Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA WANITA LANJUT USIA (LANSIA) DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA (PSTW)
BUDI PERTIWI BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan di Program Studi D-III Keperawatan
Oleh
Reni Ratna Nurul Fauziah 1008906
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA WANITA LANJUT USIA
(LANSIA) DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA (PSTW) BUDI PERTIWI BANDUNG
Oleh
Reni Ratna Nurul Fauziah
Sebuah Karya Tulis Ilmiah yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Fakultas Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan
© Reni Ratna Nurul Fauziah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
ABSTRAK
Jumlah lansia di Indonesia semakin meningkat. Masalah pada lansia sebenarnya merupakan mekanisme evolusi kehidupan alam, dimana akan terjadi regenerasi kehidupan, salah satunya yaitu gangguan kualitas tidur. Gangguan tidur lansia disebabkan oleh lingkungan yang kurang tenang, nyeri, gatal-gatal, atau penyakit tertentu yang membuat gelisah, kecemasan dan iritabilitas. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kualitas tidur pada wanita lansia di Panti Sosial Tresna Wredha (PSTW) Budi Pertiwi Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pengolahan data distribusi frekuensi. Subjek penelitian sebanyak 31 wanita lansia berusia >60 tahun dengan teknik total sampling, menggunakan alat ukur Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI) berupa kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (72,7%) wanita lansia di Panti Sosial Tresna Wredha (PSTW) Budi Pertiwi Bandung memiliki kualitas tidur dengan gangguan tidur sedang, dan hampir setengahnya (27,3%) memiliki kualitas tidur dengan gangguan tidur ringan. Adapun saran bagi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Pertiwi untuk dapat mengadakan terapi kelompok bagi para lansianya, bagi petugas kesehatan untuk dapat melakukan pendidikan kesehatan (penkes) tentang upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas tidur, dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia.
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
1. Manfaat Teoritis ... 6
2. Manfaat Praktis ... 6
E. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7
A. Lanjut Usia ... 7
1. Definisi Lanjut Usia ... 7
2. Klasifikasi Lansia ... 8
3. Tipe Lansia ... 9
4. Tugas Perkembangan Lansia ... 9
B. Proses Menua ... 12
1. Pengertian Proses Menua ... 12
2. Teori-teori Proses Menua ... 12
3. Perubahan yang Terjadi Pada Lansia ... 14
C. Konsep Tidur ... 23
1. Definisi Tidur ... 23
2. Fisiologi Tidur... 23
3. Fungsi Tidur ... 25
4. Tahapan Tidur ... 25
5. Siklus Tidur... 26
6. Mekanisme Tidur ... 27
7. Kualitas Tidur ... 29
8. Gangguan Tidur ... 31
9. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur ... 32
D. Kerangka Pemikiran ... 34
BAB III Metodelogi Penelitian ... 35
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35
1. Lokasi Penelitian ... 35
2. Subjek Penelitian ... 35
vi
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
C. Definisi Operasional ... 37
D. Instrumen Penelitian ... 37
E. Proses Pengembangan Instrumen ... 38
1. Uji Validitas ... 38
2. Uji Reliabilitas ... 39
F. Tehnik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian ... 40
1. Teknik Pengumpulan Data ... 40
2. Prosedur Penelitian ... 40
G. Analisa Data dan Pengolahan Data... 41
1. Analisa Data ... 41
2. Pengolahan Data... 41
BAB IV Hasil Penelitian ... 44
A.Profil Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Pertiwi .. 44
1. Sejarah Panti Budi Pertiwi ... 44
2. Visi dan Misi Budi Pertiwi ... 45
3. Kegiatan yang Dilakukan di Budi Pertiwi ... 45
B.Hasil Penelitian ... 46
C.Pembahasan Data ... 50
BAB IV Kesimpulan dan Saran ... 55
A.Kesimpulan ... 55
B.Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah lansia berdasarkan karakteristik kelompok usia... 46
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi kualitas tidur subjektif... 46
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi tidur laten... 47
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi lama tidur... 47
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi efisiensi tidur... 47
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi gangguan tidur... 48
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi pemakaian obat tidur... 49
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi disfungsi siang hari... 49
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013 DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahap-tahap Siklus Tidur... 27
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013 DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Data dan Distribusi Skor... 58
LAMPIRAN II : Kuesioner PSQI... 59
LAMPIRAN III : Surat Perizinan... 60
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya
pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan,
pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan meningkatnya
umur harapan hidup manusia (life expectancy). Akibatnya jumlah orang lanjut
usia (lansia) semakin bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat dengan
cepat. Peningkatan jumlah penduduk lansia akan membawa dampak terhadap
berbagai aspek kehidupan, baik bagi individu lansia itu sendiri, keluarga,
masyarakat maupun pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari
peningkatan jumlah penduduk lansia adalah peningkatan rasio ketergantungan
usia lanjut (old age ratio dependency). Ketergantungan lansia disebabkan
kemunduran fisik, psikis dan sosial lansia yang dapat digambarkan melalui empat
tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional
limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran akibat proses menua (aging
process) (Azizah, 2011 : 2).
Dunia sedang mengalami revolusi demografik dengan meningkatnya
jumlah penduduk berusia lanjut. Usia lanjut adalah usia 60 tahun keatas yang
terdiri dari usia lanjut (elderly) dari 60-74 tahun, usia tua (old) dari 75-90
tahun, dan usia sangat lanjut (very old) di atas 90 tahun (WHO, 2009). Data Biro
Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan
warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2020, yaitu sebesar 414%.
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lansia
(aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun
keatas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar kurang
lebih 19 juta dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 sebesar 23,9
2
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun
(Tamher & Noorkasiani, 2009 : 15).
Maryam, Ekasari, Jubaedi & Rosidawati (2008 : 10) mengemukakan bahwa
dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia
harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini,
maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlu diberi
kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk lansia
yang karena kondisi fisik dan atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk
berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari
pemerintah dan masyarakat.
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para
prefesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat
untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia.
Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, dan lain-lainnya telah dikerjakan
pada berbagai tingkatan, yaitu di tingkat individu lansia, kelompok lansia,
keluarga, Panti Sosial Tresna Wredha (PSTW), Sarana Tresna Wredha (STW),
Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (Primer), Sarana Pelayanan Kesehatan
Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat
Lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia
(Maryam et al., 2009 : 10)
Masalah yang sering terjadi pada lansia sangat beragam. Seiring dengan
bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan fungsi tubuh pada lansia, baik
fisik, fisiologis maupun psikologis dan fungsi-fungsi kehidupan lainnya
(Nugroho, 2006 : 61). Masalah pada lansia sebenarnya merupakan mekanisme
evolusi kehidupan alam, dimana akan terjadi regenerasi kehidupan, salah satunya
yaitu gangguan kualitas tidur. Adapun pengertian kualitas tidur adalah kepuasan
seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan
perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di
sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, sakit kepala
3
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah berbeda-beda, tergantung
pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa,
aktivitas pekerjaan, usia, kondisi kesehatan dan lain sebagainya. Kebutuhan tidur
pada dewasa 6-9 jam untuk menjaga kesehatan, usia lanjut 5-8 jam untuk menjaga
kondisi fisik karena usia yang semakin senja mengakibatkan sebagian anggota
tubuh tidak dapat berfungsi optimal, maka untuk mencegah adanya penurunan
kesehatan dibutuhkan energi yang cukup dengan pola tidur yang sesuai
(Wicaksono, 2012).
Potter & Perry (2005) menjelaskan bahwa waktu tidur yang kurang dari
kebutuhan dapat mempengaruhi sintesis protein yang berperan dalam
memperbaiki sel–sel yang rusak menjadi menurun. Tidur malam yang
berlangsung dengan rata-rata 7 jam, terdiri dari 2 macam kondisi yaitu Rapid Eye
Movement (REM) dan Non Rapid Eye Movement (NREM) yang bergantian selama 4–6 kali. Seseorang yang kurang cukup menjalani tidur jenis Rapid Eye
Movement (REM) maka esok harinya akan menunjukkan kecenderungan untuk hiperaktif, kurang dapat mengendalikan diri dan emosinya, nafsu makan
bertambah. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) yang kurang cukup, akan
mengakibatkan esok harinya keadaan fisik menjadi kurang gesit.
Pada umumnya, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan
dengan tidur dan gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih tinggi
dibanding dewasa muda. Hardywinoto & Setiabudi (2005) mengemukakan bahwa
disamping perubahan sistem regulasi dan fisiologis, penyebab gangguan tidur
primer pada lansia adalah insomnia. Insomnia merupakan gangguan tidur yang
paling sering ditemukan. Di Amerika Serikat, setiap tahun diperkirakan sekitar
20% - 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17%
mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia
cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan
kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter.
Pada kelompok lansia (60 tahun) hanya dijumpai 7% kasus yang mengeluh
4
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
jumpai pada 22% kasus pada kelompok usia 70 tahun. Demikian pula, kelompok
lansia lebih banyak mengeluh terbangun lebih awal dari pukul 05.00 pagi. Selain
itu, terdapat 30% kelompok usia 70 tahun yang banyak terbangun diwaktu malam
hari. Angka ini ternyata 7 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia 20
tahun.
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia,
yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. Tidurnya tidak nyenyak dan mudah
terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun
dini hari, lesu setelah bangun dipagi hari (Green, 2009 : 23). Gangguan tidur pada
orang dewasa yang lebih tua biasanya disebabkan oleh rasa sakit atau
ketidaknyamanan akibat dari penyakit seperti arthritis, penyakit paru,
gastrointestinal dan diabetes. Tetapi dapat juga hasil dari depresi dan kesepian,
efek dari obat-obatan seperti antikolinergik dan antidepresan, gangguan tidur yang
paling utama (sleep apnea, sindrom kaki gelisah dan maju fase tidur sindrom),
dan kebiasaan tidur yang buruk seperti minum kopi atau minuman beralkohol
sebelum tidur. Selain itu gangguan mental lain, kondisi medis umum, faktor sosial
dan lingkungan. Gangguan tersering pada lansia adalah gangguan rapid eye
movement (REM). Hal yang menyebabkan gangguan tidur juga termasuk adanya gejala nyeri, nokturia, sesak napas dan nyeri perut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Farida (2006) tentang Kualitas dan
Kuantitas Tidur Lansia yang Bekerja dan Tidak Bekerja, mengemukakan hasil
penelitiannya adalah sebagian besar (70%) lansia yang tidak bekerja jarang terjadi
keluhan setelah bangun tidur dan sebanyak 50% lansia yang bekerja merasa segar
setelah bangun tidur pagi, sebanyak 50% lansia bekerja dan tidak bekerja
kadang-kadang mengalami mata sepet walaupun sudah tidur, sebanyak 50% lansia bekerja
kadang-kadang mengalami kelopak mata sembab dan menguap sedangkan 60%
lansia yang tidak bekerja tidak pernah mengalami kelopak mata sembab dan
menguap, sebanyak 40% lansia bekerja dan tidak bekerja kadang-kadang merasa
cepat lelah, lemas dan malas dalam beraktifitas, sebagian besar (70%) lansia
5
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
mengalami gangguan konsentrasi berpikir dan bingung, sebanyak 60% lansia
yang bekerja tidak pernah mengalami gangguan kesulitan tidur/insomia dan
sebanyak 50% lansia yang tidak bekerja sering mengalami gangguan sulit
tidur/insomia, sebanyak 60% lansia yang tidak bekerja dan 50% lansia yang
bekerja kadang-kadang merasa mengantuk walaupun sudah tidur, sebagian besar
(90%) lansia yang bekerja tidur antara 6-8 jam dalam 1 hari dan sebanyak 60%
lansia yang tidak bekerja tidur 5 jam dalam 1 hari.
Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang lansia di Panti
Sosial Tresna Wredha (PSTW) Budi Pertiwi dengan metode wawancara 8
diantaranya mengeluh mengalami gangguan tidur, dikarenakan sulit untuk
memulai tidur serta sering terbangun pada dini hari. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kualitas tidur pada lansia di PSTW Budi Pertiwi Bandung
tentang kualitas tidur yang diukur dengan Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
yang berisi close-ended questions. Keuntungan menggunakan PSQI karena
memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Kualitas Tidur Pada Wanita Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha (PSTW) Budi Pertiwi Bandung”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Jumlah lansia di Indonesia semakin meningkat. Permasalah yang sering
terjadi pada lansia biasanya disebabkan karena proses penuaan, salah satunya
gangguan tidur. Gangguan tidur lansia disebabkan oleh lingkungan yang kurang
tenang, nyeri, gatal-gatal, atau penyakit tertentu yang membuat gelisah depresi
kecemasan dan iritabilitas. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Kualitas Tidur Pada
Wanita Lansia di PSTW Budi Pertiwi Bandung?”
6
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah di atas maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Kualitas tidur pada wanita
lansia di PSTW Budi Pertiwi Bandung.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
masukan untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya Keperawatan
Gerontik.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) dapat digunakan sebagai
sumber informasi untuk mengetahui kualitas tidur pada lansia dipanti
dan dapat mengupayakan usaha-usaha untuk mengatasi gangguan
tidur pada lansia.
b) Bagi Petugas Kesehatan dapat digunakan sebagai sarana untuk
memperbaiki mutu pelayanan kesehatan khususnya meningkatkan
kualitas tidur pada lansia.
c) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi data dasar untuk
melakukan penelitian lanjutan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas tidur pada lansia.
E. Sistematika Penelitian
Adapun sistematika penelitian yang digunakan karya tulis ilmiah ini
adalah sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan, berisi tentang : latar belakang masalah,
Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
penelitian, dan sistematika penelitian
2. BAB II Kajian Pustaka berisi tentang : teori lansia, proses menua,
7
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
3. BAB III Metodologi penelitian berisi tentang : lokasi dan subjek
penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional,
Instrumen penelitian, proses perkembangan instrumen penelitian,
teknik pengumpulan data, dan analisa data.
4. BAB IV Hasil dan Pembahasan yang berisi tentang
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian di lakukan di Panti Sosial Tresna Wedha (PSTW) Budi
Pertiwi Bandung yaitu di Jalan Sancang No.2 Kelurahan Burangrang
Kecamatan Lengkong, Bandung.
2. Subjek Penelitian a. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau
objek yang diteliti (Notoatmojo, 2005 : 79). Populasi merupakan
keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita lanjut usia di PSTW Budi
Pertiwi Bandung yang berjumlah 31 orang.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat,
2008 : 60). Teknik pengambilan yang digunakan pada penelitian ini
adalah teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang
dilakukan tidak berdasarkan strata, kelompok, atau acak, tetapi
berdasarkan pertimbangan atau tujuan tertentu (saryono, 2011).
Sampel diambil dari wanita lanjut usia di PSTW Budi Pertiwi yang
memiliki kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
Kriteria inklusi (mengidentifikasi semua karakteristik populasi lanjut
usia):
1) Usia lebih dari 60 tahun
36
3) Mampu berkomunikasi secara verbal dengan baik
4) Bersedia menjadi responden penelitian
Kriteria ekslusi (menetapkan responden yang menjadi sampel
berdasarkan pertimbangan):
1) Tidak dapat mendengar
2) Mengalami gangguan jiwa
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analisis dengan pendekatan kuantitatif, yaitu metode yang bertujuan
menggambarkan secara sistematis dan faktual tentang fakta-fakta serta hubungan
antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah,
menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik.
Penulis menggunakan metode tersebut, karena penelitian ini ditujukan untuk
menggambarkan dengan jelas bagaimana Gambaran Kualitas Tidur pada Wanita
Lansia di PSTW Budi Pertiwi Bandung
C. Definisi Operasional
Kualitas tidur adalah kepuasan individu terhadap tidur yang meliputi
waktu latensi tidur waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tertidur, lama waktu tidur
yaitu total waktu yang dibutuhkan untuk tidur dalam satu malam, frekuensi
terbangun yaitu banyaknya waktu terbangun yang dialami dalam satu malam,
kepuasan tidur yaitu perasaan cukup atau terpenuhi kebutuhan tidur seseorang
dalam satu malam, rasa lemah atau lelah saat bangun tidur, perasaan tidak segar
saat bangun tidur dipagi hari dari bulan lalu dengan 4 pilihan jawaban yang
bernilai 0 (untuk yang mudah) sampai 3 (untuk yang sulit) yang dapat diukur
37
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik sehingga lebih mudah diolah (Saryono, 2011 : 114). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner, yaitu dengan
Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang berisi close-ended questions. Keuntungan menggunakan PSQI karena memiliki validitas dan reliabilitas yang
tinggi. Namun metode PSQI ini juga memiliki kekurangan yaitu pengisian
kuesioner PSQI dapat memperoleh hasil yang kurang akurat dikarenakan
keterbatasan dan kesulitan klien untuk memahami pertanyaan sehingga perlu
untuk dipandu dalam pengisiannya.
Kuesioner ini terdiri dari 16 pertanyaan dan 7 komponen yang terdiri dari
kualitas tidur secara subyektif, tidur laten, lamanya tidur, efisiensi tidur, gangguan
tidur, pemakaian obat tidur dan disfungsi siang hari dalam kehidupan sehari-hari
dari bulan lalu dengan validitas 0,840 dari 4 pilihan jawaban yang bernilai 0
(untuk tidak pernah/baik sekali), 1 (untuk kurang dari sekali dalam
seminggu/baik), 2 (kurang dari dua kali dalam seminggu/buruk sampai 3 (untuk
tiga kali atau lebih dalam seminggu/buruk sekali). Hasil kuesioner tersebut dapat
di interpretasikan menjadi 4 pilihan yaitu tidak ada gangguan tidur (nilai atau skor
0), gangguan tidur ringan (nilai atau skor 1 – 7), gangguan tidur sedang (nilai atau
skor 8 – 13) dan gangguan tidur berat (nilai atau skor 15 – 21).
E. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji validitas
Uji Validitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana butir
pernyataan yang diberikan dapat mengukur variabel percaya diri.
Ditegaskan oleh Sugiyono (2010 : 173) “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid”.
Nilai validitas diperoleh dengan cara mengkorelasikan skor item
dengan total item. Jika koefisien korelasinya sama atau diatas 0,3 maka
38
item tersebut dinyatakan tidak valid. Langkah - langkah dalam mengolah
data untuk menentukan validitas instrument adalah mengkorelasikan skor
jawaban per-item dengan skor total dengan rumus:
rxy =
X XY− X Y
N X2− X2 N Y2− Y2
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
N = Jumlah responden
X = Variabel yang pertama
Y = Variabel yang kedua
Ketentuan yang berlaku adalah apabila kedua kelompok tersebut
diatas 0,30 maka dianggap instrumen memiliki validitas konstruksi baik.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan PSQI yang
terdiri dari 16 pertanyaan dan 7 komponen dengan dengan tingkat kemaknaan α≤0,05. Alat ukur yang digunakan ini sudah dibakukan, bersifat tetap, dapat dipertanggungjawabkan serta menggunakan uji
Spearman-rank (rho) Corellation. Uji ini digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilatas secara sederhana diartikan sebagai tingkat keajegan
sampel penelitian menjawab pernyataan-pernyataan tersebut. Secara
internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisa konsistensi
butir - butir yang ada pada instrument dengan teknik belah dua dari
spearman Brow (split half) (sugiyono, 2010 : 185). Reliabilitas dapat diukur dengan rumus:
39
Keterangan :
r11 = Koefesien relianilitas internal seluruh item.
rb = Korelasi product moment antara belahan.
Pada penelitian ini tidak dilakukan uji reliabilitas, karena skala yang
digunakan sudah dibakukan.
F. Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan pada
penelitian ini yaitu dengan cara sebagai berikut :
a. Peneliti mengumpulkan lansia di PSTW Budi Pertiwi
b. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian ini
c. setelah lansia bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
dilanjutkan dengan mengisi dan menandatangani lembar persetujuan
bersedia menjadi responden (informed consent)
d. Peneliti menjelaskan tata cara mengisi lembar soal
e. Responden diminta untuk mengisi lembar soal yang telah disediakan
dengan cara memberikan tanda silang (X) pada bentuk soal
pertanyaan, atau tanda cheklist (√) pada bentuk soal pertanyaan
dengan menggunakan balpoint berwarna apa saja pada bagian lembar
soal, kemudian diperoleh nilai atau skor yang menunjukan tanggapan
responden tentang sifat dari objek yang disajikan
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
penelitian ini antara lain menggunakan tiga tahapan yaitu :
a. Tahap Persiapan
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dilaksanakan dari
penentuan judul gambaran kualitas tidur pada lansia di PSTW Budi
40
identifikasi masalah, dan rumusan masalah, metodologi penelitian,
menentukan populasi, sampel dan teknik sampling, menentukan
variabel dan definisi operasional, menentukan instrumen penelitian,
menentukan desain penelitian. Langkah-langkah tersebut kemudian
disusun dalam sebuah karya tulis ilimiah.
b. Tahap Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan di PSTW Budi Pertiwi pada tanggal
13 Mei 2013. Pertama-pertama peneliti memberikan penjelasan
terlebih dahulu mengenai tujuan dari penelitian. Bila responden
setuju setelah diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian ini,
responden di minta untuk mengisi dan menandatangani surat
persetujuan menjadi responden.
Kemudian peneliti menjelaskan tentang pengisian kuesioner.
Setelah dijelaskan, lalu responden diminta untuk mengisi kuesioner
dengan memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist (√) pada
bagian dari kontinium yang menggambarkan tanggapan terhadap
objek. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti mendampingi
responden selama proses penelitian berlangsung, kemudian setelah
penelitian berakhir maka diperoleh skor yang menunjukkan
tanggapan responden tentang sifat dari objek yang disajikan. Data
diolah dengan cara tabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel
distribusi, selanjutnya diinterpretasikan dan dianalisis di dalam
pembahasan kemudian dibuat kesimpulan.
c. Tahap Akhir
Tahap akhir dalam prosedur penelitian ini adalah menyusun
hasil laporan, langkah sidang akhir dan penggandaan laporan untuk
41
H. Analisis Data dan Pengolahan Data
1. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa univariat, dimana secara menyeluruh data yang sejenis atau
mendekati digabungkan, yang kemudian dibuat tabel distribusi frekuensi
untuk dipresentasikan. Memindahkan data dari data kuesioner ke dalam
tabel , selanjutnya diadakan presentasi tersebut dengan membagi frekuensi
setiap Jumlah pertanyaan yang di jawab setuju dengan jumlah seluruh
petanyaan kemudian dikalikan 100% atau dengan rumus :
�= a
b× 100%
Keterangan :
P = Prosentase
a = Jumlah responden sesuai dengan tingkat pengetahuan
b = Jumlah seluruh responden
Selanjutnya hasil tabulasi diinterpretasikan dengan menggunakan skala
menurut Koentjaraningrat (dalam Hartini, 2004 : 33):
a. 0 % = tidak ada
b. 1 – 25 % = sebagian kecil
c. 26 – 49 % = hampir setengahnya
d. 50 % = setengahnya
e. 51 – 75 % = sebagian besar
f. 76 – 99 % = pada umumnya
g. 100 % = seluruhnya
2. Pengolahan Data
1. Penyuntingan Data (Data Editing)
Melakukan pemeriksaan data dan melakukan koreksi sehingga
42
dilakukan proses pengkodean didalam komputer, dalam hal ini adalah
lembar kuesionner pada lansia di PSTW Budi Pertiwi Bandung.
2. Pengkodean Data (Data Coding)
Mengklasifikasikan data dan merubah data dengan
memberikan kode berupa angka terhadap data yang diperoleh dari
hasil observasi dan hasil pengukuran sesuai dengan definisi
operasional.
3. Tabulasi Data (Data Tabulating)
Melakukan penstrukturan data yang dikembangkan sesuai
dengan jenis analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat yang
disesuaikan dengan jenis program yang digunakan SPSS 20. Hasil
observasi dan hasil pengukuran dikategorikan sesuai dengan analisis
yang akan dilakukan dalam hal ini dikategorikan menjadi analisis
univariat yang merupakan interpretasi data secara tabel distribusi
frekuensi.
Hasil dari pengolahan di atas kemudian diolah secara tabulasi
dan perhitungan prosentase dengan rumus sebagai berikut :
�= a
b× 100%
Keterangan :
P = Prosentase
a = Jumlah jawaban benar
b = Jumlah seluruh item pertanyaan
Selanjutnya hasil tabulasi diinterpretasikan dengan menggunakan
skala:
a. 0 = tidak ada gangguan tidur
b. 1 - 7 = gangguan tidur ringan
c. 8 - 14 = gangguan tidur sedang
43
4. Pembersihan Data (Data Cleaning)
Merupakan proses pembersihan data yang telah dimasukan
kedalam komputer terhadap data – data yang tidak logis yang akan
mengganggu proses analisis. Hasil lembar observasi dan hasil
pengukuran sebelum di lakukan analisis data di periksa kembali
tiap item-item dengan melakukan koreksi kesalahan yang pada saat
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan BAB sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar (72,7%) wanita lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Pertiwi Bandung memiliki kualitas tidur
dengan gangguan tidur sedang, dan hampir setengahnya (27,3%) memiliki
kualitas tidur dengan gangguan tidur ringan.
B. Saran
1. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) untuk dapat mengadakan terapi
kelompok, misalnya lansia yang kualitas tidurnya baik, diminta bercerita
mengenai kebiasaan tidurnya, sehingga dapat memberikan contoh bagi
lansia lainnya.
2. Bagi petugas kesehatan untuk dapat melakukan Pendidikan Kesehatan
(penkes) dengan tujuan meningkatkan kualitas tidur lansia.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian lanjutan
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, W. H. (2006). Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Setiabudi, Tony. & Hardywinoto. (2005). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari
B Berbagai Aspek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Rafknowledge. (2004). Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: PT. Elex
M Media Komputindo.
Pudjiastuti, S. & Utomo, B. (2003). Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC
Maryam, S. et al. (2008). Mengenal Lanjut Usia dan Perawatannya. Jakarta:
S Salemba Medika
Wicaksono, W. (2011). Analisis Faktor Dominan yang Berhubungan dengan u
a Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan. [online]. Tersedia: j Journal.unair.ac.id/filesPDF.jurnal.rtf [22 Mei 2013]
Hutapea, A.M. (2005). Keajaiban Dalam Tubuh Manusia. Jakarta: Gramedia aaaa
P Pustaka Utama
Demartoto, Argyo. (2007). Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia. Surkarta:
LPP UNS & UNS Press
Notoatmodjo. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Kasjono, H. S. & Yasril (2009). Analisis Multivariat Untuk Penelitian Kesehatan.
Jogjakarta: Mitra Cendekia Press
Aziz Aimul, Hidayat. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
57
Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:
Alfabeta.
Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan.. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press.
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. (Edisi Pertama). Jakarta: Graha Ilmu
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. Alih bahasa, Renata Komalasari. Ed-4. Jakarta. EGC
Farida, U. (2006). Identifikasi Kualitas dan Kuantitas Tidur Pada Lansia yang
Bekerja dan Tidak Bekerja. [online]. Tersedia: digilib.umm.ac.id/.../jiptummpp-gdl-s1-2007-umifarid. [11 Mei 2013]
Stanley, M. & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta:
EGC.
Johanna, Christa & Jachens. (2004). Sleep Disturbances & Healthy Sleep. The
Association of Waldorf Schools of North America. [online]. Tersedia: http://www.waldorflibrary.org/waldorf%20journals%20project/SleepDist
urbances.pdf. [11 Mei 2013]
Uliyah, M. & Hidayat, A.A. (2006). Keterampilan Dasar Praktik Klinik