• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA

BUDI PERTIWI BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Program Studi D3 Keperawatan

Oleh Ernie Masfufah

1004575

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Gambaran Pengetahuan tentang

Penyakit Reumatik pada Wanita Lanjut

Usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi

Pertiwi Bandung

Oleh Ernie Masfufah

Sebuah karya tulis ilmiah yang diajukan untuk memenuhi salah satu Syarat memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Fakultas Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan

© Ernie Masfufah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Gambaran Pengetahuan tentang Penyakit Reumatik pada Wanita Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung

Oleh Ernie Masfufah

ABSTRAK

Jumlah penduduk lansia di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan ini menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan salah satunya penyakit reumatik yang disebabkan karena proses penuaan. Reumatik adalah bengkak, kemerahan dan kekakuan pada sendi-sendi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan tentang penyakit Reumatik pada wanita lanjut usia di PSTW Budi Pertiwi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling dengan jumlah lansia sebanyak 29 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir separuhnya (44.8%) memiliki pengetahuan cukup, hampir separuhnya (34.5%) memiliki pengetahuan baik dan sebagian kecil (20.7%) memiliki pengetahuan kurang. Penelitian ini dapat disimpulkan hampir separuhnya lansia di PSTW Budi Pertiwi memiliki pengetahuan cukup. Adapun saran bagi PSTW Budi Pertiwi dapat mempertahankan juga meningkatkan informasi lebih lanjut mengenai Penyakit Reumatik agar dapat mengurangi angka kejadian reumatik di PSTW Budi Pertiwi, melakukan kegiatan konseling, memperhatikan status kesehatn lansia juga memberikan lebih banyak penyuluhan tentang Reumatik.

(5)

DAFTAR ISI

(6)

B. Pembahasan 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 42

A. Kesimpulan 42

B. Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 44

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah

mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau

dampak dari keberhasilan pembangunan nasional dibidang kesehatan dan

kesejahteraan sosial yang telah dirasakan antara lain adalah meningkatnya angka

rata-rata Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk. Peningkatan rata-rata UHH

tersebut mencerminkan bertambah panjangnya masa hidup penduduk lanjut usia

dan menyebutkan bahwa abad 21 bagi bangsa Indonesia merupakan abad lanjut

usia (Era of Population Ageing), karena pertumbuhan penduduk lanjut usia

(Lansia) Indonesia diperkirakan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara

lain (Badan Pusat Statistik, 2004).

Pertambahan jumlah lansia dibeberapa negara, salah satunya adalah

Indonesia telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia.

Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia

di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000

yang sebanyak 14.44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di

Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian,

pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa

(Badan Pusat Statistik, 2010).

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan

lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang

yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut Masdani dalam Nugroho (2000)

mengemukakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.

Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu fase iufentus antara 25 dan

40 tahun, kedua fase verilitas antara 40 dan 50 tahun, ketiga fase prasenium

antara 55 dan 65 tahun, dan ke empat fase senium antara 65 hingga tutup usia

(8)

Peningkatan jumlah lansia diakibatkan karena kemajuan dan peningkatan

ekonomi masyarakat, perbaikan hidup dan majunya ilmu pengetahuan. Usia

harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 1980 hanya 52,2 tahun. Pada tahun

1990 meningkat menjadi 59,8 tahun, tahun 1995 berkisar pada 63,6 tahun, tahun

2000 mencapai 64,5 tahun, tahun 2010 berada pada 67,4 tahun, dan tahun 2020

diperkirakan mencapai 71,1 tahun (BKKBN, 2012).

Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan usia harapan hidup lansia akan

menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologis, dan

sosial ekonomi. Sebagian besar permasalahan pada lansia adalah masalah

kesehatan akibat proses penuaan, ditambah permasalahan lain seperti masalah

keuangan, kesepian, merasa tidak berguna, dan tidak produktif (BKKBN, 2012).

Dari banyaknya masalah yang dihadapi lansia, maka masalah kesehatanlah yang

jadi peran pertama dalam kehidupan lansia seperti munculnya penyakit-penyakit

yang sering terjadi pada lansia.

Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

proses alamiah yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan kondisi

fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi (Nugroho, 2000).

Permasalahan yang berkembang memiliki keterkaitan dengan perubahan kondisi

fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik pada lansia diantaranya

adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang lebih buruk.

Penurunan fungsi muskuloskeletal menyebabkan terjadinya perubahan

secara degeneratif yang dirasakan dengan keluhan nyeri, kekakuan, hilangnya

gerakan dan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, disertai pula dengan

pembengkakan yang mengakibatkan terjadinya gangguan imobilitas (Christensen,

2006). Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lansia yang

dilaksanakan Komnas Lansia tahun 2006, diketahui bahwa penyakit terbanyak

yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), penyakit-penyakit sendi ini

merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Pusat Komunikasi Publik,

Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2008).

Prevalensi penyakit muskuloskeletal pada lansia dengan Reumatik

(9)

3

berkembang dan menyerang 2,5 juta warga Eropa, sekitar 75 % diantaranya

adalah wanita dan kemungkinan dapat mengurangi harapan hidup mereka hampir

10 tahun (Breedveld, 2003) .

Penyakit yang tertinggi pada lansia di Indonesia adalah penyakit Reumatik

dengan presentase nilai 49% dan penyakit tersebut lebih banyak terjadi pada

perempuan dibandingkan terjadi pada laki-laki (Darmojo dalam Azizah, 2011).

Reumatik merupakan penyakit autoimun yang progresif, melibatkan organ, dan

sistem tubuh keseluruhan. Pada perempuan yang memiliki hormon estrogen.

Hormon ini merangsang autoimun, sehingga menimbulkan reumatik. Karena

semakin tinggi kandungan estrogen, semakin tinggi pula terkena reumatik

(Handono & Isbagyo, 2005).

Tidak dapat dipungkiri bahwa aktivitas masyarakat Indonesia yang kian

padat dapat menimbulkan berbagai ketidakmampuan yang diakibatkan oleh

bermacam gangguan khusunya pada penderita Reumatik (Handono & Isbagyo,

2005). Tetapi seiring dengan bertambahnya jumlah penderita Reumatik di

Indonesia, justru kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini masih tinggi.

Banyaknya pandangan masyarakat Indonesia yang menganggap sederhana

penyakit ini karena sifatnya yang dianggap tidak menimbulkan ancaman jiwa,

padahal gejala yang ditimbulkan akibat penyakit ini justru menjadi penghambat

yang mengganggu bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas mereka sehari-hari.

Di samping itu pula, dimasyarakat sendiri masih menganggap dan mempercayai

terhadap mitos-mitos yang menyesatkan bila dikaji dari sisi medis dan dapat

merugikan bagi masyarakat khususnya penderita Reumatik diantaranya sering

mandi malam diusia muda memicu rematik diusia tua, penyakit rematik adalah

keturunan, dan sakit pada tulang di malam hari adalah tanda gejala rematik

(Candra, 2008).

Menurut Candra (2008), menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan

masyarakat Indonesia untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit

Reumatik, siapa saja yang dapat terserang Reumatik, dan bagaimana cara

(10)

manakah tingkat pengetahuan lansia mengenai penyakit Reumatik dalam

memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi

melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Wawan & Dewi, 2011 dalam Notoatmodjo, 2003). Menurut teori WHO

(World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu

bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari

pengalaman sendiri.

Resiko terjadinya reumatik adalah usia di atas 40 tahun dan prevalensi pada

wanita lebih tinggi, genetik, gegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi

yang berulang, Kepadatan tulang berkurang (osteoporosis), beban sendi yang

terlalu berat (olah raga atau kerja tertentu), dan kelainan pertumbuhan (kelainan

sel-sel yang membentuk tulang rawan, seperti kolagen dan proteoglikan) (Priyatno,

2009).

Rematik atau pegal linu juga merupakan penyakit degeneratif yang

menyebabkan kerusakan tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang didekatnya,

disertai proliferasi dari tulang dan jaringan lunak di dalam dan sekitar daerah yang

terkena (Priyatno, 2009).

Adapun tanda dan gejala terjadinya rematik pada lansia antara lain terasa

panas serta muncul tampak merah, badan sering terasa lemah, bernafas pendek

bahkan mungkin nyeri jantung, mengalami demam, terjadi garis-garis merah yang

melengkung atau benjolan pada bagian bawah kulit, merasa sakit pada sendi,

terutama pada pergelangan tangan serta kaki, dan pada sendi siku.

Penyakit rematik bisa menimbulkan kematian, karena sangat jarang terjadi

dan biasanya telah diderita selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Yang

paling ditakuti dari penyakit rematik adalah akan menimbulkan kecacatan baik

(11)

5

akan menyebabkan berkurangnya kualitas hidup seseorang yang berakibat

terbatasnya aktivitas dan terjadinya depresi (Smart, 2010). Dampak dari rematik

juga menimbulkan kegagalan organ bahkan kematian atau mengakibatkan

masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta resiko

tinggi akan terjadinya cidera (Kisworo, 2008).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu

(Fajriyah, 2009) tentang tingkat pengetahuan lansia mengenai penyakit

Rheumatoid Arthritis yang dilaksanakan di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta

pada tahun 2009 menunjukan bahwa tingkat pengetahuan mengenai penyakit

Rheumatoid Arthritis di PSTW Budi Mulia Cipayung dapat dikatakan kurang

karena banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi responden yaitu seperti

faktor pengetahuan dari sumber informasi yang lebih banyak mengatakan tidak

mudah diketahui tentang informasi penyakit Rheumatoid Arthritis.

Penelitian ini dilaksanakan karena jumlah penyakit reumatik pada lansia di

Indonesia sangat tinggi dan sebagai penyakit nomor satu di Indonesia. Penelitian

ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada lansia dengan isi

kuesioner 22 pertanyaan dan jumlah Lansia di Panti Sosial Tresna Wreda Budi

Pertiwi adalah sebanyak 29 orang tetapi dengan kriteria tertentu sehingga tidak

semuanya dapat menjadi responden. Hasil studi pendahuluan di Panti Sosial

Tresna Wreda Budi Pertiwi Bandung diketahui dari 10 orang lansia disana hanya

7 orang lansia pengetahuan tentang penyakit reumatik cukup karena sebagian

besar lansia mengatakan bahwa sudah sedikit mengetahui tentang arti dari

penyakit Reumatik, tetapi belum dapat mengetahui secara keseluruhan tentang

pengetahuan penyakit reumatik sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

tentang penyakit reumatik di Panti Sosial Tresna Wreda Budi Pertiwi Bandung

adalah kurang.

(12)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang ada bahwa seiring dengan meningkatnya Usia

Harapan Hidup lansia di Indonesia, maka masalah bagi penderita Reumatik akan

meningkat pula, justru kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini masih

cukup tinggi.

Angka kejadian reumatik pada tahun 2008 yang dilaporkan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah

terserang rematik, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20%

adalah mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono, 2010). Penyakit reumatik tersebut

dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan pada lansia. Pengetahuan adalah

segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki oleh seseorang atau

lansia yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses belajar.

Pengetahuan sangat diperlukan untuk mengurangi resiko terjadi rematik pada

lansia. Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut : ”Bagaimana gambaran pengetahuan tentang penyakit reumtik

pada wanita lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung?

”.

C.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran

pengetahuan tentang penyakit reumtik pada wanita lanjut Usia di Panti Sosial

Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung

.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan agar dapat digunakan

sebagai sumber informasi, dan pengembangan ilmu keperawatan khususnya

(13)

7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk bahan evaluasi dalam

melayani klien, dan untuk membuat program-program yang dapat mengurangi

penyakit rematik. Dan sebagai bahan informasi dan masukan data bagi PSTW

untuk mengetahui sejauh mana lanjut usia mengetahui tentang penyakit Reumatik.

b. Bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sabagai acuan untuk masalah kesehatan yang

terjadi pada lansia dan untuk melakukan upaya-upaya seperti dilaksanakannya

penkes.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai penambah bahan informasi dan wacana untuk penelitian lebih lanjut,

khususnya bagi peneliti keperawatan yang ingin melakukan pengembangan

penelitian tentang penyakit reumatik.

E. Sistematika

Dalam sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini diantaranya adalah

sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan (Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan

Sistematika).

BAB II : Kajian Pustaka (Konsep Pengetahuan, Konsep Penuaan,

Konsep Lansia, dan Konsep Rematik) dan Kerangka Pemikiran.

BAB III : Metode Penelitian (Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain

Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional,

Instrumen Penelitian, Pengembangan Instrumen Penelitian,

Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data).

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

(14)
(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini akan membahas mengenai metode penelitian karya tulis

ilimiah diantaranya adalah sebagai berikut :

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini peneliti akan melakukan penelitian di

Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Bandung yang dilaksanakan pada bulan

Mei 2013.

2. Subjek Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi yang ditentukan sebagai subjek penelitian adalah

semua lanjut usia yang berada di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi

Bandung yang berjumlah 32 orang.

b. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 29 orang dengan

menggunakan teknik Purposive Sampling.

Purposive Sampling adalah pengambilan sampel secara purposive

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoatmodja, 2010).

Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel yang di

ambil. Sampel yang diambil berdasarkan pada kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

yaitu karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

(16)

2) Lansia yang berusia menurut batasan usia WHO

3) Lansia yang bersedia menjadi responden

4) Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif

Dan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Lansia yang tidak mengalami gangguan pendengaran

2) Lansia yang sudah mengalami dimensia

B.Desain Penelitian

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini peneliti menggunakan desain

penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Dan

dalam penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengetahuan tentang

penyakit Reumatik pada wanita lanjut usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi

Pertiwi Bandung.

Dibawah ini adalah langkah-langkah desain penelitian, yaitu :

Lokasi

Subjek Penelitian 1. Populasi Semua lansia di PSTW Budi Pertiwi berjumlah

32 orang. 2. Sampel

Teknik Purposive Sampling.

Sampel dalam penelitian ini lansia berjumlah 29 orang.

Instrumen Penelitian

Panti Sosial Tresna Wredha

Analisa Data

Pengolahan Data

Hasil Pengolahan Data DataData

Kesimpulan

PSTW Budi Pertiwi

(17)

32

Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun

cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode

ilmiah. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuantitatif.

Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.

Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan

(Sugiono, 2012).

D.Definsi Operasional

Definisi Operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel diamati/diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut

diberi batasan. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang

bersangkutan serta pengembangan instrument (alat ukur). Definisi operasional

adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang

diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).

Tabel. 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur

Skala

Kuesioner Penetapan nilai

pengetahuan yang

diberikan berdasarkan

proses skoring adalah

untuk jawaban benar

diberi nilai 1,

sedangkan untuk

(18)

manusia dan

Instrumen Penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo. 2010).

Pada penulisan karya tulis ilmiah ini Instrumen Penelitian yang digunakan

berbentuk kuesioner yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada

kerangka konsep dan teori yang telah dibuat.

Pertanyaan disusun sesuai dengan tingkat pengetahuan responden tentang

penyakit rematik dan tersusun secara sistematis dengan jenis pertanyaan pilihan

ganda dan dijawab oleh responden sesuai dengan yang diarahkan sebelumnya.

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

1. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh

petanyaan.

2. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh

pertanyaan.

3. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari

seluruh pertanyaan.

Penetapan nilai pengetahuan yang diberikan berdasarkan proses skoring

adalah untuk jawaban benar diberi nilai 1, sedangkan untuk jawaban salah diberi

nilai 0.

Sebelum dilakukannya penelitian di PSTW Budi Pertiwi Bandung maka

terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas di Panti Asuhan Bunda

(19)

34

yang digunakan untuk penelitian di PSTW Budi Pertiwi benar-benar valid dan

reliabel. Jumlah responden yang dijadikan uji validitas adalah 20 orang lansia

yang terdiri dari pria dan wanita.

F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Validitas

Validitas merupakan ketetapan atau kecermatan pengukuran, valid artinya

alat tersebut mengukur apa yang diukur (Riyanto, 2011)

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Demikian pula kuesioner sebagai alat ukur harus

mengukur apa yang diukur. Apabila suatu kuesioner untuk mengukur pengetahuan

responden tentang “reumatik”, maka akan menghasilkan sesuai dengan

pengetahuan yang dimiliki oleh responden yang diukur. Untuk mengetahui apakah

kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang kita ukur, maka

perlu diuji dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan)

dengan skors total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai

korelasi yang bermakna (construct validity). Apabila kuesioner tersebut telah

memiliki validitas konstruk, berarti semua item (pertanyaan) yang ada didalam

kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur. (Notoatmodjo, 2010)

Jika butir soal Dis-kontinum (misalnya soal bentuk obyektif dengan skor 0

dan 1. Seperti pengetahuan, maka menggunakan koefisien korelasi biseraldan

rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi biserial antara skor

butir soal dengan skor total tes adalah (Riyanto, 2011) :

��

=

(

�� − �

)

��

Keterangan

(20)

X1 : rata-rata skor total yang dijawab benar soal nomor i

Xt : rata-rata skor total semua responden

P1 : proporsi jawaban yang benar untuk butir soak nomor i

Q1 : proporsi jawaban yang salah untuk butir soak nomor i

St : standar deviasi skor total semua responden, dengan rumus

G.

St =

∑(�−�2²

Keputusan uji :

Bila, hitung (r pearson) ≥ ᵣ tabel : artinya pertanyaan tersebut valid

Bila, hitung (r pearson) ≤ ᵣ tabel: artinya pertanyaan tersebut tidak valid.

Uji kuesioner dilakukan untuk menguji kuesioner yang akan digunakan

dalam penelitian gambaran pengetahuan tentang resiko terjadinya penyakit

reumatik pada wanita lanjut usia di Panti Werdha Asuhan Bunda Bandung.

Pertanyaan dan pernyataan pada uji kuesioner ini diajukan kepada lansia di Panti

Werdha Asuhan Bunda Bandung pada tanggal 29 Mei 2013 sampai 31 Mei 2013

dengan jumlah responden sebanyak 20 orang. Dari 25 pertanyaan yang diajukan,

hasil yang dinyatakan valid terdapat 22 pertanyaan diantaranya nomor item 1, 2, 3,

4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25 dan hasil yang

tidak valid adalah nomor item 7, 15, 16. Sehingga hasil akhir item pertanyaan

yang digunakan untuk penelitian berjumlah 22 pertanyaan, untuk pertanyaan yang

tidak valid dibuang dari nomor item 7, 15, dan 16.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan

menggunakan alat ukur yang sama. Untuk itu sebelum digunakan untuk penelitian

(21)

36

dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas.

Dengan demikian harus menghitung validitas terlebih dahulu sebelum menghitung

reliabilitas (Notoatmodjo, 2010).

Untuk mengetahui hasil reliabilitasnnya adalah dengan membandingkan

nilai r tabel. Dalam uji reliabilitas nilai r sebagai hasil dari „Alpha‟. Bila r Alpha

lebih besar dari konstanya (0,6), maka pertanyaan tersebut reliabel (riyanto, 2009).

Jika butir soal Dis-kontinum (misalnya soal obyektif dengan skol n dan 1).

Seperti pengetahuan, maka uji realibilitasnya “koefisien reliabilitas” dengan

menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut (Riyanto, 2011) :

��= ��− 1

1

1 1

��

²

Keterangan :

�� : koefisien reabilitas tes

� : cacah butir

1 1 : varietas skonskor butir

1 : proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i

1 : proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i

St² : varian skor total

Keputusan uji :

- Bila nilai Crombah’s alpha lebih e konstanta (0,6) maka pertanyaan

reliabel.

- Bila nilai Crombah’s Alpha < (0,6) maka pertanyaan tidak reliabel.

- Menurut hasil uji reliabilitas yang dilakukan kepada 20 responden yang

bertempat di Panti Wredha Asuhan Bunda Bandung, didapatkan hasil

r=0.867 sehingga dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan tentang

pengetahuan lansia tentang resiko terjadinya penyakir reumatik adalah

reliabel.

(22)

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam,

2003). Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan membuat

kuesioner. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji

validitas dan realiabilitas.

Untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba “trial” dilapangan.

Responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya yang memiliki ciri-ciri

responden dari tempat dimana penelitian tersebut harus dilakukan (Notoatmodjo,

2010).

Pengumpulan data ini akan dilakukan di Panti Sosial Tresna Wreda Budi

Pertiwi Bandung. Cara pengumpulan data dengan kuesioner adalah :

1. Pengumpulan

Yaitu dengan menyebarkan kuesioner secara langsung ke responden dan

divalidasi dengan observasi, kemudian setelah diisi diserahkan kepada peneliti

saat itu juga.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner yang dilakukan sendiri

oleh responden dengan langkah sebagai berikut :

a. Setelah mendapat ijin dari Kepala Panti Sosial Tresna Wreda Budi Pertiwi

peneliti melakukan konfirmasi kepada penjaga panti.

b. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian

dan pengisian kuesioner.

c. Setelah memahami tujuan penelitian responden yang setuju diminta

menandatangani surat pernyataan ketersediaan menjadi responden.

d. Responden dibagikan kuesioner dan diminta mempelajari terlebih

dahulu, bila ada pertanyaan yang tidak jelas, diberikan kesempatan untuk

bertanya.

e. Mempersilahkan responden mengisi kuesioner sesuai petunjuk.

f. Kuesioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan diperiksa

(23)

38

H. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa

Univariat. Analisa univariat merupakan analisa yang dilakukan terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005).

Dengan perhitungan rumus, penentuan besarnya presentase sebagai

berikut :

Keterangan : X : Hasil prosentase

f :Frekuensi hasil pencapaian

n : Total seluruh observasi

Setelah itu dengan perhitungan rumus diatas selanjutnya diinterpretasikan

agar mengetahui gambaran pengetahuan tentang resiko terjadinya penyakit

reumatik pada wanita lanjut usia di PSTW Budi Pertiwi Bandung.

Setelah diperhitungkan melalui item diatas , maka peneliti melakukan

interpretasi data dari jawaban angket dengan cara membuat kategori untuk setiap

kriteria berdasarkan tabel aturan Koentjaraningrat (Suhartini, 2007).

Dibawah ini adalah tabel interpretasi data menurut Koentjaraningrat :

Tabel 3.2 Interpretasi Data dengan Kategori Aturan Koentjaraningrat

Presentase Kategori

0% Tidak Ada

1%-25% Sebagian Kecil

26%-49% Hampir Separuhnya

50% Separuhnya

51-75% Sebagian Besar

X =

f

(24)

76%-99% Hampir Seluruhnya

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di Panti Sosial Tresna

Wredha Budi Pertiwi yang berjudul gambaran pengetahuan tentang Penyakit

Reumatik pada Wanita Lanjut Usia, dari 29 responden dengan pengetahuan cukup

hampir separuhnya (44.8%), pengetahuan baik hampir separuhnya (34.5%), dan

pengetahuan kurang sebagian kecil (20.7%) . Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwan pengetahuan lansia tentang penyakit reumatik di PSTW Budi

Pertiwi adalah cukup dengan hampir separuhnya (44.8%).

B.

Saran

1. Bagi PSTW Budi Pertiwi Bandung

a. Penelitian mengenai gambaran pengetahuan lanjut usia tentang penyakit

reumatik didapatkan hasil pengetahuan lansia di PSTW Budi Pertiwi

Bandung adalah cukup, tetapi diharapkan PSTW Budi Pertiwi Bandung dapat

memberikan informasi lebih lanjut mengenai Penyakit Reumatik agar dapat

mengurangi angka kejadian penyakit reumatik dan meningkatkan status

kesehatan lansia.

b. Petugas PSTW dapat memberikan motivasi kepada lanjut usia untuk

melakukan upaya-upaya preventif dan rehabilitasi dalam mengurangi

terjadinya penyakit reumatik.

c. Lansia dengan tingkat pengetahuan baik diharapkan dapat mempertahankan

dan meningkatkan pengetahuannya tentang penyakit reumatik. Lansia dengan

tingkat pengetahuan cukup diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya

sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit reumatik. Lansia dengan

pengetahuan kurang diharapkan dapat lebih banyak mencari informasi

tentang masalah kesehatan yang terjadi pada lansia terutama masalah

(26)

2. Bagi Petugas Kesehatan

Lebih ditingkatkan lagi dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan yang

diberikan kepada lansia mengenai terjadinya Penyakit Reumatik dengan membuat

jadwal kegiatan sehingga lanjut usia diharapkan dapat lebih memahami dan dapat

mengatasi permasalahan yang ditimbulkan baik secara mandiri maupun dengan

bantuan oran lain.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti mengharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian

pada aspek yang lebih luas lagi, dan mengembangkan variabel-variabel yang

sebelumnya belum diteliti sehingga dapat menjadi bahan referensi dalam

(27)

44

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Prakrek. Jakarta:

RinekaCipta.

Arif, Muttaqin, S.Kep. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Asep Chandra. (2008). Mitos dan Fakta Tentang Rematik. Tersedia:

http://www.kompas.com/. [10 Mei 2013].

Azizah, Lilik M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Azrul Anwar. (1999). Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa

Aksara.

Badan Pusat Statistik. (2010). Statistik Penduduk Lanjut Usia (Survei Sosial

Ekonomi Nasional). Jakarta: BPS.

BKKBN. (2012). Lansia. Jakarta: http://www.bkkbn.go.id

Bambang, Kisworo (2008). Nyeri Sendi-sendi Akibat reumatik. Tersedia:

http://www.suaramerdeka.com/. [10 April 2013].

Burke and Laramie. (2002). Primary Care of The Older Adult A Multidisiplinary

Approach. St. Louis: Mosby Company.

Bredveeld. (2003). Masyarakat Tidak Sadari Ancaman Rematik Radang Sendi.

Tersedia: http://www.sinarharapan.co.id/. [5 Mei 2013]

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8

Volum 3. Jakarta : EGC.

Christensen, Kockrow. (2006). Adult Health Nursing Fifth Edition. Philadelphia:

Mosby Company.

Eliopoulus, Charlotte. (2005). Gerontological Nursing Sixth Edition. Philadelphia:

Lippincott Williams&Wilkins.

Handono dan Isbagyo, (2005). Pemilihan Terapi Rematik yang Efektif, Aman, dan

Ekonomis. Tersedia: http://www.tempo.co.id/. [3 Mei 20013].

Hendra, AW. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. Avaible : http: //ajang-berkarya. Wordpress. com/ 2008/ 06/ 07/ Konsep

Pengetahuan/ 17/ 05/ 2011

(28)

Meiner. (2006). Lueckenotte. Gerontologic Nursing Third Edition. Philadelphia:

Mosby Company.

Nainggolan, Olwin. (2009). Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di

Indonesia: Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian dan

Pengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan RI [online], Vol 59

[59], 7 halaman. Tersedia: [4 Mei 2013]

Nainggolan, Olwan. (2006).Terapi Jus dan Diet. Tanggerang: Argomedia.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Nugroho, Wahjudi. (2011). Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.

Price S.A, Wilson L.M. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses

Penyakit. Jakarta : EGC.

Priyatno. (2009). Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Jabar: LESKONFI.

Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha.

Smart, A. (2010). Reumatik dan Asam Urat; Pengobatan dan Terapi sampai

Sembuh Total. Yogyakarta: A’Plus Books.

Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suhartini. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Reka

Cipta

Syamsul, Anwar. Aplikasi Model Comunity As Partner dan Health Belief Model

dalam Rangka Pelayanan Askep pada Agrerat Lansia dengan Rematik

Artikuler di Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.

Tesis FIK UI. 2007

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Tulis

Ilmiah. Bandung: UPI

Williams and Wilkins. (1997). Arthritis and Allied Condition : Texbook of

Rhemathology 13th Edition Volume One. Pennsylvania: A Waverly

Gambar

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lihat pada menu properties, kemudian rubah nilai yang ada pada menu “Caption” menjadi “ON” sehingga tampilan berubah seperti gambar berikut:. Klik componen “Shape” pada

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah

Studi Perbandingan Kemampuan Aransemen Musik Siswa Kelas X7 di SMA Negeri 4 Kota Sukabumi Melalui Pendekatan Scientific.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Tahap pertama adalah untuk mengevaluasi potensi hasil dan adaptasi beberapa varietas padi sawah di tanah salin berdasarkan tanggapkomponenvegetatif,generatif, fisiologi,

Karakteristik Pemasaran Ayam Broiler Pada Beberapa Skala Pemeliharaan di

[6]- Ini menjadi tujuan pengembangan konsep sistem temu kembali informasi berdasarkan jaringan sosial: model yang. didasarkan atas reprsentasi kueri dan laman-laman

Kategori Publikasi Jurnal Ilmiah : f},Prosiding Forum Ilmiah Internasional (beri /pada kategori yang tepat) [Vl Prosiding Forum Ilmiah Nasional. Hasil Penilaian

Pengolahan data pada rental ini masih menggunakan sistem manual, sehingga diperlukan banyak waktu, tempat, tenaga dan biaya. Dunia komputer sudah banyak memasuki kawasan usaha, baik