• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI LUAS AREA KEBAKARAN HUTAN BERDASARKAN DATA METEOROLOGI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PREDIKSI LUAS AREA KEBAKARAN HUTAN BERDASARKAN DATA METEOROLOGI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS)."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI LUAS AREA KEBAKARAN HUTAN

BERDASARKAN DATA METEOROLOGI DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN

MULTIVARIATE

ADAPTIVE REGRESSION SPLINES

(MARS)

SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA

OLEH :

WINALIA AGWIL

BP. 0810433046

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK iii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Batasan Masalah ... 4

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 6 2.1 Analisis Regresi ... 6

2.2 Regresi Nonparametrik ... 7

2.3 Regresi Spline ... 8

2.4Basis Function (B) ... 9

2.5Recursive Partitioning (RP) ... 11

2.6 Modifikasi Friedman (Multivariate Adaptive Regression Spline) ... 13

2.7Algoritma MARS ... 14

2.8 Uji Signifikansi Fungsi Basis Model MARS ... 17

(3)

3.2 Metoda ... 23

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 26

4.1 Model Luas Area Kebakaran Hutan

Menggunakan MARS ………... 26 4.2 Uji Signifikansi Basis Fungsi Model MARS……… 28 4.3

Interpretasi Model MARS ...………..30

BAB V KESIMPULAN 36

DAFTAR PUSTAKA 38

(4)

ABSTRAK

Luas area kebakaran hutan dapat diduga berdasarkan data meteorologi. Data meteorologi tersebut antara lain adalah koordinat sumbu x spasial suatu lokasi dalam peta, koordinat sumbu y spasial suatu lokasi dalam peta, bulan, hari, indeks FFMC, indeks DMC, indeks DC, indeks ISI, temperatur, kelembaban relatif, kecepatan angin dan curah hujan. Pendugaan terhadap luas area kebakaran hutan dapat diduga dengan menggunakan

pendekatan Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS). Data yang digunakan adalah data meteorologi wilayah Portugal. Hasil pendugaan luas area kebakaran hutan dengan menggunakan MARS menghasilkan beberapa variabel yang berpengaruh secara signifikan antara lain : FFMC, hari, temperatur, DMC, kelembaban relatif, bulan, koordinat sumbu y spasial suatu lokasi dalam peta, DC, dan koordinat sumbu x spasial suatu lokasi dalam peta dengan tingkat kepentingan berturut-turut 100%, 90.9%, 73.5%, 34.5%, 25,1%,23.1%, 19.6%, 17.9% dan 5.7%.

(5)

BAB I

(intangible) berupa fungsi hutan sebagai pembentuk iklim mikro dan makro, pencegah bencana

dan penyedia keanekaragaman hayati.

Kebakaran hutan berbeda dengan kebakaran lahan. Kebakaran hutan adalah kebakaran

yang terjadi di dalam kawasan hutan, sedangkan kebakaran lahan adalah kebakaran yang

terjadi di luar kawasan hutan. Kebakaran hutan dan lahan biasanya terjadi baik disengaja

maupun tanpa sengaja. Terjadinya kebakaran hutan dan lahan seringkali diakibatkan oleh

faktor kesengajaan manusia oleh beberapa kegiatan seperti kegiatan ladang, PIR (Perkebunan

Inti Rakyat), HTI (Hutan Tanaman Industri), penyiapan lahan untuk ternak sapi, dan

sebagainya. Sekitar 90% kejadian kebakaran hutan disebabkan karena kurangnya pengawasan

dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.

Kebakaran hutan juga bisa disebabkan oleh faktor ketidaksengajaan yang disebabkan

oleh faktor alami ataupun karena kelalaian manusia. Faktor-faktor alami penyebab kebakaran

hutan dan lahan meliputi bahan bakar, cuaca, waktu dan topografi. Faktor kebakaran hutan

yang disebabkan oleh faktor bahan bakar tergantung pada ukuran, susunan, volume, jenis dan

kandungan kadar air bahan bakar tersebut. Kelima hal tersebut memiliki pengaruh yang saling

berinteraksi, sehingga menyebabkan kebakaran hutan dan lahan [13].

Melihat tingginya angka kejadian kebakaran hutan pada saat ini, banyak peneliti

(6)

diterapkan adalah Fire Danger Rating System (FDRS) yaitu suatu sistem yang dikembangkan

di Kanada untuk menentukan peringkat bahaya kebakaran regional. Subsistem dari Fire

Danger Rating System adalah FWI (Fire Weather Index) atau indeks cuaca kebakaran yang

berguna untuk melihat pengaruh cuaca terhadap kelembaban bahan bakar dan perilaku

kebakaran, selain itu juga untuk melihat intensitas laju kebakaran dan ketersediaan bahan

bakar. Sistem FWI terdiri dari 3 kode kelembaban antara lain sebagai berikut :

a. Fine Fuel Moisture Code (FFMC)

b. Duff Moisture Code (DMC)

Kode-kode FWI biasanya dihitung dari titik-titik pengamatan (umumnya stasiun cuaca)

dengan masukan parameter suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan curah hujan.

Disamping itu, juga harus diperhatikan kondisi topografi, tipe bahan bakar, dan permukaan

yang dapat mempengaruhi nilai FWI.

Berdasarkan indeks-indeks dan kode-kode pada sistem FWI beserta data meteorologi

lainnya seperti kelembaban relatif, curah hujan, temperatur dan kecepatan angin, dapat

diprediksikan/diperkirakan kemungkinan luasnya area kebakaran hutan di satu lokasi tertentu.

Prediksi luas area kebakaran hutan di suatu lokasi tertentu sangatlah penting, agar dapat

dilakukan antisipasi terhadap luasnya kebakaran hutan tersebut. Salah satu pendekatan yang

dapat dilakukan untuk memodelkan luas area kebakaran hutan adalah pendekatan

(7)

Salah satu pendekatan nonparametrik yang dapat digunakan adalah MARS

(Multivariate Adaptive Regression Splines). MARS (Multivariate Adaptive Regression

Splines) merupakan pendekatan regresi nonparametrik yang dikembangkan oleh Jerome H.

Friedman pada tahun 1990. Data respon pada MARS dapat berupa data kontinu dan data biner.

Selain itu, MARS menghasilkan pemodelan regresi yang fleksibel untuk data dengan variabel

prediktor ≤ � ≤ dan ukuran contoh 5 ≤ � ≤ . Bentuk model MARS merupakan

perluasan hasil kali fungsi basis spline, dimana jumlah fungsi basis beserta parameter

parameternya (derajat hasil kali, lokasi knot) ditentukan oleh data dengan menggunakan

algoritma recursive partitioning yang dimodifikasi [9].

Karena MARS dapat menghasilkan pemodelan yang fleksibel dengan data yang

memiliki banyak variabel prediktor, penulis tertarik menggunakan MARS untuk melihat

seberapa besar pengaruh indeks/kode FWI dan juga data meteorologi lainnya terhadap luas

area kebakaran hutan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi luas area kebakaran hutan berdasarkan data

meteorologi dengan menggunakan MARS (Multivariate Adaptive Regression Splines)?

2. Bagaimana model luas area kebakaran hutan berdasarkan data meteorologi menggunakan

metode MARS (Multivariate Adaptive Regression Splines)?

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini diberikan batasan bahwa data yang digunakan adalah data sekunder

luas area kebakaran hutan berdasarkan data meteorologi di wilayah Portugal pada tahun 2007

(8)

koordinat sumbu y spasial suatu lokasi dalam peta, bulan, hari, indeks FFMC, indeks DMC,

indeks DC, indeks ISI, temperatur, kelembaban relatif, kecepatan angin dan curah hujan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi luas area kebakaran hutan

berdasarkan data meteorologi dengan menggunakan MARS.

2. Menduga model luas area kebakaran hutan berdasarkan data meteorologi dengan

menggunakan model MARS.

1.5 Sistematika Penulisan

Pada Bab I diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan

masalah, tujuan dan sistematika penulisan skripsi ini. Konsep dasar mengenai Multivariate

Adaptive Regression Spline (MARS) serta beberapa teori pendukung untuk menyelesaikan

permasalahan skripsi ini yang disajikan dalam Bab II sebagai landasan teori. Pada Bab III

berisikan tentang data dan langkah-langkah penelitian yang merupakan langkah atau proses

untuk memperoleh hasil. Analisis dan pembahasan akan dipaparkan dalam Bab IV yang

merupakan hasil dari langkah-langkah pada Bab III. Penulisan skripsi ini diakhiri dengan

kesimpulan yang dipaparkan dalam Bab V.

(9)

Referensi

Dokumen terkait