7 a 9?. PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN KARYAWAN
(Studi Kasus Pada Program Pelatihan Computerized Numerical Control Terhadap Kemampuan Karyawan Unit Profit Center AIPCM
PT. Dirgantara Indonesia, Tahun 2001)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
OLEH:
ANGGIAT TAMBUNAN
NIM:009754
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
2002
tz^S.
DISETUJUI DAN DISAHKAN PEMBIMBING
PEMBIMBING
Prof. Dr. H. TB. ABlKl SYAMSUBOIN MAKMUN. MA
Pembimbing II
DIKETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
ABSTRAK
Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang hubungan
(pengaruh) pelatihan terhadap peningkatan kemampuan karyawan yang penelitiannya dilakukan pada program pelatihan computerized Numerical control terhadap kemampuan karyawan unit profit center AIPCM PT.
Dirgantara Indonesia
Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori pelatihan dikaji dari pendapat -pendapt ahli antara lain Zainuddin Arif, D.Sudjana, Edwin B Flippo, sedangkan teori prestasi kerja dikaji dari pendapat ahli antara lain
Moh.As'ad, Rusli Syarif, Tani Handoko.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional dan expost facto. Pengumpulan data utama dilakukan melalui
penyebaran angket, disamping itu dilakukan pula wawancara dan studi
dokumentasi. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 60 orang peserta
pelatihan. Dimana penarikan sampel tersebut dilakukan melalui teknik
random sampling.
Temuan penelitian ini adalah: (1) Hubungan antara materi pelatihan
(X1) dengan Mutu Proses Pelatihan (Y1) diperoleh koefisien korelasi
sebesar 0,4305 dan koefisien determinasi 18,53%. (2) Hubungan antara
kemampuan instrutur (X2) dengan Mutu Proses Pelatihan (Y1) diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,3832 dan koefisien determinasi 14,68%. (3)
Hubungan antara fasilitas pelatihan (X3) dengan Mutu Proses Pelatihan
(Y1) diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,3357 dan koefisien
determinasi 11,27%. (4) Hubungan peserta pelatihan(X4) dengan mutu
proses pelatihan (Y1) diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,2756 dan
koefisien determinasi 7,60%. (5) Hubungan antara variabel pelatihan
(X1,X2,X3dan X4) dengan Mutu Proses Pelatihan (Y1) diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,5744 dan koefisien determinasi 32,99%. (6)
Hubungan antara Mutu Proses Pelatihan dengan Prestasi Kerja Lulusan
Pelatihan (Y2) diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,4743 dan koefisien
determinasi 22,5 %.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Terdapat hubungan yang
signifikan antara materi pelatihan dengan Mutu Proses Pelatihan (2)
Terdapat hubungan signifikan antara kemampuan instruktur dengan Mutu Proses Pelatihan (3) Terdapat hubungan yang signifikan antara fasilitas
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN i
PERNYATAAN jj
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFARTABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Identifikasi Masalah 4
C. Perumusan Masalah 6
D. Tujuan Penelitian 8
E. Manfaat Penelitian 9
F. Paradigma Penelitian 9
G. Definisi Operasional 11
H. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 13
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Pelatihan 16
B. Mutu Proses Pelatihan 31
C. Konsep Kemampuan Karyawan 32
D. Hubungan Pelatihan dengan Kemampuan Karyawan 33 E. Pelatihan Computerized Numerical Control (CNC) 35
F. Hasil Penelitian Terdahulu 39
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian 42
B. Populasi dan Sampel Penelitian 43
C. Instrumen Pengumpulan Data 44
D. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data 50
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 60
•B. Pembahasan Hasil Penelitian 81
C. Temuan Penelitian 91
D. Pembahasan Temuan Penelitian 92
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 99
B. Implikasi 100
C. Rekomendasi 103
DAFTAR PUSTAKA 107
LAMPIRAN 110
DAFTAR TABEL
Tabei
1-1 Kisi-Kisi Pertanyaan Variabel penelitian
I-2 Validitas Tes Materi Pelatihan
I-3 Validitas Tes Kemampuan Instruktur
I-4 Validitas Tes Fasilitas Pelatihan
I-5 Validitas Tes Peserta Pelatihan
I-6 Validitas Mutu proses Pelatihan
I-7 Validitas Tes Prestasi Kerja Lulusan Pelatihan
I-8 Hasil Perhitungan Reabilitas Angket Uji Coba
V-7 Korela Antara Pelatihan dan Mutu Proses Pelatihan
V-8 Korelasi Mutu Proses Pelatihan Terhadap Kemampuan Karyawan
IX
Halama*n
49
51
52
52
52
53
53
55
60
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Paradigma Penelitian 10
1.2 Pengaruh Variabel X Terhadap Y 15
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Beiakang
PT. Dirgantara Indonesia ( Dulu PT. IPTN ) yang berlokasi di
Bandung, merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang
usaha produk dan jasa kedirgantaraan di bawah naungan PT.Bahana
Pakarya Industri Strategis (BPIS). Sebagai Industri strategis PT.Dirgantara
Indonesia mengemban sekaligus dua misi yang amat penting, yaitu misi
bisnis untuk memperoleh laba sebagaimana umumnya sebuah badan
usaha berbentuk perseroan terbatas, dan misi alih teknologi yang
mengharuskan PT. Dirgantara Indonesia menguasai dan menjadi ujung tombak pengembangan teknologi serta industri kedirgantaraan nasional.
Dari sisi bisnis PT. Dirgantara Indonesia telah memasarkan sekitar 300
pesawat terbang dan helikopter, serta sistem senjata, komponen pesawat,
dan jasa lainnya.
Ketika tahun 1997 krisis ekonomi dan moneter melanda kawasan
dengan volume bisnis PT.Dirgantara Indonesia di masa depan, serta
restrukturisasi permodalan dan keuangan digulirkan. Melalui
restrukturisasi ini postur karyawan menyusut dari 15.000 menjadi 10.000
dan organisasi baru yang dibentuk diarahkan pada pembentukan
Business
Unit untuk mempertajam fokus bisnis dan
meningkatkan
agresifitas pemasaran. Kewenangan unit-unit bisnis diperbesar dengan
desentralisasi kegiatan usaha dan pengelolaan keuangan serta sumber
daya lain untuk mendukung kelancaran operasional. Dengan adanya
restrukturisasi organisasi dan restrukturisasi SDM di lingkungan PT.
Dirgantara Indonesia, maka perusahaan ini melakukan berbagai pelatihan
agar para karyawan dapat menyesuaikan dengan organisasi,
orang-orangnya, kebijaksanaan-kebijaksanaannya, dan prosedur-prosedumya.
Produk Pesawat Dirgantara Indonesia hanya mungkin
dipertahankan sebagai produk andalan dimasa depan, jika mampu tidak
hanya memiliki nilai tambah teknologi yang menjadi kebanggaan
internasional tetapi juga harus memiliki nilai tukar atau terjual di pasar
global dengan memiliki daya saing dalam kualitas, harga dan penyerahan
tepat waktu dan didukung oleh layanan purna jual yang canggih. Untuk
mengantisipasi ini, PT.Dirgantara Indonesia harus mempersiapkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kemampuan yang lebih
unggul dan profesional. Oleh karena itu maka peranan pembinaan SDM di
PT. Dirgantara Indonesia menjadi sangat penting, terrmasuk di dalamnya
Component Manufacturing), tempat penulis melakukan penelitian, yang
merupakan salah satu bagian organisasi PT. Dirgantara Indonesia, yang
berfungsi membuat part-part dan komponen pesawat terbang untuk
menunjang assembling pesawat terbang sesuai dengan Master Plan.
Sehubungan dengan aktivitasnya, Unit Profit Center AIPCM ini harus
dapat memanfaatkan karyawannya sebaik-baiknya mengingat bagian ini
merupakan sumber daya yang paling penting dalam pembuatan part dan
komponen pesawat terbang.
Usaha yang dilakukan Unit Profit Center AIPCM untuk membentuk
SDM yang profesional dan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja ialah
dengan memberikan berbagai pelatihan bagi karyawannya diantaranya
pelatihan CNC ( Computerized Numerical Control ) Machine. Dengan
dilaksanakannya program pelatihan yang baik dan berkesinambungan,
diharapkan akan membawa hasil yang lebih menguntungkan bagi
karyawan yaitu meningkatnya pengetahuan dan kecakapan serta
keterampilan karyawan sehingga nanti mereka benar-benar mampu untuk
menangani pekerjaannya secara efektif dan efisien serta dapat
menunjang ke arah peningkatan prestasi kerjanya.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis merasa
tertarik melakukan penelitian guna mendapatkan informasi tentang
bagaimana pengaruh pelatihan CNC Machine terhadap peningkatan
kemampuan karyawan Unit Profit Center AIPCM PT. Dirgantara
B. Identifikasi Masalah
Pelatihan yang dilaksanakan PT. Dirgantara Indonesia ini merupakan hal
penting dalam meningkatkan kemampuan karyawan, artinya menuju
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan pola-pola perilaku
berusaha ke arah yang lebih baik, dan mampu mengatasi berbagai
permasalahan yang dihadapi serta mengantisipasi perkembangan bisnis
di masa yang akan datang.
Pola utama yang telah dikembangkan PT.Dirgantara Indonesia dalam membina karyawan adalah dengan melaksanakan sistem pelatihan yang berorientasi pada kebutuhan. Dimana kebutuhan peserta ini tergali
sebelum pelatihan dimulai. Dan juga sistem pelatihan dilaksanakan secara
terpadu- berkelanjutan.
Hasil pelatihan ini diharapkan mampu membawa keberhasilan peningkatan prestasi kerja karyawan unit profit center AIPCM, sebagaimana dikemukakan Edwin B. Pilippo (1961: 228-229) bahwa " Pelatihan berkaitan dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam menjalankan pekerjaan tertentu dan merupakan beban penting bagi
organisasi di mana pekerjaan itu berada"
Pola-pola kegiatan pelatihan yang diterapkan akan turut menentukan besarnya konstribusi terhadap prestasi kerja karyawan . Dale Yoder ( 1962: 225) mengemukakan bahwa "Pelatihan yang baik menjalankan asas individual difference, relation to job analisis, motivation,
training methods, dan principles of learning". Dengan demikian dalam
suatu pelatihan sedikitnya terdapat 5 faktor yang turut menentukan
keberhasilan pelatihan yaitu:
1 Materi Pelatihan
Materi pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan, mampu
menjawab permasalahan yang dihadapi, dan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini penting karena tingginya motivasi karyawan mengikuti kegiatan pelatihan banyak dipengaruhi oleh apakah materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan mampu
memenuhi harapannya.
2 Kemampuan Instruktur (pelatih)
Kemampuan instruktur sangat penting dalam suatu pelatihan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Alex S. Nitisemito (1982:105) mengemukakan
peranan pelatih sangat menentukan berhasil tidaknya pelatihan
tersebut.
3 Fasilitas pelatihan
Fasitas pelatihan turut menentukan keberhasilan suatu pelatihan
karena kegiatan pembelajaran dalam pelatihan akan efektif jika lingkungan dan fasilitas kondusif bagi jalannya proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Zainudin Arif ( 1990) bahwa dalam merancang
dan melaksanakan kegiatan belajar, tahap pertama yang perlu
4 Peserta pelatihan
Peserta pelatihan merupakan bahan mentah yang akan diolah di dalam
lembaga pendidikan yang nantinya akan berubah menjadi hasil olahan
atau lulusan.
5 Mutu proses pelatihan ( pembelajaran)
Proses pelatihan (pembelajaran) sangat penting dalam pelatihan,
karena dengan proses pembelajaran memungkinkan terjadinya proses
perubahan tingkah laku sesorang dalam mencapai suatu tujuan
Muhibbin syah (2000:113) mengungkapkan bahwa:
Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku
kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri manusia.
Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang
lebih maju dari pada keadaan sebelumnya
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitihan ini adalah seberapa besar pola
pelatihan yang diselenggarakan UPC AIPCM selama ini memberikan
sumbangan berarti terhadap peningkatan kemampuan karyawan.
C. Perumusan Masalah
Unjkfk memperjelas masalah yang diteliti, berikut ini dikemukakan
rumusan masalah secara umum " Seberapa besar pengaruh pelatihan
computerized
numerical
Control
machine
dalam
meningkatkan
8
D. Tujuan Penelitian
Berpijak pada permasalahan yang dirumuskan dalam
pertanyaan-pertanyaan penelitian serta dengan memperhatikan variabel tersebut di
atas, maka secara operasional tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut
ini :
1. Untuk memperoleh informasi mengenai ada tidaknya pengaruh
materi pelatihan CNC Machine terhadap mutu proses pelatihan karyawan Unit Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia
2 .Umuk memperoleh informasi mengenai ada tidaknya pengaruh
kemampuan instruktur terhadap mutu proses pelatihan karyawan
Unit Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia
3. Utmik memperoleh informasi mengenai ada tidaknya pengaruh fasilitas pelatihan terhadap mutu proses pelatihan karyawan Unit
Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia
4. Untuk memperoleh informasi mengenai ada tidaknya pengaruh peserta pelatihan terhadap mutu proses pelatihan karyawan Unit
Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia
5. Urvtuk mengetahui informasi mengenai ada tidaknya pengaruh
keseluruhan komponen pelatihan terhadap mutu proses pelatihan karyawan unit Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia
pelatihan karyawan unit Profit Center AIPCM PT. Dirgantara
Indonesia
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berhubungan dengan pembinaan dan pengembangan
Sumber daya manusia dalam hal ini pengembangan kemampuan
karyawan unit profit center AIPCM, agar lebih mampu dan terampil dalam melaksanakan tugas sesuai dengan peran yang diberikan.
Secara teoritis penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran yang
dapat digunakan sebagai tambahan informasi pengetahuan tentang
proses pelaksanaan pelatihan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelatihan dan pengembangan konsep-konsep atau teori-teori
dalam pelatihan.
Secara praktis bermanfaat bagi perusahaan PT. Dirgantara
Indonesia dalam upaya peningkatan prestasi kerja karyawan sedangkan bagi bagian personalia AIPCM sebagai lembaga penyelenggara pelatihan,
sebagai bahan masukan untuk keperluan perancangan kegiatan pelatihan
guna meningkatkan kualitas dari segi penyelenggara pelatihan.
E. Paradigma Penelitian
Upfuk mempermudah memberikan gambaran ruang lingkup dari penelitian
ini maka penulis membuat kerangka pola pikir dalam penelitian ini, maka
Instrumental Input
Materi Pelatihan
Kompetensi Pelatih
Fasilitas
Peserta Uidik
( Karyawan Belum Teriatih)
Mutu Proses Pelatiha
Proses Delajar
mengajar
Bimbingan
Evaluasi
GAMBARI.1
Paradigma Penelitian
10
» e
Oiutput I Kemampuan Karyawa
Peserta pelatihan sebelum pelatihan merupakan masukan mentah
yang berkaitan dengan karakteristik peserta yang meliputi struktur kognitif,
pengetahuan, ketrampilan, kebutuhan belajar, pendidikan, usia status
sosial dan kebiasaan belajar. Kemudian dalam proses pelatihan, yaitu
adanya treatment pelatihan yaitu yang menyangkut interaksi antara
masukan mentah ( peserta) dan masukan sarana. Dalam mutu proses
pelatihan adanya proses pembelajaran, bimbingan dan evaluasi.
Kemudian lulusan hasil pelatihan merupakan output (keiuaran),
yaitu peningkatan kemampuan karyawan yang diperoleh dari kegiatan
pembelajaran yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
sesuai dengan kebutuhan belajar yang diperlukan peserta didalam
rencana pengelolaan AIPCM.
Setelah pelatihan selesai dilaksanakan diharapkan penerapan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh selama pelatihan dalam
melaksanakan pekerjaan meningkat ( prestasi kerja meningkat)
11
F. Definisi Operasional
Untuk adanya kesamaan interpretasi terhapat proses dan hasil
penelitian yang dilakukan maka perlu dikemukakan definisi operasional
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Variabel Bebas (X)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah
pelatihan. Pengertian pelatihan sebagaimana dikemukakan Moekiyat
(1993:3) bahwa "pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang
menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku , dalam waktu yang
relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek
daripada teori".Dalam penelitian ini secara operasional pengertian pelatihan mesin
CNC adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
ketrampHan karyawan dalam mengoperasikan mesin computer numerical
control di PT.Dirgantara Indonesial
Dengan mengacu pada konsep di atas, pelatihan dalam penelitian
ini ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Materi pelatihan (Xl} , diukur melalui : (1) Kesesuaian materi yang
diberikan; (2) Kesesuaian materi dengan masalah yang dihadapi
peserta; (3) Manfaat materi pelatihan bagi peserta.
b. Kemampuan instruktur (X2) , yang dapat diukur dari : (1) Sistimatika
12
metode;
(4) Alat bantu yang digunakan;
(5)
Kemampuan
mempraktekkan materi; (6) Daya simpati terhadap. peserta.
c. Fasilitas pelatihan (X3), diukur melalui: (1) Tempat dan ruangan
pelatihan; (2) Kelengkapan alat-alat pelatihan; (3) Kelengkapan buku/
modul dan media pelatihan.
d. Peserta pelatihan (X4), diukur melalui: (1) Kebutuhan pelatihan; (2)
Disiplin ;(3) Ketepatan penggunaan waktu; Partisipasi aktif
2. Variabel terikat (Y)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah mutu
proses pelatihan (Yi) dan kemampuan karyawan (Y2)
- Mutu proses pelatihan/pembelajaran (Y1) merupakan kunci pokok dari
terlahirnya hasil pelatihan. Mutu proses pelatihan diukur melalui : (1)
Tujuan belajar; (2) Metode pembelajaran ; (3) Kerjasama yang baik; (4)
Penilaian hasil belajar
- Kemampuan Karyawan adalah merupakan kuantitas peserta yang
dihasilkan dari setiap kegiatan pelatihan yang disertai kualitas
perubahan tingkah laku yang didapat melalui proses pelatihan yang
mencakup penguasaan peserta terhadap materi yang diberikan pada
pelatihan sehingga mereka dapat menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan ditempat kerja dengan baik.
Yang dapat diukur dari kemampuan karyawan adalah melalui : (1) Hasil
penilaian pelatihan; (2) Pemahaman materi; (3) Penguasaan materi; (4)
13
(8) Ketepatan Jadwal; (9) Kesadaran biaya; (10) Kerjasama, (11) pengetahuan pekerjaan dan (12) Adaptasi
G. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
Asumsi
Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Asumsi ini diperlukan untuk memperkuat permasalahan, membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan objek penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen
pengumpulan data.
Seperangkat yang dibangun sebagai landasan untuk keyakinan
tentang kokohnya pelaksanaan penelitian, adalah sebagai berikut ini.
1. Pelatihan sebagai alat manajemen digunakan untuk mengembangkan penetahuan dan keterampilan agar prestasi kerja (kinerja) individu dan
organisasi meningkat (Terence Jackson, 1989)
2. Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki prestasi kerja pada
suatu pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya, atau suatu
pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya (Faustino
Cordosa ,1999: 197)
3. Karyawan akan lebih baik apabila mereka merasa bahwa organisasi menyediakan peluang bagi prestasi mereka untuk dihargai dan
14
Perumusan Hipotesis
Berdasarkan asumsi-asumsi penelitian tersebut di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut ini
1. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara materi pelatihan
CNC Machine terhadap mutu proses pelatihan karyawan Unit Profit
Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia
2. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara kemampuan
instruktur terhadap mutu proses pelatihan karyawan Unit Profit
Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara fasilitas pelatihan terhadap
mutu proses pelatihan karyawan unit Profit Center AIPCM PT.
Dirgantara Indonesia
4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara peserta pelatihan terhadap
mutu proses pelatihan karyawan unit Profit Center AIPCM PT.
Dirgantara Indonesia
5. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara keseluruhan
komponen pelatihan terhadap mutu proses pelatihan karyawan unit
Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia
15
Pengaruh antara variabel-variabel tersebut digambarkan sebagai berikut:
GAMBAR I.2
Pengaruh Variabel X Terhadap Y
Keteranga X1: Materi Pelatihan X2: Kemampuan Instruktur
X3: Fasilitas Pelatihan X4: Peserta Pelatihan
Y1: Mutu Proses Pelatihan
Y2: Output ( Kemampuan karyawan)
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
^ ^
\( v' *
-< t> 4 ^ ^
1
i
" 1
J //
- /
"s^ -/
=:z^/
A. Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Dasar
pertimbangan tersebut sesuai dengan ciri-ciri metode deskriptif
sebagaimana dikemukakan Winarno Surakhmad (1980:139) yaitu: " (1)
Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang dan pada masalah yang aktual; (2) data yang dikumpulkan
mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis(karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik)
Apabila ditinjau dari kedua ciri tersebut, maka penulis berpendapat
bahwa deskriptif-analitis ini tepat untuk diterapkan pada penelitian ini.
Penelitian ini menyelidiki masalah yang aktual, karena meneliti suatu
kehidupan sosial yang sedang berlangsung dan dapat diamati pada masa
sekarang. Demikian pula untuk ciri kedua, dalam penelitian ini peneliti
berusaha untuk menemukan dan mengumpulkan data yang berkenaan
dengan masalah penelitian, kemudian data tersebut disusun dan
dianalisis untuk mencari kesimpulan dari hasil penelitian ini.
Dalam pada itu mengacu pada hipotesis penelitian, maka metode
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikategorikan pada metode
korelasional, oleh karena berusaha menghubungkan suatu variabel degan
variabel lainnya untuk memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat/ derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut.
Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi yang
berfungsi sebagai alat untuk membandingkan variabilitas hasil
pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut.
Di sisi lain, penelitian ini dapat juga disebut penelitian yang sifatnya
" Ex post facto", oleh karena data dikumpulkan setelah peristiwanya
terjadi, sehingga asumsinya adalah bahwa data yang diperlukan
sebenarnya sudah ada, akan tetapi belum diungkapkan serta tidak
mengalami perlakuan tertentu secara disengaja.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan Profit Center
AIPCM yang telah mengikuti pelatihan pada tahun 2001, yang berjumlah
160 Orang. Mengingat beberapa pertimbangan efisiensi dan efektivitas
kerja penelitian, maka dilakukan pengambilan sampel. Acak Sederhana
(Simple Random Sampling), yakni sebuah sampel yang diambil
sedemikian rupa sehingga tiap subyek penelitian dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Jelasnya merupakan sampel kesempatan (probability sampling) sehingga
hasilnya dapat dievaluasi secara obyektif bebas dari subyektivitas si
Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
N(ZJ2(0.25)
n = r5 — Keterangan :
(N-1)E2+(ZJ2(0.25)
n =Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
Za- Variabel random normal standard untuk tinkat kepercayaan 1- a
E = Besar penyipangan maksimum yang diharapkan
Dengan menggunakan rumus diatas, yaitu dengan tingkat
kepercayaan yang diinginkan adalah 95% dan tingkat ketelitian 5%,
didapat n ( ukuran sampel) = 60 orang.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mengungkap data tentang variabel-variabel dalam penelitian ini, yakni Pelatihan CNC Machine dan prestasi kerja, serta data pendukung lain yang dianggap dapat memperkuat analisis penelitian ini. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, dan dilengkapi pula dengan wawancara. Selain pedoman tersebut digunakan alat bantu lain berupa buku catatan,
kamera, alat perekam . Selanjutnya data itu dihimpun dari foto copy
dokumen-dokumen penting.
Dalam penelitian ini Kuesioner digunakan untuk mengungkapkan
data mengenai variabel pelatihan dan prestasi kerja karyawan Unit Profit
data-data pendukung penelitian yang tidak terungkap melalui kuesioner, seperti tujuan, materi, sumber belajar dan sarana pembelajaran.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun dengan berpedoman kepada variabel-variabel yang akan diukur dan landasan
yang ditetapkan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan indikator-indikator penelitian untuk setiap variabel
b. Menyusun kisi-kisi yang diperlukan untuk memudahkan
penyusunan instrumen penelitian .
c. Menyusun item-item pertanyaan/pernyataan dengan
menggunakan alternatif jawaban yang disediakan sebanyak 4
alternatif, dan disusun berdasarkan arah positif ke negatif dengan
diberi skor4,3,2,1.
d. Memeriksa kembali, apakah semua variabel dan indikator telah
dirumuskan dalam kisi-kisi, dan semua item pertanyaan/
pernyataan telah menggambarkan isi/ konten yang diperlukan
untuk menyaring data dilapangan.
Agar alat pengumpul data yang digunakan valid dan reliabel, maka
dalam pengembangan alat pengumpulan data ini ditempuh
1. Membatasi definisi operasional masing-masing variabel, sehingga
ditemukan indikator-indikator dari setiap variabel dan jenis data yang
akan dikumpulkan, sehingga menghasilkan kisi-kisi instrumen
penelitian.
2. Menjabarkan kisi-kisi instrumen penelitian ke dalam pernyataan/ pertanyaan, sehingga diperoleh seperangkat pemyataan-pemyataan
dalam daftar isian(angket/kuesioner)
Berdasarkan pada konsep-konsep tersebut, maka disusunlah batasan masing-masing variabel penelitian serta indikator-indikatornya
sebagai berikut:
1. Variabel Pelatihan
a. Materi pelatihan , meliputi indikator-indikator sebagai berikut: (1) Kesesuaian materi dengan masalah yang dihadapi peserta (2) Kesesuaian materi yang diberikan
(3) Ruang lingkup materi
(4) Manfaat materi pelatihan bagi peserta
b. Kemampuan instruktur, meliputi indikator-indikator sebagai
berikut:
(1) Kualitas instruktur
(2) Kejelasan dalam menyampaikan materi
(4) Daya simpati terhadap peserta
(5) Memotivasi semangat peserta
c. Fasilitas pelatihan, meliputi indikator-indikator sebagai berikut:
(1) Kondisi tempat dan ruangan pelatihan (2) Kelengkapan alat-alat pelatihan
(3) Kelengkapan buku/ modul dan media pelatihan (4) Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
d. Peserta pelatihan
(1) Kebutuhan pelatihan
(2) Ketepatan penggunaan waktu (3) Partisifasi aktif
(4) Kehadiran
(5) Gairah belajar
(6) Disiplin
2. Variabel mutu proses velatihan, meliputi indikator-indikator sebagai
berikut:
(1) Tujuan belajar
(2) Metode pembelajaran (3) Kerjasama yang baik
(4) Sikap
(7) Penilaian hasil pelatihan (belajar)
3. Kemampuan Karyawan, meliputi indikator-indikator sebagai berikut:
(1) Hasil penilaian pelatihan
(2) Pemahaman materi
(3) Penguasaan materi
(4) Aspek pengetahuan
(5) Perubahan sikap
(6) Ketrampilan
(7) Kualitas
(8) Ketepatan jadwal
(9) Kesadaran biaya
(10) Kerjasama
(11) Pengetahuan pekerjaan
(12) Adaptasi
Dari batasan dan indikator masing-masing variabel penelitian
tersebut di atas, selanjutnya disusun kisi-kisi pertanyaan beserta jumlah
itemnya. Untuk mengukur variabel pelatihan digunakan 24 pertanyaan
dengan sebaran 6 soal materi pelatihan, 7 soal kemampuan instruktur, 5
soal fasilitas pelatihan, dan 6 soal peserta pelatihan. Sedangkan untuk
mengukur variabel mutu proses pelatihan dan prestasi kerja lulusan
pertanyaan beserta sebaran jumlah item dan nomor pertanyaan dapat
dilihat pada tabel
TABEL 111-1
KISI-KISI PERTANYAAN VARIABEL PENELITIAN
Variabel Indikator Instrumen Butir
Penelitian Item
Materi Pelatihan 1. Kesesuaian materi dengan masalah Kuesioner 1,2
(X1) Yang dihadapi peserta
2. Kesesuaian materi yang diberikan 3
3. Ruang lingkup materi 4
4. Manfaat materi pelathan bagi peserta 5,6
Kemampuanlnstruktur 1. Kualitas Instruktur Kuesioner 7
(X2) 2. Kejelasan dalam menyampaikan
materi
8,9
3. Kemampuan mempraktekan materi 10 4. Daya simpati terhadap peserta 11
5. Memotivasi semangat peserta 12,13
Fasilitas Pelatihan 1. Kondisi tempat dan ruangan pelatihan Kuesioner 14
(X3) 2. Kelengkapan alat-alat pelatihan 15
3. Kelengkapan buku/ modul dan media
pelatihan
16
4. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
17,18
Peserta Pelatihan 1. Kebutuhan pelatihan Kuesioner 19,20
(X4) 2. Ketepatan penggunaan waktu 21
3. Partisifasi aktif 22
4. Kehadiran 23
5. Gairah belajar 24
6. Disiplin 25
MutuProses Pelatihan 1. Tujuan belajar Kuesioner 1
(Y1) 2. Metode pembelajaran 2,3
3. Kerjasama yang baik 4
4. Sikap 5,6
5. Kesesuaian isi materi 7
6. Perbandingan materi 8
7. Penilaian hasil belajar 9,10
Kemampuan Karyawan 1. Hasil penilaian pelatihan Kuesioner 1
(Y2) 2. Pemahaman materi 2
3. Penguasaan materi 3
4. Aspek pengetahuan 4,5,6
5. Perubahan sikap 7,8,9
6. Ketrampilan 10,11,12
7. Kualitas 13
8. Ketepatan jadwal 14
9. Kesadaran biaya 15
10. Kerjasama 16
11. Pengetahuan pekerjaan 17
D. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan penelitian yang sesungguhnya instrumen
pengumpul data perlu diuji coba. Pelaksanaan uji coba ini dilakukan pada karyawan yang pernah mengikuti pelatihan diluar responden sampel yang diteliti, berjumlah 15 orang.. Tujuan pelaksanaan uji coba instrumen penelitian adalah untuk menguji kesahilan ( validitas) dan keterandalan
(reliabilitas) instrumen.
1. Uji coba Validitas
Maksud dari uji coba validitas adalah untuk mengetahui apakah setiap
item pada kisi-kisi instrumen penelitihan sahih atau tidak. Sedangkan
uji validitas menurut Suharsimi Arikunto (2000:223) adalah " Tingkat
sesuatu tes yang mampu mengukur apa yang hendak diukur"
Untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi Pearson
Poduct Moment, sebagai berikut:
xy •
{"X*2-(X*)2^I^2-(I>)2}
Keterangan, n jumlah responden.
Nilai korelasi yang diperoleh akan diuji apakah signifikan, dengan
menggunakan hipotesis:
H1 : Butir tidak berkorelasi positif dengan skor total.
Statistik yang digunakan adalah:
/, = \
r1, Jika th>t, maka H0 diterima, artinya
butir secara
VI-r2signifikan berkorelasi positif dengan skor total.
Suatu butir dikatakan valid jika butir tersebut memiliki korelasi yang
positif dan signifikan.
Dari keseluruhan instrumen penelitian seluruh soal dinyatakan valid.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL 111-2
VALDITAS TES MATERI PELATIHAN
•\ ">
Butir Tes T hitung Signifikansi
1 4,784 Signifikan
2 2,697 Signifikan
3 2,431 Signifikan
4 5,916 Signifikan
5 3,908 Signifikan
6 4,531 Signifikan
TABEL 111-3
VALDITAS TES KEMAMPUAN INSTRUKTUR
Butir Tes T hitung Signifikansi
1 5,799 Signifikan
2 4,484 Signifikan
3 3,476 Signifikan
4 2,710 Signifikan
5 2,217 Signifikan
6 2,297 Signifikan
7 3,768 Signifikan
TABEL III-4
VALIDITAS TES FASILITAS PELATIHAN
Butir Tes T hitung Signifikansi
1 3,961 Signifikan
2 6,105 Signifikan
3 2,506 Signifikan
4 2,006 Signifikan
5 2,766 Signifikan
TABEL III-5
VALDITAS TES PESERTA PELATIHAN
Butir Tes T hitung Signifikansi
1 2,769 Signifikan
2 3,177 Signifikan
3 2,086 Signifikan
4 2,250 Signifikan
5 2,257 Signifikan
6 3,746 Signifikan
TABEL 111-6
VALDITAS TES MUTU PROSES PELATIHAN
Butir Tes T hitung Signifikansi
1 3,659 Signifikan
2 2,547 Signifikan
3 3,581 Signifikan
4 3,715 Signifikan
5 2,429 Signifikan
6 3,834 Signifikan
7 3,659 Signifikan
8 3,042 Signifikan
9 5,259 Signifikan
10 3,659 Signifikan
TABEL III-7
VALDITAS TES KEMAMPUAN KARYAWAN
Butir Tes T hitung Signifikansi
2. Uji Coba Reliabilitas
Untuk menguji keterandalan ( reliabilitas) instrumen penelitian
digunakan rumus alpha, yang bentuk rumusnya sebagai berikut:
( k a
IX
S.
Keterangan:
k = banyaknya butir soal.
.S"; = variansi dari butir ke-i
S1-. - variansi dari total butir.
Dengan cara yang sama pada pengujian validitas nilai a diuji
apakah signifikan atau tidak.
Kriteria yang digunakan mengkonsultasikan besarnya koefisien
Alpha adalah:
Besarnya Nilai r
Antara 0,800 sampai dengan 1,000
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400
Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Interpretasi
Sangat Tinggi
Cukup
Agak Rendah
Rendah
Sangat Rendah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus-rumus
tersebut
di atas,
diperoleh hasil pengujian
reliabilitas
TABEL 111-8
HASIL PERHITUNGAN RELIABILITAS ANGKET UJI COBA Nama Variabel Koefisien Alpha Indeks korelasi Interpretasi
X1 0,8 Cukup Reliabel
X2 0,8 Cukup Reliabel
X3 0,6 Cukup Reliabel
X4 0,7 Cukup Reliabel
Y1 0,8 Cukup Reliabel
Y2 0,9 Sangat Tinggi Reliabel
3) Menghitung koefisien determinasi untuk menafsirkan makna
korelasi, dengan rumus:
AV = r2xl00%
E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Setelah data terkumpul, beberapa rangkaian kegiatan pengolahan
dan analisis data dapat digambarkan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
Memeriksa kembali angket yang telah diisi untuk menentukan
mana
yang
dapat diolah dan yang
tidak dapat diolah
kemudian
memberikan nomor urut untuk setiap jaaban respon dari ketiga variabel
penelitian.
1. Skoring, bertujuan untuk memberikan bobot pada setiap jawaban
responden berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan. Keseluruhan
data berupa data kategori berjenjang agar mudah diolah secara
2. Data yang diperoleh dimasukkan ( disalin ) kedalam lembarkerja program Excel sesuai dengan nomor urut responden.
3. Proses perhitungan untuk operasi aritmatika seperti menjumlah, membagi, mengalikan dan menarik akar dapat dilakukan dengan
menggunakan program excel , perhitungan korelasi antara variabel
dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Window..
Berdasarkan harga statistik yang diperoleh dapat disimpulkan erat
tidaknya hubungan antara
Kriteria penafsiran terhadap signifikansi korelasi yang dipergunakan
dalam penelitian ini mengacu pada rumusan yang dikemukakan oleh
Guilford ( 1956: 145) yang disadur oleh Rochman Natawijaya ( 1988:
48) sebagai berikut:
0,00 - 0,20 : Korelasi kecil; hubungan hampir dapat diabaikan
0,21 - 0,40 : Korelasi rendahl; hubungan jelas tetapi kecil
0,41 -0,70 : Korelasi kecil; hubungan hampir dapat diabaikan
0,71 - 1,00 : Korelasi kecil; hubungan hampir dapat diabaikan
Guna keperluan korelasi, karena datanya berupa data ordinal atau
data berjenjang, maka untuk analisisnya digunakan analisis Spearman.
Adapun rumus statistik yang digunakan di dalam melakukan analisis data
adalah :
6JX
n\n —I)
apabila terdapat nilai pengamatan yang sama, statistik yang digunakan
adalah:
l^+I^-Z"?
1=1
V /=l '=1
dengan
»
„>-n
v'"1_/
tr '
12
^ •
^
'
^
12
dengan t adalah ranking-ranking yang sama pada variabel X atau Y.
Untuk menguji signifikasi nilai korelasi yang diperoleh, digunakan statistik
/• -Jn - 2
uji /,,= ', dengan db = n-2
dimana
hipotesis statistiknya Ho: p = 0
H\:p*0.
Dengan
kriteria pengujiannya adalah Jika th> ttatau /,, <-/, maka H0
ditolak.
Untuk melihat hubungan fungsional antara variabel Mutu Proses
Pelatihan dengan variabel Materi Pelatihan, Kemampuan Instruktur,
Fasilitas Pelatihan, dan Peserta Pelatihan, serta hubungan fungsional
antara Mutu Proses Pelatihan dengan Kemampuan Karyawan lulusan
pelatihan
digunakan
analisis
regresi
yang
akan
diaplikasikan
Model regresi yang digunakan adalah:
Y, =a0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4 dan Y2=a1+cY1
Untuk dapat menggunakan analisis regresi variabel yang digunakan
minimal berskala interval. Data yang diperoleh memakai skala likert
memiliki skala ordinal, sehingga data tersebut perlu diubah ke interval.
Untuk mengubah data ordinal ke interval dapat digunakan Metode
Succsecive Interval. Berikut ini contoh konversi data dari skala ordinal ke
skala interval. Misal diperoleh proporsi jawaban tiap kategori dari seluruh
responden untuk satu variable adalah sebagai berikut:
Kategori Pro Prop Tabel Density Nilai skala
Skala por
si
Kum Norm al
function
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1=tidak 0.0 0.05 -1.64 0.1031 (0-0.1031
)/(0.05-mudah 5 0)^-2.0627
2= kurang 0.4 0.50 0 0.3989
(0.1031-i mudah 5
0.3989)/(0.5-0.05)=-0.6573
j 3= cukup i
l
0.3 1
0.81 0.88 0.2714
(0.3989- 0.2714)/(0.81-0.5)=0.4115 4= mudah I ; 0.1 2
0.93 1.48 0.1343
(0.2714- 0.1343)/(0.93-0.81)=1.1425
5=sangat 0.0 1
Langkah-langkah pengerjaan:
1. Dicari frekuensi jawaban responden pada variable yang diteliti
untuk setiap kategori jawaban mulaj dari yang sangat mudah
sampai yang sangat tidak mudah (skala 1 sampai 5). Kemudian
dicari proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban, dari sini
didapat kolom -2.
2. Menghitung proporsi kumulatif untuk setiap kategori, hasilnya
adalah kolom ke-3.
3. Berdasarkan nilai kumulatif ini, dicari nilai Z untuk setiap
kategori dengan menggunakan table distribusi normal, didapat
kolom ke-4, pada excel gunakan fungsi normsinv.
4. Berdasarkan nilai Z dicari nilai fungsi kepadatan (density
function) melaui persamaan:
i f \ A
~J2x \ 2. J
5. Angka-angka pada kolom-6 digunakan sebagai bobot pada
setiap kategori respon, rumus yang digunakan untuk
menghitung skala adalah sebagai berikut:
densitas Batas Bawah - densitas Batas Atas
NilaiSkala = — ~ ~
Luasan Batas Atas - Luasqn Batas Bawah
6. Untuk memudahkan interpretasi, posisi awal diberi nilai skala 1
(satu), kemudian bobot pada kategori respon lainnya
^DID/^
* \ * <
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan pada bab IV,
maka secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Antara materi pelatihan, kemampuan instruktur, fasilitas pelatihan, dan peserta pelatihan dengan mutu proses pelatihan terdapat
hubungan fungsional linier positif searah. Hal ini berarti setiap
peningkatan komponen-komponen pelatihan (materi pelatihan,
kemampuan struktur, fasilitas pelatihan, peserta pelatihan) akan
diikuti oleh peningkatan mutu proses pelatihan.
2. Pelatihan ( materi pelatihan, kemampuan instruktur, fasilitas
pelatihan, dan peserta pelatihan) mempunyai hubungan dan
kontribusi yang berarti terhadap peningkatan kemampuan
karyawan
a. Materi pelatihan mempunyai hubungan sebesar 0,4305 dengan
mutu proses pelatihan . Materi pelatihan memberikan kontribusi
yang berarti terhadap mutu proses pelatihan sebesar 18,53 %.
b. Kemampuan instruktur mempunyai hubungan sebesar 0,3832
dengan mutu proses pelatihan. Kemampuan instruktur
memberikan kontribusi yang berarti terhadap mutu proses
pelatihan sebesar 14,68 %
c. Fasilitas pelatihan mempunyai hubungan sebesar 0,3357 dengan
mutu proses pelatihan. Fasilitas pelatihan memberikan kontribusi
yang berarti terhadap mutu proses pelatihan sebesar 11,27 %
d. Peserta pelatihan mempunyai hubungan sebesar 0,2756 dengan
mutu proses pelatihan. Peserta pelatihan memberikan kontribusi
yang berarti terhadap mutu proses pelatihan sebesar 7,60 %.
3. Antara mutu proses pelatihan dengan kemampuan karyawan terdapat
hubungan fungsional linier positif searah. Hal ini berarti setiap
peningkatan mutu proses pelatihan akan diikuti oleh peningkatan
kemampuan karyawan. Besarnya koefisien determinasi yang diperoleh
(0,4743). Ini dapat diartikan bahwakontribusi antara mutu proses pelatihan terhadap peningkatan kemampuan karyawan sebesar
22,5%.
B. Implikasi
Dari kesimpulan hasil penelitian ini, ada beberapa implikasi yang
perlu mendapat perhatian , yaitu pelatihan CNC yang diikuti oleh para
karyawan Unit Profit Center AIPCM PT.Dirgantara Indonesia, dalam
menerapkan hasil-hasil pelatihan perlu dikembangkan lebih lanjut,
khususnya mengenai faktor internal karyawan sendiri. Hal ini karena di
dilakukan, apalagi jika ditambah dengan kurangnya dukungan dari faktor
eksternal seperti, alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan kurang mendukung, reward, dan sebagainya.
Bila pendekatan ini dikembangkan dan dilaksanakan, maka
kemungkinan akan mampu memberikan dampak positif terhadap kemampuan karyawan atau peningkatan kinerja karyawan akan mudah terlaksana. Dengan adanya kontribusi pelatihan karyawan terhadap kemampuan karyawan membawa implikasi bahwa dengan program
pelatihan yang dilaksanakan, pelatihan ini mampu memberikan pengaruh
terhadap peningkatan kemampuan karyawan. Oleh karena itu dalam
penyelenggaraan program pelatihan hendaknya juga diperhatikan,
bagaimana cara memantau dan mengevaluasi peserta usai mengikuti
peltihan, apakah ia mampu mengaplikasikan hasil-hasli yang diperoleh
selama pelatihan dengan baik, sehingga apa yang diperoleh selama
mengikuti pelatihan dapat tersalurkan dengan baik sesuai tujuan belajar
dalam pelatihan. Dengan demikian maka perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Dalam menyusun garis-garis besar pengajaran yang dikonfersi kedalam bentuk seperangkat materi, yang apabila
diimplementasikan akan mampu menghasilkan tercapainya tujuan
belajar yang diharapkan, diantaranya adalah (1) lesson plan, yang
materi lain; (2) materi peserta, diktat, program belajar, teks, dsb; (3) audio visual, atau media belajar yang sesuai; (4) evaluasi, item-item dan kriteria evaluasi; (5) seleksi pelatih atau sumber belajar ( untuk
menentukan kualitas instruktur. Sehingga materi yang akan
disajikan akan mampu mendorong peserta untuk lebih antusias
dalam mengikuti pembelajaran.
2. Materi pelatihan yang terstruktur dan tersusun dengan sistematik,
dan disesuaikan dengan kemanpuan peserta, maka akan mampu
menumbuhkan rasa ingin tahu yang dalam dari peserta. Sehingga
dengan rasa keingintahuan yang dalam, peserta akan lebih mampu
dan mudah dalam menyerap materi yang disajikan. Hal ini akan
membawa dampak positif terhadap peserta dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan, sehingga akan mempengaruhi kemampuan
karyawan.
3. Selanjutnya perlu diperhatikan adalah faktor instruktur ( Pelatih), hal
ini dilakukan karena mengingat tugas Instruktur adalah sebagai
pemimpin , yang dituntut untuk memiliki tanggungjawab besar atas
suksesnya program pelatihan yang dibawakannya.
4. Dalam menyelenggarakan program pelatihan hendaknya juga perlu
diperhatikan kualitas pesertanya( persyaratan peserta), hal ini
penting
untuk
dilakukan
semata-mata
untuk
memberikan
pembelajaran, karena akan menyangkut keberhasilan dari program pelatihan itu sendiri.
5. Dalam merancang program pelatihan, hal yang juga perlu mendapat
perhatian adalah mempersiapkan ruangan atau fasilias komputer;
suasana ruangan, bagaimana cahaya, sirkulasi udara, ukuran
ruangan pelatihan , audio, lay out ( susunan ) belajar yang harus
proposional dan sesuai dengan jumlah peserta, serta sarana
belajar.
C. Rekomendasi
Berdasarkan pada pembahasan hasil temuan lapangan dan
kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, penyusun mengajukan
beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Program pengembangan sumberdaya manusia yang ada UPC AIPCM
PT. Dirgantara Indonesia
secara keseluruhan sudah cukup bagus,
dan kebijaksanaan yang diterapkan dalam satu upayanya untuk itu
yakni melalui jalur pelatihan, sebaiknya dipertahankan dan terus
diperbaiki sesuai dengan perkembangan teknologi, misalnya pelatihan
tidak hanya berfokus kepada pelatihan pembuatan part CN-235 saja,
tetapi pelatihan pembuatan part-part pesawat luar negri seperti
Boeing
Amerika
dan
BAe
Inggris
yang
rencananya
akan
2. Berdasarkan deskripsi jawaban responden untuk materi pelatihan, kemampuan instruktur, fasilitas pelatihan dan peserta pelatihan secara umum responden menilai sudah baik. Namun dari segi
fasilitas, masih perlu dilakukan perbaikan seperti fasilitas
perlengkapan/alat komputer. Saat ini fasilitas komputer yang dimiliki oleh AIPCM untuk pelatihan jumlanya masih terbatas, ini dapat dilihat dari pelaksanaa pelatihan CNC, dimana satu satu komputer
digunakan untuk dua orang. Maka untuk menunjang keberhasilan
pelatihan CNC selanjutnya, perusahaan perlu menambah fasilitas
komputer.
3. Jumlah peserta dalam satu kelas sebanyak 32 peserta berdasarkan
tanggapan responden terlalu banyak akan mengakibatkan efektivitas
pengelolaan kelas oleh instruktur dan interaksi antara instruktur
dengan peserta kurang efektif , untuk itu diharapkan pada pelatihan
yang akan datang jumlah peserta dibatasi antara 15-20 orang.
4. Cara evaluasi pelatihan baik evaluasi hasil, evaluasi proses, evaluasi reaksi, maupun evaluasi dampak hasil pelatihan harus dilaksanakan
dengan teliti, sistimatis dan berkesinambungan. Karena dengan cara
evaluasi seperti tersebut hasil yang akan dicapai dari suatu pelatihan
dan kelemahan-kelemahan dalam suatu pelaksanaan pelatihan akan
sangat berharga untuk penyempumaan kegiatan pelatihan
selanjutnya.
5. Penulis menyadari bahwa penelitian mengenai pengaruh pelatihan
terhadap peningkatan kemampuan karyawan ini memiliki banyak
kelemahan, misalnya berkenaan dengan indikator yang dipergunakan.
Dengan melihat keterbatasan penelitian yang ada, serta disadari pula
bahwa dalam penelitian ini masih terdapat variabel-variabel lainnya
yang belum teramati dan terindentifikasi secara mendalam, misalnya
seperti pengalaman kerja, tingkat pendidikan, iklim organisasi,
kepemimpinan, usia dan lainnya, motivasi, sikap mental dan Iain-Iain,
yang belum diketahui seberapa besar kontribusinya terhadap
peningkatan kemampuan karyawan. Dengan demikian maka penulis
merekomendasikan kepada peneliti lain untuk melakukan kajian dan
penelitian lanjutan atau refikasi terhadap penelitian ini secara
mendalam. Dan faktor-faktor ini dimungkinkan untuk perlu dikaji,
sehingga dapat ditemukan faktor-faktor yang lebih kompprehensif
terhadap peningkatan kemampuan karyawan.
Disamping itu, dalam penelitian selanjutnya perlu dilakukan analisis
diagram
jalur secara lengkap, untuk membantu dalam melukiskan
pola hubungan kausal antara sejumlah variabel pilihan lain dalam
suatu metoda yang digunakan pada model kausal yang dirumuskan
atas pertimbangan-pertimbangan teoritis dan pengetahuan tertentu.
Demikianlah beberapa kesimpulan, implikasi dan saran yang dapat penyusun kemukakan berdasarkan hasil penelitian pada perusahaan tersebut. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perusahaan
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin, (1999) " Analisis Kebutuhan Masa Depan Pendidikan
dalam Konteks Perencanaan Makro" Materi Pelatihan bagi Tenaga
Perencana
(Buku
II)
Bandung:
Program
Pascasarjana
IKIP
Bandung.
Alex
S.
Nitisemito,
1979,
Manajemen
Personalia,
Jakarta:
PT.
Pembangunan.As'ad, Moh. (1987), Psikologi Industri, Edisi ke 3, Jogjakarta : Liberty.
Abdul
Rosyid.
(1997).
Efisiensi dan Efektivitas Pelatihan
Dalam
Meningkatkan Kinerja Sumber Daya Manusia Di Bidang Perawatan
Pesawat Besar PT. Garuda Indonesia, Tesis ,Bandung: PPS IKIP
Bandung.
Bejo Siswanto. (1987). Manajemen Tenaga Kerja. Bandung: Sinar Baru
Cain, Bonne J dan Coming, John P, 1977, The Participatory Process:
Producing
Photo
Literatur,
USA:
Center
for
InternationalEducational University of Massachusetts Amherst
D. Sudjana, (1993), Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar
Sekolah, Bandung: Nusantara Press
Dharma. A. (1985). Manajemen Prestasi Kerja, Jakarta: Rajawali
Flippo, Edwin B, 1961, Principles of Personnel Management , New York:
Graw Hill Book Company Inc
Goad, Tom W. (1982). Delivering EffectiveTraining. San Diego: University
Associates
Handoko T. Hani. (2000). Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: BPFEHamalik, O. (2000). Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen
Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi
AksaraHamzah Hakim, (2000), Pengembangan Sikap Kewiraswastaan melalui
Pelatihan di Pesantren Darut Tauhid Bandung, Tesis, Bandung:
PPSUPI
Kusriyanto (1991), Meningkatkan Produktivitas Karyawan, Jakarta:
Gramedia
Moekijat
(1977),
Prinsip-Prinsip
Administrasi,
Manajemen
dan
Kepemimpinan, Bandung: Alumni
*-Natoatmodjo,S. (1992). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
diterbitkaan oleh PT. Rineka CiptaRyanto Hadi P (1997), Analisis Faktor-Faktor Yang Menimbulkan
Mismatch Kerja Pada Bagman Plant Enginering Dalam Rangka
Mencari Bentuk Lembaga Pelatihan Yang Sesuai, Tesis, Bandung:
PPS UPI
" Santoso
(2000),
Dampak
Pelatihan
Kejar
Usaha
Terhadap
Pengembangan Berwiraswasta Pencetak Sablon di SKB Kendal,
Tesis, Bandung: PPS UPI.
Suharsimi Arikunto, 1989, Manajemen Penelitian, Jakarta: Depdikbud
Sudjana, 1988, Metode Statistika, Edisi ke IV. BandungTarsito
Svenson, Monica. (1992), The Training and Development Strategic Plan
Wororkbook, Toronto: Prentice Hall, Inc
V^chuler. Randall S. (1987). Personel and Human Resource Management,
Third edition, New York: West Publishing Company.
Wills, Mike. (1993), Managing the Training Process: Putting the Basies
Into Practice, London: Mc. Graw Hill Book company Europe
Werther Jr, William B, et.all (1991). Human Resources and Personnel
Management, New York: Mc Graw Hill.
Winarno Surakhmad, 1986, Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung:
Jemmars.
Yoder, Dale and Stau Dohar , Paul D, (1984), PersonelManagement and