ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...ii
UCAPA TERIMAKASIH ...iii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Identifikasi Masalah ...8
C. Batasan masalah ...9
D. Rumusan Masalah ...9
E. Tujuan Penelitian ...10
F. Manfaat Penelitian ...10
BAB II TINJAUAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Tinjauan Teori ...12
1. Hakikat Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolatangan ...12
a. Komponen Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolatangan ...19
1) Tujuan Pembelajaran ...19
2) Materi/Bahan Pembelajaran ...23
3) Pendekatan/model,Strategi dan Model pembelajaran ...25
a) Keterampilan Lokomotor Khusus ...31
b) Menangkap Bola ...32
c) Mengoper Bola (Passing) ...32
d) Menggiring Bola (Dribbling) ...33
e) Menembak (Shooting) ...33
2. Hakikat Peer Teaching ...33
3. Penelitian Tindakan Kelas ...38
4. Konsep Waktu Aktif Belajar (JWAB) ...43
B. Kerangka Berfikir ...44
C. Hipotesis Tindakan ...45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan operasional Penelitian ...46
B. Tempat dan waktu Penelitian ...46
1. Tempat Penelitian ...46
2. Waktu penelitian ...46
C. Fokus Penelitian ...47
D. Metode Penelitian ...47
E. Langkah-Langkah Penelitian ...48
a. Observasi Awal ...49
b. Perencanaan ...49
c. Pelaksanaan Tindakan ...50
G. Teknik Analisis Data ...52
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Latar Penelitian ...54
B. Permasalahan yang Teridentifikasi ...55
C. Perencanaan ...57
1. Uraian Tindakan I ...64
a. Perencanaan Tindakan I ...64
b. Pelaksanaan Tindakan I ...65
c. Analisa Observasi dan Refleksi ...67
2. Uraian Tindakan II ...69
a. Perencanaan Tindakan II ...69
b. Pelaksanaan Tindakan ...70
c. Analisa Observasi dan Refleksi ...71
3. Uraian Tindakan III ...74
a. Perencanaan Tindakan III ...74
b. Pelaksanaan Tindakan III ...75
c. Analisa Observasi dan Refleksi ...76
4. Uraian Tindakan IV ...78
a. Perencanaan Tindakan IV ...78
b. Pelaksanaan Tindakan IV ...79
c. Analisa Observasi dan Refleksi ...81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...88
B. Saran ...89
TABEL
2.1 Perbandingan Pengajaran Media Guru dan Media Teman ... 36
3.1 Waktu Penelitian ... 45
4.1 Observasi Awal Jumlah Waktu Aktif Belajar (JWAB) ... 55
4.2 Jumlah Waktu Aktif belajar (JWAB) Tindakan Satu ... 60
4.3 Jumlah Waktu Aktif belajar (JWAB) Tindakan Dua ... 64
4.4 Jumlah Waktu Aktif belajar (JWAB) Tindakan Tiga ... 68
4.5 Jumlah Waktu Aktif belajar (JWAB) Tindakan Empat ... 71
Lampiran:
A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bolatangan.
B. Tugas-Tugas Tutor
C. Catatan Observasi Awal dan Format Observasi JumlahWaktu Aktif belajar
Siswa Dalam Garis Waktu.
D. Catatan lapangan dan Format Observasi JumlahWaktu Aktif belajar Siswa
Dalam Garis Waktu.
E. SK Pembimbing Skripsi.
F. Surat Izin Penelitian.
G. Bimbingan Skripsi
H. Foto-Foto Penelitian.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permainan bolatangan merupakan salah satu cabang olahraga permainan
beregu yang masing-masing regu terdiri atas 7 orang pemain. Tujuan permainan
ini adalah memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan menjaga
lawan untuk tidak memasukan bola ke gawang regu sendiri. Permainan
bolatangan menggunakan bola tangan dengan cara dilempar dan ditangkap.
Permainan dilakukan diatas lapangan yang memiliki ukuran tertentu. Permainan
bolatangan dapat dilakukan di indoor/outdoor.
Menurut Haris (1986: 6) Permainan bolatangan sebagai suatu cabang
olahraga telah memiliki induk organisasi internasional yang disebut International
Amateur Handball Federation (IAHF) yang dibentuk pada Tahun 1928. Hasil
kesepakatan dari wakil 11 Negara yang dilakukan di Amsterdam. Dalam
perkembangannya organisasi ini berubah menjadi International Handball
Federation (IHF).
Selanjutnya menurut Haris (1986: 6) menyebutkan pula bahwa di wilayah
Asia, organisasi bolatangan sudah berkembang dan sudah memiliki organisasi
yang disebut Asian Handball Federation (AHIF), didirikan pada tahun 1974
berpusat di Kuwait. Di Indonesia induk organsasi bolatangan dibentuk pada tahun
2009 dengan nama Asosiasi Bolatangan Indonesia (ABTI) berpusat di Jakarta.
Di Indonesia, sampai dengan saat ini, permainan bolatangan belum
sepakbola, bolavoli, bolabasket dan cabang olahraga permainan lainnya. Hal ini
mungkin disebabkan karena tidak ada lembaga atau persatuan bolatangan yang
lebih terstruktur masuk ke daerah-daerah (Kabupaten dan kota), kurangnya
sosialisasi, dan kurangnya kejuaraan-kejuaraan baik antar club, daerah atau antar
sekolah.
Menurut ABTI dalam (http://www.suarakarya-online.com/news minggu
31 juli), belum adanya kepengurusan yang terstruktur masuk ke pelosok
daerah-daerah. Hal ini dibuktikan belum terbentuknya PENGDA (Pengurus Daerah)
ataupun PENGCAB (Pengurus Cabang) yang menjadi anggota ABTI. Yang
terdaftar di ABTI hanya club yang kebanyakan terbentuk dari universitas dan
pelajar sekolah menengah atas. Artinya ABTI belum mempunyai anggota sampai
ke daerah-daerah.
Menurut ABTI dalam (http://republika.co.id:8080/berita/87628/Bola
minggu 31 juli) bahwa sampai dengan saat ini, kejuaraan yang dilakukan baru
sampai tingkat daerah ataupun ditingkat pelajar dan universitas. Tetapi yang
mengikuti pertandingan hanya club sekolah dan universitas. Hal ini dibuktikan
oleh adanya kejuaraan se-Jawa Barat di Bandung dan ABTI menggelar
Indonesian Youth Handball Competition 2009 (IYHC 2009) di Jakarta.walaupun
kejuaraan yang bersifat ke daerahan ataupun umum, tetapi atlet yang mengikuti
pertandingan sebagian besar adalah atlet berlatar belakang mahasiswa dan pelajar
sekolah menengah atas, Karena itu Penulis berkeyakinan bahwa masyarakat
Dari fakta di atas menyimpulkan bahwa perkembangan permainan
bolatangan di Indonesia tidak sebaik perkembangan olahraga yang lainnya.
Permainan bolatangan kebanyakan berkembang di lingkungan universitas tertentu,
terutama yang memiliki fakultas keolahragaan, diluar universitas itu belum ada,
dan tidak semua fakultas keolahragaan tidak mempunyai club bolatangan. Begitu
juga permainan bolatangan dilingkungan persekolahan belum berkembang seperti
halnya cabang olahraga permainan lainnya. Hanya sebagian kecil sekolah
menengah atas (SMA) yang membina bolatangan. Di Kota Bandung kurang lebih
8 (delapan) SMA yang membina permainan bolatangan.
Di lingkungan persekolahan permainan bola tangan merupakan salah satu
olahraga permainan yang harus diajarkana. Hal ini karena di dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang dikembangkan di sekolah, disebutkan
bahwa salah satu aktivitas pembelajaran yang dapat di ajarkan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani adalah materi olahraga dan permainan.
Permainan bola tangan termasuk ke dalam materi olahraga dan permainan
(Depdiknas 2006). Dengan demikian guru dan sekolah berkewajiban untuk
melaksanakan pembelajaran aktivitas permainan bolatangan dalam mata pelajaran
pendidikan jasmani. Namun demikian permainan bolatangan tidak sebaik
perkembangan olahraga yang lainnya, sehingga berpengaruh terhadap
pembelajaran permainan bolatangan di sekolah. Guru pendidikan jasmani
cenderung memilih olahraga permainan lain sebagai aktivitas dalam pembelajaran
penjas, hal ini mungkin dikarenakan oleh kurangnya fasilitas, pemahaman guru
bolatangan juga masih asing bagi siswa sehingga siswa tidak begitu menggemari
dan belum mengerti tentang permainan bola tangan.
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) standar kompetensi
dan standar pendidikan jasmani dalam PERMENDIKNAS NO. 22 TAHUN 2006
SI yang di ambil di
(http://masrangga.blogspot.com/2008/11/tujuan-pendidikan-jasmani.html Juni 16, 2011) telah dirimuskan bahwa standar kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajaran aktivitas permainan olahraga sebagai berikut:
Memperaktikan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kosmpetensi dasar: memperaktikan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri
Lebih lanjut dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional yang di ambil di
(http://masrangga.blogspot.com/2008/11/tujuan-pendidikan-jasmani.html Juni 16,
2011) dijelaskan pula merumuskan bahwa standar kompetensi untuk pembelajaran
aktivitas permainan bola besar adalah “. . . (3)Mempraktikan gerak dasar
permainan bola besar sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai
kerjasama, sportivitas dan kejujuran.”
Berdasarkan rumusan standar kompetensi tesebut diatas, maka kompetensi
dasar yang harus dimiliki oleh siswa setelah mengikuti aktivitas pembelajaran
permainan bolatangan dapat dirumuskan sebagai berikut “Memperaktikan gerakan
dasar permainan bolatangan sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta
nilai kerjasama, sportivitas dan kejujuran.” Maka permainan bolatangan harus
bolatangan mengajarkan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan
jasmani.
Permasalahan umum yang muncul dalam pembelajaran aktivitas
permainan bolatangan disekolah antara lain kurangnya motivasi guru untuk
melaksanakan pembelajaran permaian bolatangan. Hal ini mungkin disebabkan
karena kurang pemahaman guru tentang hakikat pembelajaran aktivitas permainan
bolatangan dalam konteks pendidikan jasmani. Kebanyakan guru memiliki
pemahaman bahwa pembelajaran bolatangan harus menggunakan peralatan yang
sebenarnya, seperti; bola tangan yang memenuhi standart, gawang sebenarnya
yang berukuran 2m x 3m, dan lapangan yang memenuhi standart dalam
permainan bolatangan (20m x 40m) untuk olahraga prestasi. Padahal dalam
konteks pendidikan jasmani pembelajaran aktivitas bolatangan bukan
mengajarkan seluruh anak untuk terampil dalam permainan bolatangan tetapi
mengajarkan nilai-nilai mendasar seperti; gemar belolahraga, disiplin, sportivitas,
toleransi, kerjasama dan lain-lain, melalui pembelajaran aktivitas bolatangan.
Artinya pembelajaran bolatangan dapat dimodifikasi dalam hal peralatan,
peraturan dan sarana dan lain-lain. Kondisi dan kendala tersebutlah yang
membuat guru Penjas di sekolah, khususnya di SMA tidak mengajarkan permaian
bolatangan seperti materi pembelajaran permainan yang lainnya, sehingga hal ini
akan berpengaruh terhadap motivasi siswa terhadap pembelajran permainan bola
tangan di sekolah.
Berdasarkan pengamatan penulis, (khususnya permasalahan yang terjadi di
adalah kurangnya sarana sekolah untuk pembelajaran pendidikan jasmani yang
hanya memiliki satu buah lapangan dengan ukuran 15 m X 10 m dan kurangnya
Peralatan untuk pembelajaran Penjas dalam aktivitas permainan bola besar, seperti
bola dan perlengkapan lain yang menunjang dalam pembelajaran permainan bola
besar. khususnya perlengkapan permainan bolatangan.
Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran permainan
bolatangan di SMA Islam AL-Musyawarah, siswa lebih banyak menunggu giliran
mendapatkan bola ketika guru Pendidikan jasmani menginstruksikan kepada
siswa untuk bermain bolatangan. Pada kenyataannya dengan bola satu buah dan
tambahan bola jika guru penjas membawa bola pribadi dan lapangan yang ada
hanya satu buah, siswa yang tidak mendapat giliran bermain bolatangan hanya
berdiam diri, mengobrol dengan teman, bermain permainan lain, dan pergi ke
warung untuk jajan. Terkadang guru Pendidikan jasmani menggunakan metode
yang membuat anak menjadi menunggu terlalu lama untuk mendapat kesempatan
mendapatkan bola. Siswa yang tidak mendapat bola, mereka akan menunggu dan
berdiam diri atau ngobrol dengan temannya untuk mendapatkan gilirannya.
Hal-hal tersebut di atas akan mengakibatkan sasaran dari konsep Pendidikan Jasmani
dengan memanfaatkan waktu aktif belajar yang optimal menjadi tidak tercapai.
Untuk mengatasi atau meminimalisir permasalahan di atas maka seorang
guru pendidikan jasmani harus menggunakan metode dan pendekatan
pembelajaran yang tepat dan sesuai. Salah satu pendekatan pembelajaran yang
diharapkan mampu memecahkan permasalahan di atas adalah dengan
Model pengajaran Peer Teaching akan membuat siswa dituntut untuk
aktif berdiskusi terhadap sesama teman dan mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru, dengan model pengajaran Peer Teaching siswa akan
berperan sebagai guru dan menjelaskan materi pembelajaran yang telah
disampaikan oleh guru, sehingga secara tidak langsung siswa telah belajar
berkomunikasi, menyampaikan informasi dan menumbuhkan rasa percaya diri
siswa, selain itu model pengajaran Peer Taching juga akan merangsang siswa
untuk berfikir kritis terhadap suatu tugas gerak yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan pada karakteriktis kesulitan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran aktivitas permainan bolatangan, serta kurangnya motivasi dan
pemahaman siswa tentang bermain dan belajar aktivitas permainan bolatangan,
maka penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yang dilakukan oleh guru atau peneliti di dalam kelasnya sendiri,
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru.
Dengan diadakannya penelitian ini penulis berharap agar keterampilan
gerakan dasar dan keterampilan bermain siswa lebih meningkat dan siswa lebih
tertarik terhadap pembelajaran permainan bolatangan. Selain dapat menyalurkan
dan mengembangkan keterampilan gerakan dasar dan keterampilan aktivitas
permainan bolatangan, penulis berharap siswa dapat menerapkannya di dalam
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang
terkait dengan pembelajaran aktivitas permainan bolatangan baik secara umum
maupun secara khusus yang terjadi di SMA Al-Musyawarah Lembang dapat di
identifikasi sebagai berikut :
1. Kurangnya motivasi guru untuk mengajarkan permaian bolatangan
2. Kurangnya pemahaman guru tentang hakikat pembelajaran aktivitas
permainan bolatangan dalam konteks pendidikan jasmani
3. Ketersediaan sarana dalam pembelajaan penjas permainan bola besar masih
kurang, khususnya dalam pembelajaran bolatangan. Pembelajaran
menggunakan peralatan yang dimodifikasi dan jumlahnya tidak sesuai dengan
banyaknya siswa.
4. Prasarana dibeberapa Sekolah masih sangat kurang. misalnya, lahan yang
sempit untuk pembelajaran Penjas khususnya di SMA AL-Musyawarah
Lembang. Terbukti dengan ditemukannya lapangan yang luasnya kira-kira
15m x10m dan tidak adanya ruang olahraga.
5. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru cenderung monoton,
sehingga banyak siswa yang menunggu giliran mendapatkan bola, akibatnya
waktu aktivitas belajar siswa tidak optimal. Padahal banyak metoda atau
strategi/pendekatan/metoda yang dapat digunakan untuk mendorong siswa
aktif belajar seperti model pembelajaran Peer Teaching (tutor sebaya), model
pembelajaran kontruktivisme, model pembelajaran kontekstual, model
6. Alokasi dana sekolah yang terbatas untuk sarana dan prasarana pembelajaran
Pendidikan Jasmani khususnya.
C. Batasan Masalah
Menyimak permasalahan yang teridentifikasi tersebut diatas, maka
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi di sekitar penerapan model
Peer Teaching dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA
Al-Musyawarah Lembang.
1. Model Peer Teaching yang dimaksud menyerupai pembelajaran teman
sejawat/tutor sebaya. Siswa yang dipilih menjadi tutor adalah siswa pilihan
guru, yaitu siswa yang dinilai oleh guru memiliki kemampuan komunikasi,
keterampilan gerak, kepercayaan diri dan tanggung jawab yang baik
dibandingkan siswa yang lainnya sebagai pengganti guru.
2. Untuk mengetahui indikasi terjadinya perubahan aktivitas belajar siswa,
maka aktivitas pembelajaran dalam penelitian ini mengunakan lembar
observasi Jumlah waktu aktif belajar (JWAB). Menggunakan duration
recording.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah,
maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana penerapan model pembelajaran Peer Teaching diterapkan dalam
pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA Al-Musyawarah
E. Tujuan Penelitian
Melalui penelitian tindakan kelas, tujuan penelitian ini adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu atau kualitas pembelajaran permainan
bolatangan, khususnya melakukan penerapan model Peer Teaching dalam
pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA Al-Musyawarah Lembang.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori yang
sudah ada dan menyempurnakannya terkait dengan proses pembelajaran
permainan bolatangan di Sekolah Menengah Atas (SMA).
2. Secara Praktis
Penelitian tidakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
kontribusi yang sangat besar bagi semua pihak terkait masalah proses
pembelajaran permainan bolatangan di Sekolah Menengah Atas, diantaranya:
a. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran bagi guru untuk
merangsang lebih berkreasi dan berinovasi lagi. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan menjadi feedback bagi guru Pendidikan Jasmani dalam menyusun
strategi pembelajaran yang lebih variatif yang diharapkan memberikan
manfaat dalam pelaksanaan proses pembelajaran permainan bolatangan di
b. Bagi Siswa
Siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih
baik serta siswa menjadi lebih antusias terhadap aktivitas pembelajaran
permainan bolatangan pada mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah
menengah atas (SMA). Selain itu, apabila anak menyenangi permainan
bolatangan diharapkan mereka menjadi atlet yang berkualitas untuk
meningkatkan prestasi setinggi-tingginya.
c. Bagi Peneliti
Peneliti secara tidak langsung telah ikut andil bagian dalam memberikan
pemahaman dan memperkuat pelaksanaan proses pembelajaran permainan
bolatangan yang lebih kreatif dan inovatif yang selama ini kurang
terealisasikan dengan baik.
d. Bagi SMA Al-Musyawarah Lembang
Hasil penelitian akan memberikan sumbangan praktis untuk sekolah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Operasional Penelitian
Tujuan operasional pada penelitian ini adalah ingin menerapkan model
pembelajaran Peer Teaching dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan
di SMA Al-Musyawarah Lembang, terutama untuk kelas XI IPS.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Musyawarah Lembang, Penelitian
ini khususnya dilaksanakan di kelas XI IPS dengan jumlah 33 orang yang terdiri
dari 14 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada awal tahun pelajaran 2011. Waktu penelitian
digambarkan seperti pada tabel 3.1 berikut:
Bulan
No
Nama Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Penyusunan Profosal Skripsi
2 Bimbingan Profosal Skripsi
3 Seminar Profosal Skripsi
4 Surat Keputusan Judul
5 BAB I (Pendahuluan)
6 BAB II (Tinjauan Teoritis,
Keragka Berfikir, dan
Hipotesis Tindakan)
7 BAB III (Metedologi
Tindakan)
8 Observasi
9 BAB IV (Pengolahan Data)
10 BAB V (Kesimpulan dan
Saran)
11 Pra Sidang Skripsi
12 Ujian Sidang
C. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini difokuskan pada penerapan model Peer Teaching
dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA AL-Musyawarah
Lembang.
D. Metode Penelitian
Seperti yang telah dijelaskan sebelumya dalam tinjauan teori, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas (Classroom Action
Research Method). Dapat disimpulkan secara praktis, penelitian tindakan kelas
adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik
dapat mencoba suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan
melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Dalam penelitian tindakan kelas, beberapa
langkah kongkrit yang harus diambil selama proses penelitian akan dipaparkan
lebih lanjut dalam pembahasan langkah-langkah penelitian di bawah ini.
E. Langkah-langkah Penelitian
Model Peer Teaching yang merupakan model pengajaran teman sebaya
dan melibatkan siswa sebagai guru atau tutor bagi siswa yang lain maka dalam
pemilihan siswa sebagai guru atau tutor dalam penelitian ini siswa dipilih oleh
guru yang dinilai memiliki kemampuan komunikasi, keterampilan gerak,
kepercayaan diri dan tanggung jawab yang baik dibandingkan siswa yang lainnya
sebagai pengganti guru dari masing-masing kelompok. Siswa yang menjadi tutor
pada setiap tindakan pada masing-masing siklus selalu bergantian, sehingga
semua siswa memiliki kemungkinan yang sama untuk menjadi guru atau tutor,
selain itu dalam penelitian ini juga harus memperhatikan langkah-langkah pada
penelitian tindakan kelas.
Arikunto (2010:131) mengemukakan bahwa “Konsep pokok penelitian
tindakan kelas terdiri atas empat komponen pokok yang menunjukan
langkah-langkah yaitu, (1) perencanaan atau planning, (2) Tindakan atau acting, (3)
Pengamatan atau observing, (4) Refleksi atau reflection.” Sebelum melakukan
empat komponen tersebut, peneliti melakukan observasi awal untuk membuat
a. Observasi Awal
Observasi dilakukan pada awal turun ke lapangan. Fokus masalah yang di
teliti atau diobservasi dengan cara dicatat dalam catatan harian
(lampiran-lampiran) dan didokumentasikan seperti Rencana Program Pembelajaran (RPP),
foto, dan sebagai (lampiran-lampiran). Maksud observasi adalah mengidentifikasi
masalah-masalah pembelajaran yang terkait dengan fokus masalah yang diteliti.
Observasi juga dilakukan terhadap interaksi-interaksi akademik yang terjadi
sebagai akibat tindakan yang dilakukan. Interaksi-intraksi yang dimaksud dapat
mencakup interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, interaksi antara siswa,
interaksi siswa dengan guru.
Berdasarkan masalah-masalah pembelajaran yang teridentifikasi, pada
tahap observasi selanjutnya peneliti membuat suatu perencanaan perbaikan
pembelajaran. Salah satu perencanaan yang dibuat oleh peneliti adalah RPP.
Sesuai dengan batasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka RPP yang
dibuat adalah RPP yang berorientasi pada model pembelajaran Peer Teaching.
b. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi tersebut di atas, semua catatan-catatan hasil
observasi awal dan dokumen-dokumen pembelajaran yang ada dijadikan landasan
untuk membuat suatu perencanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah:
1) Perencanaan tindakan pembuatan RPP yang berorientasi pada model
2) Perencanaan pelaksanaan RPP yang berorientasi pada model pembelajaran
Peer teaching.
c. Pelaksanaan Tindakan
Setelah ke dua perencanaan pertama dibuat, dilakukan tindakan yaitu
1) Membuat RPP yang berorientasi pada model Peer Teaching.
2) Melaksanakan RPP dalam proses pembelajaran yang sebenarnya.
Dalam hal ini peneliti sendiri yang melaksanakan atau bertindak sebagai
guru yang melaksanakan RPP yang telah dibuat. Sementara mitra peneliti erperan
sebagai observer.
d. Refleksi
Refleksi merupakan tahap berikutnya dari suatu penelitian terhadap kelas.
Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil-hasil
atau dampak dari tindakan. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari
PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa
perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.
Jika hasil refleksi terhadap tindakan satu sudah menyimpulkan bahwa
permasalahan sudah terpecahkan, maka tahap penelitian tindakan kelas dianggap
cukup. Tapi jika hasil refleksi hasil pertama masih mengandung masalah atau
muncul masalah baru, maka penelitian tindakan kelas dilanjutkan dengan
perencanaan tindakan dua.
F. Data dan Cara Pengambilannya
a. Siswa-siswi kelas XI SMA AL-Musyawarah Lembang yang mengikuti
pembelajaran aktivitas permainan bolatangan dengan menggunakan model
Peer Teaching.
b. Guru/peneliti yang mengajar permainan bolatangan menggunakan model
Peer teaching.
c. Lingkungan sekolah SMA AL-Musyawarah Lembang yang dijadikan
tempat penelitian.
2. Jenis data: data yang didapatkan adalah data kualitatif yang terdiri dari
a. RPP (Rencana Program Pembelajaran).
b. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pebelajaran melalui format observasi
jumlah waktu aktif belajar (JWAB) siswa dalam bentuk garis waktu.
c. Catatan lapangan.
d. Dokumentasi (photo/camera).
3. Cara pengambilan data
a. Data hasil belajar didapat dari RPP.
b. Data tentang situasi belajar mengajar pada saat pelaksanaannya tindakan
diambil dengan menggunakan catatan lapangan.
c. Data tentang keaktifan belajar mengajar diambil dari format observasi
JWAB siswa dalam bentuk garis waktu yang diambil oleh observer.
d. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat
dari RPP dan catatan lapangan.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan lanjutan dari tahap pengumpulan data.
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dari suatu penelitian. Oleh
sebab itu, peneliti harus memahami teknik analisis data agar hasil penelitiannya
mempunyai nilai ilmiah yang baik. Dalam penelitian ini analisis data kualitatif
yakni sebagai berikut; PTK ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan dan
dianalisis, yaitu : data berupa kalimat yang diperoleh saat proses pembelajaran
dan wawancara yang berhubungan dengan pandangan atau sikap siswa,
antusiasme siswa dalam belajar, motivasi siswa. Data jenis ini dapat dianalisis
secara kualitatif. Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh dari format JWAB
diolah dan dijadikan acuan untuk perbaikan proses pembelajaran.
Setelah data terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik kualitatif
supaya diperoleh data yang sesuai dengan fokus masalah. Data tersebut meliputi
perkataan, tindakan, peristiwa yang diamati (observasi) selama proses
pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung. Secara garis besar
analisis data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menelaah seluruh data yang dikumpulkan. Baik dari data hasil observasi
lapangan maupun data yang berupa dokumentasi. Penelaahan dilakukan
dengan cara “Triangulasi”, yaitu menganalisis, mensintesis, memaknai,
menerangkan dan menyimpulkan data yang terkumpul bersama-sama guru
penjas, peneliti, dan pembimbing skripsi.
b. Mereduksi data yang didalamnya melibatkan pengkatagorian dan
kecendrungan-kecendrungan yang berlaku dalam pelaksanaan pembelajaran
aktivitas permainan bolatangan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai
pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA AL-Musyawarah Lembang
model Peer teaching secara keseluruhan menunjukan hasil yang baik. Dengan
menggunakan model Peer Teaching dalam pembelajaran aktivitas permainan
bolatangan siswa bergerak aktif dan memiliki motivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran. Siswa yang pada awalnya belum mengerti bagaimana cara bermain
bolatangan, setelah siswa melakukan pembelajaran permainan bolatangan dengan
menggunakan model peer Teaching siswa dapat lebih mengerti bagaimana
bermain bolatangan.
Model Peer Teaching yang merupakan model pengajaran dengan
menggunakan teman sebaya sebagai tutor atau guru memberi kesempatan kepada
siswa yang menjadi tutor untuk melatih diri dalam hal berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain, terutama dalam hal penyampaian materi
pembelajaran. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik tutor dapat
menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas, sehingga siswa dapat bergerak
aktif selama pembelajaran dan akan berdampak kepada tingkat waktu aktif belajar
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model peer Teaching dapat diterapkan
dalam pembelajaran permain bolatangan, sehingga waktu aktif belajar siswa
semakin meningkat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah penulis
kemukakan, ada beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai saran atau masukan
yaitu, sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran menggunakan model Peer Teaching dapat diterapkan
dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan di SMA
AL-Musyawarah Lembang, khususnya siswa kelas XI SMA AL-AL-Musyawarah
Lembang. Berdasarkan hal tersebut, disarankan bagi para guru pendidikan
jasmani untuk menggunakan model Peer Teaching dalam proses
pembelajaran penjas, khususnya pembelajaran aktivitas permainan
bolatangan.
2. Melalui model Peer Teaching siswa berkesempatan belajar kepemimpinan,
berkominikasi dengan teman yang lainnya. Model Peer teaching siswa lebih
bersemangat dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan
jasmani.
3. Bagi pihak sekolah, ini merupakan momentum untuk dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di SMA AL-Musyawarah
Abduljabar, Bambang. 2008. Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.
Anton Borneo. (2009). Pengertian Bolatangan. Tersedia: file:///D:/pengertian-bola-tangan.html) [ Selasa, 12 juli 2011]
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Carsiwan. 2007. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan Indonesia.
Hanoman-i. (2000). Suara Karya Online. Tersedia:http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=239354 ) [minggu, 31 juli 2011]
Haris, Ridwan. 1986. Bola Tangan Peraturan dan Permainan. Bandung: ADIL.
Juliantine, Tite, Toto Subroto dan Yunyun Yudiana. 2010. Belajar dan
Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan
Indonesia.
Krisnawan. (2010).
Tersedia:http://krisna1.blog.uns.ac.id/files/2010/05/pembelajaran5.pdf) [Selasa, 5 Juli 2011]
Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Rajagrafinda Persada.
Lutan, Rusli. 2000. Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. DEPDIKNAS.
Mahendra, Agus. 2000. Bola Tangan. DEPDIKNAS.
Metzer, M.W. (2000). Instructional Models for Physical Education. America: Allyn & Bacon.
Republika Newsroom. (2009). Bola Tangan akan Diperkenalkan di Multieven. Tersedia:
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Seba, L dan Hendrayana, Y. 2005. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani.
Bandung: FPOK UPI
Soetopo, Hidayat. (2005). Pendidikan dan Pembelajaran. Tersedia:
http://muhamad-win.afgani.blogspot.com/2010/01 proses-belajar-mengajar-sebagai-sistem.html [Rabu, 27 September 2011]
Suparyanti. 1992. Strategi Bellajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Turanggana. (2008). Tujuan Pendidikan Jasmani.
Tersedia:http://masrangga.blogspot.com/2008/11/tujuan-pendidikan-jasmani.html) [Kamis, 16 Juni 2011]
University of Melbourne. (2001). Rethinking Peer Teaching.
Tersedia:http://www.aare.edu.au/02pap/lon02122.htm [Kamis, 16 Juni 2011]
Yudiana, Yunyun. (2008). “Aktivitas Permainan”, dalam Pendidikan Jasmani