• Tidak ada hasil yang ditemukan

M01267

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M01267"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 MAKALAH SEMINAR Nasional

APMAPI – UPI Bandung 17 Maret 2014 Proceeding ISBN 979378122-X

Bambang Ismanto

PPs Magister Manajemen Pendidikan UKSW Salatiga bam_ismanto@yahoo.com

Abstract

The Management of The School Financing. (Case Studies on the funding of primary schools in Temanggung District, in Central Java Province, Indonesia)

This study aims to determine the management of education funding in primary school (SD). Decentralization of education as the implications of regional autonomy authorizes schools to manage education funding to maximize educational purposes. The study was conducted by qualitative descriptive approach. Subjects were primary School in Temanggung District, Central Java Province, Indonesia. Research respondents who are teachers, principals, supervisors, and committees of primary school. Penelitin data collection was done by using questionnaires, focus group discussions and in-depth interviews. The results showed that the management of the education funding is done in accordance with the principles and administrative procedures in accordance with the laws and regulations on the financial state / area. Experience planning, organization, administration and supervision and report preparation programs realize the teacher, principal, superintendent and school committee about the importance of management in schools. Most never learn management as school teacher education (SPG) and S1 FKIP. Unless graduates PGSD learn formally about the college management on School-Based Management. The experience is a good teacher to learn management. The limited experience, time and human resources to encourage the development of participative management in primary school. However, in this study does not discuss in depth about school funding management / education.

Keywords: autonomy, schools, management, funding, experience

Pendahuluan

(2)

2

menentukan. Intervensi dapat dilakukan melalui berbagai bentuk subsidisasi. Keberhasilan pendidikan diukur dari tingkat kemampuan program pendidikan untuk mengembangkan kemampuan individu untuk berubah menjadi lebih baik. Pengembangan diri melalui pendidikan akan meningkatkan kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas secara lebih efektif dan efisien. Ini berarti bahwa perlu strategi khusus agar program pendidikan mampu menciptakan lulusan (output) yang mampu melakukan produktivitas sebagai kondisi yang diperlukan mencapai pertumbuhan masyarakat. Hal ini sesuai pendapat Cohn (1979:145), yang menyatakan bahwa : “…. education is a source of economic growth only if

it is anti-traditional to the extent that liberates and stimulates as well as informs the individual and teaches him how and why to make demands upon himself”.

Coombs dan Hallak (1972:255) dalam bukunya yang berjudul Managing Educational Cost, menyebutkan bahwa “Cost benefit as the relationship between the inputs and resulting benefit that accrue thereafter. It use to measure of external productivity”.

Psacharopoulos, (1987:397), dalam bukunya Economics of Education, menyebutkan hal senada dengan Mark Blaug, yaitu :“Cost benefit analysis is to compare the opportunity cost of a project with the expected benefit, measured in the terms of the additions to income

that will accrue in the future as a result of the investment”.

Guru menjadi agen dalam pengelolaan satuan pendidikan (sekolah). Guru tidak hanya berfungsi sebagai agen pembelajaran, namun juga berperan penting dan strategis dalam pengelolaan sumber daya sekolah. Berbagai program / kegiatan intra dan ekstra kurikuler sebagai bagian utama layanan (services) sekolah dirancang, diimplementasikan, dikontrol dan dievaluasi oleh guru yang bersangkutan. Dalam perspektif sekolah dalam menyiapkan lulusan yang berpengetahuan, berakhlak mulia, berkeahlian sebagai SDM bermutu, dan berdaya saing sangat memerlukan campur tanggan guru. Dalam hal ini, guru memainkan perannya sebagai agen pembelajaran dalam mengelola sumber daya sekolah dalam mengoptimalkan potensi siswa mencapai tujuan pendidikan nasional. Secara lebih khusus para guru yang diberikan tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah akan mengelola sumber daya dalam kerangka perwujudan visi, misi dan tujuan (goals) sekolah yang bersangkutan.

(3)

3

yang efektif dan efisien. Tata kelola pemerintah yang baik (good governance) sumber daya sekolah dilakukan berdasarkan prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas.

Implementasi program dan pembiayaan pendidikan di SD tidak didukung struktur organisasi, SDM dan sarana prasarana. Struktur Organisasi SD terdiri Kepala Sekolah dan Guru, tidak terdapat Wakil Kepala Sekolah, Tata Usaha, Pustakawan, Laboran dan tenaga teknis lainnya. Pelaksanaan program yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota wajib standar sesuai UU dan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Keuangan Negara / Daerah.

Sebagai pengguna anggaran dari APBN dan APBD, SD diwajibkan melaksanakan prinsip-prinsip perencanaan program dan penganggaran sesuai regulasi yang berlaku. Sangat

terbatasnya jangkauan Struktur Organisasi SD dan perangkat organisasi serta jumlah SDM dan pengalaman para guru, berakibat manajemen statis. Artinya bahwa implementasi program dan pembiayaan hanya sebatas (standar) sesuai Petunjuk Pelaksanaan dan Teknis yang ditetapkan Pemerintah. Sementara itu, implikasi otonomi satuan pendidikan merupakan peluang dalam mengembangkan program sesuai kebutuhan / aspirasi masyarakat dan sejalan dengan dinamika nasional dan global.

Kompetensi manajemen bagi guru, kepala sekolah dan pengawas bahkan Komite SD menjadi penting dalam merancang, menata, mengarahkan dan mengontrol program dan pembiayaan sekolah. Menjadi strategis, oleh karena manajemen akan mewujudkan tujuan (goals) Sekolah secara efisien, efektif dan dinamik sesuai perkembangan lingkungan.

Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan pelaksana wajib belajar . Untuk mendukung akses penduduk berusia SD Pemerintah mendukung pembiayaan dalam bentuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Dekonsentrasi. Program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. DAK Bidang Pendidikan Dasar dialokasikan untuk mendukung penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar 9 (Sembilan) tahun yang bermutu dan merata dalam rangka memenuhi Standar Pelayanan Minimum dan secara bertahap memenuhi Standar Nasional Pendidikan. DAK setiap tahun

diatur dalam Permendikbud dan Kementerian Lembaga yang terkait seperti Kementerian Keuangan dan Bappenas.

(4)

4

tambahan dan pelibatan guru dalam mengelola program lebih bersifat partisipatif dan keberpihakan kepada SD dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Pemahaman manajemen keuangan dikalangan guru relatif sangat terbatas demikian pula waktunya juga terbatas. Dalam situasi yang demikian, perlu sikap guru dan kepala sekolah dalam melihat kepentingan kelembagaan dalam memberdayakan sumber-sumber yang dapat meningkatkan akses dan mutu wajib belajar di SD. Hal ini sesuai dengan pemikiran Hoy (2001) yang menyatakan bahwa the individual is a key unit in any social system; regardless of position,

people bring with them individual needs, beliefs, and a cognitive

understandings of the job.

Metode

Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif - kualitatif. Penelitian dilakukan di lingkungan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah. Yang menjadi subyek penelitian adalah Guru, Kepala Sekolah dan Komite SD. Pengumpulan data dilakukan melalui depth interview dan Focus Group Discussion. Analisis data dilakukan dengan Secara garis besar terdiri (1) Reduksi data, (2)Display Data, (3) Pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Pemeriksaan Keabsahan Data dilakukan dengan teknis Kredibilitas, Transferabilitas, Dependabilitas dan Konfirmabilitas.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian tentang manajemen pembiayaan sekolah di SD Negeri Kabupaten Temanggung menunjukkan bahwa sebagian besar guru tidak pernah belajar manajemen pada pre services training baik di SPG dan S-1 FKIP. Sebagai pengelola PBM, pelaksana program

sekolah dan berbagai kegiatan sosialisasi, pelatihan, dan workshop menjadi referensi (guru) dalam memahami substansi dan implementasi fungsi-fungsi manajemen. Kegiatan praktis pata guru, kepala sekolah dan pengawas dalam mengelola pembiayaan sekolah yang bersumber dari pemerintah

(5)

5

Manajemen dipandang penting dan srategis dalam pengelolaan pendanaan sekolah. Manajemen menjadi alat (tools) dalam pengelolaan PBM, Program/kegiatan Sekolah, dan sumber-sumber pembiayaan yang bersumber dari APBN dan APBD. Pengembangan Sekolah serta membangun kerja sama (relationship). Manajemen dipahami sebagai upaya yang dilakukan Kepala SD bersama Guru didukung Komite Sekolah dan Pemangku Kepentingan Sekolah dalam memberdayakan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pencapaian tujuan sekolah, diaplikasikan fungsi manajemen meliputi perencanaan

(Plan), Implementasi (Do), Pengawasan (Check) dan Tidakan (Action). Para guru menyatakan bahwa fungsi manajemen diaplikasikan dalam PBM. Hal ini dilakukan sejak

tahapan perencanaan tujuan, materi, media, dan sumber belajar, proses dan evaluasi pembelajaran. Sebagai SDM dalam manajemen sekolah, para guru juga mengaplikasikan fungsi-fungsi manajemen dalam program sekolah seperti Penerimaan Peserta Didik Baru, Laporan Periodik, Ujian Kenaikan Kelas, Ujian Sekolah dan Ujian Nasional. Sebagian besar guru dan Kepala SD di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tidak belajar manajemen pada saat di Sekolah Pendidikan Guru dan S1 FKIP. Sebagian kecil, guru yang berpendidikan S1 PGSD belajar manajemen dalam perkuliahan MBS. Pada kuliah MBS tidak membahas secara dalam tentang manajemen pembiayaan sekolah. Pemahaman tentang sistem sekolah dan lingkungannya serta analisis pemangku kepentingan menjadi bagian utama dalam MBS. Pengalaman sebagai pengelola program dan pembiayaan pendidikan yang bersumber dari Pemerintah merupakan pengalaman positif dalam memahami konsep, fungsi, proses dan prinsip manajemen. Disamping itu, berbagai Diklat, penataran, workshop tentang pengelolaan program relatif menambah wawasan para guru, Kepala Sekolah dan Pengawas SD dalam memahami manajemen. Pada umumnya mereka kurang memiliki kepercayaan diri ketika membahas manajemen dalam konteks yang lain. Keterbtasan referensi teoritis guru, hal ini berakibat dalam berbagai forum merasa tidak percaya diri dalam merespon fenomena manajemen. Sekalipun secara praktis, para Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SD mampu melaksanakan program, namun ketika membahas pengembangan secara teoritis merasa

(6)

6

mana diatur dalam UU Nomer 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah dan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, serta Peraturan Kementerian / Lembaga yang mengatur tentang sumber-sumber pendanaan pemerintah/daerah Mereka sangat berharap dapat memahami dan mengkaji lebih mendalam tentang manajemen pendidikan / sekolah pada jenjang pendidikan Strata 2 dan atau pelatihan dalam jabatan profesionalnya. Pengalaman adalah guru dalam memahami fenomena dan implementasi manajemen program dan pembiayaan sekolah. Sekalipun para guru, kepala sekolah bahkan pengawas merasa tidak pernah belajar formal ‘manajemen’, namun berbagai pengalaman sebagai agen pembelajaran, dan pelaksana teknis pembiayaan sekolah telah menjadi referensi dalam memasuki substansi

dan prosedur manajemen.

Manajemen Pembiayaan Sekolah Berbasis Partisipasi

Sumber pendanaan pendidikan SD di Kabupaten Temanggung sebagian besar berasal dari Pemerintah (Pusat), Provinsi dan Daerah dalam bentuk BOS, Dana Alokasi Khusus dan Dana Dekonsentrasi. Manajemen pendanaan sekolah dikoordinasikan oleh Dinas Pendidikan dan dibimbing Unit Pelaksana Teknis Daerah dan Pengawas Sekolah.

Status Kepala Sekolah sebagai tugas tambahan seorang guru SD dan keterbatasan SDM operasional di SD berakibat manajemen program bersifat partisipatif. Artinya bahwa dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya, menurut para Kepala SD di Kabupaten Temanggung melibatkan para guru, konsultasi Komite dan pembinaan / supervisi Pengawas.

Kepala Sekolah bukan jabatan struktural. Sebagai guru, Kepala SD masih diwajibkan mengajar 6 jam pelajaran. Kewajiban mengajar ini, menurut Para Kepala SD relatif menjadi

(7)

7

dilakukan untuk mengetahui latar belakang, tujuan, sasaran, output, besaran dana, sistem dan prosedur penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan. Sebagian besar Kepala Sekolah mengalami kesulitan dalam melaksanakan sistem dan prosedur serta pembayaran pajak. Keberadaan orang tua siswa yang memiliki pengalaman yang relevan, menurut Kepala Sekolah dilibatkan agar administrasi keuangan sesuai standar / baku yang ditetapkan.

Guru menjadi SDM utama dalam mengelola sumber-sumber pendanaan sekolah. Menurut para guru SD di Temanggung terdapat 5 pertimbangan dalam membantu Kepala Sekolah yaitu komitmen peningkatan mutu sekolah, menambah pengalaman, membantu

Kepala Sekolah, mengaplikasikan pengalaman dan kesadaran diri sebagai SDM Sekolah. Komitmen membantu Kepala Sekolah merupakan citra positif bagi setiap guru dalam

revitalisasi diri sebagai agen pembelajaran. Para guru sangat menyadari bahwa pengalaman itu sebuah proses. Dengan melakukan aktivitas di tengah-tengah kegiatan sebagai agen pembelajaran akan memberikan pengalaman yang ekskluif. Berpikir tentang peluang menjadi Kepala Sekolah adalah hak setiap guru. Pengalaman melaksanakan program dan menata adminisrasi keuangan sekolah sangat berarti dalam membina profesi diri, Berbagai pengalaman para guru di organisasi sosial kemasyarakatan, atau workshop diterapkan dalam mengelola sumber daya secara efektif dan efisien. Berbagai kelemahan dan kendala yang dihadapi adalah rangkaian pengalamann hidup yang lebih baik untuk waktu yang akan datang. Sebagai bagian dalam sistem sosial di SD, pelibatan diri dan pemanfaatan kesempatan yang diberikan Kepala Sekolah adalah kewajiban. Para guru merasa keterlibatan dalam program dan penatausahaan biaya – biaya sekolah baik BOS, DAK dan dana dekonsentrasi mendukung upaya SD dalam pemningkatan akses dan mutu wajib belajar.

Psrtisipasi Komite Sekolah dalam manajemen program SD merupakan implementasi fungsinya dalam memberikan saran, bimbingan, kontrol dan advokasi. Menurut Kepala Sekolah, para guru dan Pengawas SD di Kabupaten Temanggung, Komite Sekolah menyambut positif partisipasi program dan penatausahaan biaya-biaya sekolah. Sejak tahapan perencanaan, implementasi, pengawasan dan pertanggungjawaban program, Komite Sekolah akan berperan sepanjang dilakukan komunikasi, koordinasi dan saling mendukung untuk

kepentingan peningkatan akses dan mutu SD.

Kesimpulan dan Saran

(8)

8

1. Sebagian besar guru SD tidak pernah belajar manajemen pada pendidikan calon guru (pre services training). Beberapa guru yang melanjutkan S1 PGSD mengkaji manajemen pada kuliah Manajemen Berbasis Sekolah yang lebih menekan pemahaman lingkungan sekolah dan dinamika pemangku kepentingan.

2. Pengalaman adalah guru dalam manajemen sekolah. Pengalaman sebagai guru kelas atau mata pelajaran, pengelola BOS, DAK dan Dana Dekonsentrasi menjadi referensi praktis dalam memahami substansi, sistem dan prosedur administrasi keuangan sekolah. Disamping itu, pelibatan dalam sosialisasi, workshop, dan pelatihan para

guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas SD mengembangkan wawasan tentang manajemen

3. Manajemen pembiayaan sekolah bersifat partisipatif dengan melibatkan guru, Komite Sekolah pembinaan Pengawas SD. Keterbatasan waktu, SDM , pengalaman merupakan alternatif manajemen berbasis partisipasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan :

1. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan mewajibkan setiap Progdi. Menyelenggarakan kuliah manajemen pendidikan / sekolah. Salah satu topik yang perlu dibahas adalah manajemen sumber daya keuangan sekolah. Hal ini menjadi penting untuk meningkatkan kompetensi khususnya bidang sosial dan pedagogik 2. Merubah status Kepala Sekolah sebagaj jabatan struktural dengan option tugas 6 jam

dalam pembelajaran, Bimbingan Konseling atau riset pengembangan pembelajaran. Dengan demikian, Kepala sebagai manajer, pemimpin dan supervisor memiliki referensi yang lebih komprehensif.

3. Mensosialisasikan bahwa tanggung jawab pendidikan adalah pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Partisipasi masyarakat diperlukan dalam mendukung good governance biaya sekolah berdasarkan prinsip ketercukupan, keadilan dan keberlanjutan.

Daftar Pustaka

Bappenas, (2009), Modul 1. Kerangka Pemikiran Reformasi Perencanaan dan Penganggaran, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan

Bastian, Indra (2007), Akuntansi Pendidikan, Jakarta, Erlangga

(9)

9

Bogdan and Bikken, (1982), Qualitative Research for Education an Introduction to Theory and Methods, Boston, Allyn & Baccan Inc,

Bungin, Burhan, (2003), Analisis Data Penelitian Kualitatif; Pemahaman Filosofis dan Metodologis kearah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta: PT. RajaGrafindopersada.

---, (2009), Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya, Jakarta, Kencana Prenada Media Group.

Cohn, Elchanan., (1979). The Economics of Education. Revised Edition, Massachusetts: A Subsidiary of Harper & Row Publisher, Inc,

Coombs, Philip H and Jacques Hallak, (1972), Managing Educational Cost, London, Oxford University Press

Creswell, John W, (1994), Qualitative Inquiry and Research Design; Choosing Among Five Traditions, California: SAGE Publications.

---, (1994), Research Design : Qualitative and Quantitative Approaches, California : SAGE Publications

Decentralized Basic Education (DBE), 2008, Panduan Fasilitasi Perhitungan Biaya Operasional Pendidikan (BOSP) dan Penyusunan Kebijakan, Jakarta, Kerjasama MenkoKesra, Depdikdiknas, Depag dengan Usaid. Amerika Serika Serikat.

Dye, R. Thomas, (1987), Understanding Public Policy, London, Prentice-Hall International (UK) Limited.

Gaffar, M.F, (2008), Pembiayaan Pendidikan Nasional Indonesia, Tantangan, Peta Permasalahan dan Strategi Perubahan Manajemen Pembiayaan Pendidikan Nasional Indonesia, (makalah tidak dipublikasikan), Disajikan pada Konvensi Nasional pendidikan Indonesia VI, di Universitas Pendidikan Ganesha, Bandung, Hotel Aston, 17 – 19 November 2008.

---. (1984). Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta: Dirjen Depdiknas.

Ghozali, Abbas et al. 2004. Analisis Biaya Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Balitbang, Depdiknas

---, (2008), Pendanaan Pendidikan di Indonesia dari APBN dan APBD, Makalah Simposium Tahunan Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Jakarta, Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional

Hahn, Alan J. (1990), Issues-Oriented Public Policy Education, Journal of Extension, Spring 1990,Volume 28, Number 1, tersedia : http://www.joe.org/joe/1990spring/a3.php ( 7 Mei 2009 )

(10)

10

Hanushek, Eric A. (1996), Measuring Investment in Education, Journal of Economic Perspectives-Volum 10, Number 4--Fall 1996-Pages 9-30, http://links.jstor.org/sici?sici=0895-3309%28199623%2910%3A4%3C9%3AMIIE%3E2.0.CO%3B2-1

Hoy, W. and Miskel, C. G. (2001). Educational administration theory. New York: Random House Inc.

Wahab, Abdul Aziz, (2008), Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Telaah terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan, Bandung, Alfabeta

Undang-Undang, Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

---, Undang-Undang Nomor : 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

---,Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

---,Undang-Undang Nomor : 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

---, Undang-Undang Nomor : 34 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

---, Nomor : 17 Tahun 2005 tentang Rencana Strategis Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009

Peraturan Pemerintah, Nomor : 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

---, Nomor : 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

---, Nomor : 6 Tahun 2008, tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

---, Nomor : 48 Tahun 2008, tentang Pendanaan Pendidikan

---,Nomor : 79 Tahun 2005, tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

---, Nomor :19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

---, Nomor : 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaran Pendidikan Nasional

---,Nomor : 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepaka Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat

---, Nomor : 60 TAHUN 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

---, Nomor : 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 23 Tahun 2007, Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang, 2005, Rencana Pembangunan jangka Menengah Daerah Tahun 2005-2011 (tidak dipublikasikan)

---, Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun anggaran 2008-2009 (tidak dipublikasikan)

(11)

11

---, Prioritas dan Plafon Anggaran APBD Tahun anggaran 2008-2009 (tidak dipublikasikan)

---, Peraturan Daerah tentang APBD Tahun anggaran 2008-2009 (tidak dipublikasikan)

---, Peraturan Daerah tentang APBD perubahan Tahun anggaran 2008-2009 (tidak dipublikasikan)

---, Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban APBD Tahun anggaran 2008 (tidak dipublikasikan)

Kementerian Pendidikan Nasional, Petunjuk Teknik Bantuan Operasional Sekolah, Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan ini kami beritahukan bahwa perusahaan Saudara telah lulus Evaluasi Administrasi, Teknik, Harga dan Kualifikasi untuk Paket tersebut di atas.. Sebagai kelanjutan proses

Gambar 2 menunjukkan bahwa volume akar tanaman cabai yang diberi bokasi kulit durian dosis 30 ton/ha menunjukkan nilai volume akar yang tertinggi walaupun berbeda

Terdapat perbedaan kadar serum kreatinin tikus wistar antara pemberian natrium diklofenak dosis 1,4 mg/kgBB dan 2,8 mg/kgBB. Natrium diklofenak per oral dosis 1,4 mg/kgBB dan

Berikan tanda  dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan memuaskan, dan berikan tanda  bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta

Dalam rencana tersebut Rumah sakit dituntut dapat mengimplementasi rencana induk Dalam rencana tersebut Rumah sakit dituntut dapat mengimplementasi rencana

Hasil penelitian disimpulkan bahwa ekstrak etanol akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) dosis 400 mg/kg BB yang diberikan sebelum dan selama induksi DMBA

Fotocopy berkas yang tercantum didalam formulir isian kualifikasi penawaran yang saudara sampaikan pada paket pekerjaan tersebut untuk diserahkan pada Pokja sebanyak 1

Experiment 1 was designed to investigate the effectiveness of grooming by prevent- ing grooming with E-collars while cats were exposed to fleas and comparing their flea load with