• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA ASUH LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) KASIH SAYANG IBU NAGARI CUBADAK BATUSANGKAR

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "POLA ASUH LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) KASIH SAYANG IBU NAGARI CUBADAK BATUSANGKAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

POLA ASUH LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) KASIH SAYANG IBU NAGARI CUBADAK BATUSANGKAR

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)

Oleh:

RAISYA GAYATRI 11070280

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL

t

Pola

Asuh Lansia di Panti

Sosial Tresna

Werdha

(Psfw)

Kasih

Sayang

Ibu Nagari Cubadak Batusangkar

Nama

: Raisya Gayatri

NPM

:11070280

Program

Studi

: Pendidikan Sosiologi

Institusi

:Sekolah

Tinggi

Keguruan Dan

Ilmu

Pendidikan

(STKIP)

PGRI Sumatera Barat

Padang,

Agustus

2016

Disetujui

oleh,

Pembimbing

t

l-

Rinel Fitlayeni,

MA

Pembimbing 2

q,

Yuhelna,

MA

(3)

Pola Asuh Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Kasih Sayang Ibu Nagari Cubadak Batusangkar

Raisya Gayatri

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Raisya Gayatri (11070280), Pola Asuh Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Kasih Sayang Ibu Nagari Cubadak Batusangkar.

Lansia merupakan seseorang yang sudah mencapai usia 55 tahun keatas, yang memiliki penurunan fungsi fisiologisnya. Di Sumatera Barat terdapat 2 buah Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) atau sering juga disebut oleh masyarakat Panti jompo. Lansia yang seharusnya tinggal bersama keluarga dan menghabiskan masa tuanya bersama anak menantu dan cucu, tetapi mereka menghabiskannya di lingkungan orang lain. Lansia harusnya mendapatkan perhatiaan lebih dan kasih sayang yang lebih juga dari tangan-tangan orang tercintanya.

Tetapi perhatian itu sungguh sangatlah jauh dia dapatkan di lingkungan PSTW kasih Sayang Ibu Batusangkar ini. Tujuan peneliti ini adalah mendeskripsikan pola asuh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Kasih Sayang Ibu Nagari Cubadak Batusangkar.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindakan sosial Max Weber. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah informan 12 orang. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi (non participant), wawancara mendalam dan studi dokumen.

Unit analisis data adalah kelompok. Analisis data menggunakan model interaktif yang dianalisis menggunakan teknik Milles dan Huberman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk pola asuh lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Nagari Cubadak Batusangkar adalah: 1) Pola Asuh berdasarkan waktu, lansia yang setiap harinya memiliki kegiatan khsusus. 2) Pola Asuh berdasarkan kebutuhan, lansia di PSTW ini mendapatkan makan 3x sehari dan diberi peralatan MCK sekali sebulan, sedangkan seperti baju harian dan lainnya 1 kali sebulan. 3) Pola Asuh berdasarkan tempat, di PSTW ini terdapat 8 wisma, salah satu diantaranya wisma stroberi yang juga disebut dengan ruang perawatan khusus. Hanya lansia yang butuh perawatan khusus saja yang berada disini, selebihnya berada di wisma yang telah ditentukan bagi lansia wanita ditempatkan juga sesama lansia wanita dan begitu juga sebaliknya. Tidak adanya perbedaan pelayanan lansia yang berada di wisma-wisma tersebut kecuali wisma stroberi.

Kata Kunci: Pola Asuh Lansia, Lansia dan PSTW (Panti Sosial Tresna Werdha)

(4)

Abstract

Raisya Gayatri (11070280), Parenting Elderly in Tresna Elderly Social Institution (PSTW) Kasih Sayang Ibu Nagari Cubadak Batusanggkar.

An elderly person who has reached the age of 55 years and older, who have a decrease in physiological functions. In West Sumatra there are two of Tresna Elderly Social Institution (PSTW) or called by people Nursing homes. Elderly are supposed to stay with his family and spend time with the children-in-law and grandchildren, but they spend it in the environment of others. Elderly should get more close attention and affection that is also from the peoples around them. But these attentions so longer his got in the environment of PSTW kasih sayang ibu Batusangkar. The purpose of this research is to describe the pattern of care of the elderly in Tresna Elderly Social Institution (PSTW) Kasih Sayang Ibu Nagari Cubadak Batusanggkar.

The theory used in this research is the theory of social action from Max Weber. This study used qualitative approach and descriptive. Selection of informants using purposive sampling with 12 informants. The data used is primary and secondary data. Data collected by observation (non-participant), in-depth interviews and document study. The unit is a data analysis group. Analysis of data using an interactive model are analyzed using Milles and Huberman.

The results of this study indicate that the elderly in the form of parenting PSTW kasih sayang ibu Nagari Cubadak Batusanggkar are: 1) Parenting based on time, elderly people who every day have khsusus activities. 2) Parenting based on the needs, the elderly in this PSTW get fed 3 times a day and were given equipment MCK once a month, while as clothes and other daily 1 times a month. 3) Parenting based on place, in PSTW there are 8 homestead, one of them also called homestead strawberries with special treatment room. Only the elderly who need special care who comes here, the rest are in the guesthouse that has been determined for the elderly woman was placed also among elderly women and vice versa. The absence of differences in service to elderly who are in guesthouses unless homestead strawberries.

Keywords: parenting Elderly, Elderly and PSTW (Tresna Elderly Social Institution)

(5)

PENDAHULUAN

Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama (Ramdani, 2001:41) Sedangkan keluarga juga diartikan sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasa adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri (Suhendi dan Wahyu, 2000:12).

Pembicaraan mengenai keluarga akan dibatasi pada keluarga batih. Keluarga batih terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anak-anak yang belum menikah. Lazimnya dikatakan, bahwa keluarga batih merupakan unit pergaulan hidup yang terkecil dalam masyarakat. Sebab, di samping keluarga batih terdapat pula unit-unit pergaulan hidup lainnya, misalnya, keluarga luas (extended family), komunitas (community), dan lain sebagainya (Soekanto, 2009:22).

Seseorang yang dikatakan jompo atau lanjut usia, setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Tampaknya batasan usia lanjut ini tidak mutlak menurut umur atau tidak dapat dinilai secara umum menurut kelompok umur, perlu dinilai secara individu, status kesehatan, status fisik, status physiologis serta psikologis, status ekonomi/gizi, dan lain-lain yang setiap individu berbeda, makanya ada orang yang cepat menua, dan ada yang awet muda atau penundaan penuaan (Misnadiarly, 2008:74). Lanjut usia (lansia) merupakan periode akhir dalam rentang kehidupan manusia. Pada fase ini terjadi perubahan fisik dan menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normal (Ismayadi, 2004:11).

Semakin bertambahnya usia seseorang, maka aktivitas fisik yang dilakukannya semakin menurun.

Hal ini terkait dengan penurunan kemampuan fisik yang terjadi secara alamiah. Pada lansia yang aktivitas fisiknya menurun, asupan energi harus dikurangi untuk mencapai keseimbangan energi dan mencegah terjadinya obesitas, karena salah satu faktor yang menentukan berat badan seseorang adalah keseimbangan antara masukan energi dan keluaran energi. Aktivitas fisik yang memadai diperlukan untuk mengontrol berat badan. Selain memberi keuntungan pada control berat badan, aktivitas fisik juga memberikan keuntungan lain, diantaranya yaitu efek positif terhadap metabolisme energi, memberikan latihan pada jantung, dan menurunkan risiko diabetes mellitus karena aktivitas fisik meningkatkan sensitivitas insulin (Garrow et al., 2000). Penurunan aktivitas fisik pada lansia dapat meningkatkan risiko

penyakit degenerative (Fatmah, 2010:85). Tidak hanya penurunan fisik saja yang di alami lansia, namun fungsi mental juga ikut menurun seperti menurunnya rasa humor, kemampuan mengingat dan kreatifitas. (harlock, 1980:14).

Pengajaran pada lansia, disebut sebagai gerogogi, berbeda dengan pengajaran orang dewasa (andragogi) dan pengajaran anak-anak (pedagogi). Agar pengajaran dapat berlangsung dengan efektif, gerogogi harus mengkomodasi perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial yang normal karena penuan, yang terjadi pada fase pertumbuhan dan perkembagan ini. Sampai saat ini, baru sedikit yang sudah ditulis tentang kebutuhan belajar khusus lansia yang memperhitungkan perubahan-perubahan fisiologis dan psikologis akibat penuaan yang mempengaruhi kemampuan belajar mereka.

Perubahan usia, yang dimulai pada dekade kehidupan kedua, dapat menciptakan halangan terhadap pembelajaran kecuali perawat memahami perubahan itu dan melakukan intervensi pengajaran yang tepat unutk memenuhi kebutuhan lansia (Bastable, 2002:121).

Pada masa ini, lansia membutuhkan perhatian dan dukungan dalam memandang masa depan dan menghabiskan hidup dengan sebaik-baiknya. Secara fisik lansia mengalami proses degeneratif (penurunan fungsi alat-alat tubuh) seperti cepat merasa lelah, berkurangnya fungsi telinga, mata dan mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuh berkurang.

Secara psikologis lansia mudah menjadi lupa, mengalami rasa kesepian, dan kebosanan (Aliyah B.

Purwakania Hasan, 2006 : 114). Diantara banyak lansia yang tinggal di lingkungan masyarakat, namun sebagian ada pula yang harus tinggal dalam institusi yaitu panti. Salah satunya di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW).

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) adalah tempat dimana berkumpulnya orang-orang lanjut usia yang baik secara sukarela ataupun diserahkan keluarganya untuk diurus segala keperluannya.

Tempat ini dikelola oleh pemerintah pusat, dan ini sudah menjadi kewajiban Negara untuk menjaga dan memelihara warga negaranya (Brosur PSTW Kasih Sayang Ibu).

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) merupakan yayasan sosial yang menampung orang lanjut usia yang terlantar atau dititipkan oleh sanak saudara mereka sendiri dan merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengayomi para lansia (orang lanjut usia) yang hidup miskin dan terlantar (Mantra, 2010:24).

PSTW juga terdapat di Nagari Cubadak Batusangkar yaitu PSTW Kasih Sayang Ibu, tepatnya di jalan raya Batusangkar-Padang Panjang km 6.

PSTW kasih sayang ibu merupakan satu lembaga

(6)

usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia yang terlantar yang mau diasramakan. Adapun pelayanan yang diberikan yaitu pemenuhan kebutuhan pokok, baik fisik maupun mental, serta keterampilan agar para lanjut usia bisa hidup secara wajar.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, alasan dari salah satu pihak keluarga mengatakan bahwa mereka menitipkan orangtuanya ke panti jompo adalah karena anak-anak dari lansia tersebut sudah memiliki keluarga baru, sehingga tidak ada yang mengurusnya. Saat ini jumlah lansia penghuni panti sosial ini sebanyak 70 orang. Dalam observasi pada bulan Februari 2016 yang peneliti lakukan terlihat bahwa para lansia disana sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian lebih, karena dengan kedatangan peneliti disana mereka sangat bahagia dan mengajak peneliti untuk berbincang-bincang. Semakin dalam perbincangan dengan lansia, peneliti semakin merasa iba dengar curahan hati mereka yang merasa tak dianggap oleh anaknya dan diantarkan langsung oleh dinas sosial setempat. Sambil duduk mengamati setiap lansia yang beraktifitas, peneliti terfokus pada seorang nenek tua yang berjalan terlonta-lonta sendirian menuju kearah mesjid, nenek ini sangat senang selalu bersalaman dengan peneliti, setelah dia jauh berjalan air mata peneliti berjatuhan melihat adanya orangtua disiasikan anak-anaknya di hari tua yang seharusnya dihabiskan dengan perhatian dan kasih sayang yang penuh cinta bersama anak-anak dan cucunya.

Lansia yang berada dipanti ini rata-rata berasal dari kalangan menengah kebawah dimana itu termasuk dalam prosedur atau kriteria penerimaan panti. Menurut hasil wawancara dengan salah seorang pengasuh dipanti, mereka mengatakan adanya salah satu dari lansia disini yang merupakan pensiunan dari Bank. Lansia itu memiliki harta tetapi hanya dihabiskan begitu saja oleh anak-anaknya sehingga lansia ini menyodorkan diri masuk ke panti sosial ini.

untuk kriteria dalam penerimaan lansia yaitu; lansia dapat mengurus diri sendiri, usia minimal 60 tahun, tidak mempunyai penyakit menular, tidak sakit jiwa, dan bersedia mematuhi peraturan yang ada di dalam panti. Peneliti dalam saat melakukan penelitian juga menemukan adanya lansia yang mengalami sakit stroke mendadak pada saat itu, dan dia langsung dilarikan dengan menggunakan ambulance panti untuk dibawa ke RS. Batusangkar.

Adapun tujuan dari berdirinya PSTW Kasih Sayang Ibu ini diantaranya untuk mencegah keterlambatan lanjut usia yang mengalami masalah sosial seperti kebutuhan hidup dan mengurus diri sendiri, sehingga lanjut usia bisa hidup sebagaimana mestinya, agar terbinanya lanjut usia yang memiliki masalah sosial melalui pemberian pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, kesehatan, sosial,

konsultasi dan rehabilitasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup secara wajar. Rata-rata para lansia yang tinggal di panti ini berusia minimal 60 tahun (Brosur PSTW Kasih Sayang Ibu).

Dapat dilihat dari hasil (wawancara pada tanggal 22 Oktober 2015) dengan salah satu penghuni panti yaitu ibu Mariana (60th) bahwa ibu Mariana sangat mengharapkan di hari tuanya bisa berkumpul bersama dan dirawat oleh keluarganya sendiri. Tetapi pada kenyataannya, di masa tuanya ia menghabiskan sisa hidupnya di panti social tresna werdha kasih sayang ibu nagari cubadak Batusangkar yang dirawat oleh orang lain (pengasuh panti).

Dengan permasalahan yang ada di atas peneliti tertarik untuk melakukan menelitian tentang Pola Asuh Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Kasih Sayang Ibu Nagari Cubadak Batusangkar.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalahuntuk mendeskripsikan Pola Asuh Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Kasih Sayang Ibu Nagari Cubadak Batusangkar.

Dalam penelitian ini menggunakan teoritindakan sosial Max Weber, dalam teori tindakan sosial Max Weber secara khusus mengklasifikasikan tindakan sosial yang memiliki arti-arti subjektif kedalam empat tipe tindakan yaitu, tipe tindakan Instrumentally Rational, tipe tindakan Value Rational, tipe tindakan Affectual, dan tipe tindakan Tradisional.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini mulai dilakukan sejak bulan Februari 2016.Tempat penelitian ini, di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitataif yang berusaha mengungkapkan dan memahami relitas yang ada di lapangan sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Tipe penelitian ini adalah deskriptif, yang menggambarkan secara mendalam, faktual dan akurat tentang latar pengamatan, tindakan dan pembicaraan, Pemilihan informan dilakukan secara purposive samplingdengan jumlah informan 8 orang.

Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi non partisipan, wawancara mendalam dan studi dokumentasi, yang mencari data secara kompleks. Model analisis data penelitian ini adalah analisis dari Milles dan Heberman.

(7)

HASIL PENELITIAN

5.2.1 Pola Asuh Berdasarkan Waktu

Kegiatan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh kehidupan sehari-hari. Kegiatan juga merupakan rutinitas bagi manusia dalam menjalani hari-harinya yang dapat berulang-ulang dalam setiap hari atau minggu. Di PSTW Kasih Sayang Ibu ini adanya kegiatan yang terus berjalan setiap minggunya:

a. Pukul 04.45-05.25 WIB (Sholat Subuh)

Pada waktu ini lansia dibangunkan oleh pengasuh panti yang berada di wisma masing-masing lansia. Pada kegiatan ini lansia disuruh untuk melakukan kegiatan setiap sholat pergi ke masjid panti. Setelah sholat subuh dilaksanakan kegiatan langsung disambung dengan bimbingan mental rohani yang dipandu oleh bapak kepala panti.

b. Pukul 06.00-08.30 WIB (Senam pagi dan sarapan)

Setelah semuanya sudah siap melakukan kegiatan sholat subuh, lansia bersiap-siap melaksanakan kegiatan Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) senam ini dilakukan hanya 1 kali seminggu untuk kebugaran tubuh lansia sendiri. Sesudah melaksanakan senam, lansia mandi dan melakukan sarapan pagi dengan mengambil makanan ke dapur umum yang telah disediakan.

c. Pukul 09.30-11.30 WIB (Bimbingan Kesehatan dan Bimbingan sosial)

Pada jam ini lansia semuanya diarahkan menuju poliklinik panti untuk melakukan cek kesehatan yang dikepalai oleh dokter dari Puskesmas Cubadak dan juga didampingi oleh perawat. Untuk kegiatan cek kesehatan dan bimbingan kesehatan ini hanya dilakukan pada hari Selasa saja. Sedangkan untuk bimbingan sosial yang juga dilakukan pada pukul ini dilakukan pada hari kamis. Bimbingan sosial dilaksanakan di aula panti dipandu oleh bapak kepala panti.

d. Pukul 12.00-13.30 WIB (Lansia Sholat Dzuhur) Dari observasi yang peneliti lakukan lansia pada jam ini bersiaps-iap dan menuju masjid panti untuk melaksanakan kegiatan sholat dzuhur berjamaah di masjid, bagi lansia yang tidak kuat dalam melaksanakan ibadah ini hanya melaksanakan di wismanya saja. Setelah lansia pulang dari masjid lansia langsung mengambil makan siangnya yang berupa rantang yang sudah diisi oleh juru masak di dapur umum. Bagi lansia yang tidak sanggup untuk berjalan makan siang ini biasanya diambilkan oleh teman satu wismanya.

e. Pukul 13.30-15.30 WIB (Bimbingan Kesenian dan Bimbingan Agama

Setelah melaksanakan sholat dzuhur dan makan siang, lansia melanjutkan kegiatan bimbingan kesenian di Aula panti. Dalam bimbingan kesenia ini lansia memainkan alat music tradisional talempong yang dilaksanakan pada hari rabu saja. Sedangkan untuk kegiatan bimbingan agama lansia melaksanakannya pada hari jum’at di mesjid yang dipandu oleh bapak KUA Cubadak.

f. Pukul 16.00-17.00 WIB (Sholat Ashar dan Istirahat)

Lansia melakukan persiapan menuju sholat ashar berjamaah di mesjid dan setelah itu lansia dapat beristirahat dengan bercengkrama dengan sesama mereka pada kursi yang berjajar panjang pada lingkungan panti tersebut. Ada yang melakukan kegiatan bercanda-canda ada juga yang beristirahat dengan tidur-tiduran dikamarnya.

g. Pukul 17.30-19.30 WIB (Mandi Sore dan Sholat Magrib)

Pada jam ini lansia disuruh dan diawasi oelh pengasuh untuk melakukan mandi sore dan juga melaksanakan persiapan sholat magrib ke mesjid panti. Setelah sholat magrib terlaksana lansia bimbingan agama dimesjid atau mendengarkan ceramah disela-sela waktu menuju sholat isya.

h. Pukul 19.30-21.00 WIB (Sholat Isya, Makan malam dan Tidur Malam)

Setelah lansia melakukan aktifitas sholat isya, lansia seperti biasanya mengambil makan malam di dapur umum sambil melewati menuju ke wisma masing-masing. Lansia makan malam di meja makan yang disediakan dalam setiap wisma. Setelah makan lansia biasanya bersantai sambil menonton TV di ruangan wisma dan bercanda-canda dengan pengasuh.

Saat lansia sudah mulai mengantu, lansia masuk ke kamar masing-masing dan tidur malam.

5.2.2 Pola Asuh Berdasarkan Hari a. Senin

Pada hari Senin ini melaksanakan kegiatan yang memang khusus hanya dilakukan pada hari Senin saja.

Pada hari senin pagi lansia melaksanakan kegiatan khusus yaitu Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) pada pukul 06.30-07.30 WIB. Senam ini bertujuan untuk kesegaran dan kebugaran tubuh lansia yang semakin lama semakin menurun daya fungsinya. Kegiatan senam ini biasanya dipandu oleh instruktur yang sudah

(8)

dipercaya oleh pihak panti untuk memberikan arahan senam khusus bagi lansia.

b. Selasa

Hari selasa kegiatan khusus dari lansia ini merupakan adanya cek kesehatan dan bimbingan kesehatan yang dipandu oleh dokter dari puskesmas Cubadak didampingi oleh perawat panti dan juga mahasiswa-mahasiswa yang sedang magang di panti.

Kegiatan ini dilaksanakan pada poliklinik panti dan semua lansia diarahkan oleh pengasuh tiap-tiap wisma untuk menuju poliklinik supaya tidak adanya lansia yang terlewatkan pada pemeriksaan kesehatan ini.

Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 09.30-11.30 WIB, lansia dapat menceritakan keluhan setiap penyakit yang mereka alami atau rasakan.

c. Rabu

Kegiatan lansia yang khusus dilaksanakan pada hari rabu ini adalah adanya bimbingan kesenian yang dilaksanakan oleh para lansia di aula panti. Kegiatan ini dimulai pada pukul 13.30-15.30 WIB. Pada kegiatan ini lansia dapat memainkan alat music tradisional talempong yang cara memainkannya dipukul. Lansia selain melaksanakan kegiatan ini, juga dapat ditampilkan kreasi mereka dalam acara-acara yang diadakan pihak panti seperti kedatangan kepala- kepala daerah setempat.

d. Kamis

Kegiatan yang dilakukan oleh lansia pada hari Kamis ini adalah bimbingan sosial, bimbingan sosial ini hanya dilakukan 1 kali dalam seminggu. Kegiatan ini dilaksanakan pada aula panti yang biasa dipandu oleh bapak kepala berserta jajarannya. Semua lansia diarahkan oleh pengasuh setiap wismanya untuk dapat berkumpul di aula.

e. Jum’at

Pada hari jum’at lansia menjalani aktifitas seperti biasanya, hanay saja yang berbeda pada kegiatan hari jum’at ini adalah lansia memiliki jadwal bimbingan agama yang di laksanakan di mesjid panti. Kegitan ini dipandu oleh bapak kepala panti dan juga bergantian dengan bapak KUA Cubadak. Setiap pengasuh mengarahkan lansia di wisma masing-masing untuk dapat berkumpul dimesjid, kegiatan ini dilaksanakan setelah seleseinya sholat jum’at bagi kaum laki-laki.

f. Sabtu dan Minggu

Kegiatan lansia pada hari sabtu dan minggu ini hanyalah bersantai-santai saja untuk merehatkan badannya. Hanya saja pada pukul 07.00-09.00 WIB lansia melakukan gotong royong pada wisma masing- masing dan setelah gotong royong di wisma masing-

masing selesei, lansia melanjutkan untuk gotong royong di lingkungan panti. Dari hasil observasi peneliti melihat adanyan lansia yang menyapu dan mencabut rumput pada kegiatan gotong royong ini

.

5.2.2 Pola Asuh Berdasarkan Kebutuhan Lansia Kebutuhan ini samarata dialami dan dibagikan oleh semua lansia, tidak ada berdasarkan umur atau berdasarkan hal lainnya, terkecuali untuk lansia yang memiliki kebutuhan khusus yang dirawat di ruang perawatan khusus/wisma stoberi. Untuk kebutuhan lansia yang tidak bisa berjalan sama sekali atau hanya tidur saja, dibutuhkan pampers dan juga kursi roda. Tidak ada donator ataupun sumbangsih dan relawan tetap memberikan bantuan ke Panti ini.Untuk semua biaya kebutuhan lansia memang dari APBD Provinsi Sumbarlah yang diharapkan oleh PSTW Kasih Sayang Ibu ini.

Pada pemenuhan kebutuhan makan lansia digunakan pola asuh demokratis yang peraturanny tidak terlak ketat, karena terserah lansia kapan dia merasa lapar dia makan, tetapi tidak lepas dari pengawasan pengasuh dan mengingatkan lansia yang lupa untuk makan. Sedangkan pola asuh pada minum obat, ini merupakan pola asuh yang ditekankan adalah otoriter. Pola asuh ini merupakan lansia harus tundak dan patuh pada pengasuh supaya lansia yang lagi sakit cepat sembuh.

5.2.3 Pola Asuh Berdasarkan Tempat

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti melihat adanya wisma stroberi yang dijadikan sebagai ruang perawatan khusus. Disana peneliti melihat adanya perlakuan khusus yang dilakukan oleh perawat atau pengasuh wisma stroberi, lansia yang dirawat diruang perawatan khusus mendapatkan kursi roda bagi yang tidak bisa berjalan.

Untuk mencuci pakaiannya, dibantu oleh mahasiswa magang yang sering bergantian hadir dip anti tersebut. Dan untuk minum obat juga dikontrol oleh pengasuh, sehingga lansia yang sakit bisa cepat sembuh. Di PSTW ini terdapat 8 buah wisma, salah satu diantaranya adalah wisma stroberi yang juga dijadikan sebagai ruangan perawatan khusus bagi lansia yang bad dress dan butuh penanganan khusus.

Tiap-tiap wisma diawasi oleh 1 orang pengasuh, yang tidak dikhususkan bagi lansia perempuan harus pengasuh perempuan dan lansia laki-laki harus pengasuh laki-laki juga. Tugas dari pengasuh di wisma ini adalah sebagai pengawas dan mengontrol tingkah laku dari para WBS (Warga Binaan Sosial) yang terkadang suka lalai dan lupa akan kebersihan dan kedisiplinan.

(9)

Mencermati dari obeservasi yang peneliti lihat untuk pola asuh berdasarkan tempat hanya berbeda pada ruang perawatan khusus atau disebut juga dengan wisma stroberi. Selain dari wisma stroberi semuan wisma sama rata untuk dalam fasilitas yang terdapat disetiap wisma dan kebutuhan lansia pun sama. Dalam runag perawatan khusus lansia yang sedang sakit dbutuhkan untuk mengontrol minum obat oleh pengasuh dan kursi roda yang digunakan lansia yang tidak bisa berjalan juga tersedia. Pola asuh yang tergambar dalam ruang perawatan khusus ini adalah pola asuh otoriter dimana lansia harus tunduk dan patuh pada aturan-aturan atau perintah dari pengasuh.

Semua lansia di PSTW ini dituntut untuk selalu mandiri dalam melakukan setiap kegiatan yang ada. Disini pengasuh berperan hanya sebagai pengawas lansia jika adanya terjadinya keributan antar sesama lansia di PSTW. Jika ada lansia yang tidak kuat untuk menyuci pakaian biasanya dibantu oleh pengasuh wisma dan mahasiswa magang. Sebab, dari awal penerimaan lansia di PSTW ini pihak panti melakukan seleksi dan pemenuhan kriteria-kriteria terhadap lansia. Setelah menerima lansia, lansia juga melakukan masa percobaan beradaptasi dengan lingkungannya selama 2 minggu. Setelah lansia merasa nyaman, baru lansia akan menetap tinggal di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar ini. Hanya saja yang berbeda adalah wisma stroberi atau ruang perawatan khsusus, disana lansia diperlakukan khusus karena bagi yang tidak bisa berjalan disediakan kursi roda oleh pengasuh.

Dapat dilihat dari teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindakan sosial Max Weber. Weber mengatakan bahwa tindakan merupakan semua perilaku manusia, apabila atau sepanjang individu yang bertindak itu memberikan arti subjektif kepada tindakan itu, tindakan itu disebut sosial karena arti subjektif tadi dihubungkan dengannya oleh individu yang bertindak, memperhitungkan perilaku orang lain dan karena itu diarahkan ke tujuannya, yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Yang dimaksud dengan tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Sebaliknya tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati atau obyek fisik semata tanpa dihubungkannya dengan tindakan orang lain bukan merupakan tindakan sosial (Ritzer, 2010:38).

Ada 4 tipe tindakan sosial menurut Weber (Rizer, 2010:40-42), yaitu:

1. Tindakan Rasional Instrumental yaitu:

tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan lain berikutnya.

Bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional maka mudah memahami tindakannya itu.

2. Tindakan Berorientasi Nilai yaitu: tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara- cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan yang lain. Ini menunjukkan kepada tujuan itu sendiri. Dalam tindakan ini memang antara tujuan dan cara-cara mencapainya cendrung menjadi sukar untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional karena pilihan cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan yang diinginkan.

3. Tindakan afektif yaitu: tindakan yang dibuat- buat yang mana tindakan ini dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor.

4. Tindakan Tradisional yaitu: tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di masa lalu saja.

Peneliti memilih teori tindakan rasional instrumental, tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan lain berikutnya. Bila aktor berkelakuan dengan cara yang paling rasional maka mudah memahami tindakannya itu. Peneliti melihat pengasuh melakukan tindakan kepada lansia sesuai dengan standar operasional pekerja yang dibuat oleh pihak panti. Untuk mencapai tujuan terseebut pengasuh harus melaksanakan setiap standar operasional dengan cara yang sudah ditetepkan atau dengan cara yang baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat disimpulkan pola asuh lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar sebagai berikut:

1. Pola Asuh Berdasarkan Waktu

Kegiatan khusus lansia setiap harinya berbeda- beda.Mulai dari hari senin lansia pukul 06.30-07.30 WIB mereka melakukan Senam Kesegaran Jasmani (SKJ).Selasa mereka cek kesehatan dan bimbingan kesehatan oleh dokter dari Puskesmas Cubadak. Hari Rabu lansia bimbingan kesenian dengan memainkan alat music talempong dan lain sebagainya. Kamis lansia melakukan bimbingan sosial di Aula PSTW.

Jum’at lansia mendapatkan bimbingan Agama di Mesjid PSTW.Sedangkan hari Sabtu lansia melaksanakan gotong royong di lingkungan PSTW.

(10)

Hari minggu lansia Lansia gotong royong bersama di wisma masing-masing. Di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar ini dituntut untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Lansia harus mandi 2x sehari yaitu mandi pagi dan mandi sore. Untuk pengobatan dari lansia tersebut tersedianya poliklinik yang menyediakan obat-obatan dan oksigen (O2). Setiap hari selasa lansia melakukan cek kesehatan dan bimbingan kesehatan oleh dokter dari Puskesmas Cubadak dan perawat pendamping dari PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar.

2. Pola Asuh Berdasarkan Kebutuhan

Untuk kelangsungan berjalannya Panti Sosial Tresna Werdha ini dana untuk keseluruhan keperluan lansia dan kebutuhan pokoknya ditanggung oleh Anggaran Pembelanjaan Daerah (APBD) Provinsi Sumatera Barat. Tidak adanya donator ataupun relawan tetap dalam memberikan bantuan. Adapun yang memberikan bantuan, palingan berupa sumbangsih saja dan bukan merupakan kegiatan tetap dari mereka dalam memberikan bantuan kepada PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar ini. Semua kegiatan lansia ataupun kebutuhannya yang membutuhkan dana-dana pengeluaran, itu akan ditanggung oleh pemerintah Provinsi Sumbar. Mulai dari makan lansia hingga pakaian dalam dan luarnya, serta lansia juga mendapatkan uang jajan perbulan oleh pemerintah Provinsi Sumbar.

3. Pola Asuh Berdasarkan Tempat

Di wisma ini tidak adanya tingkatan atau kelas- kelas yang dikhususkan untuk pelayanan dan fasilitas bagi lansia. Di wisma PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar ini semua lansia berhak mendapatkan kebutuhan dan pelayanan, karena semua sudah masuk dala APBD Provinsi Sumbar. Karena semua dibiayai oleh pemerintah, maka semuanya disamaratakan dan tidak ada di beda-bedakan.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan Aliyah B, Purwakania. 2006. Psikologi Perkembangan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Penelitian Kualitatif.

Jakarta: PT. Rajawali Press

Harlock, B, Elizabert. 1980. Psikologi Perkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan) edisi 5. Jakarta:Erlangga

Mantra. 2010. Panti Jompo, tempat membuang mereka yang renta. Bale Bengong Wordpress

Suhendi, dan Wahyu. 2001. Pengantar Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia

Soekanto, Soejono. 2009. Sosiologi Keluarga. Jakarta:

PT. Rineka Cipta

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Depok: PT. Gelora Aksara Pratama.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Nafas PNEUMONIA Pada Anak Balita, Orang Dewasa, Usia Lnjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer

Idrus Muhammad.2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta:PT Gelora Aksara Pratama Rizet George.2010. Sosiologi Ilmu Pengetahuan

Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Analysis of Web Server Security Against Structure Query Language Injection Attacks in ASEAN Senior High Schools Murniati a,1,Rizal Munadi b,2,*, Teuku Yuliar Arif b,3 a Electrical