GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA
BUDI PERTIWI BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
Program Studi D3 Keperawatan
Oleh Ernie Masfufah
1004575
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Gambaran Pengetahuan tentang
Penyakit Reumatik pada Wanita Lanjut
Usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi
Pertiwi Bandung
Oleh Ernie Masfufah
Sebuah karya tulis ilmiah yang diajukan untuk memenuhi salah satu Syarat memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Fakultas Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan
© Ernie Masfufah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Gambaran Pengetahuan tentang Penyakit Reumatik pada Wanita Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung
Oleh Ernie Masfufah
ABSTRAK
Jumlah penduduk lansia di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan ini menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan salah satunya penyakit reumatik yang disebabkan karena proses penuaan. Reumatik adalah bengkak, kemerahan dan kekakuan pada sendi-sendi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang penyakit Reumatik pada wanita lanjut usia di PSTW Budi Pertiwi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling dengan jumlah lansia sebanyak 29 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir separuhnya (44.8%) memiliki pengetahuan cukup, hampir separuhnya (34.5%) memiliki pengetahuan baik dan sebagian kecil (20.7%) memiliki pengetahuan kurang. Penelitian ini dapat disimpulkan hampir separuhnya lansia di PSTW Budi Pertiwi memiliki pengetahuan cukup. Adapun saran bagi PSTW Budi Pertiwi dapat mempertahankan juga meningkatkan informasi lebih lanjut mengenai Penyakit Reumatik agar dapat mengurangi angka kejadian reumatik di PSTW Budi Pertiwi, melakukan kegiatan konseling, memperhatikan status kesehatn lansia juga memberikan lebih banyak penyuluhan tentang Reumatik.
DAFTAR ISI
B. Pembahasan 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 42
A. Kesimpulan 42
B. Saran 42
DAFTAR PUSTAKA 44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah
mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau
dampak dari keberhasilan pembangunan nasional dibidang kesehatan dan
kesejahteraan sosial yang telah dirasakan antara lain adalah meningkatnya angka
rata-rata Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk. Peningkatan rata-rata UHH
tersebut mencerminkan bertambah panjangnya masa hidup penduduk lanjut usia
dan menyebutkan bahwa abad 21 bagi bangsa Indonesia merupakan abad lanjut
usia (Era of Population Ageing), karena pertumbuhan penduduk lanjut usia
(Lansia) Indonesia diperkirakan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara
lain (Badan Pusat Statistik, 2004).
Pertambahan jumlah lansia dibeberapa negara, salah satunya adalah
Indonesia telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia.
Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia
di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000
yang sebanyak 14.44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di
Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian,
pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa
(Badan Pusat Statistik, 2010).
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut Masdani dalam Nugroho (2000)
mengemukakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu fase iufentus antara 25 dan
40 tahun, kedua fase verilitas antara 40 dan 50 tahun, ketiga fase prasenium
antara 55 dan 65 tahun, dan ke empat fase senium antara 65 hingga tutup usia
Peningkatan jumlah lansia diakibatkan karena kemajuan dan peningkatan
ekonomi masyarakat, perbaikan hidup dan majunya ilmu pengetahuan. Usia
harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 1980 hanya 52,2 tahun. Pada tahun
1990 meningkat menjadi 59,8 tahun, tahun 1995 berkisar pada 63,6 tahun, tahun
2000 mencapai 64,5 tahun, tahun 2010 berada pada 67,4 tahun, dan tahun 2020
diperkirakan mencapai 71,1 tahun (BKKBN, 2012).
Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan usia harapan hidup lansia akan
menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologis, dan
sosial ekonomi. Sebagian besar permasalahan pada lansia adalah masalah
kesehatan akibat proses penuaan, ditambah permasalahan lain seperti masalah
keuangan, kesepian, merasa tidak berguna, dan tidak produktif (BKKBN, 2012).
Dari banyaknya masalah yang dihadapi lansia, maka masalah kesehatanlah yang
jadi peran pertama dalam kehidupan lansia seperti munculnya penyakit-penyakit
yang sering terjadi pada lansia.
Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat
proses alamiah yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi (Nugroho, 2000).
Permasalahan yang berkembang memiliki keterkaitan dengan perubahan kondisi
fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik pada lansia diantaranya
adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang lebih buruk.
Penurunan fungsi muskuloskeletal menyebabkan terjadinya perubahan
secara degeneratif yang dirasakan dengan keluhan nyeri, kekakuan, hilangnya
gerakan dan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, disertai pula dengan
pembengkakan yang mengakibatkan terjadinya gangguan imobilitas (Christensen,
2006). Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lansia yang
dilaksanakan Komnas Lansia tahun 2006, diketahui bahwa penyakit terbanyak
yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), penyakit-penyakit sendi ini
merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Pusat Komunikasi Publik,
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2008).
Prevalensi penyakit muskuloskeletal pada lansia dengan Reumatik
3
berkembang dan menyerang 2,5 juta warga Eropa, sekitar 75 % diantaranya
adalah wanita dan kemungkinan dapat mengurangi harapan hidup mereka hampir
10 tahun (Breedveld, 2003) .
Penyakit yang tertinggi pada lansia di Indonesia adalah penyakit Reumatik
dengan presentase nilai 49% dan penyakit tersebut lebih banyak terjadi pada
perempuan dibandingkan terjadi pada laki-laki (Darmojo dalam Azizah, 2011).
Reumatik merupakan penyakit autoimun yang progresif, melibatkan organ, dan
sistem tubuh keseluruhan. Pada perempuan yang memiliki hormon estrogen.
Hormon ini merangsang autoimun, sehingga menimbulkan reumatik. Karena
semakin tinggi kandungan estrogen, semakin tinggi pula terkena reumatik
(Handono & Isbagyo, 2005).
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas masyarakat Indonesia yang kian
padat dapat menimbulkan berbagai ketidakmampuan yang diakibatkan oleh
bermacam gangguan khusunya pada penderita Reumatik (Handono & Isbagyo,
2005). Tetapi seiring dengan bertambahnya jumlah penderita Reumatik di
Indonesia, justru kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini masih tinggi.
Banyaknya pandangan masyarakat Indonesia yang menganggap sederhana
penyakit ini karena sifatnya yang dianggap tidak menimbulkan ancaman jiwa,
padahal gejala yang ditimbulkan akibat penyakit ini justru menjadi penghambat
yang mengganggu bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas mereka sehari-hari.
Di samping itu pula, dimasyarakat sendiri masih menganggap dan mempercayai
terhadap mitos-mitos yang menyesatkan bila dikaji dari sisi medis dan dapat
merugikan bagi masyarakat khususnya penderita Reumatik diantaranya sering
mandi malam diusia muda memicu rematik diusia tua, penyakit rematik adalah
keturunan, dan sakit pada tulang di malam hari adalah tanda gejala rematik
(Candra, 2008).
Menurut Candra (2008), menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan
masyarakat Indonesia untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit
Reumatik, siapa saja yang dapat terserang Reumatik, dan bagaimana cara
manakah tingkat pengetahuan lansia mengenai penyakit Reumatik dalam
memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi
melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Wawan & Dewi, 2011 dalam Notoatmodjo, 2003). Menurut teori WHO
(World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu
bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman sendiri.
Resiko terjadinya reumatik adalah usia di atas 40 tahun dan prevalensi pada
wanita lebih tinggi, genetik, gegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi
yang berulang, Kepadatan tulang berkurang (osteoporosis), beban sendi yang
terlalu berat (olah raga atau kerja tertentu), dan kelainan pertumbuhan (kelainan
sel-sel yang membentuk tulang rawan, seperti kolagen dan proteoglikan) (Priyatno,
2009).
Rematik atau pegal linu juga merupakan penyakit degeneratif yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang didekatnya,
disertai proliferasi dari tulang dan jaringan lunak di dalam dan sekitar daerah yang
terkena (Priyatno, 2009).
Adapun tanda dan gejala terjadinya rematik pada lansia antara lain terasa
panas serta muncul tampak merah, badan sering terasa lemah, bernafas pendek
bahkan mungkin nyeri jantung, mengalami demam, terjadi garis-garis merah yang
melengkung atau benjolan pada bagian bawah kulit, merasa sakit pada sendi,
terutama pada pergelangan tangan serta kaki, dan pada sendi siku.
Penyakit rematik bisa menimbulkan kematian, karena sangat jarang terjadi
dan biasanya telah diderita selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Yang
paling ditakuti dari penyakit rematik adalah akan menimbulkan kecacatan baik
5
akan menyebabkan berkurangnya kualitas hidup seseorang yang berakibat
terbatasnya aktivitas dan terjadinya depresi (Smart, 2010). Dampak dari rematik
juga menimbulkan kegagalan organ bahkan kematian atau mengakibatkan
masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta resiko
tinggi akan terjadinya cidera (Kisworo, 2008).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu
(Fajriyah, 2009) tentang tingkat pengetahuan lansia mengenai penyakit
Rheumatoid Arthritis yang dilaksanakan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta
pada tahun 2009 menunjukan bahwa tingkat pengetahuan mengenai penyakit
Rheumatoid Arthritis di PSTW Budi Mulia Cipayung dapat dikatakan kurang
karena banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi responden yaitu seperti
faktor pengetahuan dari sumber informasi yang lebih banyak mengatakan tidak
mudah diketahui tentang informasi penyakit Rheumatoid Arthritis.
Penelitian ini dilaksanakan karena jumlah penyakit reumatik pada lansia di
Indonesia sangat tinggi dan sebagai penyakit nomor satu di Indonesia. Penelitian
ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada lansia dengan isi
kuesioner 22 pertanyaan dan jumlah Lansia di Panti Sosial Tresna Wreda Budi
Pertiwi adalah sebanyak 29 orang tetapi dengan kriteria tertentu sehingga tidak
semuanya dapat menjadi responden. Hasil studi pendahuluan di Panti Sosial
Tresna Wreda Budi Pertiwi Bandung diketahui dari 10 orang lansia disana hanya
7 orang lansia pengetahuan tentang penyakit reumatik cukup karena sebagian
besar lansia mengatakan bahwa sudah sedikit mengetahui tentang arti dari
penyakit Reumatik, tetapi belum dapat mengetahui secara keseluruhan tentang
pengetahuan penyakit reumatik sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
tentang penyakit reumatik di Panti Sosial Tresna Wreda Budi Pertiwi Bandung
adalah kurang.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang ada bahwa seiring dengan meningkatnya Usia
Harapan Hidup lansia di Indonesia, maka masalah bagi penderita Reumatik akan
meningkat pula, justru kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini masih
cukup tinggi.
Angka kejadian reumatik pada tahun 2008 yang dilaporkan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah
terserang rematik, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20%
adalah mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono, 2010). Penyakit reumatik tersebut
dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan pada lansia. Pengetahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki oleh seseorang atau
lansia yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses belajar.
Pengetahuan sangat diperlukan untuk mengurangi resiko terjadi rematik pada
lansia. Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut : ”Bagaimana gambaran pengetahuan tentang penyakit reumtik
pada wanita lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung?
”.
C.
Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran
pengetahuan tentang penyakit reumtik pada wanita lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung
.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan agar dapat digunakan
sebagai sumber informasi, dan pengembangan ilmu keperawatan khususnya
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lahan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk bahan evaluasi dalam
melayani klien, dan untuk membuat program-program yang dapat mengurangi
penyakit rematik. Dan sebagai bahan informasi dan masukan data bagi PSTW
untuk mengetahui sejauh mana lanjut usia mengetahui tentang penyakit Reumatik.
b. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sabagai acuan untuk masalah kesehatan yang
terjadi pada lansia dan untuk melakukan upaya-upaya seperti dilaksanakannya
penkes.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai penambah bahan informasi dan wacana untuk penelitian lebih lanjut,
khususnya bagi peneliti keperawatan yang ingin melakukan pengembangan
penelitian tentang penyakit reumatik.
E. Sistematika
Dalam sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini diantaranya adalah
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan (Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan
Sistematika).
BAB II : Kajian Pustaka (Konsep Pengetahuan, Konsep Penuaan,
Konsep Lansia, dan Konsep Rematik) dan Kerangka Pemikiran.
BAB III : Metode Penelitian (Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain
Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional,
Instrumen Penelitian, Pengembangan Instrumen Penelitian,
Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data).
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab 3 ini akan membahas mengenai metode penelitian karya tulis
ilimiah diantaranya adalah sebagai berikut :
A.Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini peneliti akan melakukan penelitian di
Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung yang dilaksanakan pada bulan
Mei 2013.
2. Subjek Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi yang ditentukan sebagai subjek penelitian adalah
semua lanjut usia yang berada di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi
Bandung yang berjumlah 32 orang.
b. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 29 orang dengan
menggunakan teknik Purposive Sampling.
Purposive Sampling adalah pengambilan sampel secara purposive
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmodja, 2010).
Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel yang di
ambil. Sampel yang diambil berdasarkan pada kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
yaitu karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
2) Lansia yang berusia menurut batasan usia WHO
3) Lansia yang bersedia menjadi responden
4) Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif
Dan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Lansia yang tidak mengalami gangguan pendengaran
2) Lansia yang sudah mengalami dimensia
B.Desain Penelitian
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini peneliti menggunakan desain
penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Dan
dalam penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengetahuan tentang
penyakit Reumatik pada wanita lanjut usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi
Pertiwi Bandung.
Dibawah ini adalah langkah-langkah desain penelitian, yaitu :
Lokasi
Subjek Penelitian 1. Populasi Semua lansia di PSTW Budi Pertiwi berjumlah
32 orang. 2. Sampel
Teknik Purposive Sampling.
Sampel dalam penelitian ini lansia berjumlah 29 orang.
Instrumen Penelitian
Panti Sosial Tresna Wredha
Analisa Data
Pengolahan Data
Hasil Pengolahan Data DataData
Kesimpulan
PSTW Budi Pertiwi
32
Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian
C. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun
cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode
ilmiah. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuantitatif.
Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiono, 2012).
D.Definsi Operasional
Definisi Operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel diamati/diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut
diberi batasan. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan
kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrument (alat ukur). Definisi operasional
adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang
diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).
Tabel. 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Cara Ukur
Skala
Kuesioner Penetapan nilai
pengetahuan yang
diberikan berdasarkan
proses skoring adalah
untuk jawaban benar
diberi nilai 1,
sedangkan untuk
manusia dan
Instrumen Penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo. 2010).
Pada penulisan karya tulis ilmiah ini Instrumen Penelitian yang digunakan
berbentuk kuesioner yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada
kerangka konsep dan teori yang telah dibuat.
Pertanyaan disusun sesuai dengan tingkat pengetahuan responden tentang
penyakit rematik dan tersusun secara sistematis dengan jenis pertanyaan pilihan
ganda dan dijawab oleh responden sesuai dengan yang diarahkan sebelumnya.
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
1. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh
petanyaan.
2. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh
pertanyaan.
3. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pertanyaan.
Penetapan nilai pengetahuan yang diberikan berdasarkan proses skoring
adalah untuk jawaban benar diberi nilai 1, sedangkan untuk jawaban salah diberi
nilai 0.
Sebelum dilakukannya penelitian di PSTW Budi Pertiwi Bandung maka
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas di Panti Asuhan Bunda
34
yang digunakan untuk penelitian di PSTW Budi Pertiwi benar-benar valid dan
reliabel. Jumlah responden yang dijadikan uji validitas adalah 20 orang lansia
yang terdiri dari pria dan wanita.
F. Proses Pengembangan Instrumen
1. Validitas
Validitas merupakan ketetapan atau kecermatan pengukuran, valid artinya
alat tersebut mengukur apa yang diukur (Riyanto, 2011)
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Demikian pula kuesioner sebagai alat ukur harus
mengukur apa yang diukur. Apabila suatu kuesioner untuk mengukur pengetahuan
responden tentang “reumatik”, maka akan menghasilkan sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki oleh responden yang diukur. Untuk mengetahui apakah
kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang kita ukur, maka
perlu diuji dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan)
dengan skors total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai
korelasi yang bermakna (construct validity). Apabila kuesioner tersebut telah
memiliki validitas konstruk, berarti semua item (pertanyaan) yang ada didalam
kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur. (Notoatmodjo, 2010)
Jika butir soal Dis-kontinum (misalnya soal bentuk obyektif dengan skor 0
dan 1. Seperti pengetahuan, maka menggunakan “koefisien korelasi biseral”dan
rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi biserial antara skor
butir soal dengan skor total tes adalah (Riyanto, 2011) :
��
�
=
(
�� − �
)
�
��
�
Keterangan
X1 : rata-rata skor total yang dijawab benar soal nomor i
Xt : rata-rata skor total semua responden
P1 : proporsi jawaban yang benar untuk butir soak nomor i
Q1 : proporsi jawaban yang salah untuk butir soak nomor i
St : standar deviasi skor total semua responden, dengan rumus
G.
St =
∑(�−�2²�
Keputusan uji :
Bila, hitung (r pearson) ≥ ᵣ tabel : artinya pertanyaan tersebut valid
Bila, hitung (r pearson) ≤ ᵣ tabel: artinya pertanyaan tersebut tidak valid.
Uji kuesioner dilakukan untuk menguji kuesioner yang akan digunakan
dalam penelitian gambaran pengetahuan tentang resiko terjadinya penyakit
reumatik pada wanita lanjut usia di Panti Werdha Asuhan Bunda Bandung.
Pertanyaan dan pernyataan pada uji kuesioner ini diajukan kepada lansia di Panti
Werdha Asuhan Bunda Bandung pada tanggal 29 Mei 2013 sampai 31 Mei 2013
dengan jumlah responden sebanyak 20 orang. Dari 25 pertanyaan yang diajukan,
hasil yang dinyatakan valid terdapat 22 pertanyaan diantaranya nomor item 1, 2, 3,
4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25 dan hasil yang
tidak valid adalah nomor item 7, 15, 16. Sehingga hasil akhir item pertanyaan
yang digunakan untuk penelitian berjumlah 22 pertanyaan, untuk pertanyaan yang
tidak valid dibuang dari nomor item 7, 15, dan 16.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama. Untuk itu sebelum digunakan untuk penelitian
36
dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas.
Dengan demikian harus menghitung validitas terlebih dahulu sebelum menghitung
reliabilitas (Notoatmodjo, 2010).
Untuk mengetahui hasil reliabilitasnnya adalah dengan membandingkan
nilai r tabel. Dalam uji reliabilitas nilai r sebagai hasil dari „Alpha‟. Bila r Alpha
lebih besar dari konstanya (0,6), maka pertanyaan tersebut reliabel (riyanto, 2009).
Jika butir soal Dis-kontinum (misalnya soal obyektif dengan skol n dan 1).
Seperti pengetahuan, maka uji realibilitasnya “koefisien reliabilitas” dengan
menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut (Riyanto, 2011) :
��= ��− 1
1
−
∑
1 1
��
²
Keterangan :�� : koefisien reabilitas tes
� : cacah butir
1 1 : varietas skonskor butir
1 : proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i
1 : proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i
St² : varian skor total
Keputusan uji :
- Bila nilai Crombah’s alpha lebih e konstanta (0,6) maka pertanyaan
reliabel.
- Bila nilai Crombah’s Alpha < (0,6) maka pertanyaan tidak reliabel.
- Menurut hasil uji reliabilitas yang dilakukan kepada 20 responden yang
bertempat di Panti Wredha Asuhan Bunda Bandung, didapatkan hasil
r=0.867 sehingga dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan tentang
pengetahuan lansia tentang resiko terjadinya penyakir reumatik adalah
reliabel.
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam,
2003). Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan membuat
kuesioner. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji
validitas dan realiabilitas.
Untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba “trial” dilapangan.
Responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya yang memiliki ciri-ciri
responden dari tempat dimana penelitian tersebut harus dilakukan (Notoatmodjo,
2010).
Pengumpulan data ini akan dilakukan di Panti Sosial Tresna Wreda Budi
Pertiwi Bandung. Cara pengumpulan data dengan kuesioner adalah :
1. Pengumpulan
Yaitu dengan menyebarkan kuesioner secara langsung ke responden dan
divalidasi dengan observasi, kemudian setelah diisi diserahkan kepada peneliti
saat itu juga.
2. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner yang dilakukan sendiri
oleh responden dengan langkah sebagai berikut :
a. Setelah mendapat ijin dari Kepala Panti Sosial Tresna Wreda Budi Pertiwi
peneliti melakukan konfirmasi kepada penjaga panti.
b. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian
dan pengisian kuesioner.
c. Setelah memahami tujuan penelitian responden yang setuju diminta
menandatangani surat pernyataan ketersediaan menjadi responden.
d. Responden dibagikan kuesioner dan diminta mempelajari terlebih
dahulu, bila ada pertanyaan yang tidak jelas, diberikan kesempatan untuk
bertanya.
e. Mempersilahkan responden mengisi kuesioner sesuai petunjuk.
f. Kuesioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan diperiksa
38
H. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa
Univariat. Analisa univariat merupakan analisa yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).
Dengan perhitungan rumus, penentuan besarnya presentase sebagai
berikut :
Keterangan : X : Hasil prosentase
f :Frekuensi hasil pencapaian
n : Total seluruh observasi
Setelah itu dengan perhitungan rumus diatas selanjutnya diinterpretasikan
agar mengetahui gambaran pengetahuan tentang resiko terjadinya penyakit
reumatik pada wanita lanjut usia di PSTW Budi Pertiwi Bandung.
Setelah diperhitungkan melalui item diatas , maka peneliti melakukan
interpretasi data dari jawaban angket dengan cara membuat kategori untuk setiap
kriteria berdasarkan tabel aturan Koentjaraningrat (Suhartini, 2007).
Dibawah ini adalah tabel interpretasi data menurut Koentjaraningrat :
Tabel 3.2 Interpretasi Data dengan Kategori Aturan Koentjaraningrat
Presentase Kategori
0% Tidak Ada
1%-25% Sebagian Kecil
26%-49% Hampir Separuhnya
50% Separuhnya
51-75% Sebagian Besar
X =
f
76%-99% Hampir Seluruhnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KesimpulanBerdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di Panti Sosial Tresna
Wredha Budi Pertiwi yang berjudul gambaran pengetahuan tentang Penyakit
Reumatik pada Wanita Lanjut Usia, dari 29 responden dengan pengetahuan cukup
hampir separuhnya (44.8%), pengetahuan baik hampir separuhnya (34.5%), dan
pengetahuan kurang sebagian kecil (20.7%) . Dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwan pengetahuan lansia tentang penyakit reumatik di PSTW Budi
Pertiwi adalah cukup dengan hampir separuhnya (44.8%).
B.
Saran1. Bagi PSTW Budi Pertiwi Bandung
a. Penelitian mengenai gambaran pengetahuan lanjut usia tentang penyakit
reumatik didapatkan hasil pengetahuan lansia di PSTW Budi Pertiwi
Bandung adalah cukup, tetapi diharapkan PSTW Budi Pertiwi Bandung dapat
memberikan informasi lebih lanjut mengenai Penyakit Reumatik agar dapat
mengurangi angka kejadian penyakit reumatik dan meningkatkan status
kesehatan lansia.
b. Petugas PSTW dapat memberikan motivasi kepada lanjut usia untuk
melakukan upaya-upaya preventif dan rehabilitasi dalam mengurangi
terjadinya penyakit reumatik.
c. Lansia dengan tingkat pengetahuan baik diharapkan dapat mempertahankan
dan meningkatkan pengetahuannya tentang penyakit reumatik. Lansia dengan
tingkat pengetahuan cukup diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya
sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit reumatik. Lansia dengan
pengetahuan kurang diharapkan dapat lebih banyak mencari informasi
tentang masalah kesehatan yang terjadi pada lansia terutama masalah
2. Bagi Petugas Kesehatan
Lebih ditingkatkan lagi dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan yang
diberikan kepada lansia mengenai terjadinya Penyakit Reumatik dengan membuat
jadwal kegiatan sehingga lanjut usia diharapkan dapat lebih memahami dan dapat
mengatasi permasalahan yang ditimbulkan baik secara mandiri maupun dengan
bantuan oran lain.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti mengharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian
pada aspek yang lebih luas lagi, dan mengembangkan variabel-variabel yang
sebelumnya belum diteliti sehingga dapat menjadi bahan referensi dalam
44
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Prakrek. Jakarta:
RinekaCipta.
Arif, Muttaqin, S.Kep. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Asep Chandra. (2008). Mitos dan Fakta Tentang Rematik. Tersedia:
http://www.kompas.com/. [10 Mei 2013].
Azizah, Lilik M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Azrul Anwar. (1999). Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Badan Pusat Statistik. (2010). Statistik Penduduk Lanjut Usia (Survei Sosial
Ekonomi Nasional). Jakarta: BPS.
BKKBN. (2012). Lansia. Jakarta: http://www.bkkbn.go.id
Bambang, Kisworo (2008). Nyeri Sendi-sendi Akibat reumatik. Tersedia:
http://www.suaramerdeka.com/. [10 April 2013].
Burke and Laramie. (2002). Primary Care of The Older Adult A Multidisiplinary
Approach. St. Louis: Mosby Company.
Bredveeld. (2003). Masyarakat Tidak Sadari Ancaman Rematik Radang Sendi.
Tersedia: http://www.sinarharapan.co.id/. [5 Mei 2013]
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volum 3. Jakarta : EGC.
Christensen, Kockrow. (2006). Adult Health Nursing Fifth Edition. Philadelphia:
Mosby Company.
Eliopoulus, Charlotte. (2005). Gerontological Nursing Sixth Edition. Philadelphia:
Lippincott Williams&Wilkins.
Handono dan Isbagyo, (2005). Pemilihan Terapi Rematik yang Efektif, Aman, dan
Ekonomis. Tersedia: http://www.tempo.co.id/. [3 Mei 20013].
Hendra, AW. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. Avaible : http: //ajang-berkarya. Wordpress. com/ 2008/ 06/ 07/ Konsep
Pengetahuan/ 17/ 05/ 2011
Meiner. (2006). Lueckenotte. Gerontologic Nursing Third Edition. Philadelphia:
Mosby Company.
Nainggolan, Olwin. (2009). Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di
Indonesia: Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan
Pengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan RI [online], Vol 59
[59], 7 halaman. Tersedia: [4 Mei 2013]
Nainggolan, Olwan. (2006).Terapi Jus dan Diet. Tanggerang: Argomedia.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Nugroho, Wahjudi. (2011). Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.
Price S.A, Wilson L.M. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Priyatno. (2009). Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Jabar: LESKONFI.
Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha.
Smart, A. (2010). Reumatik dan Asam Urat; Pengobatan dan Terapi sampai
Sembuh Total. Yogyakarta: A’Plus Books.
Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suhartini. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Reka
Cipta
Syamsul, Anwar. Aplikasi Model Comunity As Partner dan Health Belief Model
dalam Rangka Pelayanan Askep pada Agrerat Lansia dengan Rematik
Artikuler di Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.
Tesis FIK UI. 2007
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah. Bandung: UPI
Williams and Wilkins. (1997). Arthritis and Allied Condition : Texbook of
Rhemathology 13th Edition Volume One. Pennsylvania: A Waverly