• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA WANITA LANJUT USIA (LANSIA) DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA (PSTW) BUDI PERTIWI BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA WANITA LANJUT USIA (LANSIA) DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA (PSTW) BUDI PERTIWI BANDUNG."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA WANITA LANJUT USIA (LANSIA) DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA (PSTW)

BUDI PERTIWI BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan di Program Studi D-III Keperawatan

Oleh

Reni Ratna Nurul Fauziah 1008906

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA WANITA LANJUT USIA

(LANSIA) DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA (PSTW) BUDI PERTIWI BANDUNG

Oleh

Reni Ratna Nurul Fauziah

Sebuah Karya Tulis Ilmiah yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Fakultas Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan

© Reni Ratna Nurul Fauziah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

ABSTRAK

Jumlah lansia di Indonesia semakin meningkat. Masalah pada lansia sebenarnya merupakan mekanisme evolusi kehidupan alam, dimana akan terjadi regenerasi kehidupan, salah satunya yaitu gangguan kualitas tidur. Gangguan tidur lansia disebabkan oleh lingkungan yang kurang tenang, nyeri, gatal-gatal, atau penyakit tertentu yang membuat gelisah, kecemasan dan iritabilitas. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kualitas tidur pada wanita lansia di Panti Sosial Tresna Wredha (PSTW) Budi Pertiwi Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pengolahan data distribusi frekuensi. Subjek penelitian sebanyak 31 wanita lansia berusia >60 tahun dengan teknik total sampling, menggunakan alat ukur Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI) berupa kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (72,7%) wanita lansia di Panti Sosial Tresna Wredha (PSTW) Budi Pertiwi Bandung memiliki kualitas tidur dengan gangguan tidur sedang, dan hampir setengahnya (27,3%) memiliki kualitas tidur dengan gangguan tidur ringan. Adapun saran bagi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Pertiwi untuk dapat mengadakan terapi kelompok bagi para lansianya, bagi petugas kesehatan untuk dapat melakukan pendidikan kesehatan (penkes) tentang upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas tidur, dan bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia.

(5)

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7

A. Lanjut Usia ... 7

1. Definisi Lanjut Usia ... 7

2. Klasifikasi Lansia ... 8

3. Tipe Lansia ... 9

4. Tugas Perkembangan Lansia ... 9

B. Proses Menua ... 12

1. Pengertian Proses Menua ... 12

2. Teori-teori Proses Menua ... 12

3. Perubahan yang Terjadi Pada Lansia ... 14

C. Konsep Tidur ... 23

1. Definisi Tidur ... 23

2. Fisiologi Tidur... 23

3. Fungsi Tidur ... 25

4. Tahapan Tidur ... 25

5. Siklus Tidur... 26

6. Mekanisme Tidur ... 27

7. Kualitas Tidur ... 29

8. Gangguan Tidur ... 31

9. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur ... 32

D. Kerangka Pemikiran ... 34

BAB III Metodelogi Penelitian ... 35

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35

1. Lokasi Penelitian ... 35

2. Subjek Penelitian ... 35

(6)

vi

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

C. Definisi Operasional ... 37

D. Instrumen Penelitian ... 37

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 38

1. Uji Validitas ... 38

2. Uji Reliabilitas ... 39

F. Tehnik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian ... 40

1. Teknik Pengumpulan Data ... 40

2. Prosedur Penelitian ... 40

G. Analisa Data dan Pengolahan Data... 41

1. Analisa Data ... 41

2. Pengolahan Data... 41

BAB IV Hasil Penelitian ... 44

A.Profil Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Pertiwi .. 44

1. Sejarah Panti Budi Pertiwi ... 44

2. Visi dan Misi Budi Pertiwi ... 45

3. Kegiatan yang Dilakukan di Budi Pertiwi ... 45

B.Hasil Penelitian ... 46

C.Pembahasan Data ... 50

BAB IV Kesimpulan dan Saran ... 55

A.Kesimpulan ... 55

B.Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(7)

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah lansia berdasarkan karakteristik kelompok usia... 46

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi kualitas tidur subjektif... 46

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi tidur laten... 47

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi lama tidur... 47

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi efisiensi tidur... 47

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi gangguan tidur... 48

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi pemakaian obat tidur... 49

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi disfungsi siang hari... 49

(8)

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013 DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahap-tahap Siklus Tidur... 27

(9)

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013 DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Data dan Distribusi Skor... 58

LAMPIRAN II : Kuesioner PSQI... 59

LAMPIRAN III : Surat Perizinan... 60

(10)

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya

pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan, promosi kesehatan,

pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan meningkatnya

umur harapan hidup manusia (life expectancy). Akibatnya jumlah orang lanjut

usia (lansia) semakin bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat dengan

cepat. Peningkatan jumlah penduduk lansia akan membawa dampak terhadap

berbagai aspek kehidupan, baik bagi individu lansia itu sendiri, keluarga,

masyarakat maupun pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari

peningkatan jumlah penduduk lansia adalah peningkatan rasio ketergantungan

usia lanjut (old age ratio dependency). Ketergantungan lansia disebabkan

kemunduran fisik, psikis dan sosial lansia yang dapat digambarkan melalui empat

tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional

limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran akibat proses menua (aging

process) (Azizah, 2011 : 2).

Dunia sedang mengalami revolusi demografik dengan meningkatnya

jumlah penduduk berusia lanjut. Usia lanjut adalah usia 60 tahun keatas yang

terdiri dari usia lanjut (elderly) dari 60-74 tahun, usia tua (old) dari 75-90

tahun, dan usia sangat lanjut (very old) di atas 90 tahun (WHO, 2009). Data Biro

Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan

warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2020, yaitu sebesar 414%.

Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lansia

(aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun

keatas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar kurang

lebih 19 juta dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 sebesar 23,9

(11)

2

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun

(Tamher & Noorkasiani, 2009 : 15).

Maryam, Ekasari, Jubaedi & Rosidawati (2008 : 10) mengemukakan bahwa

dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia

harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini,

maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlu diberi

kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk lansia

yang karena kondisi fisik dan atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk

berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari

pemerintah dan masyarakat.

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para

prefesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat

untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia.

Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, dan lain-lainnya telah dikerjakan

pada berbagai tingkatan, yaitu di tingkat individu lansia, kelompok lansia,

keluarga, Panti Sosial Tresna Wredha (PSTW), Sarana Tresna Wredha (STW),

Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (Primer), Sarana Pelayanan Kesehatan

Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat

Lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia

(Maryam et al., 2009 : 10)

Masalah yang sering terjadi pada lansia sangat beragam. Seiring dengan

bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan fungsi tubuh pada lansia, baik

fisik, fisiologis maupun psikologis dan fungsi-fungsi kehidupan lainnya

(Nugroho, 2006 : 61). Masalah pada lansia sebenarnya merupakan mekanisme

evolusi kehidupan alam, dimana akan terjadi regenerasi kehidupan, salah satunya

yaitu gangguan kualitas tidur. Adapun pengertian kualitas tidur adalah kepuasan

seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan

perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di

sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, sakit kepala

(12)

3

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah berbeda-beda, tergantung

pada kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa,

aktivitas pekerjaan, usia, kondisi kesehatan dan lain sebagainya. Kebutuhan tidur

pada dewasa 6-9 jam untuk menjaga kesehatan, usia lanjut 5-8 jam untuk menjaga

kondisi fisik karena usia yang semakin senja mengakibatkan sebagian anggota

tubuh tidak dapat berfungsi optimal, maka untuk mencegah adanya penurunan

kesehatan dibutuhkan energi yang cukup dengan pola tidur yang sesuai

(Wicaksono, 2012).

Potter & Perry (2005) menjelaskan bahwa waktu tidur yang kurang dari

kebutuhan dapat mempengaruhi sintesis protein yang berperan dalam

memperbaiki sel–sel yang rusak menjadi menurun. Tidur malam yang

berlangsung dengan rata-rata 7 jam, terdiri dari 2 macam kondisi yaitu Rapid Eye

Movement (REM) dan Non Rapid Eye Movement (NREM) yang bergantian selama 4–6 kali. Seseorang yang kurang cukup menjalani tidur jenis Rapid Eye

Movement (REM) maka esok harinya akan menunjukkan kecenderungan untuk hiperaktif, kurang dapat mengendalikan diri dan emosinya, nafsu makan

bertambah. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) yang kurang cukup, akan

mengakibatkan esok harinya keadaan fisik menjadi kurang gesit.

Pada umumnya, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan

dengan tidur dan gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih tinggi

dibanding dewasa muda. Hardywinoto & Setiabudi (2005) mengemukakan bahwa

disamping perubahan sistem regulasi dan fisiologis, penyebab gangguan tidur

primer pada lansia adalah insomnia. Insomnia merupakan gangguan tidur yang

paling sering ditemukan. Di Amerika Serikat, setiap tahun diperkirakan sekitar

20% - 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17%

mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia

cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan

kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter.

Pada kelompok lansia (60 tahun) hanya dijumpai 7% kasus yang mengeluh

(13)

4

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

jumpai pada 22% kasus pada kelompok usia 70 tahun. Demikian pula, kelompok

lansia lebih banyak mengeluh terbangun lebih awal dari pukul 05.00 pagi. Selain

itu, terdapat 30% kelompok usia 70 tahun yang banyak terbangun diwaktu malam

hari. Angka ini ternyata 7 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia 20

tahun.

Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia,

yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. Tidurnya tidak nyenyak dan mudah

terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun

dini hari, lesu setelah bangun dipagi hari (Green, 2009 : 23). Gangguan tidur pada

orang dewasa yang lebih tua biasanya disebabkan oleh rasa sakit atau

ketidaknyamanan akibat dari penyakit seperti arthritis, penyakit paru,

gastrointestinal dan diabetes. Tetapi dapat juga hasil dari depresi dan kesepian,

efek dari obat-obatan seperti antikolinergik dan antidepresan, gangguan tidur yang

paling utama (sleep apnea, sindrom kaki gelisah dan maju fase tidur sindrom),

dan kebiasaan tidur yang buruk seperti minum kopi atau minuman beralkohol

sebelum tidur. Selain itu gangguan mental lain, kondisi medis umum, faktor sosial

dan lingkungan. Gangguan tersering pada lansia adalah gangguan rapid eye

movement (REM). Hal yang menyebabkan gangguan tidur juga termasuk adanya gejala nyeri, nokturia, sesak napas dan nyeri perut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Farida (2006) tentang Kualitas dan

Kuantitas Tidur Lansia yang Bekerja dan Tidak Bekerja, mengemukakan hasil

penelitiannya adalah sebagian besar (70%) lansia yang tidak bekerja jarang terjadi

keluhan setelah bangun tidur dan sebanyak 50% lansia yang bekerja merasa segar

setelah bangun tidur pagi, sebanyak 50% lansia bekerja dan tidak bekerja

kadang-kadang mengalami mata sepet walaupun sudah tidur, sebanyak 50% lansia bekerja

kadang-kadang mengalami kelopak mata sembab dan menguap sedangkan 60%

lansia yang tidak bekerja tidak pernah mengalami kelopak mata sembab dan

menguap, sebanyak 40% lansia bekerja dan tidak bekerja kadang-kadang merasa

cepat lelah, lemas dan malas dalam beraktifitas, sebagian besar (70%) lansia

(14)

5

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

mengalami gangguan konsentrasi berpikir dan bingung, sebanyak 60% lansia

yang bekerja tidak pernah mengalami gangguan kesulitan tidur/insomia dan

sebanyak 50% lansia yang tidak bekerja sering mengalami gangguan sulit

tidur/insomia, sebanyak 60% lansia yang tidak bekerja dan 50% lansia yang

bekerja kadang-kadang merasa mengantuk walaupun sudah tidur, sebagian besar

(90%) lansia yang bekerja tidur antara 6-8 jam dalam 1 hari dan sebanyak 60%

lansia yang tidak bekerja tidur 5 jam dalam 1 hari.

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang lansia di Panti

Sosial Tresna Wredha (PSTW) Budi Pertiwi dengan metode wawancara 8

diantaranya mengeluh mengalami gangguan tidur, dikarenakan sulit untuk

memulai tidur serta sering terbangun pada dini hari. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan kualitas tidur pada lansia di PSTW Budi Pertiwi Bandung

tentang kualitas tidur yang diukur dengan Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

yang berisi close-ended questions. Keuntungan menggunakan PSQI karena

memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Kualitas Tidur Pada Wanita Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha (PSTW) Budi Pertiwi Bandung”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Jumlah lansia di Indonesia semakin meningkat. Permasalah yang sering

terjadi pada lansia biasanya disebabkan karena proses penuaan, salah satunya

gangguan tidur. Gangguan tidur lansia disebabkan oleh lingkungan yang kurang

tenang, nyeri, gatal-gatal, atau penyakit tertentu yang membuat gelisah depresi

kecemasan dan iritabilitas. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Kualitas Tidur Pada

Wanita Lansia di PSTW Budi Pertiwi Bandung?”

(15)

6

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah di atas maka

tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Kualitas tidur pada wanita

lansia di PSTW Budi Pertiwi Bandung.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan

masukan untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya Keperawatan

Gerontik.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) dapat digunakan sebagai

sumber informasi untuk mengetahui kualitas tidur pada lansia dipanti

dan dapat mengupayakan usaha-usaha untuk mengatasi gangguan

tidur pada lansia.

b) Bagi Petugas Kesehatan dapat digunakan sebagai sarana untuk

memperbaiki mutu pelayanan kesehatan khususnya meningkatkan

kualitas tidur pada lansia.

c) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi data dasar untuk

melakukan penelitian lanjutan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas tidur pada lansia.

E. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika penelitian yang digunakan karya tulis ilmiah ini

adalah sebagai berikut :

1. BAB I Pendahuluan, berisi tentang : latar belakang masalah,

Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

penelitian, dan sistematika penelitian

2. BAB II Kajian Pustaka berisi tentang : teori lansia, proses menua,

(16)

7

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

3. BAB III Metodologi penelitian berisi tentang : lokasi dan subjek

penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional,

Instrumen penelitian, proses perkembangan instrumen penelitian,

teknik pengumpulan data, dan analisa data.

4. BAB IV Hasil dan Pembahasan yang berisi tentang

(17)

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian di lakukan di Panti Sosial Tresna Wedha (PSTW) Budi

Pertiwi Bandung yaitu di Jalan Sancang No.2 Kelurahan Burangrang

Kecamatan Lengkong, Bandung.

2. Subjek Penelitian a. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau

objek yang diteliti (Notoatmojo, 2005 : 79). Populasi merupakan

keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita lanjut usia di PSTW Budi

Pertiwi Bandung yang berjumlah 31 orang.

b. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat,

2008 : 60). Teknik pengambilan yang digunakan pada penelitian ini

adalah teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang

dilakukan tidak berdasarkan strata, kelompok, atau acak, tetapi

berdasarkan pertimbangan atau tujuan tertentu (saryono, 2011).

Sampel diambil dari wanita lanjut usia di PSTW Budi Pertiwi yang

memiliki kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

Kriteria inklusi (mengidentifikasi semua karakteristik populasi lanjut

usia):

1) Usia lebih dari 60 tahun

(18)

36

3) Mampu berkomunikasi secara verbal dengan baik

4) Bersedia menjadi responden penelitian

Kriteria ekslusi (menetapkan responden yang menjadi sampel

berdasarkan pertimbangan):

1) Tidak dapat mendengar

2) Mengalami gangguan jiwa

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analisis dengan pendekatan kuantitatif, yaitu metode yang bertujuan

menggambarkan secara sistematis dan faktual tentang fakta-fakta serta hubungan

antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah,

menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik.

Penulis menggunakan metode tersebut, karena penelitian ini ditujukan untuk

menggambarkan dengan jelas bagaimana Gambaran Kualitas Tidur pada Wanita

Lansia di PSTW Budi Pertiwi Bandung

C. Definisi Operasional

Kualitas tidur adalah kepuasan individu terhadap tidur yang meliputi

waktu latensi tidur waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tertidur, lama waktu tidur

yaitu total waktu yang dibutuhkan untuk tidur dalam satu malam, frekuensi

terbangun yaitu banyaknya waktu terbangun yang dialami dalam satu malam,

kepuasan tidur yaitu perasaan cukup atau terpenuhi kebutuhan tidur seseorang

dalam satu malam, rasa lemah atau lelah saat bangun tidur, perasaan tidak segar

saat bangun tidur dipagi hari dari bulan lalu dengan 4 pilihan jawaban yang

bernilai 0 (untuk yang mudah) sampai 3 (untuk yang sulit) yang dapat diukur

(19)

37

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik sehingga lebih mudah diolah (Saryono, 2011 : 114). Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner, yaitu dengan

Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang berisi close-ended questions. Keuntungan menggunakan PSQI karena memiliki validitas dan reliabilitas yang

tinggi. Namun metode PSQI ini juga memiliki kekurangan yaitu pengisian

kuesioner PSQI dapat memperoleh hasil yang kurang akurat dikarenakan

keterbatasan dan kesulitan klien untuk memahami pertanyaan sehingga perlu

untuk dipandu dalam pengisiannya.

Kuesioner ini terdiri dari 16 pertanyaan dan 7 komponen yang terdiri dari

kualitas tidur secara subyektif, tidur laten, lamanya tidur, efisiensi tidur, gangguan

tidur, pemakaian obat tidur dan disfungsi siang hari dalam kehidupan sehari-hari

dari bulan lalu dengan validitas 0,840 dari 4 pilihan jawaban yang bernilai 0

(untuk tidak pernah/baik sekali), 1 (untuk kurang dari sekali dalam

seminggu/baik), 2 (kurang dari dua kali dalam seminggu/buruk sampai 3 (untuk

tiga kali atau lebih dalam seminggu/buruk sekali). Hasil kuesioner tersebut dapat

di interpretasikan menjadi 4 pilihan yaitu tidak ada gangguan tidur (nilai atau skor

0), gangguan tidur ringan (nilai atau skor 1 – 7), gangguan tidur sedang (nilai atau

skor 8 – 13) dan gangguan tidur berat (nilai atau skor 15 – 21).

E. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji validitas

Uji Validitas dilakukan untuk mengukur sejauh mana butir

pernyataan yang diberikan dapat mengukur variabel percaya diri.

Ditegaskan oleh Sugiyono (2010 : 173) “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid”.

Nilai validitas diperoleh dengan cara mengkorelasikan skor item

dengan total item. Jika koefisien korelasinya sama atau diatas 0,3 maka

(20)

38

item tersebut dinyatakan tidak valid. Langkah - langkah dalam mengolah

data untuk menentukan validitas instrument adalah mengkorelasikan skor

jawaban per-item dengan skor total dengan rumus:

rxy =

X XY− X Y

N X2X2 N Y2Y2

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi

N = Jumlah responden

X = Variabel yang pertama

Y = Variabel yang kedua

Ketentuan yang berlaku adalah apabila kedua kelompok tersebut

diatas 0,30 maka dianggap instrumen memiliki validitas konstruksi baik.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan PSQI yang

terdiri dari 16 pertanyaan dan 7 komponen dengan dengan tingkat kemaknaan α≤0,05. Alat ukur yang digunakan ini sudah dibakukan, bersifat tetap, dapat dipertanggungjawabkan serta menggunakan uji

Spearman-rank (rho) Corellation. Uji ini digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilatas secara sederhana diartikan sebagai tingkat keajegan

sampel penelitian menjawab pernyataan-pernyataan tersebut. Secara

internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisa konsistensi

butir - butir yang ada pada instrument dengan teknik belah dua dari

spearman Brow (split half) (sugiyono, 2010 : 185). Reliabilitas dapat diukur dengan rumus:

(21)

39

Keterangan :

r11 = Koefesien relianilitas internal seluruh item.

rb = Korelasi product moment antara belahan.

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji reliabilitas, karena skala yang

digunakan sudah dibakukan.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan pada

penelitian ini yaitu dengan cara sebagai berikut :

a. Peneliti mengumpulkan lansia di PSTW Budi Pertiwi

b. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian ini

c. setelah lansia bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

dilanjutkan dengan mengisi dan menandatangani lembar persetujuan

bersedia menjadi responden (informed consent)

d. Peneliti menjelaskan tata cara mengisi lembar soal

e. Responden diminta untuk mengisi lembar soal yang telah disediakan

dengan cara memberikan tanda silang (X) pada bentuk soal

pertanyaan, atau tanda cheklist (√) pada bentuk soal pertanyaan

dengan menggunakan balpoint berwarna apa saja pada bagian lembar

soal, kemudian diperoleh nilai atau skor yang menunjukan tanggapan

responden tentang sifat dari objek yang disajikan

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam

penelitian ini antara lain menggunakan tiga tahapan yaitu :

a. Tahap Persiapan

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dilaksanakan dari

penentuan judul gambaran kualitas tidur pada lansia di PSTW Budi

(22)

40

identifikasi masalah, dan rumusan masalah, metodologi penelitian,

menentukan populasi, sampel dan teknik sampling, menentukan

variabel dan definisi operasional, menentukan instrumen penelitian,

menentukan desain penelitian. Langkah-langkah tersebut kemudian

disusun dalam sebuah karya tulis ilimiah.

b. Tahap Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di PSTW Budi Pertiwi pada tanggal

13 Mei 2013. Pertama-pertama peneliti memberikan penjelasan

terlebih dahulu mengenai tujuan dari penelitian. Bila responden

setuju setelah diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian ini,

responden di minta untuk mengisi dan menandatangani surat

persetujuan menjadi responden.

Kemudian peneliti menjelaskan tentang pengisian kuesioner.

Setelah dijelaskan, lalu responden diminta untuk mengisi kuesioner

dengan memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist (√) pada

bagian dari kontinium yang menggambarkan tanggapan terhadap

objek. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti mendampingi

responden selama proses penelitian berlangsung, kemudian setelah

penelitian berakhir maka diperoleh skor yang menunjukkan

tanggapan responden tentang sifat dari objek yang disajikan. Data

diolah dengan cara tabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel

distribusi, selanjutnya diinterpretasikan dan dianalisis di dalam

pembahasan kemudian dibuat kesimpulan.

c. Tahap Akhir

Tahap akhir dalam prosedur penelitian ini adalah menyusun

hasil laporan, langkah sidang akhir dan penggandaan laporan untuk

(23)

41

H. Analisis Data dan Pengolahan Data

1. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisa univariat, dimana secara menyeluruh data yang sejenis atau

mendekati digabungkan, yang kemudian dibuat tabel distribusi frekuensi

untuk dipresentasikan. Memindahkan data dari data kuesioner ke dalam

tabel , selanjutnya diadakan presentasi tersebut dengan membagi frekuensi

setiap Jumlah pertanyaan yang di jawab setuju dengan jumlah seluruh

petanyaan kemudian dikalikan 100% atau dengan rumus :

�= a

b× 100%

Keterangan :

P = Prosentase

a = Jumlah responden sesuai dengan tingkat pengetahuan

b = Jumlah seluruh responden

Selanjutnya hasil tabulasi diinterpretasikan dengan menggunakan skala

menurut Koentjaraningrat (dalam Hartini, 2004 : 33):

a. 0 % = tidak ada

b. 1 – 25 % = sebagian kecil

c. 26 – 49 % = hampir setengahnya

d. 50 % = setengahnya

e. 51 – 75 % = sebagian besar

f. 76 – 99 % = pada umumnya

g. 100 % = seluruhnya

2. Pengolahan Data

1. Penyuntingan Data (Data Editing)

Melakukan pemeriksaan data dan melakukan koreksi sehingga

(24)

42

dilakukan proses pengkodean didalam komputer, dalam hal ini adalah

lembar kuesionner pada lansia di PSTW Budi Pertiwi Bandung.

2. Pengkodean Data (Data Coding)

Mengklasifikasikan data dan merubah data dengan

memberikan kode berupa angka terhadap data yang diperoleh dari

hasil observasi dan hasil pengukuran sesuai dengan definisi

operasional.

3. Tabulasi Data (Data Tabulating)

Melakukan penstrukturan data yang dikembangkan sesuai

dengan jenis analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat yang

disesuaikan dengan jenis program yang digunakan SPSS 20. Hasil

observasi dan hasil pengukuran dikategorikan sesuai dengan analisis

yang akan dilakukan dalam hal ini dikategorikan menjadi analisis

univariat yang merupakan interpretasi data secara tabel distribusi

frekuensi.

Hasil dari pengolahan di atas kemudian diolah secara tabulasi

dan perhitungan prosentase dengan rumus sebagai berikut :

�= a

b× 100%

Keterangan :

P = Prosentase

a = Jumlah jawaban benar

b = Jumlah seluruh item pertanyaan

Selanjutnya hasil tabulasi diinterpretasikan dengan menggunakan

skala:

a. 0 = tidak ada gangguan tidur

b. 1 - 7 = gangguan tidur ringan

c. 8 - 14 = gangguan tidur sedang

(25)

43

4. Pembersihan Data (Data Cleaning)

Merupakan proses pembersihan data yang telah dimasukan

kedalam komputer terhadap data – data yang tidak logis yang akan

mengganggu proses analisis. Hasil lembar observasi dan hasil

pengukuran sebelum di lakukan analisis data di periksa kembali

tiap item-item dengan melakukan koreksi kesalahan yang pada saat

(26)

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan BAB sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar (72,7%) wanita lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Pertiwi Bandung memiliki kualitas tidur

dengan gangguan tidur sedang, dan hampir setengahnya (27,3%) memiliki

kualitas tidur dengan gangguan tidur ringan.

B. Saran

1. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) untuk dapat mengadakan terapi

kelompok, misalnya lansia yang kualitas tidurnya baik, diminta bercerita

mengenai kebiasaan tidurnya, sehingga dapat memberikan contoh bagi

lansia lainnya.

2. Bagi petugas kesehatan untuk dapat melakukan Pendidikan Kesehatan

(penkes) dengan tujuan meningkatkan kualitas tidur lansia.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian lanjutan

(27)

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, W. H. (2006). Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Setiabudi, Tony. & Hardywinoto. (2005). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari

B Berbagai Aspek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Rafknowledge. (2004). Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: PT. Elex

M Media Komputindo.

Pudjiastuti, S. & Utomo, B. (2003). Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC

Maryam, S. et al. (2008). Mengenal Lanjut Usia dan Perawatannya. Jakarta:

S Salemba Medika

Wicaksono, W. (2011). Analisis Faktor Dominan yang Berhubungan dengan u

a Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan. [online]. Tersedia: j Journal.unair.ac.id/filesPDF.jurnal.rtf [22 Mei 2013]

Hutapea, A.M. (2005). Keajaiban Dalam Tubuh Manusia. Jakarta: Gramedia aaaa

P Pustaka Utama

Demartoto, Argyo. (2007). Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia. Surkarta:

LPP UNS & UNS Press

Notoatmodjo. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Kasjono, H. S. & Yasril (2009). Analisis Multivariat Untuk Penelitian Kesehatan.

Jogjakarta: Mitra Cendekia Press

Aziz Aimul, Hidayat. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik

(28)

57

Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:

Alfabeta.

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan.. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Press.

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. (Edisi Pertama). Jakarta: Graha Ilmu

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses, dan Praktik. Alih bahasa, Renata Komalasari. Ed-4. Jakarta. EGC

Farida, U. (2006). Identifikasi Kualitas dan Kuantitas Tidur Pada Lansia yang

Bekerja dan Tidak Bekerja. [online]. Tersedia: digilib.umm.ac.id/.../jiptummpp-gdl-s1-2007-umifarid. [11 Mei 2013]

Stanley, M. & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta:

EGC.

Johanna, Christa & Jachens. (2004). Sleep Disturbances & Healthy Sleep. The

Association of Waldorf Schools of North America. [online]. Tersedia: http://www.waldorflibrary.org/waldorf%20journals%20project/SleepDist

urbances.pdf. [11 Mei 2013]

Uliyah, M. & Hidayat, A.A. (2006). Keterampilan Dasar Praktik Klinik

Gambar

Tabel 4.1  Jumlah lansia berdasarkan karakteristik kelompok usia...........         46
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran..............................................
Gambaran kualitas tidur pada wanita lanjut usia (lansia) di panti sosial tresna wredha (pstw)  Budi pertiwi bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu
Gambaran kualitas tidur pada wanita lanjut usia (lansia) di panti sosial tresna wredha (pstw)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Studi Pendahuluan yang telah peneliti lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan mendapatkan data dari total 208 orang lansia

permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhadap Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung,

Citra Sri Rahayu (2017) “Gambaran Emosi Lanjut Usia dalam persfektif Psikologi Islam (Studi Kasus di Panti Sosial Tresna Werdha Bahakti Pertiwi Manggahang-Kabupaten

4.5.1 Deskripsi Data Psychological Well-Being pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi berdasarkan Rentang Usia

Dengan Demikian Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar

Hasil penelitian yang terdapat pada tabel diatas menunjukkan kemampuan kognitif pada wanita lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Bandung hampir

Senam Pada Usia Lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta terdiri atas responden dengan frekuensi teratur sebanyak 5 lansia (16,7%)

Dengan permasalahan yang ada di atas peneliti tertarik untuk melakukan menelitian tentang Pola Asuh Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Kasih Sayang Ibu Nagari Cubadak