• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN JIGSAW LEARNING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN JIGSAW LEARNING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN JIGSAW LEARNING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MA

HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

NUR KHALIMATUS SA’DIYAH NIM. D01212056

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

HASYIM ASY’ARI BANGSRI SUKODONO SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

NUR KHALIMATUS SA’DIYAH NIM. D01212056

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)
(4)
(5)
(6)

viii

Oleh: Nur Khalimatus Sa’diyah

Penelitian ini di latar belakangi oleh kurangnya motivasi belajar, semangat belajar dan kurang aktifnya siswa dalam proses belajar di kelas, begitu pula dengan minimnya komunikasi atau tukar pikiran antar siswa tentang materi pelajaran sehingga menjadikan siswa kurang keahlian dalam bicara atau menyampaikan suatu pikiran kepada siswa yang lain.

Rumusan penelitian yang diambil pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan motivasi belajar fiqih pada siswa di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo? (2) Bagaimana motivasi yang diberikan dalam pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukudono Sidoarjo. (3) Bagaimana penerapan metode jigsaw dalam meningkatkan motivasi belajar fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukudono Sidoarjo.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran fiqih, (2) Mendeskripsikan penerapan jigsaw learning dalam meningkatkan motivasi pembelajaran fiqih, (3) Mengidentifikasi kendala-kendala penerapan jigsaw learning dalam meningkatkan motivasi belajar fiqih.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan jenis penelitian eksperimen. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penerapan motivasi belajar pada siswa agar lebih bersemangat dalam menjalankan proses pembelajaran adalah dengan menerapkan beberapa poin motivasi dari para ahli. (2) Memberikan motivasi belajar pada peserta didik adalah suatu hal yang sangat penting dilakukan, dikarenakan tanpa adanya suatu motivasi terutama pada proses pembelajaran akan mengakibatkan suatu penurunan dalam menuntut ilmu. (3) Dalam proses pembelajaran ternyata dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw learning dapat meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran materi fiqih.

(7)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

BAB I :PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 2

C.Tujuan Penelitian ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 3

E. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 4

F. Definisi Operasional ... 4

G.Metode Penelitian ... 5

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A.Tinjauan Umum Tentang Jigsaw Learning. ... 12

B.Motivasi ... 17

C.Pembelajaran Fiqih ... 29

BABIII : METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian. ... 31

B.Populasi dan Sampel ... 32

C.Variabel Penelitian ... 33

D.Hipotesis Penelitian ... 34

E. Jenis Penelitian ... 35

(8)

xiii

A.Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 42

B.Penyajian Data ... 58

BAB V : PENUTUP

A.Kesimpulan ...67

B. Saran ...69

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam

mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena

itu metode mengajar memiliki andil yang sangat besar dalam kegiatan belajar mengajar.1

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi

dalam waktu yang relatif lama, sebagaimana yang telah peneliti alami ketika

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di MA Hasyim Asy’ari, ternyata sebagian besar

peserta didik membuat kegaduhan ditengah-tengah berlangsungnya proses belajar

mengajar, begitu juga wajah mereka menunjukkan kelesuan, ada juga yang berkali-kali

izin keluar kelas secara bergantian dan yang lebih penting lagi, motivasi peserta didik

terhadap pembelajaran materi pendidikan Agama Islam khususnya fiqih sangat kurang,

sehingga peserta didik tidak menguasai materi yang telah guru sampaikan, ketika itulah

guru mempertanyakan faktor penyebabnya dan berusaha mencari jawabannya secara

tepat.

Melihat kondisi tersebut peneliti sangat prihatin, sehingga peneliti berusaha

mencari solusi agar tujuan pengajaran yang diinginkan dapat tercapai. Dalam hal ini guru

sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menciptakan lingkungan belajar yang

kreatif dan menyenangkan bagi kegiatan belajar peserta didik dikelas, agar mereka

memiliki dorongan (motivasi) dalam belajar materi fiqih.

Salah satu kegiatan atau cara yang harus peneliti lakukan adalah melakukan

pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai

tujuan pengajaran. Boleh jadi dari sekian keadaan salah satu penyebabnya adalah faktor

1

Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 43

(10)

Sebagaimana pendapat dari Roestiyah yaitu guru harus memiliki strategi agar

anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang

diharapkan.Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah seorang guru harus

menguasai tehnik-tehnik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dari sini

dapat dipahami bahwa metode yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik

dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah

motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu,

metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar

seseorang.3

Berdasarkan uraian diatas, peneliti mencoba menerapkan metode mengajar yang

sesuai dengan kaberagaman karakteristik yang dimiliki peserta didik, sehingga

diharapkan penerapan metode ini mampu menjawab permasalahan yang terjadi di kelas

dalam pembalajaran Pendidikan Agama Islam khususnya mata pelajaran fiqih, sehingga

proses belajar mengajar dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian

ini diharapkan mampu mengatasi problem yang sedang terjadi dikelas serta mampu

memberikan metode baru tentang penggunaan metode jigsaw dalam pengajaran materi

pendidikan Islam. Dalam hal ini peneliti juga memperhatikan bagaimana pelajaran itu

hendak disampaikan atau metode apakah yang paling tepat untuk suatu pembelajaran.

Oleh karena itu penelitian ini berjudul; “Penerapan Jigsaw Learning dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MA Hasyim

Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo”.

2

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.87

3

(11)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan motivasi belajar fiqih pada siswa MA Hasyim Asy’ari Bangsri

Sukodono Sidoarjo?

2. Bagaimana motivasi yang diberikan dalam pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari

Bangsri Sukodono Sidoarjo?

3. Bagaimana penerapan Jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi belajar fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan Jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi siswa dalam

pembelajaran fiqih.

2. Mendeskripsikan aplikasi Jigsaw Learning dalam meningkatkan motivasi

pembelajaran fiqih.

3. Mengidentifikasi kendala-kendala aplikasi Jigsaw Learning dalam meningkatkan

motivasi pembelajaran fiqih.

D. Manfaat Penelitian

Selain dari tujuan di atas penelitian ini juga memiliki manfaat atau kegunaan, antara lain:

1. Menambah wawasan bagi penulis tentang beberapa metode pembelajaran yang

berkembang dalam dunia pendidikan

2. Sebagai wawasan pendidikan tentang pentingnya kreatifitas dalam penyampaian

pengajaran

(12)

tujuan penelitian, sehingga penyajian analisa data dapat ditulis dengan tepat. Adanya

batasan ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Dalam melakukan penelitian ini peneliti hanya meneliti bagamana penerapan Jigsaw

Learning dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

2. Memberikan gambaran tentang aplikasi dan pemberian motivasi pembelajaran pada

mata pelajaran fiqih dengan menggunakan Jigsaw Learning pada siswa MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo?

3. Seberapa besar antusias para siswa dalam mempelajari fiqih dengan menggunakan

Jigsaw Learning.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata/istilah kunci. Adapun istilah yang memerlukan penjelasan dalam judul di atas

adalah:

1.Penerapan adalah proses, cara, perbuatan penerapan.

2. Jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki

kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke kolompok lain." (group to

group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan

suatu masalah dalam materi.

3. Motivasi adalah penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya

(13)

4. Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus

membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik

kehidupan pribadi, bernasyarakat, maupun kehidupan manusia kepada Tuhannya.

G. Metode penelitian

Metode penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan

untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis

untuk mewujudkan kebenaran.4 Strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan

analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi berhasil tidaknya

suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian dalam

menentukan metode yang digunakan.

1. Jenis Data Penelitian

Data ialah sekumpulan fakta tentang suatu fenomena, baik berupa angka-angka

(bilangan) ataupun berupa kategori, seperti: senang, tidak senang, baik, buruk,

berhasil, gagal, tinggi, rendah, yang dapat diolah menjadi informasi.5.

2. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Jadi sumber data ini

menunjukkan asal informasi. Data ini harus diperoleh dari sumber data yang tepat.

Jika sumber data tidak tepat maka mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan

dengan masalah yang diselidiki.

Pengertian data adalah keseluruhan keterangan mengenai segala hal yang

berkaitan dengan penelitian. Berdasarkan pernyataan ini maka dapat diambil sebuah

pemahaman bahwa data adalah suatu informasi yang ada kaitannya dan mendukung

suatu penelitian, sehingga diperoleh suatu hasil yang dapat dipertahankan.

Data utama penelitian ini mencakup:

4

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proporsional, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.24 5

(14)

kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil tes pada setiap akhir tindakan.

2. Hasil lembar observasi perilaku dan aktivitas siswa.

3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa pada

saat pembelajaran materi fiqih berlangsung.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa MA Hasyim Asy’ari

kelas X yang berjumlah 30 anak. Alasan pengambilan kelas ini sebagai subyek

penelitian adalah karena berdasarkan observasi dan interview dengan kesiswaan dan

guru materi pelajaran fiqih, didapatkan:

1. Siswa kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran pendidikan Agama Islam

khususnya mata pelajaran fiqih.

2. Siswa meresa tertekan terhadap pembelajaran fiqih disebabkan guru selalu

menerapkan metode ceramah.

3. Siswa tidak merasa bahwa materi pembelajaran relevan dengan kebutuhannya.

4. Terlebih lokasi kelas yang tidak mendukung suksesnya proses belajar dikarenakan

keadaan kelas yang panas saat siang hari.

3. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a) Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan

pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap kenyataan-kenyataan yang akan

diselidiki. Metode observasi sering diartikan sebagai pengamatan, yaitu kegiatan

(15)

(penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan peraba).6 Dilihat dari hubungan

antara observasi dan observan (yang diobservasi), dapat dibedakan menjadi observasi

partisipan dan observasi non partisipan.

a. Observasi Partisipan

Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai

pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati.

b. Observasi Nonpartisipan

Observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti

terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan

mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti.7

Berkaitan dengan judul skripsi ini maka peneliti melakukan kegiatan observasi

dengan cara partisipatif. Jadi peneliti terjun langsung kelapangan dengan mengadakan

pengamatan terhadap subyek terteliti dengan mengambil bagian dalam suatu kegiatan.

3. Melalui tehnik observasi ini diperoleh data tentang; keadaan MA Hasyim Asy’ari

Bangsri Sukodono Sidoarjo sebagai obyek penelitian, yang meliputi: PBM di kelas,

keadaan guru dan keadaan peserta didik, serta keadaan sarana dan prasarananya.

Selain itu metode observasi ini juga dilakukan pada saat proses belajar

mengajar pendidikan agama Islam yang berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui

perilaku siswa yang berkaitan dengan motivasi siswa belajar agama Islam.

b) Wawancara (Interview)

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab yang

dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan.

a. Tes

6

Ibid., h.146 7

(16)

jigsaw Learning. Tes yang dimaksud meliputi tes awal/ tes pengetahuan pra syarat,

yang akan digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep materi pelajaran

sebelum pemberian tindakan. Selanjutnya tes pengetahuan pra syarat tersebut juga

akan dijadikan sebagai acuan tambahan dalam mengelompokkan siswa dalam

kelompok-kelompok belajar, disamping menggunakan nilai raport selanjutnya skor

tes awal ini juga akan dijadikan sebagai skor awal bagi penentuan poin

perkembangan individu siswa.

Selain tes awal juga dilakukan tes pada setiap akhir tindakan, hasil tes ini akan

digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi dan pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran pendidikan agama Islam melalui penerapn jigsaw Learning.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi merupakan tekhnik

pengumpulan data dengan jalan memanfaatkan dokumen yang ada (bahan tertulis,

gambar-gambar penting atau film yang mendukung objektivitas peneliti).

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

1. Latar belakang MA Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

2. Data guru, siswa, karyawan dan struktur organisasi MA Hasyim Asy’ari Bangsri

Sukodono Sidoarjo.

3. Data program-program sekolah yang direncanakan dalam pembelajaran

4. Nilai prestasi belajar siswa

(17)

Analisis merupakan tahap akhir terhadap apa yang dilakukan selama berada di

lapangan yang disertai dengan membuat laporan penelitian tindakan kelas. Untuk

menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview, dan dokumentasi

maka peneliti menganalisis data yang telah diperoleh untuk memastikan bahwa

dengan menerapkan metode jigsaw dapat meningkatkan motivasi pembelajaran siswa

terhadap materi pendidikan agama Islam.

Adapun tujuan dari analisis data ini adalah sebagaimana diantaranya yaitu :

1. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala-gejala yang

ada.

2. Mengidentifikasi masalah dengan memeriksa data-data yang memperlihatkan kondisi

dan praktek-praktek yang berlaku.

3. Melakukan evaluasi atau (jika mungkin) membuat komparasi.8

Analisis data dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Menelaah semua data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi

dan catatan lapangan.

2. Mereduksi data yang diperlukan dengan menyeleksi data tindakan aktivitas seorang

guru dan aktivitas setiap murid dalam menerapkan jigsaw Learning.

3. Menyajikan data atau memaparkan data dengan perhitungan frekuensi dan prestasi

data.

4. Menyimpulkan data yang telah tersedia.

Sebagai acuan analisis data yang bersumber dari Miles dan Hubberman, tekhnik

analisis data terdiri dari tiga tahapan pokok yaitu:

1) Reduksi Data

8

(18)

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari

catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari

analisis. Ia merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga

Kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2) Paparan Data

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Kami

membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan

melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan

apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan

berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.

3) Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan

verifikasi. Penarikan kesimpulan dalam pandangan kami, hanyalah sebagian dari satu

kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama

penelitian berlangsung. Peneliti yang berkompeten akan menangani

kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka tetapi kesimpulan-kesimpulan sudah disediakan,

mula-mula belum jelas, namun dengan meminjam istilah klasik dari Glaser dan

strauss kemudian meningkat menjadi lerbih rinci dan mengakar dengan kokoh.9

Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan jenis data yang bersifat kuantitatif

yang didapatkan dari hasil evaluasi, dianalisis menggunakan rumus:

9

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatifi, Tjejep Rohendi Rohidi

(19)

P = Postrate – Base Rate x100 %

Base Rate

Keterangan:

P : Presentase peningkatan

Post rate : Nilai rata-rata sesudah Tindakan

Base rate : Nilai rata-rata sebelum tindakan.

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Jigsaw Learning

Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya

dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan

kawan-kawannya. Melalui jigsaw Learning kelas dibagi menjadi beberapa tim yang

anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa

bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik

tersebut.

Tipe jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dimana

pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran

dan mendapat pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu

maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe jigsaw ini setiap

siswa menjadi anggota dari 2 kelompok. Para anggota dari berbagai tim yang

berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik

yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji

bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut "kelompok

pakar" (expert group). Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok

pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain

mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah

(21)

diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home teams", para siswa dievaluasi

secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.1

Model pembelajaran kooperatif model jigsaw ini menitik-beratkan

kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Siswa bekerja sama

saling saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Dalam model pembelajaran jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk

mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat

meningkatkan keterampilan berkomunikasi.2

1. Pengertian Jigsaw Learning

Dalam hal ini peneliti menggunakan jigsaw Learning. Istilah metode

berasal dari bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu

"Metha" yang berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi

metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.3

Pengertian jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara

luas yang memiliki kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke

kolompok lain." (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting:

setiap peserta didik mengajarkan sesuatu.4Sedangkan menurut Arends model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran

1

Nurhadi, dkk. Pembelajaran kontekstual (CTL) dan penerapan dalam KBK (Malang: UM PRESS, 2004), hlm. 65

2

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 20014), cet. Ke-1, hlm. 90

3

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 61

4

(22)

kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6

orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif

dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus

dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.

2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Jigsaw Learning

1. Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen

(bagian).

2. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah

segmen yang ada. Jika jumlah siswa ada 50 sementara jumlah segmen

yang ada adalah 5, maka masing-masing kelopmok terdiri dari 10

orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua,

sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses

selesai gabungkan kedua kelompok pecahan tersebut.

3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi

pelajaran yang berbeda-beda.

4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk

menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok.

5. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan

sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam

(23)

Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek

pemahaman mereka terhadap materi.5

Adapun langkah-langkah yang lain adalah:

1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-6

anak).

2. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang

telah dibagi menjadi sub bab.

3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan

bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Tiap anggota kelompok ahli

setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.

4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama

bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.

5. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan

berupa kuis individu.

6. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama

bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.

Gambar 1.1

5

[image:23.595.121.520.206.737.2]
(24)

Atau langkah-langkah lain seperti ini:

 Siswa dihimpun dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 anak.

 Masing-masing kelompok diberi tugas untuk dikerjakan.

 Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas

yang sama berkumpul membentuk kelompok anggota yang baru,

untuk mengerjakan tugas mereka, para siswa tersebut menjadi

anggota dengan bidang-bidang mereka yang telah ditentukan.

 Masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang

ditugaskan, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali

kekelompok masing-masing atau kelompok asalnya.

 Siswa diberi tes, hal tersebut untuk mengetahui apakah siswa sudah

dapat memahami suatu materi.6

3. Variasi

1. Berikan tugas baru misalnya menjawab sejumlah

pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan pada pengetahuan akumulatif dari semua

anggota kelompok belajar jigsaw.

2. Berikan siswa motivasi untuk mendorong semangat memahami materi

yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga siswa tidak gaduh saat

diberikan waktu luang untuk membaca, memahami dan lain

sebagainya.

6

(25)

3. Beri siswa tanggung jawab untuk mempelajari keterampilan, sebagai

alternatif dari pemberian informasi kognitif. Perintahkan siswa untuk

saling mengajarkan keterampilan yang telah mereka pelajari.7

4. Faktor Penghambat Metode Jigsaw

Tidak selamanya proses belajar dengan metode jigsaw berjalan

dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul, yang paling

sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan

metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode

konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor

penghambat lain adalah kurangnya waktu, proses metode ini

membutuhkan waktu yang lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan

metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motif yang dalam bahasa Inggrisnya Motife berasal dari kata

motion yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Motif adalah

keadaan didalam pribadi orang yang mendorongnya untuk melakukan

aktivitas. Motivasi adalah penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan

dengan didasari adanya suatu kebutuhan. Motivasi juga bisa diartikan

perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktifitas nyata

7

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Raisul Muttaqien

(26)

berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari

aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk

mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk

mencapainya.8

Menurut Mc Donald:”Motivation is an energy change within the person caraterized by affective arousal and anticipatory goal reaction".

(Motivasi adalah perubahan energi dalam pribadi seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan).9

Pendapat S Nasution, M. A. mengemukakan: "To motivate a child to arrange condition so that the wants to do what he is capable doing". Memotivasi murid adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.10

Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga

komponen pokok, yaitu: menggerakkan, mengarahkan dan menopang

tingkah laku manusia. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada

individu; memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus

menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan

kekuatan-kekuatan individu.11

8

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm.148 9

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm. 173

10

S. Nasution, Asas-asasMengajar (Bandung: Jemmars tt), hlm. 103 11

(27)

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, jelaslah bahwa

masalah-masalah yang dihadapi guru adalah mempelajari bagaimana

melaksanakan motivasi secara efektif. Seorang dalam melaksanakan

kegiatan mengajar, agar dapat memotivasi peserta didik hendaknya

melihat beberapa faktor berikut:

1. Pendidik sebagai sumber pengalaman tingkah laku sekaligus sebagai

objek perhatian peserta didik harus:

a. Memiliki kewibawaan dan kepribadian yang kuat dan menarik.

b. Menunjukkan minat yang besar terhadap isi pelajaran yang

disampaikannya.

c. Mampu memilih perangkat belajar atau menciptakan situasi belajar

yang mampu membangkitkan motif belajar.

2. Peserta didik adalah individu yang akan mengalami tingkah laku

tertentu dan sekaligus subyek yang memperhatikan. Maka pendidik

perlu mengenal jenis dan tingkat kebutuhan peserta didik bagi usaha

memotivasinya seperti:

a. Motif belajar dan minat belajar peserta didik

b. Insentif yang perlu diberikan kepada peserta didik, serta

c. Motif-motif lain yang ada pada diri peserta didik seperti motif

ingin rasa aman, ingin kasih saying, ingin perlakuansama, dan

seterusnya.

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas bahwa memotivasi

(28)

pengajar hendaknya mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan.

Maka guru dapat melakukan cara-cara berikut:

1. Usahakan jangan mengulangi hal-hal yang telah mereka ketahui,

karena akan menyebabkan kejenuhan.

2. Suasana fisik kelas jangan sampai membosankan

3. Hindarkan terjadinya frustasi dikarenakan situasi kelas yang tak masuk

akal, dan diluar jangkauan pikiran manusia

4. Hindarkan suasana kelas yang bersifat emosional sebagai akibat

adanya kontak personal.

5. Siapkan tugas-tugas yang menantang selama latihan

6. Berilah siswa pengetahuan tentang hasil-hasil yang telah dicapai oleh

masing-masing siswa.

7. Berikan ganjaran yang pantas terhadap usaha yang dilakukan oleh

siswa.

2. Tujuan Motivasi

a. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong

atau motor dari setiap kegiatan belajar.

b. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar

yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan

yang harus dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan

(29)

c. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan

kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan

pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak

menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.12

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi yaitu untuk

menggerakkan/ menggugah seseorang agar timbul keinginan dan

kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh

hasil/mencapai tujuan tertentu.13

3. Fungsi Motivasi

Motivasi sebagai suatu proses mengantarkan murid kepada

penglaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses

motivasi mempunyai fungsi antara lain:

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi

tidak akan timbul perbuatan seperti perbuatan belajar.

b. Sebagai pengarah artinya, mengarahkan perbuatan kepada pencapaian

tujuan yang diinginkan.

c. Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar

kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu

pekerjaan.14

12Ibid

., hlm.163-164 13

Ibid., hlm. 73

14

(30)

Sedangkan fungsi motivasi menurut Ramayulis yang dikutip dari

proyek pembinaan prasarana dan sarana Perguruan Tinggi Agama Islam

Negeri Jakarta adalah:

a. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan

siaga.

b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang

berhubungan dengan pencapaian belajar.

Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan jangka

panjang.15

4. Macam-Macam Motivasi

Berdasarkan sumbernya motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu :

(1) motivasi intrinsik dan (2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah

hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat

mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi

intrinsik siswa adalah perasaan menyenagi materi dan kebutuhannya

terhadap materi tersebut. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan

keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya

untuk melakukan kegiatan belajar, seperti pujian dan hadiah, peraturan

sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya.16

15

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta Pusat: Kalam Mulia, 1998), hlm. 171

16

(31)

5. Prinsip Motivasi dalam Belajar

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktifitas belajar

seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi, tidak ada

motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.17Prinsip-prinsip ini disusun

atas dasar penelitian yang seksama dalam rangka mendorong motivasi

belajar peserta didik di sekolah. Dalam hal ini Keneth H. Hover

mengemukakan prinsip-prinsip motivasi antara lain:

a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman. Hukuman bersifat

menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai

apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, pujian lebih besar nilainya

bagi motivasi belajar peserta didik.

b. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada

motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan

yang diperoleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam

dirinya.

c. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar kepada orang lain. Guru

yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan peserta didik

yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian pula peserta

didik yang antusiasn akan mendorong motivasi peserta didik lainnya.

d. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan

minat yang lebih besar untuk mengerjakannya dari pada apabila

tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila peserta didik diberi

17

(32)

kesempatan untuk menemuklan masalah secara mandiri dan

memecahkannya sendiri, hal itu akan mengembangkan motivasi dan

disiplin lebih baik.

Tekanan kelompok peserta didik (peer group) kebanyakan lebih

efektif dalam memotivasi dari pada tekanan atau paksaan dari orang

dewasa. Peserta didik, terutama para adoselen, sedang mencari kebebasan

dari orang dewasa; ia menempatkan hubungan kawan sebayanya yang

lebih tinggi. Ia bersedia melakukan apa yang akan dilakukan oleh

kelompok sebayanya, dan demikian sebaliknya. Oleh karena itu, kalau

guru hendak membimbing peserta didik belajar, arahkanlah

anggota-anggota kelompok itu kepada nilai-nilai belajar, baru peserta didik tersebut

akan belajar dengan baik.18

6. Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa

Sehubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa,

DeCecco & Grawford (1974) mengajukan 4 fungsi pengajar:

1. Menggairahkan siswa

Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari pengajar harus

berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia

harus selalu memberikan pada siswa cukup banyak hal-hal yang perlu

dipikirkan dan dilakukan. Guru harus memelihara minat siswa dalam

belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah

18

(33)

dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. 'Discovery

lerarning' dan metode sumbang saran ('brain storming') memberikan

kebebasan semacam ini. Untuk dapat meningkatkan kegairahan siswa

guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi

awal siswa-siswanya.

2. Memberikan harapan realistis

Guru harus memelihara harapan-harapan siswa yang realistis,

dan memodifikasikan harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis.

Untuk ini pengajar perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai

keberhasilan atau kegagalan akademis siswa pada masa lalu, dengan

demikian pengajar dapat membedakan antara harapan-harapan yang

realistis, pesimistis, atau terlalu optimis. Bila siswa telah banyak

mengalami kegagalan, maka guru harus memberikan sebanyak

mungkin keberhasilan pada siswa.

3. Memberikan insentif

Bila siswa mengalami keberhasilan, pengajar diharapkan

memberikan hadiah pada siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik,

dan lain sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga siswa terdorong

untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan

pengajaran. Sehubungan dengan hal ini umpan balik merupakan hal

yang sangat berguna untuk meningkatkan usaha siswa.

(34)

Pengajar harus mengarahkan tingkah lau siswa, dengan cara

menunjukkan pada siswa hal-hal yang dilakukan secara tidak benar dan

meminta pada mereka melakukan sebaik-baiknya.19

7. Cara Mengukur Motivasi

Pada umumnya ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu:

1) Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan

dorongan dalam diri seseorang.

2) Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi

ungkapan dari motif tertentu.

Laboratorium penelitian tentang motivasi umumnya menggunakan

cara yang pertama, yaitu berusaha menciptakan kondisi yang dapat

menimbulkan dorongan/ kebutuhan tertentu. Dapat juga dengan cara

pemberian hadiah/ insentif, insentif verbal berupa pengarahan-pengarahan

yan dapat memperkuat motif seseorang.

Salah satu cara yang lebih tepat mengetahui motif seseorang yang

sebenarnya adalah mengamati obyek-obyek yang menjadi pusat

perhatiannya. Obyek yang selalu dikejar itulah yang menjadi cermin atas

motif yang sedang menguasainya, selain iu bisa juga dikenal melalui

hadiah yang paling mengena baginya. Ada tidaknya motif yang sedang

menguasai seseorang juga bisa dijadikan ukuran, misalnya: kekuatan

19

(35)

tenaga yang dikeluarkan (usahanya), frekwensinya, kecepatan reaksinya,

tema pembicaraannya, fantasi dan impiannya.20

8. Indikator Siswa Termotivasi

Diantara indikator yang bisa dijadikan patokan siswa termotivasi

adalah:

a) Keinginan,keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan

permasalahan yang dihadapi ketik belajar.

b) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.

c) Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan

menyelesaikan kegiatan belajar sampai mencapai hasil.

d) Siswa bergairah belajar.

Kemandirian belajar.21

Adapun ciri-ciri siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar

termotivasi:

a) Mencari dan memberikan informasi.

b) Bertanya pada guru atau siswa lain.

c) Mengajukan pendapat atau komentarkepada guru atau siswa lain.

d) Diskusi atau memecahkan masalah.

e) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

20

Martin H, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta, hlm. 61-62

21

(36)

f) Memanfaatkan sumber belajar yang ada.

g) Menilai dan memperbaiki nilai pekerjaannya.

h) Membuat kesimpulan sendiri tentang pelajaran yang diterimanya.

i) Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaanguru dengan tepat saat

pelajaran berlangsung.

j) Memberikan contoh dengan benar.

k) Dapat memecahkan masalah secara tepat.

l) Ada usaha dan motivasi dalam mempelajari bahan.

m) Senang bila diberi tugas

n) Bekerasama dengan berhubungan dengan siswa lain.

o) Dapat menjawab pertanyaan diakhir pelajaran.

Sardiman memberikan penjelasan ciri-ciri seseorang termotivasi

diantaranya:

a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu

yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai).

b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.

d) Lebih senang belajar mandiri.

e) Cepat bosan dengan tugas rutin (kurang kreatif).

f) Sering mencari dan memecahkan soal-soal.

g) Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini.

(37)

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri diatas berarti dia telah

memiliki motivasi yang kuat dalam proses belajar mengajar. Ciri-ciri

tersebut akan menjadi penting karena dengan motivasi yang kuat siswa

akan bisa belajar dengan baik, lebih mandiri dan tidak terjebak pada

sesuatu yang rutinitas dan mekanis.22

C. Pembelajaran Fiqih 1. Pengertian fiqih

Kata fikih adalah bentukan dari kata fiqhun yang secara bahasa

berarti pemahaman yang mendalam yang menghendaki pengerahan

potensi akal. ilmu fikih merupakan salah satu bidang keiluan dalam

syari’at islam yang secara khusus membahas persoalan hukum atau aturan

yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik menyangkut

individu, masyarakat, maupun hubungan manusia dengan penciptanya.

Definisi fikih secara istilah mengalami perkembangan dari masa ke

masa, sehingga tidak pernah bisa kita temukan satu definisi yang tunggal.

Ulama fikih sendiri mendefinisikan fikih sebagai sekumpulan hukum

amaliyah (yang akan dikerjakan) yang disyariatkan dalam Islam. Dalam

hal ini kalangan fuqaha membaginya menjadi dua pengertian, yakni:

pertama, memelihara hukum furu’ (hukum keagamaan yang tidak pokok) secara mutlak (seluruhnya) atau sebagiannya. Kedua, meteri hukum itu

sendiri, baik yang bersifat qat’i maupun yang bersifat zanni.

22

(38)

2. Ruang lingkup fiqih

Ruang lingkup yang terdapat dalam fiqih adalah semua hukum

yang berbentuk amaliyah untuk diamalkan oleh setiap mungkin mukallaf

yang sudah diberi tanggung jawab melaksanakan ajaran syari’ah islam

dengan tanda tanda seperti baligh, berakal, sadar dan sudah masuk Islam.

3. Sumber dan objek fiqih

Sumber fikh berasal dari kitab suci al qur’an, hadits, ijma„ dan qiyas.

objek fikih mencakup lima macam hukum yaitu wajib,sunnah,mubah,

haram,makruh.23

4. Tujuan pembelajaran fiqih

Pembelajaran fiqih bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

a) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara

terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli.

Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman

hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

b) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan

benar. Pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan

menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang

tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.

23

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Ada dua macam jenis penelitian yang bersifat kualitatif dan data yang

bersifat kuantitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bersifat

kuantitatif. Penelitian kuantitatif bermaksud menghimpun data, mengolah,

menganalisis dan menafsirkan angka-angka hasil perhitungan statistik.

Pemecahan masalah dengan mempergunakan metode kuantitatif sangat

menarik, karena hasil pemecahannya dipergunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan. Karenanya, metode kuantitatif dapat dipandang sebagai metode

keputusan.1

Di sini peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian

eksperimen merupakan metode ilmiah yang banyak dilakukan, dan memiliki

sejarah yang telah lama berkembang dalam bidang pengetahuan. Penelitian

eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan

manipulasi terhadap perlakuan individu yang diamati. Manipulasi yang

dilakukan dapat berupa situasi atau tindakan tertentu yang diberikan kepada

individu atau kelompok, dan setelah itu dilihat perubahannya. Eksperimen ini

dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan inilah

menjadi kekhasan suatu eksperimen dibandingkan dengan penelitian yang

lain. Sesuai dengan tujuannya untuk mengetahui efek suatu perlakuan. Maka

1

M. Muslieh, Metode Kuantitatif, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993), hlm.4

(40)

penelitian eksperimen ini merupakan penelitian yang bersifat prediktif, yaitu

meramalkan akibat dari suatu manipulasi terhadap variabel terikatnya. Dengan

pemberian suatu perlakuan, kita dapat meramalkan akibat apa yang akan

terjadi pada variabel terikatnya.2

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan lengkap dari seluruh elemen yang

sejenis, akan tetapi dibedakan menurut karakteristiknya.3

Tulus menyatakan bahwa populasi adalah “Seluruh individu yang

dimaksudkan untuk diteliti dan juga populasi merupakan kumpulan dari

individu-individu yang hidup secara berkelompok ataupun sendiri-sendiri

namun secara perilaku ada kemiripan”.4

Jadi dalam penelitian ini yang menjadi populasi yaitu siswa-siswi

Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo yang terdiri dari 6 kelas yaitu

kelas X 2 kelas, kelas XI 2 kelas IPA dan IPS, kelas XII 2 kelas IPA dan

IPS dengan jumlah keseluruhannya adalah 136 siswa.

2. Sampel

2

Latipun, Psikologi Eksperimen, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002), hlm.6

3

J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm.23

4

(41)

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi

yang diteliti).5

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel siswa-siswi

kelas X-A MA Hasyim Asy’ari yang berjumlah 30 anak sebagai objek

penelitian. Untuk mengetahui besar kecilnya sampel Suharsimi Arikunto

lebih rinci menjelaskan beberapa persen atau sampel yang dianggap

mewakili populasi yang ada. Pendapatnya mengatakan, “Bahwa untuk

ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100% lebih baik diambil

semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar maka diambil antara 10-15%

atau 20-25% atau lebih”.6

C. Variabel Penelitian

Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari dua

variabel yaitu:

1. Variabel Bebas (independent Variable)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah metode

jigsaw.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

5

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm.56

6

(42)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah

meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA

Hasyim Asy’ari Bangsri Sukudono Sidoarjo.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan dengan suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang

terkumpul, hal ini terbukti dia akan ditolak dan diterima jika fakta-fakta

membenarkannya. Berkaitan dengan ini penulis menggunakan hipotesis kerja

dan hipotesis nol senagai kesimpulan sementara, yaitu sebagai berikut:

1. Ha: Hipotesis kerja atau Hipotesis Alternatif

Yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara variabel bebas

dan variabel terikat. Jadi hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini adalah:

“Ada peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan metode jigsaw

terhadap siswa pada mata pelajaran fiqih di MA Hasyim Asy’ari Bangsri

Sukodono Sidoarjo”.

2. Ho: Hipotesis nol atau Hipotesis Nihil

Yaitu hipotesis yang mengatakan tidak adanya pengaruh antara variabel

bebas dan variabel terikat. Jadi hipotesis nihil (Ho) dalam penelitian ini

adalah: “Tidak ada peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan

(43)

E. Jenis Data Penelitian

Data ialah sekumpulan fakta tentang suatu fenomena, baik berupa

angka-angka (bilangan) ataupun berupa kategori, seperti senang, tidak senang, baik,

buruk, gagal, berhasil, gagal, tinggi, rendah, yang dapat diolah menjadi

informasi.7 Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif

yang didapat dari pelaksanaan metode jigsaw.

F. Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Jadi

sumber data ini menunjukkan asal informasi. Data ini harus diperoleh dari

sumber data yang tepat. Jika sumber data tidak tepat maka mengakibatkan

data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diselidiki.

Pengertian data adalah keseluruhan keterangan mengenai segala hal

yang berkaitan dengan penelitian. Berdasarkan pernyataan ini maka dapat

diambil sebuah pemahaman bahwa data adalah suatu informasi yang ada

kaitannya dan mendukung suatu penelitian, sehingga diperoleh suatu hasil

yang dapat dipertahankan.

Data utama penelitian ini mencakup:

1. Skor hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan, meliputi

skor hasil tes awal/ tes pengetahuan pra-syarat, hasil diskusi kelompok

siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil tes pada

setiap akhir tindakan.

7

(44)

2. Hasil lembar observasi perilaku dan aktivitas siswa.

3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas

siswa pada saat pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam

berlangsung.

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MA

Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo yang berjumlah 136 anak.

Alasan pengambilan sekolah ini sebagai subyek penelitian adalah karena

berdasarkan observasi dan interview dengan kesiswaan dan guru materi

pelajaran fiqih, didapatkan:

1. Siswa kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran pendidikan

Agama Islam khususnya mata pelajaran fiqih.

2. Siswa meresa tertekan terhadap pembelajaran fiqih disebabkan guru

selalu menerapkan metode ceramah.

3. Siswa tidak merasa bahwa materi pembelajaran relevan dengan

kebutuhannya.

4. Terlebih lokasi kelas yang tidak mendukung suksesnya proses belajar

dikarenakan keadaan kelas yang panas saat siang hari.

G. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

(45)

Observasi langsung dilakukan terhadap objek tempat

berlangsungnya suatu peristiwa, sehingga yang melakukan observasi

berada bersama objek yang ditelitinya.

Dalam penelitian ini, observasi langsung digunakan untuk

mengamati secara langsung keadaan kelas, keberlangsungan pelaksanaan

belajar mengajar mata pelajaran fiqih dengan mengunakan metode jigsaw

dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Adapun penelitian ini

bertempat di MA Hasyim Asyi’ari Bangsri Sukodono Sidoarjo.

H. Teknik Analisis Data

Analisis merupakan tahap akhir terhadap apa yang dilakukan selama

berada di lapangan yang disertai dengan membuat laporan penelitian tindakan

kelas. Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi,

interview, dan dokumentasi maka peneliti menganalisis data yang telah

diperoleh untuk memastikan bahwa dengan menerapkan metode jigsaw dapat

meningkatkan motivasi pembelajaran siswa terhadap materi pendidikan agama

Islam.

Adapun tujuan dari analisis data ini adalah sebagaimana dikemukakan

oleh Surahmad diantaranya yaitu :

1. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan

(46)

2. Mengidentifikasi masalah dengan memeriksa data-data yang

memperlihatkan kondisi dan praktek-praktek yang berlaku.

3. Melakukan evaluasi atau (jika mungkin) membuat komparasi.8

Analisis data dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Menelaah semua data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,

dokumentasi dan catatan lapangan.

2. Mereduksi data yang diperlukan dengan menyeleksi data tindakan

aktivitas seorang guru dan aktivitas setiap murid dalam menerapkan

Metode jigsaw.

3. Menyajikan data atau memaparkan data dengan perhitungan frekuensi dan

prestasi data.

4. Menyimpulkan data yang telah tersedia.

Sebagai acuan analisis data yang bersumber dari Miles dan

Hubberman, tekhnik analisis data terdiri dari tiga tahapan pokok yaitu:

1) Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data

bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Ia merupakan bagian dari

analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

8

(47)

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga

Kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2) Paparan Data

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian

data. Kami membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi

tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan

dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan

lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas

pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.

3) Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan

verifikasi. Penarikan kesimpulan dalam pandangan kami, hanyalah

sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.

Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Peneliti yang

berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar,

tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula

belum jelas, namun dengan meminjam istilah klasik dari Glaser dan

strauss (1967) kemudian meningkat menjadi lerbih rinci dan mengakar

dengan kokoh.9

9

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatifi, Tjejep Rohendi

(48)

Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan jenis data yang

bersifat kuantitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi, dianalisis

menggunakan rumus:

P = Postrate – Base Rate x100 % Base Rate

Keterangan:

P : Presentase peningkatan

Post rate : Nilai rata-rata sesudah Tindakan

Base rate : Nilai rata-rata sebelum tindakan.

(Rumus Data Kuantitatif dalam Penelitian kelas)

Dengan menggunakan rumus presentase di atas kita dapat mengetahui

peningkatan yang dicapai para peserta didik setelah melakukan berbagai tahap

dari metode jigsaw yang telah diterapkan dalam proses belajar mengajar. Kita

dapat mengetahui perubahan hasil dari peserta didik dengan presentase

(49)

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah, yakni MA Hasyim Asy’ari Bangsri

merupakan salah satu MA di tepi jalan raya yang sangat strategis. Untuk lebih

jelasnya tentang deskripsi sekolah bisa dilihat dalam profil MA Hasyim

Asy’ari.

1. Sejarah

Diilhami dari banyaknya masyarakat yang buta aksara maka para tokoh

masyarakat, yang dimonitori oleh pejabat desa dan muballigh membuat

perkumpulan yang namanya PBH (Pemberantasan Buta Huruf) sekitar tahun

1955-1960 yang dimonitori oleh H. Abdul Syakur, H. Isma’il, H. Sholeh, H.

Hamid, dkk. Setelah berhasil mendirikan PBH agar masyarakat tidak pandai

umum saja maka tahun 1961-1966 mendirikan madrasah diniyah dengan

tingkatan ula dan wusto yang dimonitori oleh H. Abdul Mu’in Mustaqim, H.

Abdul Syukur (H. Abdul Rahman Fauzi), Kyai Hasyim Kholil, Madzkur, H.

Khotib, H. M. Hajar. Setelah berhasil mendirikan madrasah diniyah maka

mendirikan madrasah ibtida’iyah Hasyim Asy’ari dengan murid pertama

sejumlah 75 siswa/i.

Mengingat siswa/i MI Hasyim Asy’ari tidak punya bibit/anak usia

pra-sekolah maka didirikanlah lembaga Taman Kanak-Kanak Hasyim Asy’ari

dengan siswa pertama 25, didirikan pada tahun 1975. Para tokoh masyarakat

(50)

desa Bangsri melihat perkembangan dan pertumbuhan pendidikan di Desa

Bangsri dengan total siswa mencapai 450 siswa baik TK maupun MI yang

berasal dari desa Bangsri, Sambibulu, Panjunan, dan Plumbungan, maka

pengurus madrasah dan tokoh masyarakat sepakat untuk mendirikan

lembaga di atasnya yaitu MTs Hayim Ash’ari tepatnya tahun 1983 dengan

siswa pertama 40 siswa.

Melihat semakin berkembangnya MTs dengan jumlah 300 siswa, maka

didirikan lagi lembaga di atasnya yaitu MA Hasyim Asy’ari yang didirikan

pada tahun 1988 dengan siswa pertama 35 siswa.

Pada tahun 1995 di kembangkan lagi lembaga kejuruan yang bernama

SMK/ SPM YAHARI.

Mengingat sudah memiliki lima lembaga pendidikan maka para pengurus

menghadap adalah :

a. KH. Abdurrohman Fauzi

b. Dr. H. Achmad Muhammad, M.Ag

c. H. Mus Mu’allim Syarief, SH. M.Hum

d. Drs. H. Achmad Turmudzi

e. H. Nur Sulaiman

Yang sekarang kita kenal dengan sebutan YAHARI (Yayasan Hasyim

Asy’ari).

Adapun jumlah siswa atau peserta didik di YAHARI sampai saat ini

sekitar 750 siswa yang meliputi TK, MI, Mts, MA, SMK.Demikian sekilas

(51)

2. Profil Sekolah

a. Identitas Sekolah

1. Nama Sekolah : MA HASYIM ASY’ARI

2. Alamat Desa/Kelurahan : BANGSRI

3. Kecamatan : SUKODONO

4. Kabupaten : SIDOARJO

5. No. Telp. : 031 787 1777

6. Klasifikasi akreditasi sekolah : A / B / C *)

7. N S S : 131235150015

8. NPSN : 20584604

9. Tahun pendirian : 1988

10. Status tanah : hak milik / pinjam / sewa /

hak pakai*)

11. Luas tanah : 1.820m²

12. Luas bangunan : 433 m²

*) Coret yang tidak perlu

b. Identitas Kepala Sekolah

1. Nama : Dra. Siti Nur Hidajati

2. T. Tgl. Lahir : Magetan, 17 Agustus 1966

3. Alamat : Klagen-Wilayut-Sukodono

4. Pendidikan Terakhir : S1 Teknologi Pendidikan

(52)

6. Mulai Tugas Kepala Madrasah : 2009

c. Data Guru

1) Data keadaan guru berdasarkan status kepegawaian

a) Jumlah guru termasuk Kepala Sekolah : 26 orang

b) Jumlah Guru Tetap Yayasan (GTY) : 16 orang

c) Jumlah Guru Tidak Tetap Yayasan (GTTY) : 10 orang

d) Jumlah Guru PNS Dpk : - orang

e) Jumlah tenaga administrasi : 4 orang

f) Jumlah penjaga sekolah : 2 orang

2) Keadaan guru berdasarkan keahlian dan tingkat pendidikan

No Keahlian

Tingkat pendidikan

Jml. SLTA D1 D2 D3 S1 S2

1 Pend. Agama 2 1 3

2 IPA 3 3

3 IPS 1 3 4

4 PKn 1 1

5 Bhs.

Indonesia

2 2

6 Bhs. Inggris 1 1 2

(53)

8 Matematika 1 1

9 Seni Budaya 1 1

10 TIK 1 1

11 Penjaskes 1 1 1 3

12 Keterampilan 1 1

13 Muatan

Lokal

2 2

Jumlah 2 4 20 26

d. Data Siswa/i

No. Kelas

Jumlah Siswa

2013-2014 2014-2015 2015-2016

1 X 33 50 59

2 XI 41 29 50

3 XII 33 42 27

JUMLAH 107 121 136

e. Keadaan Fisik

1) Tanah

Area luas tanah yang ditempati bangunan / gedung Madrasah

(54)

Yayasan Hasyim Asy’ari Sukodono dengan status Hak Milik

sertifikat nomor : 13 tanggal 5 februari 1996.

2) Bangunan / gedung keseluruhan :

a) Luas seluruh bangunan / gedung : 433 m²

b) Lapangan upacara : 817 m²

c) Lain – lain : 70 m²

3) Bangunan / gedung untuk kependidikan :

a) Ruang kelas (5 ruang kelas)= 320 m²

b) ruang kantor

1. ruang kepala madrasah = 32 m²

2. ruang guru = 32 m²

3. ruang tata usaha = 6 m²

4. ruang BP / BK = 6 m²

5. ruang komputer = 6 m²

c) Toilet Guru = 7,5 m²

d) Toilet Siswa = 30 m²

(55)

Secara keseluruhan bangunan yang ada didalamnya berkondisi

baik, mengingat bangunan baru dibangun pada tahun pelajaran 1994

/1995. Terlebih kondisi terakhir bangunan untuk beberapa ruang

kelas mendapat bantuan untuk rehab bangunan sementara bangunan

yang telah ada selalu diusahakan penambahan yang hingga saat ini

masih dalam proses penyelesaian. Dengan demikian siswa

diharapkan akan merasakan keamanan dan kenyamanan dalam

mengikuti proses belajar mengajar di lingkungan lembaga

pendidikan Hasyim Asy’ari Bangsri Sukodono.

5) Perabot / mebelair

Jumlah ruang kelas pada tahun ajaran 2015 – 2016 adalah

sebagai berikut :

a) Kelas X = 2 ruang

b) Kelas XI = 2 ruang

c) Kelas XII = 2 ruang

d) Ruang praktik Komputer = 1 ruang

e) Ruang perpustakaan = 1 ruang

f) Ruang Laboratorium = 1 ruang

g) Ruang Laboratorium / pratik bahasa = 1 ruang

(56)

a) Meja peserta didik / bangku

1. Kelas X 2 ruang = 20 set meja / bangku

2. Kelas XI 2 ruang = 20 set meja / bangku

3. Kelas XII 2 ruang = 20 set meja / bangku

b) Meja dan kursi guru = 6 set

c) Papan tulis = 6 buah

d) Papan absen siswa = 6 buah

e) Gambar pancasila, Pres / Wapres = 6 set

f) Alat –alat kebersihan kelas = 6 set

7) Macam dan jumlah perabot di ruang kantor

a) Meja tulis dan kursi = 2 set

b) Meja kursi tamu = 1 set

c) Almari kayu / kaca / besi = 5 buah

d) Papan data = 7 buah

e) Gambar pancasila, Pres / Wapres = 2 set

f) Kursi = 5 setel

(57)

h) Kondisi perabot:

 Baik = 99 %

 Sedang = 1 %

 Rusak = 0 %

8) Perabot di ruang perpustakaan

a) Macam dan jumlah mebelair :

1. Meja panjang = 1 buah

2. Almari kayu = 1 buah

3. Meja tamu + petugas = 2 buah

4. Rak buku = 5 buah

5. Laptop = 2 buah

6. Printer = 1 buah

7. Laci petugas = 3 buah

b) Kondisi perabot / mebelair :

 Baik = 95 %

(58)

 Rusak = 0 %

9) Perabot di ruang BP / BK

a) Macam dan jumlah mebelair :

1. Meja = 1 buah

2. Laci / loker = 1 buah

3. Kursi = 2 buah

b) Kondisi perabot / mebelair :

 Baik = 99 %

 Sedang = 1 %

 Rusak = 0 %

10) Perabot di ruang UKS

a) Macam dan jumlah mebelair:

1. Tempat obat – obatan = 1 buah

2. Dipan = 2 stel

b) Kondisi perabot / mebelair:

 Baik = 99 %

(59)

 Rusak = 0 %

11) Perabot diruang praktik komputer

a) Macam dan jumlah mebelair :

1. Komputer server = 1 unit

2. Komputer peserta didik = 18 unit

3. Meja guru / server = 1 buah

4. Meja peserta didik = 18 buah

5. Kursi guru / server = 1 buah

6. Kursi peserta didik = 18 buah

7. Almari = 2 buah

8. AC = 1 buah

9. Blower = 1 buah

10.Mix + speaker = 1 unit

11.Loker = 1 buah

b) Kondisi perabot / mebelair :

 Baik = 80 %

(60)

 Rusak = 0 %

12) Jenis alat – alat kantor

a) Mesin Ketik = 2 buah

b) Komputer = 2 buah

c) Printer = 2 buah

d) Laptop = 1 buah

e) LCD = 1 buah

f) Layar LCD = 2 buah

g) Kalkulator = 1 buah

h) Pengeras Suara = 1 buah

i) Pesawat Televisi = 1 buah

j) Pesawat Radio/Tape = 1 buah

k) Jam Dinding = 2 buah

l) Kipas Angin = 2 buah

m)Bendera Merah Putih = 1 buah

n) Bendera Tut Wuri Handayani = 1 buah

(61)

Gambar

   Gambar 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengikuti mata kuliah ini, peserta didik mampu memahami ciri-ciri spesifik setiap golongan obat dan mampu meng analisis kualitatif bahan obat yang meliputi reaksi

curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air bagi tanaman. Untuk tanaman padi biasanya curah hujan efektif diprediksikan

Hal ini diartikan dengan menuangkan ( infussion ) materi pendidikan lingkungan ke dalam berbagai mata pelajaran, sehingga pendidikan di sekolah bernuansa lingkungan,

“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah

Jenis penelitian ini tergolong penelitian lapangan (field research), dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah fenomenologi. Adapun sumber data penelitian ini

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah berhasil peneliti lakukan, maka kesimpulan yang bisa diambil peneliti dari penelitian ini adalah

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah