• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan APBD

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 29-35)

BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL

2.2. Pelaksanaan APBD

APBD selain menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, juga sebagai salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah untuk mengatasi kendala dan permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri.

Tahun 2021 sepertinya benar-benar tahun yang sulit bagi APBN maupun APBD.

Pandemi Covid-19 yang belum juga reda (bahkan munculnya varian baru yang ebih

Pagu Realisasi* % Target Satuan

Infrastruktur RVRO

Layanan Angkutan Laut Perintis Prioritas Nasional 29,720,127,000 26,652,006,662 89.68 4 Layanan 4 96.85 7.17

Kapal Laut 14,881,000 14,881,000 100 2 Layanan 2 100 0

Kapal Laut 50,000,000 49,980,000 99.96 1 Layanan 1 100 0.04

Fasilitas Pelabuhan Laut (PEN) 41,238,000 41,231,100 99.98 1 Layanan 1 100 0.02 Fasilitas Pelabuhan Laut (PEN) 235,455,000 235,053,000 99.83 1 Layanan 1 100 0.17

Fasilitas Pelabuhan Laut (PEN) 36,165,000 36,165,000 100 1 Layanan 1 100 0

Fasilitas Pelabuhan Laut (PEN) 182,302,000 182,239,000 99.97 1 Layanan 1 99.97 0

Kapal Laut 62,311,000 44,295,533 71.09 1 Layanan 0.75 80.14 9.05

Kapal Laut 39,883,000 6,830,170 17.13 2 Layanan 0.17 17.13 0

Bendungan Beringin Sila yang dibangun (PEN) 441,710,803,000 441,710,803,000 100 1 Unit 1 100 0

Bendungan Tiu Suntuk yang dibangun (PEN) 220,796,871,000 220,796,871,000 100 1 Unit 1 100 0

Kapal Laut 798,855,000 629,091,220 78.75 1 Layanan 0 78.75 0

Kapal Laut 29,321,000 21,853,770 74.53 1 Layanan 0 74.53 0

Bendungan Meninting yang dibangun (PEN) 196,183,055,000 11,386,857,000 5.8 1 Unit 0 70 64.2

Fasilitas Pelabuhan Laut 14,601,000,000 8,676,464,140 59.42 1 Layanan 0 59.42 0

Kapal Laut 45,994,000 25,814,400 56.13 1 Layanan 0 56.13 0

Bendungan Bintang Bano yang dibangun (PEN) 331,868,542,000 14,554,474,265 4.39 1 Unit 0 54 49.61

Bandar Udara 3,811,400,000 1,832,726,920 48.09 1 Paket 0 48.09 0

Fasilitas Pelabuhan Laut 446,000 - 0 1 Layanan 0 33.33 33.33

Kapal Laut 12,500,000 - 0 1 Layanan 0 0 0

Fasilitas Pelabuhan Laut 2,925,000 - 0 1 Layanan 0 0 0

Fasilitas Pelabuhan Laut (PEN) 76,600,000 - 0 1 Layanan 0 0 0 Fasilitas Pelabuhan Laut (PEN) 7,596,000 - 0 1 Layanan 0 0 0

S.d Bulan Ini PCRO (%)

Keluaran (Data SAS/Sakti) GAP**

Sektor Uraian RO Belanja (Data OMSPAN)

18

cepat menyebar), akhirnya berpengaruh pada kinerja perekonomian. Berbagai indikator APBD mengalami penurunan kinerja yang tercermin dari melambatya perolehan pendapatan APBD Provinsi NTB. Sampai dengan Triwulan III 2021, pemda hanya mampu mengumpulkan 68,44 % dari target pendapatan Rp20,759 miliar. Kinerja ini turun 6,25 % dibandingkan tahun lalu. Bisa dibayangkan beratnya APBD dalam menjalankan fungsinya.

Tabel II.4 Realisasi APBD Triwulan III Tahun 2020-2021

Sisi belanja mengalami hal serupa. Turun 0,51%, sampai dengan Triwulan III pemda hanya mampu merealisasikan belanja APBD sebesar Rp12,394 miliar atau 58,53 %.

2.2.1.

Pendapatan Daerah

Tahun 2021 pemda menaikkan target pendapatan sebesar 3,09% atau Rp621,97 miliar ke angka Rp20,759 miliar. Kenaikan ini disumbang oleh kenaikan pagu Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 595 miliar, Pendapatan Transfer sebesar Rp 846 miliar, sementara komponen pendapatan berupa Lain-Lain PAD turun Rp820,56 miliar.

Kenaikan pagu tersebut ternyata tidak diimbangi dengan realisasi. Sampai dengan Q3 2021, total realisasi Pendapatan Daerah sebesar Rp14,208 miliar, turun dari tahun lalu baik dari persentase capaian maupun nominal perolehan. Dari 3 komponen Pendapatan Daerah, 2 diantaranya mengalami penurunan kinerja yaitu PAD (turun 8,8%), dan Pendapatan Transfer (turun 7,89%), sementara kenaikan realisasi komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 9,81% tidak bisa mengangkat kinerja pendapatan secara keseluruhan karena kecilnya target tahun 2021.

Kondisi di atas ditengarai akibat melambatnya kegiatan perekonomian di masyarakat diantaranya adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) periode Juli s.d. Agustus 2021. Salah satu imbasnya berupa turunnya pengguna

PAGU REALISASI % Realisasi PAGU REALISASI % Realisasi PENDAPATAN DAERAH 20,138.01 15,041.18 74.69 20,759.98 14,208.01 68.44 (5.54)

jasa transportasi udara di Bandara Internasional Lombok (BIL) selama triwulan III 2021 sebesar 67.659 pengguna yang turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 123.446 (sumber bit.ly/NTBQ3).

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Secara keseluruhan, sumbangan PAD terhadap total Pendapatan Daerah sekitar 17,22%. PAD yang diharapkan menjadi penopang utama APBD, masih belum maksimal, apalagi di masa pandemi ini. 4 komponen pembentuk PAD, berkinerja turun dibandingkan tahun lalu. Bahkan kebijakan penurunan pagu untuk Lain-lain PAD yang Sah tidak diimbangi dengan kinerja perolehannya. Sementara penurunan terbesar pada komponen Hasil PKD yang Dipisahkan yang turun 30 % dibandingkan dengan kinerja tahun lalu.

Realisasi PAD masih didominasi oleh perolehan Pajak Daerah yang menyumbang 56,54% diikuti Lain-lain PAD Yang Sah 36,13% sementara Retribusi dan Hasil PKD yang dipisahkan masing-masing 4,32 % dan 3,01 %.

Besarnya sumbangan Pajak Daerah dalam PAD berasal dari pajak kendaraan bermotor (PKB), bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB), pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB), pajak air permukaan, dan pajak rokok. Pajak ini hampir tidak terkena imbas pandemi (mengalami kenaikan tiap tahun) karena pembayarannya tidak tergantung dari pendapatan pemilik. Untuk optimalisasi penerimaan jenis pajak ini, pemda NTB melakukan berbagai kiat seperti pembebasan denda keterlambatan sebagai diatur dalam Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 21 Tahun 2021 (Sumber : bit.ly/PKB_NTB).

Sementara sumbangan PAD terhadap total Pendapatan Daerah per Pemda sebagaimana grafik berikut

Grafik II.12 Komposisi Realisasi PAD Triwulan III Tahun 2021

Grafik II.13 Persentase Sumbangan PAD terhadap Total Pendapatan Daerah Triwulan III

Tahun 2021

34.53

4.96 11.07 8.45 13.40

8.53 9.02 5.75

28.18 10.87

6.80 5.00

10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00

Pemprov Dompu Lotim Loteng Lobar KLU Sumbawa Kota Bima Kota Mataram Sumbawa Barat Bima

% Sumbangan PAD Thd Pendapatan Sumber: LKPD Tahun 2021

20

2. Pendapatan Transfer

Sumber Pendapatan kedua bagi APBD adalah Pendapatan Transfer (penyumbang terbesar). Sampai dengan Q3 2021, 76 % Pendapatan APBD berasal dari pendapatan ini. Dari sisi keberlangsungan APBD, komponen pendapatan ini sangat mendukung (dijamin pemerintah Pusat), tetapi berlawanan dari sisi kemandirian APBD.

Alokasi pendapatan Transfer tahun 2021 naik sebesar Rp846,60 miliar atau tumbuh 5,57% dibandingkan tahun lalu yang didorong oleh kenaikan penerimaan dari Dana Perimbangan dan Dana Desa. Hanya saja kenaikan tersebut belum didukung oleh kinerja penyerapan, yang sampai dengan Q3 2021, baru sebesar 70,61% (turun 7,89% dibandingkan tahun lalu). Penyerapan Dana Perimbangan (komponen terbesar Transfer) masih di angka 71,43% sementara tahun lalu sudah mencapai 78,14%.

Grafik II.14 Pagu-Realisasi Pendapatan Transfer Triwulan III 2021

Hal yang menarik di pos Pendapatan Transfer ini adalah Dana Desa. Tahun 2020 penyerapan dana Desa sampai dengan Triwulan III sudah mencapai 100% sementara di tahun 2021 periode yang sama baru mencapai 74,25%. Tahun 2020, pemerintah menerbitkan kebijakan mempercepat penyaluran dana desa dalam rangka menanggulangi dampak pandemic covid-19 dengan penerbitan PMK Nomor 50/PMK.07/2020.

3. Lain-lain Pendapatan Yang Sah

Unsur ketiga Pendapatan Daerah adalah lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Sampai dengan Triwulan III 2021, sebesar Rp429,17 miliar berhasil dikumpulkan pemda (56,23%), kinerja ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu.

Kenaikan ini dipicu oleh turunnya pagu lebih dari separuh dari pagu 2020 (Rp1,583 miliar).

2.2.2.

Belanja Daerah

Tahun 2021, pemda menaikkan pagu belanja sebesar 2,22% menjadi Rp21,177 miliar dari pagu tahu lalu. Kenaikan ini dialokasikan untuk peningkatan belanja Operasi sebesar 5,12% dan belanja modal sebesar 10,19%. Sementara belanja tidak terduga turun jauh

Sumber : LKPD Kab/Kota/Prov NTB Triwulan III 2021 2021

KAJIAN FISKAL REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

21

sebesar 77,92% dari Rp804 miliar ke Rp199 miliar. Untuk pembagian alokasi, belanja operasi (sebagian besar untuk belanja pegawai dan belanja barang dan jasa), mengambil porsi terbesar (Rp15.110 miliar atau 71,35%). Alokasi ini naik hampir 2% dari tahun lalu. Di sisi lain, belanja modal dianggarkan sebesar 15,16% dari total belanja, naik sekitar 1% dari anggara tahun lalu.

Sampai dengan Triwulan III 2021, realisasi belanja sebesar Rp12,394 miliar atau 58,53%

(turun 0,51 % dari tahun lalu). Dari 4 komponen belanja daerah, 3 diantaranya mengalami penurunan kinerja yaitu Belanja Operasi sebesar 62,68%, Belanja Modal 34,29%, Belanja Tak Terduga sebesar 24,92 dan 1 komponen yang kinerjanya naik yaitu Belanja Transfer di angka 66,40% (naik 11,6% dari tahun lalu 55,34%).

Grafik II.15 Pagu-realisasi Belanja Per Jenis Belanja s.d. Triwulan III Tahun 2021

Rasio Jenis Belanja Terhadap Total Belanja

Rasio jenis belanja digunakan untuk mengetahui atau mengukur porsi masing-masing jenis belanja terhadap total belanja. Untuk belanja yang sifatnya konsumtif (belanja operasional-Belanja Pegawai dan Barang), semakin kecil porsinya terhadap total belanja menandakan semakin idealnya (baik), perencanaan dan pelaksanaan APBD dan sebaliknya. Sementara untuk belanja yang bersifat produktif (belanja Modal), semakin besar porsi, semakin baik dan sebaliknya.

Sumber : LKPD Kab/Kota/Prov NTB Triwulan III 2021

Gambar II.1 Komposisi Alokasi Belanja per Pemda Provinsi NTB Tahun 2021

22

Tahun 2021, 71,35 % APBD untuk alokasi untuk Belanja Operasi, sementara untuk belanja modal hanya sebesar 15,16%. Lebih dari 52% Belanja Operasi habis untuk belanja pegawai. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan terjadi di semua kabupetan/kota di NTB. Gemuknya birokrasi ditengarai menjadi penyebabnya karena APBD harus menyediakan gaji dan tunjangan PNS daerah yang berjumlah sekitar 72.600 pegawai (sumber: data.ntbprov.go.id).

2.2.3.

Pembiayaan Daerah

Sementara dari komponen face APBD berupa Surplus/defisit (selisih antara pendapatan dan belanja), dianggarkan minus Rp417,08 miliar terealisasi positif (surplus) sebesar Rp1.813 miliar). Turun Rp996 miliar dari realisasi Q3 tahun 2020. Timbulnya surplus ini lebih disebabkan tidak optimalnya belanja APBD (yang hanya 58,53 % sementara pendapatan mencapai 68,44%).

Tabel II.5 Realisasi Pembiayaan APBD Triwulan III 2020 dan 2021

Kemandirian Fiskal

Kemandirian fiskal menggambarkan kemampuan pemda dalam membiayai kegiatannya tanpa tergantung dari luar khususnya dana dari pusat. Rasio kemandirian fiskal dihitung dari hasil perbandingan PAD dengan Total Pendapatan. Kajian BPK (2013 s.d 2019), menyatakan bahwa sebagian besar Kabupaten/Kota di NTB masuk dalam kategori Belum mandiri. Hanya Kota Mataram yang sudah masuk ke kategori Menuju Kemandirian (tahun 2019 dengan indeks 0,2556). Sementara untuk Pemerintah Provinsi NTB masuk ke kategori Menuju Kemandirian dengan indeks yang lebih tinggi dibandingkan Kota Mataram yaitu sebesar 0,3447 (sumber : bit.ly/BPK_Fiskal).

Untuk wilayah Bali-Nusra, posisi NTB sedikit lebih baik dibandingkan NTT tetapi lebih rendah dibandingkan Bali. Untuk Tahun 2019, sebagai Ibu kota provinsi, indeks kemandirian fiskal Kupang sebesar 0,1589 (belum mandiri) sementara Denpasar sebesar 0,4608 (menuju kemandirian).

PAGU REALISASI % Realisasi PAGU REALISASI % Realisasi

SURPLUS/(DEFISIT) (579.31) 2,809.47 15.65 (417.08) 1,813.42 (434.79) (35.45) PEMBIAYAAN 661.35 527.02 79.69 417.08 185.02 44.36 (64.89) Penerimaan Pembiayaan 715.87 615.41 85.97 527.65 238.28 45.16 (61.28) SiLPA 548.74 561.26 102.28 301.11 237.88 79.00 (57.62) Pencarian Dana Cadangan - - - - -

Hasil Penjualan KD yang Dipisahkan - - - - -

Penerimaan Pinjaman Daerah 159.78 48.27 30.21 222.41 0.00 0.00 (99.99) Penerimaan Kembali Pinj.Daerah 7.36 5.88 79.89 4.13 0.39 9.49 (93.33) Penerimaan Pembiayaan Lainnya - - - - -

-Pengeluaran Pembiayaan 54.52 88.38 162.10 110.57 53.25 48.16 (39.75) Pemb.Cicilan Pokok Utang Jatuh Tempo 11.15 56.71 508.58 41.89 15.47 36.93 (72.72) Penyertaan Modal Daerah 43.37 31.67 73.03 68.68 37.78 55.01 19.29 Pembentukan Dana Cadangan - - - - -

Pemberian Pinjaman Daerah - - - - - Pengeluaran Pembiayaan Lainnya - - - - -

-SILPA 82.04 3,336.49 95.34 (0.00) 1,998.45 (390.43) (100.35) (Sumber: LKPD Triwulan III 2020-2021)

Uraian Q3 2020 Q3 2021

% Growth dalam miliar Rp

KAJIAN FISKAL REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan III 2021

23

2.2.4.

Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Akhir Tahun 2021

Pertumbuhan ekonomi NTB di Triwulan III 2021 diperkirakan akan melambat, lebih rendah dari kinerja Triwulan II lalu (4,68%). Hal ini ditengarai (salah satunya), turunnya pengguna jasa transportasi udara di BIL yang hanya 67.659 penumpang (turun 55.000 lebih dibandingkan periode yang sama tahun lalu). Sementara secara nasional PDB Triwulan III 2021 diperkirakan lebuh rendah dari triwulan II lalu (7,07%) yaitu berkisar antara 4% s.d 5,7%.

Terkait dengan prognosis (perkiraan) besaran pendapatan dan belanja APBD provinsi NTB 20201, dilakukan dengan analisis trend berdasarkan data Pendapatan dan Belanja APBD mulai data tahun 2012 sampai dengan 2020 (9 tahun). Berdasarkan analisis (data terlampir) tersebut didapatkan besaran angka realisasi pendapatan sampai akhir tahun 2021 sebesar Rp2.032.313,49 miliar atau 97,98 persen dari pagu, sedangkan untuk belanja didapatkan angka realisasi sebesar Rp2.069.210,76 miliar atau 97,71 persen dari pagu.

Tabel II.6 Prognosis Belanja dan Pendapatan Sampai Akhir Tahun 2021

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 29-35)

Dokumen terkait