• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Tinjauan Kebijakan Moneter

September 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, No-vember, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Burhanuddin Abdullah Gubernur

Miranda S. Goeltom Deputi Gubernur Senior

Maulana Ibrahim Deputi Gubernur

Maman H. Somantri Deputi Gubernur

Bun Bunan E.J. Hutapea Deputi Gubernur

Aslim Tadjuddin Deputi Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

(2)

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter ... 3

II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ... 4

Inflasi ... 5

Nilai Tukar Rupiah ... 6

Kebijakan Moneter ... 9

Strategi Kebijakan ... 9

Suku Bunga ... 10

Dana, Kredit, dan Uang Beredar ... 12

Pasar Modal ... 12

Kondisi Perbankan ... 15

(3)

I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

Rapat Dewan Gubernur (RDG) 5 September 2006 memutuskan untuk Rapat Dewan Gubernur (RDG) 5 September 2006 memutuskan untuk Rapat Dewan Gubernur (RDG) 5 September 2006 memutuskan untuk Rapat Dewan Gubernur (RDG) 5 September 2006 memutuskan untuk Rapat Dewan Gubernur (RDG) 5 September 2006 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 basis point menjadi 11,25%.

menurunkan BI Rate sebesar 50 basis point menjadi 11,25%. menurunkan BI Rate sebesar 50 basis point menjadi 11,25%. menurunkan BI Rate sebesar 50 basis point menjadi 11,25%.

menurunkan BI Rate sebesar 50 basis point menjadi 11,25%. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan pembahasan yang mendalam terhadap kondisi makroekonomi, hasil-hasil berbagai survei ekspektasi konsumen dan produsen, dan prospek ekonomi moneter dalam dan luar negeri.

Memasuki semester II-2006, indikator makroekonomi semakin Memasuki semester II-2006, indikator makroekonomi semakin Memasuki semester II-2006, indikator makroekonomi semakin Memasuki semester II-2006, indikator makroekonomi semakin Memasuki semester II-2006, indikator makroekonomi semakin mengkonfirmasi arah perbaikan seperti yang diperkirakan. mengkonfirmasi arah perbaikan seperti yang diperkirakan. mengkonfirmasi arah perbaikan seperti yang diperkirakan. mengkonfirmasi arah perbaikan seperti yang diperkirakan. mengkonfirmasi arah perbaikan seperti yang diperkirakan. Hal ini

terindikasi dari lebih tingginya angka pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2006 dan menguatnya optimisme terhadap perbaikan kondisi

perekonomian. Optimisme tersebut antara lain tercermin pada membaiknya daya beli masyarakat dan keyakinan konsumen terkait dengan ekspektasi penghasilan. Hal ini didukung oleh Survei Konsumen yang mengindikasikan peningkatan ekspektasi konsumen akan kondisi ekonomi 6 bulan ke depan, dan berkurangnya pesimisme terhadap kondisi saat ini. Survei Penjualan Eceran juga menunjukkan kecenderungan peningkatan penjualan riil. Di sektor dunia usaha, terdapat indikasi membaiknya optimisme pelaku usaha sebagaimana tercermin pada meningkatnya rencana penyerapan tenaga kerja oleh dunia usaha. Namun demikian, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan belum adanya indikasi yang kuat terhadap perbaikan investasi.

Sementara itu, kestabilan makroekonomi masih tetap terjaga, tercermin Sementara itu, kestabilan makroekonomi masih tetap terjaga, tercermin Sementara itu, kestabilan makroekonomi masih tetap terjaga, tercermin Sementara itu, kestabilan makroekonomi masih tetap terjaga, tercermin Sementara itu, kestabilan makroekonomi masih tetap terjaga, tercermin dari nilai tukar rupiah yang stabil dengan kecenderungan menguat serta dari nilai tukar rupiah yang stabil dengan kecenderungan menguat serta dari nilai tukar rupiah yang stabil dengan kecenderungan menguat serta dari nilai tukar rupiah yang stabil dengan kecenderungan menguat serta dari nilai tukar rupiah yang stabil dengan kecenderungan menguat serta inflasi yang terjaga.

inflasi yang terjaga. inflasi yang terjaga. inflasi yang terjaga.

inflasi yang terjaga. Pada Agustus 2006, nilai tukar rata-rata tercatat Rp 9.094/USD dan tingkat volatilitas yang menurun. Dengan perkembangan ini, selama tahun 2006 rata-rata nilai tukar rupiah mencapai Rp 9.183 atau terapresiasi 5.46% dibanding tahun sebelumnya. Tercapainya stabilitas nilai tukar selama Agustus 2006 terutama ditopang oleh membaiknya indikator makroekonomi, masih menariknya imbal hasil penanaman pada instrumen rupiah, terjaganya faktor risiko, serta berkurangnya tekanan kenaikan suku bunga di AS. Perkembangan positif pada faktor-faktor tersebut, telah menjadi pendorong masuknya aliran dana asing ke pasar keuangan domestik, meskipun diwarnai terjadinya pergeseran penanaman asing dari SBI ke SUN dan saham. Dengan perkembangan yang positif ini cadangan devisa meningkat menjadi 42,1 miliar USD. Kondisi kestabilan

(4)

kecenderungan menurun dan pada Agustus 2006 tercatat 0,33% (mtm) atau 14,90% (yoy). Secara kumulatif inflasi IHK masih cukup rendah yakni baru mencapai 3,67% (ytd). Sementara itu inflasi inti tercatat sebesar 0,78%(mtm) atau 9,68% (yoy).

Rapat Dewan Gubernur juga menyimpulkan bahwa kebijakan Bank Rapat Dewan Gubernur juga menyimpulkan bahwa kebijakan Bank Rapat Dewan Gubernur juga menyimpulkan bahwa kebijakan Bank Rapat Dewan Gubernur juga menyimpulkan bahwa kebijakan Bank Rapat Dewan Gubernur juga menyimpulkan bahwa kebijakan Bank Indonesia menurunkan BI Rate sejauh ini telah direspon positif oleh pelaku Indonesia menurunkan BI Rate sejauh ini telah direspon positif oleh pelaku Indonesia menurunkan BI Rate sejauh ini telah direspon positif oleh pelaku Indonesia menurunkan BI Rate sejauh ini telah direspon positif oleh pelaku Indonesia menurunkan BI Rate sejauh ini telah direspon positif oleh pelaku ekonomi.

ekonomi. ekonomi. ekonomi.

ekonomi. Di sektor keuangan, penurunan BI Rate tersebut sudah mulai direspon oleh perbankan dengan menurunkan suku bunga dana dan suku bunga kredit, yang kemudian diikuti dengan meningkatnya penyaluran kredit. Meskipun dalam bulan Juli 2006 kredit hanya meningkat sebesar Rp 1 triliun, data sementara pertumbuhan kredit bulan Agustus menunjukkan perkiraan di atas Rp 10 triliun. Di pasar saham, IHSG meningkat didorong oleh arus masuk modal asing yang masih terjadi sejalan dengan persepsi positif dampak penurunan suku bunga terhadap prospek perekonomian. Persepsi tersebut juga terjadi di pasar obligasi pemerintah tercermin pada imbal hasil (yield) SUN yang menurun serta masih tingginya permintaan asing. Kondisi tersebut juga mendorong perkembangan di pasar valas yang tetap stabil. Di sektor riil, penurunan BI Rate telah mendorong semakin kuatnya keyakinan konsumen dan optimisme produsen terhadap perbaikan perekonomian.

Ke depan, berdasarkan perkembangan ekonomi hingga triwulan II-06 yang Ke depan, berdasarkan perkembangan ekonomi hingga triwulan II-06 yang Ke depan, berdasarkan perkembangan ekonomi hingga triwulan II-06 yang Ke depan, berdasarkan perkembangan ekonomi hingga triwulan II-06 yang Ke depan, berdasarkan perkembangan ekonomi hingga triwulan II-06 yang tumbuh lebih tinggi dari perkiraan semula,

tumbuh lebih tinggi dari perkiraan semula, tumbuh lebih tinggi dari perkiraan semula, tumbuh lebih tinggi dari perkiraan semula,

tumbuh lebih tinggi dari perkiraan semula, Bank Indonesia lebih optimis terhadap prospek PDB pada akhir tahun 2006 dibandingkan proyeksi sebelumnya, terutama jika realisasi pengeluaran modal pemerintah dapat didorong pada tingkat yang lebih optimal. Sejauh ini peningkatan kegiatan perekonomian tersebut belum akan berdampak pada harga-harga karena dapat diimbangi oleh peningkatan di sisi penawaran sehingga inflasi diperkirakan masih sesuai dengan sasarannya di tahun 2006 dan 2007. Faktor risiko eksternal berupa berlanjutnya kenaikan harga minyak dan pengetatan kebijakan moneter global akan senantiasa menjadi perhatian Bank Indonesia.

II. PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN

MONETER

(5)

tercermin pada perkembangan inflasi yang terus menurun, nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta kondisi moneter yang terjaga. Pada bulan Agustus 2006, kecenderungan laju inflasi semakin menurun. Nilai tukar rupiah cenderung menguat didorong kinerja fundamental perekonomian yang membaik serta faktor risiko yang terkendali, dan didukung oleh faktor eksternal yang kondusif. Sementara itu dari dari sisi moneter, penurunan BI Rate diikuti oleh penurunan suku bunga pinjaman, kondisi likuiditas yang terkendali, dan pasar keuangan yang semakin marak.

I n f l a s i

Laju inflasi pada Agustus 2006 menurun bila dibandingkan dengan bulan Laju inflasi pada Agustus 2006 menurun bila dibandingkan dengan bulan Laju inflasi pada Agustus 2006 menurun bila dibandingkan dengan bulan Laju inflasi pada Agustus 2006 menurun bila dibandingkan dengan bulan Laju inflasi pada Agustus 2006 menurun bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, baik secara bulanan maupun tahunan.

sebelumnya, baik secara bulanan maupun tahunan. sebelumnya, baik secara bulanan maupun tahunan. sebelumnya, baik secara bulanan maupun tahunan.

sebelumnya, baik secara bulanan maupun tahunan. Pada bulan laporan, seluruh kelompok barang mengalami inflasi kecuali kelompok bahan makanan. Berdasarkan kelompoknya, tekanan inflasi berasal dari

kelompok pendidikan (Grafik 2.2) sehubungan dengan tahun ajaran baru. Kelompok pendidikan mengalami inflasi sebesar 4,77% (mtm), terutama uang sekolah untuk SLTA dan akademi/Perguruan Tinggi. Di samping kelompok pendidikan, kelompok makanan jadi dan kelompok sandang juga mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,35% (mtm). Inflasi pada kelompok makanan jadi tersebut disebabkan antara lain oleh kenaikan harga nasi yang didorong oleh kenaikan harga beras. Untuk kelompok sandang, inflasi didominasi oleh naiknya harga emas perhiasan. Sementara itu, kelompok bahan makanan mengalami deflasi disebabkan oleh

penurunan harga bumbu-bumbuan secara tajam, meskipun di sisi lain harga beras masih terus meningkat. Dengan perkembangan tersebut, inflasi bulanan dan tahunan pada Agustus 2006 masing-masing mencapai 0,33% (mtm) dan 14,9% (yoy), menurun dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 0,45% (mtm) dan 15,15% (yoy). Secara kumulatif, laju inflasi selama Januari-Agustus 2006 mencapai 3,67%.

Laju inflasi Laju inflasi Laju inflasi Laju inflasi

Laju inflasi administered pricesadministered pricesadministered pricesadministered prices selama Agustus 2006 mengalamiadministered prices selama Agustus 2006 mengalami selama Agustus 2006 mengalami selama Agustus 2006 mengalami selama Agustus 2006 mengalami penurunan

penurunan penurunan penurunan

penurunan sehubungan dengan tidak adanya penerapan kebijakan pemerintah yang bersifat strategis untuk menaikkan harga. Laju inflasi administered prices bulanan mencapai 0,07% (mtm) sehingga secara tahunan mencapai 29,21% (yoy), lebih rendah dibanding bulan

sebelumnya yang mencapai 29,78% (yoy). Laju inflasi administered prices Grafik 2.2. Inflasi dan Sumbangan Inflasi per

Kelompok (Juli 2006, mtm)

Grafik 2.1. Disagregrasi IHK 0

(6)

Grafik 2.4. Ekspektasi Harga Pedagang

Grafik 2.3. Nilai Tukar vs Inflasi Barang Impor dan Core Traded

Grafik 2.5. Ekspektasi Harga Konsumen 6 bulan ke depan

%, yoy %, yoy

2003 2004 2005 2006

0

2003 2004 2005 2006

2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6

2003 2004 2005 2006

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 pada Agustus 2006 tersebut lebih disebabkan oleh kenaikan harga minyak

tanah di tingkat eceran yang dipengaruhi oleh kelangkaan pasokan akibat gangguan distribusi di beberapa daerah.

Pada Agustus 2006, inflasi bulanan volatile foods mengalami deflasi. Pada Agustus 2006, inflasi bulanan volatile foods mengalami deflasi. Pada Agustus 2006, inflasi bulanan volatile foods mengalami deflasi. Pada Agustus 2006, inflasi bulanan volatile foods mengalami deflasi. Pada Agustus 2006, inflasi bulanan volatile foods mengalami deflasi. Hal ini disebabkan oleh komoditas bumbu-bumbuan seperti cabai merah dan bawang merah yang harganya turun tajam. Penurunan pada komoditas bumbu-bumbuan ini disebabkan oleh pasokan yang melimpah akibat panen dan impor (untuk kasus bawang merah). Sebaliknya, harga beras terus meningkat didorong oleh spekulasi pedagang yang dipicu oleh berbagai kombinasi situasi antara lain bencana kekeringan dan rencana kenaikan HPP gabah. Disamping itu, perkembangan beberapa harga komoditas peternakan seperti telur ayam juga menunjukkan peningkatan sehubungan dengan terbatasnya persediaan akibat wabah flu burung. Secara keseluruhan, kelompok volatile foods pada Agustus 2006

mengalami deflasi sebesar 0,55% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi volatile foods terus menurun dari 17,71% (yoy) pada Juli 2006 menjadi 16,99% (yoy) pada Agustus 2006.

Laju inflasi inti di bulan Agustus 2006 mengalami peningkatan. Laju inflasi inti di bulan Agustus 2006 mengalami peningkatan. Laju inflasi inti di bulan Agustus 2006 mengalami peningkatan. Laju inflasi inti di bulan Agustus 2006 mengalami peningkatan. Laju inflasi inti di bulan Agustus 2006 mengalami peningkatan. Secara bulanan, inflasi inti tercatat sebesar 0,78% (mtm), meningkat dari 0,36% (mtm) di bulan Juli 2006. Hal ini disebabkan oleh ekspektasi inflasi

masyarakat yang mulai meningkat seperti yang tercermin dari peningkatan ekspektasi harga pedagang dari Hasil Survei Penjualan Eceran (Grafik 2.4). Adapun tekanan inflasi yang bersumber dari interaksi antara permintaan dan penawaran (output gap) relatif minimal seiring dengan masih lemahnya permintaan domestik. Dari sisi fundamental, tekanan terhadap inflasi inti rendah sebagai akibat nilai tukar rupiah yang menguat sehingga meredam tekanan imported inflation (Grafik 2.3). Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan laju inflasi inti pada Agustus 2006 tercatat sebesar 9,68% (yoy), meningkat jika dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,58% (yoy).

Nilai Tukar Rupiah

Selama bulan Agustus 2006, nilai tukar rupiah cenderung menguat Selama bulan Agustus 2006, nilai tukar rupiah cenderung menguat Selama bulan Agustus 2006, nilai tukar rupiah cenderung menguat Selama bulan Agustus 2006, nilai tukar rupiah cenderung menguat Selama bulan Agustus 2006, nilai tukar rupiah cenderung menguat terhadap USD.

terhadap USD. terhadap USD. terhadap USD.

(7)

Grafik 2.6. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah

Grafik 2.7. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

0.36

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags

8.000

positif tersebut menarik masuk aliran dana asing ke pasar keuangan domestik. Namun, pada akhir bulan terjadi tekanan depresiasi yang mengakibatkan rupiah secara point to point melemah dari Rp 9.070/USD menjadi Rp 9.097/USD. Tekanan tersebut disebabkan oleh ekspektasi melemahnya perekonomian AS yang diperkirakan dapat menurunkan kinerja ekspor negara-negara Asia ke AS, serta ekspektasi penyempitan selisih suku bunga dalam dan luar negeri. Secara rata-rata bulanan, rupiah terapresiasi sebesar 0,41% menjadi Rp 9.094/USD (Grafik 2.6). Dengan perkembangan tersebut, dalam periode Januari-Agustus 2006, secara rata-rata rupiah mencapai Rp 9.183/USD. Sementara itu, volatilitas rupiah terjaga dan menurun dari 1,36% pada Juli 2006 menjadi 0,36% pada Juli 2006 (Grafik 2.7).

Penguatan nilai tukar rupiah ditopang oleh membaiknya kondisi Penguatan nilai tukar rupiah ditopang oleh membaiknya kondisi Penguatan nilai tukar rupiah ditopang oleh membaiknya kondisi Penguatan nilai tukar rupiah ditopang oleh membaiknya kondisi Penguatan nilai tukar rupiah ditopang oleh membaiknya kondisi

makroekonomi domestik serta didukung oleh terhentinya sementara siklus makroekonomi domestik serta didukung oleh terhentinya sementara siklus makroekonomi domestik serta didukung oleh terhentinya sementara siklus makroekonomi domestik serta didukung oleh terhentinya sementara siklus makroekonomi domestik serta didukung oleh terhentinya sementara siklus pengetatan AS.

pengetatan AS. pengetatan AS. pengetatan AS.

pengetatan AS. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa indikator makroekonomi Indonesia terus menunjukkan perbaikan, antara lain pertumbuhan ekonomi dan ekspor yang tumbuh lebih tinggi dibanding perkiraan, serta terjaganya laju inflasi. Kondisi tersebut menumbuhkan optimisme bagi investor asing, yang tercermin dari meningkatnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan. Hal ini pada gilirannya berdampak positif pada kinerja neraca pembayaran yang kemudian menopang

stabilitas rupiah. Selain itu, terhentinya sementara kenaikan suku bunga AS telah mengurangi tekanan terhadap penyesuaian portofolio global. Namun demikian, kekhawatiran terhadap perlambatan perekonomian AS sempat menimbulkan tekanan depresiasi pada mata uang regional dan rupiah di akhir bulan.

Keputusan Bank Sentral Amerika, the Fed, untuk mempertahankan Keputusan Bank Sentral Amerika, the Fed, untuk mempertahankan Keputusan Bank Sentral Amerika, the Fed, untuk mempertahankan Keputusan Bank Sentral Amerika, the Fed, untuk mempertahankan Keputusan Bank Sentral Amerika, the Fed, untuk mempertahankan sementara suku bunga pada level 5,25% berpengaruh positif pada sementara suku bunga pada level 5,25% berpengaruh positif pada sementara suku bunga pada level 5,25% berpengaruh positif pada sementara suku bunga pada level 5,25% berpengaruh positif pada sementara suku bunga pada level 5,25% berpengaruh positif pada pergerakan mata uang utama dunia dan regional, termasuk rupiah. pergerakan mata uang utama dunia dan regional, termasuk rupiah. pergerakan mata uang utama dunia dan regional, termasuk rupiah. pergerakan mata uang utama dunia dan regional, termasuk rupiah. pergerakan mata uang utama dunia dan regional, termasuk rupiah. Keputusan tersebut didasarkan pada pertimbangan mulai melambatnya kegiatan ekonomi, meskipun masih disertai ancaman tekanan inflasi. Sebagai akibatnya, dolar AS melemah terhadap mata uang global, termasuk mata uang regional Asia (Grafik 2.8). Meskipun demikian, pertimbangan antara melambatnya pertumbuhan dan masih tingginya tekanan inflasi tersebut telah menimbulkan dua ekspektasi yang berbeda di pasar keuangan global. Satu pihak memperkirakan bahwa siklus kebijakan moneter ketat AS telah berakhir, sementara pihak lain memandang bahwa the Fed masih perlu menaikkan suku bunga.

(8)

Grafik 2.8. Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Pada Juli 2006

Grafik 2.9. Yield Spread Govt Bond RI dan AS

Grafik 2.10. Premi Swap Berbagai Tenor 1 Uncovered interest rate differential = suku bunga domestik (JIBOR 1 bulan) - suku bunga luar negeri

(SIBOR 1 bulan).

2 Covered interest rate differential = suku bunga domestik (JIBOR 1 bulan) - suku bunga luar negeri (SIBOR 1 bulan) - perbedaan suku bunga antara obligasi Pemerintah Indonesia dengan obligasi Pemerintah Amerika yang berjangka waktu sama (US T-Note) yang digunakan sebagai proksi risiko.

IDR

Sep Nov Jan Mar Mei Jul

2005 2006

Yield Spread IDR/USD

Sumber : Reuters (diolah)

0

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul

2005 2006

di AS menimbulkan ekspektasi bahwa ekspor negara-negara Asia akan terpukul sehingga menimbulkan tekanan pada harga saham dan mata uang regional Asia. Tekanan terhadap rupiah juga meningkat, sehingga mengakibatkan rupiah secara point to point sedikit melemah dibanding akhir bulan sebelumnya.

Dari sisi domestik, berbagai indikator faktor risiko menunjukkan Dari sisi domestik, berbagai indikator faktor risiko menunjukkan Dari sisi domestik, berbagai indikator faktor risiko menunjukkan Dari sisi domestik, berbagai indikator faktor risiko menunjukkan Dari sisi domestik, berbagai indikator faktor risiko menunjukkan

perkembangan yang membaik sehingga meningkatkan daya tarik investasi perkembangan yang membaik sehingga meningkatkan daya tarik investasi perkembangan yang membaik sehingga meningkatkan daya tarik investasi perkembangan yang membaik sehingga meningkatkan daya tarik investasi perkembangan yang membaik sehingga meningkatkan daya tarik investasi rupiah.

rupiah. rupiah. rupiah.

rupiah. Perkembangan ini tercermin pada penurunan yield spread dan premi swap, perbaikan rating Indonesia oleh Fitch, dan perbaikan indeks country risk Indonesia. Yield spread antara global bond Indonesia dengan US T-note menurun dari 190 bps pada akhir Juli 06 menjadi 187 bps pada akhir bulan laporan (Grafik 2.9). Premi swap juga cenderung menurun, misalnya premi swap untuk tenor 1 tahun turun dari 6,8% menjadi 5,9% (Grafik 2.10). Membaiknya risiko juga tercermin dari perbaikan rating Indonesia oleh lembaga rating Fitch BB- menjadi BB. Indikator risiko lainnya, yaitu indeks country risk Indonesia yang diterbitkan oleh

International Country Risk Guide (ICRG) diperkirakan juga membaik sejalan dengan membaiknya berbagai indikator makroekonomi yang akan

mendorong perbaikan beberapa elemen dari indeks country risk.

Membaiknya kondisi fundamental perekonomian dan faktor risiko telah Membaiknya kondisi fundamental perekonomian dan faktor risiko telah Membaiknya kondisi fundamental perekonomian dan faktor risiko telah Membaiknya kondisi fundamental perekonomian dan faktor risiko telah Membaiknya kondisi fundamental perekonomian dan faktor risiko telah mendukung terjaganya daya tarik investasi rupiah berupa imbal hasil yang mendukung terjaganya daya tarik investasi rupiah berupa imbal hasil yang mendukung terjaganya daya tarik investasi rupiah berupa imbal hasil yang mendukung terjaganya daya tarik investasi rupiah berupa imbal hasil yang mendukung terjaganya daya tarik investasi rupiah berupa imbal hasil yang masih relatif lebih tinggi.

masih relatif lebih tinggi. masih relatif lebih tinggi. masih relatif lebih tinggi.

masih relatif lebih tinggi. Kecenderungan penurunan suku bunga dalam negeri di tengah meningkatnya suku bunga global menjadikan selisih imbal hasil nominal (uncovered interest rate differential1 - UCIP) sedikit menurun

dari 7,07% menjadi 6,53%. Sementara dengan memperhitungkan faktor risiko (covered interest rate differential2 - CIP), selisih suku bunga juga

menurun dari 5,17% menjadi 4,66% (Grafik 2.11). Dalam periode yang sama, yield spread SUN dan US T-note yang berjangka waktu sama juga menurun dari 6,17% menjadi 5,82% (Grafik 2.12). Walaupun demikian, selisih suku bunga dan yield spread Indonesia masih lebih tinggi

(9)

Grafik 2.11. Uncovered dan Covered Interest Rate Differential

Grafik 2.12. Perbandingan Yield Spread Beberapa Negara

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul

2005 2006

Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul

2005 2006

Kinerja neraca pembayaran terus membaik, sehingga turut memberi Kinerja neraca pembayaran terus membaik, sehingga turut memberi Kinerja neraca pembayaran terus membaik, sehingga turut memberi Kinerja neraca pembayaran terus membaik, sehingga turut memberi Kinerja neraca pembayaran terus membaik, sehingga turut memberi dukungan bagi kestabilan nilai tukar rupiah.

dukungan bagi kestabilan nilai tukar rupiah. dukungan bagi kestabilan nilai tukar rupiah. dukungan bagi kestabilan nilai tukar rupiah.

dukungan bagi kestabilan nilai tukar rupiah. Pada bulan Juli 2006 nilai ekspor kembali mencatat rekor tertinggi sebesar USD 8,82 miliar, meningkat sebesar 4,0% dibanding USD 8,48 miliar pada bulan sebelumnya. Sementara itu impor pada Juli 2006 mencapai USD 5,38 miliar, atau menurun sebesar 5,0% dibanding Juni 2006 sebesar USD 5,67 miliar. Dengan perkembangan demikian, transaksi berjalan mencatat surplus yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya sehingga untuk triwulan III 2006 diperkirakan juga mencatat surplus. Dari sisi lalu lintas modal, membaiknya berbagai indikator faktor risiko memberi dampak positif berupa masuknya aliran modal terutama yang berjangka pendek. Selama Agustus 2006, jumlah aliran modal jangka pendek yang masuk mencapai USD 63 juta. Dengan perkembangan yang positif ini, kinerja neraca pembayaran selama triwulan III 2006 akan terus membaik dan cadangan devisa diperkirakan meningkat. Adapun untuk posisi per Agustus 2006 cadangan devisa mencapai USD 42,1 miliar. Secara keseluruhan, perbaikan kinerja sektor eksternal memberikan dukungan bagi penguatan dan kestabilan nilai tukar rupiah.

Kebijakan Moneter

Strategi Kebijakan

Dalam bulan Agustus 2006, Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan Dalam bulan Agustus 2006, Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan Dalam bulan Agustus 2006, Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan Dalam bulan Agustus 2006, Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan Dalam bulan Agustus 2006, Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps atau turun dari 12,25% menjadi untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps atau turun dari 12,25% menjadi untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps atau turun dari 12,25% menjadi untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps atau turun dari 12,25% menjadi untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps atau turun dari 12,25% menjadi 11,75%.

11,75%. 11,75%. 11,75%.

11,75%. Keputusan tersebut diambil setelah memperhatikan masih terjaganya stabilitas makroekonomi Indonesia, berkurangnya faktor risiko eksternal, serta hasil berbagai survei dan prospek ekonomi moneter ke depan. Keputusan tersebut juga tetap memperhatikan upaya pencapaian

sasaran inflasi ke depan yaitu 8%±1% untuk tahun 2006 dan 6%±1%

untuk tahun 2007.

Kebijakan tersebut didukung oleh kebijakan di bidang operasional berupa Kebijakan tersebut didukung oleh kebijakan di bidang operasional berupa Kebijakan tersebut didukung oleh kebijakan di bidang operasional berupa Kebijakan tersebut didukung oleh kebijakan di bidang operasional berupa Kebijakan tersebut didukung oleh kebijakan di bidang operasional berupa pelaksanaan Fixed Rate Tender (FRT) serta kebijakan yang diambil di bidang pelaksanaan Fixed Rate Tender (FRT) serta kebijakan yang diambil di bidang pelaksanaan Fixed Rate Tender (FRT) serta kebijakan yang diambil di bidang pelaksanaan Fixed Rate Tender (FRT) serta kebijakan yang diambil di bidang pelaksanaan Fixed Rate Tender (FRT) serta kebijakan yang diambil di bidang perbankan maupun nilai tukar.

perbankan maupun nilai tukar. perbankan maupun nilai tukar. perbankan maupun nilai tukar.

(10)

Indonesia mengumumkan suku bunga SBI yang akan diterima sebelum lelang SBI dimulai. Dengan demikian, FRT menjamin selalu tercapainya level BI Rate pada lelang SBI. Sementara itu, kebijakan di bidang

perbankan dan nilai tukar meliputi: (1) Pelarangan margin trading rupiah terhadap semua valas, (2) Pemberlakuan intervensi swap valas sebagai instrumen Operasi Pasar Terbuka untuk jangka waktu 1 s.d. 7 hari, (3) Penyediaan fasilitas swap untuk kepentingan investor dalam rangka lindung nilai (hedging) risiko nilai tukar untuk jangka waktu 3 s.d. 6 bulan dengan kemungkinan diperpanjang, (4) Penyempurnaan ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN) yaitu mencabut ketentuan kewajiban memelihara PDN antar valuta asing, mewajibkan bank untuk memelihara PDN sepanjang hari dan mengenakan sanksi denda dan administratif bagi pelanggaran ketentuan PDN, dan (5) Pembatasan transaksi rupiah antara bank dengan pihak nonresiden.

Sinergi kebijakan diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan Sinergi kebijakan diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan Sinergi kebijakan diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan Sinergi kebijakan diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan Sinergi kebijakan diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.

keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.

keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. Langkah-langkah kebijakan moneter di atas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan stabilisasi makroekonomi secara keseluruhan. Sebagaimana yang dikemukakan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) Triwulan II-2006, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2006 mulai menunjukkan peningkatan walaupun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tersebut lebih baik dari perkiraan awal. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik, sinergi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah perlu terus ditempuh guna mempercepat pembalikan siklus ekonomi atau mengurangi akselerasi perlambatan pertumbuhan. Demikian pula, upaya mendorong perekonomian menuju keseimbangan internal dan eksternal perlu diprioritaskan dengan menerapkan kebijakan fiskal dan moneter secara lebih konsisten. Baik kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal perlu terus diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.

Suku Bunga

(11)

Grafik 2.13. Perkembangan Berbagai Suku Bunga

Grafik 2.14. Perkembangan Dana

Suku Bunga Des-05 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Ags-06

Tabel 2.1

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 12,75 12,75 12,75 12,50 12,50 12,25 11,75

Dep 1 bulan

(Weighted Average) 12,0 11,6 11,5 11,5 11,3 11,1 n.a Dep 1 bulan

(Counter Rate) 10,4 10,4 10,5 11,2 10,4 10,2 10,0

Penjaminan Dep 1 bulan 13,0 12,5 12,5 13,0 12,5 12,0 12,0

Base Lending Rate 16,2 16,0 16,0 16,0 15,8 15,8 15,7

Kredit Modal Kerja 16,2 16,4 16,3 16,3 16,2 16,1 n.a

Kredit Investasi 15,7 15,9 15,9 15,9 15,9 15,9 n.a

Kredit Konsumsi 16,8 17,5 17,7 17,8 17,8 17,9 n.a

Persen

7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 8

2004 2005 2006

3 5 7 9 11 13 15 17 19

Penjaminan Depo 1 bl Kredit Modal Kerja

Kredit Konsumsi Depo 1 bl

Kredit Investasi BI Rate*

(%, y-o-y)

(20) (10) -10 20 30 40 50

sumber: DPNP

Total DPK

Tabungan Deposito Giro

Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun

2004 2005 2006

menjadi 14,75% dari level sebelumnya yang tercatat sebesar 15,25%. Sementara itu secara operasional, penurunan BI Rate langsung tercermin pada lelang SBI 1 bulan, sesuai dengan prosedur sistem lelang Fixed Rate Tender (FRT). Dengan pelaksanaan kebijakan operasional ini, operasi moneter tetap diarahkan untuk menyelaraskan arah umum kebijakan moneter yang disampaikan melalui BI Rate dengan perkembangan aktual kondisi pasar uang antar bank, baik dari sisi level maupun suku bunga yang terjadi.

Penurunan Penurunan Penurunan Penurunan

Penurunan BI RateBI RateBI RateBI RateBI Rate diikuti oleh penurunan suku bunga penjaminan dan diikuti oleh penurunan suku bunga penjaminan dan diikuti oleh penurunan suku bunga penjaminan dan diikuti oleh penurunan suku bunga penjaminan dan diikuti oleh penurunan suku bunga penjaminan dan suku bunga simpanan.

suku bunga simpanan. suku bunga simpanan. suku bunga simpanan.

suku bunga simpanan. Penurunan BI Rate diikuti oleh penurunan suku bunga penjaminan deposito rupiah, di mana dalam periode 15 Agustus √ 14 September 2006 suku bunga penjaminan deposito rupiah 1 bulan menurun sebesar 25 bps menjadi 11,75%. Hal ini diikuti oleh turunnya suku bunga deposito 1 bulan counter rate menjadi 10,0% dari sebelumnya 10,2% (Tabel 2.1). Sementara itu, secara rata-rata tertimbang (weighted average) suku bunga deposito rupiah 1 bulan pada bulan Juli 2006 tercatat 11,1% (Tabel 2.1), menurun dibanding bulan sebelumnya sebesar 11,3%. Penurunan suku bunga deposito ini merupakan kelanjutan dari

kecenderungan suku bunga deposito yang telah menurun sejak bulan Februari 2006 (Grafik 2.13).

Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh

Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh base lending rate base lending rate base lending rate base lending rate jugabase lending rate jugajugajugajuga mengalami penurunan.

mengalami penurunan. mengalami penurunan. mengalami penurunan.

(12)

Grafik 2.15. Perkembangan Dana vs Kredit

Grafik 2.16. Pertumbuhan Nominal M0, M1, dan M2

3 Diperhitungkan dengan inflasi IHK.

4 Pada 1996 rata-rata pertumbuhan tahunan M2 riil mencapai 20,3%.

Grafik 2.17. Perkembangan Angka Penggandaan Uang

(%, y-o-y)

sumber: DPNP

Suku Bunga Kredit dan Depo (%)

3

Jun Ags Okt DesFeb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun

2004 2005 2006

secara weighted average suku bunga KMK (Kredit Modal Kerja) menurun menjadi 16,1% dari level sebelumnya sebesar 16,2%. Namun demikian, suku bunga KK (Kredit Konsumsi) masih sedikit meningkat dari 17,8% menjadi 17,9%. Dengan menurunnya suku bunga simpanan dan

perkembangan suku bunga kredit yang demikian, selisih suku bunga kredit dan simpanan mengalami sedikit peningkatan.

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Penurunan BI Rate diikuti dengan peningkatan penyaluran kredit, sementara penghimpunan dana masyarakat menurun. Pada bulan Juli 2006 kredit perbankan meningkat sebesar Rp 1 triliun sehingga secara tahunan tumbuh sebesar 11,9% (yoy). Meskipun dalam bulan Juli 2006 kredit hanya meningkat sebesar Rp 1 triliun, data sementara pertumbuhan kredit bulan Agustus 2006 menunjukkan perkiraan di atas Rp 10 triliun. Sementara itu penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan menurun pada bulan Juli 2006 sehingga secara tahunan tumbuh sebesar 14,3% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 15,6% (yoy).

Secara umum, kondisi likuiditas baik dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) terus mengalami perkembangan meskipun pertumbuhan tersebut lebih lambat dibanding periode sebelumnya. Secara tahunan, M1 meningkat sebesar 16,8% (yoy), di mana laju pertumbuhan tersebut melambat dari bulan sebelumnya sebesar 17,0% (yoy). Sementara itu M2 tumbuh sebesar 14,7% (yoy), melambat dari bulan sebelumnya sebesar 16,8% (yoy) (Grafik

2.16). Dengan level pertumbuhan tersebut, secara riil3 M1 masih tumbuh

positif, sedangkan M2 riil mulai tumbuh negatif. Adapun penciptaan uang (money multiplier) M2 cenderung melambat (Grafik 2.17). Kondisi tersebut disumbang oleh pertumbuhan M2 yang melambat namun disertai

perkembangan base money4 yang meningkat.

Pasar Modal

(13)

Grafik 2.19. IHSG dan Net Beli Asing

Grafik 2.18. IHSG dan BI Rate

Sumber : BEJ Net Foreign (Miliar Rp) IHSG

IHSG

Aug Sep Oct Nov DecJan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

IHSG BI Rate

25 bps, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 Agustus 2006 menetapkan penurunan kembali level BI rate sebesar 50 bps dari 12,25% menjadi 11,75%. Penurunan yang lebih besar dari

sebelumnya dan sesuai dengan ekspektasi pasar disambut positif oleh pasar modal (Grafik 2.18). Respon tersebut tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus bergerak naik meskipun malam harinya the Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Harapan pelaku pasar terhadap dampak positif dari penurunan suku bunga dalam negeri terhadap perekonomian diperkirakan menjadi salah satu faktor utama penggerak perdagangan lantai bursa. Faktor internal lainnya adalah pengumuman angka pertumbuhan ekonomi domestik triwulan II-2006 oleh BPS yang cukup baik dan memberikan harapan pertumbuhan berkelanjutan hingga akhir tahun 2006. Selain itu, dari sisi eksternal, keputusan FOMC tanggal 8 Agustus untuk menahan sementara kenaikan suku bunganya semakin menambah dorongan investor untuk terus melakukan aksi belinya.

Sentimen eksternal masih cukup kuat dalam mempengaruhi perdagangan Sentimen eksternal masih cukup kuat dalam mempengaruhi perdagangan Sentimen eksternal masih cukup kuat dalam mempengaruhi perdagangan Sentimen eksternal masih cukup kuat dalam mempengaruhi perdagangan Sentimen eksternal masih cukup kuat dalam mempengaruhi perdagangan pasar saham.

pasar saham. pasar saham. pasar saham.

pasar saham. Selain sentimen dalam negeri berupa penurunan BI Rate, tindakan the Fed untuk menahan sementara laju peningkatan suku bunganya dalam rapat FOMC terbukti mempengaruhi perilaku investor pada bursa saham. Beberapa indeks bursa dunia dan regional menanggapi positif kebijakan bank sentral AS dan hal ini langsung mempengaruhi pergerakan IHSG. Sementara itu, tekanan yang datang dari masih tingginya harga minyak dunia dan kondisi geopolitik di Timur Tengah sedikit teredam oleh sentimen positif yang bersumber dari dalam negeri. Sentimen tersebut berupa naiknya peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat S&P (akhir bulan Juli) dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang memberikan harapan positif bagi perkembangan ke depan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir periode laporan mengalami peningkatan sebesar 79,613 (5,9%) menjadi 1.431,262 dari posisi sebelumnya sebesar 1.351,649.

Perdagangan oleh investor asing masih mempengaruhi perilaku pemodal Perdagangan oleh investor asing masih mempengaruhi perilaku pemodal Perdagangan oleh investor asing masih mempengaruhi perilaku pemodal Perdagangan oleh investor asing masih mempengaruhi perilaku pemodal Perdagangan oleh investor asing masih mempengaruhi perilaku pemodal domestik.

domestik. domestik. domestik.

(14)

Grafik 2.20. Aktivitas Perdagangan SUN

Grafik 2.21. Aktivitas Beli-Jual SUN Juli 2006

Vol (Rp t) Frek

0 20 40 60 80 100

0 800 1,600 2,400 3,200 4,000 Frek

Vol

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul

2005 2006

Vol (Rp t)

-40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40

Jual

Beli Net

-1.0 2.1

-0.7 0.0

-1.7

-1.7

1.1 1.8

B.Rekap B. non Rekap

Asuransi Reksadana Dapen Sekuritas Non-Res Dll

pemodal lokal untuk melakukan hal yang serupa sehingga mempengaruhi kenaikan IHSG. Hingga akhir Agustus 2006, posisi net beli asing mencapai Rp 1,9 triliun, atau meningkat sebesar Rp 0,9 triliun dibanding bulan sebelumnya. Sementara untuk rata-rata harian net beli asing juga

menunjukkan hal yang sama, yaitu meningkat dari sebelumnya sebesar Rp 41 miliar/hari menjadi Rp 93 miliar/hari (Grafik 2.19).

Perdagangan SUN bertambah marak yang diikuti dengan penurunan yield. Perdagangan SUN bertambah marak yang diikuti dengan penurunan yield. Perdagangan SUN bertambah marak yang diikuti dengan penurunan yield. Perdagangan SUN bertambah marak yang diikuti dengan penurunan yield. Perdagangan SUN bertambah marak yang diikuti dengan penurunan yield. Setelah sepanjang triwulan II-2006 sempat mengalami koreksi akibat faktor eksternal, sejak awal periode laporan kinerja pasar SUN kembali

menunjukkan perbaikan. Dari sisi perdagangan, volume dan frekuensi, serta harga, pasar SUN terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan baik bagi investor maupun pemerintah selaku penerbit (Grafik 2.20). Baik secara akumulasi bulanan dan rata-rata hariannya, perdagangan SUN semakin menunjukkan kecenderungan peningkatan. Adapun kelompok non residen masih mendominasi pembelian SUN, diikuti oleh reksadana dan asuransi. Hingga akhir periode laporan, kelompok non residen mencatat net beli sebesar Rp 2,1 triliun sehingga selama tahun 2006 investor asing berhasil berhasil membukukan net beli sebesar Rp 29,0 triliun. Dengan adanya aksi beli dari beberapa investor dalam jumlah yang cukup besar telah membentuk harga menjadi naik, sehingga pada gilirannya menggeser posisi yield curve ke bawah hingga berada di bawah level 12%.

Ekspektasi berlanjutnya penurunan suku bunga kebijakan ke depan Ekspektasi berlanjutnya penurunan suku bunga kebijakan ke depan Ekspektasi berlanjutnya penurunan suku bunga kebijakan ke depan Ekspektasi berlanjutnya penurunan suku bunga kebijakan ke depan Ekspektasi berlanjutnya penurunan suku bunga kebijakan ke depan menambah minat investor dalam lelang SUN.

menambah minat investor dalam lelang SUN. menambah minat investor dalam lelang SUN. menambah minat investor dalam lelang SUN.

(15)

Indikator Utama

Tabel 2.2

Kondisi Umum Perbankan

Total Aset (T Rp) 1.272,3 1.346,6 1.418,6 1.420,3 1.428,1 1.469,8 1.465,6 1.466,3 1.465,3 1.466,9 1.514,9 1.519,4 1.517,1 DPK (T Rp) 963,1 1.046,8 1.077,5 1.071,1 1.091,3 1.127,9 1.116,2 1.123,7 1.123,9 1.123,2 1.160,6 1.168,3 1.161,0

Kredit (T Rp) 595,1 702,2 715,3 719,9 722,4 730,2 714,2 714,7 722,7 733,4 747,6 757,3 758,4

LDR (%) 50,0 54,5 54,2 54,8 54,1 53,2 51,8 51,7 52,3 52,7 60,8 61,2 61,7

NPLs Gross (%) 5,8 8,9 8,8 8,4 8,7 8,3 8,7 9,3 9,4 9,2 8,8 8,7 8,9

NPLs Net (%) 1,7 5,0 5,0 4,7 5,0 4,8 5,1 5,7 5,6 5,6 5,1 5,1 5,2

CAR (%) 19,4 18,9 19,4 19,4 19,6 19,5 21,5 21,2 21,7 21,5 20,8 20,5 20,7

NIM (%) 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Des Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

2004 2005 2006

upaya mengatur maturity profile utang pemerintah tahun 2007 - 2009, dalam bulan Agustus dilaksanakan dua kali debt switching yaitu pada 8 dan 29 Agustus 2006. Dari 9 obligasi yang ditukarkan dengan seri FR0034 (pelaksanaan tanggal 8 Agustus), pemerintah berhasil memenangkan Rp 4,4 triliun dari penawaran sejumlah Rp 5,9 triliun. Sementara untuk pelaksanaan tanggal 29 Agustus, dari penawaran sebesar Rp 0,9 triliun dimenangkan sebesar Rp 0,2 triliun dengan seri penukar FR0038.

Kondisi Perbankan

Penurunan BI Rate sebesar 50 bps pada bulan Juli 2006 ternyata sudah mulai diikuti dengan peningkatan penyaluran kredit sementara jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) menurun. Sampai dengan akhir Juli 2006 penyaluran kredit meningkat sebesar Rp 1.1 triliun menjadi Rp 758.4 triliun. Adapun dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2005, kenaikan kredit perbankan baru tumbuh sebesar 3,9%. Dengan perkiraan membaiknya aktivitas ekonomi, kredit diperkirakan dapat tumbuh lebih cepat di semester II tahun 2006. Sementara itu, jumlah DPK yang berhasil dihimpun sebesar Rp 1.161 triliun, turun Rp 7,3 triliun dibanding bulan sebelumnya. Dengan kombinasi peningkatan kredit dan penurunan DPK, loan to deposit ratio (LDR) pada Juli 2006 meningkat menjadi 61,7% dari sebelumnya 61,2%. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan semakin menjalankan fungsi intermediasinya untuk mendukung kegiatan

(16)

III. RESPON KEBIJAKAN MONETER

Dengan pertimbangan utama pada semakin meningkatnya stabilitas makro, meningkatnya keyakinan Bank Indonesia akan tercapainya sasaran

inflasi 2006 sebesar 8±1% dan 2007 sebesar 6±1% serta keyakinan pasar,

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 5 September Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 5 September Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 5 September Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 5 September Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 5 September 2006 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps dari 11.75% 2006 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps dari 11.75% 2006 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps dari 11.75% 2006 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps dari 11.75% 2006 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 50 bps dari 11.75% menjadi 11.25%.

menjadi 11.25%. menjadi 11.25%. menjadi 11.25%.

menjadi 11.25%. Penurunan suku bunga ini diharapkan juga semakin mendorong optimisme di sektor konsumen dan sektor usaha sehingga pada gilirannya dapat mendorong bergeraknya sektor riil tanpa

menimbulkan tekanan inflasi yang berlebihan. Dengan demikian kegiatan perekonomian dapat terus meningkat disertai dengan semakin

(17)

* angka sementara

* angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 1) minggu terakhir

2) rata2 tertimbang

3) penutupan pada akhir periode 4) closed file

Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

2 0 0 5

SEKTOR KEUANGAN

Indikator Terkini

10,00 11,00 12,25 12,75 12,75 12,74 12,73 12,74 12,50 12,50 12,25 11,75 9,25 12,09 12,83 12,83 12,92 12,92 12,73 12,75 12,16 12,16 12,16 11,36 9,16 10,43 11,46 11,98 12,01 11,85 11,61 11,51 11,45 11,34 11,09 -8,51 9,38 10,72 11,75 12,23 12,32 12,19 12,03 11,82 11,70 11,57 -10,78 10,40 10,71 11,35 11,49 11,66 11,79 11,95 11,65 11,29 11,23 10,81 1.079.275 1.066.224 1.096.641 1.162.635 1.232.321 1.230.664 1.322.974 1.464.406 1.329.996 1.310.263 1.351.649 1.431.262

224.414 224.414224.414 224.414

224.414 256.912256.912256.912256.912256.912 226.108226.108226.108226.108226.108 239.781239.781239.781239.781239.781 232.691232.691232.691232.691232.691 229.141229.141229.141229.141229.141 233.878233.878233.878233.878233.878 230.626230.626230.626230.626230.626 239.282239.282239.282239.282239.282 247.742247.742247.742247.742247.742 251.143251.143251.143251.143251.143 250.053250.053250.053250.053250.053 273.954 286.715 276.729 281.905 281.412 277.265 277.293 282.400 304.663 313.145 311.822 -114.998 134.245 114.130 124.316 114.318 110.567 112.625 113.935 116.569 123.761 125.219 127.013 158.956 152.470 162.599 157.589 167.094 166.698 164.668 168.465 188.094 189.384 186.603 -1.150.451

1.150.451 1.150.451 1.150.451

1.150.451 1.165.7411.165.741 1.168.2671.165.7411.165.7411.165.741 1.168.2671.168.2671.168.2671.168.267 1.203.2151.203.2151.203.2151.203.2151.203.215 1.190.8341.190.8341.190.8341.190.8341.190.834 1.193.8641.193.8641.193.8641.193.8641.193.864 1.195.0671.195.067 1.198.0131.195.0671.195.0671.195.067 1.198.0131.198.0131.198.0131.198.013 1.237.5031.237.5031.237.503 1.253.7351.237.5031.237.503 1.253.7351.253.7351.253.7351.253.735 1.248.2361.248.2361.248.2361.248.2361.248.236 ---876.497 879.026 891.538 921.310 909.422 916.599 917.774 915.613 932.840 940.590 936.414 -684.496 689.948 699.594 732.364 725.378 732.908 733.653 737.402 749.756 760.226 757.792 -405.154 418.463 428.140 452.522 452.894 463.113 466.981 470.749 478.225 484.701 480.068 -279.342 271.485 271.454 279.842 272.484 269.795 266.672 266.653 271.531 275.525 277.724 -192.001 189.078 191.944 188.946 184.044 183.691 184.121 178.211 183.084 180.364 178.622 -958.450 976.663 976.323 1.014.269 1.006.790 1.010.173 1.010.946 1.019.802 1.054.419 1.073.371 1.069.614

-737.823 742.942 741.920 738.843 721.135 722.306 730.878 736.153 749.060 759.354 761.463 -673.243 678.351 679.466 689.671 673.232 674.698 682.111 687.382 699.904 710.104 712.004

-0.69 8.70 1.31 -0.04 1.36 0.58 0.03 0.05 0.37 0.45 0.45 0.33 9.06 17.89 18.38 17.11 17.03 17.92 15.74 15.40 15.60 15.53 15.15 14.90

10.310 10.090 10.035 9.830 9.395 9.230 9.075 8.775 9.220 9.300 9.070 9.100 5.650 6.095 5.253 6.149 5.953 5.908 5.848 6.249 6.346 6.835 7.176 -4.071 4.266 3.598 4.615 4.127 4.198 4.107 4.223 4.210 4.625 4.706 -20,22 22,58 23,29 24,83 24,95 25,71 30,50 32,73 33,83 34,12 34,82

-6,25 5,63 5,63 4,90 4,70 5,22

2,03 2,63 5,52 7,33 3,88 5,83

14,11 15,58 9,37 1,78 0,90 -0,98

131,38 -107,06 -40,60 -156,87 7,41 648,88

11,80 11,19 4,76 7,41 10,95 11,30

18,84 17,86 10,56 3,74 3,66 8,31

Sep SepSep

SepSep OktOktOktOktOkt NovNovNovNovNov DesDesDesDesDes JanJanJanJanJan FebFebFebFebFeb MarMarMarMarMar AprAprAprAprApr MeiMeiMeiMeiMei JunJunJunJunJun JulJulJulJulJul AgsAgsAgsAgsAgs

Tw. I Tw. ITw. I

Tw. ITw. I Tw. IITw. IITw. IITw. IITw. II Tw. IIITw. IIITw. IIITw. IIITw. III Tw. IVTw. IVTw. IVTw. IVTw. IV Tw. ITw. ITw. ITw. ITw. I Tw. IITw. IITw. IITw. IITw. II SUKU BUNGA & SAHAM

Suku bunga SBI 1 bln 1) Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money

M1(C+D)

Uang Kartal (C) Uang giral (D)

Broad Money (M2 = C+D+T)

Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas)

M2 - Rupiah

Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum

Inflasi bulanan (%) y-y %

Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (% yoy) Konsumsi

Investasi Perubahan Stok Ekspor Impor

2 0 0 6

H A R G A

SEKTOR EKSTERNAL

Gambar

Grafik 2.1. Disagregrasi IHK
Grafik 2.5. Ekspektasi Harga Konsumen
Grafik 2.7. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.9. Yield Spread Govt Bond RI dan AS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kyai sebagai pimpinan merupakan sosok yang kuat dan sangat disegani baik oleh Ustadz maupun santri sesuai dengan pendapat Ziemek 1 bahwa kepemimpinan kyai juga dapat

Kemudian dipilih satu orang subjek berkemampuan tinggi pada kelompok kemampuan matematika tinggi dan mempunyai kemampuan komunikasi yang baik (SN), satu subjek

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Program Studi

Untuk mencapai tujuan ini, Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) dapat ikut berperan antara lain dalam meningkatkan daya saing ekonomi melalui: (1) ekonomi berbasis

Summary of change:  Change obligation of observedProperty parameter in GetObservation request from mandatory to optional and from ‘one or many’ to ‘zero or many’. Table

bahwa dengan adanya pengalihan dana Bantuan Operasional Sekolah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

Dalam aspek relevansi (relevancy) diperoleh skor rata-rata 3.55, berdasarkan tabel kriteria motivasi siswa nilai tersebut berada pada rentang 3.50 – 4.49 (Baik), hal ini berarti

Pelelangan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik, dengan mengakses aplikasi sistim pengadaan secara elektronik (Aplikasi LPSE pada alamat Website