PENERAPAN JIGSAW LEARNING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA
HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
NUR KHALIMATUS SA’DIYAH NIM. D01212056
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)
Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
NUR KHALIMATUS SA’DIYAH NIM. D01212056
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
viii
Oleh: Nur Khalimatus Sa’diyah
Penelitian ini di latar belakangi oleh kurangnya motivasi belajar, semangat belajar dan kurang aktifnya siswa dalam proses belajar di kelas, begitu pula dengan minimnya komunikasi atau tukar pikiran antar siswa tentang materi pelajaran sehingga menjadikan siswa kurang keahlian dalam bicara atau menyampaikan suatu pikiran kepada siswa yang lain.
Rumusan penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan motivasi belajar fiqih pada siswa di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo? (2) Bagaimana motivasi yang diberikan dalam pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukudono Sidoarjo. (3) Bagaimana penerapan metode jigsaw dalam meningkatkan motivasi belajar fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukudono Sidoarjo.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran fiqih, (2) Mendeskripsikan penerapan jigsaw learning dalam meningkatkan motivasi pembelajaran fiqih, (3) Mengidentifikasi kendala-kendala penerapan jigsaw learning dalam meningkatkan motivasi belajar fiqih.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan jenis penelitian eksperimen. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara dan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan motivasi belajar pada siswa agar lebih bersemangat dalam menjalankan proses pembelajaran adalah dengan menerapkan beberapa poin motivasi dari para ahli. (2) Memberikan motivasi belajar pada peserta didik adalah suatu hal yang sangat penting dilakukan, dikarenakan tanpa adanya suatu motivasi terutama pada proses pembelajaran akan mengakibatkan suatu penurunan dalam menuntut ilmu. (3) Dalam proses pembelajaran ternyata dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw learning dapat meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran materi fiqih.
xii
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
BAB I :PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 2
C.Tujuan Penelitian ... 3
D.Manfaat Penelitian ... 3
E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 4
F. Definisi Operasional ... 4
G.Metode Penelitian ... 5
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum Tentang Jigsaw Learning. ... 12
B.Motivasi ... 17
C.Pembelajaran Fiqih ... 29
BABIII : METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian. ... 31
B.Populasi dan Sampel ... 32
C.Variabel Penelitian ... 33
D.Hipotesis Penelitian ... 34
E. Jenis Penelitian ... 35
xiii
A.Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 42
B.Penyajian Data ... 58
BAB V : PENUTUP
A.Kesimpulan ...67
B. Saran ...69
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena
itu metode mengajar memiliki andil yang sangat besar dalam kegiatan belajar mengajar.1
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi
dalam waktu yang relatif lama, sebagaimana yang telah peneliti alami ketika
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di MA Hasyim Asy’ari, ternyata sebagian besar
peserta didik membuat kegaduhan ditengah-tengah berlangsungnya proses belajar
mengajar, begitu juga wajah mereka menunjukkan kelesuan, ada juga yang berkali-kali
izin keluar kelas secara bergantian dan yang lebih penting lagi, motivasi peserta didik
terhadap pembelajaran materi pendidikan Agama Islam khususnya fiqih sangat kurang,
sehingga peserta didik tidak menguasai materi yang telah guru sampaikan, ketika itulah
guru mempertanyakan faktor penyebabnya dan berusaha mencari jawabannya secara
tepat.
Melihat kondisi tersebut peneliti sangat prihatin, sehingga peneliti berusaha
mencari solusi agar tujuan pengajaran yang diinginkan dapat tercapai. Dalam hal ini guru
sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menciptakan lingkungan belajar yang
kreatif dan menyenangkan bagi kegiatan belajar peserta didik dikelas, agar mereka
memiliki dorongan (motivasi) dalam belajar materi fiqih.
Salah satu kegiatan atau cara yang harus peneliti lakukan adalah melakukan
pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai
tujuan pengajaran. Boleh jadi dari sekian keadaan salah satu penyebabnya adalah faktor
1
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 43
Sebagaimana pendapat dari Roestiyah yaitu guru harus memiliki strategi agar
anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang
diharapkan.Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah seorang guru harus
menguasai tehnik-tehnik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dari sini
dapat dipahami bahwa metode yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik
dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu,
metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar
seseorang.3
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mencoba menerapkan metode mengajar yang
sesuai dengan kaberagaman karakteristik yang dimiliki peserta didik, sehingga
diharapkan penerapan metode ini mampu menjawab permasalahan yang terjadi di kelas
dalam pembalajaran Pendidikan Agama Islam khususnya mata pelajaran fiqih, sehingga
proses belajar mengajar dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian
ini diharapkan mampu mengatasi problem yang sedang terjadi dikelas serta mampu
memberikan metode baru tentang penggunaan metode jigsaw dalam pengajaran materi
pendidikan Islam. Dalam hal ini peneliti juga memperhatikan bagaimana pelajaran itu
hendak disampaikan atau metode apakah yang paling tepat untuk suatu pembelajaran.
Oleh karena itu penelitian ini berjudul; “Penerapan Jigsaw Learning dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MA Hasyim
Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo”.
2
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.87
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan motivasi belajar fiqih pada siswa MA Hasyim Asy’ari Bangsri
Sukodono Sidoarjo?
2. Bagaimana motivasi yang diberikan dalam pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari
Bangsri Sukodono Sidoarjo?
3. Bagaimana penerapan Jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi belajar fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan Jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi siswa dalam
pembelajaran fiqih.
2. Mendeskripsikan aplikasi Jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi
pembelajaran fiqih.
3. Mengidentifikasi kendala-kendala aplikasi Jigsaw Learning dalam meningkatkan
motivasi pembelajaran fiqih.
D. Manfaat Penelitian
Selain dari tujuan di atas penelitian ini juga memiliki manfaat atau kegunaan, antara lain:
1. Menambah wawasan bagi penulis tentang beberapa metode pembelajaran yang
berkembang dalam dunia pendidikan
2. Sebagai wawasan pendidikan tentang pentingnya kreatifitas dalam penyampaian
pengajaran
tujuan penelitian, sehingga penyajian analisa data dapat ditulis dengan tepat. Adanya
batasan ruang lingkup penelitian ini meliputi:
1. Dalam melakukan penelitian ini peneliti hanya meneliti bagamana penerapan Jigsaw
Learning dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo?
2. Memberikan gambaran tentang aplikasi dan pemberian motivasi pembelajaran pada
mata pelajaran fiqih dengan menggunakan Jigsaw Learning pada siswa MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo?
3. Seberapa besar antusias para siswa dalam mempelajari fiqih dengan menggunakan
Jigsaw Learning.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata/istilah kunci. Adapun istilah yang memerlukan penjelasan dalam judul di atas
adalah:
1.Penerapan adalah proses, cara, perbuatan penerapan.
2. Jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki
kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke kolompok lain." (group to
group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan
suatu masalah dalam materi.
3. Motivasi adalah penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya
4. Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus
membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik
kehidupan pribadi, bernasyarakat, maupun kehidupan manusia kepada Tuhannya.
G. Metode penelitian
Metode penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan
untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis
untuk mewujudkan kebenaran.4 Strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan
analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi berhasil tidaknya
suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian dalam
menentukan metode yang digunakan.
1. Jenis Data Penelitian
Data ialah sekumpulan fakta tentang suatu fenomena, baik berupa angka-angka
(bilangan) ataupun berupa kategori, seperti: senang, tidak senang, baik, buruk,
berhasil, gagal, tinggi, rendah, yang dapat diolah menjadi informasi.5.
2. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Jadi sumber data ini
menunjukkan asal informasi. Data ini harus diperoleh dari sumber data yang tepat.
Jika sumber data tidak tepat maka mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan
dengan masalah yang diselidiki.
Pengertian data adalah keseluruhan keterangan mengenai segala hal yang
berkaitan dengan penelitian. Berdasarkan pernyataan ini maka dapat diambil sebuah
pemahaman bahwa data adalah suatu informasi yang ada kaitannya dan mendukung
suatu penelitian, sehingga diperoleh suatu hasil yang dapat dipertahankan.
Data utama penelitian ini mencakup:
4
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proporsional, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.24 5
kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil tes pada setiap akhir tindakan.
2. Hasil lembar observasi perilaku dan aktivitas siswa.
3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa pada
saat pembelajaran materi fiqih berlangsung.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa MA Hasyim Asy’ari
kelas X yang berjumlah 30 anak. Alasan pengambilan kelas ini sebagai subyek
penelitian adalah karena berdasarkan observasi dan interview dengan kesiswaan dan
guru materi pelajaran fiqih, didapatkan:
1. Siswa kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran pendidikan Agama Islam
khususnya mata pelajaran fiqih.
2. Siswa meresa tertekan terhadap pembelajaran fiqih disebabkan guru selalu
menerapkan metode ceramah.
3. Siswa tidak merasa bahwa materi pembelajaran relevan dengan kebutuhannya.
4. Terlebih lokasi kelas yang tidak mendukung suksesnya proses belajar dikarenakan
keadaan kelas yang panas saat siang hari.
3. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap kenyataan-kenyataan yang akan
diselidiki. Metode observasi sering diartikan sebagai pengamatan, yaitu kegiatan
(penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan peraba).6 Dilihat dari hubungan
antara observasi dan observan (yang diobservasi), dapat dibedakan menjadi observasi
partisipan dan observasi non partisipan.
a. Observasi Partisipan
Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai
pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati.
b. Observasi Nonpartisipan
Observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti
terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan
mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti.7
Berkaitan dengan judul skripsi ini maka peneliti melakukan kegiatan observasi
dengan cara partisipatif. Jadi peneliti terjun langsung kelapangan dengan mengadakan
pengamatan terhadap subyek terteliti dengan mengambil bagian dalam suatu kegiatan.
3. Melalui tehnik observasi ini diperoleh data tentang; keadaan MA Hasyim Asy’ari
Bangsri Sukodono Sidoarjo sebagai obyek penelitian, yang meliputi: PBM di kelas,
keadaan guru dan keadaan peserta didik, serta keadaan sarana dan prasarananya.
Selain itu metode observasi ini juga dilakukan pada saat proses belajar
mengajar pendidikan agama Islam yang berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui
perilaku siswa yang berkaitan dengan motivasi siswa belajar agama Islam.
b) Wawancara (Interview)
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab yang
dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.
a. Tes
6
Ibid., h.146 7
jigsaw Learning. Tes yang dimaksud meliputi tes awal/ tes pengetahuan pra syarat,
yang akan digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep materi pelajaran
sebelum pemberian tindakan. Selanjutnya tes pengetahuan pra syarat tersebut juga
akan dijadikan sebagai acuan tambahan dalam mengelompokkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar, disamping menggunakan nilai raport selanjutnya skor
tes awal ini juga akan dijadikan sebagai skor awal bagi penentuan poin
perkembangan individu siswa.
Selain tes awal juga dilakukan tes pada setiap akhir tindakan, hasil tes ini akan
digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi dan pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran pendidikan agama Islam melalui penerapn jigsaw Learning.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi merupakan tekhnik
pengumpulan data dengan jalan memanfaatkan dokumen yang ada (bahan tertulis,
gambar-gambar penting atau film yang mendukung objektivitas peneliti).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:
1. Latar belakang MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.
2. Data guru, siswa, karyawan dan struktur organisasi MA Hasyim Asy’ari Bangsri
Sukodono Sidoarjo.
3. Data program-program sekolah yang direncanakan dalam pembelajaran
4. Nilai prestasi belajar siswa
Analisis merupakan tahap akhir terhadap apa yang dilakukan selama berada di
lapangan yang disertai dengan membuat laporan penelitian tindakan kelas. Untuk
menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview, dan dokumentasi
maka peneliti menganalisis data yang telah diperoleh untuk memastikan bahwa
dengan menerapkan metode jigsaw dapat meningkatkan motivasi pembelajaran siswa
terhadap materi pendidikan agama Islam.
Adapun tujuan dari analisis data ini adalah sebagaimana diantaranya yaitu :
1. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala-gejala yang
ada.
2. Mengidentifikasi masalah dengan memeriksa data-data yang memperlihatkan kondisi
dan praktek-praktek yang berlaku.
3. Melakukan evaluasi atau (jika mungkin) membuat komparasi.8
Analisis data dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Menelaah semua data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi
dan catatan lapangan.
2. Mereduksi data yang diperlukan dengan menyeleksi data tindakan aktivitas seorang
guru dan aktivitas setiap murid dalam menerapkan jigsaw Learning.
3. Menyajikan data atau memaparkan data dengan perhitungan frekuensi dan prestasi
data.
4. Menyimpulkan data yang telah tersedia.
Sebagai acuan analisis data yang bersumber dari Miles dan Hubberman, tekhnik
analisis data terdiri dari tiga tahapan pokok yaitu:
1) Reduksi Data
8
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari
analisis. Ia merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
Kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2) Paparan Data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Kami
membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan
melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan
apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan
berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.
3) Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan
verifikasi. Penarikan kesimpulan dalam pandangan kami, hanyalah sebagian dari satu
kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Peneliti yang berkompeten akan menangani
kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka tetapi kesimpulan-kesimpulan sudah disediakan,
mula-mula belum jelas, namun dengan meminjam istilah klasik dari Glaser dan
strauss kemudian meningkat menjadi lerbih rinci dan mengakar dengan kokoh.9
Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan jenis data yang bersifat kuantitatif
yang didapatkan dari hasil evaluasi, dianalisis menggunakan rumus:
9
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatifi, Tjejep Rohendi Rohidi
P = Postrate – Base Rate x100 %
Base Rate
Keterangan:
P : Presentase peningkatan
Post rate : Nilai rata-rata sesudah Tindakan
Base rate : Nilai rata-rata sebelum tindakan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Jigsaw Learning
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya
dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan
kawan-kawannya. Melalui jigsaw Learning kelas dibagi menjadi beberapa tim yang
anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik
tersebut.
Tipe jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana
pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan mendapat pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu
maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe jigsaw ini setiap
siswa menjadi anggota dari 2 kelompok. Para anggota dari berbagai tim yang
berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik
yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji
bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut "kelompok
pakar" (expert group). Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok
pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain
mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah
diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home teams", para siswa dievaluasi
secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.1
Model pembelajaran kooperatif model jigsaw ini menitik-beratkan
kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Siswa bekerja sama
saling saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.2
1. Pengertian Jigsaw Learning
Dalam hal ini peneliti menggunakan jigsaw Learning. Istilah metode
berasal dari bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu
"Metha" yang berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi
metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.3
Pengertian jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara
luas yang memiliki kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke
kolompok lain." (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting:
setiap peserta didik mengajarkan sesuatu.4Sedangkan menurut Arends model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
1
Nurhadi, dkk. Pembelajaran kontekstual (CTL) dan penerapan dalam KBK (Malang: UM PRESS, 2004), hlm. 65
2
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 20014), cet. Ke-1, hlm. 90
3
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 61
4
kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif
dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.
2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Jigsaw Learning
1. Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen
(bagian).
2. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
segmen yang ada. Jika jumlah siswa ada 50 sementara jumlah segmen
yang ada adalah 5, maka masing-masing kelopmok terdiri dari 10
orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua,
sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses
selesai gabungkan kedua kelompok pecahan tersebut.
3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi
pelajaran yang berbeda-beda.
4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk
menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok.
5. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan
sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam
Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek
pemahaman mereka terhadap materi.5
Adapun langkah-langkah yang lain adalah:
1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-6
anak).
2. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang
telah dibagi menjadi sub bab.
3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Tiap anggota kelompok ahli
setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.
5. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan
berupa kuis individu.
6. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.
Gambar 1.1
5
[image:23.595.121.520.206.737.2]Atau langkah-langkah lain seperti ini:
Siswa dihimpun dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 anak.
Masing-masing kelompok diberi tugas untuk dikerjakan.
Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas
yang sama berkumpul membentuk kelompok anggota yang baru,
untuk mengerjakan tugas mereka, para siswa tersebut menjadi
anggota dengan bidang-bidang mereka yang telah ditentukan.
Masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang
ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali
kekelompok masing-masing atau kelompok asalnya.
Siswa diberi tes, hal tersebut untuk mengetahui apakah siswa sudah
dapat memahami suatu materi.6
3. Variasi
1. Berikan tugas baru misalnya menjawab sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan pada pengetahuan akumulatif dari semua
anggota kelompok belajar jigsaw.
2. Berikan siswa motivasi untuk mendorong semangat memahami materi
yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga siswa tidak gaduh saat
diberikan waktu luang untuk membaca, memahami dan lain
sebagainya.
6
3. Beri siswa tanggung jawab untuk mempelajari keterampilan, sebagai
alternatif dari pemberian informasi kognitif. Perintahkan siswa untuk
saling mengajarkan keterampilan yang telah mereka pelajari.7
4. Faktor Penghambat Metode Jigsaw
Tidak selamanya proses belajar dengan metode jigsaw berjalan
dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul, yang paling
sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan
metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode
konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor
penghambat lain adalah kurangnya waktu, proses metode ini
membutuhkan waktu yang lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan
metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motif yang dalam bahasa Inggrisnya Motife berasal dari kata
motion yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Motif adalah
keadaan didalam pribadi orang yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas. Motivasi adalah penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan
dengan didasari adanya suatu kebutuhan. Motivasi juga bisa diartikan
perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktifitas nyata
7
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Raisul Muttaqien
berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari
aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk
mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk
mencapainya.8
Menurut Mc Donald:”Motivation is an energy change within the person caraterized by affective arousal and anticipatory goal reaction".
(Motivasi adalah perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan).9
Pendapat S Nasution, M. A. mengemukakan: "To motivate a child to arrange condition so that the wants to do what he is capable doing". Memotivasi murid adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.10
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga
komponen pokok, yaitu: menggerakkan, mengarahkan dan menopang
tingkah laku manusia. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada
individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus
menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu.11
8
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm.148 9
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm. 173
10
S. Nasution, Asas-asasMengajar (Bandung: Jemmars tt), hlm. 103 11
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, jelaslah bahwa
masalah-masalah yang dihadapi guru adalah mempelajari bagaimana
melaksanakan motivasi secara efektif. Seorang dalam melaksanakan
kegiatan mengajar, agar dapat memotivasi peserta didik hendaknya
melihat beberapa faktor berikut:
1. Pendidik sebagai sumber pengalaman tingkah laku sekaligus sebagai
objek perhatian peserta didik harus:
a. Memiliki kewibawaan dan kepribadian yang kuat dan menarik.
b. Menunjukkan minat yang besar terhadap isi pelajaran yang
disampaikannya.
c. Mampu memilih perangkat belajar atau menciptakan situasi belajar
yang mampu membangkitkan motif belajar.
2. Peserta didik adalah individu yang akan mengalami tingkah laku
tertentu dan sekaligus subyek yang memperhatikan. Maka pendidik
perlu mengenal jenis dan tingkat kebutuhan peserta didik bagi usaha
memotivasinya seperti:
a. Motif belajar dan minat belajar peserta didik
b. Insentif yang perlu diberikan kepada peserta didik, serta
c. Motif-motif lain yang ada pada diri peserta didik seperti motif
ingin rasa aman, ingin kasih saying, ingin perlakuansama, dan
seterusnya.
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas bahwa memotivasi
pengajar hendaknya mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan.
Maka guru dapat melakukan cara-cara berikut:
1. Usahakan jangan mengulangi hal-hal yang telah mereka ketahui,
karena akan menyebabkan kejenuhan.
2. Suasana fisik kelas jangan sampai membosankan
3. Hindarkan terjadinya frustasi dikarenakan situasi kelas yang tak masuk
akal, dan diluar jangkauan pikiran manusia
4. Hindarkan suasana kelas yang bersifat emosional sebagai akibat
adanya kontak personal.
5. Siapkan tugas-tugas yang menantang selama latihan
6. Berilah siswa pengetahuan tentang hasil-hasil yang telah dicapai oleh
masing-masing siswa.
7. Berikan ganjaran yang pantas terhadap usaha yang dilakukan oleh
siswa.
2. Tujuan Motivasi
a. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong
atau motor dari setiap kegiatan belajar.
b. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar
yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan
yang harus dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan
c. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan
kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan
pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak
menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.12
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi yaitu untuk
menggerakkan/ menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil/mencapai tujuan tertentu.13
3. Fungsi Motivasi
Motivasi sebagai suatu proses mengantarkan murid kepada
penglaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses
motivasi mempunyai fungsi antara lain:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi
tidak akan timbul perbuatan seperti perbuatan belajar.
b. Sebagai pengarah artinya, mengarahkan perbuatan kepada pencapaian
tujuan yang diinginkan.
c. Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu
pekerjaan.14
12Ibid
., hlm.163-164 13
Ibid., hlm. 73
14
Sedangkan fungsi motivasi menurut Ramayulis yang dikutip dari
proyek pembinaan prasarana dan sarana Perguruan Tinggi Agama Islam
Negeri Jakarta adalah:
a. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan
siaga.
b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang
berhubungan dengan pencapaian belajar.
Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan jangka
panjang.15
4. Macam-Macam Motivasi
Berdasarkan sumbernya motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
(1) motivasi intrinsik dan (2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi
intrinsik siswa adalah perasaan menyenagi materi dan kebutuhannya
terhadap materi tersebut. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan
keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya
untuk melakukan kegiatan belajar, seperti pujian dan hadiah, peraturan
sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya.16
15
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta Pusat: Kalam Mulia, 1998), hlm. 171
16
5. Prinsip Motivasi dalam Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktifitas belajar
seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi, tidak ada
motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.17Prinsip-prinsip ini disusun
atas dasar penelitian yang seksama dalam rangka mendorong motivasi
belajar peserta didik di sekolah. Dalam hal ini Keneth H. Hover
mengemukakan prinsip-prinsip motivasi antara lain:
a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman. Hukuman bersifat
menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai
apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, pujian lebih besar nilainya
bagi motivasi belajar peserta didik.
b. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada
motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan
yang diperoleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam
dirinya.
c. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar kepada orang lain. Guru
yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan peserta didik
yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian pula peserta
didik yang antusiasn akan mendorong motivasi peserta didik lainnya.
d. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan
minat yang lebih besar untuk mengerjakannya dari pada apabila
tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila peserta didik diberi
17
kesempatan untuk menemuklan masalah secara mandiri dan
memecahkannya sendiri, hal itu akan mengembangkan motivasi dan
disiplin lebih baik.
Tekanan kelompok peserta didik (peer group) kebanyakan lebih
efektif dalam memotivasi dari pada tekanan atau paksaan dari orang
dewasa. Peserta didik, terutama para adoselen, sedang mencari kebebasan
dari orang dewasa; ia menempatkan hubungan kawan sebayanya yang
lebih tinggi. Ia bersedia melakukan apa yang akan dilakukan oleh
kelompok sebayanya, dan demikian sebaliknya. Oleh karena itu, kalau
guru hendak membimbing peserta didik belajar, arahkanlah
anggota-anggota kelompok itu kepada nilai-nilai belajar, baru peserta didik tersebut
akan belajar dengan baik.18
6. Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa
Sehubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa,
DeCecco & Grawford (1974) mengajukan 4 fungsi pengajar:
1. Menggairahkan siswa
Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari pengajar harus
berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia
harus selalu memberikan pada siswa cukup banyak hal-hal yang perlu
dipikirkan dan dilakukan. Guru harus memelihara minat siswa dalam
belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah
18
dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. 'Discovery
lerarning' dan metode sumbang saran ('brain storming') memberikan
kebebasan semacam ini. Untuk dapat meningkatkan kegairahan siswa
guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi
awal siswa-siswanya.
2. Memberikan harapan realistis
Guru harus memelihara harapan-harapan siswa yang realistis,
dan memodifikasikan harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis.
Untuk ini pengajar perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
keberhasilan atau kegagalan akademis siswa pada masa lalu, dengan
demikian pengajar dapat membedakan antara harapan-harapan yang
realistis, pesimistis, atau terlalu optimis. Bila siswa telah banyak
mengalami kegagalan, maka guru harus memberikan sebanyak
mungkin keberhasilan pada siswa.
3. Memberikan insentif
Bila siswa mengalami keberhasilan, pengajar diharapkan
memberikan hadiah pada siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik,
dan lain sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga siswa terdorong
untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan
pengajaran. Sehubungan dengan hal ini umpan balik merupakan hal
yang sangat berguna untuk meningkatkan usaha siswa.
Pengajar harus mengarahkan tingkah lau siswa, dengan cara
menunjukkan pada siswa hal-hal yang dilakukan secara tidak benar dan
meminta pada mereka melakukan sebaik-baiknya.19
7. Cara Mengukur Motivasi
Pada umumnya ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu:
1) Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan
dorongan dalam diri seseorang.
2) Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi
ungkapan dari motif tertentu.
Laboratorium penelitian tentang motivasi umumnya menggunakan
cara yang pertama, yaitu berusaha menciptakan kondisi yang dapat
menimbulkan dorongan/ kebutuhan tertentu. Dapat juga dengan cara
pemberian hadiah/ insentif, insentif verbal berupa pengarahan-pengarahan
yan dapat memperkuat motif seseorang.
Salah satu cara yang lebih tepat mengetahui motif seseorang yang
sebenarnya adalah mengamati obyek-obyek yang menjadi pusat
perhatiannya. Obyek yang selalu dikejar itulah yang menjadi cermin atas
motif yang sedang menguasainya, selain iu bisa juga dikenal melalui
hadiah yang paling mengena baginya. Ada tidaknya motif yang sedang
menguasai seseorang juga bisa dijadikan ukuran, misalnya: kekuatan
19
tenaga yang dikeluarkan (usahanya), frekwensinya, kecepatan reaksinya,
tema pembicaraannya, fantasi dan impiannya.20
8. Indikator Siswa Termotivasi
Diantara indikator yang bisa dijadikan patokan siswa termotivasi
adalah:
a) Keinginan,keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi ketik belajar.
b) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
c) Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan
menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai hasil.
d) Siswa bergairah belajar.
Kemandirian belajar.21
Adapun ciri-ciri siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar
termotivasi:
a) Mencari dan memberikan informasi.
b) Bertanya pada guru atau siswa lain.
c) Mengajukan pendapat atau komentarkepada guru atau siswa lain.
d) Diskusi atau memecahkan masalah.
e) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
20
Martin H, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta, hlm. 61-62
21
f) Memanfaatkan sumber belajar yang ada.
g) Menilai dan memperbaiki nilai pekerjaannya.
h) Membuat kesimpulan sendiri tentang pelajaran yang diterimanya.
i) Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaanguru dengan tepat saat
pelajaran berlangsung.
j) Memberikan contoh dengan benar.
k) Dapat memecahkan masalah secara tepat.
l) Ada usaha dan motivasi dalam mempelajari bahan.
m) Senang bila diberi tugas
n) Bekerasama dengan berhubungan dengan siswa lain.
o) Dapat menjawab pertanyaan diakhir pelajaran.
Sardiman memberikan penjelasan ciri-ciri seseorang termotivasi
diantaranya:
a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai).
b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
d) Lebih senang belajar mandiri.
e) Cepat bosan dengan tugas rutin (kurang kreatif).
f) Sering mencari dan memecahkan soal-soal.
g) Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri diatas berarti dia telah
memiliki motivasi yang kuat dalam proses belajar mengajar. Ciri-ciri
tersebut akan menjadi penting karena dengan motivasi yang kuat siswa
akan bisa belajar dengan baik, lebih mandiri dan tidak terjebak pada
sesuatu yang rutinitas dan mekanis.22
C. Pembelajaran Fiqih 1. Pengertian fiqih
Kata fikih adalah bentukan dari kata fiqhun yang secara bahasa
berarti pemahaman yang mendalam yang menghendaki pengerahan
potensi akal. ilmu fikih merupakan salah satu bidang keiluan dalam
syari’at islam yang secara khusus membahas persoalan hukum atau aturan
yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik menyangkut
individu, masyarakat, maupun hubungan manusia dengan penciptanya.
Definisi fikih secara istilah mengalami perkembangan dari masa ke
masa, sehingga tidak pernah bisa kita temukan satu definisi yang tunggal.
Ulama fikih sendiri mendefinisikan fikih sebagai sekumpulan hukum
amaliyah (yang akan dikerjakan) yang disyariatkan dalam Islam. Dalam
hal ini kalangan fuqaha membaginya menjadi dua pengertian, yakni:
pertama, memelihara hukum furu’ (hukum keagamaan yang tidak pokok) secara mutlak (seluruhnya) atau sebagiannya. Kedua, meteri hukum itu
sendiri, baik yang bersifat qat’i maupun yang bersifat zanni.
22
2. Ruang lingkup fiqih
Ruang lingkup yang terdapat dalam fiqih adalah semua hukum
yang berbentuk amaliyah untuk diamalkan oleh setiap mungkin mukallaf
yang sudah diberi tanggung jawab melaksanakan ajaran syari’ah islam
dengan tanda tanda seperti baligh, berakal, sadar dan sudah masuk Islam.
3. Sumber dan objek fiqih
Sumber fikh berasal dari kitab suci al qur’an, hadits, ijma„ dan qiyas.
objek fikih mencakup lima macam hukum yaitu wajib,sunnah,mubah,
haram,makruh.23
4. Tujuan pembelajaran fiqih
Pembelajaran fiqih bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:
a) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara
terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli.
Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman
hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
b) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar. Pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan
menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang
tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Ada dua macam jenis penelitian yang bersifat kualitatif dan data yang
bersifat kuantitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bersifat
kuantitatif. Penelitian kuantitatif bermaksud menghimpun data, mengolah,
menganalisis dan menafsirkan angka-angka hasil perhitungan statistik.
Pemecahan masalah dengan mempergunakan metode kuantitatif sangat
menarik, karena hasil pemecahannya dipergunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Karenanya, metode kuantitatif dapat dipandang sebagai metode
keputusan.1
Di sini peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian
eksperimen merupakan metode ilmiah yang banyak dilakukan, dan memiliki
sejarah yang telah lama berkembang dalam bidang pengetahuan. Penelitian
eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan
manipulasi terhadap perlakuan individu yang diamati. Manipulasi yang
dilakukan dapat berupa situasi atau tindakan tertentu yang diberikan kepada
individu atau kelompok, dan setelah itu dilihat perubahannya. Eksperimen ini
dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan inilah
menjadi kekhasan suatu eksperimen dibandingkan dengan penelitian yang
lain. Sesuai dengan tujuannya untuk mengetahui efek suatu perlakuan. Maka
1
M. Muslieh, Metode Kuantitatif, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993), hlm.4
penelitian eksperimen ini merupakan penelitian yang bersifat prediktif, yaitu
meramalkan akibat dari suatu manipulasi terhadap variabel terikatnya. Dengan
pemberian suatu perlakuan, kita dapat meramalkan akibat apa yang akan
terjadi pada variabel terikatnya.2
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan lengkap dari seluruh elemen yang
sejenis, akan tetapi dibedakan menurut karakteristiknya.3
Tulus menyatakan bahwa populasi adalah “Seluruh individu yang
dimaksudkan untuk diteliti dan juga populasi merupakan kumpulan dari
individu-individu yang hidup secara berkelompok ataupun sendiri-sendiri
namun secara perilaku ada kemiripan”.4
Jadi dalam penelitian ini yang menjadi populasi yaitu siswa-siswi
Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo yang terdiri dari 6 kelas yaitu
kelas X 2 kelas, kelas XI 2 kelas IPA dan IPS, kelas XII 2 kelas IPA dan
IPS dengan jumlah keseluruhannya adalah 136 siswa.
2. Sampel
2
Latipun, Psikologi Eksperimen, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002), hlm.6
3
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm.23
4
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi
yang diteliti).5
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel siswa-siswi
kelas X-A MA Hasyim Asy’ari yang berjumlah 30 anak sebagai objek
penelitian. Untuk mengetahui besar kecilnya sampel Suharsimi Arikunto
lebih rinci menjelaskan beberapa persen atau sampel yang dianggap
mewakili populasi yang ada. Pendapatnya mengatakan, “Bahwa untuk
ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100% lebih baik diambil
semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar maka diambil antara 10-15%
atau 20-25% atau lebih”.6
C. Variabel Penelitian
Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari dua
variabel yaitu:
1. Variabel Bebas (independent Variable)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah metode
jigsaw.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
5
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm.56
6
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah
meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA
Hasyim Asy’ari Bangsri Sukudono Sidoarjo.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan dengan suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul, hal ini terbukti dia akan ditolak dan diterima jika fakta-fakta
membenarkannya. Berkaitan dengan ini penulis menggunakan hipotesis kerja
dan hipotesis nol senagai kesimpulan sementara, yaitu sebagai berikut:
1. Ha: Hipotesis kerja atau Hipotesis Alternatif
Yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara variabel bebas
dan variabel terikat. Jadi hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini adalah:
“Ada peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan metode jigsaw
terhadap siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri
Sukodono Sidoarjo”.
2. Ho: Hipotesis nol atau Hipotesis Nihil
Yaitu hipotesis yang mengatakan tidak adanya pengaruh antara variabel
bebas dan variabel terikat. Jadi hipotesis nihil (Ho) dalam penelitian ini
adalah: “Tidak ada peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan
E. Jenis Data Penelitian
Data ialah sekumpulan fakta tentang suatu fenomena, baik berupa
angka-angka (bilangan) ataupun berupa kategori, seperti senang, tidak senang, baik,
buruk, gagal, berhasil, gagal, tinggi, rendah, yang dapat diolah menjadi
informasi.7 Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif
yang didapat dari pelaksanaan metode jigsaw.
F. Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Jadi
sumber data ini menunjukkan asal informasi. Data ini harus diperoleh dari
sumber data yang tepat. Jika sumber data tidak tepat maka mengakibatkan
data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diselidiki.
Pengertian data adalah keseluruhan keterangan mengenai segala hal
yang berkaitan dengan penelitian. Berdasarkan pernyataan ini maka dapat
diambil sebuah pemahaman bahwa data adalah suatu informasi yang ada
kaitannya dan mendukung suatu penelitian, sehingga diperoleh suatu hasil
yang dapat dipertahankan.
Data utama penelitian ini mencakup:
1. Skor hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan, meliputi
skor hasil tes awal/ tes pengetahuan pra-syarat, hasil diskusi kelompok
siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil tes pada
setiap akhir tindakan.
7
2. Hasil lembar observasi perilaku dan aktivitas siswa.
3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas
siswa pada saat pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam
berlangsung.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MA
Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo yang berjumlah 136 anak.
Alasan pengambilan sekolah ini sebagai subyek penelitian adalah karena
berdasarkan observasi dan interview dengan kesiswaan dan guru materi
pelajaran fiqih, didapatkan:
1. Siswa kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran pendidikan
Agama Islam khususnya mata pelajaran fiqih.
2. Siswa meresa tertekan terhadap pembelajaran fiqih disebabkan guru
selalu menerapkan metode ceramah.
3. Siswa tidak merasa bahwa materi pembelajaran relevan dengan
kebutuhannya.
4. Terlebih lokasi kelas yang tidak mendukung suksesnya proses belajar
dikarenakan keadaan kelas yang panas saat siang hari.
G. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Observasi langsung dilakukan terhadap objek tempat
berlangsungnya suatu peristiwa, sehingga yang melakukan observasi
berada bersama objek yang ditelitinya.
Dalam penelitian ini, observasi langsung digunakan untuk
mengamati secara langsung keadaan kelas, keberlangsungan pelaksanaan
belajar mengajar mata pelajaran fiqih dengan mengunakan metode jigsaw
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Adapun penelitian ini
bertempat di MA Hasyim Asyi’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.
H. Teknik Analisis Data
Analisis merupakan tahap akhir terhadap apa yang dilakukan selama
berada di lapangan yang disertai dengan membuat laporan penelitian tindakan
kelas. Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi,
interview, dan dokumentasi maka peneliti menganalisis data yang telah
diperoleh untuk memastikan bahwa dengan menerapkan metode jigsaw dapat
meningkatkan motivasi pembelajaran siswa terhadap materi pendidikan agama
Islam.
Adapun tujuan dari analisis data ini adalah sebagaimana dikemukakan
oleh Surahmad diantaranya yaitu :
1. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan
2. Mengidentifikasi masalah dengan memeriksa data-data yang
memperlihatkan kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.
3. Melakukan evaluasi atau (jika mungkin) membuat komparasi.8
Analisis data dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Menelaah semua data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
dokumentasi dan catatan lapangan.
2. Mereduksi data yang diperlukan dengan menyeleksi data tindakan
aktivitas seorang guru dan aktivitas setiap murid dalam menerapkan
Metode jigsaw.
3. Menyajikan data atau memaparkan data dengan perhitungan frekuensi dan
prestasi data.
4. Menyimpulkan data yang telah tersedia.
Sebagai acuan analisis data yang bersumber dari Miles dan
Hubberman, tekhnik analisis data terdiri dari tiga tahapan pokok yaitu:
1) Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data
bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari
analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
8
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
Kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2) Paparan Data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian
data. Kami membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan
dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan
lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas
pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.
3) Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan
verifikasi. Penarikan kesimpulan dalam pandangan kami, hanyalah
sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Peneliti yang
berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar,
tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula
belum jelas, namun dengan meminjam istilah klasik dari Glaser dan
strauss (1967) kemudian meningkat menjadi lerbih rinci dan mengakar
dengan kokoh.9
9
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatifi, Tjejep Rohendi
Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan jenis data yang
bersifat kuantitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi, dianalisis
menggunakan rumus:
P = Postrate – Base Rate x100 % Base Rate
Keterangan:
P : Presentase peningkatan
Post rate : Nilai rata-rata sesudah Tindakan
Base rate : Nilai rata-rata sebelum tindakan.
(Rumus Data Kuantitatif dalam Penelitian kelas)
Dengan menggunakan rumus presentase di atas kita dapat mengetahui
peningkatan yang dicapai para peserta didik setelah melakukan berbagai tahap
dari metode jigsaw yang telah diterapkan dalam proses belajar mengajar. Kita
dapat mengetahui perubahan hasil dari peserta didik dengan presentase
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah, yakni MA Hasyim Asy’ari Bangsri
merupakan salah satu MA di tepi jalan raya yang sangat strategis. Untuk lebih
jelasnya tentang deskripsi sekolah bisa dilihat dalam profil MA Hasyim
Asy’ari.
1. Sejarah
Diilhami dari banyaknya masyarakat yang buta aksara maka para tokoh
masyarakat, yang dimonitori oleh pejabat desa dan muballigh membuat
perkumpulan yang namanya PBH (Pemberantasan Buta Huruf) sekitar tahun
1955-1960 yang dimonitori oleh H. Abdul Syakur, H. Isma’il, H. Sholeh, H.
Hamid, dkk. Setelah berhasil mendirikan PBH agar masyarakat tidak pandai
umum saja maka tahun 1961-1966 mendirikan madrasah diniyah dengan
tingkatan ula dan wusto yang dimonitori oleh H. Abdul Mu’in Mustaqim, H.
Abdul Syukur (H. Abdul Rahman Fauzi), Kyai Hasyim Kholil, Madzkur, H.
Khotib, H. M. Hajar. Setelah berhasil mendirikan madrasah diniyah maka
mendirikan madrasah ibtida’iyah Hasyim Asy’ari dengan murid pertama
sejumlah 75 siswa/i.
Mengingat siswa/i MI Hasyim Asy’ari tidak punya bibit/anak usia
pra-sekolah maka didirikanlah lembaga Taman Kanak-Kanak Hasyim Asy’ari
dengan siswa pertama 25, didirikan pada tahun 1975. Para tokoh masyarakat
desa Bangsri melihat perkembangan dan pertumbuhan pendidikan di Desa
Bangsri dengan total siswa mencapai 450 siswa baik TK maupun MI yang
berasal dari desa Bangsri, Sambibulu, Panjunan, dan Plumbungan, maka
pengurus madrasah dan tokoh masyarakat sepakat untuk mendirikan
lembaga di atasnya yaitu MTs Hayim Ash’ari tepatnya tahun 1983 dengan
siswa pertama 40 siswa.
Melihat semakin berkembangnya MTs dengan jumlah 300 siswa, maka
didirikan lagi lembaga di atasnya yaitu MA Hasyim Asy’ari yang didirikan
pada tahun 1988 dengan siswa pertama 35 siswa.
Pada tahun 1995 di kembangkan lagi lembaga kejuruan yang bernama
SMK/ SPM YAHARI.
Mengingat sudah memiliki lima lembaga pendidikan maka para pengurus
menghadap adalah :
a. KH. Abdurrohman Fauzi
b. Dr. H. Achmad Muhammad, M.Ag
c. H. Mus Mu’allim Syarief, SH. M.Hum
d. Drs. H. Achmad Turmudzi
e. H. Nur Sulaiman
Yang sekarang kita kenal dengan sebutan YAHARI (Yayasan Hasyim
Asy’ari).
Adapun jumlah siswa atau peserta didik di YAHARI sampai saat ini
sekitar 750 siswa yang meliputi TK, MI, Mts, MA, SMK.Demikian sekilas
2. Profil Sekolah
a. Identitas Sekolah
1. Nama Sekolah : MA HASYIM ASY’ARI
2. Alamat Desa/Kelurahan : BANGSRI
3. Kecamatan : SUKODONO
4. Kabupaten : SIDOARJO
5. No. Telp. : 031 787 1777
6. Klasifikasi akreditasi sekolah : A / B / C *)
7. N S S : 131235150015
8. NPSN : 20584604
9. Tahun pendirian : 1988
10. Status tanah : hak milik / pinjam / sewa /
hak pakai*)
11. Luas tanah : 1.820m²
12. Luas bangunan : 433 m²
*) Coret yang tidak perlu
b. Identitas Kepala Sekolah
1. Nama : Dra. Siti Nur Hidajati
2. T. Tgl. Lahir : Magetan, 17 Agustus 1966
3. Alamat : Klagen-Wilayut-Sukodono
4. Pendidikan Terakhir : S1 Teknologi Pendidikan
6. Mulai Tugas Kepala Madrasah : 2009
c. Data Guru
1) Data keadaan guru berdasarkan status kepegawaian
a) Jumlah guru termasuk Kepala Sekolah : 26 orang
b) Jumlah Guru Tetap Yayasan (GTY) : 16 orang
c) Jumlah Guru Tidak Tetap Yayasan (GTTY) : 10 orang
d) Jumlah Guru PNS Dpk : - orang
e) Jumlah tenaga administrasi : 4 orang
f) Jumlah penjaga sekolah : 2 orang
2) Keadaan guru berdasarkan keahlian dan tingkat pendidikan
No Keahlian
Tingkat pendidikan
Jml. SLTA D1 D2 D3 S1 S2
1 Pend. Agama 2 1 3
2 IPA 3 3
3 IPS 1 3 4
4 PKn 1 1
5 Bhs.
Indonesia
2 2
6 Bhs. Inggris 1 1 2
8 Matematika 1 1
9 Seni Budaya 1 1
10 TIK 1 1
11 Penjaskes 1 1 1 3
12 Keterampilan 1 1
13 Muatan
Lokal
2 2
Jumlah 2 4 20 26
d. Data Siswa/i
No. Kelas
Jumlah Siswa
2013-2014 2014-2015 2015-2016
1 X 33 50 59
2 XI 41 29 50
3 XII 33 42 27
JUMLAH 107 121 136
e. Keadaan Fisik
1) Tanah
Area luas tanah yang ditempati bangunan / gedung Madrasah
Yayasan Hasyim Asy’ari Sukodono dengan status Hak Milik
sertifikat nomor : 13 tanggal 5 februari 1996.
2) Bangunan / gedung keseluruhan :
a) Luas seluruh bangunan / gedung : 433 m²
b) Lapangan upacara : 817 m²
c) Lain – lain : 70 m²
3) Bangunan / gedung untuk kependidikan :
a) Ruang kelas (5 ruang kelas)= 320 m²
b) ruang kantor
1. ruang kepala madrasah = 32 m²
2. ruang guru = 32 m²
3. ruang tata usaha = 6 m²
4. ruang BP / BK = 6 m²
5. ruang komputer = 6 m²
c) Toilet Guru = 7,5 m²
d) Toilet Siswa = 30 m²
Secara keseluruhan bangunan yang ada didalamnya berkondisi
baik, mengingat bangunan baru dibangun pada tahun pelajaran 1994
/1995. Terlebih kondisi terakhir bangunan untuk beberapa ruang
kelas mendapat bantuan untuk rehab bangunan sementara bangunan
yang telah ada selalu diusahakan penambahan yang hingga saat ini
masih dalam proses penyelesaian. Dengan demikian siswa
diharapkan akan merasakan keamanan dan kenyamanan dalam
mengikuti proses belajar mengajar di lingkungan lembaga
pendidikan Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono.
5) Perabot / mebelair
Jumlah ruang kelas pada tahun ajaran 2015 – 2016 adalah
sebagai berikut :
a) Kelas X = 2 ruang
b) Kelas XI = 2 ruang
c) Kelas XII = 2 ruang
d) Ruang praktik Komputer = 1 ruang
e) Ruang perpustakaan = 1 ruang
f) Ruang Laboratorium = 1 ruang
g) Ruang Laboratorium / pratik bahasa = 1 ruang
a) Meja peserta didik / bangku
1. Kelas X 2 ruang = 20 set meja / bangku
2. Kelas XI 2 ruang = 20 set meja / bangku
3. Kelas XII 2 ruang = 20 set meja / bangku
b) Meja dan kursi guru = 6 set
c) Papan tulis = 6 buah
d) Papan absen siswa = 6 buah
e) Gambar pancasila, Pres / Wapres = 6 set
f) Alat –alat kebersihan kelas = 6 set
7) Macam dan jumlah perabot di ruang kantor
a) Meja tulis dan kursi = 2 set
b) Meja kursi tamu = 1 set
c) Almari kayu / kaca / besi = 5 buah
d) Papan data = 7 buah
e) Gambar pancasila, Pres / Wapres = 2 set
f) Kursi = 5 setel
h) Kondisi perabot:
Baik = 99 %
Sedang = 1 %
Rusak = 0 %
8) Perabot di ruang perpustakaan
a) Macam dan jumlah mebelair :
1. Meja panjang = 1 buah
2. Almari kayu = 1 buah
3. Meja tamu + petugas = 2 buah
4. Rak buku = 5 buah
5. Laptop = 2 buah
6. Printer = 1 buah
7. Laci petugas = 3 buah
b) Kondisi perabot / mebelair :
Baik = 95 %
Rusak = 0 %
9) Perabot di ruang BP / BK
a) Macam dan jumlah mebelair :
1. Meja = 1 buah
2. Laci / loker = 1 buah
3. Kursi = 2 buah
b) Kondisi perabot / mebelair :
Baik = 99 %
Sedang = 1 %
Rusak = 0 %
10) Perabot di ruang UKS
a) Macam dan jumlah mebelair:
1. Tempat obat – obatan = 1 buah
2. Dipan = 2 stel
b) Kondisi perabot / mebelair:
Baik = 99 %
Rusak = 0 %
11) Perabot diruang praktik komputer
a) Macam dan jumlah mebelair :
1. Komputer server = 1 unit
2. Komputer peserta didik = 18 unit
3. Meja guru / server = 1 buah
4. Meja peserta didik = 18 buah
5. Kursi guru / server = 1 buah
6. Kursi peserta didik = 18 buah
7. Almari = 2 buah
8. AC = 1 buah
9. Blower = 1 buah
10.Mix + speaker = 1 unit
11.Loker = 1 buah
b) Kondisi perabot / mebelair :
Baik = 80 %
Rusak = 0 %
12) Jenis alat – alat kantor
a) Mesin Ketik = 2 buah
b) Komputer = 2 buah
c) Printer = 2 buah
d) Laptop = 1 buah
e) LCD = 1 buah
f) Layar LCD = 2 buah
g) Kalkulator = 1 buah
h) Pengeras Suara = 1 buah
i) Pesawat Televisi = 1 buah
j) Pesawat Radio/Tape = 1 buah
k) Jam Dinding = 2 buah
l) Kipas Angin = 2 buah
m)Bendera Merah Putih = 1 buah
n) Bendera Tut Wuri Handayani = 1 buah