DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek (Edisi
Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.
__________. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S dan Safruddin, C. (2004). Evaluasi Program Pendidikan Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Cahyawati, R. (2009). Perbedaan Makna Hidup Pada Lansia Yang Tinggal Di
Panti Werdha Dengan Yang Tinggal Bersama Keluarga. [Online]. Skripsi
Pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tersedia: www.etd.eprints.ums.ac.id (akses: 20 Agustus 2012).
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. (2011). Petunjuk Teknis
Pengajuan dan Pengelolaan Bantuan Penyelenggaraan Kecakapan dan Pengasuhan Lansia. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Engkoswara dan Komariah, A. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Hamdani, J. (2010). Perkembangan Fisik dan Psikis Lanjut Usia: Kajian Teoritis
dan Aflikatif. [Online]. Tersedia:
http://shulizwanto08.wordpress.com/2010/01/12/psikologi-perkembangan-lansia/. (akses: 15 Juli 2012).
Hardywinoto & Setiabudhi. (1999). Panduan Gerontologi Tinjaun Dari Berbagai
Aspek :Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Bulan Bintang.
Libra, R. (2012). Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Lansia. [Online].
Tersedia: http://rama-libra.blogspot.com/2012/03/pelaksanaan-pembinaan-narapidana-lansia.html. (akses: 15 Juli 2012).
Kartono, K. (2008). Pengantar Metodologi Riset Sosal. Bandung: CV Mandjar Maju.
Maryam, at al. (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Media Indonesia. (2012). Membangkitkan Harga Diri Orang Jompo. [Online]. Tersedia:
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/02/09/297140/270/115/Memba ngkitkan-Harga-Diri-Orang-Jompo. (akses: 20 Juli 2012).
Metro Life. (2012). Warga Lansia Hobi Nyanyi Lebih Sehat. [Online]. Tersedia: http://www.metrotvnews.com/metrolife/news/2012/08/01/100616/Warga-Lansia-Hobi-Nyanyi-Lebih-Sehat/. (akses: 20 Agustus 2012).
Miles, M.B dan Huberman, A.M. (1992). Qualitative Data Analysis: A
Sourcebook of New Methods. Beverly Hills: SAGE.
Moleong, L.J. (2005). Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
_________. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. (1988). Metode Penelitian Naturalistik dan Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nasution, M.A. (1992). Metode Research. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Nurbaeti,H. (2011). Pengaruh Asas Pendidikan Sepanjang Hayat. [Online]. Tersedia: http://hikmah-nurbaeti.blogspot.com/2011/06/pengaruh-asas-pendidikan-sepanjang.html. (Akses: 15 Juli 2012).
Nugroho, W. (1995). Perawatan lansia. Jakarta : ECG.
_________. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: ECG.
Papalia, D.E., Olds, S.W., and Feldman, R.D. (2005). Human Development. 10th ed. New York: McGraw-Hill.
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 mengenai Standar Nasional.
Setiawan, A. (2009). Kemandirian Pada Lansia. [Online]. Tersedia: http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/02/kemandirian-pada-lansia/. (Akses: 20 September 2012).
Suara Merdeka. (2012). Pendidikan Untuk Lansia. [Online]. Tersedia:
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/05/19/18677 4/Pendidikan-untuk-Lansia. (akses 15 Juli 2012).
Sudjana , D. (2001). Pendidikan Luar Sekolah.Bandung: Falah Production.
_________. (2005). Metoda dan Teknik Pembelajaran Pertisipatif. Bandung: Falah Production.
________. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya dan Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Suharsaputra, U. (2012). Pendidikan Nonformal. [Online]. Tersedia: http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pendidikan-nonformal/. (Akses: 20 Oktober 2012).
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
_________. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keduabelas. Bandung: Alfabeta.
Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama.
Suprayogi, U. (2009). Pendidikan Bagi Masyarakat Lanjut Usia. Bandung: Rizqi Press.
Suryana, A. (2007). Tahap-Tahapan Penelitian Kualitatif. Bahan Mata Kuliah Analisis Data Kualitatif Pada Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Tamher, S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Usman, H. (2009). Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Edisi Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara
Wahyujati, Bertha Bintari. 2006. Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF, Volume 1 Nomor 1: 91-98
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap manusia menginginkan hidup damai, sejahtera dan hampir semua
orang berkeinginan berumur panjang, dan untuk itu semua orang mau melakukan
apa saja. Keinginan ini harus didukung dengan kualitas hidup yang baik sehingga
angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang
sudah lanjut usia (lansia), karena ini dianggap merupakan fase terakhir di
kehidupan manusia.
Jumlah lansia diseluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia
rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pula tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.
Menurut data demografi penduduk internasioanal yang dikeluarkan Berreau Of
The Cencus USA 1993, dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990-2025 akan
mengalami kenaikan jumlah lansia sebesar 4,4%, merupakan angka tertinggi
diseluruh dunia (Nugroho, 2008).
Peningkatan jumlah lansia di Indonesia terlihat pada sensus penduduk tiap
lima tahun sekali menunjukan bahwa pada tahun 2000 jumlah lansia sebesar
7,18% dari seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 2005 jumlah lansia
bertambah lagi menjadi 8,48% dari seluruh penduduk Indonesia, dan data
pertumbuhan penduduk Indonesia yang dikeluarkan oleh bank dunia yakni 1.49%
pertahun, maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 ini akan menjadi
244.775.796 jiwa, prediksi jumlah lansia pada tahun 2020 akan menjadi 11,34%
Dilihat dari pertumbuhan lansia di Indonesia menjadi peluang sekaligus
tantangan sendiri bagi Negara ini, karena apabila lansia ini dapat diberdayakan
secara baik dapat mempengaruhi pembangunan yang ada di Indonesia, lebih lanjut
Jusman Iskandar (1997) menekankan bahwa perspektif permasalahan lansia harus
secara dini ditelaah dengan seksama, supaya pertumbuhan kuantitas lansia tidak
menjadi beban berkepanjangan.
Meningkatnya angka harapan hidup adalah salah satu indikator utama
tingkat kesehatan masyarakat. Semakin tinggi jumlah lansia, maka semakin baik
tingkat kesehatan masyarakatnya. Jumlah penduduk lansia Indonesia pada tahun
2020, berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia 2000-2025 diperkirakan akan
mencapai 28,99 juta jiwa (http://www.datastatistik-indonesia.com). Pertambahan
penduduk lansia ini disebabkan oleh semakin membaiknya pelayanan kesehatan
dan meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia.
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu Negara
dengan tingkat perkembangannya yang cukup baik, maka makin tinggi pula
harapan hidup penduduknya. Meningkatnya jumlah penduduk lansia dan semakin
panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam
pengembangan selama ini, maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian,
dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan serta dalam pembangunan
Negara ini.
Komunikasi antara orang tua dan anak, kurangnya perhatian dan
pemberian perawatan terhadap orang tua pada zaman modern ini menyebabkan
menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan, ketakutan, bagi penduduknya yang
dapat menyebabkan penyakit mental, sifat individualisme menyebabkan kontak
sosial menjadi longgar sehingga penduduk merasa tidak aman, kesepian dan
ketakutan bagi masyarakat lansia khususnya yang merasa tersisihkan dalam
keadaan ini. Kesejahteraan lansia yang kerena kondisi fisik dan/atau mentalnya
yang dianggap tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan,
maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pihak keluarga, pemerintah,
masyarakat dan/atau lembaga sosial, untuk memperbaiki kualitas sumber daya
manusia lansia, perlu mengetahui kondisi lansia di masa lalu dan masa sekarang
sehingga lansia dapat diarahkan menuju kondisi dalam mempertahankan
kemandiriannya.
Dapat diketahui kondisi lansia disebabkan faktor kesehatan yang semakin
lama menurun, psikis seiring waktu mengalami perubahan, kebutuhan sosial dan
ekonomi yang tidak dapat dipenuhi dirinya sendiri. Dengan mengetahui kondisi
itu, maka keluarga, pemerintah, masyarakat atau lembaga sosial lainnya dapat
memberikan perlakuan sesuai dengan masalah yang menyebabkan lansia
tergantung pada orang lain. Lansia yang sudah tidak memiliki keluarga dan tidak
bisa lagi menopang hidupnya sendiri, masalah tersebut memberikan kontribusi
terhadap meningkatnya ketergantungan lansia pada orang lain. Jika lansia dapat
mengatasi persoalan hidupnya maka mereka dapat ikut serta mengisi
pembangunan salah satunya yaitu tidak tergantung pada orang lain. Dengan
demikian angka ketergantungan akan menurun, sehingga beban pemerintah akan
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
dijelaskan bahwa pemberdayaan yaitu:
Setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan agar para lanjut usia siap didayagunakan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Secara sepintas arah pemberdayaan tersebut sepertinya hanya memberdayakan para lanjut usia agar mempunyai kemampuan, mental spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan.
Pendidikan masyarakat yang dilakukan dalam rangka memberdayakan
masyarakat merupakan salah satu bagian dari bentuk pendidikan nonformal,
karena memiliki fungsi dan peran untuk memberdayakan masyarakat, serta
dilaksanakan dimasyarakat. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 menyebutkan bahwa:
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Menurut Coombs (1973) dalam Sudjana mengemukakan Pendidikan
Nonformal ialah kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan
yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari
kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik
tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.
Di samping itu pendidikan non formal memiliki pengertian, sistem,
prinsip-prinsip, dan paradigma tersendiri yang relatif berbeda dengan yang
Berkenaan dengan landasan belajar bagi lanjut usia, maka konsep
pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) dapat dijadikan landasan,
Suprayogi (2009) dalam bukunya Pendidikan Bagi Masyarakat Lanjut Usia,
seperti dikemukakan oleh Sudjana (1991: 177) berikut ini:
Pendidikan sepanjang hayat dapat dijabarkan ke dalam program-program pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Dalam praktiknya, program-program dalam jalur pendidikan luar sekolah dipandang oleh sebagian pakar pendidikan lebih mampu mengembangkan kehadirannya untuk mengkoordinasikan tumbuhnya kesadaran, minat dan semangat masyarakat untuk melakasankan kegiatan belajar yang berkesinambungan.
Memperhatikan pendapat ahli di atas, pendidikan sepanjang hayat
merupakan suatu proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam hal ini
kelompok masyarakat lansia, agar mereka dapat mengembangkan dirinya sesuai
dengan tuntutan kebutuhan, perkembangan dan lingkungan sekitar.
Kemandirian lansia sangat diperlukan untuk memenuhi aktifitas kehidupan
sehari-hari (AKS) atau/dan menjaga agar tetap produktif. Hal ini memerlukan
perhatian yang khusus karena lansia itu sudah memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang telah diperoleh selama masa produktifitasnya. Oleh sebab itu,
potensi yang ada perlu dimanfaatkan baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat
dan sebagai teladan bagi generasi muda.
Mandiri adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang
lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau
aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau
penyakit. Mandiri juga dikatakan merawat diri sendiri atau merawat diri dan
Kehilangan kemandirian dan meningkatnya ketergantungan pada lansia
tidak selalu karena menurunya kemampuan fisik dan mental, tetapi juga karena
lingkungan sosial yang menerimanya sebagai hal yang wajar dan membangun
ketidakmampuan dengan selalu menawarkan bantuan meski tidak diinginkan dan
dibutuhkan (Baltes, 1995). Keinginan untuk mandiri merupakan faktor utama dari
kemandirian, yaitu kemampuan untuk melakukan segala sesuatu tanpa bantuan
orang lain (Fauziah, 2010).
Tingkat kemandirian lansia ini dapat dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor, yaitu: (1) lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Maryam, 2008: 32). (2) Imobilitas adalah ketidakmampuan untuk bergerak
secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat atau
organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental, yang dapat ditandai dengan
penurunan toleransi aktifitas, penurunan kekuatan otot, penurunan kemandirian
(Lueckenotte, 1998: 261).
Ketergantungan ini disebabkan kondisi lansia banyak mengalami
kemunduran fisik maupun psikis. Sedangkan, bila dilihat dari tingkat
kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktifitas
sehari-hari (Maryam, 2008: 34). Dalam kondisi kesehatan mental lansia
menunjukan bahwa pada umunya lansia tidak mampu melakukan aktifitas
sehari-hari (Suryani, 1999: 4).
Masalah yang harus dihadapi saat ini yaitu, siapa yang akan memerhatikan
lansia yang sudah tidak memiliki keluarga yang seharusnya merawat atau
bermakna, bermanfaat dan mengantar lansia pada khusnul khotimah. Disini
pentingnya mempertahankan kemandirian, karena kemandirian lansia merupakan
aktualisasi diri (Suprayogi: 31).
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) atau tempat untuk merawat para
lansia ini menjadi salah satu lembaga yang bermanfaat bagi lansia yang sudah
tidak memiliki keluarga atau ditelantarkan. PSTW menghimpun lansia yang tidak
memiliki keluarga atau keluarga yang enggan merawat lansia dan/atau lansia
tersebut ingin tinggal di Panti ini dan dimana para lansia ini dibina. Diharapkan
lansia dapat meningkatkan kesejahteraan hidup lansia dengan pembinaan yang
dilakukan pihak pengelola panti dengan lansia yang memilih tinggal di Panti.
Ini dipertegas dengan UU No. 13 Tahun 1998 pasal 4 yang menyebutkan:
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Mubarak (2006: 156) dalam Cahyawati mengatakan pentingnya
Panti Sosial Tresna Werdha sebagai tempat untuk perawatan bagi lansia
disamping sebagai tempat rehabilitasi yang tetap memelihara kehidupan
masyarakat. Sebagaimana Undang-undang di atas, PSTW diharapkan dapat
mewujudkan tujuan tersebut, dengan memperpanjang angka harapan hidup lansia
dan masa produktif sehingga terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan serta
terpeliharanya sistem budaya dan kekerabatan bangsa. Disisi lain perlu dilakukan
sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan dalam lingkungan
Terwujudnya lansia mandiri memerlukan strategi atau cara yang tepat dan
bermanfaat bagi lansia, agar lansia dapat mandiri tanpa bantuan orang lain perlu
motivasi dari perawat dan keluarga pada lansia supaya bisa melakukannya sendiri
oleh karena itu, diperlukannya pelaksanaan program terapi yang bisa digunakan
untuk mengevaluasi kondisi lansia, sehingga mudah untuk menentukan program
terapi selanjutnya. Tamher, S (2009: 101) mengemukakan kegiatan pembinaan
ditujukan bagi lansia dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, dengan
pola pembinaan, lansia diharapakan dapat mempertahankan kemandiriannya.
Kushariyadi (2010: 22) mengemukakan kemandirian berarti tanpa pengawasan,
pengarahan atau bantuan pribadi aktif, didasarakan pada status aktual.
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang bagi lansia. Memiliki tujuan: (1) mengisi waktu luang bagi lansia, (2)
meningkatkan kesehatan lansia, (3) meningkatkan produktivitas lansia, (4)
meningkatkan interaksi sosial antarlansia. (Maryam, 2008: 158-159). Hal ini
merupakan tantangan bagi kita semua untuk mempertahanakan kesehatan dan
kemandirian para lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya khususnya,
keluarga, masyarakat maupun pemerintah pada umumnya.
Warga lanjut usia (lansia) yang hobi bernyanyi lebih sehat ketimbang
mereka yang tak memiliki kegemaran tersebut. Studi menunjukkan bahwa para
manula anggota paduan suara secara umum lebih sehat dibandingkan manula yang
tidak aktif (metronews.com). Dengan berbagai kegiatan yang diselenggarakan di
PSTW, dapat dirasakan manfaatnya oleh lansia sehingga lansia tidak merasa
PSTW Budi Pertiwi yang sudah berdiri sejak tahun 1948 adalah salah satu
tempat dimana lansia bertempat tinggal, berkumpul dan melakukan kegiatan yang
bermanfaat bagi hidupnya. Tugas pokok dari PSTW Budi Pertiwi adalah
memberikan pelayanan, bimbingan keagamaan, keterampilan serta pelayanan
bimbingan dalam bentuk fisik, mental, dan sosial.
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dalam mengkaji masalah ini dengan
melalui pendidikan sepanjang hayat dimana masalah disini yaitu lansia penghuni
panti, dengan menggunakan manajemen PLS, pengelola menyelenggarakan
kegiatan lansia yang bermanfaat bagi keberlangsungan hidup melalui terapi
modalitas yang dilaksanakan setiap hari di Panti.
Lansia yang bertempat tinggal di PSTW Budi Pertiwi mendapatkan
pembinaan dari pengelola panti yaitu melalui terapi modalitas. Terapi ini
membina lansia dalam kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang
diharapkan mempertahankan kemandirian lansia, sehingga bermanfaat bagi
dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang bagaimana pembinaan kemandirian lansia melalui terapi modalitas di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung?.
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah
Melihat latar belakang diatas, maka penulis akan memaparkan beberapa
hasil identifikasi sebagai berikut:
1. Pada tahun 2005 jumlah lansia bertambah lagi menjadi 8,48% dari seluruh
dikeluarkan oleh bank dunia, yakni 1.49% per tahun, maka jumlah penduduk
Indonesia tahun 2012 ini akan menjadi 244.775.796 jiwa, prediksi jumlah
lansia pada tahun 2020 akan menjadi 11,34% dari jumlah penduduk Indonesia.
2. Lansia sudah tidak dapat lagi menopang hidupnya sendiri karena faktor
kesehatan, fisik, psikis, sosial dan ekonomi, sehingga menimbulkan
ketergantungan lansia terhadap orang lain.
3. Adanya lansia yang terlantar karena faktor ekonomi dan tidak memiliki
keluarga atau keluarga yang enggan mengurus, sehingga tidak ada yang dapat
mengurusnya di masa senja.
4. Kemandirian lansia harus tetap dijaga, maka kemampuan bertahan akan
semakin baik untuk memenuhi aktivitas sehari-hari (AKS) dan menjaga agar
tetap produktif sehingga dapat berperan serta dalam pembangunan Negara.
5. Melalui pendidikan nonformal dengan strategi terencana dapat
mempertahankan kemandirian lansia.
6. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) sebagai salah satu tempat untuk
pemeliharaan dan perawatan bagi lansia.
7. PSTW Budi Pertiwi merupakan tempat menampung lansia, bertempat tinggal,
berkumpul dan melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi hidupnya.
8. Mempertahankan kemandirian dapat diwujudkan dengan pola pembinaan
terhadap lansia, salah satunya dengan pembinaan terapi modalitas yang
Berdasarkan pemaparan identifikasi masalah diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Pembinaan Kemandirian Lansia
melalui Terapi Modalitas Salah Satu Konteks Pendidikan Non Formal di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung?”
Dari perumusan masalah tersebut, untuk memperjelas lingkup penelitian,
peneliti merumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung dalam membina
lansia?
2. Bagaimana penyelenggaraan terapi modalitas dalam mempertahankan
kemandirian lansia di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung?
3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pembinaan kemandirian
lansia melalui terapi modalitas di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai:
1. Pengelolaan di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung dalam membina lansia.
2. Penyelenggaraan terapi modalitas dalam mempertahankan kemandirian lansia
di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung.
3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pembinaan kemandirian
lansia melalui terapi modalitas di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terdiri atas
pengelola Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung juga berbagai
Secara terperinci manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Secara Konseptual Teoritis
Kemandirian lansia memerlukan penyegaran kembali untuk
mempertahankan kemandirian yang telah dimiliki lansia selama masa produktif,
dengan salah satu caranya yaitu melalui terapi modalitas. Ini biasanya menjadi
terapi kesehatan saja bagi lansia, namun dengan tujuan yang dimiliki terapi
modalitas ini yaitu: (1) Mengisi waktu luang bagi lansia, (2) Meningkatkan
kesehatan lansia, (3) Meningkatkan produktivitas lansia, (4) Meningkatkan
interaksi sosial antarlansia. (Maryam, 2008: 158-159).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep, teori, dan
wawasan peneliti dan akademika bidang Pendidikan Luar Sekolah yang didapat
oleh peneliti selama perkuliahan dan bisa diaplikasikan di lapangan sehingga
dapat dijadikan masukan untuk penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi para praktisi, khususnya pemerintah dan
pengelola dalam menyelenggarakan atau mengelola program-program
pemberdayaan bagi lansia.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian
yang lebih besar dan memberikan pelayanan nyata tentang pemberdayaan
E. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya,
maka penulis memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan
dibahas, yaitu sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan
Membahas mengenai (1) Latar belakang penelitian masalah lansia secara
umum yang ada di Indonesia diakhiri dengan cara penanganan masalah lansia.
(2) Identifikasi masalah dan perumusan masalah yaitu mengidentifikasi dari latar
belakang dan merumuskan masalah yang menarik bagi peneliti untuk di teliti.
(3) Tujuan Penulisan Menjabarkan tujuan dari penelitian yang dilakukan peneliti
di lapangan, yaitu PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung. (4) Manfaat penelitian
menjelaskan penelitian yang dilakukan memperkaya konsep, teori dan wawasan
bagi peneliti serta akademika bidang Pendidikan Luar Sekolah dan bahan
masukan bagi pemerintah, pengelola dan peneliti selanjutnya. (5) Struktur
organisasi skripsi menjabarkan poin-poin yang dibahas dalam penelitian dimulai
dari bab 1 sampai bab 5.
2. BAB II Kajian Teoritis
Membahas konsep yang digunakan dalam penelitan yaitu (1) Pendidikan Non
Formal, hal ini menjadi kajian karena pembinaan kemandirian lansia merupakan
salah satu konteks dari pendidikan nonformal (2) Pendidikan Sepanjang Hayat,
hal ini sebagai kajian pustaka karena sebagai ciri dari Pendidikan Luar Sekolah,
disini membahas tentang tahap proses belajar pendidikan sepanjang hayat,
penelitian yaitu mengenai kemandirian lansia. (3) Pengelolaan Program PLS,
sebagai kajian pustaka karena meneliti mengenai pengelolaan PSTW Budi Pertiwi
dalam membina lansia. (4) Konsep Lanjut Usia, sebagai kajian pustaka karena
judul penelitian mengenai kemandirian lansia, sehingga yang menjadi subjek
penelitian yaitu lansia. (5) Konsep Terapi Modalitas, merupakan suatu cara untuk
mempertahakan kemandirian lansia di PSTW Budi Pertiwi yang menjadi lokasi
penelitian. (6) Kemandirian Lansia, merupakan kajian pustaka karena
kemandirian adalah bentukan lingkungan, penelitian yang dilakukan yaitu di
lingkungan PSTW yang mempertahankan kemandirian lansia. (7) Konsep Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW), sebagai kajian pustaka tempat penelitian yang
dilakukan yaitu di Panti Sosial Tresna Werdha tepatnya yaitu PSTW Budi Pertiwi
berlokasi di Kota Bandung. (8) Kerangaka berpikir penelitian untuk memudahkan
pemahaman mengenai penelitian yang dilakukan.
3. BAB III Metode Penelitian
Membahas metode penelitian yang digunakan peneliti dalam menyusun
skripsi terdiri dari (1) Lokasi dan Subjek Penelitian, (2) Desain Penelitian
Tahap-tahap penelitian yaitu tahapan persiapan, tahapan pekerjaan lapangan dan
tahapan analisis data. (3) Metode Penelitian, (4) Definisi Operasional, terdiri atas
definisi ahli dan peneliti sesuai dengan judul penelitian yaitu Pembinaan
Kemandirian Lansia Melalui Terapi Modalitas di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW). (5) Instrumen Penelitian, (6) Proses Pengembangan Instrumen, (7)
4. BAB IV Pembahasan
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang dilakukan di lapangan
terdiri dari (1) Gambaran umum lokasi penelitian, (2) Deskripsi hasil penelitian,
mendeskripsikan hasil peneilitian di lokasi penelitian yaitu PSTW Budi Pertiwi
dengan menggunakan tabel jawaban informan. Pertama mengenai pengelolaan
panti dalam membina lansia, dilanjutkan dengan jawaban informan mengenai
penyelenggaraan terapi modalitas dalam mempertahankan kemandirian lansia, dan
terakhir yaitu faktor pendukung dan penghambat pembinaan kemandirian lansia.
(3) Pembahasan hasil penelitian, membahas dengan teori/pendapat para ahli
mengenai tujuan penelitian di lokasi penelitian yaitu PSTW Budi Pertiwi yaitu
mengenai pengelolaan panti dalam membina lansia, penyelenggaraan terapi
modalitas dalam mempertahankan kemandirian lansia serta faktor pendukung dan
penghambat dalam penyelenggaran terapi modalitas di panti.
5. BAB V Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran dari peneliti yang dirumuskan dari hasil penelitian di
lapangan mengenai pembinaan kemandirian lansia di PSTW Budi Pertiwi Kota
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha yang berlokasi di
Jalan Sancang Kota Bandung. Lokasi penelitian ini dipilih karena merupakan
salah satu panti yang mempunyai banyak kegiatan untuk para penghuni panti yaitu
lansia berumur diatas 60 tahun.
2. Subjek Penelitian
Dalam suatu penelitian kualitatif salah satu yang menentukan keberhasilan
suatu penelitian bukan hanya penelitian, namun keberadaan subjek yang diteliti.
Menurut Arikunto (2006: 145), bahwa:
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. Dalam penelitian ini, responden adalah orang yang dimintai memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat.
Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang
unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti.
Subyek dalam penelitian ini berkenaan dengan subyek penelitian yang sifatnya
tergantung pada tujuan penelitian setiap saat. Nasution (1988: 29),
mengemukakan bahwa :
Penentuan subjek dalam penelitian ini ditentukan dengan berdasarkan
teknik purposive sampling sesuai dengan tujuan penelitian yaitu subjek penelitian
diambil dengan maksud atau tujuan tertentu dan lebih bersifat selektif, informan
yang diambil sebagai subjek penelitian karena peneliti menganggap bahwa
informan tersebut dapat lebih dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap,
akurat dan berdasarkan maksud untuk menemukan jawaban mengenai pembinaan
kemandirian lansia melalui terapi modalitas salah satu konteks pendidikan non
formal.
Sumber data yang dipillih juga mempertimbangkan beberapa persyaratan
untuk menjadi informan penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Faisal
(Sugiyono, 2012: 303), sampel sebagai sumber data atau informan sebaiknya
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.
b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.
c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi. d. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”
sendiri.
e. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga
lebih menggarahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
Berdasarkan kriteria sumber data yang dikemukakan tersebut maka penulis
menentukan yang menjadi subjek penelitian ini yaitu Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Pertiwi Kota Bandung, dan yang menjadi informan pada penelitian ini yaitu
dua orang lansia penghuni PSTW Budi Pertiwi, satu orang pengelola PSTW Budi
Pertiwi, dan satu orang tokoh masyarakat setempat yaitu ketua RT 01/05
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian kualitatif langkah-langkah/tahap-tahapan itu secara garis
besar dibagi kedalam tiga bagian, yaitu; 1) Tahapan persiapan/pra-lapangan, 2)
Tahapan pekerjaan lapangan, dan 3) Tahapan analisis data.
Menurut Miles dan Huberman dalam Suryana (2007), tahap-tahapan
penelitian kualitatif itu meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (1) Membangun
kerangka konseptual, (2) Merumuskan permasalahan penelitian , (3) Pemilihan
sampel dan pembatasan penelitian, (4) Instrumentasi, (5) Pengumpulan data, (6)
Analisis data, dan (7) Matriks dan pengujian kesimpulan.
Dari beberapa pendapat tersebut, penelitian ini menggunakan beberapa
tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun rancangan penelitian
Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam
lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta
diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa
yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang/organisasi.
b. Memilih lapangan
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih
lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data, dengan mengasumsikan
bahwa dalam penelitian kualitatif, jumlah (informan) tidak terlalu berpengaruh
c. Mengurus perizinan
Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan
penelitian. Terutama kaitannya dengan metode yang digunakan yaitu kualitatif,
maka perizinan dari birokrasi yang bersangkutan biasanya dibutuhkan karena hal
ini akan mempengaruhi keadaan lingkungan dengan kehadiran seseorang yang
tidak dikenal atau diketahui. Dengan perizinan yang dikeluarkan akan mengurangi
sedikitnya ketertutupan lapangan atas kehadiran kita sebagai peneliti.
d. Menjajagi dan menilai keadaan
Setelah kelengkapan administrasi diperoleh sebagai bekal legalisasi
kegiatan kita, maka hal yang sangat perlu dilakukan adalah proses penjajagan
lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan, karena kitalah yang menjadi alat
utamanya maka kitalah yang akan menetukan apakah lapangan merasa terganggu
sehingga banyak data yang tidak dapat digali/tersembunyikan/disembunyikan,
atau sebaliknya bahwa lapangan menerima kita sebagai bagian dari anggota
mereka sehingga data apapun dapat digali karena mereka tidak merasa terganggu.
e. Memilih dan memanfaatkan informan
Ketika kita menjajagi dan mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal
penting lainnya yang perlu kita lakukan yaitu menentukan partner kerja sebagai
“mata kedua” kita yang dapat memberikan informasi banyak tentang keadaan
lapangan. Informan yang dipilih harus benar-benar orang yang independen dari
orang lain dan kita, juga independen secara kepentingan penelitian atau
f. Menyiapkan instrumen penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah ujung tombak sebagai
pengumpul data (instrumen). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk
mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan.
g. Persoalan etika dalam penelitian
Peneliti akan berhubungan dengan orang-orang, baik secara perorangan
maupun secara kelompok atau masyarakat, akan bergaul, hidup, dan merasakan
serta menghayati bersama tata cara dan tata hidup dalam suatu latar penelitian.
Persoalan etika akan muncul apabila peneliti tidak menghormati, mematuhi dan
mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi yang ada. Dalam menghadapi
persoalan tersebut peneliti hendaknya mempersiapkan diri baik secara fisik,
psikologis maupun mental.
2. Tahap Lapangan
a. Memahami dan memasuki lapangan
Memahami latar penelitian; latar terbuka; dimana secara terbuka orang
berinteraksi sehingga peneliti hanya mengamati, latar tertutup dimana peneliti
berinteraksi secara langsung dengan orang. Penampilan, Menyesuaikan
penampilan dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya latar penelitian.
Pengenalan hubungan peneliti di lapangan, bertindak netral dengan peran
serta dalam kegiatan dan hubungan akrab didalam subjek penelitian dengan
informan penelitian. Jumlah waktu studi, pembatasan waktu melalui keterpenuhan
b. Aktif dalam kegiatan (pengumpulan data)
Pendekatan kualitatif yang dipergunakan beranjak dari bahwa hasil yang
diperoleh dapat dilihat dari proses secara utuh, untuk memenuhi hasil yang akurat
maka pendekatan ini menempatkan peneliti adalah instrumen utama dalam
penggalian dan pengolahan data-data kualitatif yang diperoleh.
3. Pengolahan Data
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang
terperinci.
b. Display Data
Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan
dibuat dalam bentuk matriks dan bagan sehingga memudahkan peneliti untuk
melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.
c. Analisis Data
Kegiatan yang dijalankan dalam proses analisis ini meliputi: (1)
menetapkan lambang-lambang tertentu, (2) klasifikasi data berdasarkan
lambang/simbol dan, (3) melakukan prediksi atas data.
d. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah
menyimpulkan dan melakukan verifikasi atas data-data yang sudah diproses atau
ditransfer kedalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan pola pemecahan
e. Meningkatkan Keabsahan Hasil
Untuk meningkatkan keabsahan penelitian, peneliti menggunakan teknik
triangulasi.
f. Narasi Hasil Analisis
Pembahasan dalam penelitian kualitatif menyajikan informasi dalam
bentuk teks tertulis atau bentuk-bentuk gambar mati atau hidup seperti foto dan
video dan lain-lain. Dalam menarasikan data kualitatif ada beberapa hal yang
diperhatikan oleh peneliti yaitu; 1) Tentukan bentuk (form) yang akan digunakan
dalam menarasikan data. 2) Hubungkan bagiamana hasil yang berbentuk narasi itu
menunjukan tipe/bentuk keluaran yang sudah didisain sebelumnya, dan. 3)
Jelaskan bagimana keluaran yang berupa narasi itu mengkoparasikan antara teori
dan literasi-literasi lainnya yang mendukung topik.
C. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu metode yang akan
digunakan, dengan menentukan metode penelitian maka akan memandu seorang
peneliti dalam menentukan langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus
dilakukan dalam penelitiannya. “Metode adalah cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud” (Purwadarminta dalam
Sudjana, 2005: 7). Sedangkan penelitian adalah suatu cara untuk memahami
sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul
sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga
tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan”.
Dari pengertian mengenai metode dan penelitian, dapat disimpulkan
bahwa metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan
data dari subjek penelitian. Sebagaimana menurut Arikunto (2006: 160), bahwa
“Metode penelitian yaitu cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data penelitiannya”. Berdasarkan kecenderungan data yang di dapat dari studi ke
lapangan dan kesesuaian dengan tujuan penelitian, maka penelitian yang diambil
oleh penulis adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Menurut Moleong (2006: 6), menjelaskan bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara deskriptiif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Sedangkan menurut Williams dalam Moleong (2006: 5), bahwa
“penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar ilmiah dengan
metode ilmiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah”.
Alasan penggunaan pendekatan kualitatif didasarkan pada permasalahan
dalam penelitian ini dan dengan pertimbangan-pertimbangan: 1) Lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan, 2) Menyajikan secara langsung hakekat
hubungan antara peneliti dan responden, 3) Lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2006: 5).
Dalam penelitian ini peneliti mempergunakan pendekatan kualitatif karena
pendidikan non formal dalam pembinaan lansia sehingga tercapainya lansia yang
mandiri melalui terapi modalitas.
Metode yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode penelitian deskriptif dipergunakan untuk berupaya
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi
sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan,
klasifikasi dan analisis/pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan
tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif
dalam suatu deskripsi situasi. Di dalam penelitian ini peneliti bermaksud
memperoleh gambaran secara mendalam/cermat mengenai pembinaan
kemandiran lansia melalui terapi modalitas salah satu konteks pendidikan non
formal di PSTW Budi Pertiwi.
D. Definisi Operasional 1. Pembinaan
Pembinaan yaitu usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
berdayaguna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik
(Depdiknas, 1991).
Pembinaan merupakan kegiatan yang bermanfaat bagi hidup lansia
sehingga sehat secara jasmani dan rohani sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan.
2. Kemandirian Lanjut Usia
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi
menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun
dianggap mampu, kemandirian merupakan aktualisasi diri (Suprayogi, 2009: 31).
Kemandirian lansia yaitu sedikit bergantungnya lansia terhadap orang lain
sehingga aktifitas sehari-hari dapat dilakukan secara sendiri. Selain itu
pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki lansia mendorong untuk
melakukan keinginannya dimasa tua.
3. Terapi Modalitas
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang bagi lansia. Memiliki tujuan: (1) mengisi waktu luang bagi lansia, (2)
meningkatkan kesehatan lansia, (3) meningkatkan produktivitas lansia, (4)
meningkatkan interaksi sosial antarlansia (Maryam, 2008: 158-159).
Terapi modalitas adalah kegiatan pengisi waktu sehingga lansia
mempunyai kegiatan tanpa merasa tidak berguna dan dikucilkan terhadap
lingkungannya sekaligus bermanfaat bagi dirinya.
4. Pendidikan Non Formal
Menurut Coombs (1973) dalam Sudjana mengemukakan Pendidikan
Nonformal ialah kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan
yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari
kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik
tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.
Kegiatan pendidikan diluar jalur persekolahan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan belajar pada warga belajar yang telah direncanakan oleh
5. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Panti Sosial Tresna Werdha (versi Depsos RI) adalah unit pelaksana teknis
(UPT) di bidang pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia memberi
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia.
Panti Sosial Tresna Werdha yaitu tempat berkumpulnya lansia sehingga
tidak merasa sendiri karena memiliki nasib yang sama, dan tempat dimana lansia
dibina untuk keberlangsungan hidupnya dan diberikan kegiatan sesuai dengan
kemampuan, pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki lansia.
E. Instrumen Penelitian
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Sesuai metode
dan karakteristik penelitian kualitatif, maka instrumen penelitian untuk penggalian
data adalah peneliti sendiri dibantu oleh pedoman wawacara secara terbuka. Ia
berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data,
dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian peneliti
sebagai instrumen disini karena dia menjadi segalanya dari keseluruhan proses
penelitian.
Jadi didalam penelitian ini, peneliti berupaya seoptimal mungkin untuk
mempelajari, memahami, mendalami dan menerapkan hal-hal seperti tersebut di
atas. Dengan demikian diharapkan data yang terkumpul memiliki tingkat
kepercayaan yang cukup meyakinkan peneliti sehingga hasil penelitian yang
diperoleh memenuhi syarat untuk penelitian kualitatif.
Berikut instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan
1.Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dimana terjadinya
komunikasi secara verbal antara pewawancara atau peneliti dengan subjek
pewawancara. Sejalan dengan pengertian diatas, dapat diperjelas bahwa
wawancara atau interview yaitu percakapan tanya jawab lisan antara dua orang
atau lebih yag berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu
(Kartini Kartono, 1998: 187).
Disini peneliti mewawancarai subjek penelitian yaitu lansia yang
meenjadi penghuni di Panti, pengelola dan tokoh masyarakat secara mendalam
dalam kurun waktu dua bulan untuk mengetahui bagaimana kemandirian lansia di
PSTW Budi Pertiwi. Dilakukanya wawancara agar mengetahui secara mendalam
apa yang dialami oleh lansia, apa yang telah diusahakan oleh pihak pengelola
panti dan pandangan dari tokoh masyarakat setempat mengenai lansia yang ada di
PSTW Budi Pertiwi.
2. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 1996: 158).
Selain melakukan wawancara, peneliti juga mengobservasi sebagai fakta
dilapangan saat mendapatkan informasi dan memperkuat data yang diperoleh dari
subjek penelitian mengenai kemandirian lansia melalui terapi modalitas di PSTW
Budi Pertiwi. Ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara langsung
F. Proses Pengembangan Instrumen
Dalam suatu penelitian diperlukan alat pengumpul data. Hal ini penting
untuk memperoleh data yang valid, untuk itu diperlukan suatu alat yang tepat dan
akurat yang biasa disebut instrumen penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan manusia sebagai instrumen
utama yaitu peneliti sendiri, sebagaimana menurut Sugiyono (2008: 223) “Dalam
penelitian kualitatif „the researcher is the key instrumen‟. Mengemukakan
instrumen manusia dalam penelitian ini dipandang lebih cermat dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
(1) manusia sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bermakna bagi penulis; (2) manusia sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; (3) tiap situasi merupakan suatu keseluruhan; (4) suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata; (5) peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh; (6) hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan; dan (7) manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, dan menyimpang justru diberi perhatian (Nasution, 1992: 55-56).
“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah” (Arikunto, 2006: 160).
1. Penyusunana Kisi-kisi Penelitian
Penyusunan kisi-kisi penelitian ini merupakan acuan dalam pembuatan
alat pengumpul data, berupa: kisi-kisi penelitian, pedoman wawancara, pedoman
tentang: pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, aspek-aspek yang diteliti,
indikator, teknik pengumpulan data, sumber data.
2. Penyusunan Pedoman Wawancara
Penyusunan pedoman wawancara yang dilakukan peneliti melalui
langakh-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan aspek yang diteliti;
b. Merumuskan pertanyaan penelitian dan menjabarkan aspek-aspek tersebut ke
dalam indikator penelitian sebagai bahan untuk menetapkan hal-hal yang akan
ditanyakan;
c. Menyusun item-item pedoman wawncara.
3. Penyusunan Pedoman Observasi
Penyusunan pedoman observasi dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menentukan aspek yang diamati;
b. Merumuskan indikator yang akan diamati.
G. Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik
pengumpulan data yang digunakan. Menurut Sugiyono (2008:224),
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Dalam Bungin (2007: 107), dikatakan bahwa metode pengumpulan data
kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan
bahan dokumenter, studi pustaka serta metode-metode baru seperti bahan visual
dan metode penelusuran internet. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan
dan informasi yang dapat dipercaya.
Untuk memperoleh data seperti prosedur-prosedur, alat-alat serta kegiatan
nyata, penulis menentukan teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai
berikut:
Sugiyono (2008: 137) mengemukakan, bahwa “Sumber data dapat
menggunakan dua sumber, yaitu data primer dan data skunder”. Data primer
meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan data skunder
meliputi company profil dan studi kepustakaan. Mengacu kepada pendapat
tersebut, penulis menentukan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiyono, 2008: 139). Untuk mendapatkan hasil data primer
penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, seperti:
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpalan data dimana terjadinya
komunikasi secara verbal antara pewawancara/peneliti dengan subjek
pewawancara. Sejalan dengan pengertian tersebut, dapat diperjelas bahwa
atau lebih yang berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu
(Kartini Kartono, 1998: 187).
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada dua orang
lansia penghuni di PSTW Budi Pertiwi, satu orang pengelola PSTW dan satu
orang tokoh masyarakat setempat. Adapun permasalahan yang ditanyakan
mengenai pembinaan kemandirain lansia melalui terapi modalitas salah satu
konteks pendidikan non formal di PSTW Budi Pertiwi.
b. Observasi
Observasi adalah sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 1996: 158).
Observasi analisis dokumen dilaksanakan selama penulis melakukan penelitian di
PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung mengenai pembinaan kemandirian lansia
melalui terapi modalitas salah satu konteks pendidikan non formal.
2. Data Skunder
Data skunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data misalnya melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2008).
a. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengemukakan “bahwa metode
dokumentasi mencari data mengenai hal-hal atau variable yag berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan
sebagainya”.
Studi dokumentasi ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data yang
tertulis yang diperlukan untuk melengakapi data penelitian, yaitu dengan jalan
membaca, menelaah, mengkaji berbagai dokemen yang sekiranya berhubungan
dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dokumen yang menjadi salah satu
sumber pengumpulan data berupa foto, profil, dan data warga belajar serta
mendokumentasikan kegiatan pembinaan di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan
diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang
peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau
yang ada kaitannya dengan penelitiannya, dan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat
memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan
penelitiannya.
Menurut Subino (1982) mengemukakan:
Studi Kepustakaan untuk mendapatkan teori-teori, konsep-konsep, sebagai bahan pertimbangan, penguatan atau penolakan terhadap temuan hasil penelitian dan untuk mengambil beberapa kesimpulan, literatur dan buku-buku yang dikaji dalam studi kepustakaan yang berkaitan langsung dengan permasalahan penelitian.
Studi kepustakaan yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh konsep
dan teori-teori sebagai dasar pemikiran dan bahan acuan bagi penulis didalam
penelitian yang dilakukan melalui buku-buku, majalah, maupun tulisan-tulisan
Adapun teori-teori yang diperoleh penulis dengan menggunakan teknik
studi kepustakaan ini, diantaranya yaitu membahas mengenai konsep dan teori: 1)
Pendididkan Non Formal 2) Pendidikan Sepanjang Hayat, 3) Pengelolaan
Program PLS, 4) Konsep Lanjut Usia, 5) Konsep Terapi Modalitas, 6)
Kemandirian Lansia, dan 7) Konsep Panti Sosial Tresna Werdha.
c. Triangulasi
Penilaian keabsahan penelitian kualitatif terjadi pada waktu proses
pengumpulan data dan untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria
tertentu dan dalam memeriksa kebsahan data yang diperoleh maka peneliti
menggunakan teknik triangulasi data. Moleong (2005: 330), menjelaskan bahwa:
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan yang
lain. Peneliti menyimpulkan bahwa dalam meneliti dibutuhkan keabsahan agar
penelitian tersebut dapat dipercaya kredibilitasnya”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2007: 274), bahwa triangulasi teknik
adalah menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dimana peneliti
menggunakan wawancara lalu dicek dengan observasi atau dokumentasi.
Triangulasi yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu dilakukan dengan
mengunakan teknik wawancara dengan beberapa subjek penelitian. Data yang
diperoleh dari subjek penelitian yang satu dibandingkan dengan yang lainnya,
observasi dari dua orang lansia di PSTW, satu orang pengelola PSTW dan satu
orang tokoh masyarakat setempat.
Pada tahap ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil observasi dengan
hasil wawancara yang berkaitan dengan pembinaan kemandirian lansia melalui
terapi modalitas salah satu konteks pendidikan non formal di PSTW Budi Pertiwi,
hasil wawancara dengan dua orang lansia di PSTW, satu orang pengelola PSTW
dan satu orang tokoh masyarakat setempat.
H. Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan
data. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2006: 248), mengemukakan
bahwa:
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang didapat diceritakan kepada orang lain.
Miles dan Huberman (1992), menyebutkan ada tiga langkah pengolahan
data kualitatif, yakni “reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing and verification)”. Mengacu
kepada langkah analisis data penelitian tersebut, adapun langkah-langkah analisis
data yang dilakukan oleh penelitian, yaitu:
1. Reduksi Data
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, yaitu
melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan dan meringkas data. Tahap
kemandirian lansia melalui terapi modalitas salah satu konteks pendidikan non
formal di PSTW Budi Pertiwi.
2. Penyajian Data
Melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin
(kelompok) data yang satu dengan (kelompok data yang lain sehingga seluruh
data yang dianalisis benar-benar dalam satu kesatuan. Tujuan dari penyajian data
adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu,
sajiannya harus tertata secara apik. Penyajian data juga berupa bagian dari
analisis, bahkan mencakup pula reduksi data. Pada penelitian ini yaitu
menyatukan data hasil wawancara, observasi, dokumentasi mengenai pembinaan
kemandirian lansia salah satu konteks pendidikan non formal di PSTW Budi
Pertiwi.
3. Penarikan Kesimpulan
Peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan
mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari display
data yang telah dibuat. Ada kalanya kesimpulan telah tergambar sejak awal,
namun kesimpulan akhir tidak pernah dapat dirumuskan secara memadai tanpa
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ………. 9
C. Tujuan Penulisan ……….. 11
D. Manfaat Penelitian ……… 11
E. Struktur Organisasi Skripsi……… 13
Bab II Kajian Pustaka A. Pendidikan Non Formal………...……….. 16
B. Pendidikan Sepanjang Hayat ………...………. 18
C. Pengelolaan Program PLS ……….………... 21
D. Konsep Lanjut Usia ……….. 26
E. Konsep Terapi Modalitas ….………. 32
F. Konsep Kemandirian Lanjut Usia……….………... 36
G. Konsep Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)……… 42
H. Kerangka Berpikir…..………... 48
Bab III Metode Penelitian A. Lokasi dan Subjek Penelitian………. 49
C. Metode Penelitian ………. 55
D. Definisi Operasional ………. 57
E. Instrumen Penelitian ………. 59
F. Proses Pengembangan Instrumen………... 61
G. Teknik Pengumpulan Data ……… 62
H. Analisis Data ………. 67
Bab IV Pembahasan A. Gambaran Umum Lokasi penelitian ………. 69
B. Deskripsi Hasil Penelitian ……… 76
C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 106
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan ………. 120
B. Saran ……… 123
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
4.1 Daftar Pengurus Dan Karyawan Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Pertiwi……… 71
4.2 Daftar Lansia Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi………….. 73
4.3 Jadwal Kegiatan Sehari-Hari Lansia Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Pertiwi………... 74
4.4 Data Informan……… 76
4.5 Jawaban Informan Mengenai Pengelolaan PSTW Budi Pertiwi…... 78
4.6 Jawaban Informan Mengenai Pengelolaan PSTW Budi Pertiwi
dalam Sudut Pandang Lansia…... 80
4.7 Jawaban Informan Mengenai Penyelenggaraan Terapi Modalitas di
PSTW Budi Pertiwi………... 85
4.8 Jenis Terapi Modalitas di PSTW Budi Pertiwi……….. 86
4.9 Jawaban Informan Mengenai Pengaruh Terapi Modalitas Dalam
Kemandirian Lansia………... 92
4.10 Jawaban Informan Sebagai Faktor Pendukung………. 98
DAFTAR BAGAN
Bagan Hal
2.1 Terapi Modalitas Dalam Mempertahankan Kemandirain Lansia… 48
4.1 Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi…... 70
4.2 Alur Pengelolaan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi…….. 82
4.3 Pembelajaran Lansia melalui Terapi Modalitas……….. 90
4.4 Mempertahankan Kemandirian Lansia melalui Terapi Modalitas.. 96
4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Kemandirian
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp.
Surat Pengangkatan Pembimbing Skripsi………... 1
SK Pembimbing Skripsi……….. 2
Surat Permohonan Penelitian……….. 3
Surat Permohonan Izin Penelitian……….. 4
Surat Balasan Penelitian……….. 5
Frekuensi Bimbingan……….. 6
Kisi-kisi Penelitian……….. 7
Pedoman Wawancara………..………….………... 8
Pedoman Observasi………..……….. 9