• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Teknis SLPHT Perkebunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Teknis SLPHT Perkebunan"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN PERLINDUNGAN

PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

DESEMBER 2013

PEDOMAN TEKNIS

SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU

(SL-PHT)

(2)

i

KATA PENGANTAR

Pedoman Teknis Kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Tepadu (SL-PHT) di daerah tahun 2014 disusun dalam rangka memberikan acuan dan arahan pelaksanaannya kepada Dinas yang membidangi Perkebunan dan Perangkat Perlindungan Perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Sistematika Pedoman Teknis ini terdiri dari Bab I. Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Sasaran Kegiatan, dan Tujuan; Bab II. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan memuat tentang Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan dan Spesifikasi Teknis; Bab III. Pelaksanaan Kegiatan, berisi Ruang Lingkup, Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan, Lokasi, Jenis dan Volume, dan Simpul Kritis; Bab IV. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan; Bab V. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; Bab VI. Pembiayaan serta Bab VII. Penutup.

Pedoman Teknis ini sebagai acuan Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi/Kabupaten/ Kota dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis yang lebih spesifik berdasarkan kondisi daerah setempat.

(3)
(4)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Sasaran Kegiatan ... 3

C. Tujuan ... 3

D. Pengertian Umum ... 4

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 14 A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ... 14

B. Spesifikasi Teknis ... 18

III. PELAKSANAAN KEGIATAN ... 25

A. Ruang Lingkup ... 25

B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan ... 26

C. Lokasi, Jenis dan Volume ... 30

D. Simpul Kritis ... 31

IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN . 33 A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan .. 33

(5)

iv B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian,

Pengawalan dan Pendampingan ... 34

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 35

A. Monitoring ... 35

B. Evaluasi ... 35

C. Pelaporan ... 35

VI. PEMBIAYAAN ... 39

VII. PENUTUP ... 40

(6)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Model tes Ballot Box ... 41

Lampiran 2. Matrik Analisa Pasangan

Terperinci ... 43

Lampiran 3. Matrik Kualitas SL-PHT ... 44

Lampiran 4. Format wawancara dengan

Kuesioner ... 45

Lampiran 5. Jenis dan Volume Komponen SL-PHT ... 51

Lampiran 6. Out Line Laporan Akhir ... 52

(7)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produksi dan kualitas hasil tanaman perkebunan. Akibat serangan OPT, diperkirakan terjadi kehilangan produksi sekitar 30% - 40%. Untuk menghindarkan kerugian akibat serangan OPT, sampai saat ini masih banyak petani dan masyarakat yang mengartikan pengendalian OPT sama dengan penggunaan pestisida kimia sintetis. Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan dapat menimbulkan resistensi, resurjensi hama dan ledakan hama sekunder, pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

(8)

2 penggunaan bahan pengendali yang ramah lingkungan. Pestisida digunakan secara bijaksana apabila perlakuan lain dinilai tidak mampu mengendalikan OPT yang ada.

Agar petani pekebun mengetahui, mau dan mampu menerapkan PHT di kebunnya secara mandiri, maka perlu peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani tentang empat prinsip PHT yaitu 1). Budidaya Tanaman Sehat, 2). Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh Alami, 3). Pengamatan Rutin dan 4). Petani sebagai Ahli PHT/petani menjadi manajer di kebun sendiri. Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh petani melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT).

(9)

3 serta peningkatan produktivitas hasil tanaman mencapai 25-27%.

Petani yang sudah mengikuti SL-PHT sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2013 berjumlah sekitar 145.245 petani.

Mengingat masih kurangnya jumlah petani yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang empat prinsip PHT dalam pengelolaan kebunnya serta dampak SL-PHT, maka kegiatan SL-PHT perlu dilaksanakan secara berkesinambungan. Untuk itu pada tahun 2014 akan dilaksanakan kegiatan SL-PHT sebanyak 194 Kelompok Tani (KT) di 24 provinsi, 89 kabupaten.

B. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan SL-PHT adalah terlaksananya SL-PHT pada 194 KT di 24 provinsi dan 89 kabupaten.

C. Tujuan

Tujuan kegiatan SL-PHT :

(10)

4 kebunnya sehingga petani menjadi manager di kebunnya sendiri.

D. Pengertian Umum

1. Pedoman Teknis SL-PHT adalah pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka memberikan acuan dan arahan pelaksanaan kegiatan SL-PHT Provinsi/Kabupaten/Kota dan sebagai acuan untuk menyusun Petunjuk Pelaksanaan SL-PHT.

2. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) SL-PHT adalah pedoman atau panduan pelaksanaan kegiatan SL-PHT yang dibuat oleh provinsi mengacu pada pedoman teknis.

3. Petunjuk Teknis (Juknis) SL-PHT adalah pedoman atau panduan pelaksanaan kegiatan SL-PHT yang dijabarkan dari petunjuk pelaksanaan dan dibuat oleh kabupaten/kota.

(11)

5 Dinas Perkebunan atau yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota. 5. Sekolah Lapang Pengendalian Hama

Terpadu (SL-PHT) adalah metode penyuluhan atau suatu bentuk pendidikan non formal yang dirancang berdasarkan pendekatan andragogi. Pola pelatihan dilakukan secara partisipatoris dan pendekatan dari bawah.

6. Andragogi adalah seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar. Petani diberikan kesempatan untuk belajar sendiri tentang prinsip dan teknologi PHT. 7. Prinsip belajar dalam SL-PHT adalah lahan sebagai sarana belajar utama, cara belajar lewat pengalaman, Analisis Agroekosistem, Metoda yang praktis dan mudah dilaksanakan, Kurikulum berdasarkan keterampilan yang dibutuhkan.

(12)

6 9. Pemandu Lapang (PL) SL-PHT adalah fasilitator yang memfasilitasi proses belajar, membimbing diskusi, dan mengamati kegiatan SL-PHT.

10.Pertemuan PHT adalah Kegiatan SL-PHT yang dilakukan setiap minggu di lapangan dan di saung pertemuan. Kegiatan SL-PHT meliputi AAES dan penyampaian materi Topik Umum, Topik Khusus, Dinamika kelompok, dan pendukung.

11.Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian tumbuhan.

(13)

7 13.Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan menggunakan satu atau lebih dari berbagai teknik pengendalian yang dikembangkan dalam suatu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup.

14.Empat Prinsip PHT adalah Budidaya tanaman sehat, Pelestarian dan pemanfaatan Musuh Alami, Pengamatan Rutin/berkala, dan Petani menjadi ahli PHT/petani menjadi manajer dikebunnya sendiri

15.Budidaya tanaman sehat adalah kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan untuk menghasilkan tanaman yang sehat. Budidaya tanaman sehat dilaksanakan sejak persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan pengendalian OPT serta panen.

(14)

8 kebun. Untuk melestarikan musuh alami, pengendalian OPT dilakukan secara mekanik; penggunaan musuh alami; dan penggunaan pestisida secara bijaksana. 17.Pengamatan Rutin/berkala adalah

kegiatan mengamati faktor biotik dan abiotik di lingkungan kebun secara teratur agar petani secara tepat dan cepat dapat melakukan tindakan

18.Petani sebagai ahli PHT adalah petani sebagai manajer/mandiri dalam mengambil keputusan untuk pengelolaan kebunnya secara PHT

19.Pestisida Nabati (Pesnab) adalah pestisida yang dibuat dari unsur tumbuh-tumbuhan untuk keperluan menghambat OPT tertentu dan tidak membahayakan terhadap lingkungan.

20.Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4).

(15)

9 organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

22.Sosialisasi adalah penyampaian/ penjelasan lebih rinci tentang kegiatan PHT kepada petani calon peserta SL-PHT dan pemerintah setempat.

23.Calon Petani/Calon Lahan (CP/CL) adalah kelompok tani/petani dan lokasi yang akan diusulkan menjadi peserta dan lokasi kegiatan SL-PHT.

24.Kelompok Tani adalah Kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya.

25.Responsif Gender adalah kegiatan, program, dan penganggaran yang memperhatikan perbedaan, kebutuhan, pengalaman, dan aspirasi lali-laki dan perempuan.

(16)

10 27.Silabus SL-PHT adalah rencana pembelajaran pada suatu kegiatan SL-PHT.

28.Kontrak belajar adalah kesepakatan selama pelaksanaan SL-PHT yang harus ditaati antara peserta dan PL

29.Ballot Box Awal adalah tes pengetahuan dan kemampuan petani sebelum mengikuti SL-PHT yang dilakukan di lapangan/kebun.

30.Ballot Box Akhir adalah tes pengetahuan dan kemampuan petani sesudah mengikuti SL-PHT yang dilakukan di lapangan/kebun.

31.Musuh alami adalah semua organisme yang dapat merusak atau mengganggu kehidupan atau mematikan OPT. Musuh alami terdiri dari parasitoid, predator dan patogen.

(17)

11 33.Parasitoid adalah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya dengan bergantung pada organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh.

34.Analisis Agroekosistem (AAES) adalah analisa unsur-unsur pada lingkungan tertentu. Proses kegiatan dimulai dari pengamatan, pengungkapan, penganalisaan, menyimpulkan dan pengambilan keputusan rencana tindak lanjut.

35.Tujuan AAES adalah untuk mengetahui keadaan ekosistem kebun saat itu sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan rencana tindak lanjut pengelolaan kebun.

36.Dinamika Kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain.

(18)

12 38.Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.

39.Pelaporan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu.

40.Pengendalian OPT adalah segala kegiatan atau upaya untuk mencegah dan menanggulangi serangan OPT terhadap tanaman.

41.Kerugian secara ekonomis adalah kerugian yang di derita oleh pemilik tanaman sebagai akibat serangan OPT pada tanamannya, yang secara ekonomis tidak dapat di toleransi.

(19)

13 mempengaruhinya pada waktu dan tempat tertentu.

43.Pengambilan keputasan adalah penentuan dilakukan atau tidak dilakukan tindakan pengendalian OPT berdasarkan hasil analisis data pemantauan dan pengamatan.

(20)

14

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1. Pendekatan Umum

Prinsip pendekatan umum meliputi hal yang bersifat administratif dan manajemen kegiatan.

1.1 SK Tim Pelaksana Kegiatan

a.Penetapan SK Tim Pelaksana Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian. b.Penanggung jawab dan pelaksana

kegiatan SL-PHT untuk TP provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi.

c.Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan SL-PHT untuk TP kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

1.2 Rencana kerja

(21)

15

1.3 Juklak, Juknis

Penyelesaian Juklak/Juknis untuk kegiatan TP Provinsi/Kabupaten/Kota paling lambat 2 (dua) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen. Perkebunan.

1.4 Koordinasi dan Sosialisasi

Koordinasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan dengan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya, Ambon dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), dan Dinas Kabupaten/Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan. Sedangkan sosialisasi dilaksanakan kepada petani calon kegiatan SL-PHT /pihak terkait.

1.5 Monitoring dan Evaluasi

(22)

16

1.6 Laporan

a.Laporan perkembangan pelaksana-an kegiatpelaksana-an disampaikpelaksana-an oleh satker pelaksana kegiatan sesuai dengan jadual dan form Pedoman SIMONEV.

b.Laporan akhir kegiatan disampai-kan oleh satker pelaksana kegiatan ke pusat paling lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan SL-PHT selesai.

2. Prinsip Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis pelaksanaan SL-PHT sebagai berikut :

a. SL-PHT dilaksanakan oleh Pemandu Lapang (PL) dengan pembinaan oleh Pusat (Direktorat Perlindungan Perkebunan), Dinas Provinsi/ Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.

b. Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan karakter/sifat/fenologi tanaman dan serangan OPT.

(23)

17 minimal 25%). Setiap kelompok dibagi menjadi 5 sub kelompok.

d. Kebun sebagai sarana belajar utama, dan diskusi dilakukan di saung pertemuan SL-PHT.

e. Sosialisasi dilaksanakan setelah penetapan CP/CL.

f. Satu kelompok mengusahakan komoditas perkebunan yang sama. g. Tersedia pemandu lapang di

provinsi/kabupaten/kota pelaksana SL-PHT. Jika di kabupaten/kota tidak tersedia pemandu dapat menggunakan pemandu lapang dari provinsi/ kabupaten/kota terdekat.

h. Untuk memenuhi kekurangan jumlah pemandu lapang SL-PHT dapat memanfaatkan tenaga pemandu lapang bersertifikat yang telah purna bakti dan petugas/petandu yang telah selesai mengikuti pelatihan pemandu lapang (PL) SL-PHT.

(24)

18

3. Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut :

a. Kelompok tani yang telah mengikuti kegiatan SL-PHT agar menerapkan PHT secara mandiri di kebunnya dan menyebarkan pengetahuan dan keterampilannya kepada petani di sekitarnya.

b. Dinas Kabupaten/kota memfasilitasi pembinaan/pendampingan pada petani alumni SL-PHT, agar penerapan PHT dan kelembagaan petani semakin baik dan berkelanjutan.

c. Dinas provinsi/kabupaten/kota diharapkan memfasilitasi SL-PHT untuk petani lainnya melalui dana APBD.

B. Spesifikasi Teknis

1. Kriteria

a. Peserta

1) Petani pemilik/penyewa atau petani penggarap;

2) Jumlah peserta perempuan minimal 25%;

(25)

19 4) Dapat menulis, membaca, dan

mampu berbahasa Indonesia;

5) Sanggup mengikuti SL-PHT selama 16 kali pertemuan tanpa terputus; 6) Peserta tidak boleh diganti.

b. Pemandu Lapang (PL)

Setiap kelompok SL-PHT dipandu oleh 2 orang PL yang telah bersertifikat. Dalam kondisi tertentu 1 kelompok SL-PHT dapat dipandu oleh 1 orang PL dibantu 1 orang petugas teknis yang mempunyai kemampuan sebagai pemandu.

c. Pertemuan dilakukan di saung pertemuan dan kebun praktek yang berlangsung dari jam 07.30-14.00. Pengaturan waktu dan materi sebagai berikut :

No Waktu Materi/Kegiatan 1 07.30-10.30 Analisis

Agroekosistem (AAES)

2 10.30-11.00 Istirahat 3 11.00-12.00 Dinamika

Kelompok 4 12.00-14.00 Topik Khusus

(26)

20 e. Tersedia kebun praktek seluas ±1 ha, dibagi menjadi 2 petak perlakuan yaitu petak PHT dan Non PHT (kebiasaan pengendalian yang dilakukan oleh petani). Setiap petak dibagi 5 sub petak kebun praktek. f. Setiap sub kelompok mengelola 2 sub

petak kebun praktek (PHT dan Non PHT).

2. Metode

a. Pertemuan dilaksanakan sebanyak 16 kali dengan interval satu minggu secara kontinyu.

b. Pertemuan mingguan dipandu oleh dua orang PL yang bekerja sebagai tim dan mendatangkan/mengundang nara sumber yang kompeten di bidangnya. c. Metode belajar melalui pendekatan

andragogi (metoda belajar orang dewasa) yaitu belajar dari pengalaman di lapangan sehingga petani tahu, mau dan mampu menerapkannya secara mandiri.

(27)

21 e. Proses belajar SL-PHT pada setiap pertemuan adalah melakukan/meng-alami, mengungkapkan, menganalisa, menyimpulkan, menerapkan dan mengalami kembali.

f. Pada setiap kali pertemuan dilakukan kegiatan Analisis Agroekosistem (AAES), Dinamika Kelompok dan Topik Khusus.

g. Sarana SL-PHT : 1) Kebun

2) Saung Pertemuan h. Bahan dan Alat SL-PHT :

1) Kertas koran 2) Alat tulis 3) Pupuk 4) APH

5) Dekomposer

6) Petunjuk Lapangan

7) Bahan dan perlengkapan praktek lain

i. Materi SL-PHT:

1) Mengacu pada kurikulum SL-PHT yang disusun berdasarkan kebutuhan peserta (hasil Analisa Kebutuhan Pelatihan dan Test Ballot Box awal).

(28)

22 budidaya tanaman sehat; pelestarian dan pemanfaatan musuh alami; pengamatan kebun secara teratur (berkala) dan petani menjadi ahli PHT.

3) Materi SL-PHT seperti pada Tabel 1

Tabel 1. Materi SL-PHT

No Materi/Kegiatan Petunjuk Lapangan (Petlap)

1. Persiapan SL-PHT - Apa ini ?

- Analisa Kebutuhan Pelatihan - Kontrak Belajar

- Pengorganisasian warga belajar - Test Ballot Box Awal

2. Merancang Petak Studi

Ploting Petak PHT dan Non PHT

3. Topik Umum - Ekosistem Dasar

- Analisis agroekosistem (AAES) 4. Topik Khusus

a. a. Budidaya Tanaman -

- Pembibitan

- - Penyambungan (sambung samping dan sambung pucuk) untuk komoditi kopi dan kakao

- - Penanaman

- - Pemangkasan

- - Pupuk dan pemupukan

- - Pohon pelindung

- - Panen

- Dan lainnya sesuai komoditas SL-PHT

(29)

23

No Materi/Kegiatan Petunjuk Lapangan (Petlap)

Musuh

-- - Agens Pengendali Hayati - - Koleksi Serangga

- Mitigasi dan Adaptasi DPI

- Dampak perubahan iklim terhadap serangan OPT

5. Materi Pendukung

Pestisida - Pestisida kimia

- Dampak penggunaan pestisida kimia

- Pestisida Nabati 6. Dinamika

Kelompok

a. Perkenalan Rantai nama dan buat barisan b.Pengakraban Kapal tenggelam

c.Kreativitas 9 titik 4 garis

d.Kerjasama Menggambar bersama e.Pemecahan

Masalah

Samson Delilah

f.Komunikasi Bermain tali

7. Evaluasi - Ballot Box (Akhir)

(30)

24 j. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan SL-PHT dilakukan dengan beberapa model yaitu :

1) Test Ballot Box;

2) Matrik analisa pasangan terperinci;

3) Matrik kualitas SL-PHT;

4) Melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner.

Model 1), 2), 3), dan 4) disajikan pada

(31)

25

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

a. Peserta dan komoditas

SL-PHT diperuntukkan bagi petani Perkebunan Rakyat yang belum pernah mengikuti kegiatan SL-PHT atau kegiatan yang sejenis. Kelompok tani peserta SL-PHT merupakan kelompok tani yang mengusahakan/membudidayakan

komoditas perkebunan sejenis.

b. Tahapan kegiatan SL-PHT meliputi pemilihan dan penetapan CP/CL, sosialisasi SL-PHT, pemilihan dan penetapan kebun praktek dan saung pertemuan, penyiapan petunjuk lapang, pelaksanaan SL-PHT, pembinaan, monitoring evaluasi (monev) dan pelaporan.

c. Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 Input/Masukan - Dana - SDM - Data dan

informasi - Teknologi

(32)

26 tersebar di 24 provinsi, 89 kabupaten.

3 Outcome/hasil Jumlah kelompok SL-PHT yang tahu, mampu dan mau menerapkan PHT sebanyak 194 kelompok tani yang tersebar di 24 provinsi, 89 kabupaten.

B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan

1. Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan SL-PHT untuk TP provinsi adalah dinas provinsi yang membidangi perkebunan dan untuk TP kabupaten adalah dinas kabupaten yang membidangi perkebunan dan berkoordinasi dengan dinas provinsi.

2. Dinas yang membidangi perkebunan provinsi/kabupaten/kota dalam melaksanakan kegiatan agar berkoordinasi dengan BBPPTP Medan, Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan pihak-pihak terkait lainnya.

3. Kewenangan dan tanggung jawab :

(33)

27 a. Menyiapkan Terms of Reference

(TOR) dan Pedoman Teknis;

b. Melakukan bimbingan, pembinaan, monitoring dan evaluasi.

3.2 Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan

a. Menetapkan Tim Pelaksana, Pemandu Lapang dan Narasumber kegiatan SL-PHT tingkat provinsi;

b. Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan, serta institusi terkait lainnya;

c. Membuat Petunjuk Pelaksanaan kegiatan SL-PHT;

d. Melakukan verifikasi CP/CL bersama PL dan Dinas Kabupaten;

e. Menetapkan CP/CL SL-PHT;

(34)

28 Kabupaten yang membidangi perkebunan setempat;

g. Sosialisasi SL-PHT bersama-sama Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan;

h. Menyampaikan laporan pelaksanaan SL-PHT ke Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.

3.3 Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan

a. Menetapkan Tim Pelaksana, PL dan Narasumber kegiatan SL-PHT untuk TP Kabupaten;

b. Melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), Direktorat Jenderal Perkebunan, dan pihak terkait lainnya;

c. Membuat juknis SL-PHT;

(35)

29 e. Melakukan sosialisasi, pembinaan

dan monev SL-PHT;

f. Menyampaikan laporan pelaksanaan SL-PHT ke Dinas Provinsi dan Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.

3.4 Pemandu Lapang

a. Memandu SL-PHT dan menyiapkan seluruh keperluan yang terkait dengan pelaksanaan SL-PHT mengacu kepada pedoman pelaksanaan SL-PHT;

b. Membantu dinas kabupaten dalam melakukan survey CP/CL kegiatan SL-PHT;

c. Berkoordinasi dalam pelaksanaan SL-PHT dengan dinas provinsi dan kabupaten/kota yang membidangi perkebunan;

d. Menyampaikan laporan perkem-bangan pelaksanaan SL-PHT ke dinas provinsi/kabupaten/kota yang membidangi perkebunan.

3.5 Kelompok Tani/Petani :

a. Mengikuti sosialisasi SL-PHT;

(36)

30

C. Lokasi, Jenis dan Volume

(37)

31 Provinsi NTB (Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Barat dan Lombok Tengah), Provinsi NTT (Kabupaten Sikka), Provinsi Kalimantan Barat (Kabupaten Bengkayang, Sintang, Sambas, Kuburaya, Singkawang dan Pontianak), Provinsi Kaltim (Kabupaten Kutai Kartanegara dan Panajam Paser Utara), Provinsi Sulawesi Utara (Kota Bitung), Provinsi Sulawesi Selatan (Kabupaten Gowa, Wajo, Bulukumba, Maros, Luwu Utara, Bone dan Takalar), Provinsi Sulawesi Tenggara (Kabupaten Konawe Selatan, Konawe Utara dan Kolaka Utara), Provinsi Gorontalo (Kabupaten Boalemo), Provinsi Sulawesi Tengah (Kabupaten Sigi dan Donggala), Sulawesi Barat (Kabupaten Polewali Mandar dan Mamuju), dan Provinsi Maluku Utara (Kabupaten Halmahera Utara).

D. Simpul Kritis

a. SL-PHT dilaksanakan kurang dari 16 kali pertemuan dan interval pertemuan kurang dari satu minggu sehingga kualitas SL-PHT kurang. Pelaksanaan kegiatan harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing komoditas, pertemuan harus dilaksanakan sebanyak 16 kali dengan interval satu minggu.

(38)

32 keterampilan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan petani. Pemandu Lapang harus menyampaikan silabus materi/topik yang didasarkan atas analisa kebutuhan pelatihan.

c. Pre-test dan Post-test dalam bentuk

Ballot Box tidak dilakukan menyebabkan

materi yang dibutuhkan oleh petani tidak diketahui dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan petani tidak dapat diukur setelah mengikuti SL-PHT. Pre-test dan Post-test harus dilaksanakan oleh pemandu lapang.

d. Keterbatasan jumlah Pemandu Lapang SL-PHT dapat mengakibatkan pelaksanaan kegiatan Sl-PHT kurang maksimal. Untuk itu perlu memaksimalkan fungsi petugas yang telah mengikuti pelatihan dan memberdayakan petugas purna bakti yang bersertifikat PL.

(39)

33

IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan

Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dana TP Provinsi/Kabupaten/ Kota dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi/ Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dan BBPPTP (Ambon, Surabaya, Medan)/BPTP Pontianak.

Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan.

Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan.

(40)

34 masalah terhadap pelaksanaan kegiatan sehingga dapat mengakselerasi kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.

B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan

Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan.

Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan kabupaten/kota sehingga pembinaan, pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien.

Direktorat Perlindungan Perkebunan melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan SL-PHT pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan.

Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat provinsi melakukan pembinaan, pengen-dalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan SL-PHT tingkat provinsi.

(41)

35

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring

Monitoring ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan.

Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah kerja masing-masing. Pelaksanaan monitoring minimal satu kali selama kegiatan berlangsung.

B. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan serta realisasi/penye-rapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik perbaikan pelaksanaan selanjutnya.

Evaluasi dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi pada wilayah kerja masing-masing.

C. Pelaporan

(42)

36 kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada penanggung jawab/pembina kegiatan mengacu kepada pedoman outline penyu-sunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

1. Jenis Laporan :

1.1 Laporan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan

1.1.1 Persiapan Pelaksanaan Kegiatan

Persiapan meliputi : penetapan tim pelaksana kegiatan; PL; nara sumber; penyusunan juklak/juknis; penetapan CP/CL; persiapan administrasi; sosialisasi; penyiapan alat dan bahan.

Dilaporkan setelah persiapan kegiatan selesai dilaksanakan.

1.1.2 Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan meliputi pertemuan SL-PHT sebanyak 16 kali.

Dilaporkan sebanyak 4 kali selama pelaksanaan SL-PHT.

1.2 Laporan Fisik dan Keuangan

1.2.1 Laporan Mingguan

(43)

37 Direktorat Perlindungan Perkebunan

setiap minggu hari Jum’at. 1.2.2 Laporan Bulanan

Laporan Bulanan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiap bulan berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya.

1.2.3 Laporan Triwulan

Laporan Triwulan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, paling lambat tanggal 5 pada bulan pertama triwulan berikutnya.

1.3 Laporan Akhir

(44)
(45)

39 VI. PEMBIAYAAN

(46)

40 VII. PENUTUP

Kegiatan SL-PHT merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan perlindungan. Dari hasil pelaksanaannya diharapkan menghasilkan SDM petani yang handal dan mampu mengelola kebunnya secara mandiri, sehingga berkontribusi dalam meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan SL-PHT memerlukan dukungan seluruh pemangku kepentingan terkait baik di pusat maupun daerah. Untuk itu diperlukan koordinasi, komitmen dan kerjasama, serta upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak terkait, sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi masing-masing.

(47)

41 Lampiran 1. Model Test Ballot Box

Test Ballot Box adalah salah satu metode evaluasi untuk mengukur kemampuan petani peserta SL-PHT sebelum dan setelah mengikuti SL-PHT.

Pengelompokan soal ballot box meliputi pengetahuan dan pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Pengetahuan.

 Fungsi serangga yang ada di kebunnya

 Fungsi tanaman selain tanaman pokok yang ada di kebunnya

 Gejala kelainan yang terjadi pada tanaman pokok di kebunnya

 Pupuk

 Pestisida

2. Pengambilan keputusan mengenai :

 Keberadaan serangga yang ada di kebunnya

 Keberadaan tanaman selain tanaman pokok yang ada di kebunnya

 Kebaradaan gejala kelainan yang terjadi pada tanaman pokok di kebunnya

(48)

42

(49)

43 Lampiran 2. Matrik Analisa Pasangan Terperinci

HAL-HAL YANG SUDAH BAIK

HAL-HAL YANG PERLU DIPERBAIKI

BAGAIMANA CARA MEMPERBAIKINYA 1. ...

2. ... 3. ... 4. ... 5. ...

... dst

1. ... 2. ... 3. ... 4. ... 5. ...

... dst

1. ... 2. ... 3. ... 4. ... 5. ...

(50)

44 Lampiran 3. Matrik Kualitas SL-PHT

KEGIATAN TAHAP CATATAN PETUNJUK KUALITAS Ballot box Persiapan

(51)

45 Lampiran 4. Format wawancara dengan quesioner

Propinsi : Kabupaten :

I. IDENTITAS PETANI

Petunjuk : Berilah tanda ކ pada □

1.

Nama

Petani Responden ……… 2. Jenis Kelamin □ Laki-laki □ Perempuan

3. Umur

…………Tahun (lahir tahun ………)

Nama Kelompok

tani . ………..

II. PERSIAPAN SL-PHT

1.

Apakah ada sosialisasi kepada petani

(52)

46

3. Apakah Bapak /Ibu hadir pada acara sosialisasi

□ Ya □ tdk

4.

Apakah materi-materi yang

disampaikan pada saat sosialiasi, Bapak / Ibu mengerti

Apa saja yang diinformasikan pada waktu sosialisasi, sebutkan

7.

Apakah ada staf Pemda yang hadir

pada saat sosialisasi SL-PHT □ Ya □ tdk

III. PELAKSANAAN SL-PHT

1. Kapan Pelaksanaan SL-PHT dimulai

memandu SL-PHT

……….

7. Berapa kali Pemandu Lapang hadir selama pelaksanaan SL-PHT

……….

(53)

47 hari-hari tidak ada pertemuan SL-PHT selama proses SL-PHT 12. Apakah diadakan tes akhir (Post

disampaikan selama SL-PHT berlangsung yang Bpk/Ibu ketahui

1. ……… 2. ……… 3. ……… 4.dst 14. Apakah Bpk/Ibu mengerti dan

menguasai materi yang disampaikan selama SL-PHT

Ya

Tidak

15. Materi apa saja yang paling Bpk/Ibu kuasai

1……….. 2. ……… 3………..

16. Apakah Bpk/Ibu menguasai

tentang AAES, jika “ya”

sebutkan faktor apa saja yang Bpk/Ibu amati/pelajari

1……….. 2. ……… 3……….. 4. ………

17. Dari hasil AAES, apakah

Bapak/Ibu melakukan presentasi

Ya

Tidak

18. Apakah Bpk/Ibu mengerti tentang

(54)

48

sebutkan musuh alami yang diketahui

3……….. 4. ………

19. Menurut Bpk/Ibu materi apa yang paling penting

Ya

Tidak

20. Menurut Bpk/Ibu, apa yang dimaksud PHT

………

21. Sebutkan 4 (empat) prinsip PHT yang Bpk/Ibu ketahui

1. ………… 2. ………… 3. ………… 4. ………… 22. Setelah mengikuti SL-PHT,

apakah Bpk/Ibu mau melaksanakan PHT secara mandiri dan berkelanjutan di kebun sendiri

menularkan ilmunya kepada petani non SL-PHT

Ya

Tidak

24. Berapa orang petani non SL-PHT yang telah mengikuti cara

Bpk/Ibu dalam memelihara kebun

………

orang

25. Nama kelompok tani peserta SL-PHT

………

(55)

49

masih tetap berkomunikasi dengan Pemandu Lapang dan sesama petani peserta SL-PHT

Ya Tidak

28. Apa saja kegiatan kelompok, sebutkan

………

29. Apakah kelompok tani alumni peserta SL-PHT melakukan pertemuan rutin.

pertemuan dalam 1 (satu) bulan.

………

mengikuti SL-PHT

…………..

kg/ha/tahun 35. Berapa jumlah kelompok tani

yang ada di desa Bapak/Ibu

...

38. Sebutkan nama-nama kelompok tani tersebut

(56)

50

39. Selama SL-PHT berlangsung, apakah ada petugas Dinas Provinsi/Kabupaten yang mamantau ke lokasi

Ya

Tidak

40. Apakah ada masalah yang dihadapi selama mengikuti SL-PHT

Ya

Tidak

41. Jika “ya” sebutkan

1……….. 2………..………… 3………..…………

42. Berkaitan dengan penyelenggaraan SL-PHT, apa pesan dan kesan Bpk/Ibu

Pesan:

Kesan:

(57)

51 Lampiran 5. Jenis dan Volume Komponen SL-PHT per

Kelompok

No Jenis Kegiatan Volume Ket. 1. Honor:

- Honor Pemandu Lapang - Honor Narasumber

OJ

- Bahan dan perlengkapan

praktek 3. Belanja barang lainnya :

- Konsumsi peserta & PL - Uang saku petani

- Saung pertemuan - Bantuan transport PL - Kompensasi kebun praktek - Kelengkapan peserta - Papan nama

- Pembinaan provinsi ke

lokasi

- Pembinaan kabupaten ke

lokasi

- Narasumber provinsi ke

(58)

52 Lampiran 6. Out Line Laporan Akhir

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL (jika ada)

DAFTAR GAMBAR (jika ada)

DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)

I. PENDAHULUAN A.Latar belakang B.Tujuan dan Sasaran C.Ruang Lingkup Kegiatan D.Indikator Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA

III.PELAKSANAAN KEGIATAN

A.Waktu dan Lokasi B.Alat dan Bahan C.Metode

D.Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E.Simpul Kritis Kegiatan

F.Pelaksana G.Pembiayaan

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

(59)

53

VI. DAFTAR PUSTAKA

(60)

54

Lampiran : 7. LAPORAN PERKEMBANGAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN

KEGIATAN SL-PHT TAHUN 2014

Provinsi : Posisi :

No. Uraian Kegiatan

Target Realisasi

Permasalahan RTL Volume Keuangan Fisik Keuangan

(KT/Kali) (Rp.) (KT/Kali) (%) (Rp.) (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar

Tabel 1. Materi SL-PHT

Referensi

Dokumen terkait

Penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi sedangkan penerima manfaat adalah petani/kelompok tani/Gapoktan dan atau masyarakat sebagai media

Perkembangan usahatani PHT kapas di Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa dengan menerapkan teknik pengendalian yang direkomendasikan, para petani kooperator (petani PHT)

Beberapa permasalahan pokok dalam pelaksanaan program SL-PHT Kopi Rakyat, antara lain adalah: (1) Dalam Kelompok Petani Murni terdapat permasalahan gender, pelibatan wanita tani

Karena karakteristik petani peserta SL-PTT kebanyakan sama, dimana kebanyakan petani yang mengikuti SL-PTT ini belum menerapkan teknologi PTT pada saat kegiatan SL-

Petani sasaran sebagai penerima bantuan adalah anggota kelompok tani yang telah diseleksi dan selanjutnya ditetapkan sebagai Calon Petani (CP) penerima bantuan dengan Surat

Penelitian dilakukan dengan mengikuti faktor- faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap program SL-PHT kakao dalam meningkatkan produtivitas dan

Permohonan KKP-E yang kegiatan usahanya mandiri yang dilaksanakan petani/ peternak/ pekebun secara individu atau Kelompok Tani, dapat langsung diajukan kepada

Perkembangan usahatani PHT kapas di Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa dengan menerapkan teknik pengendalian yang direkomendasikan, para petani kooperator (petani PHT)