• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL SUMATERA BARAT"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN

FISKAL

REGIONAL

SUMATERA BARAT

TRIWULAN I

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

2021

Penyusun :

Penanggung Jawab : Heru Pudyo Nugroho| Ketua Tim : Abdul Lu i | Editor : Yogi Kusmandhani | Suryadi| Asep Darna

(2)

Kata

Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan flash report Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021 dengan baik, dengan harapan KFR ini dapat menjadi sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam bentuk pertukaran data dan informasi antara Kementerian Keuangan dengan para pemangku kepen ngan (stakeholders). Kajian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi Pemerintah Daerah di Sumatera Barat dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi bagi pembangunan daerah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Flash report KFR Triwulan I Tahun 2021 merupakan output Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sumatera Barat dalam rangka pelaksanaan tugas Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II yang merupakan representasi Kementerian Keuangan di daerah sebagai pengelola fiskal.

Selain itu, flash report KFR Triwulan I Tahun 2021 disusun untuk mengetahui sekilas implementasi kebijakan fiscal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan demikian, para pemangku kepen ngan seper penyusun kebijakan, pelaksana kebijakan, masyarakat, dan investor dapat memperoleh informasi yang strategis untuk merumuskan dan merencanakan kegiatan di masa yang akan datang dengan lebih baik. Hal ini diharapkan memberikan manfaat demi pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Perlu disampaikan bahwa beberapa aspek kajian yang menjadi k bahasan utama dalam flash report KFR Triwulan I Tahun 2021 melipu perkembangan indikator ekonomi regional, perkembangan dan analisis pendapatan Pemda se-Sumatera Barat, perkembangan dan analisis belanja Pemda se-se-Sumatera Barat, dan perkembangan Badan Layanan Umum, serta kondisi fiscal regional terkini. Selain itu, secara tema k, membahas tentang berita fiskal regional yang terpilih.

Kami sungguh menyadari bahwa kajian yang kami sampaikan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kri k maupun saran dalam meningkatkan kualitas penyusunan laporan kajian fiskal regional ini.

Kepala Kanwil DJPb Provinsi Sumatera Barat

(3)

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN KONSTRUKSI TRANSPORTASI PERGUDANGAN

6,43 T

[-10,13%]

6,37 T

[-0,71%]

9,71 T

[1,23%]

PDRB 4 Sektor Utama Perekonomian

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

13,56 T

[1,46%]

ADBH

ADHK

61,76

triliun

42,97

triliun

-0,16%

APBN

Provinsi Sumatera Barat

PAGU

11,03

Triliun

REALISASI 1,7 Triliun 15,87%

PAGU

20,15

Triliun

REALISASI 4,57 Triliun [22,69%]

BELANJA

TRANSFER DAERAH

*dalam miliar rupiah

[21,75%] [22,73%] [21,99%]

PENDAPATAN*

PAJAK PNBP TOTAL 4,73 T 1,55 T 6,29 T 1,03 T 1,38 T 0,35 TARGET REALISASI

APBD

Provinsi Sumatera Barat

BELANJA PENDAPATAN

PAGU

28,46

Triliun

REALISASI 2,30 Triliun 8,09%

TARGET

27,36

Triliun

REALISASI 4,75 Triliun 17,35% REALISASI PENDAPATAN TRANSFER

4,02 T

(84,63%) 0,73 T (15,37%) PENDAPATAN ASLI DAERAH, DLL PEMERINTAH PUSAT

Pertumbuhan Ekonomi

Sumatera Barat

(4)

i | Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

Daftar Isi

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DARTAR GRAFIK

I. Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional ... 1

A. Produk Domestik Regional Bruto... 1

B. Inflasi ... 2

C. Indikator Kesejahteraan ... 2

II. Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN ... 6

A. Pendapatan Negara ... 7

B. Belanja Negara ... 9

C. Prognosis Realisasi APBN ... 14

II.Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD ... 15

A. Pendapatan Daerah ... 16

B. Belanja Daerah ... 18

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai dengan Akhir Tahun 2021 ... 19

IV. Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian ... 20

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian ... 20

B. Pendapatan Konsolidasian ... 20

C. Belanja Konsolidasian ... 21

D. Analisis Kontribusi Pemerintah dalam PDRB ... 22

V. Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih ... 23

(5)

ii | Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

Daftar Tabel

1.1 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Per Subsektor

3

2.1 Pagu dan Realisasi APBN Provinsi Sumbar Triwulan I Tahun 2020 dan 2021

6

2.2 Realisasi Pendapatan Negara di Sumbar Triwulan I Tahun 2020 dan 2021

7

2.3 Target dan Realisasi PNBP di Sumbar Triwulan I Tahun 2020 dan 2021

9

2.4 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (K/L) Triwulan I Tahun 2020 dan 2021

10

2.5 Pagu dan Realisasi TKDD Triwulan I Tahun 2020 dan 2021

11

2.6 Pagu dan Realisasi Belanja Satker BLU 12

2.7 Penyaluran Kredit Program Triwulan I 2021 (Miliar) 14

2.8 Proyeksi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (K/L) TW II Tahun 2021

15

3.1 Realisasi APBD Lingkup Provinsi Sumatera Barat s.d Akhir Triwulan I Tahun 2020 dan Tahun 2021

15

3.2 Proyeksi Pendapatan Daerah Pada Akhir Tahun 2018

18

4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sumatera Barat s.d Triwulan I Tahun 2021 (Miliar Rupiah)

20

4.2 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sumatera Barat s.d Triwulan I Tahun 2021 (Miliar Rupiah)

(6)

iii | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

Daftar Grafik

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumbar Triwulanan (Y-on-Y)

1

1.2 Perkembangan Tingkat Inflasi Sumatera Barat (Gabungan 2 Kota) (yoy)

2

1.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Daerah Tempat Tinggal

4

1.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) 5

2.1 Tren Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (K/L)

9

2.2 Tren Pagu dan Realisasi Belanja TKDD 11

2.3 Forecasting Pendapatan Negara Triwulan II Tahun

2021

14

3.1 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

16

3.2 Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah

Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

17

3.3 Realisasi Penerimaan Dana Transfer

Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

18

3.4 Realisasi Belanja Daerah per Objek Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

18

3.5 Realisasi Belanja Daerah per Urusan Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

19

4.1 Perbandingan Penerimaan Konsolidasian Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

21

4.2 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Sumatera Barat s.d Triwulan I Tahun 2021 (Miliar Rupiah)

(7)

1 | Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

I. Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

A. Produk Domestik Regional Bruto

Ekonomi Sumatera Barat triwulan I-2021 terkontraksi sebesar 0,16 persen (y-on-y) menurun dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,89 persen. Dari sisi produksi, kontraksi tertinggi adalah Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 11,69 persen, sedangkan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Keuangan sebesar 8,77 persen. Sementara dari sisi Pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Luar Negeri yang tumbuh 32,66 persen.

Struktur perekonomian

Sumatera Barat menurut Lapangan Usaha triwulan I-2021 didominasi oleh tiga kategori utama yaitu: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (21,96 persen); Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (15,72 persen); dan Transportasi dan Pergudangan (10,41 persen).

Struktur PDRB Sumatera Barat menurut Pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan I-2021 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mencakup lebih dari separuh PDRB Sumatera Barat. Komponen lainnya yang memiliki peranan cukup besar terhadap PDRB secara berturut-turut adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto; Ekspor Luar Negeri; dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah. Sedangkan Impor Luar Negeri dan Pengeluaran Konsumsi LNPRT kontribusinya relatif kecil.

Sumatera Barat menyumbang 7,06% terhadap perekonomian di Pulau Sumatera dan hanya 1,52% terhadap perekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat merupakan urutan ke-3 di Pulau Sumatera setelah Provinsi Bangka Belitung dengan pertumbuhan 0,97 persen dan Provinsi Riau dengan pertumbuhan 0,41 persen.

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Grafik 1.1.

(8)

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional | 2

B. Inflasi

Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Provinsi Sumbar, pada bulan Maret, Sumatera Barat (gabungan 2 kota) mengalami inflasi sebesar 0,31 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 105,05 pada bulan Februari 2021 menjadi 105,38 pada bulan Maret 2021. Laju tahun kalender Sumatera Barat (gabungan 2 kota) Maret 2021 mengalami inflasi sebesar 0,06 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 1,78 persen. Angka ini terbentuk dari gabungan 2 kota IHK di Sumatera Barat, yaitu Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Pada bulan Maret 2021, Kota Padang mengalami inflasi sebesar 0,32, sedangkan di Kota Bukittinggi terjadi inflasi sebesar 0,31 persen

Dari 24 (dua puluh empat) kota IHK di Sumatera, sebanyak tujuh kota mengalami inflasi dan 17 (tujuh belas) kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bungo sebesar 0,35 persen dan terendah terjadi di Kota Pekanbaru sebesar 0,15 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Padangsidimpuan dan Kota Meulaboh masing-masing sebesar 0,57 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Batam sebesar 0,02 persen. Kota Padang menduduki urutan ketiga dan Kota Bukittinggi menduduki urutan keempat dari tujuh kota yang mengalami inflasi di Sumatera.

C. Indikator Kesejahteraan

1. Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian.

Secara umum, pembangunan manusia Sumatera Barat terus mengalami kemajuan selama periode 2010 hingga 2019, kecuali tahun 2020. Pada tahun 2020, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Barat mencapai 72,38. Angka ini menurun sebesar 0,01 poin atau lebih rendah sebesar 0,01 persen dibandingkan tahun 2019.

Grafik 1.2

Perkembangan Tingkat Inflasi Sumatera Barat (Gabungan 2 Kota) (yoy)

(9)

3 | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

Hal ini disebabkan karena komponen Pengeluaran per Kapita mengalami penurunan dari Rp10.925.000 menjadi Rp10.733.000.

2. Kemiskinan

Berdasarkan Berita Resmi Statistik yang dirilis oleh BPS Provinsi Sumatera Barat, secara umum, pada periode 2007 – September 2020 tingkat kemiskinan di Sumatera Barat mengalami penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentasenya. Selama lebih satu dasawarsa ini, jumlah penduduk miskin Sumatera Barat telah dapat ditekan cukup signifikan dari 529,2 ribu jiwa (tahun 2007), menjadi 364,79 ribu jiwa (September 2020). Secara persentase, penurunan yang terjadi bahkan hampir separuhnya, dari 11,9 persen (tahun 2007) menjadi 6,56 persen (September 2020).

Jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat pada September 2020 mencapai 364,79 ribu orang. Terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin sebesar 20,56 ribu orang dibandingkan Maret 2020. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2020 - September 2020, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebesar 13,19 ribu orang, sedangkan daerah perdesaan naik sebesar 7,36 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 4,97 persen menjadi 5,22 persen, sedangkan di perdesaan naik dari 7,43 persen menjadi 7,83 persen.

3. Tingkat Ketimpangan

Pada September 2020, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Sumatera Barat yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,301. Angka ini turun sebesar 0,004 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2020 yang sebesar 0,305. Sementara jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2019 (0,307), tercatat penurunan sebesar 0,006 poin.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan selalu lebih besar daripada daerah perdesaan. Hal ini menunjukkan tingkat ketimpangan di area pekotaan lebih tinggi dibandingkan area perdesaan. Pada September 2020 Gini Ratio perkotaan adalah 0,320 turun 0,003 poin dibandingkan periode Maret 2020 (0,323) dan turun 0,001 poin dibandingkan periode setahun sebelumnya (0,319). Pada wilayah perdesaan nilai Gini Ratio September 2020 menunjukkan angka 0,256 turun 0,001 poin dibanding Maret 2020 (0,257) dan turun sebesar 0,009 poin, dari September 2019 yang tercatat sebesar 0,265

(10)

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional | 4

4. Tingkat Pengangguran

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja. TPT Sumatera Barat hasil Sakernas Februari 2021 sebesar 6,67 persen. Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar tujuh orang penganggur. Pada Februari 2021, TPT mengalami peningkatan sebesar 1,42 persen poin dibandingkan Februari 2020 namun mengalami penurunan sebesar 0,21 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2020.

Pada Februari 2021, TPT perkotaan sebesar 9,81 persen lebih tinggi dibanding TPT di daerah perdesaan (3,80 persen). Dibandingkan Februari 2020, TPT perkotaan naik sebesar 3,36 persen poin dan TPT pedesaan turun sebesar 0,34 persen poin. Jika dibandingkan Agustus 2020, TPT perkotaan naik sebesar 0,54 persen poin dan TPT pedesaan turun 0,90 persen poin.

TPT Sumatera Barat menurut kategori pendidikan mempunyai pola yang berbeda pada Februari 2021, Agustus 2020, dan Februari 2020. Pada Februari 2021, TPT dari tamatan Diploma I/II/III adalah yang paling tinggi dibandingkan tamatan jenjang pendidikan lainnya yaitu sebesar 11,65 persen. Sedangkan TPT yang paling rendah adalah mereka dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah yaitu sebesar 3,48 persen. Dibandingkan Februari 2020, TPT semua kategori pendidikan mengalami peningkatan. Namun jika dibandingkan Agustus 2020 kategori pendidikan yang mengalami penurunan adalah tingkat SD ke bawah, SMA, SMK dan Universitas. Penurunan paling besar adalah pada tamatan SMK yaitu sebesar 2,77 persen poin.

5. Nilai Tukar Petani

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di perdesaan di 11 kabupaten di Sumatera Barat pada bulan Maret 2021, NTP Sumatera Barat mengalami peningkatan dibanding bulan Februari 2021 sebesar 1,83 persen, yaitu dari 103,67 menjadi 105,57.

Grafik 1.3

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Daerah Tempat Tinggal

(11)

5 | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

Hal ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 2,02 persen dan indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0,19 persen.

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP Maret 2021 pada 2 (dua) subsektor mengalami peningkatan, yakni subsektor hortikultura (3,65 persen); dan subsektor tanaman perkebunan rakyat (4,18 persen). Sedangkan tiga subsektor mengalami penurunan, yakni subsektor tanaman pangan (0,21 persen); subsektor peternakan (1,99 persen); dan subsektor perikanan (0,82 persen).

Tabel 1.1

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Per Subsektor

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Sumber : BPS Provinsi Sumbar

Grafik 1.4

(12)

6 | Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

II. Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Keuangan negara menjadi instrumen utama yang sangat penting dalam menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19. Efektivitas APBN dalam mengurangi dampak negatif pandemi sangat tergantung kepada pelaksanaannya yang tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat kualitas.

APBN di Provinsi Sumbar sampai dengan 31 Maret 2021 mencatatkan realisasi pendapatan negara tumbuh 17,34 persen (yoy) dan realisasi belanja negara berkurang sebesar -5,98 persen (yoy). Secara ringkas, realisasi pendapatan negara mencapai 1,38 triliun (21,99 persen dari target), lebih tinggi sebesar Rp204,31 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Di sisi lain, realisasi belanja negara mencapai Rp6,32 triliun (20,28 persen dari pagu), lebih rendah sebesar Rp402,33 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2020.

Tabel 2.1

Pagu dan Realisasi APBN Provinsi Sumbar Triwulan I Tahun 2020 dan 2021

Sumber : OMSPAN, Kanwil DJP, Simtrada, diolah

Pagu (Triliun) Realisasi (Triliun) % Real Pagu (Triliun) Realisasi (Triliun) % Real

A. Pendapatan Negara dan Hibah 6.01 1.18 19.62% 6.29 1.38 21.99% I. Penerimaan Perpajakan 4.67 0.80 17.15% 4.73 1.03 21.75% Pajak Dalam Negeri 4.60 0.76 16.63% 4.67 0.68 14.49%

a. Pajak Penghasilan 2.69 0.52 19.39% 2.87 0.47 16.35% b. Pajak Pertambahan Nilai 1.72 0.22 13.07% 1.59 0.18 11.31% c. Pajak Bumi dan Bangunan 0.05 0.00 1.62% 0.06 0.00 2.07% d. Pajak Lainnya 0.14 0.02 12.63% 0.15 0.03 17.97%

Pajak Perdagangan Internasional 0.07 0.04 49.78% 0.07 0.35 529.39%

a. Bea Masuk 0.02 0.00 22.52% 0.02 0.00 15.45% b. Bea Keluar/Pungutan Ekspor 0.06 0.03 57.57% 0.05 0.35 750.82%

II. Penerimaan Negara Bukan Pajak 1.34 0.38 28.26% 1.55 0.35 22.73%

a. PNBP Lainnya 0.17 0.12 73.50% 0.17 0.10 57.07% b. Pendapatan BLU 1.17 0.26 21.83% 1.38 0.26 18.49%

B. Belanja Negara 32.29 6.72 20.82% 31.17 6.32 20.28% I. Belanja Pemerintah Pusat 11.99 1.65 13.80% 11.03 1.75 15.87%

a. Belanja Pegawai 4.57 0.86 18.81% 4.50 0.87 19.34% b. Belanja Barang 5.03 0.58 11.49% 4.40 0.59 13.42% c. Belanja Modal 2.37 0.21 9.07% 2.10 0.29 13.80% d. Bantuan Sosial 0.03 0.00 10.33% 0.03 0.00 0.08%

II. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 20.30 5.07 24.97% 20.15 4.57 22.69% Transfer ke Daerah 19.35 4.83 24.94% 19.15 4.36 22.77%

a DAK Fisik 1.81 0.00 0.04% 1.90 - 0.00% b DAK Non Fisik 3.68 0.35 9.45% 3.85 0.78 20.31% c Dana Bagi Hasil 0.47 0.04 7.74% 0.43 0.18 41.01% d Dana Alokasi Umum 12.76 4.44 34.80% 12.52 3.40 27.14% e DID 0.63 - 0.00% 0.46 0.00 0.92%

Dana Desa 0.95 0.24 25.49% 0.99 0.21 21.07% C Surplus (Defisit) (32.29) (6.72) (31.17) (6.32)

Uraian

(13)

7 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Sumber : OMSPAN, Kanwil DJP, Simtrada, diolah

A. Pendapatan Negara

1. Penerimaan Perpajakan

Penerimaan

Perpajakan mencapai Rp1,03 triliun, tumbuh 28,50 persen dari realisasi pada periode yang sama tahun 2020. Realisasi penerimaan perpajakan terdiri dari Penerimaan Pajak Dalam Negeri sebesar Rp676,25 miliar, terkontraksi -11,54 persen dari realisasi pada periode yang sama tahun 2020 yang mencapai Rp764,48 miliar dan Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional mencapai Rp353,29 miliar, tumbuh 863,36 persen dari realisasi pada periode yang sama tahun 2020 yang mencapai Rp36,67 miliar.

Pertumbuhan penerimaan perpajakan sebesar 28,50 persen dipengaruhi oleh pertumbuhan pada bea keluar/pungutan ekspor yang tumbuh sangat besar yakni 961,68 persen. Pada triwulan I tahun 2021 penerimaan bea keluar sebesar Rp356,00 miliar, sementara di tahun lalu dalam periode yang sama realisasinya hanya Rp31,15 miliar. Hal ini merupakan dampak dari kenaikan harga komoditas CPO dan produk turunannya yang berpengaruh pada kenaikan tarif bea keluar untuk komoditas tersebut.

CPO merupakan komoditas penyumbang bea keluar terbesar di Sumbar walaupun netto ekspornya masih di bawah RBD Palm Oil dan RBD Palm Olein, hal ini dikarenakan tarif bea keluar untuk komoditas CPO jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tarif bea keluar kedua komoditas tersebut. Komoditas penyumbang penerimaan bea keluar pada triwulan I tahun 2021 seluruhnya berasal dari komoditas CPO dan produk turunannya yang berasal dari 3 kota/kabupaten di Sumatera Barat yakni Kota Padang (97%), Kabupaten Pasaman (2%), dan Kabupaten Padang Pariaman (1%).

Sementara itu realisasi Pajak Dalam Negeri pada triwulan I 2021 di Sumbar sebesar Rp676,2 miliar atau 14,49 persen dari target sebesar Rp4,6 triliun. Jika

APBN REALISASI % thd APBN ∆YoY Realisasi APBN REALISASI % thd APBN ∆YoY Realisasi

Pajak Dalam Negeri 4.60 0.76 16.63% 9.87% 4.67 0.68 14.49% -11.54% a. Pajak Penghasilan 2.69 0.52 19.39% 0.95% 2.87 0.47 16.35% -10.20% b. Pajak Pertambahan Nilai 1.72 0.22 13.07% 42.28% 1.59 0.18 11.31% -19.97% c. Pajak Bumi dan Bangunan 0.05 0.00 1.62% -61.62% 0.06 0.00 2.07% 56.99% d. Pajak Lainnya 0.14 0.02 12.63% -9.22% 0.15 0.03 17.97% 54.95% Pajak Perdagangan Internasional 0.07 0.04 49.78% 126.77% 0.07 0.35 529.39% 863.36% a. Bea Masuk 0.02 0.00 22.52% -26.77% 0.02 0.00 15.45% -15.81% b. Bea Keluar/Pungutan Ekspor 0.06 0.03 57.57% 196.24% 0.05 0.35 750.82% 961.68%

Penerimaan Perpajakan 4.67 0.80 17.15% 12.52% 4.73 1.03 21.75% 28.50%

Penerimaan Negara TA 2020 TA 2021

Tabel 2.2

Realisasi Pendapatan Negara di Sumbar Triwulan I Tahun 2020 dan 2021

(14)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN | 8

dibandingkan dengan realisasi dalam periode yang sama pada tahun 2020, jumlah ini mengalami penurunan 11,54 persen.

Terkontraksinya penerimaan pajak dalam negeri ini disebabkan karena PPh dan PPN sebagai komponen penyumbang terbesar penerimaan pajak dalam negeri mengalami kontraksi. PPh Non Migas sebagai jenis pajak penyumbang penerimaan terbesar terealisasi sebesar Rp 468,74 Miliar, turun sebesar 15,05 persen dibanding realisasi tahun lalu.

Capaian penerimaan pajak di Sumbar didominasi oleh tiga sektor utama yaitu (i) Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor, (ii) Industri Pengolahan, dan (iii) Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi dengan total kontribusi sebesar 59,35 persen.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Total PNBP yang terealisasi di triwulan I 2021 sebesar Rp0,35 triliun terkontraksi -6,38 persen (yoy) dari realisasi pada periode yang sama tahun 2020 yang mencapai Rp0,38 triliun. Terkontraksinya jumlah realisasi PNBP ini disebabkan karena realisasi PNBP lainnya mengalami penurunan sebesar Rp24,45 miliar (20,03 persen).

Sementara itu Pendapatan BLU mengalami pertumbuhan sebesar 0,15 persen, namun pertumbuhan yang terjadi di triwulan I 2021 ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan BLU di tahun 2020 yang mencapai 21,83 persen. Dari tujuh BLU, terdapat tiga BLU yang mengalami penurunan jumlah realisasi pendapatannya.yakni RSU M. Jamil Padang, UIN Imam Bonjol Padang, dan IAIN Bukittinggi.

Berdasarkan jenis pendapatan, Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah Sakit (424111) menjadi jenis pendapatan yang mengalami penurunan terbesar yakni 75,93% dimana di triwukan I 2021 hanya tersealisasi sebesar Rp54,99 miliar, sementara di periode yang sama pada tahun 2020 terealisasi Rp228,48 miliar. Kondisi ini terkait dengan masih adanya jumlah klaim penanganan Covid-19 dengan nilai yang cukup besar yang masih dalam proses verifikasi Kementerian Kesehatan.

Sementara itu, Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan (424112) masih menjadi pendapatan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total pendapatan BLU

Tabel 2.3

Target dan Realisasi PNBP di Sumbar Triwulan I Tahun

2020 dan 2021

Sumber : OMSPAN, diolah

APBN REALISASI % thd APBN ∆YoY Realisasi APBN REALISASI % thd APBN ∆YoY Realisasi

a. PNBP Lainnya 0.17 0.12 73.50% 7.26% 0.17 0.10 57.07% -20.03% b. Pendapatan BLU 1.17 0.26 21.83% -5.92% 1.38 0.26 18.49% 0.15%

Total PNBP 1.34 0.38 28.26% -2.03% 1.55 0.35 22.73% -6.38%

(15)

9 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

yakni sebesar Rp181,04 miliar atau 70,79 persen dari total pendapatan BLU di Sumbar. Pendapatan ini berasal dari empat BLU rumpun pendidikan yakni Universitas Andalas, Universitas Negeri Padang, IAIN Bukitiinggi dan UIN Imam Bonjol Padang.

B. Belanja Negara

Pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 diprediksi akan mengalami pertumbuhan sebesar 5 persen. Belanja Negara diharapkan dapat menjadi salah satu sumber yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Alokasi belanja negara tahun 2021 di Provinsi Sumatera Barat sebesar Rp31,15 triliun yang terdiri dari belanja Pemerintah Pusat (Belanja Kementerian/Lembaga) sebesar Rp11,00 triliun dan belanja Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp31,15 triliun. Jika dibandingkan dengan total alokasi tahun 2020, jumlah alokasi tahun 2021 mengalami penurunan sebesar -3,46 persen dari alokasi tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi baik pada belanja K/L maupun TKDD.

Sementara itu jumlah realisasi belanja negara di Provinsi Sumatera Barat sampai dengan akhir Maret 2021 mencapai Rp6,32 triliun (20,28 persen dari pagu) yang terdiri dari belanja Pemerintah Pusat Rp1,75 triliun dan belanja TKDD Rp4,57 triliun. Secara nominal, total realisasi belanja ini mengalami penurunan -5,98 persen dari realisasi tahun sebelumnya pada periode sama (yoy), yang terealisasi sebesar Rp6,72 triliun. Penurunan ini terjadi akibat adanya penurunan realisasi belanja TKDD.

1. Belanja Pemerintah Pusat

Alokasi anggaran untuk belanja pemerintah pusat (K/L) di Sumatera Barat dalam kurun dua tahun terakhir terus mengalami penurunan. Tahun 2019, alokasi untuk belanja pemerintah pusat sebesar Rp13,37 triliun, sementara di tahun 2020 terkontraksi -10,34 persen menjadi Rp11,99 triliun dan di tahun 2021 menjadi Rp11,03 triliun.

Namun demikian, meskipun

Grafik 2.1

Tren Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (K/L)

(16)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN | 10

jumlah alokasi anggaran turun, nominal dan persentasi penyerapan anggaran belanja Pemerintah Pusat terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2021 realisasi belanja Pemerintah Pusat mencapai Rp1,75 triliun dapat melebihi target realisasi triwulan I yakni mencapai 15,87 persen. Capain ini menjadi yang pertama kali dalam kurun lima tahun terakhir. Pertumbuhan penyerapan didorong oleh kebijakan langkah-langkah strategis pelaksanaan anggaran TA 2021 yang sudah dicanangkan dari bulan Desember 2020.

Realisasi Belanja Pemerintah Pusat sampai dengan 31 Maret 2021 masih menunjukkan kinerja yang baik, didukung oleh pertumbuhan realisasi Belanja Pegawai, Modal, dan Belanja Barang, Kinerja realisasi belanja pemerintah pusat masih bertumpu pada capaian penyerapan belanja pegawai, dimana jenis belanja ini terealisasi sebesar Rp869,66 miliar atau 49,69 persen dari total realisasi belanja pemerintah pusat. Jumlah ini mengalami pertumbuhan sebesar 1,29 persen jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu (yoy).

Sementara itu belanja modal menjadi jenis belanja yang mengalami pertumbuhan terbesar, dimana dapat terealisasi sebesar Rp290,28 miliar tumbuh 35,34 persen jika dibandingkan dengan realisasi di tahun 2020 yang mencapai Rp214,48 miliar. Pertumbuhan belanja modal ini dipengaruhi dari percepatan pelaksanaan lelang kegiatan di awal tahun yang merupakan pelaksanaan salah satu langkah strategis pelaksanaan anggaran.

Belanja bantuan sosial mengalami kontraksi yang cukup dalam, dimana sampai dengan akhir maret 2021 hanya terealisasi Rp21,6 juta atau 0,08 persen dari pagu dan terkontraksi sebesar -99,21 persen dari realisasi

tahun lalu. Hal ini disebabkan belum optimalnya penyaluran dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah pada Kementerian Agama.

2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Total anggaran Transfer Ke daerah dan Dana Desa yang disalurkan di Provinsi Sumbar di tahun 2021 adalah sebesar Rp20,15 triliun. Jika dibandingkan dengan alokasi tahun lalu, jumlah ini mengalami penurunan sebesar -0,77 persen. Dalam kurun dua tahun terakhir, alokasi TKDD ke Sumatera Barat mengalami penurunan.

Pagu Realisasi % thd APBN ∆YoY Realisasi Pagu Realisasi % thd APBN ∆YoY Realisasi

a.Belanja Pegawai 4.57 0.86 18.81% 5.62% 4.50 0.87 19.34% 1.29%

b.Belanja Barang 5.03 0.58 11.49% 3.10% 4.40 0.59 13.42% 2.17%

c. Belanja Modal 2.37 0.21 9.07% 46.92% 2.10 0.29 13.80% 35.34%

d.Bantuan Sosial 0.03 0.003 10.33% 16.19% 0.03 0.00002 0.08% -99.21%

Total Belanja Pemerintah Pusat 11.99 1.65 13.80% 8.67% 11.03 1.75 15.87% 5.85%

Jenis Belanja TA 2020 TA 2021

Tabel 2.4

Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (K/L) Triwulan I Tahun 2020 dan 2021

(17)

11 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Kondisi ini tidak terlepas dari menurunnya jumlah pendapatan negara dan kebijakan Pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sampai dengan akhir Maret 2021 mencapai Rp4,57 triliun atau 22,69 persen dari pagu yang meliputi Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp4,36 triliun (22,77 persen) dan Dana Desa Rp209,10 miliar (21,07 persen). Realisasi TKDD lebih rendah 9,65 persen (yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020, hal ini dipengaruhi oleh penurunan jumlah realisasi DAU, DAK Fisik dan Dana Desa.

Realisasi Transfer Ke Daerah (TKD) lebih rendah Rp465,65 miliar atau sekitar 9,65 persen bila dibandingkan realisasi TKD pada periode yang sama tahun 2020. Rendahnya realisasi TKD disebabkan karena (i) Realisasi DAU lebih rendah sebesar Rp1,04 triliun atau sekitar 23,50 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena Pemda belum dapat menggunakan aplikasi Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD) dari Kemendagri secara optimal, sebagai contoh untuk pembayaran biaya operasional OPD yg berasal dari DAU dengan aplikasi SIPD masih belum bisa berjalan sehingga realisasi DAU TW I 2021 berjalan lambat (ii) Realisasi DAK Fisik belum ada realisasi. Hal ini disebabkan karena sampai dengan akhir Maret 2021 Pemda

di Sumatera Barat pada umumnya masih proses lelang dan proses reviu APIP belum selesai.

Sementara itu, realisasi penyaluran Dana Desa sampai dengan akhir Maret 2021 sebesar Rp209,10 miliar, lebih rendah

PAGU REALISASI % thd APBN∆YoY Realisasi PAGU REALISASI % thd APBN ∆YoY Realisasi

Transfer ke Daerah 19.35 4.83 24.94% -8.13% 19.15 4.36 22.77% -9.65% a DAK Fisik 1.81 0.00 0.04% 1.90 0.00 0.00% -100.00% b DAK Non Fisik 3.68 0.35 9.45% 37.47% 3.85 0.78 20.31% 124.97% c Dana Bagi Hasil 0.47 0.04 7.74% -50.42% 0.43 0.18 41.01% 384.02% d Dana Alokasi Umum 12.76 4.44 34.80% -3.94% 12.52 3.40 27.14% -23.50% e DID 0.63 0.00 0.00% -100.00% 0.46 0.00 0.92% 100.00% Dana Desa 0.95 0.24 25.49% 15.18% 0.99 0.21 21.07% -13.76%

Total TKDD 20.30 5.07 24.97% -7.23% 20.15 4.57 22.69% -9.84%

Jenis Belanja TA 2020 TA 2021

Grafik 2.2

Tren Pagu dan Realisasi Belanja TKDD

Sumber : OMSPAN, diolah

Tabel 2.5

Pagu dan Realisasi TKDD Triwulan I Tahun 2020 dan 2021

(18)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN | 12

Rp33,36 miliar (9,84 persen) dibandingkan realisasi Dana Desa pada periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp242,47 miliar. Penurunan realisasi Dana Desa tersebut dipengaruhi oleh masih terdapat 2 Pemda (Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Pasaman) yang belum menyalurkan Dana Desa dan terdapat enam Pemda yang belum menyalurkan BLT Dana Desa (Kab. Pasaman Barat, Kota Pariaman, Kab. Padang Pariaman, Kab. Kepulauan Mentawai, Kab. Pasaman, Kab. Tanah Datar). Beberapa permasalahan yang terjadi dalam penyaluran Dana Desa dan BLT Dana Desa diantaranya adalah (i) masih terdapat APBDes yang perlu diperbaiki, (ii) proses penyusunan dan penetapan APBDes belum selesai di tingkat desa, (iii)proses penyusunan/penetapan perkades KPM BLT Dana Desa belum selesai, (iv) penggantian Kepala Desa, sehingga kepala desa definitif belum ditetapkan dan (v) Perkades penetapan KPM direvisi karena alokasi anggaran tidak cukup tersedia.

3. Pengelolaan BLU

Total anggaran belanja BLU yang dialokasikan pada tujuh BLU yang ada di Sumbar di tahun 2021 adalah sebesar Rp2,49 triliun lebih rendah Rp17,11 miliar atau 0,68 persen dibandingkan alokasi pada periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp2,51 triliun. Sementara realisasinya sampai dengan akhir Maret 2021 telah mencapai Rp270,81 miliar, lebih rendah Rp 51,89 miliar atau 16,08 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp322,69 miliar.

Menurunnya realisasi belanja BLU disebabkan karena terdapat tiga BLU yang tingkat realisasinya mengalami penurunan cukup besar. RSU M. Jamil Padang menjadi satker yang mengalami penurunan jumlah realisasi belanja terbesar yakni 39,59 persen

Sementara itu, pendapatan BLU dalam periode triwulan I 2021 telah terealisasi sebesar Rp255,73 miliar atau 18,49 persen dari target pendapatan BLU sebesar Rp1,38 triliun. Universitas Andalas menjadi satker BLU yang berkontribusi terbesar terhadap pendapatan BLU yakni sebesar Rp112,20 miliar atau 43,88 persen dari

Sumber : OMSPAN, diolah

Tabel 2.6

Pagu dan Realisasi Belanja Satker BLU KODE NAMA SATKER DIPA

(Miiliar)

REALISASI (Miliar) %

∆YoY Realisasi

257847 RS Otak Dr. Drs. M. Hatta Bukittinggi 116.30 16.43 14.13% 18.78% 415618 RSU M. Jamil Padang 706.93 88.53 12.52% -39.59% 424050 UIN Imam Bonjol Padang 348.17 48.49 13.93% -24.35% 424075 IAIN Bukittinggi 84.30 6.25 7.42% -3.93% 677513 Universitas Andalas 637.95 64.99 10.19% 21.42% 677514 Universitas Negeri Padang 575.77 42.81 7.44% 18.51% 679389 RS Bhayangkara Padang 26.09 3.30 12.64% 61.09%

2,495.50

270.81 10.85% -16.08% TOTAL

(19)

13 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

seluruh pendapatan BLU. Berdasarkan akun pendapatan, Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan (424112) merupakan jenis pendapatan BLU terbesar yakni Rp181,04 miliar atau 70,79 persen dari seluruh pendapatan BLU. Capaian ini meningkat tajam (608.68 persen) jika dibandingkan dengan realisasi di tahun lalu. Hal ini disebabkan karena di triwulan I 2021 sudah kembali normal pembayaran UKT dari mahasiswa.

4. Manajemen Investasi Pusat

Total kredit program yang disalurkan di Sumbar pada triwulan I 2021 mencapai Rp1,88 triliun untuk 40.416 debitur. Jumlah penyaluran ini mengalami pertumbuhan 16,46 persen jika dibandingkan dengan jumlah penyaluran dalam periode yang sama pada tahun 2020 yang mencapai Rp1,62 triliun. Sementara jumlah debitur juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,76 persen.

Berdasarkan skema penyaluran, skema Super Mikro menjadi skema yang mengalami pertumbuhan terbesar baik dari sisi nominal maupun jumlah debitur. Pada triwulan I 2021, total penyaluran Super Mikro di Sumbar mencapai Rp57,84 miliar untuk 6.244 debitur. Pertumbuhan pada skema ini didorong karena pada dasarnya skema ini baru diberlakukan pada akhir triwulan I 2020, sehingga jumlah penyaluran di triwulan I 2020 hanya Rp10 juta untuk 1 debitur. Sementara itu untuk skema UMi, di triwulan I 2021 jumlah penyalurannya mengalami pertumbuhan 35,82 persen dimana tercatat sebesar Rp3,96 miliar untuk 1.025 debitur.

Berdasarkan sektor usaha, penyaluran kredit program masih didominasi untuk sektor Perdagangan besar dan eceran yang mencapai Rp950,47 miliar atau 50,41 persen dari seluruh total penyaluran kredit program. Dominasi sektor ini tidak terlepas dari jumlah UMKM yang bergerak dalam sektor perdagangan memang cukup besar di Sumbar. Selain sektor perdagangan, sektor pertanian, perburuan dan kerhutanan juga menjadi sektor yang jumlah penyaluran ktredit programnya cukup besar yakni

Sumber : SIKP, diolah

Tabel 2.7

Penyaluran Kredit Program Triwulan I 2021 (Miliar)

JML DEBITUR JML PENYALURAN JML DEBITUR JML PENYALURAN Kecil 3,695 716.45 4,745 989.56 28.42% 38.12% Mikro 32,781 899.50 28,402 834.06 -13.36% -7.27% SUPERMI 1 0.01 6,244 57.84 624300% 578335% TKI 4 0.07 - -100% -100% Umi 680 2.91 1,025 3.96 50.74% 35.82% TOTAL 37,161 1,618.93 40,416 1,885.42 8.76% 16.46% 2020 2021

NAMA SKEMA ∆YoY

Debitur

∆YoY Penyaluran

(20)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN | 14

Rp604,56 miliar untuk 14.383 debitur. Kedua sektor ini memberikan kontribusi besar juga terhadap PDRB Sumatera Barat.

C. Prognosis Realisasi APBN

1. Prognosis Pendapatan

Forecasting pendapatan triwulan II tahun 2021 diukur menggunakan metode linear regression, dengan data realisasi pendapatan setiap triwulan mulai tahun 2017 sampai dengan triwulan I 2021. Metode ini dipilih karena bentuk atau pola datanya berbentuk seasonality, dimana terjadi kenaikan atau penurunan pada periode tertentu.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Minitab, diperoleh perkiraan realisasi pendapatan negara di Sumbar pada triwulan II 2021 sebesar Rp1.094,50 miliar yang terdiri dari pendapatan perpajakan sebesar Rp1.094,50 miliar dan PNBP sebesar Rp455,313 miliar.

Grafik 2.3

Forecasting Pendapatan Negara Triwulan II Tahun 2021

18 16 14 12 10 8 6 4 2 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 Index Pa ja k MAPE 20.7 MAD 234.1 MSD 93789.6 Accuracy Measures Actual Fits Forecasts Variable

Trend Analysis Plot for Pajak

Linear Trend Model Yt = 1177 - 4.59428*t 18 16 14 12 10 8 6 4 2 600 500 400 300 200 Index P N B P MAPE 24.46 MAD 81.47 MSD 9361.79 Accuracy Measures Actual Fits Forecasts Variable

Trend Analysis Plot for PNBP

Linear Trend Model Yt = 324.8 + 7.25*t

2. Prognosis Belanja

Untuk proyeksi belanja Pemerintah Pusat (K/L) pada triwulan II 2021, dilakukan dengan menghitung rata-rata realisasi belanja pemerintah pusat di Sumbar triwulan II pada lima tahun terakhir. Dengan formula tersebut, diperkirakan realisasi belanja Pemerintah Pusat pada triwulan II tahun 2021 di Sumbar sebesar Rp4,09 triliun atau 37,14 persen dari alokasi anggaran.

Tabel 2.8

Proyeksi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (K/L) TW II Tahun 2021

2016 2017 2018 2019 2020

Belanja Pegawai 53.07% 46.06% 46.80% 50.81% 46.53% 48.65% 4,496.67 2,187.71 Belanja Barang 28.31% 33.01% 30.72% 33.23% 37.82% 32.62% 4,398.96 1,434.87 Belanja Modal 24.50% 21.21% 19.04% 17.10% 28.58% 22.09% 2,104.06 464.68 Belanja Bantuan Sosial 24.66% 25.92% 25.43% 30.36% 32.87% 27.85% 26.37 7.34

11,026.06

4,094.61 Proyeksi Belanja

TOTAL

Jenis Belanja % Realisasi TW II Rata-Rata Pagu 2021

(21)

15 | Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

II.Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

Target pendapatan APBD se-Sumbar pada tahun 2021 adalah sebesar Rp27,36 triliun, meningkat Rp999,84 miliar (3,79 persen) dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan belanja APBD dianggarkan sebesar Rp28,46 triliun juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp661,85 miliar (2,38 persen). Sehingga defisit APBD dianggarkan sebesar Rp1,09 triliun.

Tabel 3.1 Realisasi APBD Lingkup Provinsi Sumatera Barat s.d Akhir Triwulan I Tahun 2020 dan Tahun 2021

Uraian 2020 2021

Pagu Real % Pagu Real %

PENDAPATAN 26.364 5.544 21,03% 27.364 4.746 17,35%

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 4.380 913 20,84% 4,922 726 14,75%

Pajak Daerah 2.548 533 20,93% 2.868 529 18,43%

Retribusi Daerah 198 35 17,75% 265 31 11,78%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

dipisahkan 281 2 0,75% 287 1 0,20%

Lain-lain PAD yang sah 1.353 342 25,29% 1.501 165 11,00%

PENDAPATAN TRANSFER 20.300 4.632 22,82% 20.573 4.018 19,53%

PENDAPATAN DANA PERIMBANGAN 18.722 4.561 24,36% 18.688 3.956 21,17%

DBH PAJAK/BUKAN PAJAK 534 36 6,77% 783 163 20,86%

DAU 12.765 4.405 34,51% 12.536 3.398 27,11%

DAK 5.424 120 2,22% 5.771 400 6,93%

PENDAPATAN TRANSFER PEMERINTAH

PUSAT-LAINNYA 1.578 70 4,45% 1.448 61 4,20%

DID 627 - 0,00% 455 4 0,92%

Dana Desa 951 70 7,38% 993 57 5,70%

PENDAPATAN TRANSFER PEMERINTAH DAERAH-LAINNYA

777 - 0,00% 1,438 - 0,00%

BANTUAN KEUANGAN 5 - 0,00% 7 - 0,00%

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG

SAH 1.794 3 0,18% 1.030 3 0,16%

Pendapatan Hibah 999 3 0,32% 289 1 0,30%

Pendapatan Lainnya 12 0 0,18% 742 2 0,29%

BELANJA 27.798 2.978 10,71% 28.460 2.303 8,09%

Belanja Pegawai 11.593 1.745 15,05% 12.209 1.685 13,81%

Belanja Barang dan Jasa 6.266 744 11,88% 7.661 395 5,16%

Belanja Bunga 4 1 21,41% 326 14 4,25%

Belanja Subsidi 10 - 0,00% 39 - 0,00%

Belanja Hibah 1.859 333 17,91% 1.372 4 0,28%

Belanja Bantuan Sosial 35 0 1,02% 68 0 0,03%

Belanja Bagi Hasil 805 - 0,00% 915 1 0,09%

Belanja Bantuan Keuangan 1.824 - 0,00% 2.653 140 5,27%

(22)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | 16

Belanja Tak Terduga 1.427 15 1,07% 169 0 0,29%

SURPLUS (DEFISIT) (1.434) 2.566 -178,93% (1.096) 2.327 -212,33%

Sumber: BKD/BPKAD se-Sumbar, GFS Sumbar, diolah

Realisasi pendapatan APBD sampai dengan akhir triwulan I tahun 2021 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar Rp798,01 miliar. Penurunan terjadi di seluruh komponen pendapatan APBD. Realisasi belanja APBD mencapai Rp2,31 triliun, turun sebesar Rp669,10 miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan realisasi belanja terutama terjadi pada komponen belanja barang dan jasa dan belanja modal yang turun hampir 50 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Permasalahan utama yang dihadapi Pemda pada tahun 2021 adalah penggunaan Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD) yang belum sempurna.

A. Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Realisasi PAD Sumbar pada Triwulan I 2021 mencapai Rp725,72 miliar turun sebesar Rp187,04 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2020.

a. Pendapatan Pajak Daerah

Realisasi pendapatan pajak daerah pada triwulan I 2021 mengalami penurunan sebesar Rp4,42 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa dampak pandemi Covid-19 masih dirasakan oleh masyarakat di Sumbar.

Grafik 3.1 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

Sumber: BKD/BPKAD se-Sumbar, GFS Sumbar, diolah

Penerimaan Pajak Daerah masih terpusat di Kota Padang dan Provinsi Sumatera Barat. Realisasi penerimaan Pajak Daerah Kota Padang mencapai Rp75,39 miliar jauh lebih tinggi dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya.

391.48 3.01 75.39 2.43 3.96 4.07 2.63 1.83 6.86 3.24 6.66 9.63 3.97 1.96 3.36 1.39 4.30 0.05 1.66 0.87 50 100 150 200 250 300 350 400 450 m ili ar r up iah

(23)

17 | Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih

b. Penerimaan Retribusi Daerah

Realisasi penerimaan retribusi daerah Kabupaten/Kota pada Triwulan I 2021 adalah sebagai berikut:

Grafik 3.2 Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

Sumber: BKD/BPKAD se-Sumbar, GFS Sumbar, diolah

Penerimaan retribusi Sumbar pada Triwulan I 2021 sebesar Rp31,25 miliar, turun sebesar Rp3,99 miliar dibandingkan tahun yang sama tahun sebelumnya. Realisasi penerimaan retribusi terbesar di Sumbar terjadi di Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Tingginya penerimaan retribusi di Kota Padang didorong oleh penerimaan retribusi kebersihan, retribusi pasar/pertokoan, dan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Sedangkan penerimaan retribusi Kota Bukittinggi didorong oleh penerimaan retribusi tempat rekreasi dan retribusi pelayanan parkir.

c. Penerimaan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Sumber utama penerimaan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan adalah pembagian deviden dari BUMD. Sampai dengan triwulan I 2021 hanya 4 Kota/Kabupaten yang melaporkan realisasi penerimaan Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yaitu Kota Bukittinggi, Kota Sawahlunto, Kabupaten Limapuluh Kota, dan Kabupaten Sijunjung. Hal ini dikarenakan Bank Nagari, BUMD terbesar di Sumbar, belum melaksanakan pembagian deviden untuk tahun buku 2020.

2. Pendapatan Transfer

Realisasi pendapatan transfer APBD se-Sumbar triwulan I 2021 mencapai Rp4,02 triliun, yang seluruhnya merupakan pendapatan transfer pemerintah pusat. Realisasi pendapatan transfer pada triwulan I 2021 mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 13,26 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dikarenakan terlambatnya penyaluran DAU. Disamping itu terdapat selisih pencatatan

2 4 6 8 10 12 1.5 0.4 10.0 0.7 0.3 0.6 0.9 1.3 1.2 0.6 0.5 6.3 0.3 1.3 1.3 0.3 1.3 0.5 1.5 0.4 m ili ar r u p ia h

(24)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | 18

realisasi dana tranfer antara data OMSPAN dan LRA Pemda sebesar Rp553,12 miliar yang disebabkan terlambatnya Pemda melakukan penginputan pada SIPD.

Grafik 3.3 Realisasi Penerimaan Dana Transfer Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

Sumber: BKD/BPKAD se-Sumbar, GFS Sumbar, diolah

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri dari pendapatan hibah dan pendapatan lain-lain. Lain-lain pendapatan daerah yang sah pada triwulan I 2021 hanya terealisasi sebesar 0,29 persen dari target karena penerimaan hibah sangat bergantung dari realisasi donor.

B. Belanja Daerah

1. Belanja Berdasarkan Klasifikasi Objek

Grafik 3.4 Realisasi Belanja Daerah per Objek Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

Sumber: BKD/BPKAD se-Sumbar, GFS Sumbar, diolah

Secara keseluruhan belanja daerah Provinsi Sumatera Barat pada triwulan I 2021 baru terealisasi sebesar 8,09 persen. Realisasi tertinggi adalah belanja pegawai sebesar 13,81 persen, belanja barang dan jasa 5,16 persen, sedangkan belanja modal baru terealisasi sebesar 1,84 persen. Rendahnya realisasi belanja modal disebabkan

100 200 300 400 500 600 526.5 197.5 289.7 220.9 154.7 257.0 139.3 175.6 275.0 180.5 290.5 124.6 212.1 102.0 219.4 138.3 158.1 99.6 99.7 156.4 m ili ar r u p iah 13.81% 5.16% 4.25% 0.00% 0.28% 0.03% 0.09% 5.27% 1.84% 0.29% -5.00% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tak Terduga m ili ar r u p ia h Pagu Realisasi %

(25)

19 | Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih

oleh refocusing pemanfaatan DAU untuk penanganan Covid-19 dan proses pengadaan yang baru sampai tahap lelang.

2. Belanja Berdasarkan Klasifikasi Urusan

Grafik 3.5 Realisasi Belanja Daerah per Urusan Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

Sumber: BKD/BPKAD se-Sumbar, GFS Sumbar, diolah

Belanja APBD se-Sumbar di tahun 2021 masih diprioritaskan pada belanja pendidikan dan kesehatan. Realisasi belanja pendidikan pada triwulan I 2021 mencapai Rp855,28 miliar, sedangkan belanja Kesehatan terealisasi sebesar Rp355,92 miliar.

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai dengan Akhir Tahun 2021

Berdasarkan tren realisasi APBD dua tahun terakhir, dapat diperkirakan bahwa realisasi pendapatan daerah hingga akhir tahun 2021 adalah sebesar Rp17,14 miliar dan realisasi belanja daerah sebesar Rp18,89 miliar. Angka proyeksi tersebut sangat rendah karena hanya dihitung berdasarkan kenaikan realisasi dua tahun terakhir, di mana pada tahun 2020 realisasi pendapatan dan belanja mengalami penurunan signifikan karena Pandemi Covid-19. Diharapkan kondisi di tahun 2021 dapat lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya seiring dengan meredanya penyebaran Covid-19 di Indonesia. 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Pelayanan Umum Ketertibah dan Keamanan Ekonomi Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum

Kesehatan Pariwisata Pendidikan Perlindungan Sosial 596.49 53.22 183.56 27.46 170.30 355.92 16.33 855.28 44.43 mi liar r u p iah

Tabel 3.2 Proyeksi Pendapatan Daerah Pada Akhir Tahun 2018

Pendapatan Daerah

Kenaikan dari TW I sampai akhir

Tahun (%) Rata-rata Kenaikan sampai akhir tahun (%) Realisasi TW I 2020 (dalam miliaran rupiah) Proyeksi Akhir Tahun 2018 2019 2020 (1) (2) (1)*(2) Pendapatan Daerah 5.734 5.544 361.1 4.746 17,137.81 Belanja daerah 2.634 2.978 820.5 2.303 18,896.12 Surplus/Defisit 3.100 2.566 100.0 2.327 2,327.00 Total Realisasi 5.547,64 29.630,09

(26)

20 | Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

IV. Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Realisasi anggaran pemerintah konsolidasian Provinsi Sumatera Barat Triwulan I 2021 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian

Tingkat Wilayah Provinsi Sumatera Barat s.d Triwulan I Tahun 2021 (Miliar Rupiah)

Uraian 2021 Kenaikan 2020

Pusat Daerah Konsolidasi Konsolidasi

Pendapatan Negara 1,356.64 4,746.38 2,085.40 -0.44% 2,094.55 Pendapatan Perpajakan 1,003.34 528.75 1,532.09 14.82% 1,334.33 PNBP 353.31 196.97 550.27 -27.62% 760.22 Hibah - 3.03 3.03 -11.34% 3.42 Transfer - 4,017.63 - 0.00% - Belanja Negara 6,321.34 2,303.01 4,606.72 -15.16% 5,429.80 Belanja Pemerintah 1,750.59 2,162.34 3,912.93 -15.52% 4,631.98 Transfer 4,570.75 140.67 693.79 -13.04% 797.82 Surplus/Defisit (4,964.70) 2,443.37 (2,521.32) -24.40% (3,335.25) Pembiayaan - 662.42 662.42 -5.02% 697.40

Penerimaan Pembiayaan Daerah - 663.02 663.02 -9.61% 733.51

Pengeluaran Pembiayaan Daerah - 0.60 0.60 -98.34% 36.11

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran (4,964.70) 3,105.79 (1,858.91) -29.53% (2,637.85)

Sumber: LKPK Kanwil DJPb Sumbar, diolah

Secara umum, pelaksanaan anggaran pemerintah konsolidasi Triwulan I 2021 mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan negara turun tipis 0,44 persen, sedangkan belanja negara turun secara signifikan sebesar 15,16 persen. Penurunan di sisi belanja disebabkan realisasi APBD yang belum optimal pada triwulan I 2021.

B. Pendapatan Konsolidasian

Pendapatan perpajakan masih menjadi sumber pendapatan utama pemerintah yang mencapai 73,47 persen dari total pendapatan konsolidasian. Porsi pendapatan perpajakan terhadap total pendapatan konsolidasian pada triwulan I 2021 meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 63,70 persen. Peningkatkan porsi pendapatan perpajakan disebabkan pertumbuhan signifikan yang dialami oleh penerimaan bea keluar/pungutan ekspor yang tumbuh mencapai 961,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

(27)

21 | Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih

Grafik 4.1 Perbandingan Penerimaan Konsolidasian Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

Sumber: LKPK Kanwil DJPb Sumbar, diolah C. Belanja Konsolidasian

Penurunan realisasi belanja konsolidasian Provinsi Sumatera Barat triwulan I 2021 disebabkan belum optimalnya realisasi belanja daerah. Pada triwulan I 2021 realisasi belanja daerah mengalami penurunan Rp816,01 miliar bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari sisi komposisi jenis belanja, porsi belanja barang pada triwulan I 2021 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang juga dikarenakan belum maksimalnya penyerapan anggaran daerah. sedangkan porsi belanja pegawai dan belanja modal relatif tidak berubah.

Porsi belanja pegawai pemerintah daerah lebih tinggi dibandingkan dengan belanja pegawai pemerintah pusat. Sedangkan porsi belaja barang dan modal pemerintah pusat lebih tinggi dibandingkan dengan pemerintah daerah.

Grafik 4.2 Perbandingan Belanja Konsolidasian Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

Sumber: LKPK Kanwil DJPb Sumbar, diolah 0% 20% 40% 60% 80% 100% 2020 2021 Pajak PNBP Hibah 200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00 1,400.00 1,600.00 Pajak PNBP Hibah Pusat Daerah 0% 20% 40% 60% 80% 100% 2020 2021

Pegawai Barang Modal

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000

Pegawai Barang Modal

mi lia r rup ia h Pusat Daerah

(28)

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian | 22

D. Analisis Kontribusi Pemerintah dalam PDRB

Kontribusi belanja dan investasi pemerintah terhadap PDRB dihitung berdasarkan nilai pengeluaran konsumsi pemerintah dan nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Pengeluaran konsumsi pemerintah dicerminkan dari nilai beban pemerintah pada Laporan Operasional (LO) Government Financial Statistics (GFS). Sedangkan PMTB tercermin dari nilai Aset Tetap dalam Transaksi Aset Non Keuangan Neto dalam LO GFS. Berikut adalah perhitungan kontribusi belanja dan investasi pemerintah terhadap PDRB Sumatera Barat:

Tabel 4.2 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian

Tingkat Wilayah Provinsi Sumatera Barat s.d Triwulan I Tahun 2021 (Miliar Rupiah)

Tahun PDRB Konsumsi Pemerintah Investasi Pemerintah Kontribusi Konsumsi (%) Kontribusi Investasi (%) (1) (2) (3) (4) = (2)/(1) (5) = (3)/(1) 2020 43,080.00 5,075.72 339.30 11.78% 0.79% 2021 42,970.00 4,239.68 353.02 9.87% 0.82%

Sumber: BPS, LO GFS Sumbar, diolah

Kontribusi konsumsi pemerintah terhadap PDRB Sumbar pada triwulan I 2021 sebesar 9,87 persen, turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,78 persen. Sedangkan kontribusi investasi pemerintah terhadap PDRB Sumbar pada triwulan I 2021 sebesar 0,82 persen, sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,79 persen.

(29)

23 | Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021

V. Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih

A. Tol Padang – Pekanbaru Jalan Menuju Sumatera Barat yang Lebih Maju `Kehadiran Jalan Tol menjadi akses fundamental yang harus disegerakan untuk meningkatkan geliat ekonomi baik di daerah maupun secara nasional. Dengan terbangunnya jalan tol , diyakini akan memberikan tingkat mobilitas masyarakat yang tinggi karena terjadi penghematan biaya transportasi dengan jarak tempuh yang lebih singkat dan efisien, sehingga memungkinkan geliat ekonomi yang lebih cepat antar daerah dapat diwujudkan

Demikain pula dengan pembangunan Jalan Tol Padang – Pekanbaru yang memiliki panjang total 254 Kilometer yang terbagi atas enam seksi yaitu Seksi I Padang-Sicincin, Seksi II Sicincin- Bukitinggi, Seksi III Bukitinggi-Payakumbuh, Seksi IV Payakumbuh –Pangkalan Seksi V Pangkalan-Bankinang dan seksi VI Bangkinang.-Pekanbaru. sebagai salah satu proyek prioritas nasional pembangunan jalan tol Padang-Pekanbaru menjadi strategis karena diyakini memberikan dampak yang luar biasa bagi kemajuan Ekonomi Sumatera Barat Masyarakat Sumatera Barat akan merasakan dampaknya dengan kecepatan mobilitas otomatis meningkatkan akses pelaku ekonomi serta mempercepat konetivitas sentra produksi dan konsumsi .Guru besar Ekonomi Universitas Andalas Professor Syafruddin Karimi. menambahkan pula bahwa sektor ekonomi apapun yang membutuhkan transportasi cepat akan diuntungkan dengan adanya jalan Tol karena akan memberikan jangkauan pasar produksi lokal yang lebih luas.

Saat ini pembangunan jalan tol Padang-Pekanbaru untuk seksi Padang-Sicincin-Kapolohilalang sudah terealisasi sepanjang 5,07 Kilometer dari total jalan 36,6

(30)

Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih | 24

kilometer Pemerintah Pusat menargetkan pembangunan jalan tol rute tersebut dapat dilintasi pada tahun 2022. Dan pembangunan jalan tol padang – pekanbaru masih terus berjalan , walaupun terkendala dengan pembebasan lahan karena hampir 80 persen wilayah yang dilewati jalan tol merupakan tanah ulayat.. Persoalan tanah ulayat telah menjadi permasalahan klasik yang terus menjadi isu pembangunan maupun investasi di Sumatera Barat. Proyek jalan Tol Padang-Pekanbaru telah dimulai sejak awal tahun 2018, tetapi berjalan sangat lambat karena pembesasan tanah yang memerlukan waktu yang cukup lama serta panjangnya lahan yang harus dibebaskan. .Meskipun terkendala dengan lambatnya pembebasan lahan pembangunan jalan tol akan terus berlanjut , dengan penyelesaian dalam beberapa tahapan , yaitu inventarisasi kepemilikan lahan , sampai dengan tahap pengukuran lahan tinggal menunggu penyelesaian tahap administrasi.

Dalam kesempatan lain Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi menjanjikan penyelesaian penbangunan jalan tol Padang-Pekanbaru akan terus dilanjutkan dan menuntaskan dalam masa jabatanya sebagai Gubernur, beliau menyatakan ”jalan tol kita maksimalkan penyelesaiannya , dan akan menghubungkan pantai barat Sumatera dengan pantai Timur Sumatera. (SuaraSumbar.id)

Permasalahan Pembebasan lahan tidak hanya menyangkut uang penggantian lahan , tetapi perlunya memberikan edukasi kepada masyarakat sumatera Barat agar lebih apik dan bijaksana menyikapi pembangunan jalan Padang-Pekanbaru , pemahaman masayarakat harus terus digiring pada opini bahwa pembangunan jalan tol akan memberikan manfaat yang luar biasa bagi daerah-daerah yang dilewatinya dan sumatera Barat secara keseluruhan.Perlunya pendekatan sosial-kultural yang lebih open mind kepada ninik-mamak tentunya lebih membuka pandangan yang kaku terhadap Pembangunan jalan tol Padang-Pekanbaru.

Dibalik dinamika yang terjadi pada proses pembangunan jalan tol Padang-Pekanbaru yang bernilai proyek sekitar Rp 35.trilyun , ada nada optimis dari beberapa elemen masyarakat maupun pemerintah , Bank Indonesia Perwakilan Sumatera barat dalam Laporan Perekonomian Provinsi Sumatera Barat edisi bulan Februari 2021 , menyebutkan berjalannya proyek unggulan jalan Tol Padang-Pekanbaru seksi Tol Padang-Sicincin memberikan dampak positif pada angka PMTB dan mendorong pertumbuhan investasi yang lebih meningkat, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat , Basuki Hadimuljono menyebutkan Tol Padang-Pekanbaru memiliki rute yang sangat panjang sehingga berdampak pada penyediaan rest area yang harus dibangun juga banyak , sehingga dapat mengakomodasi usaha mikro kecil

(31)

25 | Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih

dan menengah (UMKM) untuk berusaha di sepanjang jalan tol yang dibangun, selalin itu ruas tol akan mempersingkat jarak tempuh antara Padang ke Pekanbaru yang bisa ditempuh 8-10 jam menjadi 3 atau 4 jam, yang dipastikan dapat meningkatkan ekonomi bagi provinsi Sumatera Barat dan Riau (liputan 6).Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumatera Barat , Ramal saleh mendukung kehadiran Tol padang-Pekanbaru karena akan memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat Sumatera Barat

Mimpi memiliki Tol Pertama di Sumatera Barat tentu akan terwujud dengan komitmen bersama dan sinergi yang kuat antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Masyarakat untuk menjadikan Sumatera Barat yang lebih maju, seperti pepatah minang menyebutkan ” Kahilia Jalan Ke Sumani, Sasimpang Jalan Ke Singkarak, Saukua Mangko Menjadi, Sasuai mangko Takanak ” ,Sesuatu Hendaklah Dengan Musyawarah Untuk Mufakat Satu Pendapat dan Satu Tujuan”.

(32)

KANWIL DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Jl. Kha b Sulaiman No.3, Padang 25138

Telp. (0751) 7054731, 7051253; Fax. (0751) 7051020 Website : www.djpb.kemenkeu.go.id/kanwil/sumbar

Gambar

Tabel 3.1 Realisasi APBD Lingkup Provinsi Sumatera Barat  s.d Akhir Triwulan I Tahun 2020 dan Tahun 2021
Grafik 3.1 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten/Kota  Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021
Grafik 3.2 Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota  Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021
Grafik 3.4 Realisasi Belanja Daerah per Objek  Lingkup Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2021
+5

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dirinci dalam bentuk implementatif, maka akuntansi dalam pandangan maqashid syariah terhadap harta masuk pada kategori tahsiniyat (kelengkapan) dan

Proses seleksi calon siswa kelas Unggul SSN pada SMA Negeri 4 Padang Sekolah Standar Nasional ini terdiri dari beberapa tahapan seleksi yaitu cek kelengkapan

Perseroan mengalami penurunan pendapatan usaha sebesar 12,02 persen hingga periode September 2014 menjadi US$239,26 juta dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang

MCU yang dikembangakan akan mampu memberikan pengontrolan di bagian pengapian dan supplai bahan bakar dalam mengatasi perubahan konsentrasi ethanol, sehingga

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui efektivitas dosis irradiasi 175 Gy berdasarkan pemeriksaan gambaran histologi organ hati dan limpa mencit

cacahan pelepah segar yang berbeda pada sapi potong hasil persilangan Brahman-Australia, menunjukkan bahwa pemberian cacahan pelepah segar sejumlah 40% dan

Investasi asuransi syariah triwulan I - 2021 (Jan-Mar 2021) tercatat sebesar 36.287 Miliar Rupiah dibandingkan triwulan I 2020 sebesar 35.131 Miliar Rupiah, mengalami peningka-

Realisasi pendapatan pajak daerah pada Tahun Anggaran 2015 adalah sebesar Rp. Dibandingkan dengan tahun 2014, realisasi pendapatan pajak daerah mengalami peningkatan sebesar