STRATEGI PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB
Fakta & Peta Bahasa Arab
• Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa rumpun Semit yang kelahirannya tidak begitu jelas, tetapi
menjadi “dewasa dan matang” hingga menjadi
bahasa sastra paling dominan bersamaan dengan turunnya al-Qur’an.
• Bahasa Arab menjadi bahasa kitab suci yang dinilai memiliki “sakralitas” yang tinggi dan
perkembangannya terpelihara seiring dengan adanya “garansi” pemeliharaan otentisitas al-Qur’an dari
Allah Swt. (QS. al-Hijr [15]: 9)
• Pada masa kejayaan peradaban Islam (sekitar 6-8 abad), terutama pada masa Dinasti Abbasiyah,
bahasa Arab tidak hanya menjadi bahasa politik
Data Penggunaan Bahasa Arab
Peringkat Bahasa Jumlah Penutur Asli
I Cina Lebih dari 1 M
II Inggris Lebih dari 400 Jt
III Spanyol Lebih dari 250 Jt
IV India Lebih dari 200 Jt
Peta Prevalensi Bahasa Arab Sebagai Bahasa Resmi
Peringkat Bahasa Pengguna
I Inggris Lebih dari 1,5 M.
II Cina Lebih dari 1 M.
III India Lebih dari 700 Jt.
IV Spanyol Lebih dari 280 Jt.
V Rusia Lebih dari 270 Jt.
VI Perancis Lebih dari 220 Jt.
Lanjutan Fakta…
• Bahasa Arab menjadi salah satu bahasa
internasional (sejajar dengan Inggris, Perancis, Spanyol, Rusia, dan Cina pada PBB) sejak 1973.
• Sekarang bahasa Arab menjadi bahasa resmi lebih dari 20 negara (Arab Saudi, Uni Emirat Arab,
Bahrain, Oman, Yordania, Kuwait, Iraq, Mesir, Syria, Lebanon, al-Jazair, Sudan, Libya, Tunisia, Qatar,
Marokko, Djibouti, Eritria, Chad, Palestina, Comoros, Somalia, Yaman, Mauritania).
Peran dan Fungsi Bahasa Arab
1. Sebagai media (alat) untuk memahami ajaran Islam (Qur’an, Hadits, dan literatur/ teks
berbahasa Arab); karena itu diperlukan keterampilan reseptif (mendengar dan
membaca)
2. Sebagai media komunikasi verbal dalam berbagai situasi (forum resmi, transaksi ekonomi, aktivitas sehari-hari); karena itu diperlukan Keterampilan ekspresif (berbicara dan menulis)
Peta Orientasi Belajar Bahasa Arab
1. Orientasi Religius: memahami dan memahamkan ajaran Islam;
2. Orientasi akademik-Ilmiah: memahami
ilmu-ilmu dan keterampilan berbahasa Arab (istima’, kalam, qira’ah, dan kitabah)
3. Orientasi Profesi & Pragmatis: mampu
berkomunikasi lisan dalam bahasa Arab untuk menjadi TKI, Diplomat, turis, dsb.
4. Orientasi ideologis-Ekonomis: memahami
Problem Pendidikan Bahasa Arab
• Problem pendidikan bahasa Arab di lembaga pendidikan kita dapat dipetakan menjadi:
1. Problem linguistik (kebahasaan)
2. Problem psikologis (kejiwaan: mahasiswa maupun dosen)
3. Problem epistemologis (landasan dan bangunan keilmuan)
4. Problem kurikulum (isi, relevansi, dan integrasi)
5. Problem sosial kultural
6. Problem politik kebahasaan
7. Problem teknologi pendidikan
Temuan Penelitian
• Hasil penelitian Jamsuri Muhammad Syamsuddin dan Mahdi Mas’ûd terhadap 30 mahasiswa Ilmu Politik (Humaniora) pada International Islamic University Malaysia mengenai kesulitan belajar bahasa Arab.
• Menurut keduanya, penyebab kesulitan belajar bahasa Arab ternyata bukan sepenuhnya pada substansi atau materi bahasa Arab, melainkan pada ketiadaan minat (100%), tidak memiliki latar belakang belajar bahasa Arab (87%),
materi/kurikulum perguruan tinggi (83%), kesulitan memahami materi bahasa Arab (57%), dan
Lanjutan…
• Lebih dari itu, ditemukan bahwa 80% penyebab kesulitan belajar bahasa Arab adalah faktor
psikologis (minat, motivasi, semangat dan apresiasi rendah).
• Selain itu, 77% di antara mereka memiliki kesan negatif terhadap bahasa Arab; dan 33%
herregristasi mata kuliah bahasa Arab dianggap mempengaruhi belajar bahasa Arab mereka di kampus.
• Singkatnya: beban mental dan psikologis masih menghantui mahasiswa ketika hendak dan
Temuan Lain..
• Hasil penelitian Fathî ‘Alî Yûnus di Mesir pada 1977 menunjukkan bahwa hampir semua
responden (mahasiswa) yang ditanyai tentang persepsi mereka terhadap studi bahasa Arab menjawab bahwa bahasa Arab itu sulit.
• Ketika ditanya lebih lanjut, “Bagaimana Anda dapat menyatakan bahwa bahasa Arab itu sulit dipelajari?” Mereka menjawab, “Banyak orang berpendapat demikian; masyarakat sudah
Lanjutan …
• Penelusuran lebih jauh yang dilakukan Yûnus ini akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa
“kesan, pandangan, dan pencitraan negatif
terhadap bahasa Arab mulai muncul pada akhir abad ke-19, seiring dengan kolonialisasi Barat ke dunia Islam”.
• Basyiri Abdul Mukti, dosen Bahasa Arab di PBA FITK UIN Jakarta asal Mesir, juga berpendapat bahwa stigmatisasi bahasa Arab sebagai
BEBERAPA KONSEP UMUM
• Bahasa pertama-tama adalah ujaran, bukan tulisan.
• Pembelajaran bahasa dimulai dengan
pembelajaran mendengar dan berbicara sebelum membaca dan menulis.
• Belajar berbahasa dimulai dari memperdengarkan ujaran bahasa, kata, ungkapan, atau kalimat,
secara spontan.
• Tujuan latihan menyimak agar siswa dapat
memahami ujaran yang didengarnya, baik bahasa sehari-hari maupun bahasa formal yang
Keterampilan (
Maharah
)
•
Keterampilan atau kemahiran adalah
kemampuan seseorang melakukan
sesuatu sesuai dengan standar
kompetensi tertentu.
•
Maharah meniscayakan sebagai berikut:
1. Kompetensi
2. Performansi
Sama’, Inshat, & Istima’
• Mendengar tidak sama dengan mendengarkan. Demikian pula, mendengarkan tidak identik
dengan menyimak.
• Sama’ (mendengar) adalah adanya kontak
indera pendengaran terhadap bunyi yang ada, seperti: mendengar suara petir, tanpa dibarengi oleh konsentrasi dan perhatian khusus.
• Inshat adalah mendengarkan sesuatu dengan penuh perhatian dan dengan tujuan tertentu, seperti mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Qur’an (dengan maksud memahami isi
Lanjutan…
• Sedangkan istima’ adalah mendengarkan
dengan penuh perhatian dan konsentrasi, tidak hanya untuk memahami apa yang dikehendaki oleh pembicara, tetapi juga berusaha
menafasirkan isi pembicaraannya.
• Sama’ lebih merupakan proses fisiologis; inshat
proses mental dan psikologis; sedangkan istima’ proses mental-psikologis dan sosio-interaktif
(komunikatif). Sama’ cenderung tidak disengaja,
inshat menghendaki perhatian dan kesengajaan; sedangkan istima’ menuntut perhatian,
Esensi
Istima’
• Esensi istimâ’ menghendaki:
1. Kesengajaan atau perencanaan (al-qashdu wa al-’amdu),
2. Perhatian serius, kesungguhan untuk fokus (al-intibâh, wa al-tarkîz) pada materi istimâ’, 3. Optimalisasi akal pikiran (i’mâl al-dzihn), dan
4. Upaya untuk memahami, menafsirkan, dan bahkan mengkritisi isi pembicaraan.
Fakta dan Data tentang Istima’
• Penelitian menunjukkan bahwa kita pada
umumnya menghabiskan waktu 3x untuk istima’ dibandingkan waktu yang digunakan untuk
membaca.
• Siswa pada umumnya belajar melalui istima’
sekitar 25%, membaca 35%, berbicara/berdialog 22%, dan menulis 17% dari waktu belajar
mereka.
• ¾ dari waktu bangun kita banyak digunakan untuk mendengar atau mendengarkan.
Penyebutan al-Qur’an mengenai penggunaan indera juga selalu dimulai dengan al-sam’
Signifikansi
Istima’
• Hasil riset: mahasiswa Stephene College
Girls dalam mengikuti perkuliahan
membagi aktivitasnya sebagai berikut: (a)
menyimak 42%, (b) berbicara 25%, (c)
membaca : 15%, dan (d) menulis 18%.
Lanjutan…
1. Hakikat menyimak merupakan dasar pengetahuan yang sangat fungsional untuk memahami isi
pembicaraan (fahm al-masmû’).
2. Dengan istima’, para peserta didik memiliki
pengetahuan dan pengalaman menyimak, sehingga pembelajaran bahasa Arab mereka menjadi lebih bermakna dan efektif. Dalam alasan kedua ini
tersirat pengertian pengetahuan dan pengalaman menyimak peserta dikaitkan dengan teori.
3. Pemahaman ketiga unsur hakikat menyimak sangat membantu para peserta dalam memahami konsep dasar istimâ’ yang pada gilirannya merupakan
Tujuan
Istima’
1. mendapatkan fakta, informasi, atau pesan;
2. menganalisis fakta, informasi, atau pesan; 3. mengevaluasi fakta, informasi, atau pesan; 4. mendapatkan inspirasi, motivasi, dan/atau
ilham;
5. menghibur diri, mendapat hiburan (istimtâ’ wa tasliyah);
Proses
Istima’
•
Proses menyimak tersebut mencakup
enam tahap berikut:
1. Mendengar
2. Mengidentifikasikan
3. Menginterpretasi
4. Memahami
5. Menilai, dan
Syarat-syarat Istima’ yang Efektif
1. Duduk di tempat yang jauh dari
kegaduhan atau kebisingan.
2. Memperhatikan pembicara dengan
penuh perhatian dan apresiatif.
3. Menunjukkan antusiasme dalam
mengikuti pembincaraan.
4. Menyesuaikan diri secara mental dengan
kecepatan bicara si pembicara.
Lanjutan…
6. Mampu menafsirkan atau menginterpretasikan apa yang disimak.
7. Mampu membedakan aneka ragam bunyi dan isyarat yang ada.
8. Mampu membedakan antara ide utama dengan ide sekunder.
9. Mampu menangkap dan menyimpan ide utama pembicara dalam pikiran penyimak.
Tujuan Pembelajaran
Istima’
1. Mengembangkan kompetensi siswa
dalam mengikuti pembicaraan.
2. Membedakan berbagai ragam bunyi
bahasa.
3. Menunjukkan perbedaan ide utama dan
ide sekunder, informasi pendukung.
4. Mengembangkan perolehan informasi
siswa.
Lanjutan…
6. Mengembangkan kemampuan siswa dalam menganalisis situasi yang dialaminya.
7. Menyimpulkan substansi bahan simakan atau isi pembicaraan.
8. Menggunakan konteks pembicaraan sebagai media untuk memahami kosakata (mufradat) baru.
9. Mengembangkan sikap dan perilaku yang positif seperti menghormati pembicara,
Jenis-jenis
Istima’
•
Menurut tujuannya, menyimak dapat
diklasifikan menjadi lima macam, yaitu:
1. Menyimak informatif (
informational
listening
)
2. Menyimak relasi (
relationship listening
)
3. Menyimak simpatik (
sympathetic
listening
)
4. Menyimak apresiatif (
appreciative
listening
), dan
Lanjutan…
• Menurut Tarigan, menyimak secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis yakni: (1) menyimak
ekstensif dan (2) menyimak intensif.
• Menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya.
• Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan
Lanjutan…
• Ada beberapa jenis kegiatan menyimak
ekstensif, antara lain: (a) menyimak
sekunder yang terjadi secara kebetulan,
(b) menyimak sosial yaitu menyimak
Lanjutan…
• Ciri-ciri menyimak intensif adalah sbb:
1. Menyimak intensif adalah menyimak
pemahaman
2. Menyimak intensif memerlukan
konsentrasi tinggi,
3. Menyimak intensif ialah memahami
bahasa formal,
Lanjutan…
•
Jenis-jenis menyimak intensif terdiri atas:
1. Menyimak kritis
2. Menyimak konsentratif
3. Menyimak eksploratif
4. Menyimak interogatif
Lanjutan…
• Dari segi targetnya, istimâ’ dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Istimâ’ ‘âridh (menyimak sepintas)
2. Istimâ’ta’lîmi tatsqîfi (menyimak edukasional)
yaitu menyimak yang dilakukan dalam proses pencerdasan dan pembelajaran
3. Istimâ’ tawjîhi (menyimak konsultatif), yaitu menyimak dalam rangka memberikan
bimbingan dan konseling; dan
Indikator Terampil Menyimak
• Keterampilan Istima’ dapat dikelompkkan menjadi 4 kompetensi berikut:
• Pertama, Keterampilan dan Akurasi pemahaman, meliputi:
1. Siap menyimak dengan penuh pemahaman.
2. Mampu memfokuskan pada apa yang disimak dengan penuh perhatian.
3. Mampu menangkap gagasan umum mengenai isi pembicaraan.
4. Mampu menangkap ide utama pembicaraan
5. Mampu menggunakan isyarat konteks bunyi untuk memperoleh pemahaman.
6. Mampu menangkap ide komplementer dari sebuah paragraf
Lanjutan…
• Kedua, keterampilan menyerap isi pembicaraan, meliputi:
1. Mampu menyimpulkan materi yang disimak.
2. Mampu membedakan antara fakta dan fiksi dari yang disimak.
3. Mampu menemukan hubungan antara berbagai pemikiran dari yg disimak.
Lanjutan…
• Ketiga, keterampilan mengingat bahan simakan, meliputi:
1. Mampu mengenali hal baru yang disimak.
2. Mampu mengaitkan hal baru yang diperoleh dengan pengalaman sebelumnya.
3. Mampu Menangkap relasi ide yang didengar dengan pengalaman sebelumnya.
Lanjutan…
• Keempat, komptensi merasakan (tadzawwuq) dan mengkritisi (naqd), meliputi:
1. Mampu menyimak dan berinteraksi bersama pembicara dengan baik.
2. Mampu terlibat secara emosional dengan pembicara.
3. Mampu membedakan kekuatan dan kelemahan isi pembicaraan.
4. Mampu menilai isi pembicaraan (menyatakan setuju atau menolak) berdasarkan pengalamannya.
5. Mampu menunjukkan pentingnya isi pembicaraan dan relevansinya untuk diaplikasikan.
Prinsip-Prinsip dalam
Pembelajaran Istima’
1. Fokus dan Penuh perhatian (tarkiz wa al-intibah) terhadap materi yang disimak.
2. Penciptaan situasi dan kondisi yang nyaman, jauh dari kebisingan dan gangguan, baik fisik maupun psikis.
Lanjutan…
4. Mengaitkan dengan pengalaman sebelumnya sebagai pintu masuk tema atau pokok bahasan materi istima’ yang akan dipelajari.
5. Pengulangan materi istima’ beberapa kali sehingga terbiasa menyimak dengan baik.
6. Membentuk keterampilan istima’ naqdi
(menyimak kritis) dengan berusaha menunjukkan tujuan pembicara, melatih mengungkap hal-hal kontroversial, dan sebagainya.
7. Pemanfaatan konteks dalam rangka pemaknaan arti kostakata dan istilah-istilah yang ada.
Prosedur & Langkah-Langkah
Pembelajaran
Istima’
1. Pengantar (ديهمت لااا )
Dalam hal ini guru mengondisikan kesiapan siswa belajar istima’, melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan dan pentingnya materi yang akan dipelajari.
2. Penyajian (ضرع لااا )
Dalam hal ini guru menyampaikan materi
istima’ secara langsung atau melalui tape recorder di dalam kelas ataupun di
laboratorium bahasa. Guru berperan
memilihkan materi istima’ mulai dari yang
Lanjutan…
• Selain itu, guru mendiskusikan substansi yang disimak dengan siswa, antara lain dengan
mendialogkan tema, ide utama, rincian informasi, dan tujuan pembicara.
• Guru juga dapat melibatkan siswa dalam mengambil kesimpulan terhadap isi
pembicaraan.
3. Relasi dan Evaluasi (ميوقت لااا وتاقلع لااا كاردإ )
Dalam hal ini guru dapat berimprovisasi dengan merelasikan atau mengaitkan dengan, misalnya, pengembangan kosakata, pelajaran nahwu,
Lanjutan…
• Setelah itu, guru dapat melakukan evaluasi untuk memastikan apakah siswa telah mampu menyerap
dengan baik materi istima’. Evaluasi dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan tagihan indikator kompetensi yang telah dirumuskan.
• Evaluasi dalam istima’ juga dimaksudkan untuk
mengembangkan keterampilan berbicara siswa dan penguasaan substansi materi.
4. Penutup (ماتتخ لاا )
Pengembangan Keterampilan
Istima’
1. Perumusan standar kompetensi istima’ sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan siswa.
2. Penyediaan lingkungan berbahasa yang
kondusif untuk pengembangan keterampilan istima’.
3. Pengondisian lingkungan berbahasa yang sesuai dengan tingkat kemahiran berbahasa siswa.
4. Pemvariasian latihan menyimak dengan tujuan tertentu, misalnya: mengenal dan mengungkap nama tokoh, mengemukakan ide utama,
Lanjutan…
4. Pengembangan pemahaman makna
kontekstual dengan membiasakan siswa memahami kosakata baru sesuai dengan konteksnya.
5. Pembiasaan menggunakan uslub tertentu untuk bercakap-cakap atau mengungkapkan sesuatu.
6. Pengayaan kosakata baru melalui latihan penggunaan dalam struktur kalimat.
7. Pembiasaan diskusi dan dialog mengenai substansi materi istima’ secara partisipatoris.
TAHAP-TAHAP LATIHAN
MENYIMAK
• Pengenalan bunyi (bahasa)
• Menyimak dan Menirukan - bunyi-bunyi tertentu
- panjang-pendek - syiddah
• Menyimak dan Memahami - dengarkan dan lihat
- dengarkan dan baca
BEBERAPA CATATAN
• Perhatikan ketepatan bunyi, nada dan tekanan (stressing) dalam membacakan teks.
• Pilih teks yang tepat dengan kondisi siswa • Kecepatan yang wajar
• Penggunaan alat peraga
• Bantu dengan menuliskan kata kunci • Perintah kepada siswa harus jelas • Siapkan pertanyaan-pertanyaan
• Latih siswa memahami gagasan pokok dan penunjang
Sumber : https://www.google.com/search?
client=opera&hs=DWw&q=tips+belajar+bahasa+arab+file+ppt&oq=