• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMODELAN RISIKO KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH BERDASARKAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE(MARS)(Studi Kasus di RSU Haji Surabaya) Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMODELAN RISIKO KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH BERDASARKAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINE(MARS)(Studi Kasus di RSU Haji Surabaya) Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN RISIKO KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR

RENDAH BERDASARKAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE

REGRESSION SPLINE(MARS) (Studi Kasus di RSU Haji Surabaya)

SKRIPSI

RETNO ARIE AGUSTIEN

PROGRAM STUDI S1-STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

(2)

PEMODELAN RISIKO KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR

RENDAH BERDASARKAN PENDEKATAN MULTIVARIATE ADAPTIVE

REGRESSION SPLINE(MARS) (Studi Kasus di RSU Haji Surabaya)

SKRIPSI

RETNO ARIE AGUSTIEN

PROGRAM STUDI S-1 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

(3)
(4)
(5)

PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,

karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Pemodelan Risiko Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Berdasarkan Pendekatan Multivariate Adaptive Regression Spline(MARS) (Studi Kasus di RSU Haji Surabaya)”. Skripsi ini ditulis sebagai persyaratan

akademis di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Dalam proses

penyusunan skripsi, penulis banyak menemui kendala namun dengan bantuan dari

berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Atas segala bantuan yang

telah diberikan, maka tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Edy Guswito dan Siti Romlah, yang selalu memberi

dukungan materil dan moril serta doa. Serta kakak tercinta, Farida Yuliati dan

Rama Aguswito yang selalu memberi semangat saat mengerjakan skripsi ini.

2. Dr. Ardi Kurniawan, M.Si dan Drs. Eko Tjahjono, M.Si yang telah memberi

bimbingan, petunjuk dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Nur Chamidah, M. Si dan Ir. Elly Ana, M. Si sebagai dosen penguji yang

telah memberi petunjuk dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabat-sahabat saya , Arnis, Misel, Ndewo, A mel, Lulun, M ocin, Lemot,

Verina dan Antok yang selalu memberi motivasi dalam mengerjakan skripsi.

5. Rachmat A nugrah P utra yang s elalu me nghibur d an me beri mo tivasi s aya

(8)

6. Teman – teman S tatistika a ngkatan 2012 khus usnya, Inesia, D ela, R osita,

Zahro, D arwati yang s elalu m embantu s aya m enyelesaikan k esulitan d alam

mengerjakan skripsi.

Penulis m enyadari b ahwa s kripsi ini masih j auh da ri ni lai ke sempurnaan,

oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

(9)

Retno Arie, 2016. Pemodelan Risiko Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Berdasarkan Pendekatan Multivariate Adaptive Regression Spline (Studi Kasus di RSU Haji Surabaya). Skripsi dibawah bimbingan Dr. Ardi Kurniawan, M.Si dan Drs. Eko Tjahjono, M.Si. Program Studi S1-Statistika, Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

ABSTRAK

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, semakin bertambah pula permasalahan – permasalahan yang dihadapi dalam bidang kesehatan. Seperti yang sedang terjadi saat ini, jumlah angka kematian sangat tinggi dan yang menjadi faktor utama peningkatan tersebut adalah bayi dengan berat badan lahir rendah. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat. Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR mempunyai risiko kematian cukup tinggi pada masa neonatal di negara berkembang termasuk Indonesia, menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013 hampir 98% dari 5 juta kematian neonatal atau lebih dari 2/3 kematian disebabkan oleh BBLR. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan menginterpretasikan dari model berdasarkan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap risiko kejadian bayi berat badan lahir rendah. Metode yang digunakan adalah metode Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS) menggunakan 150 data dengan variabel prediktor sebanyak 7 variabel. Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap risiko kejadian bayi berat badan lahir rendah di RSU Haji Surabaya pada tahun 2015 antara lain usia ibu hamil, anemia, diabetes militus, paritas, riwayat pendidikan, status gizi, dan usia kehamilan. Berdasarkan model MARS terbaik dengan BF=28, MI=3 dan MO=3 mempunyai nilai GCV sebesar 0,206 dan R-square sebesar 0,46 dapat disimpulkan variabel prediktor yang signifikan mempengaruhi resiko kejadian BBLR di RSU Haji Surabaya adalah riwayat pendidikan pasien ibu hamil, diabetes militus, status gizi ibu, usia ibu, paritas dan usia kehamilan.

(10)

Retno Arie, 2016.Risk Modeling Low Birth Weight Babies with Multivariate Adaptive Regression Spline (Case Studies in RSU Haji Surabaya). This

skripsi is under supervised by Dr. Ardi Kurniawan, M.Si and Drs. Eko Tjahjono, M.Si, S1-Statistics Courses, Matematics Departement, Faculty of Sains and Technology, Airlangga University, Surabaya.

ABSTRACT

Along with the development of science and technology in the field of health, increasing as problems in the health field. As is happening now, the death rate is very high and that is a major factor in this increase was a baby with low birth weight. Babies with low birth weight (LBW) is a health problem that is often experienced in some communities. LBW infants are infants born with a birth weight less than 2500 grams regardless of gestation. LBW have a fairly high risk of death in the neonatal period in developing countries, including Indonesia, according to the World Health Organization (WHO) in 2013 almost 98% of 5 million neonatal deaths, or more than 2/3 deaths caused by LBW. One objective of this study was to analyze and interpret than models based on factors that significantly influence the risk modeling low birth weight babies. The method used in this research is the method of Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS). This study uses 150 data by as much as 7 variables predictor variables. The method used is the method of Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS) using 150 data by as much as 7 variables predictor variables. Factors - factors that affect the risk of the incidence of low birth weight babies in RSU Haji Surabaya in 2015 include maternal age, anemia, diabetes mellitus, parity, history of education, nutritional status, and gestational age. Based on the best MARS models with BF = 28, MI = 3 and MO = 3 GCV has a value of 0.206 and R-square of 0.46 can be concluded that a significant predictor variables affect the risk of LBW in RSU Haji Surabaya is a history of patient education of pregnant women, diabetes mellitus, maternal nutritional status, maternal age, parity and gestational age.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PERNYATAAN ...ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ...iv

SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS . ...v

KATA PENGANTAR ...vi

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ...ix

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Batasan Masalah ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Berat Badan Lahir Rendah ... 8

(12)

a. Usia Ibu ... 9

b. Anemia ... 9

c. Diabetes Melitus ... 10

d. Paritas ... 10

e. Riwayat Pendidikan Ibu ... 10

f. Status Gizi ... 11

g. Usia Kehamilan . ... 14

2.3 Regresi Nonparametrik ... 12

2.4 Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS) ... 14

2.5 Klasifikasi MARS ... 20

2.6 Koefisien Basis Fungsi Model MARS ... 22

2.7 Odds Ratio ... 24

2.8 Ketepatan Klasifikasi dan nilai Press’Q ... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Data dan Sumber Data ... 29

3.2 Variabel Penelitian ... 29

3.3 Metode Analisis ... 32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 36

4.1 Deskriptif Statistik Pasien Ibu Hamil . ... 36

4.2 Model Regresi Logistik Biner pada Tingkat Risiko Kejadian Ibu Melahirkan Bayi BBLR Menggunakan Pendekatan MARS . ... 39

(13)

4.4 Pengujian Koefisien Fungsi Basis Model MARS . ... 45

4.5 Interpretasi Fungsi Basis dalam Model MARS . ... 48

4.6 Interpretasi Model MARS dan Odds Ratio . ... 54

4.7 Output Threshold pada Program R . ... 56

4.8 Ketepatan Klasifikasi dan Nilai Press’s Q pada Data In Sample ....58

4.9 Ketepatan Klasifikasi dan Nilai Press’s Q pada Data Out Sample . ...61

4.10 Aplikasi Model pada Data Out Sample . ...63

BAB 5 PENUTUP . ... 67

5.1 Simpulan . ... 67

5.2 Saran . ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi IMT Pasien Ibu Hamil... 11

Tabel 2.2. Nilai Ketergantungan Model y terhadap ... 25

Tabel 2.3. Ketepatan Klasifikasi Model MARS ... 26

Tabel 4.1. Deskriptif Statistik Pasien Ibu Hamil di Rumah Sakit Haji Periode Januari 2015 – Desember 2015 Menggunakan Uji Crosstabs … ... 36

Tabel 4.2. Penentuan Model pada Tingkat Resiko Kejadian Ibu Melahirkan Bayi BBLR menggunakan MARS (Fungsi Basis sebesar 14) ... 40

Tabel 4.3. Penentuan Model pada Tingkat Resiko Kejadian Ibu Melahirkan Bayi BBLR menggunakan MARS (Fungsi Basis sebesar 21) ... 41

Tabel 4.4. Penentuan Model pada Tingkat Resiko Kejadian Ibu Melahirkan Bayi BBLR menggunakan MARS (Fungsi Basis sebesar 28) ...42

Tabel 4.5. Estimasi Parameter dari Basis Fungsi . ...43

Tabel 4.6. Tingkat Kepentingan Variabel Prediktor . ...44

Tabel 4.7. Uji Parsial atau Individu Model MARS . ...47

Tabel 4.8. Perbandingan Antara Ketepatan Klasifikasi Metode MARS dengan Regresi Logistik Biner . ...48

Tabel 4.9. Odds Ratio pada Fungsi Basis . ...54

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Rekam Medis Pasien Ibu Hamil Rumah Sakit Haji Surabaya

(in sample)

Lampiran 2. Data Rekam Medis Pasien Ibu Hamil Rumah Sakit Haji Surabaya

(out sample).

Lampiran 3. Output Model Optimal Program MARS dengan Fungsi Basis 14. Lampiran 4. Output Model Optimal Program MARS dengan Fungsi Basis 21. Lampiran 5. Output Model Optimal Program MARS dengan Fungsi Basis 28. Lampiran 6. Menentukan Threshold (Titik Potong/Cut Point) pada Program R. Lampiran 7. OutputThreshold (Titik Potong/Cut Point) pada Program R.

Lampiran 8. Output Perhitungan M anual p ada D ata O ut S ample dengan Microsoft Excel.

Lampiran 9. Program M enghitung K etepatan K lasifikasi P emodelan R isiko

Kejadian Pasien Ibu Hamil Melahirkan Bayi BBLR.

Lampiran 10. Output Program M enghitung K etepatan K lasifikasi P emodelan

Risiko K ejadian P asien Ibu H amil M elahirkan B ayi d engan

BBLR (Out Sample).

Lampiran 11. Output Program M enghitung K etepatan K lasifikasi P emodelan

Risiko K ejadian P asien Ibu H amil M elahirkan B ayi d engan

BBLR (In Sample).

Lampiran 12. Hasil Output Regresi L ogistik B iner Menggunakan Software

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, semakin bertambah pula permasalahan – permasalahan yang dihadapi dalam bidang kesehatan. Seperti yang sedang terjadi saat ini, jumlah angka kematian sangat tinggi dan yang menjadi faktor utama peningkatan tersebut

adalah bayi dengan berat badan lahir rendah. Bayi dengan berat badan lahir

rendah merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebagian

masyarakat. Penurunan kejadian bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

untuk mengurangi kematian anak merupakan kontribusi penting dalam Tujuan

Pembangunan Milenium (MDGs). BBLR mempunyai risiko kematian cukup

tinggi pada masa neonatal di negara berkembang termasuk Indonesia, menurut

World Health Organization (WHO) tahun 2013 hampir 98% dari 5 juta kematian

neonatal atau lebih dari 2/3 kematian disebabkan oleh BBLR. Bayi BBLR adalah

bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa

gestasi. Berat lahir yang dipantau adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)

jam setelah lahir (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004). Kelahiran BBLR

disebabkan karena defisiensi bahan nutrien oleh ibu selama hamil yang

menyebabkan terganggunya sirkulasi foeto maternal dan berdampak buruk

terhadap tumbuh kembang setelah diluar kandungan, dimana bayi yang bertahan

(18)

dan keterbelakangan dalam perkembangan kognitif yang ditandai dengan

menurunnya Intelligence Quotient (IQ) poin sehingga memberi ancaman terhadap

kualitas Sumber Daya Manusia pada masa yang akan datang (Soetjiningsih,

2012). Prevalensi BBLR menurut WHO pada tahun 2011 diperkirakan 15% dari

seluruh kelahiran di dunia dengan diketahui presentase kelahiran sebesar

3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi

rendah. Pada tahun 2011 diketahui bahwa jumlah bayi dengan BBLR di Jawa

Timur mencapai 5,42% yang diperoleh dari presentase 32.933 dari 594.461 bayi

baru lahir yang di timbang dan angka kematian neonatal pernyataan tersebut

diperoleh dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dengan penyebab

kematian yang tertinggi disebabkan karena BBLR yaitu mencapai 38,03%

dibanding penyebab kematian neonatal lain (Dinkes, 2012). Prevalensi BBLR di

Jawa timur pada tahun 2013 juga diketahui meningkat yaitu sebesar 7,59%

diperoleh dari sumber Riskesdas Angka kejadian BBLR tahun 2012 yang terjadi

di RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebesar 19,34 % (SKDI, 2013). Prevalensi

BBLR di RSU Haji pada tahun 2015 diperoleh 85% dari total keseluruhan

kehamilan yang terjadi pada tahun 2015 menyatakan bayi yang dilahirkan adalah

bayi dengan kejadian BBLR.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Salawati (2012) mengenai hubungan

usia, paritas dan pekerjaan ibu hamil terhadap kejadian BBLR di RSUD ZA

Banda Aceh menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya usia yang mempunyai hubungan

(19)

Penelitian Rasyid (2012) yang mengambil sampel di RSUD PROF. DR. H. Aloei

Saboe kota Gorontalo meneliti faktor risiko kejadian BBLR yang terfokus pada

stress kehamilan ibu dan status gizi ibu mengacu pada data primer dengan metode

pengambilan simple random sampling yang diberi kuisioner berkaitan variabel

penelitian faktor risiko kejadian BBLR. Penelitian tersebut dianalisis

menggunakan multivariat dengan regresi berganda logistik dengan hasil penelitian

yang ditemukan adalah ibu dengan stress kehamilan dan status gizi kurang

mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR sebesar 2,7 kali dibanding dengan ibu

yang mempunyai status gizi baik.

Pada skripsi ini dibahas mengenai model risiko kejadian bayi BBLR. Analisis

statistika yang dapat menghubungkan antara variabel respon dan prediktor adalah

analisis regresi. Analisis regresi memiliki beberapa pendekatan dalam menduga

sebuah hubungan antar variabel, yaitu metode parametrik dan metode

nonparametrik. Metode nonparametrik lebih baik digunakan dibandingkan metode

parametrik, karena salah satu kelebihan dari metode nonparametrik adalah tidak

mengharuskan sebuah data yang dianalisis berdistribusi normal. Menurut

Friedman (1991), salah satu analisis regresi nonparametrik multivariat untuk

mengetahui hubungan antar variabel adalah dengan pendekatan Multivariate

Adaptive Regression Spline (MARS).

Metode Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS) adalah metode yang

tidak mengasumsikan bentuk hubungan fungsional antara variabel respon dan

prediktor, dan mempunyai bentuk fungsional yang fleksibel. Pada pembentukan

(20)

lebih dari satu dan memungkinkan diperoleh model yang melibatkan interaksi

antar variabel bebas yang digunakan. Oleh karena itu diharapkan nantinya model

yang terbentuk akan mempunyai ketepatan prediksi yang cukup tinggi.

Dalam kasus ini, variabel respon 𝑌 yang digunakan adalah faktor risiko BBLR

pada proses persalinan. Jika bayi lahir dengan berat badan normal(𝑌 = 0) dan

jika bayi lahir dengan berat badan lahir rendah(𝑌 = 1). Berbagai faktor yang

diduga berpengaruh pada kejadian BBLR ini menggunakan variabel yang ada

pada penelitian Salawati (2012) dan Rasyid (2012), yaitu usia ibu (𝑋1), anemia (𝑋2), diabetes mellitus (𝑋3), paritas (𝑋4), riwayat pendidikan ibu (𝑋5), status gizi

ibu (𝑋6) dan usia kehamilan (𝑋7).

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan pemodelan faktor yang mempengaruhi

kejadian BBLR di rumah sakit di Surabaya menggunakan metode Multivariate

Adaptive Regression Spline (MARS) diharapkan dapat memperoleh model risiko

untuk kejadian BBLR serta mendapatkan faktor – faktor yang berpengaruh pada

kejadian BBLR.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan variabel – variabel penelitian yang terkait faktor risiko

ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah di RSU Haji

Surabaya.

2. Bagaimana mengestimasi model regresi logistik biner pada risiko ibu

(21)

Surabaya berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi

berdasarkan pendekatan Multivariate Adaptive Regression Spline

(MARS).

3. Bagaimana menganalisis dan menginterpretasi model berdasarkan faktor

yang berpengaruh signifikan terhadap risiko kejadian bayi dengan berat

badan lahir rendah berdasarkan pendekatan Multivariate Adaptive

Regression Spline (MARS).

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah meliputi beberapa hal di bawah ini :

1. Mendeskripsikan variabel – variabel penelitian yang terkait faktor risiko

ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah di RSU Haji

Surabaya.

2. Mengestimasi model regresi logistik biner pada risiko kejadian bayi

dengan berat badan lahir rendah berdasarkan faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi berdasarkan pendekatan Multivariate Adaptive Regression

Spline.

3. Menganalisis dan menginterpretasi model berdasarkan faktor yang

berpengaruh signifikan terhadap risiko kejadian bayi dengan berat badan

lahir rendah berdasarkan pendekatan Multivariate Adaptive Regression

(22)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu :

1. Mengetahui estimasi model regresi logistik biner pada risiko kejadian bayi

dengan berat badan lahir rendah berdasarkan faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi berdasarkan pendekatan Multivariate Adaptive Regression

Spline.

2. Menambah wawasan bagi mahasiswa tentang estimasi model regresi

logistik biner dengan pendekatan Multivariate Adaptive Regression Spline

(MARS) untuk analisis pengaruh faktor terhadap suatu kejadian.

3. Menambah wawasan mengenai teori dan software Multivariate Adaptive

Regression Splines serta dapat mengaplikasikannya terhadap data riil.

4. Memberikan saran untuk instansi-instansi kesehatan khususnya kesehatan

kpasen ibu hamil atas pengetahuan faktor tingkat risiko bayi dengan berat

badan lahir rendah pada pasien ibu hamil sebagai bahan penyuluhan

supaya gejala bayi BBLR dapat dicegah sejak dini oleh masyarakat.

5. Sebagai bahan pustaka di lingkungan Program Studi S1-Statistika,

(23)

1.5 Batasan Masalah

Ruang lingkup dalam penulisan skripsi ini dibatasi pada beberapa hal, antara

lain sebagai berikut:

1. Penulisan skripsi berdasarkan atas kajian pustaka untuk mengestimasi

model regresi logistik biner melalui pendekatan Multivariate Adaptive

Regression Spline (MARS).

2. Obyek penelitian pasien ibu hamil merupakan studi kasus di Rumah Sakit

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Berat Badan Lahir Rendah

Berat Badan Lahir Rendah didefinisikan oleh WHO sebagai bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gr. Definisi ini berdasarkan pada hasil

observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang

dari 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap kesehatan yang buruk.

Menurunkan insiden BBLR hingga sepertiganya menjadi salah satu tujuan utama “

A World Fit For Children” hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja

United Nations General Assembly Special Session on Children in 2002. Lebih dari

20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran, merupakan BBLR di

Asia adalah 22% (Rahayu,2009).

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia msih tergolong tinggi dibandingkan

dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Human Development Report

2010, AKB di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran. Prevalensi BBLR di

Indonesia saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000 bayi (Depkes

RI, 2005).

Berdasarkan umur kehamilan, WHO telah membagi menjadi tiga kelompok

yaitu, pre-term adalah umur kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari). Pre-term

adalah umur kehamilan mulai dari 37 minggu sampai 42 minggu atau antara

(25)

hari (Manuaba, 2007). Menurut Rahmwati 2012 risiko yang mungkin terjadi pada

bayi lahir dengan BBLR adalah sebagai berikut :

1. Sistem Pernafasan

Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang berkembangnya paru

bayi, alveoli cenderung lebih kecil dengan adanya sedikit pembuluh darah yang

mengelilingi stroma seluler matur dan lebihbesar berat badannya, maka semakin

besar alveoli pada hakekatnyadindingnya dibantu oleh kapiler. Otot pernafasan

bayi lebih lemah dan pusat pernafasan kurang berkembang, terdapat pula

kekurangan lipoprotein paru-paru, surfaktan bertindak dengan cara menstabilkan

alveoli yang kecil sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi

respirasi.

Pertumbuhan dan perkembangan paru yang sebelum sempurna, otot

pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung sering

menyebabkan terjadi aspirasi pneumonia. Di samping itu sering timbul apnoe

yang disebabkan oleh gangguan dasar pernafasan selama kurang dari 20 detik

atau cukup lama sehingga menimbulkan sianosis dan beradikardi.

2. Sistem Pencernaan

a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan dengan

banyak lemah / kurang baik.

b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna, sehingga

pengosongan lambung berkurang.

c. Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi

(26)

3. Sistem Urogenitas

Fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya filtrasi glomerulus yang

menurun mengakibatkan kemampuan untuk mengabsorbsi urin menurun,

Akibatnya mudah jatuh dalam dehidrasi gangguan keseimbangan dan elektrolit

mudah terjadi dari tubulus yang kurang berkembang, produksi urin yang sedikit

tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit akibatnya mudah

terjadi oedema dan asidosis.

4. Sistem Neurology

Perkembangan sistem saraf sebagian besar tergantung pada derajat

maturitas. Pusat pengendalian fungsi sifat seperti pernafasan suhu tubuh dan pusat

reflek. Pada berat badan lebih rendah pusat reflek kurang berkembang (reflek

morro ditemukan pada bayi BBLR normal). Karena perkembangan saraf lemah,

maka pada bayi kecil lebih sulit untuk membangunkan dan mempunyai tangis

lemah.

5. Sistem Pembuluh Darah

Lebih dari 50% BBLR menderita perdarahan intraventrikuler yang

disebabkan karena bayi BBLR sering menderita apnoe, asfiksia berat dan

syndrome gangguan pernafasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan

hiperapnoe menyebabkan aliran darah ke otak bertambah yang akan lebih banyak

dan tidak ada otoregulasi serebral pada bayi BBLR sehingga mudah terjadi

perdarahan pembuluh kapiler yang rapuh dan ischemia di lapisan germinal yang

(27)

6. Sistem Imunologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya Ig G.

gamma globin bayi BBLR belum sanggup membentuk antibodi dan daya

fugositas serta reaksi terhadap peradangan masih lebih baik.

2.2 Faktor – Faktor Risiko Kejadian BBLR

Risiko ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh

beberapa faktor.Menurut penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh

Rahmawati dan Jaya (2010) adalah sebagai berikut:

a. Usia Ibu

Usia mempengaruhi proses persalinan, semakin tinggi umur seseorang

maka akan berisiko dalam proses persalinan dan meningkatkan risiko kejadial

BBLR. Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah umur 20-30 tahun

(DepKes,1998). Umur ibu kurang dari 20 tahun menunjukkan rahim belum

berkembang secara sempurna karena wanita masih dalam masa pertumbuhan

sehingga panggul dan rahim masih kecil. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan

persalinan. Kehamilan pada usia muda berpengaruh terhadap terjadinya

keracunan kehamilan (preeklamsi dan eklamsi) dan persalinan secsio caesaria

yang mengakibatkan still birth (lahir mati) dan meningkatkan risiko berat badan

bayi yang dilahirkan rendah atau kemungkinan terburuk adalah kematian bayi.

Begitu juga kehamilan 35 tahun akan menimbulkan kecemasan terhadap

kehamilan dan persalinan serta alat–alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil

(28)

b. Anemia

Penyakit yang diderita ibu berpengaruh terhadap kehamilan dan

persalinannya. Anemia di dalam kehamilan adalah masalah yang sering terjadi

dan berisiko tinggi terhadap kejadian BBLR. Menurut World Health

Organization (WHO) tahun 2011 pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan

kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya < 11,0 𝑔%.

c. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) termasuk penyakit penyerta kehamilan yang harus

dideteksi sejak dini oleh ibu hamil. Menurut penelitian Ulfatun (2012) penyakit

DM berisiko tinggi mempengaruhi kehamilan bayi dengan BBLR. Penyakit

Diabetes Melitus seringkali dapat dijumpai pada perempuan dibandingkan

laki-laki karena perempuan memiliki kolesterol jahat tingkat trigliserida yang lebih

tinggai dibandingkan laki-laki (Gusti & Erna 2014).

d. Paritas

Paritas menyatakan banyaknya kelahiran hidup yang telah dialami oleh

seorang wanita (BKKBN, 2006). Banyaknya anak yang pernah dilahirkan

seorang ibu mempengaruhi kesehatan ibu. Risiko untuk terjadinya BBLR tinggi

pada paritas 1 kemudian menurun pada paritas 2 atau 3 dan meningkat kembali

pada paritas 4. Jumlah anak lebih dari 4 orang menyebabkan keadaan rahim

menjadi lemah sehingga menyebabkan persalinan lama dan pendarahan pada

saat persalinan sehingga meningkatkan risiko kematian pada ibu maupun bayi

(29)

e. Riwayat Pendidikan Ibu

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

bagi dirinya, masyarakat bangsa dan Negara (UU Pendidikan No. 12, Tahun

2012). Riwayat pendidikan ibu termasuk faktor terjadinya BBLR, karena

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah dalam

memperoleh informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berfikir lebih

rasional(Rahmawati dan Jaya, 2010). Data riwayat pendidikan ibu akan

dikelompokkan mencadi 4 kategori yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan

Tinggi.

f. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tingkat kecukupan dan penggunaan satu nutrient

atau lebih yang mempengaruhi kesehatan seseorang (Sediaoetama, 2000).

Status gizi seseorang pada hakekatnya merupakan hasil keseimbangan antara

konsumsi zat-zat makanan dengan kebutuhan dari orang tersebut (Lubis, 2003).

Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang

dikandung. Bila status gizi normal pada masa kehamilan maka kemungkinan

besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.

Kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu selama

(30)

Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT dari WHO 2011 pada Tabel 2.1.adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1.Klasifikasi IMT Pasien Ibu Hamil

No IMT Kategori

1 < 18,5 Status Gizi Kurang

2 18,6 – 24,9 Status Gizi Normal

3 25 – 29,9 Status Gizi Lebih

Sumber: WHO, 2011

g. Usia Kehamilan

Usia kehamilan adalah masa yang dihitung sejak haid terakhir sampai saat

persalinan. Usia kehamilan mempengaruhi terjadinya BBLR karena wanita

dengan persalinan preterm umur kehamilan 34-36 minggu sangat berpotensi

terjadinya perinatal dan umurnya berkaitan dengan kejadian BBLR.

Normalnya usia kehamilan adalah 37 minggu. (Rahmi et al,2013)

2.3 Regresi Nonparametrik

Menurut Eubank (1998) jika bentuk dari f(xi) tidak diketahui dengan jelas,

maka pendekatan yang dilakukan untuk menduga bentuk dari f(xi) adalah dengan

regresi non parametrik. Dalam regresi non parametrik f(xi) hanya diasumsikan

termuat dalam ruang fungsi tertentu. Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk

menduga f(xi) salah satunya dengan spline, dalam regresi spline diberikan 𝑛 data

(31)

yi = f(xi)+ εi, (2.1)

dengan 𝑓 adalah fungsi regresi yang tidak diketahui bentuknya dan 𝜀𝑖 adalah error

variabel random dengan mean 0 dan varians 𝜎2. Estimator spline dengan orde ke

𝑘 dan titik knots 𝜏1 ,𝜏2 ,… ,𝜏𝑘,adalah suatu fungsi 𝑓 yang dinyatakan sebagai

berikut:

f(x)= ∑k+Kβp

p=0 ∅p (x) (2.2)

dengan β=( β0, β1, …, βk+K )T menunjukkan koefisien vektor dan ∅1, ∅2 , …,∅k+K

merupakan suatu fungsi yang didefinisikan sebagai berikut :

∅p(x)= {

xp untuk 0 ≤p ≤k (x-τp-k)+k untuk k+1≤p≤k+K,

Dengan 𝑘 adalah orde polynomial, 𝐾 adalah banyaknya knot dan

(x-τp-k)+k= {(x-τp-k)+ k, x≥τ

p-k.

0, x<τp-k (2.3)

Oleh karena itu, spline merupakan potongan – potongan polinomial dengan segmen

– segmen polinomial berbeda digabungkan bersama knot 𝜏1 ,𝜏2 ,… ,𝜏𝑘 dengan suatu

cara yang menjamin sifat continuity tertentu.

Fungsi spline untuk 𝑛 pengamatan dapat ditulis sebagai berikut:

f(x1)=β01x1+…+βkx1k+β(k+1)(x1- τ1)+k+…+β(k+K)(x1-τK)+k

f(x2)=β01x2+…+βkx2k+β(k+1)(x2- τ1)+k+…+β(k+K)(x2-τK)+k ⋮

(32)

[

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun model MARS

yaitu:

1. Knot, yaitu akhir dari sebuah region dan awal dari sebuah region yang lain.

Dan setiap titik knot, diharapkan adanya konstinuitas dari fungsi basis

anatar satu region dengan region yang lainnya.

2. Basis Function, yaitu kumpulan dari fungsi yang digunakan untuk mewakili

informasi dari satu atau beberapa variabel. Fungsi basis ini merupakan

fungsi parametrik yang didefinisikan pada tiap region. Jumlah maksimum

fungsi basis (BF) adalah 2 sampai 4 kali jumlah variabel prediktornya.

3. Maksimum interaksi (MI) adalah 1, 2 dan 3 dengan pertimbangan jika lebih

dari 3 akan menghasilkan bentuk model yang semakin kompleks.

4. Minimum jarak antara knots atau minimum observasi antara knots sebesar

0, 1, 2, 3, ... sampai maksimum jumlah observasi.

(Salford System,2000)

Dalam Friedman (1991) disebutkan bahwa model MARS merupakan kombinasi

dari spline dan rekursif partisi. Pemodelan regresi spline diimplementasikan dengan

(33)

ke-q dan mengestimasi koefisien fungsi – fungsi basis tersebut menggunakan

least-squares (kuadrat terkecil).

Sebagai contoh, untuk kasus univariate (v=1), salah satu bentuk fungsi basis

adalah:

{xj} 1 q

, {(x-tk)+q}1k (2.4)

Dengan {tk}1k adalah titik knots diharapkan adanya kontinuitas dari fungsi –

fungsi basis antara satu region dengan region lainnya. Oleh karena itu pada

umumnya fungsi basis yang dipilih adalah berbentuk polinomial dengan derivatif

yang kontinu pada setiap titik knots.

Alternatif untuk menyelesaikan kasus – kasus dimensi tinggi atau multivariate

adalah menggunakan pendekatan secara komputasi (Adaptive

Computation).Didalam statistika, algoritma adaptive computation diterapkan untuk

pendekatan suatu fungsi yang didasarkan pada dua paradigma, yaitu project persuit

regression (PPR) dan recursive partitioning regression (RPR). RPR juga

merupakan pendekatan dari fungsi f yang tidak diketahui dengan:

f

̂(x)=∑Mm=1amBm(x) (2.5) dengan fungsi basis:

Bm(x)=∏k=1Km H[skm(xv(k,m)-tkm)] (2.6)

dan H(η) = { 0, jika η lainnya 1, jika η ≥0

dengan:

am adalah koefisien dari basis fungsi ke-m

(34)

Km adalah jumlah interaksi

Skm adalah tanda pada titik knot (nilainya ±1)

xv(k,m) adalah variabel prediktor independen

tkm adalah nilai knots dari variabel prediktor/independen

H(η) adalah fungsi basis pada langkah ke-𝜂

Bentuk persamaan (2.6) tidak kontinu antar subregion (Friedman, 1991). Oleh

sebab itu model MARS digunakan untuk mengatasi kelemahan RPR yaitu agar

menghasilkan model kontinu pada knot. Perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi

keterbatasan RPR, antara lain mengahsilkan fungsi basis sebagai berikut:

Bm(q)(x)=∏k=1KmH[skm(xv(k,m)-tkm)]+ q

(2.7)

Setelah dilakukan modifikasi model RPR, diperoleh estimator model MARS

sebagai berikut:

f̂(x)=a0+∑Mm=1am∏ [Kk=1m skm(xv(k,m)-tkm)]+, (2.8)

dengan:

𝑎0 adalah konstanta

am adalah koefisien dari basis fungsi ke-m

M adalah maksismum basis fungsi (nonconstant basis function)

Km adalah derajat interaksi

Skm adalah tanda pada titik knot (nilainya ±1)

xv(k,m) adalah variabel prediktor independen

tkm adalah nilai knots dari variabel prediktor/independen 𝑥𝑣(𝑘,𝑚)

(35)

f̂(x)=a0+∑Mm=1am[s1m.(xv(1,m)-t1m)]+ ∑Mm=1am[s1m.(xv(1,m)

-t1m)][s2m.(xv(2,m)-t2m)]

+∑Mm=1am[s1m.(xv(1,m)-t1m)][s2m.(xv(2,m)-t2m)] +[s3m.(xv(3,m)-t3m)]+ ... (2.9)

dan secara umum persamaan (2.9) juga dapat dituliskan sebagai berikut :

f

̂(x)=a0+∑Km=1fi(xi)+∑Km=2fij(xi,xj)+∑Km=3fijk(xi,xj,xk)+… (2.10)

Persamaan (2.10) menunjukkan bahwa penjumlahan suku pertama meliputi semua

fungsi basis untuk satu variabel, penjumlahan suku kedua meliputi semua fungsi

basis untuk interaksi anatara dua variabel, penjumlahan suku ketiga meliputi semua

fungsi basis untuk interaksi antara tiga variabel dan seterusnya.

Misalkan V(m) = {v(k,m)}1Km adalah himpunan dari variabel yang dihubungkan

dengan fungsi basis Bm ke– m, maka setiap penjumlahan pertama pada persamaan

(2.10) dapat dinyatakan sebagai :

∑Ki∈V(m)m=1 fi(xi)=amBm(xi) (2.11)

𝑓𝑖(𝑥𝑖) merupakan penjumlahan semua fungsi basis untuk satu variabel 𝑥𝑖 dan

merupakan spline dengan derajat q=1 yang merepresentasikan fungsi univariat.

Setiap fungsi bivariate dalam persamaan (2.10) dapat di tulis sebagai :

∑𝐾(𝑖,𝑗)𝜖𝑉(𝑚)𝑚=2 𝑓𝑖𝑗(𝑥𝑖, 𝑥𝑗) = 𝑎𝑚𝐵𝑚(𝑥𝑖, 𝑥𝑗) (2.12)

Yang merepresentasikan jumlah semua fungsi basis dua variabel 𝑥𝑖 dan 𝑥𝑗.

Penambahan ini untuk menghubungkan kontribusi univariat, dituliskan sebagai

berikut :

fij*(xi,xj) =fi(xi)+fj(xj)+fij(xi,xj) (2.13)

(36)

∑K(i,j,k)ϵV(m)m=3 fijk(xi,xj,xk)=amBm(xi,xj,xk) (2.14)

Penambahan fungsi univariate dan bivariate mempunyai bentuk :

𝑓𝑖𝑗𝑘∗(𝑥𝑖, 𝑥𝑗, 𝑥𝑘)=

fi(xi)+fj(xj)+fk(xk)+fij(xi,xj)+fik(xi,xk)+ fkj(xk,xj)+fijk(xi,xj,xk) (2.15)

Persamaan ini dikenal dengan dekomposisi ANOVA dari model MARS.

Interpretasi model MARS melalui dekomposisi ANOVA adalah merepresentasikan

variabel yang masuk dalam model, baik untuk satu variabel maupun interaksi antar

variabel.

Berdasarkan persamaan (2.7) dan (2.8), maka model MARS dapat ditulis sebagai

berikut :

sehingga dalam bentuk matrik dapat ditulis menjadi :

(37)

Estimasi parameter Model MARS pada persamaan (2.17), dengan menggunakan

metode kuadrat terkecil sehingga diperoleh estimator:

a

̂ = ( BTB )-1BTY (2.18)

dengan, B=[1,(xv(k,m)-tkm)1K],

Y=(Y1,…,Yn)T,

a=(a1,…, am)T

Pada pemodelan MARS, penentuan knots dilakukan secara otomatisdari data

dengan menggunakan algoritma stepwise forward dan stepwise backward. Forward

stepwise dilakukan untuk mendapatkan fungsi dengan jumlah fungsi basis

maksimum.Kriteria pemilihan fungsi basis pada forward stepwise adalah dengan

meminimumkan Mean Squared Error (MSE). Untuk memenuhi konsep parsemoni

(model yang sederhana) dilakukan backward stepwise, yaitu memilih fungsi basis

yang dihasilkan dari algoritma forward stepwise dengan meminimumkan nilai

Generalized Cross-Validation (GCV) (Friedman dan Silverman, 1989). Berikut ini

diberikan fungsi GCV yang didefinisikan yaitu :

𝐺𝐶𝑉(𝑀) = 𝑀𝑆𝐸 [1−𝐶(𝑀𝑛̂)]2=

1

𝑛∑ [𝑦𝑖−𝑓̂𝑀(𝑥𝑖)] 2 𝑛

𝑖=1

[1−𝐶(𝑀𝑛̂)]2 (2.19)

dengan :

xi adalah variabel independen/prediktor

yi adalah variabel dependen/respon

n adalah banyaknya pengamatan

(38)

𝐶(𝑀) adalah Trace[B(BTB)-1BT]+1

d adalah nilai ketika setiap fungsi basis mencapai optimasi (2 ≤ d ≤ 4).

1.5 Klasifikasi MARS

Klasifikasi pada MARS didasarkan pada pendekatan analisis regresi logistik.

Kriteria yang digunakan adalah kuadrat terkecil dari residual untuk

menghubungkan variabel prediktor X dengan variabel respon Y biner (0,1). Jika

Y=1 maka merupakan kelompok 1, E(Y | X x) sedemikian hingga estimator

dengan pendekatan kuadrat terkecil mendekati probabilitas dari populasi 1. Model

persamaan probabilitasnya adalah sebagai berikut

Persamaan 2.20 adalah sama dengan persamaan model regresi logistik dengan

respon biner, dimana fungsinya dapat di dekati dengan estimator MARS.

Pendugaan parameter model MARS dengan peubah respon biner dilakukan

melalui metode Maximum Likelihood Estimation. Menurut Kriner (2007) MARS

dengan peubah respon biner dan nilai peluang peubah responnya P Y( i  1)  dan

( i 0) 1

P Y    maka fungsi kemungkinan yang akan dimaksimalkan adalah:

(39)

 

Setelah dilakukan turunan pertama terhadap am maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Pada model MARS klasifikasi didasarkan pada pendekatan analisis regresi

(40)

Apabila peubah respon memiliki dua kategori (biner), maka digunaklan titik potong

sebesar 0,5 dengan ketentuan jika ( ) 0,5x  maka hasil prediksi adalah 1, jika

( ) 0,5x

  maka hasil prediksi adalah 0.

2.6 Koefisien Basis Fungsi Model MARS

Pada model MARS dilakukan pengujian koefisien fungsi basis yang meliputi

uji serentak dan uji individu. Pengujian koefisien yang dilakukan secara bersamaan

atau serentak terhadap fungsi yang terdapat dalam model MARS ini bertujuan untuk

mengetahui apakah secara umum model MARS yang terpilih merupakan model

yang sesuai dan menunjukkan hubungan yang tepat antara variabel prediktor

dengan variabel respon. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut.

0: 1 1 M 0

H a a a

1:

H paling tidak ada satu aM 0 , 1,2, ,j  m

Statistik uji yang digunakan adalah nilai Fstatistic yang diperoleh dari tabel

ordinary least squares results hasil dari output pengolahan MARS. Nilai Fstatistic

yang didapat dibandingkan dengan FV v1, 2 dengan tingkat signifikansi  serta

derajat bebas 𝑣1dan 𝑣2 yang merupakan nilai MDF dan NDF pada tabel ordinary

least squares results dari hasil output pengolahan MARS atau 𝑣1 = 𝑘 dan 𝑣2 =

𝑁 − 𝑘 − 1, dimana k adalah banyaknya fungsi basis yang masuk pada model dan

N adalah banyaknya sampel yang digunakan.

Dengan dengan kriteria jika Fstatistic>Fα(V1,v2) maka 𝐻0 ditolak, artinya paling sedikit

(41)

diperoleh sesuai dan menunjukkan hubungan yang tepat antara variabel prediktor

dengan variabel respon.

Sedangkan pengujian yang dilakukan secara parsial (individu) ini bertujuan

untuk mengetahui apakah setiap variabel prediktor mempunyai pengaruh signifikan

terhadap variabel respon pada fungsi basis yang terbentuk di dalam model, selain

itu juga untuk mengetahui apakah model yang memuat parameter tersebut telah

mampu menggambarkan keadaan data yang sebenarnya. Hipotesisnya sebagai

berikut.

0: j 0

H a

1:

H aj 0 , j1,2, , m

Statistik uji yang digunakan adalah nilai tstatistic pada tabel ordinary least

square hasil dari output pengolahan MARS. Nilai tstatistic dibandingkan dengan nilai

dengan derajat bebas v n k  dan tingkat signifikansi 𝛼. Dengan daerah kritis jika

α/2,v

t statistic

t  maka 𝐻0 ditolak, artinya ada pengaruh setiap variabel prediktor

dengan variabel respon pada fungsi basis di dalam model (Cholifah, 2013).

2.7 Odds Ratio

Odds ratio merupakan ukuran risiko atau kecenderungan untuk mengalami

kejadian tertentu antara satu kategori dengan kategori lainnya, didefinisikan sebagai

ratio dari odds untuk 𝑥𝑗 = 1 terhadap 𝑥𝑗 = 0. Odds ratio ini menyatakan risiko atau

(42)

dibandingkan dengan observasi 𝑥𝑗 = 0. Interpretasi variabel bebas yang berskala

kontinu dari koefisien 𝛽𝑗 pada model regresi logistik adalah setiap kenaikan 𝑐 unit

pada variabel bebas akan menyebabkan risiko terjadinya 𝑦 = 1, adalah 𝑒𝑥𝑝(𝑐. 𝛽𝑗)

kali lebih besar.

Odds ratio dilambangkan dengan 𝜃, didefinisikan sebagai perbandingan dua

nilai odds 𝑥𝑗 = 1 dan 𝑥𝑗 = 0, sehingga:

Nilai ketergantungan model y terhadap 𝑥𝑗 dapat dilihat dalam Tabel 2.2.berikut ini:

Tabel 2.2. Nilai Ketergantungan model y terhadap 𝑥𝑗

Peubah tidak

Dari Tabel 2.2, maka diperoleh nilai odds ratio:

θ =

π(1) [1-π(1)]

(43)

=

[1+expexp(β0+β1) (β01)] [

1 1+exp(β0)]

[1+expexp(β0) (β0)] [

1

1+exp(β01)]

=[expexp(β0+β1) (β0) ]

=exp(βj) (2.24)

Jadi nilai θ=exp(βj) dapat diartikan bahwa risiko terjadinya peristiwa

y=1 pada kategori xj=1 adalah sebesar exp(βj) risiko terjadinya peristiwa y=1

pada kategori xj=0.

(Hosmer dan Lemeshow, 2000)

2.8 Ketepatan Klasifikasi dan nilai Press’Q

Untuk menilai kemampuan prosedur pengklasifikasian dalam memprediksi

keanggotaan kelompok, biasanya menggunakan probabilitas kesalahan klasifikasi,

yang dikenal sebagai error rate.

Estimasi sederhana dari tingkat kesalahan dapat diperoleh dengan mencoba

prosedur pengklasifikasian pada data yang sama yang telah digunakan untuk

menghitung fungsi pengklasifikasian. Metode ini sering disebut sebagai

resubtitution. Setiap pengamatan vektor 𝑦𝑖𝑗 dicocokkan dengan fungsi klasifikasi

dan ditetapkan ke sebuah kelompok. Kemudian menghitung jumlah

pengklasifikasian yang benar dan jumlah pengklasifikasian yang salah. Proporsi

(44)

Rate (APPER) (Rencher dan Christensen, 2012). Berikut ini disajikan hasil

ketepatan klasifikasi pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Ketepatan Klasifikasi Model MARS

Harapan

Total

BBLR Normal

Observasi BBLR 11

n n12 n11n12

Normal n21 n22 n21n22

Total n11n21 n12n22 n11n12n21n22

Rumus yang digunakan dalam menghitung peluang kesalahan dalam

pengklasifikasian objek adalah sebagai berikut :

AP

P

ER=

n12+ n21

n11+ n12+ n21+n22

x100%

(2.25)

dengan :

𝑛11 = banyaknya kejadian gagal dari hasil amatan yang tepat diprediksikan sebagai

kejadian gagal

𝑛12 = banyaknya kejadian gagal dari hasil amatan yang tepat diprediksikan sebagai

kejadian sukses

𝑛21 = banyaknya kejadian sukses dari hasil amatan yang tepat diprediksikan sebagai

kejadian gagal

𝑛22 = banyaknya kejadian sukses dari hasil amatan yang tepat diprediksikan sebagai

kejadian sukses

(45)

Untuk mengetahui kestabilan dalam ketepatan klasifikasi tentang sejauh mana

kelompok-kelompok dapat dipisahkan dengan menggunakan variabel yang ada

maka dapat diuji dengan membandingkan nilai Presss Q dengan nilai tabel Chi

Square yang berderajat bebas 1. Untuk menguji digunakan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Hasil klasifikasi model tidak stabil/tidak konsisten

H1 : Hasil klasifikasi model stabil/konsisten

Apabila nilai Presss Q yang diperoleh lebih besar daripada nilai Chi Square

dengan derajat bebas 1, maka H0 ditolak dan disimpulkan bahwa model yang

dihasilkan stabil atau konsisten. Perhitungan nilai Presss Q dilakukan dengan

memakai rumus :

 

2

1

N nK Press sQ

N K  

 (2.26)

dengan :

N adalah jumlah total sampel

n adalah jumlah individu yang tepat diklasifikasi

K adalah jumlah Kelompok

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang

diperoleh dari Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Data sekunder dalam penelitian

ini mengenai 150 pasien ibu hamil RSU Haji Surabaya yang mempunyai data rekam

medis lengkap pada periode Januari 2015 – Desember 2015 dan faktor- faktor yang

mempengaruhi kejadian BBLR yang meliputi usia ibu hamil, anemia, diabetes

mellitus, paritas, berat badan ibu, riwayat pendidikan ibu, dan status gizi ibu hamil.

Data akan dibagi menjadi dua untuk memprediksi model yaitu dengan

perbandingan 80%:20%. Data terbagi masing - masing out sample sebanyak 130

data dan data in sample sebanyak 20 data.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel dependen atau variabel respon (𝑌) dalam penelitian dikategorikan menjadi dua kategori sebagai berikut,

0 = jika berat badan bayi tidak BBLR (normal)

1= jika berat badan bayi lahir rendah /BBLR

2 Variabel independen atau variabel prediktor(𝑋) dalam penelitian terdiri dari variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap variabel dependen

atau respon :

(47)

Usia menggunakan skala nominal kontinu yang dicatat pada akhir

periode pengambilan data yaitu pada bulan Januari - Desember 2015.

Data usia pasien ibu hamil diperoleh dari catatan rekamedik RSU Haji

pada saat pertama kali check up kehamilan di RSU Haji.

ii. Anemia (𝑋2)

Penderita anemia dapat dilihat dari kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah

pasien ibu hamil pada pengambilan data hasil catatan rekamedik saat

tri-smester terakhir yang dikategorikan menjadi dua, yakni :

0 = kadar Hb dalam darah pasien ibu hamil > 11,0 𝑚𝑚𝐻𝑔 (tidak ada riwayat penyakit anemia pada pasien ibu hamil)

1 = kadar Hb dalam darahnya < 11,0 𝑚𝑚𝐻𝑔 (ada riwayat penyakit anemia pada pasien ibu hamil).

iii. Diabetes Melitus (𝑋3)

Diabetes melitus diduga menjadi salah satu faktor risiko ibu melahirkan

bayi BBLR. Penderita diabetes mellitus dapat dilihat dari hasil catatan

rekamedik pasien ibu hamil pada saat awal check up kehamilanyang

dikategorikan menjadi dua, yakni :

0 = tidak adanya riwayat penyakit diabetes mellitus pada pasien ibu

hamil terdahulu

1 = adanya diabetes mellitus pada pasien ibu hamil terdahulu.

(48)

iv. Paritas (𝑋4)

Paritas atau banyaknya kelahiran hidup yang telah dialami oleh pasien

ibu hamil dikategorikan menjadi 3, yaitu :

1 = paritas ke-1 (kehamilan pertama/hamil ini),

2 = paritas ke-2 sampai dengan 3 dan

3 = paritas ke-4 atau lebih dari 4.

v. Riwayat pendidikan Ibu (𝑋5)

Menyatakan pendidikan terakhir yang ditempuh oleh ibu dari bayi

tersebut yang menjadi sampel.Pengambilan data diperoleh dari hasil

catatan rekamedik di RSU Haji Surabaya.Variabel riwayat pendidikan

dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu :

1 = pendidikan terakhir yang ditempuh ibu hamil adalah SD,

2 = pendidikan terakhir yang ditempuh adalah SMP,

3 = pendidikan terakhir yang ditempuh SMA, dan

4 = pendidikan terakhir yang ditempuh Perguruan Tinggi (PT).

vi. Status Gizi Ibu (𝑋6)

Menyatakan status gizi sang ibu yang telah dihitung berdasarkan

klasifikasi indeks masa tubuh (IMT).Data IMT diperoleh dari hasil

catatan rekamedik pasien ibu hamil di RSU Haji Surabaya. Variabel

status gizi dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu :

1= gizi pasien ibu hamil kurang atau underweight ,

2 = gizi pasien ibu hamil normal, dan

(49)

vii. Usia Kehamilan (𝑋7)

Usia kehamilan pasien ibu hamil mempengaruhi berat badan bayi yang

akan dilahirkan karena berhubungan dengan kematangan kondisi

perkembangan janin dalam kandungan. Data perhitungan jumlah usia

kehamilan diperoleh pada saat pasien ibu hamil melahirkan bayi.

Variabel usia kehamilan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :

1 = pasien ibu hamil melahirkan bayi pada saat usia kehamilan

< 37𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢(premature),

2 = pasien ibu hamil melahirkan bayi pada saat usia kehamilan

≥ 37𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 3.3 Metode Analisis

Tahapan analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Membuat deskriptif statistik risiko ibu melahirkan bayi dengan berat badan

lahir rendah di Rumah Sakit Haji Surabaya dan faktor-faktor yang

mempengaruhi dengan langkah – langkah sebagai berikut :

i. Mengimport data dari excel ke SPSS

ii. Pilih menu AnalyzeDescriptive StatisticsCrosstabs.

iii. Tambahkan variabel berat badan bayi pada kotak dialog row.

tambahkan semua variabel prediktor pada kotak dialog column kecuali

variabel usia.

iv. Klik Statistics dan Chi – Square,continue.

(50)

2. Mengestimasi model Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS) dari

faktor – faktor yang mempengaruhi BBLR dengan langkah sebagai berikut:

i. Menentukan data yang digunakan sebagai in sample untuk memperoleh

model dan sebagai out sample untuk memprediksi.

ii. Menentukan model MARS seperti pada persamaan (2.16)

iii. Mengestimasi model MARS dari faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian BBLR dengan langkah langkah sebagai berikut:

a. Menginputkan data yang pada SPSS yang terdiri dari 6 prediktor

dan satu respon dengan 150 sampel ibu hamil.

b. Mengimpor data dari inputan yang ada pada SPSS ke dalam

software MARS.

c. Menentukan nilai basis fungsi (BF), antara 12 sampai dengan 24.

d. Menentukan maksimum interaksi (MI), yaitu 1, 2 dan 3, dengan

asumsi bahwa jika MI > 3 akan menghasilkan model yang semakin

kompleks dan nilai GCV akan semakin meningkat, serta

menentukan minimum observasi yaitu 0, 1, 2 dan 3.

e. Menentukan model terbaik dengan trial and error sampai diperoleh

model optimal dengan GCV minimum dengan rumus pada

persamaan (2.19).

f. Mendapatkan model terbaik dan diubah menjadi model logit seperti

(51)

g. Menguji signifikasi dari koefisien fungsi basis pada model logit

MARS dengan uji serentak dan uji individu.

3. Menganalisis dan menginterpretasi model logit MARS serta odds ratio

berdasarkan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap risiko kejadian

BBLR di RSU Haji Surabaya dengan langkah sebagai berikut:

a. Menginterpretasi model logit MARS dengan menghitung peluang

risiko kejadian BBLR yang diperoleh dari persamaan (2.20) dengan

menganggap fungsi basis yang lain konstan.

b. Menginterpretasi odds ratio dengan menghitung nilai odds ratio yang

diperoleh dari persamaan (2.25) dengan menganggap fungsi basis

yang lain konstan.

c. Menentukan cut point atau titik potong yang memiliki ketepatan

klasifikasi tertinggi.

d. Menentukan ketepatan klasifikasi model logit MARS dan menguji

kestabilan hasil klasifikasi model logit MARS pada data in sample

dengan langkah sebagai berikut:

i. Menghitung nilai ketepatan klasifikasi model logit MARS

dengan melihat peluang kesalahan dalam mengklasifikasi

objek menggunakan APPER seperti persamaan (2.24).

ii. Menguji kestabilan hasil klasifikasi dengan membandingkan

nilai Press’s Q dengan nilai Chi-Square derajat bebas 1.

(52)

iii. Menentukan ketepatan klasifikasi model logit MARS dan

menguji kestabilan hasil klasifikasi model logit MARS pada

data out sample dengan langkah sama seperti yang dijelaskan

pada poin 4.c.

iv. Mengaplikasikan model logit MARS pada data out sample

guna memprediksi risiko ibu melahirkan bayi dengan berat

badan lahir rendah dengan langkah sebagai berikut:

a) Mensubtitusikan fungsi basis yang telah diperoleh sesuai

faktor-faktor yang mempengaruhi ke model logit MARS

sehingga menemukan nilai peluang.

b) Memperoleh hasil prediksi dengan membandingkan nilai

peluang yang telah diperoleh dengan titik potong yang telah

(53)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Statistik Pasien Ibu Hamil

Deskripsi statistik risiko kejadian ibu melahirkan bayi BBLR di RSU Haji

Surabaya dilakukan untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi

BBLR dan bayi berat badan normal. Dalam mendeskripsikan sebaran suatu

variabel, digunakan beberapa bentuk penyajian data, yaitu dengan menggunakan

tabel, diagram lingkar maupun diagram batang.

Salah satu faktor yang terkait dengan risiko kejadian ibu melahirkan bayi

BBLR di RSU Haji Surabaya adalah anemia, berikut ini merupakan tabel hasil uji

deskripif menggunakan crosstabs pada pasien ibu hamil yang melahirkan bayi

BBLR di RSU Haji Surabaya.

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Pasien Ibu Hamil di Rumah Sakit Haji Periode Januari 2015 – Desember 2015 Menggunakan Crosstabs.

Y

Total Bayi

BBLR Bayi Tidak BBLR (Normal)

X1 ≤ 25 tahun > 25 tahun 16% 8% 20% 56% 28% 72%

X2 Anemia Tidak Anemia 20,0% 27,3% 17,3% 35,3% 37,3% 62,6%

X3 Diabetes Militus Tidak Diabetes Militus 14,0% 33,3% 46,0% 6,7% 20,7% 79,3%

X4 Paritas ke-1 Paritas Ke-2 dan 3 21,3% 18,0% 18,0% 29,3% 39,3% 47,3%

Paritas ke-4 atau lebih 8,0% 5,3% 13,3%

X5

SD 4,0% 3,3% 7,3%

SMP 12,7% 5,3% 18,0%

SMA 20,0% 28,0% 48,0%

(54)

Y

Total Bayi

BBLR Bayi Tidak BBLR (Normal)

X6 Underweight Normal 11.3% 22.7% 18.7% 3.3% 14.6% 41.4%

Overweight 13.3% 30.7% 44.0%

X7 < 37 Minggu ≥ 37 Minggu 15.3% 29.3% 14.0% 38.7% 29.3% 68.0%

Dari Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa pasien ibu hamil di RSU Haji

Surabaya yang berusia kurang dari sama dengan 25 tahun sebesar 28% dan pasien

ibu hamil di RSU Haji Surabaya yang berusia lebih besar dari 25 tahun sebesar

72%.

Pada pasien ibu hamil yang mempunyai riwayat penyakit anemia dan

melahirkan bayi dengan BBLR adalah sebanyak 20%, sedangkan pasien ibu hamil

yang tidak mempunyai riwayat penyakit anemia dan melahirkan bayi dengan

BBLR adalah sebanyak 27,3%. Pada pasien ibu hamil dengan riwayat penyakit

anemia dan melahirkan bayi dengan berat badan normal adalah sebanyak 17,3%,

sedangkan yang tidak mempunyai riwayat penyakit anemia dan melahirkan bayi

dengan berat badan normal sebanyak 35,3%.

Pada pasien ibu hamil yang mempunyai riwayat penyakit diabetes militus dan

melahirkan bayi dengan BBLR adalah sebanyak 14%, sedangkan yang tidak

mempunyai riwayat penyakit diabetes militus dan melahirkan bayi dengan BBLR

adalah sebanyak 33,3%. Pasien ibu hamil dengan riwayat penyakit diabetes

(55)

sedangakan yang tidak mempunyai riwayat penyakit diabetes militus dan

melahirkan bayi normal adalah sebanyak 46%.

Pada pasien ibu hamil dengan status paritas pertama dan melahirkan bayi

dengan BBLR adalah 21,3%, pasien ibu hamil dengan paritas ke-2 dan 3 dan

melahirkan bayi dengan BBLR adalah sebanyak 18%, sedangkan pasien ibu hamil

dengan paritas ke-4 atau lebih dan melahirkan bayi dengan BBLR adalah sebesar

8%. pasien ibu hamil dengan status paritas pertama dan melahirkan bayi dengan

berat badan normal adalah sebanyak 18%, pasien ibu hamil dengan paritas ke-2

dan 3 dan melahirkan bayi dengan berat badan normal adalah sebanyak 29,3%,

sedangkan pasien ibu hamil dengan paritas ke-4 atau lebih dan melahirkan bayi

dengan berat badan normal adalah sebanyak 5,2%.

Pada pasien ibu hamil yang memiliki riwayat pendidikan sampai dengan SD

dan melahirkan bayi dengan BBLR adalah sebanyak 4%,pasien ibu hamil dengan

riwayat pendidikan SMP dan melahirkan bayi dengan BBLR adalah sebanyak

12,7%, ibu hamil dengan riwayat pendidikan SMA dan melahirkan bayi BBLR

adalah 20%, sedangkan pasien ibu hamil dengan riwayat pendidikan Perguruan

inggi dan melahirkan bayi dengan BBLR adalah 10,7%. Pasien ibu hamil yang

memiliki riwayat pendidikan sampai dengan SD dan melahirkan bayi dengan

berat badan normal adalah sebanyak 3,3%, pasien ibu hamil yang memiliki

riwayat pendidikan sampai dengan SMP dan melahirkan bayi dengan berat badan

normal adalah sebanyak 5,3%, ibu hamil yang memiliki riwayat pendidikan

sampai dengan SMA dan melahirkan bayi dengan berat badan normal adalah

(56)

dengan Perguruan Tinggi dan melahirkan bayi dengan berat badan normal adalah

sebanyak 16%.

Pada pasien ibu hamil dengan status gizi underweight dan melahirkan bayi

dengan BBLR sebesar 11,3%, pasien ibu hamil dengan status gizi normal dan

melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 22,7%, sedangkan pasien ibu hamil

dengan status gizi overweight dan melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 13,3%.

Pasien ibu hamil dengan status gizi underweight dan melahirkan bayi dengan

berat badan normal adalah 3,3%, pasien ibu hamil dengan status gizi normal dan

melahirkan bayi dengan berat badan normal adalah 18,7%, sedangkan pasien ibu

hamil dengan status gizi overweight dan melahirkan bayi dengan berat badan

normal sebesar 30,7%.

Pada pasien ibu hamil yang melahirkan bayi dengan BBLR selama < 37

minggu masa kehamilan adalah sebesar 15,3% dan pasien ibu hamil yang

melahirkan bayi dengan BBLR selama ≥ 37minggu masa kehamilan adalah

sebesar 29,3%. Sedangkan, pasien ibu hamil yang melahirkan bayi dengan berat

badan normal selama < 37minggu masa kehamilan adalah sebesar 14%, pasien ibu

hamil yang melahirkan bayi dengan berat badan noemal selama ≥ 37minggu masa

kehamilan adalah sebesar 38,7%.

4.2 Model Regresi Logistik Biner pada Tingkat Risiko Kejadian Ibu Melahirkan Bayi BBLR Menggunakan Pendekatan MARS

Model MARS pada risiko kejadian ibu melahirkan bayi BBLR di RSU Haji

(57)

prediktor yaitu 14, 21, dan 28. Sedangkan nilai maksimum interaksi (MI) sebesar

1, 2, dan 3 serta nilai minimum observasi (MO) yang digunakan yakni 0, 1, 2, dan

3. Setelah dilakukan kombinasi antara fungsi basis (BF), maksimum interaksi

(MI), dan minimum observasi (MO) maka hasil yang diperoleh oleh variabel

prediktor ditampilkan pada Tabel 4.2, Tabel 4.3, dan Tabel 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.2 Penentuan Model pada Tingkat Risiko Kejadian Ibu Melahirkan Bayi BBLR menggunakan Pendekatan MARS (Fungsi Basis

sebesar 14)

NO BF MI MO GCV VARIABEL JUMLAH R2 Klasifikasi Ketepatan

1 14 1 0 0,240 0,195 1 62,5%

2 14 1 1 0,240 0,195 3 62,5%

3 14 1 2 0,240 0,195 3 62,5%

4 14 1 3 0,240 0,195 3 62,5%

5 14 2 0 0,243 0,261 3 73,33%

6 14 2 1 0,243 0,157 2 65%

7 14 2 2 0,243 0,157 2 65%

8 14 2 3 0,243 0,157 3 65%

9 14 3 0 0,232 0,315 4 77,5%

10 14 3 1 0,231 0,364 4 77,53%

11*) 14 3 2 0,219 0,335 4 71,67%

12 14 3 3 0,220 0,353 5 76,67%

Keterangan: *) adalah model terbaik pada fungsi basis sebesar 14

Berdasarkan Tabel 4.2, diperoleh model MARS pada tingkat risiko kejadian

pasien ibu hamil melahirkan bayi BBLR dengan fungsi basis 14 (dua kali jumlah

variabel prediktor) diperoleh model terbaik yaitu pada nomor 11 (BF = 14, MI =

3, MO = 2) yang memiliki nilai GCV yaitu 0,219 dengan R2 sebesar 0,335 dan

(58)

Berdasarkan Lampiran 4, terdapat kombinasi dengan fungsi basis 21,

maksimum interaksi dan minimum observasi dengan melalui trial and error maka

hasil yang diperoleh oleh variabel prediktor ditampilkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Penentuan Model pada Tingkat Risiko Kejadian Ibu Melahirkan Bayi BBLR menggunakan Pendekatan MARS (Fungsi Basis sebesar 21)

NO BF MI MO GCV VARIABEL JUMLAH R2 Klasifikasi Ketepatan

1 21 1 0 0,244 3 0,225 71,67%

2 21 1 1 0,244 3 0,268 71,67%

3 21 1 2 0,244 3 0,225 71,67%

4 21 1 3 0,244 3 0,225 71,67%

5 21 2 0 0,246 3 0,280 69,17%

6 21 2 1 0,244 2 0,157 65%

7 21 2 2 0,244 3 0,214 65%

8 21 2 3 0,244 3 0,214 65%

9 21 3 0 0,232 4 0,315 77,5%

10 21 3 1 0,228 4 0,364 75,83%

11 21 3 2 0,215 5 0,353 76,67%

12*) 21 3 3 0,211 5 0,398 79,57% Keterangan: *) adalah model terbaik pada fungsi basis sebesar 21

Berdasarkan Tabel 4.3, diperoleh model MARS pada tingkat risiko risiko

kejadian pasien ibu hamil melahirkan bayi BBLR dengan fungsi basis 21 (tiga kali

jumlah variabel prediktor) diperoleh model terbaik yaitu pada nomor 12 (BF = 21,

MI = 3, MO = 3) yang memiliki nilai GCV sebesar 0,211 dengan R2 sebesar 0,398 dan variabel prediktor yang masuk dalam model sebanyak 5.

Berdasarkan Lampiran 5, terdapat kombinasi dengan fungsi basis 28,

maksimum interaksi dan minimum observasi dengan melalui trial and error maka

Gambar

Gambar 4.1.  Grafik Cut Point terhadap Ketepatan Klasifikasi ........................ 57
Tabel 2.1.Klasifikasi IMT Pasien Ibu Hamil
Tabel 2.2. Nilai Ketergantungan model y terhadap
Tabel 2.3. Ketepatan Klasifikasi Model MARS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan angka kejadian asfiksia neonatorum antara bayi kurang bulan dengan bayi cukup bulan pada bayi dengan berat

“ Apakah terdapat perbedaan angka kejadian risiko asfiksia neonatorum antara bayi kurang bulan dengan bayi cukup bulan pada berat bayi lahir rendah?”.

FAKTOR RISIKO USIA, PEKERJAAN DAN PAPARAN ASAP ROKOK PADA IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI.. KECAMATAN BANYUDONO

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh hasil yaitu variabel prediktor yang berpengaruh terhadap gizi buruk balita adalah pemberian kapsul vitamin A,

Dapat disimpulkan hubungan antara bayi berat badan lahir ringan dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir yang dilakukan penelitian pada 87 responden di Rumah

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor kualitas pelayanan kesehatan dan faktor kehamilan terhadap kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) yang meliputi:

Selanjutnya Agustien (2016) membahas tentang Pemodelan Risiko Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Berdasarkan Pendekatan Multivariate Adaptive Regression Spline

Selanjutnya Agustien (2016) membahas tentang Pemodelan Risiko Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Berdasarkan Pendekatan Multivariate Adaptive Regression Spline