kemiskinan Provinsi NTB periode

September 2020 ke Maret 2021 sebesar 0,09 point lebih tinggi dari laju penurunan kemiskinan nasional pada periode yang sama (0,05 point).

Namun laju penurunan kemiskinan ini belum mampu menggeser posisi NTB dari daftar Provinsi dengan tingkat kemiskinan tinggi, sampai dengan bulan Maret 2021 angka kemiskinan NTB masih berada diatas rata-rata nasional (10,14 persen).

Sebagai dasar perhitungan angka kemiskinan, Garis Kemiskinan di Provinsi NTB naik menjadi Rp423.505 per kapita dari sebelumnya pada periode September 2020 sebesar Rp.408.005 per kapita. Dengan pertambahan penduduk NTB selama periode September 2020 sampai dengan Maret 2021, maka jumlah penduduk miskin di NTB naik menjadi 746,66 ribu orang, meningkat 620 orang dibanding kondisi September 2020 (746,04 ribu orang). Daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Kabupaten Lombok Utara, terendah di Kota Mataram. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat sebesar 391,89 ribu orang atau 14,92 persen, sedangkan penduduk miskin di daerah perdesaan sebesar 354,77 ribu orang atau 13,37 persen.

1.2.2.

Pengangguran

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi NTB pada bulan Februari 2021 sebesar 3,97 persen, meningkat sebesar 0,58 persen dibandingkan Pebruari 2020 (3,14 persen) dan menurun dibanding bulan Agustus 2020 (4,22 persen). Secara berkala angka TPT

Sumber : BPS NTB

16,54 16,48 16,02 16,07 15,05 14,75 14,63 14,5613,88 13,97 14,23 14,14 11,13 10,86 10,7 10,64 10,12 9,82 9,66 9,41 9,22 9,78 10,19 10,14 0

5 10 15 20

Sep-15 Jan-16 May-16 Sep-16 Jan-17 May-17 Sep-17 Jan-18 May-18 Sep-18 Jan-19 May-19 Sep-19 Jan-20 May-20 Sep-20 Jan-21

Grafik I.2. Persentase Penduduk Miskin (2015 - 2021)

NTB NAS

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

3

(15)

bulan Februari 2019 sampai dengan Februari 2021 di NTB ini lebih rendah di bawah angka TPT Nasional.

Pola TPT di NTB memiliki kecenderungannya yang sama dengan kondisi nasional yang juga mengalami peningkatan saat awal pandemi COVID-19 dibulan April 2020, dan mencapai puncaknya di bulan Agustus 2020, kemudian kembali turun di bulan Februari 2021 setelah adanya kelonggaran mobilitas orang dan barang. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi pengangguran, baik di NTB maupun nasional sudah ada perbaikan namun belum ke posisi semula saat sebelum terjadinya pandemi COVID-19. Angka TPT daerah perkotaan 5,13 persen,

lebih tinggi dari perdesaan yang hanya sebesar 2,91 persen. Hal tersebut disebabkan wilayah perkotaan memiliki sektor formal yang lebih banyak dibandingkan perdesaan, sementara sektor formal masih belum ada peningkatan kebutuhan tenaga

kerja sebagai akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi pada periode triwulan I 2021, dan pemutusan hubungan kerja sebagai dampak pandemi. Berdasarkan tingkat pendidikan TPT terendah sebesar 0,08% pada penduduk berpendidikan Diploma I/II/III, sementara TPT tertinggi sebesar 7,07% terdapat pada jenjang pendidikan Universitas.

1.2.3.

Ketimpangan Pendapatan

Terkait tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk, angka Gini Ratio NTB periode Maret 2021 tercatat 0,381 atau turun 0,005 poin dibandingkan September 2020 dan sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional. Pada periode ini sebagai akibat tekanan pandemi angka gini ratio di perkotaan 0,413 naik 0,008 poin dari bulan September 2020 dan lebih tinggi dibandingkan gini ratio perdesaan (0,332) yang turun 0,004 poin dari kondisi September 2020 sebesar 0,336. Diurutkan dari persentase terkecil, NTB berada diranking ke-27 dari 34 provinsi se Indonesia, naik 1 peringkat dibandingkan tahun sebelumnya.

3,27 3,28 3,14 4,22 3,97

5,01 5,28 4,99

7,07 6,26

0 2 4 6 8

Grafik I.3 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka NTB Februari 2019 - Februari 2021 (Persen)

NTB Nas

0,391

0,379

0,374 0,376

0,386 0,381 0,384 0,382 0,38 0,3810,385 0,384

0,36 0,37 0,38 0,39 0,4

Sep-18 Dec-18 Mar-19 Jun-19 Sep-19 Dec-19 Mar-20 Jun-20 Sep-20 Dec-20 Mar-21

Grafik I.4 Perkembangan Gini Ratio 2018-2021 Provinsi NTB

NTB Nas

Sumber : BPS NTB

4

(16)

1.2.4.

Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Nelayan

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (lt) terhadap indeks harga yang dibayar petani (lb). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. NTP Bulan September 2021 sebesar 106,58 atau turun 0,25 poin dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) menurun sebesar 0,51 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) turun sebesar 0,27 persen. Meskipun baik It maupun Ib turun pada bulan September 2021, namun penurunan It lebih tinggi, sehingga NTP bulan September lebih rendah dari Agustus 2021. Jika dirinci dalam nilai tukar subsektor pertanian, dibandingkan Agustus 2021 subsektor yang nilai tukarnya naik adalah Tanaman Pangan (0,28%), Tanaman Perkebunan Rakyat (0,03%), dan Perikanan (0,25%). Sementara subsektor yang nilai tukarnya turun pada periode ini meliputi, Holtikultura dan Peternakan. Penurunan pada subsektor holtikultura pada bulan September 2021 sangat tinggi, sebesar 3,95%, sehingga secara keseluruhan NTP bulan September turun 0,25 % dari Agustus 2021. Pada Subsektor perikanan, Nilau Tukar Nelayan (NTN) turun sebesar 0,17 persen. Hal ini terjadi karena It menurun sebesar 0,36 persen, lebih tinggi dari penurunan Ib sebesar 0,18 persen.

Penurunan It disebabkan oleh menurunnya It pada kelompok penangkapan di laut (khususnya komoditas ruma-ruma, cumi-cumi, lemuru, teri, baronang, tengiri), sebesar 0,36 persen. Penurunan nilai Ib disebabkan oleh penurunan indeks kelompok Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar 0,41 persen dan sedikit meningkatnya indeks kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,01 persen.

Kajian Fiskal Regional

Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

5

(17)

BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

2.1. Pelaksanaan APBN

Target pendapatan negara di Provinsi NTB sampai dengan triwulan III 2021 ditetapkan Rp3,688,14 miliar atau naik 10,86 persen dibandingkan target di periode yang sama di tahun 2020. Alokasi belanja negara di Provinsi NTB sebesar Rp24.158,15 miliar atau naik 1,45 persen dibandingkan target di periode yang sama di tahun 2020. Sampai dengan triwulan III tahun 2021, realisasi pendapatan negara sebesar Rp3.109,66 miliar atau naik 31,81 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2020, sedangkan realisasi belanja negara sampai dengan triwulan III tahun 2021 sebesar Rp17.772,72 miliar turun 3,64 persen dibanding dengan periode yang sama di tahun 2020 dapat terlihat pada tabel II. 1 berikut :

Tabel II. 1 Perkembangan APBN Lingkup Provinsi Nusa Tenggara Barat (dalam miliar rupiah)

2.1.1.

Pendapatan Negara 1. Penerimaan Perpajakan

a. Analisis Kontribusi dan Komposisi Pendapatan Negara dan Hibah

Pendapatan Negara di NTB pada triwulan III tahun 2021 didominasi oleh penerimaan perpajakan senilai 2.705,19 miliar atau 34,61 persen dari total pendapatan negara, kontribusi kedua PNBP sebesar Rp404,47 miliar atau 138,94 persen, dan tidak terdapat penerimaan dari Hibah.

6

periode Triwulan III

(18)

b. Analisis Pertumbuhan (Growth) Penerimaan Perpajakan

Realisasi pendapatan negara sampai dengan triwulan III tahun 2021 sebesar Rp3.109,66 miliar atau tumbuh 31,81 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2020. Penerimaan perpajakan masih dominan dalam pencapaian Pendapatan Negara yang memberikan kontribusi hingga sebesar 79,63 persen. Realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp2.705,19 miliar ini tumbuh 34,61 persen dari tahun 2020. Penerimaan tersebut didominasi tiga besar penerimaan yaitu Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp1.214,28 miliar (44,89 persen), Pajak Pertambahan Nilai dan PPnBM (PPN dan PPnBM) sebesar Rp681,03 miliar (25,18 persen) dan Bea Keluar/Pungutan Ekspor Rp583,52 miliar (21,57 persen).

a) Pajak Penghasilan (PPh)

Realisasi PPh sampai dengan TW III tahun 2021 sebesar Rp1.214,28 miliar (113,60 persen dari target TW III tahun 2021) yang naik 10,83 persen dibanding tahun lalu. PPh mengalami pertumbuhan positif seiring dengan menurunnya kasus Covid-19 dan membaiknya sektor ekonomi serta perdagangan sehingga berpengaruh pada meningkatnya penghasilan dari Wajib Pajak, hal ini mengakibatkan penerimaan PPh pasal 21 dan pendapatan PPh Final mengalami peningkatan. Kenaikan PPh Pasal 21 diperoleh karena adanya peningkatan penghasilan dari wajib pajak bagi karyawan baik penghasilan berupa gaji, upah, tunjangan, honorarium, bonus ataupun pembayaran lain dalam bentuk apapun. Peningkatan pendapatan PPh Final terkait penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, penyewaan, bunga/deposit, jasa konstruksi dan juga penghasilan PPh UMKM 0,5%.

b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Penerimaan PPN dan PPnBM sampai dengan TW III tahun 2021 sebesar Rp681,03 miliar atau 96,29 persen dari target TW III tahun 2021 dan mengalami peningkatan 20,50% dibanding tahun 2020.

1.012,13

1.095,67

1.068,89

1.214,28

900,00 950,00 1.000,00 1.050,00 1.100,00 1.150,00 1.200,00 1.250,00

TARGET REALISASI TARGET REALISASI

Q3 2020 Q3 2021

Grafik II.1 Target dan Realisasi Pajak Penghasilan (PPh)

Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021 (dalam miliar rupiah)

Sumber : SPAN, Kanwil DJP Nusra

KAJIAN FISKAL REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

7

(19)

Penerimaan PPN mengalami pertumbuhan positif sebesar 21,12%, seiring semakin membaiknya sektor ekonomi dan perdagangan dibanding triwulan III Tahun 2020, namun penerimaan PPn BM mengalami pertumbuhan negatif (shortfall) sebesar - 70,87% karena menurunnya/

belum pulihnya kegiatan impor barang dan jasa yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

Penerimaan PPN dan PPn BM di atas berasal dari kegiatan penyerahan barang dan jasa (swasta dan pemerintahan) serta meningkatnya aktivitas konstruksi pelabuhan udara (bandara) dan aktivitas konstruksi di KEK Mandalika.

c) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Penerimaan PBB sampai dengan TW III tahun 2021 sebesar Rp65,54 miliar atau 4.623,56 persen dari target TW III tahun 2021.

Penerimaan PBB sampai dengan TW III tahun 2021 tumbuh 12.570,33 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu. PBB dari Sektor P5L mengalami pertumbuhan sebesar 12.570,33% yang berasal dari PBB Sektor Pertambangan dari salah satu WP bidang pertambangan di Sumbawa.

d) Cukai

Penerimaan Cukai sampai dengan TW III tahun 2021 sebesar Rp12,18 miliar atau 110,10 persen dari target TW III tahun 2021. Penerimaan Cukai sampai dengan TW III tahun 2021 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2020, tumbuh negatif sebesar 19,97 persen. Pertumbuhan negatif tersebut disebabkan antara lain :

1) Penurunan permintaan pasar atas produksi hasil tembakau berupa tembakau iris (TIS) dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) akibat penurunan daya beli masyarakat dikarenakan pandemi Covid-19;

1,03 0,52 1,42

65,54

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

TARGET REALISASI TARGET REALISASI

Q3 2020 Q3 2021

Grafik II.3

Target dan Realisasi PBB Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021 (dalam miliar rupiah)

724,22

565,19

707,26 681,03

0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 700,00 800,00

TARGET REALISASI TARGET REALISASI

Q3 2020 Q3 2021

Grafik II.2 Target dan Realisasi PPN dan PPnBM Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021

(dalam miliar rupiah)

Sumber : SPAN, Kanwil DJP Nusra

Sumber : SPAN, Kanwil DJP Nusra

8

(20)

2) Piutang para pengusaha Hasil Tembakau (HT) atas penjualan HT pada tahun

sebelumnya belum terlunasi sehingga mengakibatkan cashflow

pengusaha untuk pembelian bahan baku

menjadi terganggu;

3) Masih adanya peredaran rokok ilegal di wilayah Nusa Tenggara Barat.

Extra Effort yang telah dilaksanakan :

- Melakukan pendekatan persuasif kepada para pengusaha hasil tembakau;

- Memberikan kemudahan-kemudahan dan penyediaan informasi mengenai importasi yaitu diantaranya dengan pemberiaan fasillitas KEK Mandalika, keterbukaan informasi melalui media sosial seperti facebook, twitter dan instagram;

- Memberikan kemudahan dalam memperoleh ijin pendirian pabrik hasil tembakau yaitu salah satunya diantaranya pemberian fasilitas KIHT;

- Melakukan serangkaian kegiatan untuk menekan peredaran barang kena cukai hasil tembakau (BKC HT) ilegal berupa operasi pasar, operasi Gempur dan sosialisasi bersama pemerintah kabupaten.

e) Pajak Lainnya

Penerimaan Pajak Lainnya sampai dengan TW III tahun 2021 sebesar Rp58,86 miliar atau 96,45 persen dari target TW III tahun 2021. Penerimaan Pajak Lainnya sampai dengan TW III tahun 2021 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2020, sama- sama belum mencapai target, namun penerimaan Pajak Lainnya sampai dengan TW III tahun 2021 tumbuh 54,24 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu, karena meningkatnya penerimaan pajak lainnya yaitu penjualan Benda Meterai sehubungan adanya perubahan tarif Bea Meterai dan juga meningkatnya penggunaan Benda Meterai sebagai pengaruh meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat. Per 1 Januari 2021 pemerintah memberlakukan tarif bea meterai baru menjadi tarif tunggal, yaitu senilai Rp10.000 per lembar.

Sumber : SPAN, KPPBC Mataram dan KPPBC Sumbawa

12,00 15,22

11,07 12,18

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00

TARGET REALISASI TARGET REALISASI

Q3 2020 Q3 2021

Grafik II.4 Target dan Realisasi Cukai Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021

(dalam miliar rupiah)

40,86 38,16 61,03 58,86 10,000,00

20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

TARGET REALISASI TARGET REALISASI

Q3 2020 Q3 2021

Grafik II.5 Target dan Realisasi Pajak Lainnya Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021

(dalam miliar rupiah)

Sumber : SPAN, Kanwil DJP Nusra

KAJIAN FISKAL REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

9

(21)

f) Bea Masuk

Penerimaan Bea Masuk sampai dengan TW III tahun 2021 sebesar Rp89,77 miliar atau 86,86 persen dari target TW III tahun 2021. Penerimaan Bea Masuk sampai dengan TW III tahun 2021 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2020, tumbuh negatif sebesar 14,36 persen.

Pertumbuhan negatif tersebut disebabkan antara lain :

1) Adanya importasi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mendapat pembebasan pembayaran Bea Masuk oleh Pemerintah Pusat;

2) Penutupan Kantor Pos Lalu Bea atas permintaan Perum Pos Indonesia terhitung sejak tanggal 12 Agustus 2021;

3) Penutupan penerbangan yang berasal dari luar negeri pada Bandara International Zainul Abdul Majid akibat pandemi Covid-19.

4) Adanya importir yang tidak lagi melakukan importasi di wilayah kerja sumbawa dan melakukan importasinya dikota lain, meskipun penggunaan barang di wilayah sumbawa.

g) Bea Keluar

Penerimaan Bea Keluar sampai dengan TW III tahun 2021 sebesar Rp583,52 miliar atau 557,94 persen dari target TW III tahun 2021. Kinerja Penerimaan Bea Keluar naik 207,12 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu.

Kenaikan Bea Keluar dikarenakan penambangan telah memasuki fase yang baik sehingga menghasilkan barang tambang dengan kadar yang tinggi dan jumlah yang lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.

c. Analisis Tax ratio

Rasio pajak provinsi NTB di tahun 2021 sebesar 7,93 persen meningkat 2,03 persen dari tahun 2020 dan meningkat 2,58 persen dibanding tahun 2019. Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diukur berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) pada triwulan III 2021 sebesar 35,75 triliun.

89,04

104,82 103,35

89,77 80,00

85,00 90,00 95,00 100,00 105,00 110,00

TARGET REALISASI TARGET REALISASI

Q3 2020 Q3 2021

Grafik II.6 Target dan Realisasi Bea Masuk Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021

(dalam miliar rupiah)

55,99 190,00 104,58 583,52

100,000,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 700,00

TARGET REALISASI TARGET REALISASI

Q3 2020 Q3 2021

Grafik II.7 Target dan Realisasi Bea Keluar Triwulan III 2020 dan Triwulan III

(dalam miliar rupiah)2021

Sumber : SPAN, KPPBC Mataram dan KPPBC Sumbawa

Sumber : SPAN, KPPBC Mataram dan KPPBC Sumbawa

10

(22)

Tabel II.2 Tax Ratio APBN Triwulan III Provinsi NTB 2019 s.d. 2021

Tahun (TW III) NTB

Pajak PDRB Rasio 2019 1.82 33.99 5.35%

2020 2.01 34.06 5.90%

2021 2.71 35.75 7.57%

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) a. Analisis Komposisi PNBP

Grafik II. 8 Realisasi Penerimaan PNBP s.d Triwulan II 2021 (dalam miliar rupiah)

Realisasi PNBP di wilayah Provinsi NTB sampai dengan TW III tahun 2021 sebesar Rp404,47 miliar, tumbuh 15.68 persen dibanding dengan periode yang sama di tahun 2020. Penerimaan PNBP yang berkontribusi sangat signifikan adalah Pendapatan BLU sebesar Rp259,43 miliar atau 64,14% dari PNBP.

Meskipun masa pandemi pendapatan BLU tetap mengalami peningkatan diantaranya :

Universitas Mataram

1. Pendapatan jasa layanan pendidikan naik 1,59% dikarenakan naiknya penerimaan dari mahasiswa baru tahun 2021 berupa uang pendaftaran masuk dengan rincian peminat masing-masin tahun 2021 sebanyak 49,051 pendaftar dan 2020 sebanyak 35,610 pendaftar dan kenaikan penerimaan IPI (Iuran Pengembangan Institusi).

2. Pendapatan dari Jasa Penyediaan Barang dan Jasa Lainnya naik 28,14%

karena paling banyak pada telah diterimanya klaim pendapatan Rumah Sakit dari BPJS dan optimalisasi aset lain seperti penyewaan ATM di titik dalam kampus dan di komplek rumah sakit.

3. Pendapatan Hasil Kerjasama Pemerintah Daerah naik 100% karena terealisasinya kerjasama Unram dengan Pemda Kabupaten Bima dalam kerjasama Program Dalam Domisili (PDD) Vokasi Bima tahun 2021

259,43 73,93

20,10 14,79 14,34 5,555,38 5,15 4,83 0,97

0,00 100,00 200,00 300,00

PENDAPATAN BADAN LAYANAN UMUM PENDAPATAN ADMINISTRASI DAN…

PENDAPATAN PENDIDIKAN, BUDAYA, RISET,… PENDAPATAN KESEHATAN, PERLINDUNGAN… PENDAPATAN BUNGA, PENGELOLAAN… PENDAPATAN JASA TRANSPORTASI,… PENDAPATAN DARI PENJUALAN,… PENDAPATAN JASA LAINNYA PENDAPATAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DENDA

Sumber : SPAN (diolah)

KAJIAN FISKAL REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

11

(23)

UIN Mataram

1. Pendapatan jasa pelayanan pendidikan mengalami kenaikan dikarenakan ada penambahan kuota penerimaan mahasiswa tahun akademik 2020/2021 yang mengakibatkan peningkatan pembayaran UKT di tahun 2021 2. Pendapatan hasil kerjasama lembaga/badan usaha mengalami penurunan dikarenakan pandemi covid 19 yang mengakibatkan banyak Mou yang tidak bisa dilaksanakan terutama Mou penyewaan aset seperti kantin dan auditorium

3. Pendapatan Jasa layanan perbankan BLU mengalami kenaikan dikarenakan ada penambahan deposito di BSI

Rumkit Bhayangkara Mataram

Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah Sakit meningkat karena terdapat penerimaan claim Covid-19 periode 2021.

2.1.2.

Belanja Negara

a. Analisis Kontribusi dan Komposisi BPP dan TKDD

Komposisi Belanja Negara didominasi oleh TKDD yang berkontribusi sangat signifikan 63,71 persen dari total Belanja Negara dan BPP 37,91%. Komposisi TKDD triwulan III 2021 sebesar 75,04 persen turun 12 persen dibanding triwulan III 2020.

b. Analisis Pertumbuhan (Growth) BPP dan TKDD

Realisasi BPP sampai dengan akhir triwulan III 2021 tumbuh 15,64 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan realisasi TKDD sampai dengan akhir triwulan III 2021 terkontraksi sekitar -0,12% dari periode yang sama tahun- tahun sebelumnya.

c. Analisis Kemanfaatan Belanja Pemerintah Pusat (BPP)

Peran Belanja Pegawai, Barang, dan Bansos sampai dengan triwulan III 2021 telah sejalan dengan prioritas Pemerintah. Di masa pandemi COVID-19 ketiga jenis belanja tersebut menjadi prioritas Pemerintah, khususnya dalam mendorong UMKM untuk dapat bertahan di masa krisis. Adapun peran Belanja Modal dengan realisasi sampai dengan triwulan III 2021 sebesar Rp2.531,22 miliar atau 2,69 persen berperan dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong perekonomian dan kesejahteraan di Provinsi NTB.

1. Belanja Pemerintah Pusat

Alokasi pagu anggaran kementerian/lembaga menurut jenis belanja di Provinsi Nusa Tenggara Barat sampai dengan TW III TA 2021 terbesar terdapat pada belanja modal

12

(24)

sebesar Rp3.482,18 miliar, kemudian diikuti belanja pegawai sebesar Rp2.926,09 miliar, belanja barang sebesar Rp2.645,45 miliar dan terkecil belanja bantuan sosial sebesar Rp14,79 Milyar.

Sesuai arahan Menteri Keuangan pada triwulan III diharapkan tercapai penyerapan anggaran 70%. Total kinerja belanja sampai dengan TW III 2021 telah melampaui target indikator kinerja pelaksanaan anggaran TW III yaitu 71,13 persen dan lebih tinggi 7,19 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Grafik II. 9 Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Triwulan II 2020 dan Triwulan II 2021 (dalam miliar rupiah)

Capaian kinerja penyerapan jenis belanja sampai dengan TW III 2021 yakni belanja bantuan sosial sebesar 80,22 persen, belanja pegawai sebesar 76,79 persen, belanja modal sebesar 72,69 persen dan belanja barang sebesar 62,75 persen.

Kinerja belanja bantuan sosial disebabkan terealisasinya bantuan pendidikan tinggi untuk mahasiswa baru pada Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja dalam rangka Peningkatan Akses, Mutu, Kesejahteraan dan Subsidi Pendidikan Tinggi Agama Hindu dan bantuan pendidikan tinggi untuk mahasiswa baru pada UIN Mataram dalam rangka Peningkatan Akses, Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam.

Kinerja belanja pegawai disebabkan pembayaran gaji THR dan Gaji-13 dibayarkan pada bulan Mei dan Juni 2021 serta adanya pembayaran rapel tunjangan kinerja Kementerian agama pada akhir semester I 2021.

Kinerja belanja modal disebabkan penyelesaian tunggakan pekerjaan tahun 2020 yang pembayarannya baru dilakukan di awal tahun 2021, pembayaran uang muka dan pembayaran tagihan proyek multiyears di awal tahun.

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Bantuan Sosial

Q3 2020 PAGU 3.100,08 3.023,72 2.584,76 15,13

Q3 2020 REALISASI 2.193,60 1.757,35 1.620,30 6,52

Q3 2021 PAGU 2.926,09 2.645,45 3.482,18 14,79

Q3 2021 2021 2.247,01 1.659,91 2.531,22 11,87

0,00 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00 3.000,00 3.500,00 4.000,00

Sumber : SPAN (diolah)

KAJIAN FISKAL REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

13

(25)

Kinerja belanja barang tidak mencapai target yang ditetapkan yakni sebesar 70%

sampai dengan akhir Triwulan III tahun 2021, karena dipengaruhi oleh kebijakan PPKM akibat masih merebaknya pandemi COVID-19 yang mempengaruhi penyerapan belanja barang terutama perjalanan dinas, sosialisasi, tatap muka yang tertunda sehingga mengakibatkan penyerapan kurang optimal, keterlambatan penunjukan pejabat perbendaharaan, dan keterlambatan penerbitan petunjuk teknis kegiatan.

2. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa

Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) di wilayah NTB tahun 2021 sebesar Rp15.089,62 miliar, naik 0,01 persen dibanding periode yang sama di tahun 2020. Kenaikan tersebut tercermin dari kenaikan komponen TKDD yaitu DAK Fisik (20,78 persen), DAK Non Fisik (0,08 persen) dan Dana Desa (2,06 persen).

Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) di wilayah NTB sampai dengan triwulan III tahun 2021 mencapai 74,71 persen dengan rincian realisasi DAU mencapai 83,42 persen, DBH 73,21 persen, DAK Fisik 48,25 persen, DAK Non Fisik 71,23 persen, DID 50 persen dan Dana Desa 74,25 persen. Kinerja penyaluran TKDD di wilayah NTB sampai dengan triwulan III tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 10,56 persen dibanding periode yang sama tahun 2020, penurunan tersebut terjadi pada kinerja penyaluran DAU turun 0,04 persen, Dana Desa yaitu turun 10,19 persen, DAK Non Fisik turun 12,59 persen, DBH turun 13,47 persen, DID turun 43,53 persen dan penurunan terbesar pada penyaluran DAK Fisik turun 46,31 persen

Grafik II. 10 Pagu dan Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021

(dalam miliar rupiah)

AlokasiDana Umum

Bagi HasilDana

AlokasiDana Khusus Fisik

AlokasiDana Khusus NonFisik

DID Dana

Desa Q3 2020 PAGU 8.228,25 924,48 1.581,44 2.675,06 456,81 1.222,60 Q3 2020 REALISASI 6.867,80 801,30 1.495,37 2.242,17 427,25 1.032,29 Q3 2021 PAGU 8.099,62 792,08 1.910,11 2.677,27 362,80 1.247,73 Q3 2021 2021 6.757,04 579,88 921,65 1.906,93 181,40 926,41

1.000,000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00

Sumber : SPAN (diolah)

14

(26)

Penurunan kinerja penyaluran DAK Fisik sampai dengan TW III 2021 sebesar 46,31 persen dibanding periode yang sama di tahun 2020 karena :

1. Di tahun 2021 terdapat kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam rangka mengurangi kemungkinan penyebaran Virus Covid-19 ikut memberikan andil dalam keterlambatan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang berakibat rendahnya realisasi penyaluran DAK Fisik.

2. Perubahan mekanisme penyaluran seperti proses pre reviu pada penyaluran DAK Fisik, serta penetapan KPM BLT Desa dengan musdes.

3. Di tahun 2020 terdapat kebijakan relaksasi pemenuhan persyaratan DAK Fisik Bidang Kesehatan yaitu :

a. Mengurangi persyaratan penyaluran menjadi cukup 1 dokumen saja berupa revisi Rencana Kegiatan terkait penanganan Covid-19 yang disetujui Kemenkes.

b. Percepatan penyaluran khusus terkait penanganan dan pencegahan Covid-19 menjadi secara sekaligus di depan (tanpa menunggu adanya kontrak kegiatan) sebesar nilai Rencana Kegiatan.

3. Pengelolaan Dana BLU

Alokasi pagu anggaran tahun 2021 pada satuan kerja BLU dengan sumber dana BLU sampai dengan triwulan III tahun 2021 di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan sebesar 14,73 persen dari tahun sebelumnya di periode yang sama. Pada Universitas Mataram kenaikan pagu BLU sehubungan estimasi pendapatan PNBP tahun 2021 lebih tinggi daripada tahun 2020, pada UIN Mataram kenaikan pagu karena peningkatan pendapatan dari layanan pendidikan dan layanan perbankan, dan pada Rumkit Bhayangkara karena meningkatnya kebutuhan operasional, belanja modal peralatan mesin serta penyelesaian pembangunan gedung lantai III Rumkit.

Grafik II.11 Pagu dan Realisasi Satker BLU Triwulan III 2020 dan Triwulan III 2021 (dalam miliar rupiah)

Alokasi pagu anggaran tahun 2021 pada satuan kerja BLU dengan sumber dana BLU sampai dengan triwulan III tahun 2021 di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan sebesar 14,73 persen dari tahun sebelumnya di

286,99

108,60

329,26

120,21 0,00

100,00 200,00 300,00 400,00

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Q3 2020 Q3 2021

Sumber : SPAN (diolah)

KAJIAN FISKAL REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

15

(27)

periode yang sama. Pada Universitas Mataram kenaikan pagu BLU sehubungan estimasi pendapatan PNBP tahun 2021 lebih tinggi daripada tahun 2020, pada UIN Mataram kenaikan pagu karena peningkatan pendapatan dari layanan pendidikan dan layanan perbankan, dan pada Rumkit Bhayangkara karena meningkatnya kebutuhan operasional, belanja modal peralatan mesin serta penyelesaian pembangunan gedung lantai III Rumkit.

Realisasi belanja atas sumber dana BLU pada satuan kerja BLU sampai dengan triwulan III tahun 2021 mengalami peningkatan 10,68 persen dibanding dengan periode yang sama di tahun 2020. Persentase kenaikan realisasi belanja hanya terjadi pada Rumkit Bhayangkara Mataram sebesar 8% dibanding tahun sebelumnya di periode yang sama. Kenaikan tersebut karena meningkat kebutuhan akan kegiatan operasional rumah sakit dan adanya perbaikan sarana dan prasrana yankes serta mulainya penyelesaian pembangunan gedung lantai 3 rumkit.

2.1.3.

Surplus/Defisit

APBN di wilayah NTB pada triwulan III tahun 2021 mengalami defisit senilai Rp14.663,06 miliar. Namun demikian, walaupun defisit masih mewarnai APBN, angka defisit per September 2021 masih jauh di bawah angka defisit pada periode yang sama tahun lalu yaitu Rp16.084,73 miliar. Hal tersebut menunjukkan pemulihan ekonomi yang mulai terlihat yang berhasil menekan angka defisit.

2.1.4.

Prognosis APBN

Prognosis dilakukan dengan analisis trend atas data Pendapatan dan Belanja dalam APBN mulai data tahun 2015 sampai dengan 2020 (6 tahun). Berdasarkan analisis (data terlampir) tersebut didapatkan besaran angka realisasi pendapatan sampai akhir tahun 2021 sebesar 102,66 persen, sedangkan untuk belanja didapatkan angka 98,85 persen. Berdasarkan angka tersebut didapatkan besaran nominal Pendapatan dan Belanja sampai akhir tahun 2021 sebagaimana tabel berikut.

Tabel II.3 Prognosis Belanja dan Pendapatan Sampai Akhir Tahun 2021

Dibanding dengan tahun 2020 prognosis pendapatan negara sampai dengan akhir tahun 2021 naik 4,40 persen sedangkan prognosis belanja sampai akhir tahun 2021 naik 2,63 persen.

Realisasi % Realisasi Realisasi % Realisasi PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

3,688.14 3,109.66 84.32% 3,786.09 102.66%

BELANJA NEGARA

24,158.15 17,772.72 73.57% 23,880.44 98.85%

SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN

-20,470.01 -14,663.06 71.63% -20,094.35 98.16%

Pagu Q3 2021 PROGNOSIS Q4 2021

Uraian

16

Referensi

Dokumen terkait

Realisasi belanja negara sampai dengan Triwulan III-2020 mencapai Rp42,58 triliun atau 75,9 persen dari total pagu, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun

Realisasi penerimaan pajak daerah di wilayah Banten triwulan III 2018 sebesar Rp8,15 triliun atau 74,62 persen dari target, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017,

Untuk realisasi pendapatan s.d. Triwulan I tahun 2021 mengalami penurunan yang cukup tajam dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020 sebesar Rp1,07 triliun

Wacana iklan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasar diatas adalah merupakan tindak tutur ilokusi. Tindak tutur di atas merupakan tindak ilokusi yaitu memberikan semangat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen tidak selalu menilai kualitas merek pakaian dari negara brand origin dengan produk domestik bruto tinggi memiliki

Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengatur hubungan antar individu dan kelompok, kompleksnya kehidupan manusia, membuat peranan komunikasi tidak terelakan,

Apabila dirinci dalam bentuk implementatif, maka akuntansi dalam pandangan maqashid syariah terhadap harta masuk pada kategori tahsiniyat (kelengkapan) dan

Berdasarkan hasil analisis fitur CMS yang dijelaskan pada subbab 3.2.1, aplikasi yang dibangun dalam Tugas Akhir ini akan mengimplementasikan beberapa fitur yang merupakan