BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kompetensi Guru
Guru memiliki peran penting dalam
mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto
(2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama
ditentukan oleh proses belajar mengajar yang
berlangsung di ruang-ruang kelas. Dalam proses
belajar mengajar tersebut guru memegang peran
yang penting. Guru adalah kreator proses belajar
mengajar. Ia adalah seorang yang akan
mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk
mengkaji apa yang menarik minatnya,
mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam
batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara
konsisten.
Permendiknas Nomor 16 tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi guru, mensyaratkan penguasaan
terhadap 24 kompetensi dan telah dirangkum
menjadi 14 kompetensi yang harus dikuasai oleh
guru meliputi kompetensi:
A. Pedagogik
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik.
3. Pengembangan kurikulum.
4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik.
5. Pengembangan potensi peserta didik.
6. Komunikasi dengan peserta didik.
7. Penilaian dan evaluasi.
B. Kepribadian
8. Bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial dan kebudayaan nasional.
9. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan
teladan.
10. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
dan rasa bangga menjadi guru.
C. Sosial
11. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta
tidak diskriminatif.
12. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga
kependidikan, orang tua, peserta didik,
dan masyarakat.
D. Profesional
13. Penguasaan materi, struktur, konsep dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
14. Mengembangkan keprofesian melalui
tindakan yang reflektif.
Guru profesional pada dasarnya harus memiliki
kompetensi seperti yang disyaratkan tersebut di
atas.
Usman (2006) mengemukakan kompetensi
berarti sesuatu hal yang menggambarkan
kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang
kualitatif maupun yang kuantitatif. Sejalan dengan
itu Finch & Crunkilton 1979 (dalam Mulyasa,
2005) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan
terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan
apresiasi yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan. Muhaimin (2004) menjelaskan
kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen
penuh tanggung jawab yang harus dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan
tertentu. Sifat inteligen harus ditunjukan sebagai
kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak.
Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai
kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut
ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Ketiga
pendapat di atas, kompetensi berarti kemampuan
dan penguasaan terhadap tugas-tugas tertentu.
Jika dimaknai pada seorang guru, berarti guru
yang profesional adalah guru yang memiliki
Selanjutnya Suderajat (2004) memberikan
rambu-rambu tentang makna kompetensi. Secara
umum kompetensi diartikan sebagai pemilikan
pengetahuan (konsep dasar keilmuan), ketrampilan
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan di lapangan, dan nilai nilai serta sikap.
Dengan demikian kompetensi memiliki tiga
dimensi, yaitu: 1) penguasaan konsep; 2).
kecakapan mengimplementasikan konsep; dan 3).
pemilikan nilai dan sikap dari konsep yang
dikuasai dan diimplementasikannya. Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa kompetensi adalah perpaduan dari
penguasaan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan
sikap yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak sehingga dapat mencapai tujuan
tertentu secara maksimal.
Guru akan mampu mengemban dan
melaksanakan tanggung jawabnya jika memiliki
berbagai kompetensi yang relevan. Misalnya guru
harus menguasai cara belajar yang efektif, harus
mampu membuat model satuan pelajaran, mampu
memahami kurikulum secara baik, mampu
mengajar di kelas, mampu menjadi model badi
siswa, mampu memberi nasehat dan petunjuk yang
berguna, menguasai teknik-teknik memberikan
dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan
belajar dan sebagainya (Wibowo, 2012). Abdullah
(2007) menyebutkan bahwa kompetensi pendidik
merupakan kemampuan pendidik dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara
bertanggung jawab dan layak, atau diartikan
kemampuan dan kewenangan pendidik dalam
melaksanakan profesi kependidikannya. Sementara
itu menurut Mulyasa (2003) kompetensi guru
merupakan perpaduan antara kemampuan
personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual
yang secara kaffah membentuk standar profesi
guru, yang mencakup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran
yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalisme. Berdasarkan uraian di atas maka
kompetensi guru sekolah dasar dapat didefinisikan
sebagai internalisasi kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang
diwujudkan dengan penguasaan terhadap
pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru
di sekolah dasar. Dengan penjelasan pengertian
kompetensi guru di atas, maka kompetensi guru
yaitu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian.
Hal itu mengandung implikasi bahwa
seorang profesional yang kompeten itu harus dapat
menunjukan ciri-ciri utamanya. Profil tenaga
pengajar (guru) ternyata bervariasi, tergantung
pada cara mempersepsikan dan memandang apa
yang menjadi peran dan tugas pokoknya. 1) Guru
sebagai pengajar. 2) Guru sebagai pengajar dan
juga sebagai pendidik. 3) Guru sebagai pengajar,
pendidik dan juga agen pembaharuan dan
pembangunan masyarakat. 4) Guru yang
berkewenangan berganda sebagai Pendidik
Profesional dengan bidang keahlian lain selain
kependidikan (Alma, 2010). Pendidik profesional
menunjukkan bahwa orang yang menyandang
suatu profesi dan dalam melakukan pekerjaannya
sesuai dengan profesinya. Peningkatan kompetensi
guru dimaksudkan dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya secara profesional di satuan
pendidikan, menjadi kebutuhan yang amat
mendesak dan tidak dapat ditunda-tunda. Hal ini
mengingatkan perkembangan atau kenyataan yang
ada saat ini maupun di masa depan. Peningkatan
kompetensi keguruan, semakin dibutuhkan
mengingat terjadinya perkembangan dalam
desentralisasi. Pemberlakuan sistem otonomi
daerah itu, juga diikuti oleh perubahan sistem
pengelolaan pendidikan dengan menganut pola
desentralisasi. Pengelolaan pendidikan secara
terdesentralisasi akan semakin mendekatkan
pendidikan kepada stakeholders pendidikan
daerah. Guru semakin dituntut untuk
menjabarkan keinginan dan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat terhadap pendidikan melalui
kompetensi yang dimilikinya (Saud, 2011).
Peningkatan kompetensi guru akan sangat
berarti atau bernilai guna apabila dilaksanakan
terkait langsung dengan tugas dan tanggung jawab
utamanya. Pelaksanaan pengembangan tersebut
ideal dilakukan atas dasar prakarsa pemerintah,
pemerintah daerah, penyelenggara satuan
pendidikan, asosiasi guru, guru secara pribadi, dan
lain-lain (Danim, 2010). Dari kesemua itu yang
paling berperan penting dalam pelaksanaan
pengembangan tersebut adalah guru itu sendiri
(guru yang bersangkutan). Tuntutan untuk
meningkatkan kompetensi guru bila tidak dibarengi
dengan kemauan, tekad dan kreativitas yang
tumbuh dari diri sendiri, tidak akan memiliki arti
apa-apa.
Kompetensi guru tertuang pada
Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah RI No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008
tentang Guru, dijabarkan bahwa kompetensi yang
harus dimiliki seorang pendidik ada empat, yaitu :
a) kompetensi pedagogik; b) kompetensi
kepribadian: c) kompetensi sosial: d) kompetensi
profesional.
2.1.1 Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil pembelajaran, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya (Peraturan Pemerintah RI
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, dikemukakan
bahwa kompetensi pedagogik meliputi:
a. menguasai karakteristik peserta didik dari
aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional
b. menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik;
c. mengembangkan kurikulum yang terkait
dengan bidang pengembangan yang diampu:
d. menyelenggarakan kegiatan pengembangan
yang mendidik;
e. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggara
kegiatan pengembangan yang mendidik;
f. berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik;
g. menyelenggarakan penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar;
h. manfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran;
i. melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran;
j. memfasilitasi pengembangan potensi peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki.
Dalam Standar Nasional Pendidikan
maupun Permendiknas RI No.16 Tahun 2007
tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru, dapat
ditegaskan bahwa kompetensi pedagogik yang
harus dimiliki guru, meliputi penyusunan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
lanjut pembelajaran. Suyatno (2008) menguraikan
kompetensi pedadogik meliputi: 1) Pemahaman
terhadap peserta didik, 2) Perancangan
pembelajaran, 3) Pelaksanaan pembelajaran, 4)
Perancangan dan pelaksanaan evaluasi hasil
belajar, 5) Pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Kompetensi pedagogik seorang guru, dapat
dilihat pada Permendiknas No. 23 tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan,
Permendiknas No. 22 tahun 2006 Tahun 2006
tentang Standar Isi, Permendiknas No 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses dan Permendiknas
No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
2.1.2 Kompetensi Kepribadian
Komptensi kepribadian, menurut Peraturan
Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat (3) butir
b dikemukakan bahwa, kompetensi kepribadian
adalah adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia. Pemendiknas No. 16 tahun 2007 lebih rinci
dimiliki oleh guru terkait dengan kompetensi
kepribadian ini adalah: a) bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia; b) menampilkan diri sebagai
pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat; c) menampilkan
diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa, d) menunjukkan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri; dan e) menjunjung
tinggi kode etik guru.
Kompetensi kepribadian ini bersifat pribadi
yang terpendam pada diri masing-masing guru.
Ditegaskan oleh Sagala (2011) kemuliaan hati
seorang guru diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari. Guru secara nyata dapat berbagi dengan anak
didiknya. Dari berbagai pendapat mengenai
kompetensi kepribadian, tampaknya berpulang
kembali kepada guru. Karena guru yang memiliki
daya kalbu yang tinggi yang menampilkan
kepribadian paripurna. Daya kalbu terdiri dari
daya spiritual, emosional, moral, rasa kasih
sayang, kesopanan, toleransi, kejujuran dan
kebersihan, disiplin diri, harga diri, tanggung
jawab, keberanian moral, kerajinan, komitmen,
Penjelasan-penjelasan tentang kompetensi
kepribadian, menggambarkan nilai luhur guru
yang sempurna di dalam menjalankan tugas
sebagai pendidik. Ada beberapa nilai luhur yang
harus dimiliki dan dipraktikkan dahulu oleh
seorang guru, baru kemudian diajarkan kepada
anak didik dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai
luhur tersebut adalah religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawan (Wibowo, 2012)
2.1.3 Kompetensi Sosial
Sebagai makhluk sosial, guru tentu
berhubungan dengan makhluk sosial yang lain.
Kompetensi ini berkaitan hubungan guru dengan
orang lain, baik peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan orang tua maupun mayarakat.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28
ayat (3) butir b dikemukakan bahwa, kompetensi
sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Menurut
Pemendiknas No. 16 Tahun 2007 lebih rinci
dijelaskan kompetensi inti yang harus dimiliki oleh
guru terkait dengan kopetensi sosial ini adalah: a)
bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak
diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
status sosial ekonomi; b) berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat; c) beradaptasi di tempat bertugas di
selulruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya; dan d) berkomunikasi
dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Kompetensi ini menggambarkan guru sebagai
makhluk sosial, yang harus berinteraksi positif
dengan orang lain. Seorang guru--sama seperti
manusia lainnya--adalah makhluk sosial, yang
dalam hidupnya berdampingan dengan manusia
lainnya. Guru diharapkan memberikan contoh baik
terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak
dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat
sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi,
mudah bergaul, dan suka menolong, bukan
memedulikan orang-orang di sekitarnya (Musfah,
2011)
2.1.4 Kompetensi Profesional
Menjadi guru profesional, tentu
didambakan oleh semua pendidik dan dinantikan
oleh anak didik. Guru dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan profesinya. Sifat
profesionalisme seorang guru akan membawa arah
pendidikan yang lebih baik. Menurut Yamin (2006)
seorang guru profesional, dia memiliki keahlian,
ketrampilan, dan kemampuan sebagaimana filosofi
Ki Hajar Dewantara: “tut wuri handayani, ing
ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso”.
Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran
akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau
teladan bagi murid serta selalu mendorong murid
untuk lebih baik dan maju. Guru profesional selalu
mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan
dan mendalami keahliannya, kemudian guru
profesional rajin membaca literatur-literatur,
dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku
yang berkaitan dengan pengetahuan yang
digelutinya.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
bahwa, yang dimaksud dengan kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan. Pada pasal 3
ayat (7) Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru dijelaskan bahwa kompetensi
profesional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni dan budaya yang
diampunya sekurang-kurangnya meliputi
penguasaan:
a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu:
dan
b. Konsep dan metode disiplin keilmuan,
teknologi, atau seni yang releva, yang secara
konseptual menaungi atau koherendengan
program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu
Dalam Pedoman Pelaksanaan Penilaian
Pendidikan Nasional (2010) diuraikan masalah
kompetensi profesional yaitu:
1. Penguasaan materi, struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Kegiatan guru meliputi rancangan, materi dan kegiatan pembelajaran, penyajian materi baru dan respon guru terhadap peserta didik memuat informasi pelajaran yang tepat dan mutakhir. Pengetahuan ini ditampilkan sesuai dengan usia dan tingkat pembelajaran peserta didik. Guru benar-benar memahami mata pelajaran dan sebagaimana mata pelajaran tersebut disajikan di dalam kurikulum. Guru dapat mengatur, menyesuaikan dan menambah aktifitas untuk membantu peserta didik menguasai aspek-aspek penting dari suatu pelajaran dan meningkatkan minat dan perhatian peserta didik terhadap pelajaran.
2. Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif. Kegiatan meliputi guru melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus dan memanfaatkan hasil refleksi untuk meningkatkan keprofesian. Guru melakukan penelitian tindakan kelas dan mengikuti perkembangan keprofesian melalui belajar dari berbagai sumber, guru juga memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi dan pengembangan keprofesian jika dimungkinkan.
2.2.
Penelitian Yang Revelan
Penelitan tentang kompetensi guru yang
relevan dilakukan oleh Supriyono (2013) tentang
Strategi Peningkatan Kompetensi Guru Madrasah
Ibtidaiyah dengan metode penelitian kualitatif,
secara umum hasil penilaian kompetensi guru
Madrasah Ibtidaiyah yang meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, kompetensi sosial, dan
sedangkan kompetensi keagamaan berada pada
kriteria sedang.
2.3.
Kerangka Berfikir
Kompetensi personal sekolah terkait
dengan kompetensi yang dimiliki guru dan terkait
juga produktivitas sekolah, yang merupakan
tujuan akhir dari suatu penyelenggaraan
pendidikan. Kinerja adalah proses yang
menentukan produktivitas organisasi.
Produktivitas sekolah diukur dari prestasi belajar
siswa, maka hal tersebut akan sangat tergantung
pada prosesnya, yaitu kompetensi guru. Dengan
kata lain, tak akan ada produktivitas berupa
prestasi belajar yang berarti jika tanpa ada
kompetensi guru yang baik
Guru adalah unsur utama dalam suatu
proses pendidikan. Guru berada dalam front
terdepan pendidikan yang berhadapan langsung
dengan peserta didik melalui proses interaksi
instruksional sebagai wahana terjadinya proses
pembelajaran siswa dengan nuansa pendidikan.
Dalam proses pembelajaran tersebut, peserta didik
akan memperoleh banyak ilmu pengetahuan,
pengalaman belajar, dan hubungan sosial dengan
memperoleh perubahan baik dari segi kognitif,
afektif maupun psikomotorik siswa dalam
berperilaku menuju yang lebih baik. Untuk
menjalankan tugasnya dengan baik, guru
memerlukan kompetensi yang tinggi, demi
tercapainya tujuan pendidikan. Tinggi rendahnya
kompetensi seseorang bisa dipengaruhi oleh
diri-sendiri juga dari dari orang lain atau lingkungan
luar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kompetensi guru yang mencakup kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional
terletak pada tercapainya tujuan pendidikan di