• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN REMISI KEPADA PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SIDOAJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN REMISI KEPADA PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SIDOAJO."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

Ivvany Ningtyas Seily Rohmah

Nim. C03212044

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas SyariahdanHukum

JurusanHukum PublikIslamProdiHukum Pidana Islam

Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Latarbelakang diangkatnya skripsi yaitu berangkat dari pandangan masyarakat yang menganggap bahwa remisi sangat mudah diberikan kepada pelaku tindak pidana narkotika yang menjadi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo, sehingga penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut untuk menverfikasi apakah benar remisi diberikan dengan sangat mudah dan bagaimana pemberian remisi dalam hukum pidana Islam. Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan untuk menjawab pertanyan bagaimana pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo dan bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo.

Data penelitian dihimpun melalui dokumentasi, menelaah dan mempelajari sumber-sumber data di atas serta menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen-dokumen tertulis maupun elektronik dengan menggunakan teknik deskriptif analisis.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemberian remisi di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo diberikan dengan beberapa syarat yang telah ditentukan oleh peraturan-peraturan yang ada, remisi diberikan dengan beberapa jenis, yaitu remisi umum, remisi khusus, remisi tambahan dan juga remisi dasawarsa. Remisi diberikan kepada pelaku tindak pidana narkotika dengan cara mengumumkan pada saat upacara hari kemerdekaan negara Republik Indonesia di pendopo Sidoarjo. Remisi dalam hukum pidana Islam disebut juga dengan tah}fiful uqu>bah (keringanan hukuman), remisi diberikan kepada narapidana narkotika karena itu adalah hak bagi setiap narapidana yang telah memenuhi syarat pemberian remisi, dan dalam hal ini setiap narapidana yang telah berkelakuan baik atau dengan kata lain bila narapidana narkotika telah menyesal atau bertaubat maka narapidana narkotika berhak mendapatkan sesuatu yang harus diterima sebagi hak warga binaan pemasyarakatan.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

BAB II : PENGAMPUNAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM ... 16

A. Jarimah H}udud ... 16

B. Jarimah Ta’zi>r ... 21

C. Pengampunan Jarimah H}udud dan Ta’zir ... 27

D. Perbedaan antara H}udud dan Ta’zir ... 29

BAB III : PEMBERIAN REMISI KEPADA PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SIDOARJO A. Pemberian Remisi di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo ... . 31

(8)

di LAPAS Sidoarjo ... 47

BAB IV : ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN REMISI KEPADA PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SIDOARJO ... 46

A. Aanalisis Pemberian Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo ... 45

B. Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Pemberian Remisi kepada Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo ... 55

BAB V: PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum dibuat untuk ditaati, namun banyak masyarakat tidak mengerti fungsi dari hukum tersebut, bahkan banyak masyarakat yang melanggar bahkan berbuat kejahatan. Di Indonesia hukum yang mengatur tentang hukuman bagi pelaku kejahatan diatur dalam KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) hukum pidana yaitu, peraturan hukum yang mencakup keharusan dan larangan serta bagi pelanggarnya akan dikenakan sanksi hukuman terhadapnya.1

Di Indonesia terdapat sumber hukum formil dan sumber hukum materiil, mengenai sumber hukum formil dari hukum pidana yaitu KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana) dan sumber hukum materiilnya adalah KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana), dalam KUHP membahas tentang ketentuan-ketentuan dan hukuman bagi pelaku tindak pidana sedangkan dalam KUHAP membahas tentang beracara dalam persidangan. Tindak pidana harus dibedakan antara pelanggaran dan kejahatan dalam kedua kata tersebut berbeda karena ditinjau dari niat dan perbuatan itu disengaja atau tidak disengaja. Dalam hukum pidana terdapat suatu hukuman, yang dimaksud hukuman adalah suatu perasaan tidak enak (sengsara) yang dijatuhkan

(10)

oleh hakim dengan vonis kepada orang yang telah melanggar undang-undang ,2 didalam hukum pidana terdapat dua jenis hukuman seperti yang

dicantumkan dalam pasal 10 KUHP, hukuman-hukuman tersebut yaitu:3

1. Hukuman-hukuman pokok a. Hukuman mati ; b. Hukuman penjara ; c. Hukuman kurungan ; d. Hukuman denda. 2. Hukuman-hukuman tambahan

a. Pencabutan beberapa hak yang tertentu ; b. Perampasan barang yang tertentu ; c. Pengumuman keputusan hakim ;

Di agama Islam pun terdapat hukum yang mengatur tentang kejahatan (Jarimah) yang disebut dengan hukum pidana Islam, pembahasan hukum pidana Islam ada yang menyebutnya fiqh jinayah dan ada pula yang menjadikan fiqh jinayah sebagai subbagian yang terdapat di bagian akhir isi sebuah kitab fiqh atau kitab hadis yang corak pemaparanya seperti kitab fiqh.4 Ditinjau dari unsur-unsur jarimah atau

tindak pidana, objek utama kajian fiqh jinayah dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu al-rukn al-sya>r’i atau unsur formil, al-rukn al-ma>di> atau

2R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, ( Bogor: Politea, 1991), 35. 3Ibid., 34.

(11)

unsur materiil, al-rukn al-adabi> atau unsur moril.5 Dalam hukum pidana

Islam terdapat tiga macam tindak pidana (jarimah) yaitu, jarimah hudud, jarimah qishas atau diyat, dan jarimah ta’zir.6

Adapun yang dimaksud dengan jarimah h}udud yaitu perbuatan melanggar hukum yang jenis dan ancamannya ditentukan oleh nas, dan yang dimaksud dengan jarimah qisas atau diyat yaitu perbuatan yang diancam dengan qisas dan diyat, sedangkan jarimah ta’zir yaitu memberi pelajaran, artinya suatu jarimah yang diancam dengan hukum ta’zir yaitu hukuman selain h}ad dan qisas diyat.7

Di Indonesia kejahatan telah marak di masyarakat, baik kejahatan atas jiwa atau kejahatan yang bukan jiwa, seperti halnya dengan kejahatan yang merugikan dirinya sendiri atau merusak diri dan masa depan diri sendiri yaitu narkotika yang telah banyak merusak generasi muda di negara kita ini, bahaya narkoba tidak mengurangi antusias masyarakat untuk mengkonsumsinya.

Oleh karena itu, perusak generasi muda pada zaman sekarang adalah narkoba, narkoba sudah tidak asing lagi untuk didengar di masyarakat. Definisi dari narkoba yaitu narkotika dan obat-obatan berbahaya atau narkotika dan obat-obatan terlarang, sedangkan definisi dari narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau non tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

5Ibid., 2.

(12)

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 8

Narkoba sudah ada sejak zaman dahulu, namun narkoba pertama kali digunakan untuk untuk kepentingan pengobatan dan menolong orang sakit. Sejak zaman prasejarah, manusia sudah mengenal zat psikoaktif berupa dedaunan, buah-buahan, akar-akaran dan bunga dari berbagai jenis tanaman yang sudah lama diketahui manusia purba akan efek farmatologinya. Sejarah mencatat, ganja sudah digunakan orang sejak tahun 2700 SM.9

Pada zaman sekarang narkoba telah merajai gaya hidup masyarakat, di negara Indonesia khususnya, banyak masyarakat yang menggunakan bahkan mengedarkan narkoba, meskipun banyak pula pasal-pasal yang mengancam para pengguna dan pengedar narkoba, seperti contoh pasal 112 Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika yang mengancam pidana empat tahun penjara bagi orang yang tanpa hak melawan hukum menggunakan, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika, namun tetap tidak ada rasa takut bagi mereka para pengguna narkoba tersebut.10

Sangat sayang sekali warga negara bahkan para kaum muda sebagai aset negara terjerumus kepada narkoba yang merusak kehidupannya, jika dilihat dari penjelasan diatas, narkoba mempunyai efek dapat

8M. Marwan dan Jimmy P, Kamus...,447. 9Nurul Irfan dan Masyarofah, Fiqh...,175.

(13)

menghilangkan rasa bahkan membuat lupa, terkadang masyarakat pecandu narkoba menggunakan barang terlarang tersebut dikarenakan banyak masalah dan terkadang juga karena pengaruh dari teman, untuk mendapatkan obat terlarang tersebut para pecandu pertama diberi secara cuma-cuma oleh teman atau orang disekitar yang lebih awal menggunakan atau para pengedar narkoba, setelah pecandu narkoba merasakan efeknya pastilah pecandu mulai mengkonsumsi narkoba dengan membeli dari orang yang menawarinya. Ketika pecandu sudah mengkonsumsi narkoba tersebut bukan hanya satu kejahatan yang dibuatnya, bisa jadi melakukan kejahatan lainnya seperti mencuri, membunuh dan lain sebagainya.

Narkoba tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum pidana Islam, namun narkoba dapat disamakan dengan kh}amr yaitu sesuatu yang memabukkan, dan hukuman bagi peminum atau pengguna khamr dalam Islam akan dikenakan h}ad atau h}udud. Telah dijelaskan dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 219 yang berbunyi :

عفانم ٌريبك ٌمثإ ا يف لق رسي لا ر خلا نع كنولأسي

نم ربكأ ا ثإ ساّنلل

ّكفتت مكّلعل تايآا مكل ّّ نيبي كلذك وفعلا لق وقفني اذام كنولأسي ا عفن

ر

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.11

Narkotika telah lama dikenal umat manusia. Tapi sebenarnya lebih banyak madharatnya dari pada manfaatnya. Untuk itu, hampir semua

(14)

agama besar melarang umat manusia untuk mengkonsumsi narkotika dan minuman keras (dalam bentuk yang lebih luas lagi adalah narkoba).12

Dari uraian diatas bahwa narkoba bisa membahayakan diri sendiri dan masyarakat. Narkoba sekian banyak madharat dan tidak ada manfaatnya. Beberapa jenis narkoba hanya ada manfaatnya jika dipakai untuk keperluan ilmu pengetahuan, pengobatan, dan medis. Syaratnya harus dalam pengawasan ahlinya yang berkompeten secara ketat dan terarah. Pemakaiannya pun sangat terbatas dan menurut petunjuk dokter. Di luar itu semua, maka narkoba bisa merusak fisik dan psikis, raga dan jiwa. Narkoba juga sangat dekat dengan dunia kejahatan dan kekerasan. Para pemakai narkoba sering mengalami keterasingan dari dirinya sendiri, dan menderita depresi berat. Para pemakai nerkoba seringkali mengalami perubahan pribadi yang baik menjadi buruk, dari pribadi yang sehat menjadi sakit. Narkoba memang seharusnya di jauhi karena lebih banyak madharatnya. Apabila memang pemakai narkoba tertangkap oleh penegak hukum seharusnya dia dihukum yang setimpal mengingat efek narkoba yang sangat membahayakan.

Meskipun pengguna narkoba telah dijatuhi hukuman namun kebanyakan narapidana tidak jera dengan adanya hukuman tersebut karena dengan berkelakuan baik selama di dalam lembaga pemasyarakatan narapidana mendapatkan keringanan hukuman atau yang disebut dengan remisi.

(15)

Dengan adanya remisi narapidana dapat keringanan hukuman, dan dengan adanya pengurangan masa tahanan seperti kurang adanya efek jera karena dengan adanya hukuman tersebut narapidana dapat menyesali perbuatan yang telah dilakukan, kususnya pelaku tindak pidana narkotika, pelaku tindak pidana narkotika dijatuhi hukuman empat tahun penjara, dan menggunakan narkotika lebih dari empat tahun, dapat dilihat betapa tidak adanya efek jera bila pengguna narkotika mendapatkan remisi hanya dengan berkelakuan baik, bisa jadi para narapidana hanya sekedar menyesali kelakuannya untuk mendapatkan pengurangan masa tahanan, seharusnya dalam hal pemberian remisi harus lebih selektif dan bukan hanya sekedar dapat berkelaluan baik dalam lembaga pemasyarakatan. Walaupun ada hak asasi manusia, pemberian remisi tersebut terlihat sangat kurang memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana narkotika, karena dalam pengurangan masa tahanan atau pemberian remisi dirasa kurang wajar karena dalam remisi terdapat remisi umum dan remisi khusus dimana pengurangan masa tahanan bukan hanya satu atau dua hari saja namun mencapai satu bulan bahkan lebih, dan dengan berkelakuan baik atau hanya sekedar sering adzan di mushola dan juga sekedar menang dalam perlombaan pada hari kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo.

(16)

manusia, dan fungsi dari adanya hukuman yaitu untuk membuat pelaku menjadi jera dan menyesal akan perbuatannya, oleh karena itu adanya suatu hukuman yang berfungsi untuk memberikan efek jera maka pemberian remisi bukan sekedar diberikan kepada para narapidana, namun seharusnya juga harus ada syarat tertentu untuk mendapatkan remisi bagi narapidana.

Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah yang mempunyai kewenangan untuk memberikan remisi kepada para narapidana khususnya pelaku tindak pidana narkotika dengan lebih selektif untuk memberikan keringanan hukuman atau remisi kepada pelaku tindak pidana narkotika. Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, yaitu mengenai pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana narkotika, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo. Pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo serta menurut hukum pidana Islam dalam penulisan ini, serta alasan pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana narkotika.

(17)

Dari latar belakang diatas terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Remisi menurut hukum pidana islam.

2. Macam-macam remisi yang diberikan kepada pelaku tindak pidana narkotika.

3. Prosedur pemberian remisi dan besarnya pemberian remisi.

4. Analisis pidana Islam terhadap pemberian remisi bagi pelaku tindak pidana narkotika.

5. Dasar penghitungan bagi besarnya pemberian remisi 6. Tata cara pengajuan pemberian remisi

7. Pemberian remisi terhadap pelaku tindak pidana narkotika

Sedangkan batasan maslah dalam penelitian ini adalah:

1. Pemberian remisi terhadap pelaku tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo.

2. Analisis hukum pidana Islam terhadap pemberian remisi terhadap pelaku tindak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo.

C. Rumusan Masalah

(18)

2. Bagaimana analisis hukum pidana Islam terhadap sistem pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo ?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.13

Penelitian tentang pemberian remisi memang cukup banyak dan beragam, namun keberagaman tema tersebut dapat memberikan refrensi yang berbeda, baik dari objek maupun fokus penelitian. Hal ini dapat dipahami dalam beberapa penelitian sebagai berikut:

“ Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pemberian Remisi Kepada

Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Analisis Keppres Nomor 174

Tahun 1999)” yang dibahas oleh Muhammad Thohir membahas tentang

pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana pembunuhan, dalam skripsi ini membahas tentang pemberian remisi namun dalam pada pelaku tindak pidana pembunuhan bukan narkotika.14

13 Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum, Petunjuk Teknis PenulisanSkripsi, (Surabaya: t.p,

t.t), 8.

14Muhammad Thohir,“ Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pemberian Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Analisis Keppres Nomor 174 Tahun

(19)

Penelitian selanjutnya yaitu “Tinjauan Filsafat Hukum Islam

Terhadap Pelaksanaan Remisi Bagi Pelaku Tindak Pidana (Analisis

Yuridis Keppres RI No 174 Tahun 1999)”, yang dibahas oleh Inayatur

Rahman skripsi ini membahas pelaksanaan remisi dari sudut pandang filsafat hukum Islam, sehingga terdapat perbedaan sudut pandang dengan skripsi penulis.15

Selanjutnya penelitian tentang “Remisi Bagi Teroris Perspektif Hukum Pidana Islam” yang dibahas oleh Ahmad Dani, skripsi ini

membahas tentang gambaran umum remisi yang diberikan kepada teroris, terlihat jelas bahwa sangat berbeda dengan judul penulis, dalam skripsi ini membahas tentang remisi bagi teroris dan bukan pada pelaku tindak pidana narkotika.16

Dari beberapa uraian judul skripsi diatas, dapat dikatakan bahwa penelitian skripsi ini berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut. Dalam penelitian ini mengkaji tentang pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo dan bagaimana pandangan hukum pidana Islam terhadap pemberian remisi bagi pelaku tindak pidana narkotika, objek dalam kasus tersebut adalah pemberian remisi dan subjeknya adalah pelaku tindak pidana narkotika.

15Inayatur Rahman,“Tinjauan Filsafat Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Remisi Bagi Pelaku

Tindak Pidana ( Analisis Yuridis Keppres RI No 174 Tahun 1999 )”,(Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2009).

16Ahmad Dhani, “Remisi Bagi Teroris Perspektif Hukum Pidana Islam”,(Fakultas Syariah dan

(20)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ditulis diatas, maka skripsi ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pemberian remisi yang diberikan kepada pelaku tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui pemberian remisi bagi pelaku tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo menurut hukum pidana Islam.

F. Kegunaan Penelitian

1. Aspek keilmuan (Teoritis)

Hasil studi ini menambah dan memperkaya pengetahuan, khususnya tentang pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana narkotika dan bagi peneliti berikutnya, dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan pemberian remisi bagi pelaku tindak pidana narkotika.

2. Aspek Terapan (Praktis)

(21)

G. Definisi Operasional

1. Hukum pidana Islam adalah segala perbuatan pidana yang diancam yang diancam dengan hukuman hudud dan ta’zi>r. 17

2. Pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana narkotika adalah keringanan hukuman yang diberikan oleh kementerian hukum dan HAM, orang atau beberapa orang yang melakukan tindak pidana narkotika.

H. Metode Penelitian

1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan yaitu berupa surat pemberian remisi. 2. Sumber Data

Berdasarkan data-data diatas, penulis menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data yaitu berupa : Hasil wawancara dengan narasumber yang memberikan remisi.

b. Sumber data skunder yaitu berkas-berkas yang terkait dengan pemberian remisi yaitu:

1) Surat pemberian remisi.

2) Putusan pengadilan yang menjatuhkan hukuman kepada pelaku tindak pidana narkotika.

(22)

3) Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam. 4) M. Nurul Irfan dan Masyarofah, Fiqh Jinayah.

5) Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam. 6) A. Jazuli, Fiqh Jinayah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dari sumber data yang penulis gunakan di atas bahwa penelitian dalam studi ini merupakan penelitian lapangan, dan adapun tehnik pengumpulan datanya yaitu dengan cara dokumentasi, menelaah dan menganalisis serta mempelajari sumber-sumber data di atas serta menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis maupun elektronik.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah Deskriptif Analisis dengan pola pikir deduktif, yaitu memaparkan data yang diperoleh dari lapangan berupa hasil surat pemberian remisi, putusan pengadilan negeri yang memutus perkara penyalah gunaan narkotika dan keseluruhan kebenaran data atas fakta, prinsip atau produk dari suatu pengetahuan yang sudah ada, Sehingga penulis dapat menuliskan penjelasan-penjelasan yang dihasilkan dari penelitian ini, untuk menjawab permasalahan-permasalahan dari penelitian ini.

5. Sistematika Pembahasan

(23)

terarah, maka pembahasannya dibentuk dalam bab-bab yang masing-masing sub-bab, sehingga tergambar keterkaitannya yang tersusun sistematis. Sistematika pembahasannya disusun sebagai berikut:

Bab Pertama, memuat pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, sumberdata, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, memuat tentang landasan teori yang berisi tentang jarimah h}udu>d dan ta’zi>r, serta pengampunan h}udu>d dan ta’zi>r dalam hukum pidana Islam.

Bab ketiga, memuat tentang penyajian data yang berisi tentang hasil studi lapangan pada pelaku tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo.

Bab keempat, memuat tentang analisis data yang berisi tentang analisis pemberian remisi bagi pelaku tindak pidana narkotika ditinjau dari hukum pidana Islam.

(24)

16 BAB II

PENGAMPUNAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

Secara terminologis narkoba ialah setiap zat yang apabila dikonsumsi akan

merusak fisik dan akal, juga membuat orang menjadi mabuk atau gila. Sebagian ulama menganalogikan narkoba dengan khamr, dan khamr dalam Al-Quran termasuk dalam jarimah h}udu>d.

Namun sebagian ulama juga menyebutkan bahwa narkoba mempunyai efek yang lebih berbahaya dan narkoba dapat merusak jiwa raga juga menghabiskan harta. Sehingga penyalah gunaan narkotika dijatuhi hukuman ta’zir.

Dalam hukuman dikenal dengan gugurnya suatu hukuman, maksudnya adalah tidak dapat dilaksanakannya hukuman-hukuman yang telah dijatuhkan atau diputuskan oleh hakim, berhubung tempat (badan atau bagiannya) untuk

melaksanakan hukuman sudah tidak ada lagi, atau waktu untuk melaksanakannya

telah lewat. Dan dalam gugurnya hukuman terdapat beberapa sebab yang salah

satunya adalah pengampunan. Pengampunan antara jarimah h}udud dan ta’zir itu berbeda, seperti penjelasan berikut:

A. Jarimah H}udud

1. Definisi jarimah h}udud

(25)

dengan yang lain. Secara bahasa,1 h}ad berarti cegahan atau larangan,

hukuman-hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku-pelaku kemaksiatan disebut h}udud, karena hukuman tersebut dimaksudkan untuk mencegah agar orang yang dikenai hukuman itu tidak mengulangi perbuatan yang menyebabkan dia dihukum. H}ad juga berarti kemaksiatan itu sendiri, sebagaimana firman Allah pada surat al-Baqarah ayat 187 yang berbunyi:

تف م سفنأ ون ت ت متنك م ّنأ ّّ ملع ّن ل ل متنأ م ل ل ّنه

Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi dia menerima taubatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai datang malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu

beri’tikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu

mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepada manusia, agar mereka bertakwa.2

Menurut istilah syara’, h}ad adalah pemberian hukuman dalam rangka hak Allah.3

1 Sayyid Sabiq, fikih Sunnah, juz 9,(Bandung: PT. Alma’arif, 1984), 8. 2 Departemen Agama RI..., 36.

(26)

H}udud menurut Abdul Qadir Audah adalah jarimah yang diancam dengan hukuman h}ad. Pengertian hukuman h}ad adalah hukuman yang

telah ditentukan oleh syara’ dan merupakan hak Allah.4

Kata h}udud biasanya dimutlakkan untuk tindak pidana hudud dan hukuman-hukumannya. Dikatakan “tertuduh itu telah melakukan tindak

pidana h}udud”. Jika kata h}udud diucapkan untuk tindak pidana, yang dimaksud adalah definisi tindak pidana dengan hukumannya. Artinya, tindak pidana yang mempunyai sanksi hukum yang sudah ditentukan

secara syara’. Karena itu, dinamakan tindak pidana dengan h}udud adalah penamaan majas.

Sebagian fukaha mendefinisikan h}udud dengan hukuman yang sudah

ditentukan secara syara’. Memberikan definisi bagi hukuman h}udud sebagai hukuman yang sudah ditentukan sebagai hak Allah, mengakibatkan pengkhususan tersebut. Makna dari hukuman yang sudah ditentukan adalah syari’ sudah menentukan jenis dan membatasi kadarnya, tidak membiarkan pilihan atau kadar hukuman kepada penguasa atau hakim.

Makna hukuman ditetapkan sebagai hal Allah adalah5 hukuman

tersebut ditetapkan demi kebaikan masyarakat dan menjaga tatanannya. Ketika menisbatkan hukuman kepada Allah dan mengatakannya sebagai hak Allah, para fukaha menghendaki bahwa hukuman tersebut tidak mungkin digugurkan, baik melalui perseorangan maupun masyarakat.

(27)

Hukuman dianggap hak Allah ketika menyangkut kepentingan umum, yaitu menghindarkan kerusakan dari manusia dan melindungi mereka. Setiap tindak pidana yang kerusakannya kembali kepada umum dan manfaat hukumannya juga kembali kepada mereka, hukuman tersebut dianggap hak Allah, demi tercapainya manfaat dan menangkis bahaya serta kerusakan. Dengan menganggap hukuman sebagai hak Allah, hukuman tidak bisa digugurkan oleh perseorangan atau masyarakat.6

Sebagian fukaha meredifinisikan tindak pidana h}udud dengan kata tindak pidana. Dan mereka menulis tentang tindak pidana h}udud dengan al-jina>yat, tindak pidana. Jina>yat secara bahasa adalah nama untuk kejahatan yang dilakukan seseorang dan akibat yang ditimbulkannya. Secara istilah fikih jina>yat adalah nama untuk perbuatan yang

diharamkan menurut syara’. Kata jina>yat secara istilah sama dengan kata jarima>h. Jika h}udud adalah jarim>ah, ia juga sah disebut jina>yat.

2. Kesalahan-kesalahan yang dikenai hukuman h}udud

Al-Quran dan sunnah telah menetapkan hukuman tertentu untuk kesalahan-kesalahan tertentu. Kesalahan-kesalahan tersebut terdiri dari berzina, menuduh berzina, mencuri, mabuk, mengacau murtad dan memberontak. Terhadap pelaku salah satu delik-delik ini dikenakan hukuman.

Dalam hukum pidana Islam yang berkaitan dengan hukuman pelaku tindak pidana narkotika, sebagian ulama berpendapat bahwa pelaku

(28)

tindak pidana narkotika dapat dijatuhi hukuman h}ad, dalam hal ini narkotika dianalogikan dengan kh}amr. jadi jika narkotika sama dengan kh}amr maka dalam syara’ pun sudah jelas bahwa hukuman bagi peminum

khamr adalah h}ad sebagaimana yang telah dijelaskan dalam firman Allah surah Al-Maidah ayat 90 yang berbunyi:

طيّشلا ل ع نم سج ا أا صنأا رسي لا ر لا ّنإ اونمآ ني ّلا ّيأ ي

وحلفت م ّلعل و نتج ف

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.7

Islam secara jelas dan tegas telah mengatur bentuk-bentuk hukuman

untuk setiap pelanggaran atas larangan Allah, baik berupa h}ad maupun

ta’zir. Bagi peminum khamr hukumannya 40 kali dera dimuka umum.

sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Anas r.a:8

يف،ملس هيلع ه ىلصّ ي ّنلادلج :ل ق،سنأ ثيدح

نيعب أر بوبأدلج ؛ل عنلا ديرجل ب،ر لا

Anas r.a. berkata: Nabi saw. telah melaksanakan hukum jalad (dera dengan pelepah pohon kurma dari sandal), dan Abubakar telah mendera empat puluh kali (yakni pada orang yang mabuk karena minum khamer). (Bukhari, Muslim).

Dalam hal ini narkoba disamakan dengan kh}amr, maka jelas

hukumannya adalah h}ad. Hukuman h}ad dari ayat diatas dijelaskan bahwa

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan,

2006), 163.

(29)

hukumannya adalah 40 kali dera bahkan ada yang mengatakan 80 kali dera.

B. Jarimah Ta’zi>r

1. Definisi Ta’zi>r

Menurut bahasa lafaz ta’zir berasal dari kata ‘azzara yang mempunyai sinonim kata yaitu mencegah atau menolak (mana’a wa

radda), mendidik (‘addaba). Pengertian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah dan Wahbah Zuhaili, ta’zi>r diartikan mencegah dan menolak, karena ta’zi>r dapat mencegah pelaku agar tidak mengulangi perbuatannya. Ta’zi>r diartikan mendidik, karena

ta’zi>r dimaksudkan untuk mendidik dan memperbaiki pelaku agar ia menyadari perbuatan jarimahnya kemudian meninggalkan dan menghentikannya. Jadi, menurut bahasa ta’zi>r adalah hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa (maksiat) yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara’.9

Pendapat Wahbah Zuhaili memberikan definisi ta’zir yang mirip dengan definisi Al-Mawardi, ta’zirmenurut syara’ adalah hukuman yang

ditetapkan atas perbuatan maksiat atau jinayah yang tidak dikenakan hukuman h}ad dan tidak pula kafarat.10

Ibrahim Unais juga memberikan definisi ta’zir menurut syara’ yaitu hukuman pendidikan yang tidak mencapai hukuman h}ad syar’i.

(30)

Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, jelaslah bahwa ta’zir

adalah suatu istilah untuk hukuman atas jarimah-jarimah yang

hukumannya belum ditetapkan oleh syara’. Dikalangan fuqaha, jarimah

-jarimah yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara’ dinamakan

dengan jarimah ta’zir. jadi, istilah ta’ziri bisa digunakan untuk hukuman dan bisa juga untuk jarimah (tindak pidana).

Dari definisi tersebut, juga dapat dipahami bahwa jarimah ta’zir

terdiri atas perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman h}ad tidak pula kafarat. Dengan demikian, inti dari jarimah ta’zi>r adalah perbuatan maksiat. Adapun yang dimaksud dengan maksiat adalah meninggalkan perbuatan yang diwajibkan dan melakukan perbuatan yang diharamkan.

Makna ta’zir bisa juga diartikan mengagungkan dan membantu, seperti yang telah difirmankan Allah dalam surah al-Fath ayat 9 yang berbunyi:

ايصأ ً ر ب وح ست رقوت

عت هلوس ّّ ب اونم تل

Agar kamu semua beriman kepada Allah dan rasulnya, menguatkan (agama) nya, membesarkannya, dan bertasbih kepadanya pagi dan petang.11

Maksud dari kata tu’azziru>hu dalam ayat ini adalah mengagungkannya dan menolongnya. Adapun yang dimaksud dengan

ta’zir mnurut terminologi fikih Islam adalah tindakan edukatif terhadap

(31)

pelaku perbuatan dosa yang tidak ada sanksi h}ad dan kafarat. 12 Atau

dengan kata lain, ta’zir adalah hukuman yang bersifat edukatif yang ditentukan oleh hakim atas pelaku tindak pidana atau pelaku perbuatan maksiat yang hukumannya belum ada. Mengingat persyaratan dilaksanakannya hukuman masih belum terpenuhi dalam tindakan-tindakan tersebut.

Dari uraian tersebut, dapat diambil intisari bahwa jarimah ta’zir

dibagi menjadi tiga bagian yaitu: a. ta’zir karena berbuat maksiat;

b. ta’zir karena melakukan perbuatan yang membahayakan kepentingan umum;

c. ta’zir karena melakukan pelanggaran (mukhalafah)

Disamping itu, dilihat dari segi hak yang dilanggarnya, jarimah

ta’zi>r dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: a. jarimah ta’zir yang menyinggung hak Allah

b. jarimah ta’zir yang menyinggung hak perorangan (individu) Adapun yang dimaksud dengan jarimah ta’zir yang menyinggung hak Allah adalah semua perbuatan yang berkaitan dengan kepentingan dan kemaslahatan umum. Misalnya mebuat kerusakan dimuka bumi, pencurian yang tidak memenuhi syarat, mencium wanita lain yang bukan istrinya, penimbunan bahan-bahan pokok, penyelundupan, dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan jarimah ta’zir yang

(32)

menyinggung hak perorangan adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan kerugian kepada orang-orang tertentu, bukan orang banyak. Contohnya seperti penghinaan, penipuan, pemukulan dan lain sebagainya.

2.Macam-macam hukuman ta’zir

Dalam uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa hukuman ta’zir

adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara’ dan diserahkan

kepada ulil amri untuk menetapkannya. Hukuman ta’zir ini jenisnya beragam, namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu:13

a.hukuman ta’zir yang mengenai badan, seperti hukuman mati dan

jilid.

b.hukuman ta’zir yang berkaitan dengen kemerdekaan seseorang,

seperti hukuman penjara dan pengasingan.

c.hukuman ta’zir yang berkaitan dengan harta, seperti denda,

penyitaan/ perampasan harta, dan penghancuran barang.

d.hukuman-hukuman lain yang ditentukan oleh amri demi

kemaslahatan umum seperti, peringatan keras, digadirkan di hadapan sidang, nasihat, celaan dan lain sebagainya.

(33)

3.Maksud sanksi ta’zi>r

Maksud utama sanksi ta’zir adalah sebagai preventive dan represif serta kuratif dan edukatif. Atas dasar ini ta’zir tidak boleh membawa kehancuran.14

Yang dimaksud dengan fungsi preventive adalah bahwa sanksi ta’zir

harus memberikan dampak positif bagi orang lain (orang yang tidak dikenai hukuman ta’zir), sehingga orang lain tidak melakukan perbuatan yang sama dengan perbuatan terhukum.

Yang dimaksud dengan fungsi represif adalah bahwa sanksi ta’zir

harus memberikan dampak positif adalah bahwa sanksi ta’zir harus memberikan dampak positif bagi si terhukum, sehingga ia tidak lagi melakukan perbuatan yang menyebabkan dirinya dijatuhi hukuman

ta’zir.

Oleh karena itu, sanksi ta’zir itu baik dalam fungsinya sebagai usaha preventif maupun represif, harus sesuai dengan keperluan, baik lebih dan tidak kurang dengan menerapkan prinsip keadilan.

Yang dimaksud dengan fungsi kuratif (islah) adalah bahwa sanksi ta’zir itu harus mampu membawa perbaikan sikap dan perilaku terhukum dikemudian hari.

Yang dimaksud fungsi edukatif adalah bahwa sanksi ta’zir harus mampu menumpuhkan hasrat terhukum untuk mengubah pola hidupnya sehingga ia akan menjauhi perbuatan maksiat bukan karena takut

(34)

hukuman melainkan semata-mata karena tidak senang terhadap kejahatan. Sudah tentu sangat penting dalam hal ini pendidikan agama sebagai sarana memperkuat keimanan dan ketakwaannya, sehingga ia menjauhi segala macam maksiat untuk mencari keridhaan Allah swt. Oleh karena itu, maka tidak mengherankan bila para ulama dalam hal sanksi ta’zir yang berupa penjara tidak memberikan batas waktu bagi lamanya penjara, melainkan batas yang mereka tentukan adalah sampai si terhukum bertaubat sebagai pembersih dari dosa.

Untuk menjaga kepastian hukum, perlu batas waktu hukuman penjara. Hanya saja pembinaan di lembaga pemasyarakatan harus efektif sehingga si terhukum waktu keluar telah taubat.

C. Pengampunan dalam Jarimah H}udud dan Ta’zi>r

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Pengampunan berasal dari kata ampun yang berarti pembebasan darihukuman atau tuntutan.15 Sedangkan

dalam bahasa hukum pidana umum pengampunan disebut sebagai remisi

yang berarti pengurangan masa hukuman yang diberikan kepada orang

terpidana.16

Dalam jarimah h}udud dan ta’zir terdapat pengampunan yang dapat meringankan hukuman pelaku namun antara keduanya ada yang dapat

(35)

diampuni ada pula yang tidak dapat diampuni atau diberikan keringanan

hukuman seperti penjelasan berikut:

1. Pengampunan terhadap tindak pidana h}udud

Pengampunan tidak memiliki pengaruh apapun bagi tindak pidana

yang wajib dijatuhi hukuman h}udud, baik diberikan oleh korban, walinya, maupun penguasa. 17 Ini karena hukuman terhadap tindak

pidana h}udud bersifat wajib dan harus dilaksanakan. Para ulama menyebut tindak pidana hudud sebagai hak Allah. Karena tindak

pidana hudud adalah hak Allah, hukumannya tidak boleh diampuni

atau dibatalkan.

Ketetapan tidak adanya pengampunan dan pembatalan hukuman

atas tindak pidana h}udud ini mengakibatkan pelaku tindak pidana yang harus dijatuhi h}udud itu berstatus sebagai orang yang kehilangan gak jaminan keselamatan jiwa dan anggota badannya.

2. Pengampunan terhadap tindak pidana ta’zir

Sudah disepakati oleh para fukaha bahwa pebguasa memiliki hak pengampunan yang sempurna pada tindak pidana ta’zir. Karena itu,18

penguasa boleh mengampuni suatu tindak pidana ta’zir dan hukumannya, baik sebagiannya maupun keseluruhannya. Meskipun demikian, para fukaha berbeda pendapat tentang bisa tidaknya penguasa memberikan pengampunan terhadap semua tindak pidana

ta’zir atau terbatas pada sebagiannya saja.

(36)

Sebagian ulama (kelompok pertama) berpendapat bahwa penguasa tidak memiliki hak pengampunan pada tindak pidana kisas dan hudud yang sempurna yang tidak boleh dijatuhi hukuman kis}as dan h}udud, tetapi ia harus dijatuhi hukuman ta’zir yang sesuai dengan tindak pidana yang telah dilakukannya. Dalam hal ini, penguasa boleh mengampuni tindak pidana dan hukumannya jika ia melihat ada kemaslahatan umum di dalamnya dan setelah menghilangkan dorongan hawa nafsu.19

Sementara itu, sebagaian ulama yang lain (kelompok kedua) berpendapat bahwa penguasa memiliki hak untuk memberikan pengampunan atas seluruh tindak pidana yang diancam dengan hukuman ta’zir dan juga hak mengampuni hukumannya jika di dalamnya terdapat kemaslahatan umum. Dari kedua pendapat ulama tersebut, dapat kita lihat bahwa kelompok pertama lebih dekat dengan logika hukum Islam yang berkaitan dengan tindak pidana h}udud dan kis}as.

Kekuasaan korban dalam memberikan pengampunan terhadap tindak pidana ta’zir hanya terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan haknya (dirinya), seperti pemukulan dan pencacian. Kerana itu, pengampunan korban tidak berpengaruh pada hak masyarakat, yaitu mendidik pelaku dan memperbaikinya, sehingga jika korban mengampuni pelaku, pengampunannya itu tertuju pada hak pribadi

(37)

korban saja. Sebaliknya, pengampunan penguasa atas tindak pidana atau hukuman tidak berpengaruh pada hak-hak korban.20

D. Perbedaan Antara H}udud dan Ta’zi>r

Jarimah h}udud adalah jarimah yang hukumannyan telah ditentukan

oleh syara’. Sedangkan jarimah ta’zir adalah jarimah yang hukumannya

belum ditentukan oleh syara’ dan diserahkan kepada ulil amri untuk menetapkannya. Dari pengertian ini jelaslah bahwa antara h}udud dan

ta’zir terdapat beberapa perbedaan, diantaranya yaitu:

a. hukuman h}udud diberlakukan secara sama untuk semua orang (pelaku), sedangkan hukuman ta’zir pelaksanaanya dapat berbeda antara satu pelaku dengan pelaku lainnya, tergantung kepada perbedaan kondisi masing-masing pelaku. Apabila seseorang yang terhormat dan baik-baik, suatu ketika melakukan tindak pidana ta’zi>r maka kondisinya itu dapat dijadikan pertimbangan untuk membebaskannya atau menjatuhkan hukuman yang lebih ringan. Sebaliknya, kepada orang yang perilakunya tidak baik yang melakukan jarimah ta’zir yang sama dapat dijatuhkan hukuman lebih berat.

b. Dalam jarimah h}udud tidak berlaku pembelaan (syafa’at) dan pengampunan apabila perkaranya sudah dibawah kepengadilan. Sedangkan untuk jarimah ta’zir, kemungkinan untuk memberikan pengampunan terbuka lebar, baik oleh individu maupun ulil amri.

(38)

c. Orang yang mati karena dikenakan hukuman ta’zir, berhak memperoleh ganti rugi. Sedangkan untuk jarimah h}udud hal ini tidak berlaku. Akan tetapi menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah, kematian akibat hukuman ta’zi>r tidak mengakibatkan ganti rugi apapun, karena dalam hal ini ta’zir dan h}udud itu sama. Alasan pendapat pertama adalah tindakan Khalifah Umar yang menggertak seorang wanita. Wanita itu kemudian merasa perutnya mulas dan janinnya gugur dalam keadaan mati. Khalifah Umar menanggung dan membayar diat janin tersebut.

(39)

BAB III

PEMBERIAN REMISI KEPADA PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SIDOARJO

A. Pemberian Remisi di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo

Kata remisi berasal dari bahasa Inggris yaitu remission. Re yang berarti kembali dan mission yang berarti mengirim, mengutus. Remisi diartikan pengampunan atau pengurangan hukuman. Dari pengertian tersebut, remisi merupakan kata serapan yang diambil dari bahasa asing yang kemudian digunakan dalam pengistilahan hukum di Indonesia.1Remisi adalah pengurangan masa pidana yang diberikan

kepada narapidana dan anak pidana yang berkelakuan baik selama menjalani pidana.2

Remisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguranganhukuman yang diberikan kepada orang yang terhukum.3

Di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo remisi diberikan dengan berbagai macam atau berbagai jenis yaitu:

1. Jenis-jenis Remisi yang diberikan di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo Adapun jenis-jenis remisi yang diberikan di Lembaga pemasyarakatan Sidoarjo yaitu sebagaimana yang telah tertera diatas yaitu:

1M. Fahmi Al-Amruzi, “Analisis Hukum Pemberian Remisi Terhadap Pelaku Tindak Pidana”, Jurnal Darussalam, 2 (Desember 2014), 2.

2Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI Nomor M.09.HN.02.01 Tahun 1999. 3Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

(40)

a. remisi umum yang diberikan pada hari kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus, semua narapidana atau anak pidana yang telah memenuhi syarat pemberian remisi diberikan haknya untuk menerima remisi umum tersebut.

b. remisi khusus yang diberikan kepada narapidana atau anak pidana yang telah memenuhi syarat pemberian remisi pada saat hari raya keagamaan.

c. remisi tambahan diberikan kepada narapidana atau anak pidana yang telah memenuhi syarat pemberian remisi dan remisi tambahan ini diberikan kepada setiap pemuka di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo.

d. remisi dasawarsa diberikan kepada narapidana atau anak pidana yang telah memenuhi syarat pemberian remisi dan remisi dasawarsa diberikan setiap sepuluh tahun sekali.

2. Syarat Pemberian Remisi Di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo Syarat pemberian remisi di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo yaitu sebagaimana syarat pemberian remisi pada umumnya yaitu: a. berkelakuan baik

(41)

remisi.4 Berkelakuan baik bukan hanya dalam hal menaati

peraturan namun berkelakuan baik juga dinilai dari perilaku atau tingkah laku narapidana selama menjalani masa pidananya, dan juga dapat dilihat dari perilaku sesama narapidana juga dalam hal ibadahnya, atau membantu petugas lapas dalam menjalankan tata tertib yang ada. Penilaian berperilaku baik adalah menjadi tanggung jawab pihak lapas namun sangat sulit jika pihak lapas harus mengawasi satu persatu narapidana oleh karena itu dalam hal mengawasi tingkah laku dapat dialkukan juga oleh narapidana dengan narapidana lainnya.

b. telah mejalani masa pidana lebih dari enam bulan

Mendapatkan remisi memang hak dari setiap narapidana atau anak pidana bukan dengan syarat berkelakuan baik saja namun seorang narapidana atau anak pidana harus telah menjalani masa pidananya selama enam bulan.

Masa enam bulan tersebut digunakan untuk menilai kelakuan baiknya, dan juga masa enam bulan tersebut sebagai adaptasi seorang narapidana atau anak pidana yang baru saja mendapatkan hukuman. Dan dengan masa enam bulan tersebut seorang napi bisa menyesuaikan diri dan setelah itu dapat diketahui bagaimana sikap dan perilakunya, serta dapat menilai apakah sudah pantas mendapatkan remisi atau belum.

4 Keputusan Menteri Hukum Dan Perundang-Undangan Republik Indonesia Nomor M.09.HN.

(42)

Dalam hukum pidana Islam syarat diberikannya keringanan hukuman juga dengan adanya sebuah penyesalan dan juga meminta maaf kepada korban atau yang disebut juga dengan taubat.

Taubat menurut istilah para sufi adalah kembali kepada ketaatan dari perbuatan maksiat, kembali dari nafsu kepada haq (jalan kebenaran).

Dalam kitab at-ta’rifāt dijelaskan bahwa taubat adalah kembali kepada Allah dengan melepaskan ikatan yang membungkus hati (mengekang) kemudian bangkit menuju (memenuhi) hak Rab (Tuhan). Sementara itu Z|unnu>n al-Mis}ri membagi bahwa taubat orang awam dari dosa, taubat orang khusus dari kelalaian dan taubat para nabi ketika melihat kelemahannya dalam ibadah dibandingkan dengan keberhasilan yang dicapai.5

Bertaubat dari segala dosa dengan kembali kepada dzat yang gaib (metafisik), tobat dalam ilmu suluk merupakan tingkatan yang ada, karenanya, seorang salik (ahli suluk) tidak dapat dipisahkan.

Dalam referensi lainnya mengatakan bahwa taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah dan uzlah (menjauhkan

(43)

diri) dari jalan orang-orang yang dimurkai oleh Allah serta jalan orang-orang sesat.

Syarat-syarat untuk taubat bergantung pada siapa yang menjadi korban kesalahan itu, dimana hal ini dikelompokkan menjadi tiga tingkatan.

Pertama, bila kesalahan itu terhadap Allah swt. maka taubatnya dengan menyesali dosa-dosa yang diperbuat dan berjanji untuk tidak mengulanginya.

Kedua, berdosa kepada Allah dan makhluk ciptaannya dengan berjanji untuk meninggalkan dosa-dosa itu dan menyesalinya.

Ketiga, apabila dosanya berhubungan dengan hak orang lain, maka bagi orang yang bertaubat harus memperbaiki sesuatu yang rusak dan karena dirinya atau memohon kerelaan orang yang dia salahi.

(44)

Taubat yang terlibat transaksi ilegal dan barang-barang yang diharamkan, seperti minuman keras, para artis dan sanksi palsu karena upah. Maka kaum ulama masih berbeda pendapat tentang masalah tersebut.

Sekelompok ulama berpendapat, dia harus mengembalikan uang yang telah diterimanya kepada pemiliknya, sebab itu adalah hartanya yang sah. Sedangkan si penjual, maka dia telah mengambilnya melalui jalan yang tidak diperkenankan oleh syara’, dan si pembeli, dengan mengeluarkan uangnya itu tidak

memperoleh keuntungan secara halal.

Pendapat lain mengatakan bahwa taubatnya ialah dengan menyedekahkan uang hasil transaksi itu, dan tidak wajib baginya untuk mengembalikan kepada pemiliknya. Sebab hal itu tidak mungkin, karena oleh sang empunya akan digunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Begitu juga taubat bagi orang yang hartanya bercampur dari sumber yang halal dan haram, yakni dengan bersedekah kira-kira sebesar harta haram yang mencampuri hartanya, kemudian hendaknya dia membersihkan sisa hartanya dari perkara haram.6 atau juga bisa dengan taubatan

nasuha.

Taubatan Nasuha atau taubat secara murni yaitu, membebaskannya dari segala kotoran, kekurangan dan kerusakan

(45)

Imam Hasan al-Bashri berkata bahwa memurnikan taubat ialah dengan menyesali apa yang diperbuatnya di masa lalu dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Al-Kalbi berkata, taubat adalah dengan beristighfar melalui lisannya, menyesali dengan hati dan berhenti berbuat dosa dengan raga. Sedangkan menurut Said bin al-Musayyib berkata, bahwa arti taubatan nasuha ialah bila engkau menasehati diri sendiri.

Dalam refrensi lain mengatakan bahwa taubatan nasuha yaitu meninggalkan semua dosa lalu menyesalinya, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, berusaha mengembalikan hak-hak kepada siapa saja yang sudah dizaliminya, dan berusaha memohon ampunan serta taubat kepada Allah mencari rahmatnya, berusaha menghindari siksa dan azab.7

Pendapat Ibnu Qayyim: Taubat yang murni mengandung tiga unsur yaitu:

Pertama, taubat yang meliputi atas keseluruhan jenis dosa, tidak ada satu dosapun melainkan bertaubat karenanya.

Kedua, membulatkan tekad dan bersungguh-sungguh dalam bertaubat, sehingga tidak ada keragu raguan dan menunda-nunda kesempatan bertaubat.

Ketiga, menyucikan dari segala kekotoran dan hal-hal yang dapat mengurangi rasa keikhlasan, khauf kepada Allah dan

(46)

menginginkan karunianya. Tidak seperti taubatnya orang yang ingin menjaga nama baik, mempertahankan kedudukan atau untuk menjaga martabat dan kekayaannya, atau demi popularitas. Supaya tidak mendapat gangguan dari orang-orang jahat, atau karena frustasi dan mungkin juga untuk tujuan-tujuan lain yang dapat mengurangi nilai dan kemurnian suatu taubat kepada Allah swt.

3. Cara Memberikan Remisi Di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo

Pemberian remisi di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo yaitu dengan cara diumumkan pada saat upacara Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus di pendopo Sidoarjo.

B. Dasar Hukum Pemberian Remisi di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo.

Adapun dasar-dasar hukum pemberian remisi di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo yaitu:

a. Undang-undang Republik Indonesia nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 99 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

(47)

d. Keputusan Menteri kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor M.09.HN.02.01 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 174 tahun 1999 tentang Remisi.

e. Keputusan Menteri kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor M.HH-21.PK.01.01.02 Tahun 2015 tentang Penetapan Pengurangan Hukuman Secara Khusus Pada peringatan Tujuh Puluh Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. f. Peraturan Menteri Hukum dan Ham RI Nomor 21 Tahun 2013

tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti bersyarat.

g. Surat Edaran Menteri Hukum dan HAM RI nomor M.HH-04.PK.01.05.06 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberlakuan Peraturan Pemerintah nomor 99 tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

h. Surat Edaran Direktur Jenderal Pemasyarakatan nomor PAS-PK.01.01.02-395 Tahun 2015 tanggal 13 Agustus 2015 tentang Penerbitan Surat Keputusan Remisi Dasawarsa Tahun 2015.

(48)

C. Pemberian Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo.

Pemberian remisi pada umumnya berhak diterima oleh setiap narapidana atau anak pidana yang telah memenuhi syarat pemberian remisi, begitu pula bagi narapidana narkotika yang telah memenuhi syarat mendapatkan remisi pastilah mendapatkan remisi.

Dari hasil penelitian bahwa setiap pelaku tindak pidana narkotika mendapat remisi baik remisi umum atau remisi khusus, untuk remisi tambahan di LAPAS Sidoarjo sangat jarang diberikan remisi tambahan karena dalam hal ini remisi khusus diberikan kepada pemuka yang membantu kegiatan di LAPAS Sidoarjo.

Kebanyakan juga pelaku tindak pidana narkotika mendapat remisi dasawarsa sebesar 3 (tiga) bulan, dimana remisi dssawarsa itu diberikan setiap sepuluh tahun sekali, dan tentunya dengan syarat yang telah ditentukan pada peraturan yang sudah ada.

Namun kebanyakan juga pelaku tindak pidana narkotika tidak mengetahui bahwa mereka sudah mendapat remisi atau tidak, ada juga yang mengetahui telah mendapatkan remisi namun tidak mengetahui berapa besar remisi yang diterima.

(49)

Seperti halnya pada Keputusan Presiden nomor 174 tahun 1999 tentang remisi yang menjelaskan tentang besarnya remisi yaitu:

1) Pemberian remisi umum:

a. 1 (satu) bulan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang telah menjalani pidana selama 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan; dan

b. 2 (dua) bulan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang telah menjalani pidanaselama 12 (dua belas) bulan atau lebih. 2) Pemberian remisi umum diberikan sebagaimana berikut:

a. pada tahun pertama diberikan remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

b. pada tahun kedua diberikan remisi 3 (tiga) bulan; c. pada tahun ketiga diberikan remisi 4 (empat bulan;

d. pada tahun keempat dan kelima masing-masing diberikan remisi 5 (lima)bulan; dan

e. pada tahun keenam dan seterusnya diberikan remisi 6 (enam) bulan setiaptahun.8

3) Pemberian remisi khusus

a. 15 (lima belas) hari bagi Narapidana dan Anak Pidana yang telah menjalanipidana selama 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan; dan

(50)

b. 1 (satu) bulan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang telah menjalani pidanaselama 12 (dua belas) bulan atau lebih. 4) Pemberian remisi khusus dilaksanakan sebagaimana berikut:

a. pada tahun pertama diberikan remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat(1);

b. pada tahun kedua dan ketiga masing-masing diberikan remisi 1 (satu) bulan;

c. pada tahun keempat dan kelima masing-masing diberikan remisi 1 (satu )bulan 15 (lima belas) hari; dan

d. pada tahun keenam dan seterusnya diberikan remisi 2 (dua) bulan setiaptahunnya.

5) Pemberian remisi khusus

a. 1/2 (satu perdua) dari remisi umum yang diperoleh pada tahun yangbersangkutan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang berbuat jasa kepadanegara atau melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara ataukemanusiaan; dan

(51)

dikarenakan masih belum menjalani masa pidana minimal 6 (enam) bulan,9 beberapa juga mengatakan bahwa telah mendapatkan remisi total

8 (delapan) bulan selama beberapa tahun menjalani masa pidananya,10

walaupun dengan adanya remisi yang diberikan kepada pelaku tindak pidana narkotika mereka sudah merasa jera, walaupun ada pengurangan hukuman namun hukuman yang telah diberikan oleh hakim sudah membuat jera dan tidak akan mengulangi kesalahannya.

Para narapidana narkotika yang sudah berkelakuan baik dan juga dianggap mampu dalam hal informatika atau lainya mereka diberi pekerjaan sebagai pembantu petugas atau staf-staf di LAPAS mereka di sebut dengan taming, bahkan ada juga narapidana narkotika yang bertugas dibagian register mereka diberikan kebebasan untuk berkomunikasi dengan keluarga, namun ketika mereka kembali kedalam kamar tahanan mereka kembali menjadi narapidana sebagaimana umumnya.

Sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 99 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan perubahan pasal 34 A bahwa pemberian remisi bagi narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika,

9 Juansa Pradana, Apakah anda telah mendapatkan remisi selama menjalani masa pidana?,

Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo, 28 Desember 2015 .

10 Fandi Dwinata, Berapa banyakkah remisi yang telah anda terima ?, Lembaga Pemasyarakatan

(52)

psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara, kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 juga harus memenuhi persyaratan dalam hal ini bagi pelaku tindak pidana narkotika harus bersedia bekerjasama dengan penegak hukum untuk membantu membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya, dan kesediaan untuk bekerjasama sebagaimana dimaksud diatas harus dinyatakan secara tertulis dan ditetapkan oleh instansi penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini di lapas Sidoarjo kesediaan tersebut dinyatakan secara tertulis dan ditandatangani diatas materai oleh yang bersangkutan (pelaku tindak pidana narkotika).

Dalam hal pemberian remisi kepada narapidana Menteri Hukum dan HAM dapat mendelegasikan pelaksanaannya kepada kepala kantor wilayah. Penetapan pemberian remisi dilaksanakan dengan keputusan kepala kantor wilayah atas nama menteri, setelah mengeluarkan penetapan kepala kantor wilayah wajib menyampaikan laporan tentang penetapan pengurangan masa pidana tersebut kepada menteri Departemen Hukum Dan Ham Cq.Dirjen pemasyarakatan.11

Remisi memang diberikan kepada semua narapidana atau anak pidana narkotika namun ada pengecualian seperti halnya yang tercantum dalam

11Kepmen Hukum Dan Perundang-Undangan No.M.09.HN.02.01 Tahun 1999 Tentang

(53)

Keputusan Presiden nomor 174 tahun 1999 bahwa Remisi tidak diberikan kepadanarapidana atau anak pidana yang:

1. Dipidana kurang dari 6 (bulan).

2. Dikenakan hukuman disiplin dan didaftar pada buku pelanggaran tata tertiblembaga pemasyarakatan dalam kurun waktu yang diperhitungkan padapemberian Remisi.

3. Sedang menjalani cuti menjelang bebas.

4. Dijatuhi pidana kurungan sebagai pengganti pidana denda.12

Oleh karena itu dari hasil wawancara ada beberapa narapidana yang belum mendapatkan remisi dikarenakan belum menjalani masa pidana enam bulan. Dan sebuah pengurangan hukuman yang diberikan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia bukan mengurangi efek jera kepada pelaku tindak pidana narkotika karena remisi merupakan hak dari narpidana atau anak pidana bila sudah memenuhi syarat, selain itu narapidana narkotika juga mengaku bahwa dirinya sudah jera dan menyesal telah melakukan kesalahan yang telah dilakukannya. Dan setiap tahunnya remisi diberikan, dan dihitung.

(54)

46

BAB IV

ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN REMISI KEPADA PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN SIDOARJO

A. Analisis Pemberian Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sidoarjo.

Pada dasarnya penjatuhan hukuman (pidana) buka hanya semata-mata memberikan efek jera saja, namun penjatuhan hukuman juga memberikan bimbingan dan pembinaan. Dalam hal pelaksanaan hukuman bagi terpidana dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), dimana di dalam lapas narapidana diberikan pembelajaran, bimbingan serta pembinaan, dengan tujuan agar narapidana tidak mengulangi kesalahannya dan juga sadar dengan perbuatannya bahwa yang pernah dia lakukan itu adalah kesalahan dan tidak akan mengulangi lagi, serta kembali ke masyarakat dengan menjalankan fungsinya seperti sebelumnya.

(55)

sistem pemasyarakatan. Sistem pemasyarakatan merupakan bentuk penegakan hak asasi manusia yang mengutamakan pelayanan hukum dan pembinaan narapidana. Pelayanan hukum dan pembinaan narapidana ini merupakan suatu pelayanan publik Pemerintah yang diberikan kepada masyarakat.1

Di dalam lembaga pemasyarakatan, narapidana sebagai warga binaan pemasyarakatan juga mempunyai hak, sebagaimana yang telah diatur dalam dalam Pasal 14 ayat (1 ) Undang- undang No.12 tahun 1995 yaitu :

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya. b. Mendapatkan perawatan baik perawatan jasmani maupun

perawatan rohani.

c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. e. Menyampaikan keluhan.

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media masa lainnya yang tidak dilarang.

g. Mendapatkan upah dan premi atas pekerjaan yang dilakukan. h. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang

tertentu yang lainnya.

i. Mendapatkan pengurangan masa pidana ( remisi ).

j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga.

(56)

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat

l. Mendapatkan cuti menjelang bebas dan;

m.Mendapatkan hak- hak lain sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.2

Sebagaimana yang telah di jelaskan diatas bahwa remisi juga termasuk hak bagi setiap warga binaan pemasyarakatan, oleh karena itu pada umumnya semua narapidana atau anak pidana berhak mendapatkan remisi, yang khususnya adalah narapidana narkotika.

Remisi merupakan pengurangan masa pidana yang diberiakan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia kepada narapidana atau anak pidana yang telah memenuhi syarat, sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh remisi yang dijelaskan dalam Keputusan Presiden nomor 174 tahun 1999 syarat pemberian remisi yaitu, berkelakuan baik dan telah menjalani masa pidananya selama 6 bulan.

Dalam hal pemberian remisi kepada pelaku tindak pidana narkotika juga terdapat persyaratan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 99 tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28 tahun 2006 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan bahwa pelaku tindak pidana narkotika harus bersedia membantu penegak hukum untuk membongkar kasusnya. Menurut penulis dalam hal pemberian syarat yang

(57)

seperti demikian pelaku tindak pidana narkotika akan lebih berfikir dua kali untuk tidak bersedia membantu penegak hukum dalam membongkar kasusnya, seperti yang telah diketahui bahwa kasus narkotika tidak hanya dilakukan oleh satu atau dua orang saja, karena narkotika di negara ini sudah menyebar luas bahkan narkotika juga sudah dikenal dikalangan anak sekolah atau siswa. Di lembaga pemasyarakatan Sidoarjo kesediaan membantu penegak hukum dalam membongkar kasusnya tersebut dinyatakan dengan tertulis dan ditandatangani diatas materai.

Dengan adanya syarat seperti itu narapidana tidak akan meremehkan masa tahanan yang telah diputus oleh hakim, karena syarat tersebut merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap narapidana narkotika, mengingat begitu bebasnya narkotika di masyarakat dan dampaknya yang sangat berbahaya.

Seperti halnya ada beberapa jenis remisi, di lembaga pemasyarakatan Sidoarjo remisi juga diberikan dengan berbagai jenis, yaitu:

a. remisi umum yang diberikan kepada narapidana pada hari kemerdekaan negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus,

b. remisi khusus yang diberikan kepada narapidana atau anak pidana pada hari raya keagamaan

(58)

d. remisi dasawarsa yang diberikan kepada narapidana atau anak pidana dalam sepuluh tahun sekali.

Jenis-jenis remisi yang diberikan di lembaga pemasyarakatan Sidoarjo memang sangat bervariasi namun dengan bervariasi tersebut narapidana narkotika pastilah mendapatkan haknya setelah menjalani masa pidana selama enam bulan dan telah berkelakuan baik selama menjalani masa pidananya, dengan menerima haknya yaitu remisi para narapidana narkotika merasa hal tersebut tidak mengurangi sedikitpun rasa jera atas hukuman yang telah diputus oleh hakim di pengadilan. Sebagaimana jenis remisi tersebut besar remisi yang diberikan kepada narapidana narkotika di lembaga pemasyarakatan Sidoarjo yaitu:

Jenis Remisi Banyaknya Remisi Syarat-syarat

(Lama menjalani hukuman) Remisi Tambahan ½ dari remisi umum

(59)

pemasyarakatan sebagai

-Telah menjalani masa pidana

6 bulan

Setiap narapidana narkotika yang berada di lembaga pemasyarakatan sidoarjo berhak mendapatkan pengurangan hukuman, hukuman yang dimaksud disini adalah penjara, dimana penjara merupakan tempat manjalani masa pidananya. Mengenai pidana penjara dijatuhkan untuk seumur hidup atau untuk waktu tertentu. Waktu tertentu dijatuhkan paling lama lima belas tahun penjara berturut-turut atau paling singkat satu hari, kecuali ditentukan minimum khusus.3

Remisi diberikan karena merupakan salah satu sarana hukum yang penting dalam rangka mewujudkan tujuan sistem pemasyarakatan, selain itu remisi diberikan karena negara Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing, termasuk narapidana narkotika, sehingga dengan adanya hal tersebut tidak menimbulkan diskriminasi sosial, dan narapidana juga mendapatkan haknya yang memang harus diporoleh.

Memang banyak masyarakat yang beranggapan bahwa remisi di berikan kepada pelaku tindak pidana narkotika itu tidak memberikan efek jera, karena tidak sepadan dengan apa yang telah dilakukannya selama

(60)

berada di masyarakat, namun menurut hasil wawancara dengan beberapa narapidana bahwa semua mengatakan bahwa mereka telah jera dan tidak akan mengulangi semua perbuatannya, walaupun dengan diberikannya remisi kepada pelaku tindak pidana narkotika tidak sama sekali mengulangi efek jera dengan hukuman yang telah dijatuhkan oleh hakim kepada mereka. Karena dengan menjalani masa pidananya mereka sudah sangat merasa jera dengan dirampasnya kebebasan mereka untuk bersosialisasi di masyarakat.

Remisi yang diberikan kepada pelaku tindak dipidana narkotika bukan semata-mata diberikan namun juga harus melengkapi persyaratan yang telah tercantum dalam Keppres RI No 174 tahun 1999, yang pada umumnya syarat mendapatkan remisi tersebut adalah harus menjalani masa pidana 6 bulan, dan selama 6 menjalani masa 6 bulan tersebut narapidana narkotika harus berkelakuan baik, dalam hal berkelakuan baik semua warga binaan pemasyarakatan diawasi oleh petugas dan juga sesama temannya, dengan syarat yang demikian maka bagi pelaku tindak pidana narkotika bukanlah hal yang mudah seperti yang difikirkan oleh masyarakat.

(61)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah bahwa sistem pembinaan terhadap anak pelaku tindak pidana narkotika perlu memperhatikan kerangka rujukan

(2) Faktor-faktor penghambat upaya penanggulangan terhadap narapidana sebagai pelaku tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Rajabasa adalah: a) Faktor

3.1 Pertimbangan Untuk Menentukan Seorang Narapidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Telah Berkelakuan Baik Sehingga Dapat Di Berikan Remisi

ilmiah dengan judul yaitu : ‘’ PEMBINAAN NARAPIDANA RESIDIVIS PELAKU TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB PARIAMAN’’.

Sejalan dengan tujuan tersebut maka untuk melihat ke efcktifan pelaksanaan pidana terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika di lembaga pemasyarakatan narkotika klas II A

Sehubungan dengan uraian-uraian diatas telah dijelaskan jika dikaitkan dengan Bentuk Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Jenis

Diharapkan dengan pidana mati yang dijatuhkan bagi para pelaku tindak pidana narkotika dapat memberantas peredaran narkotika di Indonesia, mengingat pidana penjara sudah tidak

Dalam kesempatan yang sama, dapat dipertanyakan pula mengenai pelaksanaan pemberian pengurangan masa pidana (remisi) bagi narapidana tindak pidana narkotika di Lapas