1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesalahan siswa yang muncul secara terus menerus dan berulang-ulang secara sistematis pada obyek yang berbeda-beda dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Hal ini pada akhirnya dapat memunculkan miskonsepsi pada diri siswa tersebut. Kesalahan pemahaman konsep yang dialami siswa pada tingkat dasar dapat menyebabkan kesalahan dalam memahami materi selanjutnya dan pada akhirnya akan mengakibatkan siswa tidak mampu menguasai konsep secara utuh (Kristinatali, 2010).
Mu Awi ah 010) menyatakan bahwa miskonsepsi mengarah pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh pakar dalam bidang tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widiawati (2010) ada lima sebab utama miskonsepsi dan masing-masing ditimbulkan oleh sebab khusus yaitu yang berasal dari siswa, guru, buku teks, konteks, dan cara mengajar. Penyebab khusus yang berasal dari siswa yaitu prakonsepsi siswa, kemampuan siswa dalam memahami materi dan minat belajar siswa. Penyebab yang berasal dari guru yaitu guru tidak menguasai bahan atau materi, bukan lulusan dari bidangnya, atau terkadang guru tidak mengungkapkan prakonsepsi siswa. Buku teks juga terkadang membuat miskonsepsi siswa yaitu karena penjelasan yang keliru terhadap materi, salah dalam penulisan rumus, atau bahkan tingkat kesulitan penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa. Kesalahan konteks dikarenakan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari, teman diskusi yang salah atau karena keyakinan dan agama yang dipercayainya. Miskonsepsi yang timbul karena cara mengajar yaitu karena pembelajaran hanya berisi ceramah dan tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa.
2
lanjut tentang penanganan miskonsepsi yang terjadi tersebut, sehingga perlu adanya tindakan untuk membantu siswa dalam memahami konsep secara tepat.
Penelitian Tunu (2010) menunjukkan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam miskonsepsi aljabar pada materi Bilangan Berpangkat dan Akar dikarenakan kurangnya konsep yang ada dalam peta konsep siswa sehingga siswa kurang mengerti dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pembelajaran aljabar. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siswa tersebut dikelompokkan menjadi tiga tipe kesalahan yaitu Precedence Error (Kesalahan yang terjadi karena tidak mengikuti aturan perintah operasi), Sustitution Errors (kesalahan yang terjadi karena mengganti operasi satu dengan yang lainnya) dan Non Modeled Errors (kesalahan yang tidak dapat didiagnosa atau karena kecerobohan).
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas yaitu pembelajaran dengan menggunakan modul. Manfaat penggunaan modul yaitu dapat memberikan pengajaran kepada siswa yang jumlahnya besar serta memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara individu. Diharapkan dengan adanya modul siswa dapat lebih memahami materi. Tujuan dari penggunaan modul dalam pembelajaran adalah: Siswa dapat belajar sesuai dengan cara mereka masing-masing; Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing; Siswa dapat memilih topik pembelajaran yang diminati karena siswa tidak mempunyai pola minat yang sama untuk mencapai tujuan yang sama; Siswa diberi kesempatan untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui program remidial (Sabri, 2007).
3
juga menunjukkan bahwa penggunaan modul dapat menurunkan miskonsepsi, meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar.
Hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran matematika di SMP Mater Alma Ambarawa menunjukkan bahwa ada siswa yang masih mengalami miskonsepsi pada materi Bilangan Berpangkat. Hal ini diperkuat dengan adanya fakta bahwa masih ada siswa yang belum tuntas KKM untuk nilai tugas dengan batas nilai minimum 7,0 pada materi tersebut. Lebih dari pada itu dengan melihat nilai dari hasil tryout siswa kelas IX menunjukkan bahwa 94% nilai siswa di bawah KKM. Pembelajaran di kelas selama ini guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok, guru belum pernah menggunakan modul dalam pembelajaran di kelas, oleh sebab itu penggunaan modul dapat diujicobakan dalam pembelajaran pada materi Bilangan Berpangkat untuk mengetahui efektivitasnya dalam mengurangi miskonsepsi Bilangan Berpangkat.
Berdasarkan penelitian-penelitian tentang miskonsepsi dan tujuan dari penggunaan modul, maka akan dibuat modul pembelajaran untuk mengurangi miskonsepsi pada materi Bilangan Berpangkat. Inilah alasan pengambilan topik tentang Efektivitas Penggunaan Modul untuk Mengurangi Miskonsepsi Bilangan Berpangkat, agar miskonsepsi siswa pada materi tersebut dapat berkurang.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana efektivitas penggunaan modul untuk mengurangi miskonsepsi pada materi Bilangan Berpangkat?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan modul dalam mengurangi miskonsepsi siswa pada materi Bilangan Berpangkat.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
4
Bilangan Berpangkat. Penggunaan modul mempunyai peran yang cukup besar, oleh karena itu guru dapat menerapkannya pada pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, agar dapat menambah pemahaman siswa tentang materi Bilangan Berpangkat.
b. Bagi guru, dapat dipergunakan sebagai masukan untuk penggunaan modul dalam proses balajar mengajar di kelas. c. Bagi peneliti lain, sebagai masukan untuk menambah